Anda di halaman 1dari 101

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

Pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok Terhadap Perilaku Narsisme


(Studi pada Mahasiswa Universitas Gunadarma Angkatan 2018-2021)

Nama : Putri Nabila Ridnadilani


NPM : 17818885
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Pembimbing : Widiastiana Vista Wijaya,S.I.Kom.,
M.I.Kom

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai


Gelar Setara Sarjana Muda
Jakarta
2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

Judul PI : Pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok Terhadap


Perilaku Narsisme (Studi pada Mahasiswa
Universitas Gunadarma Angkatan 2018-2021)

Nama : Putri Nabila Ridnadilani


NPM : 17818885
Tanggal Sidang :
Tanggal Lulus :

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Kasubag Sidang PI

(Widiastiana V. W,S.I.Kom., M.I.Kom) (Dr. Siti Masitoh, SE.,


M.I.KOM)

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

(Dr. Dinda Rakhma Fitriani, S.I.Kom., M.I.kom)

2
PERNYATAAN ORIGINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini


Nama : Putri Nabila Ridnadilani
NPM : 17818885
Prodi : Ilmu Komunikasi
Judul PI : Pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok Terhadap
Perilaku Narsisme (studi pada mahasiswa Universitas Gunadarma
Angkatan 2018-2021)
Tanggal Sidang:
Tanggal Lulus :
Dengan ini menyatakan tulisan ini merupakan hasil karya saya sendiri
dan dapat dipublikasikan sepenuhnya oleh Universitas Gunadarma.
Segala kutipan dalam bentuk apa pun telah mengikuti kaidah dan etika
yang berlaku. Mengenai isi dan tulisan, merupakan tanggung jawab
penulis sepenuhnya, bukan Universitas Gunadarma.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan


dengan penuh kesadaran

Depok, Desember 2021

Materai Rp.10.000

[Putri Nabila R.]

3
Putri Nabila Ridnadilani, 17818885
Pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok Terhadap Perilaku Narsisme (studi
pada mahasiswa Universitas Gunadarma Angkatan 2018-2021)
Penulisan Ilmiah Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas
Gunadarma 2021.

ABSTRAK

4
Putri Nabila Ridnadilani, 17818885
The Effect of Using the TikTok Application on Narcissistic Behavior (study of
Gunadarma University Students Class of 2018-2021)
Scientific Writing of the Communication Studies Program, Faculty of
Communication, Gunadarma University in 2021.

ABSTRACT

5
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas karunia Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah nya kepada penulis. Tak lupa Sholawat serta salam penulis sanjungkan
kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapatt menyelesaikan penulisan
ilmiah ini yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok Terhadap
Perilaku Narsisme (studi pada mahasiswa Universitas Gunadarma Angkatan
2018-2021)”ini dapat selesaikan dengan baik.
Tujuan penyusunan penulisan ilmiah ini yaitu untuk melengkapi salah satu
syarat dalam mencapai gelar Sarjana Muda Jurusan Ilmu Komunikasi Jenjang
Strata Satu Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Gunadarma. Berkat bantuan
dan dorongan berbagai pihak, maka penyusunan penulisan ilmiah ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karna itu maka ijinkan
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. E.S Margianti, SE, MM, selaku Rektor Universitas
Gunadarma.
2. Dr. Nuriyati Samatan, selaku Dekan Ilmu Komunikasi Universitas
Gunadarma.
3. Dr. Dinda Rakhma Fitriani, S.I.Kom., M.I.Kom, selaku Ketua
Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gunadarma.
4. Dr. Siti Masitoh, SE., M.I.Kom, Selaku Kepala Sub Bagian Sidang
Penulisan Ilmiah Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Gunadarma.
5. Widiastiana V. W,S.I.Kom., M.I.Kom selaku Dosen Pembimbing
yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu
memberikan saran-saran yang berharga dalam menyelesaikan
Penulisan Ilmiah ini.
6. Untuk kedua orang tua penulis, yang turut serta membantu secara
materil dan doa yang tak henti-hentinya agar Penelitian Ilmiah ini
dapat diselesaikan dengan baik.

6
7. Teman – teman yang telah meluangkan waktu untuk membantu
dalam mengisi kuesioner Penelitian Ilmiah ini.
8. . Semua pihak yang ikut membantu, baik secara langsung ataupun
tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya penyusunan Penulisan Ilmiah ini masih


jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, penulis sangat berharap kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak guna memperbaiki penyusunan penulisan ini.
Akhir kata penulis berharap semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Jakarta, Desember 2021


Penulis

Putri Nabila Ridnadilani

7
DAFTAR ISI

8
DAFTAR GAMBAR

9
DAFTAR TABEL

10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan mahluk sosial yang saling terhubung satu sama lain
atas dasar kebutuhan berkomunikasi. Komunikasi menjadi sebuah kebutuhan
dasar setiap Individu baik sejak balita, anak - anak, remaja, hingga orang dewasa
baik secara verbal ataupun non-verbal. Menurut Cangara (2008: 2) dalam bukunya
“Pengantar Ilmu Komunikasi”, yang mendorong manusia sehingga ingin
berkomunikasi dengan manusia lainnya ialah sebagaimana yang terdapat dalam
buku Biologi yang menyatakan adanya dua kebutuhan yakni kebutuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan kebutuhan dan kebutuhan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Komunikasi dan masyarakat adalah
dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya sebab tanpa
adanya komunikasi tidak mungkin masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa adanya
masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengambangkan komunikasi
(Schramm, 1982). Saat ini peran komunikasi menjadi sangat penting, baik untuk
kepentingan pemerintahan, perekonomian, sosial, budaya, bahkan pendidikan
(Suprianto, 2008).
Untuk mencapai komunikasi yang baik antar individu dalam memenuhi
dan mencapai tujuan dari komunikasi tersebut terdapat aspek dari komunikasi
yang harus dipenuhi karena merupakan kunci utama setiap individu untuk
mencapai tujuan dari komunikasi itu sendiri. Hal pendorong terjadinya
komunikasi yang efektif terdapat media atau perantara yang membantu pelaku
komunikasi untuk mencapai tujuan nya secara baik dengan berkurangnya noise
atau gangguan. Kini komunikasi kian efisien, efektif, dan praktis dengan adanya
seiring perkembangan zaman media yang menghubungkan seorang dengan
individu lainnya secara real time.

11
Dalam ilmu komunikasi terdapat konteks komunikasi seperti komunikasi
interpersonal, komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok, komunikasi.
organisasi, komunikasi publik, dan komunikasi masa. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan jenis pengaruh media sebagai variabel penelitian. Semakin
hari teknologi berkembang semakin pesat, begitu juga dengan perkembangan
internet. Hampir setiap orang sekarang terhubung dengan internet, baik itu
smartphone tablet, komputer atau laptop, maupun tablet. Internet merupakan salah
satu kemajuan yang diciptakan manusia. Internet adalah kepanjangan dari
Interconnected Networking yang apabila diartikan kedalam bahasa Indonesia
beberapa rangkaian komputer yang terhubung kedalam beberapa jaringan. Dengan
adanya internet setiap penggunanya dapat mengakses informasi dengan cepat,
efisien karena dapat bertukar informasi dengan sesama penggunanya dimanapun
dan kapanpun tanpa terhalang batasan tempat dan waktu (Hutahean, 2012).
Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan
pemanfaatannya dalam berbagai bidang kehidupan menandai perubahan
peradaban manusia menuju masyarakat informasi. Internet adalah produk
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang memudahkan setiap orang
memperoleh dan menyebarkan informasi dengan cepat, murah dan menjangkau
wilayah yang sangat luas. Pemanfaatan Internet tidak hanya membawa dampak
positif, tapi juga berdampak negatif terhadap kehidupan manusia sehari-hari
dalam menjalankan aktifitas nya (Sofana & Cisco, 2011). Perkembangan
teknologi internet yang sangat cepat dan mudahnya cara menggunakannya,
memungkinkan siapa saja dapat menggunakan internet. Secara sederhana internet
didefinisikan sebagai jaringan global yang mengkoneksikan jutaan komputer
(Batubara, 2019).
Globalisasi ialah proses integrasi internasional yang terjadi karena
pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan.
Globalisasi diartikan sebagai proses yang menghasilkan dunia tunggal (Setiadi,
2011: 686)

12
Bahkan di era globalisasi saat ini banyak sekali dampak positif dan
negative nya, dengan kata lain globalisasi bisa dikatakan harapan dan bisa juga
dikatakan sebuah bahaya besar.
Dampak globalisasi yang nampak ialah teknologi yang semakin canggih,
segala sesuatu yang dibutuhkan dengan mudah didapat. Contoh saja handphone
yang dengan mudahnya didapat dengan kualitas terjamin dan harga terjangkau,
bahkan setiap hari selalu ada perubahan dan penambahan versi-versi terbaru.
Perkembangan pada era globalisasi ini sangatlah meroket tinggi dengan
banyaknya inovasi-inovasi teknologi terbaru. Dengan begitu banyak juga media
sosial yang bermunculan dengan versi-versi dan juga fungsi yang berbeda-beda.
Sehingga membuat masyarakat sekarang penasaran dan ingin mencoba
menggunakan berbagai macam media sosial.

Gambar 1. 1 Lama Waktu Yang Dihabiskan Di Internet Di seluruh Dunia

Sumber: We Are Social dan Hootsuite

Berdasarkan gambar 1.1 pada Januari 2021 pengguna internet di seluruh


dunia mencapai 4,66 miliar, meningkat 3,16 juta (7,3 persen) di bandingkan
periode yang sama pada tahun 2020 silam. Pada saat ini, penetrasi penggunaan
internet global adalah 59,5 persen. Hingga Januari 2021, Indonesia memiliki
pengguna internet sebanyak 202,6 juta jiwa. Mengutip data dari Data Reportal,
13
Senin (15/2/2021), jumlah tersebut meningkat sebanyak 27 juta atau 16 persen
dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara penetrasi internet mencapai 73,7
persen hingga Januari lalu.
Suatu bagian dari adanya internet yaitu keberadaan media sosial. Media
sosial merupakan bagian dari media digital (Mayfield, 2008). Bentuknya dapat
berupa jejaring sosial (misal Facebook), blog, wiki (misal Wikipedia), podcast,
forum, media berbasis isi (misal Youtobe), dan mikroblog (misal Twitter) Media
sosial ialah sarana untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan saling berbagi
menggunakan bantuan internet. Media sosial merupakan sebuah kelompok
aplikasi berbasis internet yang dibangun diatas dasar ideologi dan teknologi Web
2.0 yang memungkinkan penciptaan pertukaran user-generated content (Andreas
et al, 2010).
Media sosial tidak hanya digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dan
berinteraksi, tetapi juga sebagai alat ekspresi diri (self expression) dan pencitraan
diri (self branding) (Andreas et al, 2010). Seiring dengan kemajuan teknologi,
maka banyaknya media yang dapat digunakan manusia untuk dijadikan alat dalam
berkomunikasi, demikian pula dengan media sosial diantaranya untuk berbagi
pesan dengan banyak pengguna media sosial itu sendiri, yaitu berupa berita
(informasi), gambar (foto), dan juga tautan video (Susiloiwati, 2018: 176). Media
sosial juga merupakan wadah yang mampu menciptakan bermacam bentuk
komunikasi dan pemberian berbagai macam informasi bagi semua kalangan
masyarakat. Dengan media social juga setiap individu dapat berkomunikasi dan
berbagi informasi-informasi kepada semua kalangan masyarakat.
Salah satu media sosial yang banyak digunakan peserta didik saat ini
adalah media sosial TikTok. Media sosial TikTok adalah media yang berupa audio
visual, media ini sebuah media sosial yang dapat dilihat juga dapat didengar.
Banyak sekali pengguna dari media sosial ini yakni kalangan peserta didik.
Peserta didik begitu senang sekali menggunakan media sosial TikTok ini karena
bagi mereka media sosial ini bisa menghibur mereka dikala mereka bosan.

14
Gambar 1. 2 Data Media Sosial Paling Populer di Indonesia

Sumber: Digital 2021, Digital 2020, GWI

Berdasarkan pada gambar 1.2 Youtube merupakan aplikasi digital berbasis


internet yang dapat ditemukan melalui website ini menduduki peringkat nomor
satu yang populer di tanah air Indonesia. Angka penggunaan Youtube mencapai
94 persen dengan rentang usia berada di kisaran 16 hingga 64 tahun. Angka
tersebut dikutip Beritasatu.com berdasarkan survei yang dilakukan GWI pada
triwulan ketiga 2020. Menyusul pada peringkat kesembilan di duduki oleh TikTok.

Gambar 1. 3 Aplikasi Handphone Yang Paling Banyak Di Download Seluruh Dunia


15
Sumber: Sensortower

Berdasarkan pada gambar 1.3 menurut laporan yang di teliti oleh


Sensortower diketahui TikTok menempati aplikasi nomor satu sebagai aplikasi
yang paling banyak di download melalui Apps Store dan Google Play Store.
Dengan hal ini di ketahui bahwa TikTok menempati urutan pertama sebagai
aplikasi yang di download melalui perangkat lunak iOS dan Android.
Kendati mencapai angka 384,6 juta, jumlah download TikTok tersebut
sebenarnya merosot 38 persen, bila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2020 lalu (YoY). Pasalnya, tahun lalu TikTok juga tampil sebagai aplikasi
yang paling banyak diunduh pada periode enam bulan pertama 2020. Bahkan,
Sensortower mencatat, TikTok berhasil memecahkan rekor menjadi aplikasi paling
banyak diunduh dengan total download mencapai 619 juta unduhan. Menurut data
Sensortower, merosotnya jumlah download TikTok ini sejalan dengan
melambatnya angka unduhan seluruh aplikasi pada periode paruh pertama 2021
ini. Secara YoY, angka download aplikasi hanya tumbuh tipis 1,7 persen, yakni
mencapai 72,5 miliar unduhan saja. Padahal pada periode yang sama tahun 2020
lalu, pertumbuhan angka unduhan aplikasi melonjak hingga 25,7 persen dengan
total unduhan mencapai 71,3 miliar, secara YoY.

16
Gambar 1. 4 Ranking 2019 dan 2020 Aplikasi Paling Banyak Di Download

Sumber: App Annie, laman Wiracita

Berdasarkan pada gambar 1.4 TikTok sudah menempati posisi pertama di


tahun 2020 dan menempatkan posisi keempat pada tahun 2019 sebagai aplikasi
yang paling banyak di download dengan deskripsi aplikasi short videos yang
paling banyak di unduh setelah Likee menyusul Instagram yang memberikan fitur
Reels yang sama seperti TikTok sekaligus aplikasi social media. Namun
keberadaan Instagram yang memberikan fitur serupa seperti TikTok tidak
memberi dampak pengaruh yang signifikan dalam rasio pengunduhan aplikasi di
kuartal tahun 2019 – 2020.
Bila dibandingkan dengan aplikasi lainnya dalam daftar, TikTok yang
berkutat sebagai aplikasi video pendek memang menjadi media sosial pendatang
baru yang popularitasnya melejit dalam waktu singkat. Aplikasi dari perusahaan
ByteDance asal China ini pertama kali di rilis ke pasar global sekitar bulan
September 2017.
Tiktok yang berperan sebagai jaringan social dan platform video music itu
diluncurkan pada bulan September 2016 oleh Zhang Yiming. Di Indonesia
17
sendiri, aplikasi TikTok diluncurkan pada bulan Mei 2017 (Aprilian et al., 2020).
Aplikasi milik Zhang Yiming ini terbilang sukses, suksesnya aplikasi TikTok
dibuktikan oleh Firma intelijen aplikasi sensor tower yang menjelaskan bahwa
jumlah install lebih tinggi dibanding Facebook, Instagram, Snapchat dan
YouTube di AS. Empat aplikasi terbesar itu mampu dilampaui oleh TikTok dalam
unduhan harian pada tanggal 29 September 2018 dimana 29.7% unduhan
berdatangan pada aplikasi TikTok tersebut. Sampai saat itu, pangsa pasar aplikasi
tersebut terus menunjukkan peningkatan mencapai 42.4% unduhan pada tanggal
30 Oktober lalu. Pengunduhan aplikasi TikTok di AS juga meningkat 237%
dibanding bulan Oktober 2017 (Deriyanto & Qorib, 2019)
Perkembangan aplikasi Tiktok di Indonesia sendiri berawal dari
merebaknya kasus Bowo seorang pengguna aktif TikTok yang sempat menarik
perhatian warga karena telah mengadakan Meet and Greet dengan jumlah uang
yang harus dikeluarkan untuk membeli tiket tidak main – main nominalnya. Berita
tersebut kemudian Viral di akun sosial media Facebook dan Instagram sehingga
membuat Bowo sebagai pemilik akun TikTok tersebut mendapatkan pemblokiran
akun hingga sekarang.
Hingga pada awal Juli, tepatnya 3 Juli 2018 aplikasi TikTok untuk pertama
kalinya mendapat teguran dan pemblokiran di Indonesia oleh Kominfo karena
dinilai terlalu negatif untuk anak – anak. Pemblokiran tersebut dilakukan
berdasarkan pemantauan tim AIS Kominfo, Pelaporan dari Kementrian
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (Kemen PPA), Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) dan juga dari masyarakat.Kendati demikian, setelah adanya
pemblokiran tersebut akhirnya terjadilah pertemuan antara pihak Aplikasi TikTok
dengan Kominfo yang menghasilkan beberapa syarat misalnya dengan
pembersihan konten negatif, menaikan batas minimal usia pengguna aplikasi dari
12 tahun menjadi 16 tahun hingga membuka kantor perwakilan di Indonesia
sebagai bentuk komunikasi efektif jika kembali terjadi aduan terhadap aplikasi
tersebut. Hingga penulis membuat tulisan ini, pengguna aplikasi TikTok terus
bertambah marak sejalan dengan keterlibatan artis atau public figure yang
berlomba – lomba unjuk kebolehan dalam bermain TikTok. Hal tersebut membuat
18
demam pada aplikasi TikTok semakin menjadi ditambah dengan penggunaan
telepon genggam yang sudah mulai diberikan kepada anak sejak duduk dibangku
sekolah dasar.
TikTok pada awalnya merupakan aplikasi yang dibuat untuk menggali
kreativitas para pengguna, dengan menggunakan video yang menarik dan lucu
tentunya mengharuskan para pembuat kontennya agar kreatif. Dilansir
cewekbanget.id, durasi video TikTok yang pendek yakni 15 detik – 3 menit
ternyata juga bisa menjadi alasan kedua aplikasi ini menarik untuk digunakan
setelah dorongan kreativitas. Dengan durasi yang pendek, para pengguna
didorong untuk dapat menyusun konsep dalam mengidentifikasi konten pilihan
yang akan mereka buat jika masih belum menyukai konsep konten pilihan mereka
bisa langsung melanjutkan pencarian konsep lain dengan cepat karena durasi
waktu yang singkat sehingga tidak terlalu memakan banyak waktu. Alasan lain
mengapa aplikasi TikTok ini banyak diminati yakni menggunakan teknologi
kecerdasan buatan (AI Lab) dari Jinri Toutiao dimana isinya adalah teknologi face
recognition, body recognition dan 3D rendering dengan dukungan full-screen
sticker, dancing game, AR sticker dan 3D coloring yang membuat betah para
pengguna aplikasi tersebut. Hal terakhir yang menjadi alasan mendasar dari minat
pengguna aplikasi TikTok adalah adanya hashtag #Challenge, hal tersebut
membuat adanya daya saing antar para pengguna untuk menjadi yang paling
sempurna dalam menampilkan konten – konten di aplikasi tersebut. Usaha
menjadi yang paling sempurna dengan menerima tantangan menjadikan pengguna
aplikasi tersebut menjadi Narsis untuk mendapatkan kepopuleran diantara
pengguna aplikasi TikTok yang lain. Namun, berbagai alasan mengapa aplikasi ini
begitu diminati di atas bagi penulis terdapat satu alasan kuat yang sangat
mendasari yakni alunan DJ dalam musik aplikasi TikTok dari lagu – lagu terbaru
sehingga membuat para pengguna merasakan sensasi kecanduan untuk terus
menari dan memainkan aplikasi tersebut meskipun hanya menjadi penonton.
Apabila dilihat dari karakter masyarakat Indonesia yang sosial, senang
berbagi, hobi eksis condong ke narsis, dan tidak begitu concern dengan isu
privasi, maka media sosial menjadi medium komunikasi yang sangat representatif.
19
Media sosial memberikan kebebasan kepada penggunanya untuk mem-posting
dan membagikan hal yang diinginkan oleh penggunanya. Beragam aplikasi media
sosial yang banyak digemari pada setiap aplikasi memiliki fasilitas dan kriteria
yang berbeda-beda. Misalnya Instagram yang dibuat untuk berbagi foto dan video
yang kemudian membagikannya kepada pengikutnya (followers) Instagram
merupakan salah satu aplikasi media sosial yang sedang populer di kalangan
masyarakat khususnya remaja untuk berbagi foto atau video bahkan hal pribadi
sekalipun (Nasrullah Dr. Rulli, 2018)
Setelah mengetahui dampak yang didapatkan dari bermain aplikasi
TikTok, faktanyanya dizaman sekarang bukannya berkurang justeru semakin
merebak para pengguna aplikasi tersebut. Aplikasi yang diatur oleh Kominfo
dengan batasan usia minimal pengguna adalah 16 tahun faktanya begitu banyak
anak yang masih bangku di sekolah dasar yang telah menggunakan aplikasi
TikTok.
Setiap hal yang diciptakan pasti memiliki dampak. Baik dampak terhadap
diri sendiri maupun dampak yang melibatkan orang banyak. Berbicara tentang
dampak, fikiran kita pasti tertuju dengan sesuatu hal yang merugikan. Adapun
karena
Dengan keberadaan TikTok, pengguna berusaha menjadi yang paling
sempurna dengan menerima tantangan menjadikan pengguna aplikasi tersebut
menjadi Narsis untuk mendapatkan kepopuleran diantara pengguna aplikasi
TikTok yang lain. Namun, berbagai alasan mengapa aplikasi ini begitu diminati di
atas bagi penulis terdapat satu alasan kuat yang sangat mendasari yakni alunan DJ
dalam musik aplikasi TikTok dari lagu – lagu terbaru dan fitur-fitur lain yang ada
dalam aplikasi tersebut sehingga membuat para pengguna merasakan sensasi
kecanduan untuk terus menari dan memainkan aplikasi tersebut meskipun hanya
menjadi penonton.
Perilaku Narsistik merupakan suatu gangguan kepribadian. Kepribadian
tersendiri antara manusia yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan yang
diantaranya tidak bisa sama satu dengan yang lain sehingga menjadikan manusia
tersebut unik. Kepribadian tersendiri mencakup perilaku, tanggapan emosi serta
20
pola fikir yang kategorinya mencakup pantas dan tidak pantas atau merusak.
Dalam gangguan kepribadian ini, perilaku, tanggapan emosi serta pola fikir yang
muncul adalah tidak sesuai dengan norma atau tidak pantas serta merusak bagi
diri manusia tersebut maupun merusak bagi lingkungan sosialnya. Pengaruh
kepribadian narsistik ini seperti yang disebut diatas memiliki pengaruh terhadap
perilaku, pola fikir serta tanggapan emosi. Sebuah jurnal penelitian
mengungkapkan hasil pengaruh perilaku narsistik terhadap perilaku dan respon
emosional dengan hasil narsistik berpengaruh pada emosi negatif (Nugraheni
Hariyanti & Wahyuni Salamah, 2016:63).
Narsisme merupakan cinta diri sendiri yang sangat ekstrim, paham yang
menganggap diri sendiri sangat superior dan sangat penting ada extreme self-
impotency (Chaplin, 2001: 64-65). Narsisme juga, digunakan untuk
menggambarkan orang yang mencintai dirinya sendiri. Dalam batas tertentu,
kecintaan pada diri sendiri bisa dianggap normal, tetapi bila berlebihan dan
bersifat mengganggu orang lain ataupun diri sendiri maka dianggap
penyimpangan atau gangguan kepribadian (Philip, 2007: 26-28). Narsisme
ditandai dengan kecenderungan untuk memandang dirinya dengan cara yang
berlebihan, senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain
memberikan pujian, selain itu tertanam dalam dirinya perasaan paling mampu,
paling unik (berbeda) dan merasa khusus dibandingkan dengan orang lain.
Narsisme juga dinampakkan oleh para mahasiswa karena mereka setiap
hari menggunakan media sosial. Salah satunya Mahasiswa Universitas
Gunadarma angkatan 2018 hingga 2021 karena hampir seluruh mahasiswa aktif
menggunakan media sosial TikTok dan menggunakan fitur-fiturnya untuk
mendapatkan respon positif dari follower/ pengikutnya.
Dengan paparan di atas peneliti memiliki asumsi bahwa jejaring sosial
TikTok memiliki kaitan dengan perilaku narsisme karena merupakan salah satu
platform (wahana) media sosial. Konten visual yang disajikan pada Instagram
kecenderungan kepada perilaku narsisme seperti swafoto atau swavideo yang
diposting di akun pribadi untuk mendapatkan like dan komentar dari pengguna
akun lain/follower.
21
Pembangunan dan penumbuhan karakter yang merupakan upaya
perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatar belakangi oleh
realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti; disorientasi
dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan
terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila; bergeser nya nilai etika dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai
budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian
bangsa. Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter
sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta
mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah menjadikan
pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan
nasional. Hal ini selaras dengan tema Pengembangan Kurikulum 2013
sebagaimana disampaikan dalam paparan mantan menteri pendidikan dan
kebudayaan (Muhammad Nuh) mengenai perubahan kurikulum 2013 yang
menekankan produktivitas, kreativitas, inovasi, dan efektivitas melalui penguatan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik (Azizah & Nasrudin, 2014).
Mahasiswa memiliki berbagai pengertian diantaranya, seorang pelajar
tingkat tinggi memiliki peran sebagai penjaga nilai-nilai masyarakat yang
kebenarannya mutlak, yakni menjunjung tinggi kejujuran, keadilan, gotong
royong, integritas, empati dan sifat yang dibutuhkan dalam kehidupan dalam
masyarakat lainnya. Selain itu juga, dituntut pula untuk mampu berpikir secara
ilmiah tentang nilai-nilai yang mereka jaga. Bukan hanya itu saja, Anda juga
sebagai pembawa, penyampai, dan penyebar nilai-nilai serta ilmu-ilmu yang telah
dipelajari (Guardian of Value). Mahasiswa juga bertindak sebagai penggerak yang
mengajak seluruh masyarakat untuk dapat bergerak dalam melakukan perubahan
ke arah yang lebih baik lagi, dengan pertimbangan berbagai ilmu, gagasan, serta
pengetahuan yang mereka miliki. Bukan waktunya lagi sebagai mahasiswa hanya
diam dan juga tidak peduli dengan permasalahan bangsa dan juga negaranya,
karena di pundak merekalah (mahasiswa) titik kebangkitan suatu negara atau
bangsa di letakkan (Agent of Change). Mahasiswa memiliki tingkat pendidikan
yang paling tinggi, sehingga ‘diwajibkan’ untuk mereka memiliki moral yang baik
22
pula. Tingkat intelektual seorang mahasiswa akan disejajarkan dengan tingkat
moralitas nya dalam kehidupannya. Hail ini yang menyebabkan mengapa
mahasiswa dijadikan kekuatan dari moral bangsa yang diharapkan mampu
menjadi contoh dan juga penggerak perbaikan moral pada masyarakat (Moral
Force).

Alasan Memilih Judul


Adapun pemaparan yang sudah dijelaskan mengenai latar belakang
penulisan, dalam penulisan ini penulis ingin memaparkan alasan mengambil tema,
judul, objek permasalahan penulis, yaitu:
1. Dalam penggunaan media sosial baik secara global maupun di Indonesia,
masyarakat cenderung aktif menggunakan media sosial, penggunaan
media sosial hampir menjadi kebutuhan masyarakat sesuai dengan
pemaparan data yang ada di era yang sudah mengalami globalisasi saat ini.
2. TikTok dalam peranan nya sebagai media sosial yang paling banyak di
download dikuartal tahun 2019 – 2021 menjadi daya tarik penulis dalam
memilih media penelitian ini.
3. Dalam banyaknya presentase tingkat unduhan TikTok penulis ingin
mencari tahu apakah ada pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok Terhadap
Perilaku Narsisme Mahasiswa.

Adapun jurnal penelitian ilmiah dan skripsi sejenis yang menjadi referensi
bagi penulis dalam melakukan penelitian ini, diantaranya:
Penelitian yang dilakukan oleh Dita Efani, M. Arif Budiman S., M.Pd
dengan judul “Perilaku Narsistik Pada Anak Pecandu Aplikasi TikTok”
Metode dalam penelitian menggunakan metode kualitatif dengan teknik dalam
pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Proses
analisis data dilakukan dengan melalui tiga tahap yakni Reduksi data, Penyajian
data, Penarikan kesimpulan. Hasil dari wawancara disimpulkan bahwa dari
kesesuaian delapan indikator antara lain kesesuaian pola persuasif, kesesuaian
perasaan grandiose, kesesuaian terprovokasi, kesesuaian keyakinan dirinya
23
istimewa, kesesuaian minta dipuji, kesesuaian mengeksploitasi, kesesuaian kurang
memiliki empati dan kesesuaian arogan. Indikator kesesuaian terbesar diantara
delapan ada pada keinginan untuk mendapatkan pujian ketika seorang anak
kecanduan bermain aplikasi TikTok. Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa
mendapatkan pujian menjadi hal yang sangat penting bagi anak pecandu aplikasi
TikTok.
Penelitian yang dilakukan oleh Devri Aprilian, Yessy Elita, Vira Afriyati
dengan judul “Hubungan Antara Penggunaan Aplikasi TikTok Dengan
Perilaku Narsisme Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama” Penelitian ini
adalah penelitian deskriftif kuantitatif dengan teknik korelasi.Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket penggunaan aplikasi TikTok dan
angket perilaku narsisme. Data dianalisis dengan mengunakan korelasi pearson
product moment. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikansi
antara penggunaan aplikasi TikTok dengan perilaku narsisme yang mempunyai
nilai koefisien korelasi sebesar 0,637 dan taraf signifikansi sebesar p=0,000
(p<0,05) yang artinya, semakin tinggi penggunaan aplikasi TikTok maka akan
semakin tinggi perilaku narsisme. Sebaliknya, semakin rendah penggunaan
aplikasi Tiktok maka semakin rendah perilaku narsismesiswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan Saleh, Muzammil dengan judul
“Pengaruh Media Sosial Instagram Dalam Perilaku Narsis Pada Pelajar Sma
Di Kota Pekanbaru” Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dimana data
dikumpulkan melalui angket dan dokumentasi. Penelitian ini menguji ada atau
tidaknya pengaruh indikator variabel X (Pengaruh Media Sosial Instagram) yaitu
Homepage, Comments, Like, Hastag, Caption, Follow, Stories, Photo dan Video
terhadap variabel Y (perilaku narsis) dengan variabel indikator populer, percaya
diri tinggi, berimajinasi, dikagumi, layak istimewa, kurang empati, iri dan gaya
hidup. Sehingga hasil yang disimpulkan terdapat pengaruh antara media sosial
Instagram dalam perilaku narsis pada pelajar SMA di Kota Pekanbaru dan
terdapat fakto-faktor pelajar dalam berperilaku narsis diantaranya sering
menampilkan foto selfie, berkomentar status dan berbagi informasi.

24
Penelitian yang dilakukan oleh Khoirul Muslimin1 , Muhammad David
Yusuf dengan judul “Pengaruh Penggunaan Instagram Terhadap Perilaku
Narsisme Di Kalangan Mahasiswa” Dalam penelitian ini terdapat dua variabel,
yaitu penggunaan Instagram sebagai variabel bebas (independen) dan perilaku
narsisme sebagai variabel terikat (dependen). Sampel dalam penelitian ini adalah
mahasiswa angkatan 2016-2019. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan simple random sampling. Metode pengumpulan data terdiri dari
observasi, wawancara dan kuesioner. Data dianalisis menggunakan aplikasi IMB
SPSS Statistics 25. Hasil uji korelasi menggunakan analisis korelasi product
moment antara penggunaan media sosial Instagram terhadap perilaku narsisme
adalah 0,636 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti terdapat
pengaruh signifikan dan positif antara penggunaan Instagram terhadap perilaku
narsisme di kalangan mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam,
Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Unisnu Jepara.
Penelitian yang dilakukan oleh Sandi Marga Pratama1, Muchlis2 dengan judul
“Pengaruh Aplikasi TikTok Terhadap Ekspresi Komunikasi Mahasiswa
Universitas Islam Negeri (Uin) Sunan Ampel Surabaya Tahun 2020”
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik
korelasional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah polling
aplikasi Tiktok dan polling pengaruh TikTok terhadap ekspresi komunikasi UIN
Sunan Ampel. Data dianalisis dengan menggunakan Korelasi momen produk
Pearson. Penelitian menunjukkan bahwa ada signifikansi hubungan antara
penggunaan aplikasi TikTok dengan pengaruh TikTok pada ekspresi komunikasi
UIN Sunan Ampel Surabaya. yang memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,637
dan signifikansi ekivalen P = 0,000 (P < 0,05) yang artinya semakin tinggi
penggunaan aplikasi Tiktok maka akan semakin tinggi ekspresi mahasiswa
komunikasi UIN Sunan Ampel terpengaruh. Sebaliknya, semakin rendah
penggunaan aplikasi Tiktok maka semakin rendah efeknya.
Penelitian yang dilakukan oleh Engkus, Hikmat2 , Karso Saminnurahmat
dengan judul “Perilaku Narsis Pada Media Sosial Di Kalangan Remaja Dan
Upaya Penanggulangannya” Penelitian ini bertujuan untuk memetakan profil
25
perilaku narsisme di kalangan remaja dan kebijakan penanggulangannya. Teori
yang digunakan yaitu teori psikoanalis Freud, yang pertama kali menggunakan
istilah narsistik untuk mendeskripsikan orang-orang yang menunjukkan bahwa
dirinya orang penting secara berlebihan dan yang terokupasi dengan keinginan
mendapatkan perhatian. Fase yang dilalui semua anak sebelum menyalurkan cinta
mereka dari diri mereka sendiri kepada significant person, sehingga anak
terfiksasi pada fase narsistik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian survei dengan explanatory research. Berdasarkan hasil penelitian
bahwa perilaku narsisme di kalangan remaja pelajar di kawasan Bandung Timur
berada pada kategori sedang. Namun demikian bukan berarti dalam posisi aman,
sebab perilaku mereka cenderung meningkat seiring dengan berkembangnya
teknologi informasi dan komunikasi. Kebijakan penanggulangannya harus
dilaksanakan secara komprehensif dan berkesinambungan dengan melibatkan
berbagai stakeholders terkait.
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Putri Robiatul Adawiyah dengan judul
“Pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok Terhadap Kepercayaan Diri
Remaja di Kabupaten Sampang” Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kuantitatif dengan paradigma positivistik. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara penyebaran kuesioner sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan.
Sampel pada penelitian kali ini yakni remaja dengan usia 15-19 tahun di
Kabupaten Sampang. Tinjauan pustaka ini dimulai mengenai penggunaan media
sosial TikTok sampai pengaruhnya terhadap kepercayaan diri remaja yang
kemudian berhubungan dengan teori uses and gratification. Teori ini menjelaskan
mengenai konsekuensi keterlibatan individu secara aktif maupun kurang aktif
dalam media. Setiap individu memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda dalam
menggunakan media. Salah satu kebutuhan yang ingin dipenuhi seseorang yakni
mengenai peningkatan kepercayaan diri. Penelitian ini menggunakan analisis
regresi linier sederhana. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan dari penggunaan media sosial TikTok terhadap
kepercayaan diri remaja sebesar 54,5 %

26
Penelitian yang dilakukan oleh Alfiana Yuniar Rahmawati dengan judul
“Pengaruh Intensitas Menggunakan Aplikasi Tiktok Terhadap Perilaku
Narsisme Remaja Muslim Komunitas Muser Jogja Squad” Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui “Apakah Terdapat Pengaruh dari Intensitas
Menggunakan Aplikasi TikTok Terhadap Perilaku Narsisme Remaja Muslim
Komunitas Muser Jogja Squad”. Teori yang digunakan adalah Teori SOR,
Intensitas Menggunakan Aplikasi Tiktok, dan Perilaku Narsisme. Uji Validitas
menggunakan validitas konstruk yang dihitung menggunakan rumus Pearson
Product Moment, sedangkan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach
dengan bantuan SPSS versi 20. Jenis analisis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kuantitatif dengan metode survey dan analisis data menggunakan
metode statistik parametrik, yaitu analisis Pearson Product Moment dengan
bantuan SPSS versi 20. Sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh yang
ditimbulkan dari intensitas menggunakan aplikasi TikTok menggunakan rumus
Koefisien Determinasi. Teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner,
wawancara dan dokumentasi dengan teknik pengambilan sampel menggunakan
Purposive Sample, yaitu sebanyak 31 responden. Dari pengolahan data,
ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara intensitas
menggunakan aplikasi tiktok terhadap perilaku narsisme remaja muslim
komunitas Muser Jogja Squad. Pengaruh yang ditimbulkan sebesar 36,72%.
Penelitian ini menggunakan dk = 29 (N – 2 atau 31 - 2) dan tingkat probabilitas
atau taraf signifikansi sebesar 0,05 (5%) maka rtabel sebesar 0,355 dan dari
perhitungan diperoleh rhitung sebesar 0,606. Dengan demikian karena rhitung>
rtabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Dari berbagai informasi yang telah dijabarkan diatas, diketahui bahwa
adanya pengaruh penggunaan aplikasi TikTok terhadap perilaku narsisme yang
sudah diteliti terlebih dahulu. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik
meneliti lebih mendasar dan memutuskan untuk melakukan penelitian dengan
mengambil judul, “Pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok Terhadap Perilaku
Narsisme (Studi pada Mahasiswa Universitas Gunadarma Angkatan 2018-
2021)”
27
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Pengaruh Penggunaan Aplikasi
TikTok Terhadap Perilaku Narsisme pada Mahasiswa Universitas Gunadarma
Angkatan 2018-2021?
1.3 Batasan Masalah
Dengan maksud agar penelitian ini menjadi lebih terarah serta dengan
dukungan data yang tersedia, maka ruang lingkup penelitian dibatasi sebagai
berikut:
1. Subjek penelitian hanya mahasiswa aktif Universitas Gunadarma 2018-2021.
2. Kajian yang dilakukan hanya sebatas Pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok
Terhadap Perilaku Narsisme (Studi pada Mahasiswa Universitas Gunadarma
Angkatan 2018-2021.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas bahwa tujuan yang ingin dicapai
penulis adalah mengetahui “Pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok Terhadap
Perilaku Narsisme pada Mahasiswa Universitas Gunadarma Angkatan 2018-
2021)”
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, dan tujuan
penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat untuk berbagai pihak. Adapun pihak-pihak yang diharapkan
dapat merasakan manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Kegunaan teoritis dalam penelitian ini adalah memberikan kontribusi
dalam bentuk studi kasus, mengenai pengaruh penggunaan aplikasi
TikTok kepada perilaku narsistik mahasiswa Universitas Gunadarma
2018 – 2021.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lembaga Pendidikan

28
Hasil penelitian ini di harapkan sebagai tambahan informasi dalam
merumuskan dan mengevaluasi Pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok
Terhadap Perilaku Narsisme pada Mahasiswa Universitas Gunadarma
Angkatan 2018-2021.
b. Bagi Akademisi
Penelitian ini di harapkan menjadi bahan referensi pada penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan perilaku narsistime.
c. Bagi Penulis
Sebagai wadah pengaplikasian ilmu yang telah di dapatkan selama
berada di lapangan serta sarana untuk menambah wawasan dan
pengalaman serta mengamati langsung dunia pendidikan di saat pandemi
Covid – 19.
1.6 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif yang
menjelaskan masalah yang hasilnya dapat di generealisasikan (Kriyonto, 2006:
55) dan termasuk dalam paradigma positivisme yang menjelaskan hubungan antar
suatu variabel dengan variabel lainnya yang saling berhubungan, yang di lakukan
dengan cara menyebar kuesioner berisi pertanyaan yang di jawab oleh responden
yang merupakan mahasiswa Universitas Gunadarma jurusan angkatan 2018-2021.

29
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini di bagi menjadi lima bab yang terdiri atas
BAB I: Pendahuluan
Dalam bab ini menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penelitian.
BAB II: Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini akan menguraikan cara memandang permasalahan secara
komprehensif (landasan konseptual), teori yang di gunakan (landasan teoritis).
Penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini, kerangka penelitian dan
landasan hipotesis penelitian.
BAB III: Metode Penelitian
Bab ini berisikan metode penelitian, objek penelitian, pendekatan penelitian,
paradigma penelitian, metode pengumpulan data, dan skala pengukuran.
BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam bab ini akan membahas mengenai gambaran umum objek penelitian dan
pembahasan yang akan menguraikan keterkaitan antara faktor – faktor dari data
yang di peroleh, serta analisis data tersebut dengan menggunakan teori yang di
ajukan.
BAB V: Penutup
Bab ini berisi kesimpulan yang di dapatkan dari hasil penelitian, dan saran – saran
untuk penelitian selanjutnya dan kepada pihak terkait sehubungan dengan hasil
penelitian.

30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Konseptual

2.1.1 Pengaruh
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015:1045), pengaruh adalah
daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk
watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Pengaruh merupakan suatu daya
atau kekuatan yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala
sesuatu yang ada di alam sehingga mempengaruhi apa-apa yang ada disekitarnya
(Yosin, 2012:1).
Menurut Surakhmad (2012: 1), Pengaruh adalah kekuatan yang muncul
dari sesuatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan
perubahan yang dapat membentuk kepercayaan atau perubahan.
Dapat disimpulkan pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan yang
dapat timbul dari sesuatu, baik itu watak, orang, benda, kepercayaan, hukum dan
perbuatan seseorang yang dapat mempengaruhi lingkungan yang ada di
sekitarnya.

2.1.2 Penggunaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 852), penggunaan memiliki
arti proses, cara perbuatan memakai sesuatu, atau pemakaian. Penggunaan
merupakan kegiatan dalam menggunakan atau memakai sesuatu seperti sarana
atau barang. Menurut Ardianto Elvinaro dalam bukunya yang berjudul
Komunikasi Massa (2004: 125), tingkat penggunaan media dapat dilihat dari
frekuensi dan durasi dari penggunaan media tersebut.

31
2.1.3 Media Sosial
Media sosial sendiri didefinisikan sebuah media online, dengan para
penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi
meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial
dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh
masyarakat di seluruh dunia. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein (2010: 59-
68) mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis
internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan yang
memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content".
Media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial. Sosial
media menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi
dialog interaktif. Beberapa situs media sosial yang populer sekarang ini antara
lain: TikTok, Blog, Twitter, Facebook, dan Instagram. Definisi lain dari sosial
media juga di jelaskan oleh Van Dijk (2017: 11) media sosial adalah platform
media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka
dalam beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat dilihat
sebagai fasilitator online yang menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus
sebagai sebuah ikatan sosial.
Menurut Shirky media sosial dan perangkat lunak sosial merupakan alat
untuk meningkatkan kemampuan pengguna untuk berbagi (to share), bekerja
sama (to cooperate) diantara pengguna dan melakukan tindakan secara kolektif
yang semuanya berada diluar kerangka institusional maupun organisasi. Media
sosial adalah mengenai menjadi manusia biasa. Manusia biasa yang saling
membagi ide, bekerjasama, dan berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berpikir,
berdebat, menemukan orang yang bisa menjadi teman baik, menemukan
pasangan, dan membangun sebuah komunitas. Intinya, menggunakan media sosial
menjadikan kita sebagai diri sendiri.

32
Menurut Lometti, Reeves, dan Bybee (2016: 22) penggunaan media oleh
individu dapat dilihat dari tiga hal, yaitu:
a. Jumlah waktu, hal ini berkaitan dengan frekuensi, intensitas, dan
durasi yang digunakan dalam mengakses situs
b. Isi media, yaitu memilih media dan cara yang tepat agar pesan
yang ingin disampaikan dapat dikomunikasikan dengan baik.
c. Hubungan media dengan individu dalam penelitian ini adalah
keterkaitan pengguna dengan media sosial.
Beberapa pengertian diatas tentang penggunaan media sosial maka dapat
disimpulkan penggunaan media sosial adalah proses atau kegiatan yang dilakukan
seseorang dengan sebuah media yang dapat digunakan untuk berbagi informasi,
berbagi ide, berkreasi, berfikir, berdebat, menemukan teman baru dengan sebuah
aplikasi online yang dapat digunakan melalui smartphone (telefon genggam).

2.1.3.1 Ciri - Ciri Media Sosial


Merebaknya situs media sosial yang muncul menguntungkan banyak
orang dari berbagai belahan dunia untuk berinteraksi dengan mudah dan dengan
ongkos yang murah ketimbang memakai telepon. Dampak positif yang lain dari
adanya situs jejaring sosial adalah percepatan penyebaran informasi. Akan tetapi
ada pula dampak negatif dari media sosial, yakni berkurangnya interaksi
interpersonal secara langsung atau tatap muka, munculnya kecanduan yang
melebihi dosis, serta persoalan etika dan hukum karena kontennya yang
melanggar moral, privasi serta peraturan. Dalam artikelnya berjudul “User of the
World, Unite! The Challenges and Opportunities of Social Media,” di Majalah
Business Horizons (2010) Andreas M Kaplan dan Michael Haenlein (2014: 26)
membuat klasifikasi untuk berbagai jenis media sosial yang ada berdasarkan ciri-
ciri penggunaannya.

33
Menurut mereka, pada dasarnya media sosial dapat dibagi menjadi enam
jenis, yaitu:
1. Pertama, proyek kolaborasi website, di mana user-nya diizinkan untuk
dapat mengubah, menambah, atau pun membuang konten-konten yang
termuat di website tersebut, seperti Wikipedia.
2. Kedua, blog dan microblog, di mana user mendapat kebebasan dalam
mengungkapkan suatu hal di blog itu, seperti perasaan, pengalaman,
pernyataan, sampai kritikan terhadap suatu hal, seperti Twitter.
3. Ketiga, konten atau isi, di mana para user di website ini saling
membagikan konten-konten multimedia, seperti e-book, video, foto,
gambar, dan lain-lain seperti Instagram dan Youtube.
4. Keempat, situs jejaring sosial, di mana user memperoleh izin untuk
terkoneksi dengan cara membuat informasi yang bersifat pribadi,
kelompok atau sosial sehingga dapat terhubung atau diakses oleh
orang lain, seperti misalnya Facebook.
5. Kelima, virtual game world, di mana pengguna melalui aplikasi 3D
dapat muncul dalam wujud avatar-avatar sesuai keinginan dan
kemudian berinteraksi dengan orang lain yang mengambil wujud
avatar juga layaknya di dunia nyata, seperti online game.
6. Keenam, virtual social world, merupakan aplikasi berwujud dunia
virtual yang memberi kesempatan pada penggunanya berada dan hidup
di dunia virtual untuk berinteraksi dengan yang lain. Virtual social
world ini tidak jauh berbeda dengan virtual game world, namun lebih
bebas terkait dengan berbagai aspek kehidupan, seperti Second Life.

34
Menurut Andreas M Kaplan dan Michael Haenlein (2014: 27) Muatan
tentang media sosial diatas maka ciri-ciri media sosial adalah sebagai berikut:
1. Konten yang disampaikan dibagikan kepada banyak orang dan tidak
terbatas pada satu orang tertentu
2. Isi pesan muncul tanpa melalui suatu gatekeeper dan tidak ada gerbang
penghambat
3. Isi disampaikan secara online dan langsung
4. Konten dapat diterima secara online dalam waktu lebih cepat dan bisa
juga tertunda penerimaannya tergantung pada waktu interaksi yang
ditentukan sendiri oleh pengguna
5. Media sosial menjadikan penggunanya sebagai creator dan aktor yang
memungkinkan dirinya untuk beraktualisasi diri
6. Dalam konten media sosial terdapat sejumlah aspek fungsional seperti
identitas, percakapan (interaksi), berbagi (sharing), kehadiran (eksis),
hubungan (relasi), reputasi (status) dan kelompok (group).
Tak bisa dipungkiri, media sosial dalam perkembangan media telah
mengambil bentuk yang menandingi media-media konvensional atau tradisional,
seperti televisi, radio, atau media cetak. Keunggulan itu dapat terjadi karena
media sosial tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak, modal yang besar,
dan tidak terikat oleh fasilitas infrastruktur produksi yang massif seperti kantor,
gedung dan perangkat peliputan yang lain.

2.1.3.2 Jenis Media Sosial


Adapun jenis dari media sosial menurut Tim Pusat Humas Kementrian
Perdagangan RI (2014: 65-82) yang dapat dibagi dalam beberapa fungsi rincian
fitur, tujuan dan deskripsi aplikasi tersebut yaitu:

35
Aplikasi Media Sosial Berbagi Video (Video Sharing)
Aplikasi berbagi video tentu sangat efektif untuk menyebarkan beragam
program pemerintah. Program tersebut dapat berupa kunjungan atau pertemuan di
lapangan, keterangan pemerintah, diskusi publik tentang suatu kebijakan, serta
berbagai usaha dan perjuangan pemerintah melaksanakan program-program
perdagangan.
Selain itu, tentu saja sebelum penyebaran, suatu video memerlukan tahap
verifikasi sesuai standar berlaku. Sebaliknya, pemerintah juga perlu memeriksa,
membina serta mengawasi video yang tersebar di masyarakat yang terkait dengan
program perdagangan pemerintah. Sejauh ini, dari beragam aplikasi video sharing
yang beredar setidaknya ada tiga program yang perlu diperhatikan, terkait dengan
jumlah user dan komunitas yang telah diciptakan oleh mereka yakni TikTok,
YouTube, Vimeo dan DailyMotion.

Aplikasi Media Sosial Mikro Blog


Aplikasi mikro blog tergolong yang paling gampang digunakan di antara
program-program media sosial lainnya. Peranti pendukungnya tak perlu repot
menggunakan telepon pintar, cukup dengan menginstal aplikasinya dan jaringan
internet. Aplikasi ini menjadi yang paling tenar di Indonesia setelah Facebook.
Ada dua aplikasi yang cukup menonjol dalam masyarakat Indonesia, yakni
Twitter dan Tumblr.

Aplikasi Media Sosial Berbagi Jaringan Sosial


Setidaknya ada tiga aplikasi berbagi jaringan sosial yang menonjol dan
banyak penggunanya di Indonesia, khususnya untuk tipe ini. Yakni Facebook,
Google Plus, serta Zenly. Masing-masing memang memiliki kelebihan dan
kekurangan tersendiri. Namun pada umumnya, banyak pakar media sosial
menganjurkan agar tidak menggunakan aplikasi berbagi aktivitas sosial ini jika
menyangkut urusan pekerjaan atau hal-hal yang terkait profesi (pekerjaan).
Aplikasi ini menurut mereka lebih tepat digunakan untuk urusan yang lebih

36
bersifat santai dan pribadi, keluarga, teman, sanak saudara, kumpul-kumpul
hingga arisan.
Namun karena penggunaannya yang luas, banyak organisasi dan bahkan
lembaga pemerintah membuat akun aplikasi ini untuk melancarkan program, misi
dan visinya. Walau begitu, agar lebih kenal dengan segmentasi pengguna dan
karakter aplikasi ini, maka penerapan bahasa dan tampilan konten yang akan
disebarkan juga harus lebih santai, akrab, disertai contoh kejadian lapangan. Lebih
baik lagi jika disertai dengan foto atau infografis.

Aplikasi Berbagi Jaringan Profesional


Para pengguna aplikasi berbagi jaringan professional umumnya terdiri atas
kalangan akademi, mahasiswa para peneliti, pegawai pemerintah dan pengamat.
Dengan kata lain, mereka adalah kalangan kelas menengah Indonesia yang sangat
berpengaruh dalam pembentukan opini masyarakat. Sebab itu, jenis aplikasi ini
sangat cocok untuk mempopulerkan dan menyebarkan misi perdagangan yang
banyak memerlukan telaah materi serta hal – hal yang memerlukan perincian data.
Juga efektif untuk menyebarkan dan mensosialisasikan perundang-undangan atau
peraturan-peraturan lainnya. Sejumlah aplikasi jaringan profesional yang cukup
populer di Indonesia antara lain LinkedIn, Scribd dan Slideshare.

Aplikasi Berbagi Foto Dan Video


Aplikasi jaringan berbagi foto sangat populer bagi masyarakat Indonesia.
Sesuai karakternya, aplikasi ini lebih banyak menyebarkan materi komunikasi
sosial yang lebih santai, tidak serius, kadang-kadang banyak mengandung unsur-
unsur aneh, eksotik, lucu, bahkan menyeramkan. Sebab itulah, penyebaran
program pemerintah juga efektif dilakukan lewat aplikasi ini. Tentu saja, materi
yang disebarkan juga harus menyesuaikan karakter aplikasi ini. Materi itu dapat
berupa kunjungan misi perdagangan ke daerah yang unik, eksotik, pasar atau
komunitas perdagangan tertentu. Beberapa aplikasi yang cukup populer di
Indonesia antara lain TikTok, Pinterest, Picasa, Flickr dan Instagram.

37
2.1.3.3 Fungsi Media Sosial
Media sosial memiliki beberapa fungsi sebagai berikut (ibid, 2014: 33):
a. Media sosial adalah media yang didesain untuk memperluas interaksi
sosial manusia menggunakan internet dan teknologi web.
b. Media sosial berhasil mentransformasi praktik komunikasi searah media
siaran dari satu institusi media ke banyak audience (“one to many”)
menjadi praktik komunikasi dialogis antar banyak audience (“many to
many”).
c. Media sosial mendukung demokratisasi pengetahuan dan informasi.
Mentransformasi manusia dari pengguna isi pesan menjadi pembuat pesan
itu sendiri.

2.1.3.4 Manfaat Media Sosial


Media sosial merupakan bagian dari sistem relasi, koneksi dan
komunikasi. Berikut ini sikap yang harus kita kembangkan terkait dengan peran,
dan manfaat media sosial (ibid, 2014: 34 - 37):
a. Sarana belajar, mendengarkan, dan menyampaikan.
Berbagai aplikasi media sosial dapat dimanfaatkan untuk belajar melalui
beragam informasi, data dan isu yang termuat di dalamnya. Pada aspek
lain, media sosial juga menjadi sarana untuk menyampaikan berbagai
informasi kepada pihak lain. Konten-konten di dalam media sosial berasal
dari berbagai belahan dunia dengan beragam latar belakang budaya, sosial,
ekonomi, keyakinan, tradisi dan tendensi. Oleh karena itu, benar jika
dalam arti positif, media sosial adalah sebuah ensiklopedi global yang
tumbuh dengan cepat. Dalam konteks ini, pengguna media sosial perlu
sekali membekali diri dengan kekritisan, pisau analisa yang tajam,
perenungan yang mendalam, kebijaksanaan dalam penggunaan dan emosi
yang terkontrol.
b. Sarana dokumentasi, administrasi dan integrasi.
Bermacam aplikasi media sosial pada dasarnya merupakan gudang dan
dokumentasi beragam konten, dari yang berupa profil, informasi, reportase
38
kejadian, rekaman peristiwa, sampai pada hasil-hasil riset kajian. Dalam
konteks ini, organisasi, lembaga dan perorangan dapat memanfaatkannya
dengan cara membentuk kebijakan penggunaan media sosial dan
pelatihannya bagi segenap karyawan, dalam rangka memaksimalkan
fungsi media sosial sesuai dengan target-target yang telah dicanangkan.
Beberapa hal yang bisa dilakukan dengan media sosial, antara lain
membuat blog organisasi, mengintegrasikan berbagai lini di perusahaan,
menyebarkan konten yang relevan sesuai target di masyarakat, atau
memanfaatkan media sosial sesuai kepentingan, visi, misi, tujuan,
efisiensi, dan efektifitas operasional organisasi.
c. Sarana perencanaan, strategi dan manajemen.
Akan diarahkan dan dibawa ke mana media sosial, merupakan domain dari
penggunanya. Oleh sebab itu, media sosial di tangan para pakar
manajemen dan marketing dapat menjadi senjata yang dahsyat untuk
melancarkan perencanaan dan strateginya. Misalnya saja untuk melakukan
promosi, menggaet pelanggan setia, menghimpun loyalitas customer,
menjajaki market, mendidik publik, sampai menghimpun respons
masyarakat.
d. Sarana kontrol, evaluasi dan pengukuran.
Media sosial berfaedah untuk melakukan kontrol organisasi dan juga
mengevaluasi berbagai perencanaan dan strategi yang telah dilakukan.
Ingat, respons publik dan pasar menjadi alat ukur, kalibrasi dan parameter
untuk evaluasi. Sejauh mana masyarakat memahami suatu isu atau
persoalan, bagaimana prosedur-prosedur ditaati atau dilanggar publik, dan
seperti apa keinginan dari masyarakat, akan bisa dilihat langsung melalui
media sosial. Pergerakan keinginan, ekspektasi, tendensi, opsi dan posisi
pemahaman publik akan dapat terekam dengan baik di dalam media sosial.
Oleh sebab itu, media sosial juga dapat digunakan sebagai sarana preventif
yang ampuh dalam memblok atau memengaruhi pemahaman publik.

39
2.1.4 TikTok
TikTok pada awalnya merupakan aplikasi yang dibuat untuk menggali
kreativitas para pengguna, dengan menggunakan video yang menarik dan lucu
tentunya mengharuskan para pembuat kontennya agar kreatif. Dilansir
cewekbanget.id, durasi video TikTok yang pendek yakni 15 detik – 3 menit
ternyata juga bisa menjadi alasan kedua aplikasi ini menarik untuk digunakan
setelah dorongan kreativitas. Dengan durasi yang pendek, para pengguna
didorong untuk dapat menyusun konsep dalam mengidentifikasi konten pilihan
yang akan mereka buat jika masih belum menyukai konsep konten pilihan mereka
bisa langsung melanjutkan pencarian konsep lain dengan cepat karena durasi
waktu yang singkat sehingga tidak terlalu memakan banyak waktu. Alasan lain
mengapa aplikasi TikTok ini banyak diminati yakni menggunakan teknologi
kecerdasan buatan (AI Lab) dari Jinri Toutiao dimana isinya adalah teknologi face
recognition, body recognition dan 3D rendering dengan dukungan full-screen
sticker, dancing game, AR sticker dan 3D coloring yang membuat betah para
pengguna aplikasi tersebut.

Fitur TikTok
TikTok memiliki fitur yang diantaranya, meliputi:
1. Penambahan musik
Sesuai dengan penjelasan di atas, TikTok merupakan salah satu platform video
musik. Ini artinya salah satu fitur utama yang terdapat pada aplikasi TikTok
adalah fitur penambahan musik. Anda dapat menambahkan beragam jenis
musik yang sesuai dengan konten video yang ingin Anda buat.
2. Filter pada video
Fitur ke-2 yang juga dapat digunakan oleh seluruh pengguna TikTok adalah
fitur filter yang ada pada video. Pengguna bisa menambahkan filter pada video
untuk mengubah tune warna pada video. Selain itu, Anda juga bisa
menyesuaikan tone dan rona sesuai dengan objek video Anda.
3. Filter sticker dan efek video

40
TikTok menyediakan setidaknya 5 kategori efek yang dapat Anda coba,
diantaranya ada efek visual, efek sticker, efek transition, efek split dan juga
waktu. Dalam efek stiker anda dapat menemukan beragam pilihan seperti, hot,
classic, selfie, hair, funny, interactive, heart, vlog, animal dan glasses. Filer ini
tak lain bertujuan untuk membuat video yang dibuat menjadi terkesan lebih
kreatif.
4. Filter voice changer
Pengguna kini dapat mengubah suaranya dalam video yang mereka buat
dengan menggunakan fitur Voice Changer ini. Dengan beragam efek suara
yang berbeda, pengguna kini dapat menambahkan keseruan dan kreativitas ke
dalam video mereka dengan mudah. Cara nya pun cukup mudah untuk
dilakukan, Anda hanya perlu merekam atau dapat memilih dari galeri
smartphone Anda, kemudian pilih voice effect.
5. Filter Beautify
Bagi Anda yang ingin tampil lebih percaya diri disetiap video yang dibuat,
TikTok menyediakan fitur beautify yang dapat membuat wajah para pengguna
akan terlihat jadi jauh lebih cantik atau lebih tampan, bahkan terlihat lebih
keren dan juga unik. Selain itu, Fitur ini juga bisa mengatur bentuk wajah,
warna mata, dan juga memperhalus wajah.
6. Filter auto captions
Fitur ini merupakan salah satu fitur baru yang disediakan oleh TikTok. Fitur
ini memungkinkan kreator konten TikTok menyertakan subtitle yang dibuat
secara otomatis oleh aplikasi. Tujuan disediakannya fitur ini adalah untuk
mempermudah semua orang sehingga dengan mudah dapat mengakses atau
menikmati video yang dibuat, terlebih bagi mereka yang memiliki kesulitan
mendengar. Cara menggunakannya pun mudah, Anda hanya perlu mengklik
fitur “Caption” pada laman editing sebelum menggugah video.
Setelah itu, kata-kata yang diucapkan oleh kreator di dalam konten tersebut
akan di transkripsi secara otomatis oleh aplikasi. Setelah itu, Anda dapat
melihat dan menyunting subtitle yang telah dibuat supaya teksnya tidak keliru.
7. Fitur hapus komen dan blokir pengguna secara massal
41
Belum lama ini, Tik Tok juga memperkenalkan fitur baru yang dapat
memungkinkan kreator lebih mudah menghalau bullying. Sayangnya, tidak
semua pihak mendukung peluncuran fitur baru ini. Pasalnya, banyak yang
berpikiran dengan menggunakan fitur baru tersebut, memungkinkan kreator
mengubah personanya, di mana konten yang diunggah mereka terlihat
diterima dengan baik. Padahal mungkin saja ada banyak audiens TikTok yang
menolaknya.
Untuk menggunakannya, pengguna bisa menekan agak lama pada sebuah
komentar atau mengetuk ikon pensil yang ada di sudut kiri atas untuk
membuka pilihan. Dari situ, kreator bisa memilih 100 komentar atau akun
untuk dihapus atau diblok alih-alih harus menyisir satu per satu. Dengan
begitu penghapusan komentar atau pemblokiran akun bisa lebih mudah.
8. Fitur live
Tidak banyak yang tahu, TikTok juga memiliki fitur live yang dapat oleh
digunakan oleh penggunanya. Sayangnya, tidak seperti platform media sosial
lainnya, tidak semua pengguna TikTok diizinkan untuk memulai Video
Langsung di platform. Pasalnya hanya pengguna yang memiliki minimal 1000
followers atau pengikut yang bisa melakukan live di TikTok

2.1.5 Perilaku
Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi
dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak
tampak, dari yang dirasakan sampai paling yang tidak dirasakan (Okviana, 2015).
Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2011) merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Pengertian ini dikenal dengan teori S-O-R atau “Stimulus-Organisme-Respon”.
Respon dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Respon respondent atau reflektif

42
Adalah respon yang dihasilkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu.
Biasanya respon yang dihasilkan bersifat relatif tetap disebut juga eliciting
stimuli. Perilaku emosional yang menetap misalnya orang akan tertawa
apabila mendengar kabar gembira atau lucu, sedih jika mendengar
musibah, kehilangan dan gagal serta minum jika terasa haus.
2. Operan Respon
Respon operant atau instrumental respon yang timbul dan berkembang
diikuti oleh stimulus atau rangsangan lain berupa penguatan. Perangsang
perilakunya disebut reinforcing stimuli yang berfungsi memperkuat
respon. Misalnya, petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik
dikarenakan gaji yang diterima cukup, kerjanya yang baik menjadi
stimulus untuk memperoleh promosi jabatan.
2.1.5.1 Jenis – Jenis Perilaku
Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana (2015):
1. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan saraf.
2. Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif.
3. Perilaku tampak dan tidak tampak.
4. Perilaku sederhana dan kompleks.
5. Perilaku kognitif, afektif, kognitif, dan psikomotor.

2.1.5.2 Bentuk – Bentuk Perilaku


Menurut Notoatmodjo (2011), dilihat dari bentuk respons terhadap
stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua.
1. Bentuk pasif /Perilaku tertutup (covert behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi
pada seseorang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati
secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)

43
Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.

2.1.5.2 Faktor – Faktor Yang Mempegaruhi Perilaku


Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (dalam Notoatmodjo,
2007) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok,
yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (nonbehaviour
causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor
yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya.
a. Pengetahuan apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku
melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap
yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long
lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang dalam hal ini pengetahuan yang
tercakup dalam domain kognitif mempunyai tingkatan (Notoatmodjo,
2007). Untuk lebih jelasnya, bahasan tentang pengetahuan akan
dibahas pada bab berikutnya.
b. Sikap Menurut Zimbardo dan Ebbesen, sikap adalah suatu predisposisi
(keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau obyek yang
berisi komponen-komponen cognitive, affective dan behavior (dalam
Linggasari, 2008). Terdapat tiga komponen sikap, sehubungan dengan
faktor-faktor lingkungan kerja, sebagai berikut:
1) Afeksi (affect) yang merupakan komponen emosional atau
perasaan.
2) Kognisi adalah keyakinan evaluatif seseorang. Keyakinan -
keyakinan evaluatif, di manifestasi dalam bentuk impresi atau

44
kesan baik atau buruk yang dimiliki seseorang terhadap objek
atau orang tertentu.
3) Perilaku, yaitu sebuah sikap berhubungan dengan
kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap seseorang
atau hal tertentu dengan cara tertentu (Winardi, 2004).
Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:
menerima (receiving), menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan. Merespon (responding), memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga. Bertanggung jawab (responsible), bertanggungjawab atas segala
suatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang memiliki
tingkatan paling tinggi menurut Notoatmodjo (2011).
2. Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
keselamatan kerja, misalnya ketersedianya alat pendukung, pelatihan
dan sebagainya.
3. Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini meliputi
undang-undang, peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya
menurut Notoatmodjo (2007).
Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku menurut Sunaryo
(2004) dalam Hariyanti (2015) dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Faktor Genetik atau Faktor Endogen
Faktor genetik atau faktor keturunan merupakan konsep dasar atau modal
untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor
genetik berasal dari dalam individu (endogen), antara lain:
a. Jenis Ras
Semua ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda
dengan yang lainnya, ketiga kelompok terbesar yaitu ras kulit putih

45
(Kaukasia), ras kulit hitam (Negroid) dan ras kulit kuning
(Mongoloid).
b. Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara
berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku
berdasarkan pertimbangan rasional. Sedangkan wanita berperilaku
berdasarkan emosional.
c. Sifat Fisik
Perilaku individu akan berbeda-beda karena sifat fisiknya.

46
d. Sifat Kepribadian
Perilaku individu merupakan manifestasi dari kepribadian yang
dimilikinya sebagai pengaduan antara faktor genetik dan
lingkungan. Perilaku manusia tidak ada yang sama karena adanya
perbedaan kepribadian yang dimiliki individu.
e. Bakat Pembawaan
Bakat menurut Notoatmodjo (2003) dikutip dari William B.
Micheel (1960) adalah kemampuan individu untuk melakukan
sesuatu lebih sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai hal
tersebut.
f. Intelegensi
Intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu, oleh
karena itu kita kenal ada individu yang intelegensi tinggi yaitu
individu yang dalam pengambilan keputusan dapat bertindak tepat,
cepat dan mudah. Sedangkan individu yang memiliki intelegensi
rendah dalam pengambilan keputusan akan bertindak lambat.
2. Faktor Eksogen atau Faktor Dari Luar Individu
Faktor yang berasal dari luar individu antara lain:
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada disekitar
individu. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap individu karena
lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku.
Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku itu dibentuk melalui suatu
proses dalam interkasi manusia dengan lingkungan.
1) Usia
Menurut Sarwono (2000), usia adalah faktor terpenting juga
dalam menentukan sikap individu, sehingga dalam keadaan
diatas responden akan cenderung mempunyai perilaku yang
positif dibandingkan umur yang dibawahnya. Menurut Hurlock
(2008) masa dewasa dibagi menjadi 3 periode yaitu masa
dewasa awal (18-40 tahun), masa dewasa madya (41-60 tahun)
47
dan masa dewasa akhir (>61 tahun). Menurut Santrock (2003)
dalam Apritasari (2018), orang dewasa muda termasuk masa
transisi, baik secara fisik, transisi secara intelektual, serta
transisi peran sosial.Perkembangan sosial masa dewasa awal
adalah puncaak dari perkembangan sosial masa dewasa.
2) Pendidikan
Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada
proses belajar dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku,
yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti dan tidak dapat menjadi dapat. Menurut Notoatmodjo
(2003), pendidikan mempengaruhi perilaku manusia, beliau
juga mengatakan bahwa apabila penerimaan perilaku baru
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, sikap positif maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Dengan demikian
semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin
tepat dalam menentukan perilaku serta semakin cepat pula
untuk mencapai tujuan meningkatkan derajat kesehatan.
3) Pekerjaan
Bekerja adalah salah satu jalan yang dapat digunakan manusia
dalam menemukan makna hidupnya. Dalam berkarya manusia
menemukan sesuatu serta mendapatkan penghargaan dan
pencapaian pemenuhan diri menurut Azwar (2003). Sedangkan
menurut Nursalam (2001) pekerjaan umumnya merupakan
kegiatan yang menyita waktu dan kadang cenderung
menyebabkan seseorang lupa akan kepentingan kesehatan diri.
4) Pekerjaan
Bekerja adalah salah satu jalan yang dapat digunakan manusia
dalam menemukan makna hidupnya. Dalam berkarya manusia
menemukan sesuatu serta mendapatkan penghargaan dan
pencapaian pemenuhan diri menurut Azwar (2003). Sedangkan
menurut Nursalam (2001) pekerjaan umumnya merupakan
48
kegiatan yang menyita waktu dan kadang cenderung
menyebabkan seseorang lupa akan kepentingan kesehatan diri.
5) Sosial Ekonomi
Lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang
adalah lingkungan sosial, lingkungan sosial dapat menyangkut
sosial. Menurut Nasirotun (2013) status sosial ekonomi adalah
Sosial Ekonomi Lingkungan yang berpengaruh terhadap
perilaku seseorang adalah lingkungan sosial, lingkungan sosial
dapat menyangkut sosial. Menurut Nasirotun (2013) status
sosial ekonomi adalah posisi dan kedudukan seseorang di
masyarakat berhubungan dengan pendidikan, jumlah
pendapatan dan kekayaan serta fasilitas yang dimiliki. Menurut
Sukirno (2006) pendapatan merupakan hasil yang diperoleh
penduduk atas kerjanya dalam satu periode tertentu, baik
harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Pendapatan
merupakan dasar dari kemiskinan. Pendapatan setiap individu
diperoleh dari hasil kerjanya. Sehingga rendah tingginya
pendapatan digunakan sebagai pedoman kerja. Mereka yang
memiliki pekerjaan dengan gaji yang rendah cenderung tidak
maksimal dalam berproduksi. Sedangkan masyarakat yang
memiliki gaji tinggi memiliki motivasi khusus untuk bekerja
dan produktivitas kerja mereka lebih baik dan maksimal.
6) Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat-istiadat atau
peradaban manusia, dimana hasil kebudayaan manusia akan
mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri.

49
3. Faktor-Faktor Lain
Faktor ini dapat disebutkan antara lain sebagai berikut: susunan saraf
pusat, persepsi dan emosi. Green (1980) berpendapat lain tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku, antara lain:
a. Faktor lain mencakup pengetahuan dan sikap seseorang terhadap
kesehatan tradisi dan kepercayaan seseorang terhadap hal-hal yang
terkait dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut seseorang tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.
b. Faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat, termasuk juga fasilitas pelayanan
kesehatan. Hal ini sesuai dengan teori Azwar (1995), bahwa berbagai
bentuk media massa seperti: radio, televisi, majalah dan penyuluhan
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan seseorang. Sehingga semakin banyak menerima informasi
dari berbagai sumber maka akan meningkatkan pengetahuan seseorang
sehingga berperilaku ke arah yang baik.
c. Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama
termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari
pusat atau pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan menurut
Novita (2011)

2.1.5.3 Bentuk – Bentuk Perubahan Perilaku


Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang
digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Bentuk –
bentuk perilaku dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

50
1. Perubahan alamiah (Neonatal chage)
Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan itu disebabkan
karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu
perubahan lingkungan fisik atau sosial, budaya dan ekonomi maka anggota
masyarakat didalamnya yang akan mengalami perubahan.
2. Perubahan Rencana (Plane Change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh
subjek.
3. Perubahan Rencana (Plane Change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh
subjek.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa perilaku seseorang dapat
berubah-ubah ditandai dengan adanya suatu proses yang diterima, dicerna, dan
merespon hal tersebut. Namun hal tersebut juga dipengaruhi dengan suatu
keadaan fisiologis dan non-fisiologis yang ada pada individu tersebut, seperti ras,
fisik, kelamin, hukum, adat, dan kepercayaan yang dipegang oleh seseorang itu
sendiri.

2.1.6 Narsistik
Istilah gangguan kepribadian nartistik berasal dari nama narcissus dalam
mitologi Yunani. Ia jatuh cinta kepada bayangan dirinya sendiri, ditelan oleh
hasrat diri sendiri, dan berubah menjadi bunga. Narsisme secara singkat berarti
cinta diri, perhatian yang sangat berlebihan kepada diri sendiri. Narsisme adalah
gangguan kepribadian. Orang yang menderita, menderita sehat kesombongan dan
cinta diri. Sigmund Freud dikutip dari Circa (2020) menjelaskan bahwa:
Sigmund Freud merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah
narcissistic untuk mendeskripsikan orang-orang yang menunjukkan bahwa dirinya
orang penting secara berlebih-lebihan dan yang terokupasi dengan keinginan
mendapatkan perhatian. Fase yang dilalui semua anak sebelum menyalurkan cinta
mereka dari diri mereka sendiri kepada significant person, sehingga anak ter
fiksasi pada fase narsistik. Narsistik merupakan reaksi asumsi untuk menghadapi

51
masalah-masalah self-worth yang tidak realistik sebagai hasil dari penurutan dan
evaluasi yang berlebihan dari orang-orang yang signifikan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa Sigmund Freud
merupakan orang pertama yang menggunakan istilah narsisitik untuk
mendeskripsikan orang-orang yang menunjukkan bahwa dirinya orang penting
secara berlebih-lebihan dan yang terokupasi dengan keinginan mendapatkan
perhatian. Menurut Hadjanta yang dikutip dari Kristanto (2012: 12) menjelaskan
bahwa Secara epistimologi narsistik berasal dari kata Narcissistic. Narsistik
digunakan untuk menggambarkan orang yang mencintai dirinya sendiri. Dalam
batas tertentu, kecintaan pada diri sendiri bisa dianggap normal, tetapi bila
berlebihan dan bersifat mengganggu orang lain ataupun diri sendiri maka
dianggap penyimpangan atau gangguan kepribadian. Berdasarkan penjelasan
diatas dapat diketahui bahwa secara epistemologi narsristik berasal dari kata
Narcissistic. Narsistik digunakan untuk menggambarkan orang yang mencintai
dirinya sendiri. Ronningstan dan Gunderson (1990) yang dikutip dari Davison
(2006:586-587) menjelaskan bahwa, Orang dengan gangguan kepribadian
narsisistik memiliki pandangan berlebihan tentang keunikan dan kemampuan
mereka; mereka fokus pada berbagai fantasi kesuksesan besar. Mengatakan bahwa
mereka memusatkan diri adalah pernyataan yang meremehkan. Mereka
menginginkan perhatian dan pemujaan berlebihan yang hampir tanpa henti dan
percaya bahwa mereka hanya dapat dipahami oleh orang-orang khusus atau
memiliki status tinggi. Hubungan interpersonal mereka terhambat karena
kurangnya empati, kecemburuan dan kesombongan, dan penggunaan orang lain
dan perasaan bahwa mereka layak mendapatkan segalanya, mereka ingin orang
lain melakukan sesuatu yang istimewa bagi mereka tanpa perlu dihargai. Tidak
pernah berhenti mencari perhatian dan pemujaan, kepribadian narsis sangat
sensitif terhadap kritik dan sangat takut akan kegagalan.
Terkadang mereka mencari orang yang bisa mereka idolakan karena
merasa kecewa dengan diri mereka sendiri, tetapi secara umum mereka tidak
mengizinkan siapa pun memiliki hubungan dekat yang tulus dengan mereka.
Orang yang mengalami gangguan ini memiliki kemiskinan dalam diri mereka
52
sendiri karena, terlepas dari harga diri, mereka sebenarnya menganggap diri
mereka sangat kecil. Sebagian besar karakteristik ini, kecuali kurangnya empati
dan reaksi ekstrem terhadap kritik, telah divalidasi dalam berbagai studi empiris
sebagai aspek- aspek gangguan kepribadian narsisistik.
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan yang di maksud
dengan narsisme adalah mencintai dan berpusat kepada diri sendiri,
mementingkan diri sendiri kemudian bermanifestasi pada tingkaah lakunya.
Orang yang narsisme meminta pengaguman dan pemujaan mengenai
kehebatannya dan cenderung memandang remeh orang lain.

2.1.6.1 Ciri – Ciri Narsisme


Sigmund Freud dikutip dari Engkus (2017) menyatakan bahwa, seseorang
disebut memiliki gangguan kepribadian narsistik bila memiliki sedikitnya lima
dari sembilan tanda berikut:
1) Melebih-lebihkan prestasi dan bakatnya, merasa dirinya
seorang yang hebat.
2) Selalu membutuhkan kekaguman dan pujian orang lain.
3) Berfantasi tentang kesuksesan, kecantikan, kekuasaan, dan
ketenaran tanpa batas.
4) Menganggap diri istimewa dan unik sehingga hanya sudi
bergaul dengan orang - orang lain yang berstatus tinggi atau
berhubungan dengan institusi yang berkelas.
5) Merasa berhak untuk mendapatkan perlakuan istimewa atau
orang lain harus selalu mengikuti kemauannya.
6) Mengeksploitasi orang lain untuk mendapatkan apa yang
dia inginkan.
7) Tidak dapat mengenali atau berempati dengan perasaan dan
kebutuhan orang lain
8) Selalu iri hati dengan kesuksesan dan kepemilikan orang
lain.
9) Berperilaku arogan, congkak, dan angkuh.
53
Menurut DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
Fourth Edition) yang dikutip dari Davison (2006) menjelaskan bahwa individu
dapat dianggap mengalami gangguan kepribadian narsisme jika dia sekurang
kurangnya memiliki 5 (lima) dari 9 (Sembilan) ciri kepribadian.
Berikut Ciri-Ciri Narsisme berdasarkan DSM IV (1994), menyatakan bahwa:
1) Grandiose view of one’s importance, arrogance atau Pandangan muluk
tentang pentingnya seseorang, kesombongan
2) Preoccupation with one’s success, beauty, brilliance atau Keasyikan
dengan kesuksesan, kecantikan, kecemerlangan seseorang
3) Extreme need of admiration atau sangat membutuhkan kekaguman.
4) Strong sense of entitlement atau rasa berhak yang kuat
5) Lacks of empathy atau kurang empati.
6) Tendency to exploit others atau Mengeksploitasi hubungan interpersonal.
7) Envy of others atau seringkali memiliki rasa iri pada orang lain atau
menganggap bahwa orang lain iri kepadanya.
8) Shows arrogant, haughty behaviour or attitudes. Atau Angkuh,
memandang rendah orang lain.
9) Believe that she or he is special and unique. Atau Percaya bahwa dirinya
adalah spesial dan unik.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ciri- ciri umum yang
dimiliki oleh seseorang yang memiliki kecenderungan narsistik yaitu: cenderung
sombong, percaya dirinya unik dan spesial dari yang lain, memandang orang
rendah, memiliki empati yang rendah atau kurang, dan haus akan pujian akan
kelebihan dirinya.
2.1.6.2 Faktor – Faktor Narsistik
Tingkat narsisme yang dimiliki oleh seseorang tidak akan sama dengan
individu lain, hal ini disebabkan tingkat narsisme dipengaruhi oleh beberapa
faktor dan dimensi. Menurut Raskin dan Terry yang dikutip dari Prajatami (2017)
terdapat tujuh dimensi narsisme yaitu:
1) Otoritas (Authority)

54
Pandangan yang berlebihan terhadap diri sendiri terkait dengan otoritas atau
wewenang atas jabatan yang dimilikinya. Individu yang memiliki tingkat
otoritas atau wewenang yang tinggi, akan menganggap bahwa dirinya lebih
baik dari pada individu yang tidak memiliki otorisasi atau wewenang di
perusahaan atau organisasi tempat individu tersebut bekerja.
2) Kemandirian (Self-sufficiency)
Merupakan kemampuan dari dalam diri seseorang secara umum pada indikator
ini ditandai dengan anggapan percaya dapat memenuhi kebutuhan diri sendiri
dengan kemampuannya sendiri.
3) Superioritas (Superiority)
Pandangan berlebihan terhadap diri sendiri terkait dengan
kompetensi.Kompetensi diri, bakat, kemampuan, dan keunikan akan membuat
seseorang merasa bahwa dirinya merupakan seorang yang hebat dan spesial.
4) Eksibisionisme (Exhibitionism)
Kecenderungan untuk menarik perhatian orang lain terhadap diri sendiri,
terkait dengan kemampuan yang dimiliki, sifat atau kebiasaan, karakteristik,
dan bakat yang dimiliki oleh seseorang.
5) Eksploitasi (Exploitativeness)
Motivasi untuk memanipulasi dan mendayagunakan orang lain untuk
kepuasan diri sendiri. Seorang yang memiliki sifat narsisme akan senang
untuk mendayagunakan dan memanipulasi orang lain, hal ini dikarenakan
narsistik percaya dirinya dapat memahami orang lain dan membuat orang lain
percaya dan suka kepadanya.

55
6) Kesombongan (Vanity)
Kekaguman yang berlebihan dalam memandang diri sendiri dengan
membandingkannya dengan orang lain. Seorang yang memiliki sifat narsisme
akan senang melihat penampilan dan karakteristik yang ada didirinya. Narsisis
akan selalu melihat dirinya merupakan sosok yang sempurna, dan
menganggap orang lain lebih rendah atau tidak sebanding dengan dirinya
7) Hak (Entitlement)
Kepercayaan bahwa orang lain berhutang rasa hormat dan kekaguman.
Seseorang yang memiliki sifat narsisme sangat membutuhkan keadaan di
mana orang lain memuji dirinya, mengagumi dirinya, dan menghormati
dirinya. Kebutuhan ini yang membuat seorang narsistik menjadi bersikap
arogan, ketika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa tingkat narsisme yang dimiliki
oleh setiap orang berbeda-beda dan disebabkan oleh faktor yang berbeda pula.
Diantara faktor tersebut yaitu otoritas, yang mana ia berkuasa dalam suatu jabatan
dan memiliki kekuasaan yang kuat, kemandirian, eksploitasi, superioritas,
kesombongan serta hak untuk dihormati dan orang lain berhutang hormat pada
dirinya.

2.1.7 Mahasiswa
Mahasiswa secara harfiah adalah orang yang belajar di perguruan tinggi,
baik universitas, institut, ataupun akademi. Mereka yang terdaftar di perguruan
tinggi otomatis dapat disebut sebagai mahasiswa (Takwin, 2008). Mahasiswa
adalah orang yang belajar di sekolah tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi
suatu keahlian tingkat sarjana.
Mahasiswa memiliki berbagai pengertian diantaranya, seorang pelajar
tingkat tinggi memiliki peran sebagai penjaga nilai-nilai masyarakat yang
kebenarannya mutlak, yakni menjunjung tinggi kejujuran, keadilan, gotong
royong, integritas, empati dan sifat yang dibutuhkan dalam kehidupan dalam
masyarakat lainnya. Selain itu juga, dituntut pula untuk mampu berpikir secara

56
ilmiah tentang nilai-nilai yang mereka jaga. Bukan hanya itu saja, Anda juga
sebagai pembawa, penyampaian, dan penyebar nilai-nilai serta ilmu-ilmu yang
telah dipelajari (Guardian Of Value). Mahasiswa juga bertindak sebagai
penggerak yang mengajak seluruh masyarakat untuk dapat bergerak dalam
melakukan perubahan ke arah yang lebih baik lagi, dengan pertimbangan berbagai
ilmu, gagasan, serta pengetahuan yang mereka miliki. Bukan waktunya lagi
sebagai mahasiswa hanya diam dan juga tidak peduli dengan permasalahan
bangsa dan juga negaranya, karena di pundak merekalah (mahasiswa) titik
kebangkitan suatu negara atau bangsa di letakkan (Agent Of Change). Mahasiswa
memiliki tingkat pendidikan yang paling tinggi, sehingga ‘diwajibkan’ untuk
mereka memiliki moral yang baik pula. Tingkat intelektual seorang mahasiswa
akan disejajarkan dengan tingkat moralitas nya dalam kehidupannya. Hail ini yang
menyebabkan mengapa mahasiswa dijadikan kekuatan dari moral bangsa yang
diharapkan mampu menjadi contoh dan juga penggerak perbaikan moral pada
masyarakat (Moral Force).

2.2 Landasan Teori


Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan
abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka dan acuan yang pada dasarnya
bertujuan mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi. Setiap penelitian
selalu disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, dalam hal ini karena adanya
hubungan timbal balik yang erat antara teori dengan kegiatan pengumpulan,
pengelolaan, analisis, dan konstruksi.
Sebelum mendefinisikan teori, ada dua istilah yang perlu dijelaskan yaitu
konsep dan posisi. Konsep menunjuk pada istilah dan definisi yang digunakan
untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu
yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Proposisi merupakan hubungan yang
logis antara dua konsep.
“Selanjutnya teori ini dapat di definisikan sebagai seperangkat proposisi
yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu mengikuti aturan tertentu yang dapat

57
dihubungkan secara logis atau dengan lainnya dengan data dasar yang dapat di
amati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan
fenomena yang diamati.” Teori adalah seperangkat bagian-bagian atau variable,
definisi, dalil, dan proposisi yang saling berhubungan dengan menyajikan sebuah
pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antara
variable, dengan tujuan menjelaskan fenomena alamiah”.
Secara umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang
mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang
membantu kita memahami sebuah fenomena. Teori merupakan salah satu konsep
dasar penelitian social. Secara khusus, teori adalah seperangkat konsep/konstruksi,
definisi dan proporsi yang berusaha menjelaskan hubungan sistematis suatu
fenomena, dengan cara merinci hubungan sebab akibat yang terjadi.”
Teori merupakan seperangkat atau serangkaian proposisi yang
menggambarkan sesuatu gejala seperti itu. Proposisi-proposisi yang terkandung
dan membentuk teori terdiri atas beberapa konsep yang terjalin dalam bentuk
hubungan sebab akibat. Namun karena di dalam teori juga terkandung konsep
teoritis yang berfungsi menggambarkan realitas dunia sebagaimana yang dapat
dilakukan observasi.
Maka dalam konteks ilmiah suatu berfungsi sebagai berikut:
1. Memperjelas dan mempertajam ruang lingkup variabel.
2. Memprediksi untuk menemukan fakta untuk kemudian dipakai guna
merumuskan hipotesis dan menyusun instrument penelitian.
3. Mengontrol dan membahas hasil penelitian untuk kemudian dipakai
dalam memberikan saran.
“Berdasarkan proses penelitian yang terdapat dalam penelitian
kuantitatif, teori memiliki fungsi memperjelas persoalan, menyusun
hipotesis, menyusun instrument dan membahas hasil analisis data.
Penelitian dengan paradigma kuantitatif sebetulnya ialah mencari data
untuk dapat dibandingkan dengan teori”.
Manfaat dari teori adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan hubungan sesuatu yang diteliti dengan hal lainnya.
58
2. Hakikat dan makna dari sesuatu yang diteliti.
3. Landasan untuk menyusun hipotesis penelitian.
4. Dasar untuk menyusun instrument penelitian.
5. Acuan untuk membahas hasil penelitian.
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat
konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Menurut Sugiyono
(2010) fungsi teori secara umum adalah:
1. Menjelaskan (explanation)
Misalnya, Mengapa air yang mendidih pada suhu 100°C bisa menguap,
dapat dijawab dengan teori yang berfungsi menjelaskan.
2. Meramalkan (prediction)
Misalnya, bila air di didih kan pada suhu 100°C berapa besar penguapan
nya dapat dijawab dengan teori yang berfungsi
meramalkan/memperkirakan.
3. Pengendali (control)
Misalnya, berapa jarak sambungan rel kereta api yang paling sesuai
dengan kondisi iklim indonesia, sehingga kereta api jalannya tidak
terganggu, dapat dijawab dengan teori yang berfungsi mengendalikan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas secara umum dapat ditarik
kesimpulan bahwa suatu teori adalah suatu konseptualitas antara asumsi,
konstruksi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena yang diperoleh
melalui proses sistematis, dan harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak maka itu
bukan teori. Dari penjabaran definisi landasan teori tersebut, dalam penelitian ini
terdapat dua teori yang mendasari dua variabel untuk Pengaruh Penggunaan
Aplikasi TikTok dan Perilaku Narsisme untuk menemukan hasil yang objektif,
valid, dan reliabel.

59
2.2.1 Landasan Teori SOR
Teori SOR (Stimulus Organism Respon) pertama kali dikemukakan oleh
Houland pada tahun 1953. Teori ini berpendapat bahwa media massa
menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Dalam
hal ini, komunikasi diartikan sebagai proses aksi reaksi. Artinya model ini
mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non-verbal, simbol-simbol
tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu.
Asumsi dasar teori S-O-R adalah bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku
bergantung pada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi. Unsur –
unsur dalam teori ini adalah:
a. Pesan (Stimulus)
Stimulus (pesan) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau
ditolak oleh komunikan. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau
ditolak berarti stimulus tersebut tidak efektif mempengaruhi perhatian
individu begitupun sebaliknya, apabila stimulus diterima oleh individu
maka stimulus tersebut efektif sehingga berpengaruh pada perubahan
perilaku individu.
b. Komunikan (Organism)
Setelah stimulus diterima oleh komunikan (organisme) maka komunikan
akan mengolah stimulus yang diterimanya, sehingga terjadi kesediaan
untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya atau dengan kata
lain mengambil sikap.
c. Efek (Response)
Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses
berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang
melanjutkan proses selanjutnya. Setelah terjadinya perhatian, pengertian,
serta penerimaan dari komunikan (organisme) maka terjadilah kesediaan
untuk mengubah sikap.
Teori ini pada dasarnya merupakan suatu pendekatan dari ilmu psikologi
yang memandang bahwa psikologi dengan komunikasi memiliki objek kajian
yang sama, yaitu jiwa manusia. Teori ini menunjukkan bahwa penyebab
60
terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus)
yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi
(source) sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang.
Khususnya media baru seperti aplikasi TikTok, tentu dapat memenuhi kebutuhan
hiburan khalayak yang juga berdampak pada perubahan perilaku.

2.2.1.1 Teori Pengaruh Aplikasi TikTok


2.2.1.1.1 Dimensi Pengaruh Aplikasi TikTok
Media sosial mempunyai beberapa dimensi yang saling mempengaruhi
satu sama lain, menurut Rulli Nasrullah (2017: 160) media sosial memiliki
beberapa dimensi yang mendukung dan berpengaruh terhadap media sosial,
dimensi ini saling berkaitan satu sama lain, berikut dimensi media sosial yaitu:
1) Social Presence
Dimensi pertama dari media sosial adalah social presence. Social
Presence dapat diartikan dengan kontak yang terjadi ketika terjadi proses
komunikasi penilaian responden atas dimensi social presence yaitu
interaksi media sosial.
2. Media Richnes
Dimensi kedua dari media sosial adalah media richnes. Media Richnes
dapat diartikan dengan mengurangi ketidakjelasan dan ketidaknyamanan
informasi melalui proses komunikasi.
3. Self-Disclosure
Dimensi ini diartikan sebagai mengembangkan hubungan dekat dengan
melalui pengungkapan diri seperti perasaan, suka, tidak suka, dan
pemikiran. Melalui media sosial konsumen dapat mengutarakan
pengungkapannya

61
2.2.1.1.2 Indikator Pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok
Menurut Dwi Putri Robiatul Adwiyah (2020: 136 – 148) Indikator media sosial
TikTok dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kemudahan menggunakan Aplikasi
Kemudahan dalam menggunakan aplikasi TikTok menjadi salah satu faktor
seseorang meningkatkan intensitas dalam menggunakannya, dikarenakan
user interface (tampilan halaman) yang menarik untuk pengguna yang
dibangun developer guna memberikan pengguna kenyamanan serta
perasaan ingin terus menggunakan nya.
2. Watermark di setiap video
Penggunaan watermark (label nama) ada disetiap video yang penggunanya
upload, memberikan identitas username bagi siapapun untuk diketahui
oleh audines yang melihat video penggunanya.
3. Editing video
Sebelum menyajikan video yang ingin disampaikan, TikTok memberikan
pengguna nya pilihan filer warna, kecerahan, teks, serta crop dan
memasukan video lain nya agar pengguna turut kreatif dalam
menggunakan TikTok.
4. Topik yang up to date
Topik pada TikTok kian up to date dan memberikan informasi secara cepat
dan menyeluruh kepada seluruh pengguna nya.
5. Video Kreatif
TikTok menjadi sarana video kreatif yang dihasilkan oleh jutaan pengguna
nya, tidak heran banyak pengguna yang menyajikan video iklan dengan isi
dan editing yang kreatif demi giat mencari atensi followers atau
penontonnya.
6. Video Challenge
TikTok tidak hanya menyajikan video hiburan, namun pengguna nya juga
ikut serta ber kreatifitas dengan video tantangan-tantangan yang dapat di
respon oleh pengguna TikTok lainnya.

62
7. Lypsinc
Lipsing dikenal di jagat media melalui polisi Norman Kamaru dan Sinta
Jojo, sebelum kepopuleran TikTok. Dengan keterbatasan yang dulu di
alami orang yang ingin ber kreatifitas dengan video lipsing, kini siapapun
dapat merasakan nya melalui TikTok.
2.2.1.2 Teori Perilaku Narsisme
Bentuk efek atau perubahan perilaku yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah perilaku narsisme. Perilaku narsisme adalah perasaan cinta terhadap diri
sendiri secara berlebihan.
2.2.1.2.1 Dimensi Perilaku Narsisme
Menurut Raskin dan Terry yang dikutip dari Prajatami (2017) terdapat tujuh
dimensi narsisme yaitu:
1) Otoritas (Authority)
Pandangan yang berlebihan terhadap diri sendiri terkait dengan otoritas atau
wewenang atas jabatan yang dimilikinya. Individu yang memiliki tingkat
otoritas atau wewenang yang tinggi, akan menganggap bahwa dirinya lebih
baik dari pada individu yang tidak memiliki otorisasi atau wewenang di
perusahaan atau organisasi tempat individu tersebut bekerja.
2) Kemandirian (Self-sufficiency)
Merupakan kemampuan dari dalam diri seseorang secara umum pada indikator
ini ditandai dengan anggapan percaya dapat memenuhi kebutuhan diri sendiri
dengan kemampuannya sendiri.
3) Superioritas (Superiority)
Pandangan berlebihan terhadap diri sendiri terkait dengan kompetensi.
Kompetensi diri, bakat, kemampuan, dan keunikan akan membuat seseorang
merasa bahwa dirinya merupakan seorang yang hebat dan spesial.
4) Eksibisionisme (Exhibitionism)
Kecenderungan untuk menarik perhatian orang lain terhadap diri sendiri,
terkait dengan kemampuan yang dimiliki, sifat atau kebiasaan, karakteristik,
dan bakat yang dimiliki oleh seseorang.
5) Eksploitasi (Exploitativeness)
63
Motivasi untuk memanipulasi dan menyalahgunakan orang lain untuk
kepuasan diri sendiri. Seorang yang memiliki sifat narsisme akan senang
untuk mendayagunakan dan memanipulasi orang lain, hal ini dikarenakan
narsistik percaya dirinya dapat memahami orang lain dan membuat orang lain
percaya dan suka kepadanya
6) Kesombongan (Vanity)
Kekaguman yang berlebihan dalam memandang diri sendiri dengan
membandingkannya dengan orang lain. Seorang yang memiliki sifat narsisme
akan senang melihat penampilan dan karakteristik yang ada di dirinya.
Narsisis akan selalu melihat dirinya merupakan sosok yang sempurna, dan
menganggap orang lain lebih rendah atau tidak sebanding dengan dirinya
7) Hak (Entitlement)
Kepercayaan bahwa orang lain berhutang rasa hormat dan kekaguman.
Seseorang yang memiliki sifat narsisme sangat membutuhkan keadaan di
mana orang lain memuji dirinya, mengagumi dirinya, dan menghormati
dirinya. Kebutuhan ini yang membuat seorang narsistik menjadi bersikap
arogan, ketika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi.

2.2.1.2.2 Indikator Perilaku Narsisme


Menurut Dr. Sam Vaknin (2007:12) kepribadian narsisme seseorang dapat
dilihat dari beberapa indikator diantaranya:
a. Memiliki perasaan grandiose (perasaan megah) dan self-important
yaitu merasa bahwa dirinya lah yang paling penting dan paling
berpengaruh dalam kehidupan bersosial.
b. Dipenuhi dengan fantasi tentang kesuksesan, kekuasaan, kepintaran,
kecantikan atau cinta sejati untuk diri sendiri.
c. Merasa diri adalah individu yang khusus dan spesial diantara orang
lain.
d. Memiliki kebutuhan yang ekspresif untuk dikagumi oleh orang lain.
e. Mengeksploitasi hubungan interpersonal.

64
f. Memiliki perasaan iri terhadap kelebihan orang lain atau menganggap
orang lain iri dengan kelebihannya.
g. Berperilaku sombong dan angkuh dalam kehidupan sehari-hari.
Perubahan perilaku yang dilakukan oleh khalayak, muncul sebagai efek
dari penggunaan fitur-fitur serta konten dari aplikasi TikTok. Perilaku narsisme
akan terbentuk ketika penggunaan aplikasi TikTok oleh khalayak tinggi. Dalam
teori SOR Penggunaan Aplikasi TikTok masuk dalam kategori stimulus. Artinya
semakin sering khalayak menggunakan aplikasi TikTok maka akan semakin sering
mendapatkan efek, sehingga perilaku narsisme akan semakin tinggi untuk didapat.
Selain itu, adanya efek dari penggunaan aplikasi TikTok ini tentu tidak lepas dari
adanya pengguna aplikasi itu sendiri. Dalam teori ini, mahasiswa Universitas
Gunadarma angkatan 2018 – 2021 pengguna aplikasi TikTok dikategorikan
sebagai komunikan atau organisme. Sedangkan efek media yaitu perilaku
narsisme masuk dalam kategori respon.

2.3 Penelitian Terdahulu


Secara umum pengertian penelitian terdahulu adalah sumber lampau dari
hasil penelitian yang nantinya diusahakan oleh peneliti untuk membandingkan
penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian terdahulu juga bisa berfungsi
sebagai sumber inspirasi yang nantinya membantu pelaksanaan penelitian. Selain
itu peneliti juga bisa memeriksa apa yang kurang dan kelebihan untuk
dikembangkan. Sehingga ilmuwan juga bisa membuat sebuah penelitian yang
orisinil/baru karena tahu mana yang sudah ditemukan dan mana yang belum.
Tabel 2. 1
Kajian Penelitian Sejenis

No. Nama dan Judul dan Tahun Metode Perbedaan Variabel Hasil
Universitas Penelitian Penelitian Dasar Penelitian Penelitian
Penulis
1. Dwi Putri Pengaruh Kuantitatif Subjek X = Pengaruh Hasil penelitian
Robiatul Penggunaan dengan penelitian Penggunaan mengungkapkan bahwa
Adawiyah Aplikasi TikTok paradigma terhadap Aplikasi TikTok terdapat pengaruh yang
Terhadap positivistik remaja, dan signifikan dari penggunaan

65
Pascasarjan Kepercayaan Diri Landasan Y= media sosial TikTok terhadap
a Remaja di Teori (Usess Kepercayaan kepercayaan diri remaja
Komunikasi Kabupaten and Diri Remaja di sebesar 54,5 %
Penyiaran Sampang Gratification Kabupaten
Islam ). Sampang
Universitas Tahun Penerbitan:
Islam 2020.
Negeri
Sunan
Ampel
Surabaya
2. Engkus, Perilaku Narsis Deskriptif Teori yang X = Perilaku Metode penelitian yang
Hikmat, Pada Media kuantitatif digunakan Narsis Pada digunakan adalah metode
Karso Sosial Di dengan yaitu teori Media Sosial penelitian survei dengan
Saminnurah Kalangan Remaja penyebaran psikoanalis explanatory research.
mat Dan Upaya kuesioner. Freud, subjek Y = Upaya Berdasarkan hasil penelitian
Penanggulangann penelitian Penanggulangan bahwa perilaku narsisme di
Fakultas ya remaja, nya kalangan remaja pelajar di
Ilmu Sosial variabel kawasan Bandung Timur
dan Ilmu Tahun Penerbitan: penelitian, berada pada kategori sedang.
Politik, 2017 dan Namun demikian bukan
Universitas pendekatan berarti dalam posisi aman,
Islam penelitian sebab perilaku mereka
Negeri menggunaka cenderung meningkat seiring
(UIN) n kualitatif dengan berkembangnya
Sunan teknologi informasi dan
Gunung komunikasi. Kebijakan
Djati penanggulangannya harus
dilaksanakan secara
komprehensif dan
berkesinambungan dengan
melibatkan berbagai
stakeholders terkait.
3. Sandi Pengaruh Kuantitatif Variabel X = Pengaruh Penelitian ini sebanyak 94
Marga Aplikasi TikTok korekasion peneleitian, Aplikasi Tik orang dengan teknik
Pratama, Terhadap al. dan jenis Tok purposive sampling.
Muchlis Ekspresi kuantitatif penelitian ini adalah
Komunikasi korealasional Y = Ekspresi penelitian deskriptif
Universitas Mahasiswa . Komunikasi kuantitatif dengan teknik
Islam Universitas Islam korelasional. Instrumen yang
Negeri Negeri (UIN) digunakan dalam
(UIN) Sunan Ampel penelitian ini adalah polling
Sunan Surabaya Tahun aplikasi TikTok dan polling
Ampel 2020 pengaruh TikTok terhadap
Surabaya, ekspresi komunikasi UIN
Indonesia Tahun Penerbitan: Sunan Ampel. Data
2020 dianalisis dengan
menggunakan
Korelasi momen produk
Pearson. Penelitian

66
menunjukkan bahwa ada
signifikansi hubungan antara
penggunaan aplikasi TikTok
dengan pengaruh
TikTok pada ekspresi
komunikasi UIN Sunan
Ampel Surabaya. yang
memiliki
nilai koefisien korelasi
sebesar 0,637 dan
signifikansi ekivalen P =
0,000 (P <
0,05) yang artinya semakin
tinggi penggunaan aplikasi
TikTok maka akan semakin
tinggi
ekspresi mahasiswa
komunikasi UIN Sunan
Ampel terpengaruh.
Sebaliknya,
turunkan penggunaan
aplikasi TikTok maka
semakin rendah efeknya.
4. Khoirul Pengaruh Kuantitatif Perbedaan X = Pengaruh Hasil uji korelasi
Muslimin, Penggunaan dengan antar Penggunaan menggunakan analisis
Muhammad Instagram penyebaraa variabel, Instagram korelasi product moment
David Terhadap Perilaku n observasi, objek media antara penggunaan media
Yusuf Narsisme Di wawancara, penelitian, Y = Perilaku sosial Instagram terhadap
Kalangan dan survey. dan metode Narsisme perilaku narsisme adalah
Universitas Mahasiswa penelitian. 0,636 dengan nilai
Islam signifikansi sebesar 0,000
Nahdlatul Tahun Penerbitan: yang berarti terdapat
Ulama 2020 pengaruh signifikan dan
Jepara positif antara penggunaan
Instagram terhadap perilaku
narsisme di kalangan
mahasiswa Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran
Islam, Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, Unisnu Jepara.
5. Gunawan Pengaruh Media Kuantitatif Perbedaan X = Pengaruh Penelitian ini menggunakan
Saleh Sosial Instagram deskriptif metode dan Media Sosial metode kuantitatif dimana
Muzammil Dalam Perilaku dengan variabel Instagram data dikumpulkan melalui
Narsis Pada purposive dalam angket dan dokumentasi.
Prodi Ilmu Pelajar Sma Di sampling. penelitian. Y = Perilaku Penelitian ini menguji ada
Komunikasi Kota Pekanbaru Narsis atau tidaknya pengaruh
, Fakultas indikator variabel X
Ilmu Sosial Tahun Penerbitan: (Pengaruh Media Sosial
dan Ilmu 2018. Instagram) yaitu Homepage,
Politik, Comments, Like, Hastag,

67
Universitas Caption, Follow, Stories,
Abdurrab Photo dan Video terhadap
variabel Y (perilaku narsis)
dengan variabel indikator
populer, percaya diri tinggi,
berimajinasi, dikagumi,
layak istimewa, kurang
empati, iri dan gaya hidup.
Sehingga hasil yang
disimpulkan terdapat
pengaruh antara media sosial
Instagram dalam perilaku
narsis pada pelajar SMA di
Kota Pekanbaru dan terdapat
fakto-faktor pelajar dalam
berperilaku narsis
diantaranya sering
menampilkan foto selfie,
berkomentar status dan
berbagi informasi
6. Devri Hubungan Antara Teknik Perbedaan X = Hubungan Penelitian ini adalah
Aprilian, Penggunaan kuantitatif variabel Antara penelitian deskriptif
Yessy Elita, Aplikasi TikTok korelasi, dalam Penggunaan kuantitatif dengan teknik
Vira Dengan Perilaku dan subjek penelitian. Aplikasi Tiktok. korelasi.Instrumen yang
Afriyati Narsisme Pada penelitian. digunakan dalam penelitian
Siswa Sekolah Y = Perilaku ini adalah angket
Prodi Menengah Narsisme penggunaan aplikasi TikTok
Bimbingan Pertama dan angket perilaku
dan narsisme.Data dianalisis
Konseling Tahun Penerbitan: dengan mengunakan korelasi
Fakultas 2019. pearson product moment.
keguruan Hasil penelitian menunjukan
dan Ilmu adanya hubungan yang
Pendidikan signifikansi antara
Universitas penggunaan aplikasi TikTok
Bengkulu dengan perilaku narsisme
yang mempunyai nilai
koefisien korelasi sebesar
0,637 dan taraf signifikansi
sebesar p=0,000 (p<0,05)
yang artinya, semakin tinggi
penggunaan aplikasi TikTok
maka akan semakin tinggi
perilaku narsisme.
Sebaliknya, semakin rendah
penggunaan aplikasi TikTok
maka semakin rendah
perilaku narsisme siswa.
7. Dita Efani, Perilaku Narsistik kualitatif Pendekatan X= Hasil dari wawancara
M. Arif Pada Anak dengan penelitian, Perilaku disimpulkan bahwa dari

68
Budiman Pecandu Aplikasi teknik dan subjek Narsistik kesesuaian delapan indikator
S., M.Pd TikTok dalam penelitian antara lain kesesuaian pola
pengumpul Y= pervasive, kesesuaian
Bimbingan Tahun Penerbitan: an data Pecandu perasaan grandiose,
& 2020 menggunak Aplikasi TikTok kesesuaian terpreokupasi,
Konseling, an kesesuaian keyakinan dirinya
Fakultas wawancara, istimewa, kesesuaian minta
Keguruan observasi dipuji, kesesuaian
& Ilmu dan mengeksploitasi, kesesuaian
Pendidikan, dokumenta kurang memiliki empati dan
Universitas si. kesesuaian arogan. Indikator
Pancasakti kesesuaian terbesar diantara
Tegal, Jawa delapan ada pada keinginan
Tengah, untuk mendapatkan pujian
Indonesia. ketika seorang anak
kecanduan bermain aplikasi
TikTok. Dari hal tersebut,
dapat disimpulkan bahwa
mendapatkan pujian menjadi
hal yang sangat penting bagi
anak pecandu aplikasi
TikTok
8. Riska Pengaruh Media Kuantitatif Perbedaan X = Pengaruh Hasil penelitian ini
Marini Sosial TikTok deskriptif subjek Media Sosial menunjukkan bahwa adanya
Terhadap Prestasi dengan penelitian, TikTok. pengaruh positif yang sangat
Fakultas Belajar Peserta purposive perbedaan signifikan antara Media
Tarbiyah Didik Di Smpn 1 sampling variabel Y = Prestasi Sosial TikTok terhadap
Dan Gunung Sugih depenendent Belajar Prestasi Belajar. Hal ini
Keguruan Kab. Lampung sesuai dengan perhitungan
Universitas Tengah peneliti dengan
Islam menggunakan program
Negeri Tahun Penerbitan: Microsoft Excel 2010, yang
Raden Intan 2019. menggunakan Uji-
Lampung correlations diperoleh nilai
t(hitung)>t(table) yaitu
14,21978769>2,002272456.
Maka terdapat korelasi
positif yang signifikan antara
Media Sosial TikTok dengan
Prestasi Belajar di SMPN 1
Gunung Sugih.
Sumber: Hasil olahan penulis

2.4 Kerangka Pemikiran


Kerangka berpikir merupakan sebagai model dasar yang dimanfaatkan
sebagai teori yang ada kaitannya dengan beberapa faktor yang diidentifikasi
sebagai masalah penting. Konteks yang dimaksud untuk kerangka penelitian.

69
Dalam menjalankan sebuah penelitian yang membutuhkan kerangka berpikir,
alangkah lebih baiknya jika hal tersebut mampu menjelaskan secara teoritis.
Sekaligus juga bisa menjelaskan hubungan antara variable yang diangkat. Jadi
peneliti bisa menjelaskan hubungan antara variable X (independent) & variable Y
(dependent). Dalam kerangka pemikiran penulis ingin merangkai hubungan yang
terjadi antar, Pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok yang dilakukan oleh
mahasiswa Universitas Gunadarma angkatan 2018 – 2021 terhadap Perilaku
Narsistik.

s
Stimulus
Penggunaan Aplikasi TikTok (X)
1. Kemudahaan Menggunakan Aplikasi
2. Watermark Di Setiap Video
3. Editing Video
4. Topik Yang Up to Date
5. Video Kreatif
6. Video Challange

Organism
Mahasiswa Universitas Gunadarma 2018 – 2021 (Subjek)

Response
Perilaku Narsisme (Y)
1. Memiliki perasaan grandiose.
2. Dipenuhi dengan fantasi tentang kesuksesan,
kekuasaan, kepintaran.
3. Merasa diri adalah individu yang khusus dan spesial
diantara orang lain.
4. Memiliki kebutuhan yang ekspresif untuk dikagumi
oleh orang lain.
5. Mengeksploitasi hubungan interpersonal.
6. Memiliki perasaan iri terhadap kelebihan orang lain
atau menganggap orang lain iri dengan kelebihannya.
7. Berperilaku sombong dan angkuh dalam kehidupan
sehari-hari.

70
2.5 Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan atau tuduhan bahwa sementara masalah
penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu benar) sehingga harus
diuji secara empiris melalui pendapat dari Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih
Sulistyastuti (2007:137)

Ho = Tidak terdapat Pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok Terhadap Perilaku


Narsisme pada Mahasiswa Universitas Gunadarma Angkatan 2018-2021

H1 = Terdapat Pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok Terhadap Perilaku Narsisme


pada Mahasiswa Universitas Gunadarma Angkatan 2018-2021

71
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek dan Subjek Penelitian

3.1.1 Objek
Objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2013: 32). Menurut Sugiyono, dalam R
Hamdani (2012), definisi dari objek penelitian adalah objek penelitian dan
manfaat tertentu mengenai suatu hal yang objektif, valid, dan reliable tentang
suatu hal atau variabel tertentu. Objek penelitian juga merupakan suatu sifat,
kelengkapan, atau nilai dari objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya, Sugiono
(2009).
Dengan kata lain Objek Penelitian adalah suatu yang menjadi perhatian
dalam suatu penelitian. Dapat terdiri dari problem, isu, atau permasalahan yang
sedang dibahas, diteliti, dikaji dalam riset sosial. Objek penelitian juga memiliki
cakupan yang luas tetapi masih berhubungan dengan topik penelitian. Objek
penelitian juga merupakan sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban
maupun solusi dari permasalahan yang terjadi.
Objek dari penelitian ini adalah Pengaruh Penggunaan Media TikTok
Terhadap Perilaku Narsisme, melalui objek media aplikasi media sosial berbasis
internet TikTok dalam menjalin komunikasi interpersonal antar mahasiswa
Universitas Gunadarma.

3.1.2 Subjek
Menurut Arikunto (2006) subjek penelitian merupakan subjek yang dituju
untuk diteliti oleh peneliti. Untuk menentukan atau memilih siapa yang akan
menjadi subjek penelitian yang baik, setidaknya ada beberapa syarat yang harus
diperhatikan antara lain: orang tersebut cukup lama dan berpengalaman dalam
72
mengikuti kegiatan yang sedang diteliti dan terlibat penuh dalam kegiatan
yang sedang diteliti serta memiliki waktu cukup untuk dimintai informasi.
Subjek penelitian merupakan orang yang sudah berpengalaman atau paham
betul mengenai apa yang sedang diteliti. Orang yang menjadi subjek penelitian adalah
orang yang dimanfaatkan untuk memberikan berbagai macam informasi tentang
situasi dan kondisi latar belakang penelitian tersebut
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Gunadarma
angkatan 2018 – 2021 yang menggunakan aplikasi TikTok.

3.2 Pendekatan Penelitian


Metode pendekatan penelitian ilmiah ini adalah kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian – bagian dan
fenomena serta hubungan – hubungannya. Penelitian ini dimaksudkan untuk
mendapatkan informasi yang luas dan ingin mengetahui pengaruh tertentu terhadap
variabel lain nya. Maka, penelitian ini menggunakan kuantitatif. Pendekatan
penelitian ini bersandar pada data numerik yang akan di jalankan dengan
menggunakan strategi survey atau menyebarkan kuesioner untuk diisi oleh subjek
peneliti dan melakukan pengujian teori dan bertujuan untuk menguji hubungan
variabel penelitian. Menurut Rachmat Kriyanto (2006) kuantitatif adalah sebuah riset
yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat
digeneralisasi kan. Dengan demikian tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau
analisis.
Penggunaan metode penelitian kuantitatif adalah untuk mencari populasi atau
sampel tertentu. Data yang ada selanjutnya akan di analisis secara sebab dan akibat
untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan diantara dua variabel atau lebih.
Pengumpulan data dengan cara instrument penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan.
Penggunaan metode survei adalah metode penelitian yang menggunakan kuesioner

73
sebagai instrumen pengumpulan data. Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi
mengenai sejumlah responden yang dianggap mewakili populasi tertentu. Dalam
survei, proses pengumpulan dan analisis data sosial sangat terstruktur dan rinci
melalui kuesioner sebagai instrumen utama untuk memperoleh informasi dari banyak
responden yang mewakili populasi tertentu. Adapun tujuan lain dari penelitian

kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model – model matematis,


teori – teori atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Metode penelitian
kuantitatif digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu.
3.3 Paradigma Penelitian
Paradigma adalah cara pandang dalam memahami kompleksitas dunia nyata.
Paradigma tersebut mengakar kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisi nya.
Paradigma menunjukan apa yang penting dan masuk akal. Paradigma juga bersifat
normatif menunjukan kepada praktisi apa yang harus dilakukan tanpa pertimbangan
eksistensial atau epitemologis yang panjang.
Paradigma penelitian kuantitatif adalah positivisme. Paradigma ini
memandang realitas/gejala dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati,
terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Penelitian dengan paradigma
positivisme umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang
representatif. Proses penelitian bersifat deduktif, dimana untuk menjawab rumusan
masalah digunakan konsep atau teori. Untuk mengumpulkan data digunakan
instrumen penelitian. Data yang telah terkumpul selanjutnya akan dianalisis secara
kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif atau inferensial (Sugiyono 2013)
Paradigma inilah yang mempengaruhi penelitian ini untuk melakukan
pendekatan – pendekatan kuantitatif – positivisme dengan mementingkan fenomena
yang tampak, serta bebas nilai (objektif) dan menghindari sikap subjektif. Dengan
kata lain penulis mampu mendapatkan data yang objektif serta dapat melihat adakah
pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel – variabel independent terhadap variabel
dependent.

74
Paradigma positivis adalah pandangan yang didalamnya terdapat realitas
objektif sebagai realitas eksternal diluar peneliti, dimana peneliti harus menjaga jarak
dari subjek penelitian, juga dalam ha; nilai, etika, dan pilihan moral. Dalam
paradigma penelitian positivis ini digunakan penelitian kuantitatif berdasarkan
hypotetico – deductive method, yaitu metode penelitian pengujian hipotesis yang
berasal dari hipotesis lain dengan tingkat abstraksi atau perumusan konseptual yang
lebih tinggi. Penelitian kuantitatif bertujuan untuk mengetahui hubungan antara satu
hal dengan hal lainnya, yaitu pengaruh penilaian pembeli terhadap kebutuhan
informasi.
Dalam studi kuantitatif/positivistik, didasarkan pada asumsi bahwa gejala
dapat diklasifikasikan dan hubungan antar gejala bersifat kausal. Dengan demikian,
paradigma penelitian ini dapat diartikan sebagai cara berpikir yang menunjukan
hubungan antara variabel-variabel yang diteliti., sekaligus menciptakan jenis dan
jumlah rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian. Mouton (1996: 199)
menunjukkan semacam kelebihan dari paradigma ini adalah banyak digunakan oleh
ilmuwan sosial. paradigma ini memiliki 3 tendensi, yaitu: tendensi universalis,
tendensi formalistik, dan kecenderungan logis.
3.4 Sumber Data
Pengumpulan data adalah proses pengumpulan data primer dan skunder. Ini
merupakan langkah yang sangat penting dalam pengumpulan data penelitian, karena
data yang terkumpul akan digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti atau
menguji hipotesis yang sudah dirumuskan (Siregar,2012) Sumber data penelitian
adalah sumber dari mana data yang diperlukan untuk penelitian dapat diperoleh, baik
langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan objek penelitian. Menurut
sumbernya data dibedakan menjadi data primer dan data skunder (Kriyanto, 2006).
1. Data Premier
Data Premier adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data premier diperoleh dari menyebarkan kuesioner kepada

75
orang yang bersedia menjadi responden dan mengisi kuesioner tersebut
(Sugiyono, 2015). Dasli atau data utama yang digunakan dalam penelitian.
Dapat digambarkan sebagai jenis data yang diperoleh langsung dari data
tangan pertama subjek penelitian atau responden atau juga informan. Penulis
akan memperoleh data utama dari kuesioner atau angket yang disebarkan
sebagai alat pengumpulan data.
2. Data Sekunder
Pengertian data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumen (Sugiyono 2015). Data pelengkap, dan data skunder adalah
data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian
dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002: 58). Data – data tersebut
berupa bahan pustaka, dokumen, penelitian terdahulu, buku, dan lain-lain
yang akan digunakan untuk mendukung informasi utama yang telah diperoleh.
3.5 Metode Penelitian
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan cara
menyebarkan kuesioner yang didalamnya berupa daftar pertanyaan atau angket yang
akan dijawab oleh responden. Pengumpulan data menurut Siregar (2012:17)
merupakan proses pengumpulan data dalam suatu penelitian pengumpulan data
primer maupun skunder merupakan langkah yang sangat penting, karena data yang
dikumpulkan akan digunakan untuk pemecah masalah yang sedang diteliti atau untuk
menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Tujuan penyebaran kuesioner adalah
mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa
merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan
kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan kuesioner angket tertutup, yakni
merupakan angket yang pernyataannya tidak memberikan kebebasan kepada
responden, untuk memberikan jawaban dan pendapatnya sesuai keinginan mereka.

76
Cara pengambilan sampel dari data yang sudah diketahui dan dapat menjadi tolak
ukur sampel yang representative maka penulis menggunakan teknik purposive
sampling. Purposive samping adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono 2016:85).
Model kuesioner dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert. Skala likert
adalah metode yang digunakan untuk mengukur suatu sikap, pendapat dan persepsi
seseorang mengenai fenomena sosial (Sugiyono 2010: 134). Dengan menggunakan
skala likert, maka dari itu variabel yang akan diteliti akan dijabarkan menjadi
indikator variabel. Lalu indikator tersebut akan dijadikan sebagai perkiraan untuk
menyusun item instrumen yang berupa pernyataan ataupun pertanyaan. Hasil dari
setiap jawaban instrumen tersebut yang menggunakan skala likert akan memiliki
perbedaan dari positif hingga negatif.
Dengan menggunakan Skala Likert, variabel yang akan diukur di kelola
menjadi dimensi, dimensi dikelola menjadi sub-variabel, kemudian sub-variabel
dijabarkan kembali menjadi indikator yang terukur. Akhirnya indikator-indikator
terukur ini dapat digunakan sebagai titik awal untuk membuat item instrument untuk
awal berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden
(Riduwan, 2012:21). Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau
dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut:
Tabel 3. 1
Kriteria Penilaian Skala Likert
Kriteria Penilaian Skor
Sangat Setuju (SS) 4
Setuju (S) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1

3.6 Teknik Pengelolaan Data


Tahap pertama sekaligus langkah paling penting dan strategis dalam
melakukan penelitian yaitu adalah teknik pengelolaan dan pengumpulan data, karena

77
tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2017). Tanpa mengetahui
teknik pengumpulan dan pengelolaan data, maka penelitian tidak akan berjalan untuk
mendapatkan data yang akurat dan memenuhi standar ketetapan. Data yang diperoleh
peneliti dari lapangan ini masih berupa data mentah dan perlu untuk dianalisis
kembali. Setelah memperoleh semua data yang dibutuhkan, peneliti akan
menganalisis data dan kemudian meng-encoding (menyajikan) data tersebut agar
bermakna untuk menjawab pertanyaan penelitian dan untuk menguji hipotesis.
Data yang diperoleh peneliti dari kuesioner lalu diolah menggunakan statistik
dengan bantuan SPSS 25 (Statistical Package for Social Science).
3.7 Populasi dan Sampel
3.7.1 Populasi
Populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari objek ataupun
subjek yang mempunyai kualitas serta karakteristik tertentu agar dapat dipelajari dan
ditarik kesimpulannya oleh penulis (Sugiyono, 2010:117).
Dari penjelasan tersebut, dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
mahasiswa/i aktif seluruh prodi Universitas Gunadarma angkatan 2018 – 2021.
Dalam penentuan jumlah sampel, penulis mendapatkan data mahsiswa/i seluruh prodi
pada seluruh cabang Universitas Gunadarma angkatan 2018 - 2021 yang diperoleh
dari PSA Universitas Gunadarma. Adapun jumlah jumlah yang didapati sebanyak:

Tabel 3. 2
Tabel Populasi Mahasiswa Aktif Universitas Gunadarma 2018 - 2019
Jenjang
Fakultas Jumlah
(S1)
2018 1162
2019 1085
Fikti
2020 1022
2021 1355
Ekonomi 2018 1619

78
2019 1565
2020 1601
2021 2206
2018 391
2019 365
Sipil
2020 325
2021 326
2018 1642
2019 1428
Industri
2020 1328
2021 1247
2018 1638
2019 864
Psikologi
2020 958
2021 1086
2018 242
2019 233
Sastra
2020 244
2021 386
2018 543
Ilmu 2019 741
Komunikasi 2020 790
2021 1227
Jumlah Total 27.619

Jenjang
Fakultas Jumlah
(S1)
2019 59
Fikti 2020 88
2021 68
2019 57
Ekonomi 2020 33
2021 65
Jumlah Total 370
Sumber: Data PSA Universitas Gunadarma

79
Maka dapat disimpulkan jumlah populasi aktif mahasiswa/i Universitas Gunadarma
seluruh prodi tahun 2018 – 2021 yang berada diseluruh wilayah sejumlah 27.989.
3.7.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah serta karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2010:118). sampel adalah bagian dari sejumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel adalah bagian dari populasi yang
ada. Oleh karena itu metode tertentu harus dipertimbangkan untuk pengambilan
sampel berdasarkan pertimbangan yang ada.
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. Teknik ini melibatkan penyaringan orang berdasarkan kriteria tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti. Adapun kriteria sampel pada penelitian ini yaitu:
1. Mahasiswa aktif Universitas Gunadarma 2018 – 2021.
2. Menggunakan aplikasi TikTok.
Untuk menentukan ukuran sampel yang dibutuhkan, maka digunakan rumus
slovin. Rumus slovin menurut sugiono (2016: 148) mengemukakan bahwa populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Model Slovin digunakan jika populasi diketahui dan jika populasi penelitian
merupakan sebuah proporsi atau bagian dari kelompok populasi lain yang lebih besar
ukurannya. Menurut data yang didapatkan melalui PSA terdapat 27.989 populasi
mahasiswa yang aktif. Margin of error maximum atau kesalahan maximal yang bisa
diterima ditetapkan dalam rumus ini sebesar 0,1 atau 10%. Maka besar sampel yang
digunakan menurut Slovin menggunakan rumus berikut:

80
𝑛= N
1 + N. ℯ2

Keterangan:
n = Jumlah Populasi
N = Jumlah Total Populasi
e = Batas Error
𝑛= 27.989
1 + 27.989 . (0,1)2

𝑛= 27.989
1 + 27.989 . (0,01)

𝑛 = 27.989
1 + 279,89

𝑛 = 27.989
280,89

𝑛 = 99,64
Maka nilai 𝑛 dibulatkan menjadi = 100 Responden

81
3.8 Identifikasi Operasional Variabel
Operasionalisasi variabel sangat dibutuhkan dalam penelitian guna untuk
menentukan jenis, indikator, dan skala variabel terkait dalam sebuah penelitian.
Sehingga perlu adanya pengujian hipotesis menggunakan alat bantu statistik agar
dapat di operasional kan dengan benar. Variabel menurut Hatch dan Farhady
(Sugiyono, 2015, h. 38) adalah atribut atau obyek yang memiliki variasi antara satu
sama lainnya. Identifikasi variabel dalam penelitian ini digunakan untuk membantu
dalam menentukan alat pengumpulan data dan teknis analisis data yang digunakan.
Penelitian ini melibatkan variabel tergantung dan variabel bebas sebagai berikut:
a. Variabel Bebas (X) : Penggunaan Aplikasi TikTok
b. Variabel Terikat (Y) : Perilaku Narsisme
3.9 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2015, h.38) adalah
suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki variasi
tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Definisi variabel-variabel penelitian harus dirumuskan untuk
menghindari kesesatan dalam mengumpulkan data. Variabel penelitian adalah segala
sesuatu dalam bentuk apapun yang ditentukan oleh peneliti untuk memperoleh
informasi tentang hal yang akan diteliti dan kemudian akan ditarik suatu kesimpulan
(Sugiyono, 2016: 38). Penelitian ini terdiri dari 2 variabel yang akan diteliti, yaitu:
1. Variabel X (Penggunaan Aplikasi TikTok)
Variabel bebas adalah variabel yang variasi nya mempengaruhi variabel
yang lain. Variabel bebas juga dapat dikatakan sebagai variabel yang diketahui
pengaruhnya terhadap variabel lain. Variabel ini akan memberikan pengaruhnya
terhadap variabel lain dapat diamati dan diukur (Azawar, 2007).

82
Dimensi Pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok
Media sosial mempunyai beberapa dimensi yang saling mempengaruhi satu
sama lain, menurut Rulli Nasrullah (2017: 160) media sosial memiliki beberapa
dimensi yang mendukung dan berpengaruh terhadap media sosial, dimensi ini saling
berkaitan satu sama lain, berikut dimensi media sosial yaitu:
1) Social Presence
Dimensi pertama dari media sosial adalah social presence. Social Presence
dapat diartikan dengan kontak yang terjadi ketika terjadi proses komunikasi
penilaian responden atas dimensi social presence yaitu interaksi media sosial.
2) Media Richnes
Dimensi kedua dari media sosial adalah media richnes. Media Richnes dapat
diartikan dengan mengurangi ketidakjelasan dan ketidaknyamanan informasi
melalui proses komunikasi.
3) Self-Disclosure
Dimensi ini diartikan sebagai mengembangkan hubungan dekat dengan
melalui pengungkapan diri seperti perasaan, suka, tidak suka, dan pemikiran.
Melalui media sosial konsumen dapat mengutarakan pengungkapannya

Indikator Pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok


Menurut Dwi Putri Robiatul Adwiyah (2020: 136 – 148) Indikator media sosial
TikTok dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kemudahan menggunakan Aplikasi
Kemudahan dalam menggunakan aplikasi TikTok menjadi salah satu faktor
seseorang meningkatkan intensitas dalam menggunakannya, dikarenakan user
interface (tampilan halaman) yang menarik untuk pengguna yang dibangun
developer guna memberikan pengguna kenyamanan serta perasaan ingin terus
menggunakan nya.

83
2. Watermark di setiap video
Penggunaan watermark (label nama) ada disetiap video yang penggunanya
upload, memberikan identitas username bagi siapapun untuk diketahui oleh
audines yang melihat video penggunanya.
3. Editing video
Sebelum menyajikan video yang ingin disampaikan, TikTok memberikan
pengguna nya pilihan filer warna, kecerahan, teks, serta crop dan memasukan
video lain nya agar pengguna turut kreatif dalam menggunakan TikTok.
4. Topik yang up to date
Topik pada TikTok kian up to date dan memberikan informasi secara cepat
dan menyeluruh kepada seluruh pengguna nya.
5. Video Kreatif
TikTok menjadi sarana video kreatif yang dihasilkan oleh jutaan pengguna
nya, tidak heran banyak pengguna yang menyajikan video iklan dengan isi
dan editing yang kreatif demi giat mencari atensi followers atau penontonnya.
6. Video Challenge
TikTok tidak hanya menyajikan video hiburan, namun pengguna nya juga ikut
serta ber kreatifitas dengan video tantangan-tantangan yang dapat di respon
oleh pengguna TikTok lainnya.
7. Lypsinc
Lipsing dikenal di jagat media melalui polisi Norman Kamaru dan Sinta Jojo,
sebelum kepopuleran TikTok. Dengan keterbatasan yang dulu di alami orang
yang ingin ber kreatifitas dengan video lipsing, kini siapapun dapat merasakan
nya melalui TikTok.

84
2. Variabel Y (Perilaku Narsisme)
Variabel Y adalah variabel terikat, variabel yang merupakan hasil atau akibat
dari variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Perilaku Narsisme.
Variabel ini akan dipengaruhi oleh variabel lain agar dapat diamati dan diukur
(Azawar, 2007).
Bentuk efek atau perubahan perilaku yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah perilaku narsisme. Perilaku narsisme adalah perasaan cinta terhadap diri
sendiri secara berlebihan

Dimensi Perilaku Narsisme


Menurut Raskin dan Terry yang dikutip dari Prajatami (2017) terdapat tujuh
dimensi narsisme yaitu:
1) Otoritas (Authority)
Pandangan yang berlebihan terhadap diri sendiri terkait dengan otoritas atau
wewenang atas jabatan yang dimilikinya. Individu yang memiliki tingkat otoritas
atau wewenang yang tinggi, akan menganggap bahwa dirinya lebih baik dari pada
individu yang tidak memiliki otorisasi atau wewenang di perusahaan atau
organisasi tempat individu tersebut bekerja.
2) Kemandirian (Self-sufficiency)
Merupakan kemampuan dari dalam diri seseorang secara umum pada indikator ini
ditandai dengan anggapan percaya dapat memenuhi kebutuhan diri sendiri dengan
kemampuannya sendiri.
3) Superioritas (Superiority)
Pandangan berlebihan terhadap diri sendiri terkait dengan kompetensi.
Kompetensi diri, bakat, kemampuan, dan keunikan akan membuat seseorang
merasa bahwa dirinya merupakan seorang yang hebat dan spesial.

85
4) Eksibisionisme (Exhibitionism)
Kecenderungan untuk menarik perhatian orang lain terhadap diri sendiri, terkait
dengan kemampuan yang dimiliki, sifat atau kebiasaan, karakteristik, dan bakat
yang dimiliki oleh seseorang.
5) Eksploitasi (Exploitativeness)
Motivasi untuk memanipulasi dan mendayagunakan orang lain untuk kepuasan
diri sendiri. Seorang yang memiliki sifat narsisme akan senang untuk
mendayagunakan dan memanipulasi orang lain, hal ini dikarenakan narsistik
percaya dirinya dapat memahami orang lain dan membuat orang lain percaya dan
suka kepadanya
6) Kesombongan (Vanity)
Kekaguman yang berlebihan dalam memandang diri sendiri dengan
membandingkannya dengan orang lain. Seorang yang memiliki sifat narsisme
akan senang melihat penampilan dan karakteristik yang ada di dirinya. Narsisis
akan selalu melihat dirinya merupakan sosok yang sempurna, dan menganggap
orang lain lebih rendah atau tidak sebanding dengan dirinya
7) Hak (Entitlement)
Kepercayaan bahwa orang lain berhutang rasa hormat dan kekaguman. Seseorang
yang memiliki sifat narsisme sangat membutuhkan keadaan di mana orang lain
memuji dirinya, mengagumi dirinya, dan menghormati dirinya. Kebutuhan ini
yang membuat seorang narsistik menjadi bersikap arogan, ketika kebutuhan
tersebut tidak terpenuhi.

86
Indikator Perilaku Narsisme
Menurut Dr. Sam Vaknin (2007:12) kepribadian narsisme seseorang dapat dilihat
dari beberapa indikator diantaranya:
b. memiliki perasaan grandiose (perasaan megah) dan self-important yaitu
merasa bahwa dirinya lah yang paling penting dan paling berpengaruh
dalam kehidupan bersosial.
c. dipenuhi dengan fantasi tentang kesuksesan, kekuasaan, kepintaran,
kecantikan atau cinta sejati.
h. merasa diri adalah individu yang khusus dan spesial diantara orang lain.
i. memiliki kebutuhan yang ekspresif untuk dikagumi oleh orang lain.
j. mengeksploitasi hubungan interpersonal.
k. memiliki perasaan iri terhadap kelebihan orang lain atau menganggap
orang lain iri dengan kelebihannya.
l. berperilaku sombong dan angkuh dalam kehidupan sehari-hari.
Perubahan perilaku yang dilakukan oleh khalayak, muncul sebagai efek dari
penggunaan fitur-fitur serta konten dari aplikasi TikTok. Perilaku narsisme akan
terbentuk ketika penggunaan aplikasi TikTok oleh khalayak tinggi. Dalam teori SOR
Penggunaan Aplikasi TikTok masuk dalam kategori stimulus. Artinya semakin sering
khalayak menggunakan aplikasi TikTok maka akan semakin sering mendapatkan
efek, sehingga perilaku narsisme akan semakin tinggi untuk didapat. Selain itu,
adanya efek dari penggunaan aplikasi TikTok ini tentu tidak lepas dari adanya
pengguna aplikasi itu sendiri. Dalam teori ini, mahasiswa Universitas Gunadarma
angkatan 2018 – 2021 pengguna aplikasi TikTok dikategorikan sebagai komunikan
atau organisme. Sedangkan efek media yaitu perilaku narsisme masuk dalam kategori
respon.

87
Tabel 3. 3

Variabel Operasional
Variabel Dimensi Indikator Pernyataan Skala
Penggunaan Aplikasi 1. Saya ikut membuat video
TikTok challenge yang ada di
TikTok.
2. Saya merasa tidak mau
kalah, setelah melihat
video challenge yang
bertema memamerkan
fisik dan materi (contoh:
glow up challenge &
Social Presence Video Challange Likert
challenge pamer
kendaraan, dll.)
3. Saya menyukai video
challenge yang bertema
memamerkan fisik dan
materi (contoh: glow up
challenge & challenge
pamer kendaraan, dll.)

Media Richness 4. Saya menyukai tampilan


& pengalaman
penggunaan TikTok (User
Interface & User
Experience.)
5. Kemudahan dalam
Kemudahaan
menggunakan aplikasi
Menggunakan Likert
TikTok, membuat Saya
Aplikasi
ingin terus menggunakan
TikTok.
6. TikTok memiliki fitur-fitur
yang Saya butuhkan untuk
membuat konten video.

Watermark Di 7. Dengan adanya watermark Likert


Setiap Video video, Saya merasa tenang
ketika video Saya di re-
upload / share oleh orang
lain.
8. Saya merasa watermark di
video Saya, membuat Saya
gampang dikenal oleh
orang lain yang melihat
video Saya dari media
lain.
9. Rasa penasaran Saya
terhadap seorang content

88
creator tertentu, terbantu
dengan adanya watermark
untuk mencarinya di
TikTok.

10. Media TikTok memiliki


informasi yang up to date,
dibandingkan media sosial
lainnya.
11. Saya menjadikan TikTok
untuk mencari informasi
Topik Up to Date Likert
yang up to date.
12. Saya ikut serta membuat
video yang bertema
dengan topik yang sedang
update.

13. Saya menyukai orang yang


membuat video dengan
lypsinc.
14. Saya ikut serta dalam
membuat video lypsinc di
Lypsinc Likert
TikTok.
15. Saya menjadikan video
lypsinc untuk mengemas
rasa narsisme Saya.

16. Setelah menggunakan


aplikasi TikTok Saya
mendapat gambaran untuk
membuat video kreatif.
17. Saya membutuhkan tenaga
dan waktu yang ekstra
Video Kreatif Likert
dalam membuat video
Self Disclosure
kreatif.
18. Saya terinspirasi oleh
orang lain ketika membuat
video kreatif.

19. Saya menggunakan filter


effect, untuk membuat
Saya terlihat lebih
rupawan.
20. Saya merasa tercukupi
dengan fitur editing video
Editing Video Likert
di TikTok untuk membuat
konten video Saya.
21. Editing video merupakan
cara Saya menyampaikan
sifat narsisme.

89
22. Saya merasa menjadi
orang paling berdampak
dilingkungan.
Memiliki Perasaan
Otoritas 23. Saya merasa menjadi Likert
Grandiose
orang paling karismatik
dan megah dilingkungan
Saya.
Dipenuhi dengan 24. Saya memiliki fantasi
fantasi tentang bergelimangan harta,
kesuksesan, kesuksesan, dan fisik yang
kekuasaan, rupawan.
Kemandirian kepintaran, 25. Saya memiliki fantasi bila Likert
kecantikan atau memiliki kesuksesan,
cinta sejati untuk kepintaran, Saya akan
diri sendiri. lebih mencintai diri Saya
sendiri.
26. Saya merasa diri Saya
Merasa diri adalah
spesial dilingkungan Saya.
individu yang
27. Saya merasa harus
Superioritas khusus dan spesial Likert
diperlakukan khusus oleh
diantara orang lain.
orang lain dilingkungan
Saya.
28. Saya sering meminta
Memiliki kebutuhan pengakuan untuk dikagumi
yang ekspresif oleh orang lain.
Perilaku Narsisme
Eksibisionisme untuk dikagumi oleh 29. Saya sering memamerkan Likert
orang lain. kesuksesan, fisik atau
harta dan meminta orang
lain mengakuinya.
30. Saya merasa orang lain
wajib mengakui atau
Mengeksploitasi memuji keberadaan Saya.
Eksploitasi hubungan 31. Orang lain wajib Likert
interpersonal mengakui keunggulan
Saya, namun Saya tidak
mau memuji orang lain.
32. Setiap harinya, Saya sering
Berperilaku merendahkan orang lain
sombong dan dan merasa diri Saya lebih
Kesombongan angkuh dalam baik. Likert
kehidupan sehari- 33. Setiap harinya, Saya
hari menolak keberhasilan atau
pencapaian orang lain.
Memiliki perasaan 34. Saya merasa tersaingi bila
iri terhadap ada orang lain yang lebih
kelebihan orang lain baik dibanding Saya.
Hak atau menganggap 35. Saya menjeleki-jelekan Likert
orang lain iri dengan orang lain yang lebih baik
kelebihannya. dibanding Saya, agar Saya
terlihat lebih baik.
Sumber: Olahan Data Penulis

90
3.10 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah cara pemetaan, penguraian, perhitungan, hingga
pengkajian data yang telah terkumpul agar dapat menjawab rumusan masalah dan
memperoleh kesimpulan dalam penelitian. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono
(2018: 285) bahwa teknik analisis data adalah cara yang digunakan berkenaan dengan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan pengujian hipotesis yang diajukan
dalam penelitian. Sementara itu pengertian teknik analisis data menurut para ahli
lainnya seperti Patton (dalam Kaelan, 2012: 130) adalah suatu proses mengatur
urutan data, mengorganisasikan nya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian
dasar. Dalam pengertian yang satu ini, tampaknya data diperlakukan sebagai suatu
koleksi informasi yang tidak berupa angka. Teknik analisis data kuantitatif yang
sangat matematis tidak dapat diterapkan untuk menganalisis data kualitatif yang
bersifat lebih bebas dan abstrak. Oleh karena itu setidaknya terdapat dua teknik
analisis umum yang biasa digunakan oleh peneliti, yakni teknik analisis data
kuantitatif, dan teknik analisis data kualitatif. Jika tidak mengetahui teknik
pengumpulan data, penelitian tidak akan dapat memenuhi standar yang ditetapkan.
Penggunaan alat analisis data yang membantu membuktikan hipotesis atau
pendeskripsian variabel riset secara benar. Mengintegrasikan berbagai informasi ke
dalam kerangka yang lebih luas, atau membuat kesimpulan tentang populasi untuk
mendapatkan hasil penelitian yang sesuai. Peneliti menggunakan teknik analisis
statistik dengan menggunakan program SPSS 25 (Statistical Package for Social
Science). Data yang sudah terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan rumus
yang diperlukan dalam penelitian ini.

3.10.1 Uji Validitas


Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya

91
(Azwar 1986). Selain itu validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan bahwa
variabel yang diukur memang benar-benar variabel yang hendak diteliti oleh peneliti
(Cooper dan Schindler, dalam Zulganef, 2006). Sedangkan menurut Sugiharto dan
Sitinjak (2006), validitas berhubungan dengan suatu peubah mengukur apa yang
seharusnya diukur. Validitas dalam penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur
penelitian terhadap isi sebenarnya yang diukur. Uji validitas adalah uji yang
digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam suatu
mengukur apa yang diukur. Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji validitas
digunakan untuk mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner
dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Kriteria dalam menentukan validitas suatu kuesioner adalah sebagai berikut:
1. Jika rhitung>rtabel, maka pertanyaan dinyatakan valid.
2. Jika rhitung<rtabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.
Jika instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur, maka
instrumen tersebut akan dianggap efektif. Uji validitas digunakan untuk mengetahui
kelayakan butir-butir pertanyaan dalam hal pendefinisian variabel. Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi, yaitu dengan membandingkan
koefisien korelasi dengan r tabel.

3.10.2 Uji Reliabilitas


Pengertian reliabilitas menurut Neuman (2007) adalah keandalan/konsistensi.
Hal ini menunjukkan pengukuran atribut yang sama yang akan diulang dan akan
memberi hasil kondisi, yang identik atau memang sangat mirip. Reliabilitas dalam
penelitian kuantitatif menunjukkan bahwa hasil numerik yang dihasilkan oleh suatu
indikator tak berbeda, karena karakteristik dari proses pengukuran atau instrumen
pengukuran tersebut. kebalikannya dari reliabilitas adalah pengukuran yang memberi
hasil yang tak menentu, tak stabil, atau bahkan tak konsisten.
Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka
yang juga disebut nilai koefisien reliabilitas. Tingginya reliabilitas juga ditunjukan

92
dengan nilai rxx mendekati angka 1. Alat ukur akan di uji reliabilitas nya jika alat
ukur tersebut dinyatakan valid (Umar, 2002:108). Suatu kuesioner bisa dikatakan
reliabel apabila jawaban dari responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
disajikan merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam bentuk kuesioner
stabil dari waktu ke waktu. Pada penelitian ini menggunakan program SPSS 25 untuk
uji reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha Cronbrach.
Reliable nya suatu variable dapat dikatakan jika memberikan nilai Croanbach
Alpha > 0,60. Kriteria penilaian uji reabilitas (Ghozali, 2006) antara lain:
1. Kuesioner akan reliable apabila hasil koefisien Alpha lebih besar
dari taraf signifikansi yaitu 60% atau 0,6.
2. Kuesioner dianggap tidak reliable apabila hasil koefisien Alpha
lebih kecil dari taraf signifikansi 60% atau 0,6.

93
Tabel 3. 4
Tingkat Reliabilitas
Alpha Tingkat Reliabilitas
0,0 – 0,2 Sangat Rendah
>0,2 – 0,4 Rendah
>0,4 – 0,6 Cukup
>0,6 – 0,8 Tinggi
>0,8 – 1,0 Sangat Tinggi

3.10.3 Uji Normalitas


Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal.
Uji Normalitas hanya dilakukan pada nilai residual yang tidak dilarang, tetapi model
regresi mensyaratkan normalitas yang terkandung dalam nilai residual bukan pada
masing-masing variabel penelitian. Jika setiap variabel yang akan dianalisis harus
berdistribusi normal, maka uji normalitas data menggunakan statistik parametrik
memberikan ketentuan. Sebelum menguji hipotesis perlu dilakukan uji normalitas
data sebelumnya. Model regresi yang baik yaitu distribusi data normal atau
mendekati data normal untuk mendeteksi apakah nilai residual bernilai normal atau
tidak dengan menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov dengan taraf signifikansi
0,05. Dengan kriteria sebagai berikut (Ghozali,2018):
a. Nilai residual berdistribusi normal jika nilai signifikansi >0,05.
b. Nilai residual tidak berdistribusi normal jika nilai signifikansi <0,05.
Penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dikarenakan menurut
Dahlan (2008) uji ini biasa digunakan pada sampel yang lebih dari 50 atau sampel
yang lebih besar. Jika uji Kolmogorov Smirnov hitung >0,50 maka sebaran data
berdistribusi normal, namun apabila uji Kolmogorov Smirnov ini hitung <0,50 maka
sebaran data berdistribusi tidak normal.

94
3.10.4 Uji Heteroskedastisitas
Menurut Gunawan (2016) uji heteroskedastisitas adalah varians variabel
dalam model tidak sama. Heteroskedastisitas adalah varians variabel dalam model
tidak sama. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat adanya kasus
heteroskedastisitas adalah dengan melakukan Uji Glejser. Uji ini mengusulkan untuk
meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika residual memiliki
varians yang sama disebut homoskedastisitas. Dan jika variansnya tidak sama disebut
heteroskedastisitas. Cara mendeteksinya adalah dengan mengecek apakah terdapat
pola pada Scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah prediksi
Y dan sumbu X adalah residual standar (Y prediksi – Y sesungguhnya). Sedangkan
dasar pengambilan uji heteroskedastisitas adalah:
1. Jika terdapat pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola teratur
(bergelombang, melebur kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah
terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak terdapat pola tertentu yang jelas serta titik-titik menyebar diatas
dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
sebagai berikut:
a. Jika nilai signifikan <0,05 maka terjadi heteroskedastisitas
b. Apabila nilai signifikan >0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas
3.11 Analisis Regresi Linear Sederhana
Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional kausal atau variabel
independent dengan variabel dependent, sederhananya satu variabel X dengan satu
variabel Y (Sugiyono, 2008:261). Pengaturan pengujian regresi yang dirancang untuk
menguji dampak variabel X terhadap variabel Y, apakah terdapat pengaruh yang
besar atau kecil (Bungin, 2005:232). Setelah melakukan uji reliabilitas dan
mendapatkan hasil apakah kuesioner tersebut reliabel, maka peneliti selanjutnya
melakukan uji regresi linear untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dari
Penggunaan Aplikasi TikTok terhadap Perilaku Narsisme.

95
Untuk melihat apakah terdapat pengaruh antara Variabel X dan variabel Y
maka, bisa digunakan rumus persamaan umum regresi linear sederhana sebagai
berikut:

96
Y = a - bX

Keterangan:
Y = Variabel Dependent atau Perilaku Narsisme
a = Konstanta (Nilai Y apabila X=0)
b = Koefesien Regresi
X = Variabel Independent atau Penggunaan Aplikasi TikTok

3.12 Uji Hipotesis


Hipotesis adalah kesimpulan sementara dari pertanyaan penelitian, dimana
rumusan masalah dari penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan
(Sugiyono, 2010: 96). Pengujian hipotesis adalah pengujian data statistik untuk
mengetahui apakah data hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Dalam
penelitian kuantitatif, hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol (H0). Pengujian
hipotesis dilakukan melalui uji statistik sehingga dapat diketahui mendekati fakta
yang diharapkan. Sehingga, dalam menjelaskan sebuah pengujian akan lebih mudah.
Hipotesis yang dilakukan pada penelitian ini yaitu:
• H0: Tidak adanya pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok Terhadap Perilaku
Narsisme.
• Ha: Terdapat pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok Terhadap Perilaku
Narsisme.

Apabila Probabilitas <0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima


Apabila Probabilitas >0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak

97
3.12.1 Uji T
Tujuan uji T adalah untuk mengetahui apakah variabel bebas (X) memiliki
pengaruh parsial (sendiri) terhadap variabel terkait (Y). Uji T merupakan uji
komparatif yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan mean (rata-
rata) yang signifikan antara dua kelompok bebas dengan skala data interval atau rasio
dan tidak berpasangan. Dua kelompok yang berpasangan, artinya sumber data berasal
dari dua subjek yang berbeda (Hakiki, 2019:54). Dasar pengambilan eksistensi diri
pada uji T adalah:
a. Jika nilai sig < 0,5 atau t hitung > t table maka terdapat pengaruh
variabel X terhadap variabel Y.
b. Jika nilai sig > 0,5 atau t hitung < t table maka tidak terdapat
pengaruh variabel X terhadap variabel Y.

3.12.2 Uji Korelasi dan Koefisien Determinasi


Terdapat kerangka yang disebut dengan koefisien determinasi dalam analisis
korelasi yang besarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi (r 2) (Sugiyono,
2009:231). Koefisien ini disebut determinan karena varians yang terjadi pada variabel
Y (dependen) dapat dijelaskan oleh varians yang terjadi pada variabel X
(independen). Secara parsial digunakan koefisien determinasi menggunakan rumus
menurut Sugiyono (2012:257) yaitu:
Koefesiensi Determinasi = x 100%

Keterangan:
Koefisien Determinasi = berapa persen perubahan variabel Y dipergunakan oleh
variabel X2 = kuadrat koefisien korelasi
Manfaat dari koefisien determinasi adalah agar terlihatnya persentasi pengaruh yang
terjadi dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas dengan penilaian sebagai
berikut:

98
0 < r2 < 1

a. semakin r2 mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat semakin dekat.
b. semakin r2 menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat semakin jauh.
Jika koefisiennya adalah -1, maka dianggap korelasi negatif sempurna
artinya terdapat dua variabel atau lebih namun arahnya terbalik atau saling
berlawanan, Sedangkan apabila koefisiennya 0 maka dinyatakan tidak adanya
hubungan antara dua variabel atau lebih, dan jika koefisiennya adalah 1 maka
dinyatakan korelasi sempurna secara positif atau searah, yang artinya terdapat
hubungan yang kuat dan searah antara variabel yang di uji. Kriteria yang dipilih
untuk menentukan keeratan hubungan adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 5
Tingkat Hubungan Interval Koefisien
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Lemah
0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Cukup
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 - 1000 Sangat Kuat

99
BAB IV HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian


TikTok merupakan aplikasi berbagi video untuk smartphone. Selain berguna sebagai
aplikasi untuk membagikan video yang kita unggah, TikTok merupakan aplikasi yang
memiliki fitur Stich, Duet, dan Reply Comment with A Video. Hal tersebut
memberikan penggunanya kesempatan untuk berkomunikasi dengan pengguna lain
secara online dimanapun. Syarat dalam penggunaan aplikasi TikTok membutuhkan
internet dan smartphone untuk menginstall dan menggunakan nya.

Gambar 4. 1 Logo TikTok

Sumber: TikTok.com

100
4.1.2 Deskripsi Data Penelitian
4.1.2.1 Analisis Deskripsi Responden
Populasi dari penelitian ini adalah Mahasiswa/I Aktif Seluruh Fakultas Di
Seluruh Wilayah Universitas Gunadarma angkatan 2018 - 2021. Berdasarkan data
yang diambil oleh peneliti jumlah responden yang mengisi kuesioner sebanyak 100
orang. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu purposive
sampling, yang pemilihannya berdasarkan ciri-ciri atau kriteria tertentu yang dimiliki
oleh sampel. Dengan kata lain, sampel dihubungkan dengan kriteria dengan variabel
penelitian. Dalam penelitian ini kriteria-kriteria dari sampel adalah sebagai berikut:

101

Anda mungkin juga menyukai