Anda di halaman 1dari 13

Manajemen Resiko

7
MANAJEMEN RESIKO

Akila Faradiba1 Novi Hidayah2


Program Studi Manajemen, Universitas Mulia
Email: 1akilafaradiba@students.universitasmulia.ac.id
2
novihidayah@students.universitasmulia.ac.id
Nadadamayanti@students.universitasmulia.ac.id

ABSTRAK
Manajemen Risiko adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah
terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan
terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Pada penelitian ini akan
membahas kecelakaan kerja karyawan pabrik pengelolaan kayu PT Naga Bhuana
yang mengakibatkan tangan karwayan tersebut putus.

Kata kunci: Manajemen, Resiko, ISO 31000

I. LATAR BELAKANG
Manajemen risiko menyangkut budaya, proses dan struktur dalam
mengelola suatu risiko secara efektif dan terencana dalam suatu sistem
manajemen yang baik. Manajemen risiko adalah bagian integral dari proses
manajemen yang berjalan dalam perusahaan atau lembaga. Manajemen risiko K3
adalah suatu upaya mengelola resiko K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan
yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur dalam
suatu kesisteman yang baik. Adanya kemungkinan kecelakaan yang terjadi pada
proyek konstruksi akan menjadi salah satu penyebab terganggunya atau
terhentinya aktivitas pekerjaan proyek. Oleh karena itu, pada saat pelaksanaan
pekerjaan konstruksi diwajibkan untuk menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lokasi kerja dimana masalah
keselamatan dan kesehatan kerja ini juga merupakan bagian dari perencanaan
dan pengendalian proyek. Semakin tingginya angka kecelakaan kerja di tempat
kerja di Indonesia maka permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini
adalah bagaimana mengidentifikasi, menilai, dan penanganan terhadap risiko K3
1
“MANAJEMEN RESIKO”

(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) terhadap proyek konstruksi gedung


mengingat masalah keselamatan dan kesehatan kerja ini juga merupakan bagian
dari perencanaan dan pengendalian proyek.
Resiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi mengharuskan pemerintah
memperhatikan pekerja dengan membuat peraturan. Indonesia memiliki landasan
hukum peraturan perundang-undangan K3 yaitu: Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 27 ayat 2 yang berisi "Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan"
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 1969 tentang pokok-
pokok ketenagakerjaan dalam mengatur perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja yang tertuang pada Pasal 9, 10, 86 dan 87 Undang-undang No. 1 Tahun
1970 merupakan induk dari peraturan perundang-undangan K3.
Dalam Peraturan Perundang-Undangan No. 50 Tahun 2012, Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan sistem
manajemen yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja untuk menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.

II. TINJAUAN TEORITIS


(1) Manajemen Risiko
Manajemen Risiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang
sebuah risiko dan menentukan dengan tepat penanganan terhadap risiko
tersebut

(2) Identifikasi Risiko


Organisasi mengidentifikasi sumber risiko, area dampak, kejadian
(termasuk) perubahan dalam berbagai keadaan) dan penyebabnya, serta
potensi konsekuensinya. Tujuan dari tahapan ini adalah menghasilkan
suatu daftar risiko yang komprehensif berdasarkan kejadian yang mungkin
membuat, memperkuat, mencegah, menurunkan, mempercepat,atau
menunda pencapaian sasaran. Adalah penting untuk mengidentifikasi
risiko yang diasosiasikan bila tidak mengejar kesempatan. Identifikasi
secara komprehensif dimasukkan pada analisis lebih lanjut.

(3) Analisis Risiko


Analisis Risiko melibatkan pengembangan suatu pemahaman atas risiko.
Analisis risiko ini menyediakan suatu masukan dalam evaluasi risiko dan
dalam membuat keputusan apakah resiko membutuhkan perlakuan atau
2
Manajemen Resiko

tidak, serta keputusan dalam penentuan metodologi dan strategi perlakuan


risiko yang paling layak. Analisis risiko dapat menyediakan suatu masukan
dalam pengambilan keputusan dimana ada beberapa pilihan harus dibuat
dan berbagai opsi yang melibatkan jenis dan tingkatan risiko yang berbeda-
beda.

(4) Evaluasi Risiko


Evaluasi Risiko adalah membantu pengambilan keputusan, berdasarkan
manfaat keluaran dari analisis resiko, tentang resiko mana yang
membutuhkan perlakuan serta prioritas implementasi perlakuan.

(5) Analisis Bahaya


Menurut Labor Occupational Health Program, bahaya ditempat kerja
adalah segala sesuatu di tempat kerja yang dapat melukai pekerja, baik
secara fisik maupun mental. Bahaya merupakan potensi yang dimiliki oleh
bahan/material, proses atau cara dari pekerja yang dapat menimbulkan
kerugian terhadap keselamatan dan kesehatan jiwa seseorang. Bahaya juga
merupakan suatu sumber energi yang dapat menyebabkan terjadinya
cedera pada pekerja, kerusakan pada peralatan, lingkungan dan struktur.

(6) Identifikasi Potensi Bahaya


Merupakan tahapan yang dapat memberikan informasi secara menyeluruh
dan mendetail mengenai risiko yang ditemukan dengan menjelaskan
konsekuensi dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat.

(7) Sistem Manajemen K3 (SMK3)


Sistem Manajemen K3 (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

3
“MANAJEMEN RESIKO”

III. PIHAK YANG BERPERAN

Tabel 1. Jabatan dan tanggung jawabnya dalam menjalankan Manajemen


Risiko

N JABATAN FOKUS PERAN TERHADAP SISTEM MANAJEMEN


o. RISIKO

● Menyetujui dan mengevaluasi


1 Dewan Pengawasan kebijakan manajemen risiko
Komisaris Manajemen ● Memastikan penerapan manajemen
Risiko risiko
● Mengevaluasi pertanggungjawaban
Direksi atas pelaksanaan kebijakan
Manajemen Risiko
● Mengevaluasi dan memutuskan
permohonan Direksi yang berkaitan
dengan transaksi yang memerlukan
persetujuan Dewan Komisaris

● Membuat laporan pelaksanaan


2 Direksi Penerapan ● Pelaksanaan kebijakan manajemen
manajemen risiko risiko

● Memahami risiko yang ada disekitar


3 SDM Pelaksanaan ● kemampuan mengomunikasikan
(Sumber tanggung jawab implikasi eksposur Risiko
Daya penerapan
Manusia) Manajemen

● Mengeidentifikasi dan merumuskan


4 Manajer Penanggulangn kebijaksanaan dalam penanggulangan
risiko risiko

5 Accounting Upaya ● Mengurangi kesempatan karyawan


mengurangi untuk melakukan penggelapan, melalui

4
Manajemen Resiko

penggelapan dan internal control dan internal audit.


pencurian oleh ● Melalui rekening asset untuk
pegawai sendiri mengidentifikasi dan mengukur
kerugian karena exposures terhadap
harta.
● Melakukan penilaian terhadap
rekening piutang mengukur risiko
terhadap piutang dan mengalokasikan
cadangan bagi kerugian exposures
piutang.

6 Keuangan Mendapatkan ● Menganalisis faktor-faktor yang


informasi tentang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
kerugian, turunnya keuntungan dan cash-flow.
gangguan
terhadap cash- ● Menganalisis risiko murni terhadap
flow dan pembelian alat-alat produksi tahan
sebagainya lama (yang mahal) atau investasi baru.
● Menganalisis risiko yang berkaitan
dengan pinjaman yang menggunakan
harta milik perusahaan sebagai
jaminan.

7 Marketing Risiko tanggung ● Memperhatikan keselamatan dalam


gugat, risiko mengurangi kecelakaan kerja
adanya gugatan
dari pihak luar/
pelanggan.

IV. INFORMASI YANG DIBUTUHKAN

(1) Manajemen risiko


5
“MANAJEMEN RESIKO”

suatu upaya atau kegiatan yang terkoordinasi untuk mengarahkan


dan mengendalikan kegiatan perusahaan terhadap berbagai kemungkinan
risiko yang ada. Dengan kata lain, manajemen risiko merupakan
seperangkat arsitektur (terdiri atas prinsip, kerangka kerja, dan proses)
untuk mengelola risiko secara efektif.

(2) Identifikasi risiko


adalah usaha untuk menemukan atau mengetahui risiko – risiko yang
mungkin timbul dalam kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan atau
perorangan.
1. Analisis data historis
2. Pengamatan dan Survey (menggunakan questionnaire, inspeksi
langsung, dan interaksi dengan unit kerja)
3. Pengacuan (Benchmarking)
4. Pendapat ahli.

(3) Analisis risiko


analisis risiko dapat dilakukan untuk berbagai tingkat tergantung
pada risiko, tujuan analisis dan informasi, data dan sumber daya yang
tersedia. Teknik yang dapat digunakan untuk melakukan analisis risiko,
yaitu teknik semi. Kuantitatif, yang dalam analisa risiko lebih baik dalam
mengungkapkan tingkat
risiko dibandingkan dengan teknik kualitatif. Teknik ini juga dapat
menggambarkan tingkat risiko yang lebih konkret dibandingkan dengan
teknik kualitatif (Ramli, 2010).

(4) Evaluasi risiko


Hasil evaluasi risiko antara lain yaitu :
1. Gambaran tentang seberapa penting risiko yang ada
2. Gambaran tentang prioritas risiko yang perlu ditanggulangi
3. Gambaran tentang kerugian yang mungkin terjadi baik dalam parameter
biaya
ataupun parameter lainnya
4. Masukan informasi untuk pertimbangan tahapan pengendalian

(5) Analisis bahaya


1. Kondisi berbahaya (unsafe condition)
yaitu yang tidak aman dari mesin, peralatan, bahan, dari lingkungan
kerja, proses kerja,sifat pengerjaan dan cara kerja.
2. Perbuatan berbahaya (unsafe action)
yaitu perbuatan berbahaya dari manusia yang dapat terjadi karena
kurangnya pengetahuan dan keterampilan, cacat tubuh yang tidak terlihat

6
Manajemen Resiko

(bodily defect), ketelitian dan kelemahan daya tahan tubuh, serta sikap
dan perilaku kerja yang tidak baik.

(6) Identifikasi risiko bahaya


Mengurangi Konsekuensi Kejadian (Reduce Consequences).
Beberapa risiko tidak dapat dihilangkan sepenuhnya karena pertimbangan
teknis, ekonomis atau operasi sehingga risiko tersebut akan tetap ada. Oleh
karena itu, hal yang dapat dilakukan adalah dengan cara pengurangan
konsekuensi. Konsekuensi suatu kejadian dapat dikurangi dengan cara
penerapan sistem tanggap darurat yang baik dan terencana, penyediaan
Alat Pelindung Diri (APD) dan sistem pelindung.

(7) Sistem manajemen K3


Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) diawali dengan penentuan kebijakan, perencanaan, serta
pelaksanaan rencana terkait K3. Selanjutnya, dilakukan pemantauan dan
evaluasi kinerja K3 oleh sumber daya manusia yang kompeten, kemudian
hasilnya ditinjau untuk dilakukan perbaikan dan peningkatan kinerja
SMK3

V. STRATEGI PELAKSANAAN

Strategi manajemen risiko yang efektif memungkinkan untuk mengidentifikasi


kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman proyek. Dengan merencanakan
kejadian tak terduga, dengan begitu kita bisa siap merespons jika muncul.

Mark Layton dan Michael Corcoran, ahli manajemen risiko dari Deloitte &
Touche LLP, memaparkan sistem manajemen risiko yang baik meliputi prosedur
sebagai berikut:

● Identifikasi dan revisi asumsi dasar perusahaan terkait internal maupun


eksternal.
● Mengalokasikan sumber daya bagi risiko yang produktif dan non-
produktif.
● Membagi perhatian pada sebab dan musabab risiko.
● Mencoba berbagai skenario terburuk yang mungkin terjadi sekaligus
menguji keampuhan strategi.
● Selalu menyiapkan perencanaan cadangan, karena ilmu strategi risiko
bukanlah sebuah ilmu eksak yang terjamin akurasinya.

7
“MANAJEMEN RESIKO”

● Komunikasikan ide, gagasan dan strategi kepada seluruh lapisan


organisasi agar koordinasi berjalan dengan baik.

8
Manajemen Resiko

VI. ANALISIS STUDI KASUS


Kecelakaan Kerja, Tangan Karyawan Pabrik Pengolahan Kayu di Pulang
Pisau Putus

Karyawan pabrik pengolahan kayu sengon PT Naga Bhuana dari Desa Buntoi
Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah bernama
M.Arifin yang berusia 20 tahun mengalami kecelakan kerja yang mengakibatkan
sebagian tangan kanannya putus terkena gearbox mesin rotary Chipper
penghancur kayu sengon. General Manager PT Naga Bhuana Aneka Piranti
Rudy Hermawan di Pulang Pisau, mengatakan bahwa korban warga dari Desa

9
“MANAJEMEN RESIKO”

mintin Kecamatan Kahayan sudah dirujuk ke RSUD Palangka Raya dan


perusahaan akan bertanggung jawab pada karyawan yang mengalami kecelakaan
kerja tersebut.

Pada kamis tanggal 9 Januari sekitar pukul 14.30 WIB. Rudy mengungkapkan
bahwasannya, tangan karyawan tersebut terkena gearbox mesin rotary Chipper
untuk penghancur kayu,kejadian tersebut masih diselidiki lebih lanjut apakah
kecelakaan tersebut ada unsur kelalaian dari karyawan dalam pengoperasionalan
mesin tersebut atau ada faktor lain.

Menurutnya mesin yang ada di PT Naga Bhuana adalah mesin yang lebih
canggih dari pabrik sebelumnya yang ada di Solo,Jawa Tengah dan memiliki
standar keamanan yang lebih baik.

Namun walaupun begitu, Pihak perusahaan tetap bertanggung jawab penuh


dalam penanganan maupun biaya pengobatan karyawan yang mengalami
kecelakaan kerja.

Saat ditanya apakah keamanan karyawan sangat diutamakan di perusahaan


tersebut? Rudy mengatakan bahwa di perusahaan tersebut memiliki Manager
Safety yang berada di bawah bagian HRD, sehingga sudah pasti keselamatan
kerja karyawan lebih diutamakan.

Menurut rudy, pihak perusahaan masih terus menyelidiki kecelakaan kerja


tersebut terjadi,dan korban kecelakaan telah di beri penanganan utama dan sudah
berkomunikasi dengan pihak korban.

10
Manajemen Resiko

VII. DILEMA ETIS

“Kecelakaan Kerja, Tangan Karyawan Pabrik Pengolahan Kayu di Pulang


Pisau Putus”
1. Studi Kasus
Kecelakaan kerja menimpa seorang karyawan pabrik pengolahan kayu
sengon PT Naga Bhuana di Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir,
Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng). Sebagian tangan
kanan korban bernama M Arifin (20), putus karena terkena gearbox
mesin rotari Chipper penghancur kayu. Pascakecelakaan kerja yang
terjadi pada Kamis (9/1/2020), korban warga Desa Mintin, Kecamatan
Kahayan Hilir itu sudah dirujuk ke RSUD Palangka Raya. Perusahaan
siap bertanggung jawab kepada karyawan yang menjadi korban. “Standar
keamanan pengoperasional mesin sudah dipatuhi. Bagaimana pun,
kecelakaan kerja ini menjadi tanggungjawab penuh pihak perusahaan,”
kata General Manager PT Naga Bhuana Aneka Piranti Rudy Hermawan
di Pulang Pisau, Jumat (10/1/2020).
2. Keyword

11
“MANAJEMEN RESIKO”

Variabel Bebas
1. Kecelakaan terjadi pada pabrik pengolahan kayu sengon PT Naga
Bhuana di Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten
Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng)
2. Tangan karyawan tersebut terkena Gearbox mesin rotari Chiper
untuk penghancur kayu pada kamis sekitar pukul 14.30 WIB

Variabel Terkait
1. Beberapa karyawan PT Naga Bhuana Aneka Piranti Rudy
Hermawan
2. Rudy HRD
3. RSUD Palangka Raya

3. Core Value
Dampak :
1. Korban (M Arifin) mengalami putus tangannya
2. PT Naga Bhuana Aneka Piranti bertanggung jawab sepenuhnya
dalam penanganan hingga

Yang dilaksanakan :
1. pihak kepolisian sudah menyiagakan tim gabungan Puslabfor termasuk
forensik dari Polres dan Polda hingga Mabes Polri di Kabupaten
Indramayu.
2. Untuk meminimalisir penyebaran ke area lain, Pertamina melakukan
normal shut down.
3. Alat monitoring ini terpasang di 11 stasiun BMKG dan di Pulau Jawa
untuk memantau aktivitas petir dari Banten hingga Jawa Timur
4. Yang terdampak ini ada lima desa dan warganya rata-rata mengungsi

12
Manajemen Resiko

5. Kami terus akan mengupayakan penormalan jaringan dan bekerja sama


dengan pemerintah dan aparat agar listrik kembali menyala, beberapa
lokasi harus kami lakukan survei terlebih dahulu demi keamanan
masyarakat
3.

RUJUKAN
Dharma, Anak Agung Bayu, I Gusti Agung Adnyana Putera, Anak Agung Diah
Parami. (2017). MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (K3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN JAMBULUWUK HOTEL &
RESORT PETITENGET,
https://www.researchgate.net/publication/318855777_MANAJEMEN_RISIKO_KES
ELAMATAN_DAN_KESEHATAN_KERJA_K3_PADA_PROYEK_PEMBANGU
NAN_JAMBULUWUK_HOTEL_RESORT_PETITENGET

Asih, Nuur. (2019). Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3).


https://www.kompasiana.com/sulisnurul/5cac81783ba7f777a77f1452/manajemen-
resiko-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3?page=all#:~:text=Indonesia
%20memiliki%20landasan%20hukum%20peraturan,pokok%20ketenagakerjaan
%20dalam%20mengatur%20perlindungan

Rasni. (2011). Manajemen Risiko Prinsip dan Pedoman.


http://repository.crmsindonesia.org/xmlui/bitstream/handle/123456789/269/RASNI
%20ISO%2031000%202011%20%28Verif%20HK%29.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

13

Anda mungkin juga menyukai