Anda di halaman 1dari 13

Manajemen Resiko

7
MANAJEMEN RESIKO

Akila Faradiba1, Novi Hidayah2, Nada Damayanti3


Program Studi Manajemen, Universitas Mulia
Email: 1akilafaradiba31@gmail.com , 2novihidayah349@gmail.com ,
3
nadadamayanti2603@gmail.com

ABSTRAK
Manajemen Risiko adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah
terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan
terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Risiko pada umumnya dipandang
sebagai sesuatu yang negatif, seperti kehilangan, bahaya, dan konsekuensi
lainnya. Kerugian tersebut merupakan bentuk ketidakpastian yang seharusnya
dipahami dan dikelola secara efektif oleh organisasi sebagai bagian dari strategi
sehingga dapat menjadi nilai tambah dan mendukung pencapaian tujuan
organisasi. Maka dari itu saat pelaksanaan pekerjaan diwajibkan untuk
menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Pada penelitian ini akan
membahas kecelakaan kerja karyawan pabrik pengolahan kayu PT Nagabhuana
yang mengakibatkan tangan karyawan tersebut putus.

Kata kunci: Manajemen, Resiko, ISO 31000

I. LATAR BELAKANG
Manajemen risiko menyangkut budaya, proses dan struktur dalam
mengelola suatu risiko secara efektif dan terencana dalam suatu sistem
manajemen yang baik. Manajemen risiko adalah bagian integral dari proses
1
“MANAJEMEN RESIKO”

manajemen yang berjalan dalam perusahaan atau lembaga. Manajemen risiko K3


adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan
yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur dalam
suatu kesisteman yang baik. Adanya kemungkinan kecelakaan yang terjadi pada
proyek konstruksi akan menjadi salah satu penyebab terganggunya atau
terhentinya aktivitas pekerjaan proyek. Oleh karena itu, pada saat pelaksanaan
pekerjaan konstruksi diwajibkan untuk menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lokasi kerja dimana masalah
keselamatan dan kesehatan kerja ini juga merupakan bagian dari perencanaan
dan pengendalian proyek. Semakin tingginya angka kecelakaan kerja di tempat
kerja di Indonesia maka permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini
adalah bagaimana mengidentifikasi, menilai, dan penanganan terhadap risiko K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) terhadap proyek konstruksi gedung
mengingat masalah keselamatan dan kesehatan kerja ini juga merupakan bagian
dari perencanaan dan pengendalian proyek.
Resiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi mengharuskan pemerintah
memperhatikan pekerja dengan membuat peraturan. Indonesia memiliki landasan
hukum peraturan perundang-undangan K3 yaitu: Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 27 ayat 2 yang berisi "Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan"
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 1969 tentang pokok-
pokok ketenagakerjaan dalam mengatur perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja yang tertuang pada Pasal 9, 10, 86 dan 87 Undang-undang No. 1 Tahun
1970 merupakan induk dari peraturan perundang-undangan K3.
Dalam Peraturan Perundang-Undangan No. 50 Tahun 2012, Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan sistem
manajemen yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja untuk menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.

II. TINJAUAN TEORITIS


(1) Manajemen Risiko
Manajemen Risiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang
sebuah risiko dan menentukan dengan tepat penanganan terhadap risiko
tersebut

2
Manajemen Resiko

(2) Identifikasi Risiko


Organisasi mengidentifikasi sumber risiko, area dampak, kejadian
(termasuk) perubahan dalam berbagai keadaan) dan penyebabnya, serta
potensi konsekuensinya. Tujuan dari tahapan ini adalah menghasilkan
suatu daftar risiko yang komprehensif berdasarkan kejadian yang mungkin
membuat, memperkuat, mencegah, menurunkan, mempercepat,atau
menunda pencapaian sasaran. Adalah penting untuk mengidentifikasi
risiko yang diasosiasikan bila tidak mengejar kesempatan. Identifikasi
secara komprehensif dimasukkan pada analisis lebih lanjut.

(3) Analisis Risiko


Analisis Risiko melibatkan pengembangan suatu pemahaman atas risiko.
Analisis risiko ini menyediakan suatu masukan dalam evaluasi risiko dan
dalam membuat keputusan apakah resiko membutuhkan perlakuan atau
tidak, serta keputusan dalam penentuan metodologi dan strategi perlakuan
risiko yang paling layak. Analisis risiko dapat menyediakan suatu masukan
dalam pengambilan keputusan dimana ada beberapa pilihan harus dibuat
dan berbagai opsi yang melibatkan jenis dan tingkatan risiko yang berbeda-
beda.

(4) Evaluasi Risiko


Evaluasi Risiko adalah membantu pengambilan keputusan, berdasarkan
manfaat keluaran dari analisis resiko, tentang resiko mana yang
membutuhkan perlakuan serta prioritas implementasi perlakuan.

(5) Analisis Bahaya


Menurut Labor Occupational Health Program, bahaya ditempat kerja
adalah segala sesuatu di tempat kerja yang dapat melukai pekerja, baik
secara fisik maupun mental. Bahaya merupakan potensi yang dimiliki oleh
bahan/material, proses atau cara dari pekerja yang dapat menimbulkan
kerugian terhadap keselamatan dan kesehatan jiwa seseorang. Bahaya juga
merupakan suatu sumber energi yang dapat menyebabkan terjadinya
cedera pada pekerja, kerusakan pada peralatan, lingkungan dan struktur.

(6) Identifikasi Potensi Bahaya


Merupakan tahapan yang dapat memberikan informasi secara menyeluruh
dan mendetail mengenai risiko yang ditemukan dengan menjelaskan
konsekuensi dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat.
3
“MANAJEMEN RESIKO”

(7) Sistem Manajemen K3 (SMK3)


Sistem Manajemen K3 (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

III. PIHAK YANG BERPERAN

Tabel 1. Jabatan dan tanggung jawabnya dalam menjalankan Manajemen


Risiko

N JABATAN FOKUS ERAN TERHADAP SISTEM MANAJEMEN


o. RISIKOP

● Menyetujui dan mengevaluasi kebijakan


1 Dewan Pengawasan Manajemen manajemen risiko
Komisaris Risiko ● Memastikan penerapan manajemen
risiko
● Mengevaluasi pertanggungjawaban
Direksi atas pelaksanaan kebijakan
Manajemen Risiko
● Mengevaluasi dan memutuskan
permohonan Direksi yang berkaitan
dengan transaksi yang memerlukan
persetujuan Dewan Komisaris

● Membuat laporan pelaksanaan


2 Direksi Penerapan manajemen ● Pelaksanaan kebijakan manajemen risiko
risiko

● Memahami risiko yang ada disekitar


3 SDM Pelaksanaan tanggung ● kemampuan mengomunikasikan
(Sumber jawab penerapan implikasi eksposur Risiko
Daya Manajemen
Manusia)

4
Manajemen Resiko

● Mengidentifikasi dan merumuskan


4 Manajer Penanggulangn risiko kebijaksanaan dalam penanggulangan
risiko

5 Accounting Upaya mengurangi ● Mengurangi kesempatan karyawan untuk


penggelapan dan melakukan penggelapan, melalui internal
pencurian oleh pegawai control dan internal audit.
sendiri
● Melalui rekening asset untuk
mengidentifikasi dan mengukur kerugian
karena exposures terhadap harta.
● Melakukan penilaian terhadap rekening
piutang mengukur risiko terhadap
piutang dan mengalokasikan cadangan
bagi kerugian exposures piutang.

6 Keuangan Mendapatkan informasi ● Menganalisis faktor-faktor yang


tentang kerugian, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
gangguan terhadap cash- turunnya keuntungan dan cash-flow.
flow dan sebagainya
● Menganalisis risiko murni terhadap
pembelian alat-alat produksi tahan lama
(yang mahal) atau investasi baru.
● Menganalisis risiko yang berkaitan
dengan pinjaman yang menggunakan
harta milik perusahaan sebagai jaminan.

7 Marketing Risiko tanggung gugat, ● Memperhatikan keselamatan dalam


risiko adanya gugatan dari mengurangi kecelakaan kerja
pihak luar/ pelanggan.

IV. INFORMASI YANG DIBUTUHKAN


(1) Manajemen risiko
suatu upaya atau kegiatan yang terkoordinasi untuk mengarahkan
dan mengendalikan kegiatan perusahaan terhadap berbagai kemungkinan
risiko yang ada. Dengan kata lain, manajemen risiko merupakan
seperangkat arsitektur (terdiri atas prinsip, kerangka kerja, dan proses)
untuk mengelola risiko secara efektif.

5
“MANAJEMEN RESIKO”

(2) Identifikasi risiko


adalah usaha untuk menemukan atau mengetahui risiko – risiko yang
mungkin timbul dalam kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan atau
perorangan.
1. Analisis data historis
2. Pengamatan dan Survey (menggunakan questionnaire, inspeksi
langsung, dan interaksi dengan unit kerja)
3. Pengacuan (Benchmarking)
4. Pendapat ahli.

(3) Analisis risiko


analisis risiko dapat dilakukan untuk berbagai tingkat tergantung
pada risiko, tujuan analisis dan informasi, data dan sumber daya yang
tersedia. Teknik yang dapat digunakan untuk melakukan analisis risiko,
yaitu teknik semi. Kuantitatif, yang dalam analisa risiko lebih baik dalam
mengungkapkan tingkat
risiko dibandingkan dengan teknik kualitatif. Teknik ini juga dapat
menggambarkan tingkat risiko yang lebih konkret dibandingkan dengan
teknik kualitatif (Ramli, 2010).

(4) Evaluasi risiko


Hasil evaluasi risiko antara lain yaitu :
1. Gambaran tentang seberapa penting risiko yang ada
2. Gambaran tentang prioritas risiko yang perlu ditanggulangi
3. Gambaran tentang kerugian yang mungkin terjadi baik dalam parameter
biaya
ataupun parameter lainnya
4. Masukan informasi untuk pertimbangan tahapan pengendalian

(5) Analisis bahaya


1. Kondisi berbahaya (unsafe condition)
yaitu yang tidak aman dari mesin, peralatan, bahan, dari lingkungan
kerja, proses kerja,sifat pengerjaan dan cara kerja.
2. Perbuatan berbahaya (unsafe action)
yaitu perbuatan berbahaya dari manusia yang dapat terjadi karena
kurangnya pengetahuan dan keterampilan, cacat tubuh yang tidak terlihat
(bodily defect), ketelitian dan kelemahan daya tahan tubuh, serta sikap
dan perilaku kerja yang tidak baik.

(6) Identifikasi risiko bahaya


Mengurangi Konsekuensi Kejadian (Reduce Consequences).
Beberapa risiko tidak dapat dihilangkan sepenuhnya karena pertimbangan
6
Manajemen Resiko

teknis, ekonomis atau operasi sehingga risiko tersebut akan tetap ada. Oleh
karena itu, hal yang dapat dilakukan adalah dengan cara pengurangan
konsekuensi. Konsekuensi suatu kejadian dapat dikurangi dengan cara
penerapan sistem tanggap darurat yang baik dan terencana, penyediaan
Alat Pelindung Diri (APD) dan sistem pelindung.

(7) Sistem manajemen K3


Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) diawali dengan penentuan kebijakan, perencanaan, serta
pelaksanaan rencana terkait K3. Selanjutnya, dilakukan pemantauan dan
evaluasi kinerja K3 oleh sumber daya manusia yang kompeten, kemudian
hasilnya ditinjau untuk dilakukan perbaikan dan peningkatan kinerja
SMK3

V. STRATEGI PELAKSANAAN

Strategi manajemen risiko yang efektif memungkinkan untuk mengidentifikasi


kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman proyek. Dengan merencanakan
kejadian tak terduga, dengan begitu kita bisa siap merespons jika muncul.

Mark Layton dan Michael Corcoran, ahli manajemen risiko dari Deloitte &
Touche LLP, memaparkan sistem manajemen risiko yang baik meliputi prosedur
sebagai berikut:

● Identifikasi dan revisi asumsi dasar perusahaan terkait internal maupun


eksternal.
● Mengalokasikan sumber daya bagi risiko yang produktif dan
nonproduktif.
● Membagi perhatian pada sebab dan musabab risiko.
● Mencoba berbagai skenario terburuk yang mungkin terjadi sekaligus
menguji keampuhan strategi.
● Selalu menyiapkan perencanaan cadangan, karena ilmu strategi risiko
bukanlah sebuah ilmu eksak yang terjamin akurasinya.
● Komunikasikan ide, gagasan dan strategi kepada seluruh lapisan
organisasi agar koordinasi berjalan dengan baik.

7
“MANAJEMEN RESIKO”

8
Manajemen Resiko

VI. ANALISIS STUDI KASUS


Kecelakaan Kerja, Tangan Karyawan Pabrik Pengolahan Kayu di Pulang
Pisau Putus

Karyawan pabrik pengolahan kayu sengon PT Naga Bhuana dari Desa Buntoi
Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah bernama
M.Arifin yang berusia 20 tahun mengalami kecelakan kerja yang mengakibatkan
sebagian tangan kanannya putus terkena gearbox mesin rotary Chipper
penghancur kayu sengon. General Manager PT Naga Bhuana Aneka Piranti
Rudy Hermawan di Pulang Pisau, mengatakan bahwa korban warga dari Desa
mintin Kecamatan Kahayan sudah dirujuk ke RSUD Palangka Raya dan
perusahaan akan bertanggung jawab pada karyawan yang mengalami kecelakaan
kerja tersebut.

Pada kamis tanggal 9 Januari sekitar pukul 14.30 WIB. Rudy mengungkapkan
bahwasannya, tangan karyawan tersebut terkena gearbox mesin rotary Chipper
untuk penghancur kayu,kejadian tersebut masih diselidiki lebih lanjut apakah

9
“MANAJEMEN RESIKO”

kecelakaan tersebut ada unsur kelalaian dari karyawan dalam pengoperasionalan


mesin tersebut atau ada faktor lain.

Menurutnya mesin yang ada di PT Naga Bhuana adalah mesin yang lebih
canggih dari pabrik sebelumnya yang ada di Solo,Jawa Tengah dan memiliki
standar keamanan yang lebih baik.

Namun walaupun begitu, Pihak perusahaan tetap bertanggung jawab penuh


dalam penanganan maupun biaya pengobatan karyawan yang mengalami
kecelakaan kerja.

Saat ditanya apakah keamanan karyawan sangat diutamakan di perusahaan


tersebut? Rudy mengatakan bahwa di perusahaan tersebut memiliki Manager
Safety yang berada di bawah bagian HRD, sehingga sudah pasti keselamatan
kerja karyawan lebih diutamakan.

Menurut rudy, pihak perusahaan masih terus menyelidiki kecelakaan kerja


tersebut terjadi,dan korban kecelakaan telah di beri penanganan utama dan sudah
berkomunikasi dengan pihak korban.

VII. DILEMA ETIS

10
Manajemen Resiko

“Kecelakaan Kerja, Tangan Karyawan Pabrik Pengolahan Kayu di Pulang


Pisau Putus”
1. Studi Kasus
Kecelakaan kerja menimpa seorang karyawan pabrik pengolahan kayu
sengon PT Naga Bhuana di Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir,
Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng). Sebagian tangan
kanan korban bernama M Arifin (20), putus karena terkena gearbox
mesin rotari Chipper penghancur kayu. Pasca Kecelakaan kerja yang
terjadi pada Kamis (9/1/2020), korban warga Desa Mintin, Kecamatan
Kahayan Hilir itu sudah dirujuk ke RSUD Palangka Raya. Perusahaan
siap bertanggung jawab kepada karyawan yang menjadi korban. “Standar
keamanan pengoperasional mesin sudah dipatuhi. Bagaimana pun,
kecelakaan kerja ini menjadi tanggungjawab penuh pihak perusahaan,”
kata General Manager PT Naga Bhuana Aneka Piranti Rudy Hermawan
di Pulang Pisau, Jumat (10/1/2020).
2. Keyword

Variabel Bebas
1. Kecelakaan terjadi pada pabrik pengolahan kayu sengon PT Naga
Bhuana di Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten
Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng)
2. Tangan karyawan tersebut terkena Gearbox mesin rotari Chiper
untuk penghancur kayu pada kamis sekitar pukul 14.30 WIB

Variabel Terkait
1. Beberapa karyawan PT Naga Bhuana Aneka Piranti Rudy
Hermawan
2. Rudy HRD
3. RSUD Palangka Raya

11
“MANAJEMEN RESIKO”

3. Core Value
Dampak :
1. Korban (M Arifin) mengalami putus tangannya
2. PT Naga Bhuana Aneka Piranti bertanggung jawab sepenuhnya
dalam penanganan hingga

Yang dilaksanakan :
1. Korban dilarikan ke RSUD Palangka Raya.
2. Untuk menghindari hal tersebut kembali terjadi pihak perusahaan
memperketat safety untuk seluruh karyawan .
3. Perusahaan terus akan mengupayakan monitor untuk setiap pekerjaan
yang dilakukann oleh karyawan, dan melakukan pengecekkan mesin
sebelum digunakan beroperasi.

RUJUKAN
12
Manajemen Resiko

Dharma, Anak Agung Bayu, I Gusti Agung Adnyana Putera, Anak Agung Diah
Parami. (2017). MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (K3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN JAMBULUWUK HOTEL &
RESORT PETITENGET,
https://www.researchgate.net/publication/318855777_MANAJEMEN_RISIKO_KES
ELAMATAN_DAN_KESEHATAN_KERJA_K3_PADA_PROYEK_PEMBANGU
NAN_JAMBULUWUK_HOTEL_RESORT_PETITENGET

Asih, Nuur. (2019). Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3).


https://www.kompasiana.com/sulisnurul/5cac81783ba7f777a77f1452/manajemen-
resiko-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3?page=all#:~:text=Indonesia
%20memiliki%20landasan%20hukum%20peraturan,pokok%20ketenagakerjaan
%20dalam%20mengatur%20perlindungan

Rasni. (2011). Manajemen Risiko Prinsip dan Pedoman.


http://repository.crmsindonesia.org/xmlui/bitstream/handle/123456789/269/RASNI
%20ISO%2031000%202011%20%28Verif%20HK%29.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

13

Anda mungkin juga menyukai