Anda di halaman 1dari 37

Corporate

Governance and
Risk
Management
Nama Kelompok :
1. Ika Ayu Nurjannah (19080694036)
2. Laura Kristi (19080694040)
3. M. Wiliiam Fattah (19080694052)
4. Khovifa Nur Kumala (19080694065)
5. Maretha Putri N. (19080694091)
Introduction

tata kelola perusahaan mengacu pada


sistem aturan, praktik, dan kontrol
yang diberlakukan oleh perusahaan
untuk memastikan akuntabilitas,
transparansi, dan pencapaian tujuan
jangka panjang.
Apa pentingnya
managemen risiko pada
tata Kelola perusahaan?
● Penting bagi perusahaan untuk
menghasilkan aturan, regulasi,
dan prosedur yang jelas yang
mengatur semua aktivitas
manajemen risiko
● kegagalan fungsi manajemen
risiko hampir selalu disebabkan
oleh tata kelola yang tidak tepat
tata kelola perusahaan dan manajemen risiko tidak dapat dipisahkan
a. Dari perspektif tata kelola perusahaan, dewan memiliki tujuan utama untuk
menghargai dan menjaga kepentingan pemegang saham yang diperlukan untuk
mengidentifikasi risiko yang perlu ditanggung oleh bisnis sehingga menghasilkan
keuntungan bagi pemegang saham.
b. dewan juga harus menjaga kepentingan pemegang utang, sementara menilai
proyek modal apa pun, dewan perlu menilai risiko proyek dan kemungkinan
ketidakmampuan yang dapat merugikan pemegang utang.
c. Peristiwa baru-baru ini telah berfungsi untuk menyelaraskan tujuan tata kelola
perusahaan dengan manajemen risiko, sehingga menimbulkan "tata kelola risiko"
Tata Kelola Risiko

01 mengarahkan 02 menjaga kepentingan


perusahaan sesuai pemangku kepentingan
dengan kepentingan lainnya
pemegang saham

03 menjamin stabilitas 04 awasi risiko


proyek / keuntungan agensi
Peran komite dewan audit
tanggung jawab komite audit adalah
untuk melihat keakuratan pelaporan
keuangan dan peraturan perusahaan
dan kualitas proses yang mendasari
kegiatan tersebut.
Peran direktur penasihat risiko

 
1. kehadiran non-eksekutif tanpa keahlian
manajemen risiko di dewan dapat menciptakan
lingkungan di mana keputusan dibuat dengan
cara yang tidak dipikirkan dengan baik
2. untuk alasan ini harus ada spesialis
manajemen risiko, direktur pengaduan risiko di
dewan
peran komite dewan manajemen
risiko
1. meninjau secara independen
berbagai bentuk risiko seperti
risiko likuiditas, risiko pasar, dll,
dan kebijakan yang terkait
dengannya
2. menyetujui kredit individu
3. monitor portofolio
4. melaporkan kepada dewan
Manajemen risiko selalu menjadi masalah
utama tata kelola. Masalah utama yang
diperuntukkan bagi dewan adalah
bagaimana menciptakan suatu strategi
perusahaan. Oleh karena itu risiko strategis
selalu menjadi tanggung jawab dewan
secara de facto.
Manajemen Risiko dan Corporate Governance.

Tujuan untuk menyeimbangkan dan


memaksimalkan keuntungan dengan cara
mengurangi resiko telah diakui dalam kerangka
corporate governance di perusahaan Inggris.

Mengapa kita memerlukan suatu manajemen


risiko ?

Kerangka manajemen risiko memberikan


deskripsi risiko utama dan ketidakpastian yang
dihadapi oleh perusahaan.
Dalam mengendalikan risiko perusahaan, langkah
awal yang dapat dilakukan oleh dewan adalah
dengan melakukan penilaian risiko. Selanjutnya
dewan melakukan pengembangan rencana
perlakuan risiko yakni apakah risiko akan
diterima, dikendalikan, dihapuskan atau yang
lainnya yang sesuai dengan konteks tujuan bisnis
strategis perusahaan
Pengendalian merupakan tindakan penanggulangan risiko.
Ada 4 jenis pengendalian yakni

1. Pengendalian jera
2. Pengendalian pencegahan
3. Kontrol korektif
4. Kontrol detektif
Bis dan Basel 2

Kegagalan perbankan bisa lebih berbahaya


daripada kegagalan lainnya. Di dunia
perbankan, kerangka akuntansi dan
manajemen risiko internasional, didorong
oleh Bank of International Settlements (BIS).

Pada tahun 2004, The Committee on Banking


Supervision dari BIS menerbitkan The Basel
II Accord.
Risiko Operasional

Risiko operasional didefinisikan sebagai


risiko kerugian yang diakibatkan oleh
proses internal, orang dan sistem yang
tidak memadai atau gagal, atau dari
peristiwa eksternal.
Kerangka Kerja COSO
ERM
Manajemen risiko perusahaan (ERM) muncul sebagai
cara baru yang fundamental bagi organisasi untuk
mendekati risiko.

Kerangka COSO ERM memiliki delapan komponen :

1) Lingkungan internal
2) Pengaturan tujuan
3) Identifikasi acara
4) Tugas beresiko
5) Respon resiko
6) Aktivitas pengendalian
7) Informasi dan komunikasi
8) Pemantauan.
Manajemen
Risiko
Renz. 2007. Ch 4; SubCh. 4.5 Risk Management
Model untuk
manajemen risiko
Identifikasi dan penilaian risiko

Untuk mengidentifikasi risiko sebanyak


mungkin, menggunakan sebuah proses
identifikasi, dengan melibatkan perwakilan
dari semua fungsi dan tingkatan dalam
organisasi dan pada saat yang sama
menciptakan kesadaran risiko dan
komitmen.
Proses mitigasi risiko
Perencanaan sisi bawah risiko

1. Rencana reaksi

2. Struktur pendukung

3. Rencana komunikasi
Pemantauan dan pengendalian risiko

Pemantauan dan pengendalian risiko adalah


tugas-tugas yang menjadi inti dari tata
kelola proyek. Risiko perlu dipantau terus
menerus dan dikomunikasikan secara
memadai.
Organisasi risiko dan
budaya risiko

Manajemen risiko yang sadar memerlukan


budaya risiko yang sesuai, di mana
identifikasi risiko, tindakan perencanaan
bencana, dan ' fantasi karena kejahatan
'dipandang sebagai kegiatan yang positif dan
mendukung bisnis daripada kegiatan yang
pesimis dan tidak nyaman.
Kebutuhan budaya risiko memiliki dua implikasi:

1. manajemen risiko perlu memiliki sponsorship dan


partisipasi aktif dari manajemen puncak.

2. budaya risiko adalah topik yang akan ditangani baik di


tingkat proyek maupun tingkat tata kelola proyek - seperti
yang terlihat dari pendekatan berbasis tim (partisipatif)
untuk identifikasi dan penilaian risiko.
Pedoman Umum
GCG di Indonesia
Pedoman umum GCG di Indonesia memuat prinsip dasar dan pedoman pokok
pelaksanaan GCG dan  merupakan standar minimal. Standar minimal ini akan
ditindaklanjuti dan dirinci dalam  Pedoman Sektoral yang dikeluarkan oleh KNKG.
Berdasarkan pedoman tersebut, tiap perusahaan perlu membuat manual yang lebih bersifat
operasional. 
Pinsip-prinsip Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Perusahaan

• Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan yang


menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya. 

• Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya,


perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh
organ perusahaan dan semua  karyawan. Pelaksanaan etika bisnis yang
berkesinambungan akan membentuk budaya  perusahaan yang
merupakan manifestasi dari nilai-nilai perusahaan.

• Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan


dijabarkan  lebih  lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami
dan diterapkan.
5 Asas Dalam Pedoman GCG Indonesia
T-A-R-I-F

• Transparansi atau Keterbukaan (Transparency)


KNKG 2006 

• Akuntabilitas (Accountability)

• Tanggung jawab (Responsibility)

• Kemandirian (Independency)

• Kewajaran (Fairness)
Pedoman GCG Indonesia menjadi acuan bagi perusahaan dalam
mengimplementasikan GCG. Penerapan GCG di sini dimaksudkan dalam rangka:

• Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan


berdasarkan asas transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, kemandirian
serta kewajaran.
• Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ
perusahaan. Organ yang dimaksud ialah dewan komisaris, direksi, dan Rapat
Umum Pemegang Saham.
• Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi
agar  dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh
nilai moral  yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan.
• Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap  masyarakat dan kelestarian lingkungan, terutama di sekitar
perusahaan.
Kesimpulan

1. Mananjemen risiko sudah dikenal di AS pada tahun 1914 dengan nama Robert Martin
Association yang kemudian berganti nama menjadi Risk Association pada tahun 2000.
Sedangkan CG pertama kali dikenalkan pada tahun 1992 oleh Komite Cadbury dalam
laporannya yang dikenal sebagai Cadbury Report. Keduanya sangat penting bagi suatu
perusahaan. Namun dalam hal prioritas manajemen risiko berperan penting dalam
mewujudkan tata kelola perusahaan melalui manajemen risiko yang efektif, sehingga
perusahaan dapat meminimalkan risiko dan dampak. Keduanya mungkin untuk dijalankan
bersama karena manajemen risiko adalah bagian yang tak terpisahkan dari pelaksanaan
corporate governnance. Prinsip-prinsip corporate governance memiliki pengaruh dalam
pelaksanaan manajemen resiko dan manajemen risiko merupakan unsur yang ikut
menentukan keberhasilan penerapan GCG dalam perusahaan.
2. Kepatuhan ditambahkan pada hubungan antara Corporate Governance dan Risiko
karena aspek kepatuhan berkaitan dengan hukum dan peraturan yang mengatur
seluruh aliran bisnis. Kepatuhan tak hanya menghubungkan perusahaan dengan
kelompok kepentingan tertentu atau manajemen dan karyawan. Kepatuhan juga
mencakup keseluruhan norma, etika, dan moral yang menjadi dasar aktivitas
perusahaan.

Secara sederhana, hubungan di antara ketiga konsep dalam GRC (Governance, Risk,
Compliments) dimulai dengan penetapan persyaratan kepatuhan melalui peraturan
yang berlaku (compliance). Selanjutnya, risiko ketidakpatuhan yang muncul dari
persyaratan ini dikelola oleh manajemen risiko (risk management). Akhirnya, rencana
penanganan risiko diterapkan melalui pengendalian oleh tata kelola perusahaan
(governance). Proses pun kembali ke bagian pertama dengan penilaian hasil
penanganan terhadap pencapaian persyaratan kepatuhan.
3. Berdasarkan riset Corporate Governance Watch atau CG Watch yang
dilakukan oleh ASEAN Corporate Governance Assosiation (ACGA)
pada tahun 2018, Indonesia menempati urutan paling bawah dalam
pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan di antara 12 negara, yaitu Australia,
Hong Kong, Singapura, Malaysia, taiwan, Thailand, India, Jepang,
Korea, China, dan Filipina.

CG Watch adalah riset yang dilakukan setiap dua tahun oleh ACGA
yang berkedudukan di Hong Kong, bekerja sama dengan Credit
Lyonnaise Securities Asia (CLSA) atas kualitas tata kelola makro di 12
pasar di kawasan Asia-Pasifik. Riset terbaru dilakukan pada tahun 2018.

Menurut Ketua Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) Mas


Achmad Daniri kepada Upperline belum lama ini, ketertinggalan
Indonesia dalam penerapan prinsip-prinsip GCG bukan berarti Indonesia
tidak melaksanakan governance dengan baik. Namun karena Indonesia
dan negara-negara lain berlomba-lomba sehingga Indonesia belum dapat
mengejar atau leading di antara negara-negara tersebut.
Untuk memperbaiki peringkat Indonesia di kawasan
regional bahkan global, regulator dalam hal ini Otoritas
Jasa Keuangan Indonesia dan perusahaan-perusahaan
Indonesia, terutama perbankan, melakukan upaya-upaya
yang serius, di antaranya, mengadopsi penerapan GCG
secara terintegrasi, yaitu GRC atau Governance Risk
Management Compliance.

Apa itu GRC? Lalu, bagaimana perkembangan GCG dan


GRC di Indonesia saat ini? Bagaimana dampaknya
terhadap kinerja perusahaan-perusahaan? Simak wawancara
Upperline dengan Ketua KNKG Mas Achmad Daniri,
berikut ini:

Bisa dijelaskan, bagaimana perkembangan penerapan


prinsip-prinsip GCG di Indonesia saat ini?
Indonesia telah menerapkan prinsip-prinsip GCG sejak tahun
2001. Pemerintah, perusahaan, maupun masyarakat
merespons dengan baik dan banyak hal yang telah dilakukan.
Tapi, jika melihat ke negara-negara lain, kalau boleh saya
meminjam penilaian dari ACGA, Indonesia menempati
peringkat paling akhir. Mengapa?

Kita memang banyak melaksanakan implementasi GCG, tapi


negara lain juga demikian. Mereka berlomba-lomba,
sehingga kita belum bisa mengejar atau leading di antara
negara-negara tersebut. Itu posisi kita. Kita kalah cepat
dengan mereka.

Indonesia adalah negara yang besar, BUMN-nya banyak,


perusahaan swasta dan mulitnasional juga banyak, begitu
juga dengan koperasinya. Seharusnya, Indonesia bisa lebih
cepat dari negara lain.
Referensi :

1. Calder, Alan. Corporate Governance : A Practical Guide to the Legal Frameworks and
International Codes, London and Philadelphia : Kogan Page Limited, 2008.

2. Asei.co.id. (2017, 26 April). Peran Manajemen Risiko terhadap Perwujudan Good


Corporate Governance. Diakses pada 02 April 2021, dari http://www.asei.co.id/en/peran-
manajemen-risiko-terhadap-perwujudan-good-corporate-governance/

3. Accounting.binus.ac.id. (2019, 14 Mei). Memahami Konsep yang Ada dalam Corporate


Governance. Diakses pada 02 April 2021, dari
https://accounting.binus.ac.id/2019/05/14/memahami-konsep-yang-ada-dalam-corporate-
governance/
4. https
://crmsindonesia.org/publications/mengenal-seluk-beluk-tata-kelola-risiko-dan-kepatuhan/

5. https://ibfgi.com/governance-risk-management-compliance/

6. Komite Nasional Kebijakan Governance. 2011. “Pedoman Penerapan Manajemen Risiko


Berbasis Governance.” Komite Nasional Kebijakan Governance 1–91.
7. https://www.youtube.com/watch?v=LFSAjD3zJXo
8. https://jakartamrt.co.id/sites/default/files/2020 12/Buku%20Panduan%20Mencapai
%20Model%20Keunggulan%20GRC.pdf

Anda mungkin juga menyukai