Anda di halaman 1dari 23

Universitas Bakrie

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan proyek telah dikenal sejak lama. Seiring dengan berjalannya waktu,
proyek telah berkembang menjadi beraneka ragam, mutakhir dan kompleks. Tuntutan
permintaan pelanggan dalam bidang proyek interior sangat meningkat dan
persaingan antar kontraktor interior juga semakin sengit.
Dalam siklus proyek, terdapat beberapa penahapan dengan kegiatan-kegiatan
yang memiliki jenis intensitas yang berbeda-beda. Proyek dapat diartikan sebagai
kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu yang terbatas dengan
mengalokasikan sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk
atau deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas (Soeharto,
1999). Dimana setiap proyek akan dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya dan
spesifikasi kinerja yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan customer (Larson,
2000). Dalam proses mencapai tujuan tersebut, dapat digunakan batasan umum yang
dikenal dengan sebutan triple constraint yaitu besar biaya (anggaran) yang
dialokasikan, dan jadwal serta cakupan yang harus dipenuhi. Ukuran keberhasilan
dan mutu dari proyek dikaitkan dengan sejauh mana ketiga sasaran tersebut dapat
dipenuhi.
Proyek interior adalah proses perencanaan dan pelaksanaan desain ruang dalam
sebuah bangunan. Proyek interior meliputi perancangan dan pengaturan elemen-
elemen seperti dinding, lantai, langit-langit, pencahayaan, furnitur, dan aksesori
lainnya dalam sebuah ruang agar menciptakan suatu lingkungan yang estetis dan
fungsional. Tujuannya adalah untuk menciptakan ruang yang cocok dengan
kebutuhan dan gaya hidup penghuni atau pengguna ruang tersebut. Proyek interior
dapat dilakukan pada rumah tinggal, kantor, restoran, hotel, pusat perbelanjaan, dan
lain sebagainya.
Proyek interior merupakan suatu bidang yang dinamis dan mengandung risiko.
Risiko dapat memberikan pengaruh terhadap pencapaian produkstivitas, kinerja,
kualitas dan batasan biaya dari proyek. Risiko adalah efek ketidakpastian suatu
proses atau ketidakpastian dimasa depan bisa negatif dan bisa juga positif (ISO
31000:2018). Walaupun suatu kegiatan telah direncanakan sebaik mungkin, namun

1
Universitas Bakrie

tetap mengandung ketidakpastian bahwa nanti akan berjalan sepenuhnya sesuai


rencana. Risiko pada proyek interior bagaimanapun tidak dapat dihilangkan tetapi
dapat dikurangi atau ditransfer dari satu pihak kepihak lainnya (Kangari, 1995). Bila
risiko tidak diperhatikan maka kinerja proyek akan terganggu secara keseluruhan
sehingga dapat menimbulkan kerugian terhadap biaya, mutu dan waktu pekerjaan.
Dalam industri proyek interior di era modern ini, perlu disadari akan pentingnya
memperhatikan permasalahan risiko pada proyek-proyek yang dikerjakan, karena
kesalahan dalam menentukan penyebab masalah dan pengendalian risiko akan
menimbulkan dampak yang buruk, secara langsung maupun tidak langsung pada
pekerjaan proyek. Dampak yang disebabkan oleh risiko dapat berupa pertambahan
biaya dan keterlambatanan penyelesaian proyek.
Mengingat bahwa pada kenyataan sesungguhnya proyek mempunyai kegiatan
yang berbeda-beda, demikian pula adanya unsur ketidakpastian yang memicu
terjadinya risiko yang bervariasi, maka risiko dari suatu kegiatan proyek perlu
dikelola dengan tepat.
Manajemen konstruksi yang baik dapat mendukung program percepatan
pembangunan, kontraktor sebagai pelaksana harus meningkatkan pengawasan serta
pengendalian terhadap pembangunan tersebut, kemampuan mengidentifikasi,
mengelola serta mengendalikan risiko yang dapat terjadi dalam pelaksanaan suatu
proyek harus dipahami secara benar dan diterapkan oleh kontraktor maupun pejabat
berwenang pada perusahaan agar pelaksanaan pembangunan tetap pada jadwal dan
anggaran yang telah ditetapkan.
Risiko merupakan hal yang bisa saja terjadi baik secara alami ataupun dari
berbagai kemungkinan, kemampuan dalam mempersiapkan manajemen terhadap
risiko yang dapat terjadi dalam pelaksanaan konstruksi haruslah dimiliki, sehingga
dampak risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya dapat diminimalkan dan
dikendalikan. Risiko yang tidak tertanggulangi dapat mengakibatkan kerugian serta
kinerja proyek yang buruk

2
Universitas Bakrie

1.2 Perumusan Masalah


Perencanaan sebuah proyek meliputi perencanaan biaya, mutu dan waktu
(penjadwalan) atas kegiatan-kegiatan yang harus dikerjakan sampai proyek tersebut
selesai.
Untuk mencapai target waktu yang diinginkan, diperlukan pengendalian
terhadap semua kegiatan agar dapat berjalan sesuai dengan rencana yang diinginkan.
Pengendalian risiko dan penjadwalan yang tidak tepat dapat merugikan perusahaan,
seperti keterlambatan waktu penyelesaian sebuah proyek, pemborosan tenaga kerja
serta biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki pekerjaan.
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan dibahas oleh penulis
dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keterlambatan waktu pada proyek
interior di gedung bertingkat?
2. Bagaimana peringkat (rangking) dari faktor-faktor yang mempengaruhi
keterlambatan waktu pada proyek interior di gedung bertingkat?
3. Bagaimana menganalisa risiko yang mungkin terjadi pada proyek interior di
gedung bertingkat?
4. Bagaimana mengendalikan risiko yang mungkin terjadi pada proyek interior di
gedung bertingkat?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud dari penilitian ini adalah untuk mengumpulkan data yang dapat
digunakan dalam penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh
gelar kesarjanaan jurusan Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Bakrie.
Sedangkan yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek
interior di gedung bertingkat.
2. Menentukan peringkat (rangking) dari faktor-faktor yang mempengaruhi
keterlambatan waktu pada proyek interior di gedung bertingkat.
3. Menentukan probabilitas serta dampak atas faktor-faktor risiko penyebab dari
keterlambatan yang paling berpengaruh pada proyek interior di gedung
bertingkat.

3
Universitas Bakrie

4. Memberikan pengendalian risiko yang terjadi pada proyek interior di gedung


bertingkat.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah yang menjadi pokok pembahasan penelitian ini tidak meluas
dari tujuan penelitian, Adapun batasan masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya menyajikan faktor–faktor serta risiko penyebab
keterlambatan dan akibat dari keterlambatan pada proyek interior berdasarkan
jawaban dari narasumber yang telah di wawancara.
2. Memberikan faktor–faktor serta risiko penyebab dari keterlambatan yang
paling berpengaruh pada proyek interior dalam skala likert.
3. Risiko yang diteliti merupakan risiko teknis dan non - teknis dalam
pelaksanaan yang berpengaruh terhadap biaya, mutu, dan waktu.
4. Memberikan pengendalian risiko dari penyebab keterlambatan proyek interior.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian yang diharapkan hasilnya bermanfaat bagi:
1. Penulis, untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis mengenai
manfaat dan penerapan metode manajamen risiko dalam usaha pencapaian
biaya, mutu dan efisiensi waktu, sehingga penulis memperoleh tambahan
pengetahuan tentang perencanaan, masalah-masalah dan cara penyelesaian
masalah dalam proyek-proyek pembangunan.
2. Bagi perusahaan yang bersangkutan, untuk memperoleh informasi yang
bermanfaat dalam mengelola risiko suatu perencanaan proyek dengan
menggunakan teori-teori literatu manajemen risiko.
3. Bagi pihak lain, terutama rekan-rekan mahasiswa serta pembaca, yang ingin
mengetahui penerapan manajemen risiko pada proyek interior lebih lanjut
disamping literatur bacaan yang ada.

4
Universitas Bakrie

1.6 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah
penelitian, batasan masalah penelitian, maksud dan tujuan penelitian, manfaat
penelitian serta sistematikan penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang teori yang dibutuhkan untuk keperluan analisis dan
pembahasan penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metodologi penelitian dalam pengumpulan data serta
prosedur analisis data.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang analisis data dan pembahasan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas kesimpulan dan saran dari analisis dan hasil yang diperoleh.

5
Universitas Bakrie

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Proyek


Menurut Husen (2009:4), manajemen proyek adalah penerapan ilmu
pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber
daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan
sehingga mendapatkan hasil dalam hal biaya, mutu, dan waktu.
Menurut Ervianto (2005:21), manajemen proyek adalah semua perencanaan,
pelaksanaan pengendalian, koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga
berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat
biaya dan tepat mutu. Manajemen konstruksi pada biasanya meliputi mutu, biaya dan
waktu. Manajemen material serta manajemen tenaga kerja. Pada prinsipnya
manajemen konstruksi sangat menekankan dalam hal manajemen dalam mengatur
tenaga kerja.
Manajemen merupakan faktor yang sangat penting dalam hal apapun dalam hal
ini khususnya di bidang konstruksi/interior baik dilihat dalam fungsi manajemen itu
sendiri maupun pentingnya manajemen dari sisi administrasi dalam suatu organisasi.
Dari yang telah kita ketahui, dalam pelaksanaannya masih banyak ditemukan bahwa
suatu rencana yang sudah diatur tidak berbanding lurus dengan kenyataan yang ada.
Adapun fungsi dari manajemen proyek yaitu sebagai pengawasan dan
pengendalian sehingga dapat menjaga kesesuaian antara perencanaan dan
pelaksanaan, mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi di lapangan yang tidak
pasti, serta mengatasi kendala terjadinya keterbatasan waktu pelaksanaan, dan
memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai.

2.2 Manajemen Waktu Proyek


Manajemen waktu adalah hal yang berbicara tentang perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan produktivitas waktu. Manajemen
waktu bertujuan untuk mengarahkan produktivitas pekerjaan kearah yang lebih
efektif dan efisien. Manajemen waktu perlu dilakukan untuk memastikan waktu
penyelesaian pada suatu proyek sesuai dengan rencana.

6
Universitas Bakrie

Merencanakan pengelolaan manajemen waktu memberikan pedoman dan arah


serta pengawasan terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan. Di dalam manajemen
waktu ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu merencanakan penjadwalan
proyek, mengukur dan membuat laporan perkembangan proyek, membandingkan
penjadwalan dengan kemajuan proyek di lapangan, menentukan akibat yang
disebabkan oleh perbandingan jadwal dengan kemajuan di lapangan pada akhir
penyelesaian proyek, dan merencanakan solusi untuk mengatasi akibat tersebut, yang
terakhir adalah memperbarui kembali penjadwalan proyek (Clough dan Sears, 1991).
Aspek-aspek manajemen waktu tersebut saling berkaitan satu hal dengan hal yang
lainnya.

Gambar 2.1 Aspek-aspek Manajemen Waktu


(Sumber: Clough and Scars, 1991)

2.3 Project Management Knowledge Area – PMBOK


Project Management Knowledge Area atau PMBOK adalah komponen atau
bagian dari lingkup bidang pengetahuan tentang manajemen proyek. PMBOK ini
terdiri atas sepuluh (10) bidang manajemen area yaitu:
1. Manajemen Integrasi Proyek (Project Integration Management)
2. Manajemen Lingkup Proyek (Project Scope Management)

7
Universitas Bakrie

3. Manajemen Biaya Proyek (Project Cost Management)


4. Manajemen Waktu Proyek (Project Time Management)
5. Manajemen SDM Proyek (Project Human Resources Management)
6. Manajemen Kualitas Proyek (Project Quality Management)
7. Manajemen Risiko Proyek (Project Risk Management)
8. Manajemen Komunikasi Proyek (Project Communication Management)
9. Manajemen Pengadaan Proyek (Project Procurement Management)
10. Manajemen Pemangku Kepentingan Proyek (Project Stakeholder Management)

2.4 Keterlambatan Proyek


Bertambahnya waktu pelaksanaan penyelesaian pekerjaan yang telah
direncanakan adalah salah satu akibat dari keterlambatan proyek. Kurang
maksimalnya produktivtias menjadi salah satu penyebab penyelesaian pekerjaan
tidak tepat waktu dan tentu akan mengakibatkan pemborosan dalam pembiayaan,
baik berupa pembiayaan langsung untuk proyek maupun pembengkakan investasi
dan kerugian – kerugian pada proyek.
Menurut Levis dan Artherley (1996) (dalam Suyatno (Suyatno, 2010), jika
suatu pekerjaan yang sudah ditargetkan harus selesai pada waktu yang telah
ditetapkan, namun karena suatu alasan tertentu tidak dapat dipenuhi, maka dapat
dikatakan pekerjaan itu mengalami keterlambatan. Berbagai hal dapat terjadi dalam
proyek konstruksi/interior yang dapat menyebabkan bertambahnya durasi proyek,
meningkatnya biaya proyek, sehingga penyelesaian proyek menjadi terhambat.
Menurut Meutia (2016), penyebab umum yang sering terjadi adalah terjadinya
perbedaan lokasi, perubahan desain, pengaruh cuaca, tidak terpenuhinya kebutuhan
pekerja, material atau peralatan yang dating terlambat, kesalahan perencanaan atau
spesifikasi, pengaruh keterlibatan pemilik proyek.

2.5 Jenis – Jenis Keterlambatan


Kraiem dan Dickman yang dikutip dari Wahyudi (2006), menyatakan
keterlambatan dapat dibagi menjadi 3 jenis utama, yaitu:
1. Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (Non-Excusable Delays)
Non-Excusable Delays merupakan keterlambatan yang disebabkan oleh
kontraktor baik itu berupa tindakan, kelalaian ataupun kesalahan dari
kontraktor.

8
Universitas Bakrie

2. Keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusable Delays)


Excusable Delays adalah keterlambatan yang disebabkan karena suatu
kejadian atau peristiwa yang diluar Kendari dari owner maupun
kontraktor. Dalam kejadian ini, kontraktor biasanya mendapatkan
kompensasi perpanjangan durasi proyek.
3. Keterlambatan yang layak mendapat ganti rugi (Compensable Delays)
Compensable Delays merupakan keterlambatan yang disebabkan oleh
owner. Dalam kejadian ini biasanya kontraktor mendapatkan kompensasi
perpanjangan waktu dan penambahan biaya operasional untuk mengejar
keterlambatan tersebut.

2.6 Faktor – Faktor Penyebab Keterlambatan


Menurut kraiem dan Dickman yang dikutip dari Wahyudi (2006), berdasarkan
3 jenis utama keterlambatan, maka penyebab keterlambatan proyek dapat di
kelompokan sebagai berikut:
1. Non-Excusable Delays
Faktor-faktor penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:
a. Pengenalan durasi dan rencana rangkaian kerja yang tidak lengkap dan
tidak terorganisir dengan baik.
b. Perencanaan tenaga kerja yang tidak tepat
c. Kualitas tenaga kerja yang kurang terampil
d. Penyediaan alat/material yang terlambat akibat kelalaian kontraktor
e. Terkadang peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan proyek
f. Pergerakan atau siklus sumber daya yang lambat
g. Terlalu seringnya hasil pekerjaan yang harus diulang/diperbaiki karena
cacat/salah
h. Kesulitan keuangan
i. Pengalaman kontraktor yang masih kurang
j. Kurangnya koordinasi dan komunikasi dalam organisasi kontraktor
k. Metode konstruksi/teknik pelaksanaan yang tidak tepat/salah
l. Kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja

9
Universitas Bakrie

2. Excusable Delays
Faktor-faktor penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:
a. Terjadinya peristiwa yang diluar kendali seperti banjir, badai, gempa bumi,
tanah longsor, kebakaran, dan cuaca buruk
b. Lingkungan sosial politik yang tidak stabil
c. Masyarakat sekitar yang kurang mendukung dengan adanya proyek
konstruksi
3. Compensable Delays
Faktor–faktor penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:
a. Penetapan pelaksanaan jadwal proyek yang amat ketat dan tidak rasional
b. Perizinan kerja yang lama disetujui
c. Lingkup pekerjaan/detail konstruksi yang berubah – ubah
d. Penundaan pekerjaan yang terlalu sering
e. Penyediaan material yang terlambat
f. Keuangan owner yang tidak mencukupi
g. Sistem pembayaran yang tidak sesuai dengan perjanjian antara owner dan
kontraktor
h. Penetapan birokrasi inspeksi/kontrol pekerjaan yang terlalu rumit oleh
pemilik proyek

2.7 Risiko Pelaksanaan Proyek


Menurut PMBOK (2008), risiko adalah suatu kejadian atau kondisi yang tidak
pasti, yang apabila terjadi dapat berdampak pada tujuan proyek yang mencakup
ruang lingkup, jadwal, biaya, dan kualitas.
Menurut Alijoyo (2006), risiko adalah sebuah hasil atau keluaran–keluaran
yang tidak dapat diprediksikan dengan pasti, yang tidak disukai karena akan menjadi
kontra-produktif, sedangkan dari sudut pandang ‘proses’, risiko adalah faktor–faktor
yang mempengaruhi pencapaian prestasi, sehingga terjadinya risiko yang tidak
diinginkan.
Dapat diartikan risiko merupakan suatu hal ketidakpastian yang terjadi pada
suatu peristiwa. Dalam proyek konstruksi dapat dikatakan risiko adalah kondisi
dimana terdapat kemungkinan keuntungan atau kerugian baik secara ekonomi atau

10
Universitas Bakrie

finansial, kerusakan atau cedera secara fisik, keterlambatan waktu proyek sebagai
akibat dari ketidakpastian selama pelaksanaan proyek interior.
Dapat disimpulkan risiko merupakan suatu kondisi pada proyek yang muncul
karena ketidakpastian dan jika terjadi dapat menimbulkan konsekuensi secara fisik
maupun finansial yang tidak menguntungkan bagi keberlangsungan proyek dalam hal
biaya, waktu, dan mutu proyek.

2.8 Manajemen Risiko


Menurut Soemarno (2007), secara langsung manajemen risiko yang baik dapat
menghindari semaksimal mungkin dari biaya yang terpaksa harus dikeluarkan akibat
terjadinya suatu peristiwa yang merugikan dan menunjang peningkatan keuntungan
usaha. Jadi dapat disimpulkan manajemen risiko merupakan metode yang tepat untuk
meminimalisir atau mengurangi kerugian yang dialami proyek akibat risiko.
Menurut Hanafi (2006), manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko
sehingga proyek tersebut dapat bertahan, atau barangkali mengoptimalkan risiko.
Risiko berawal dari ketidakpastian dalam suatu hal. Jika risiko tersebut dialami
dalam suatu proyek dapat mengakibatkan kerugian yang signifikan untuk proyek
tersebut.
Proses manajemen risiko sendiri mencakup beberapa hal yaitu, identifikasi,
analisa, perencanaan respon serta pemantauan dan pengendalian proyek. Menurut
PMBOK (2008), tujuan manajemen risiko adalah untuk meningkatkan kemungkinan
dan dampak dari kegiatan positif dan mengurangi kemungkinan dan dampak dari
sesuatu yang merugikan dalam proyek.
Pengendalian manajemen risiko sangat penting bagi keberlangsungan suatu
proyek diantaranya ialah:
1. Memberikan pemahaman tentang risiko, efeknya, dan keterkaitannya secara
lebih baik dan pasti sehingga menambah keyakinan dalam pengambilan
keputusan yang dapat meningkatkan kualitas keputusan (Djojosoedarso, 1999).
2. Meminimalisir kejadian yang diluar dugaan dan memberikan gambaran tentang
efek negatifnya sehingga dapat mengurangi kesalahan serta kesalahpahaman
3. Mengurangi fluktuasi laba dan cashflow serta menstabilkan pendapatan
4. Memberikan ketenangan tenaga kerja dalam bekerja
5. Meningkatkan image perusahaan sebagai wujud tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap karyawan dan masyarakat

11
Universitas Bakrie

2.9 Pengukuran Level Risiko


Faktor-faktor yang menjadi suatu risiko dapat ditandai oleh beberapa faktor
yaitu:
1. Peristiwa risiko
2. Probabilitas terjadinya risiko
3. Keparahan atau dampak/impact/konsekuensi dari risiko yang mungkin terjadi
Menurut Williams (1993), sebuah pendekatan yang dikembangkan
menggunakan dua kriteria yang penting untuk mengukur risiko, yaitu:
1. Kemungkinan (probability), adalah kemungkinan terjadinya suatu
risiko/peristiwa yang tidak diinginkan.
2. Dampak (impact), adalah tingkat pengaruh atau ukuran dampak pada aktivitas
lain, jika risiko/peristiwa yang tidak diinginkan terjadi.
Cara menilai risiko dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
R=PxI
Keterangan:
R = Tingkat risiko
P = Probabilitas risiko
I = Tingkat dampak risiko
Pengukuran potensi risiko dengan memperkirakan frekuensi terjadinya
probabilitas dan dampak dari risiko tersebut. Dalam mengukur suatu frekuensi dari
probabilitas dan dampak dari risiko digunakan skala likert dengan menggunakan
rentang dari angka 1 (satu) sampai dengan angka 5 (lima), yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1 Skala Frekuensi Probability


(Sumber: Matriks Identifikasi Risiko Operasional PT. GGS, 2021)
Skal
Tingkat Frekuensi Keterangan
a
Sangat sering (Almost
5 Sering terjadi
Certain)
4 Sering (Likely) Cenderung terjadi
Kadang-kadang Tidak biasa terjadi namun mungkin
3
(Occasionally) terjadi

12
Universitas Bakrie

2 Jarang (Unlikely) Kemungkinan terjadi kecil


Tidak pernah terjadi risiko selama
1 Sangat jarang (Rare)
bertahun-tahun, namun mungkin terjadi
Tabel 2.2 Skala Frekuensi Impact
(Sumber: Matriks Identifikasi Risiko Operasional PT. GGS, 2021)
Skal
Tingkat Frekuensi Keterangan
a
Menyebabkan dampak yang sangat
5 Sangat besar (Catastrophic)
besar
4 Besar (Major) Menyebabkan dampak yang besar

3 Sedang (Moderate) Menyebabkan dampak yang sedang

2 Kecil (Minor) Menyebabkan dampak yang kecil


Menyebabkan dampak yang sangat
1 Sangat Kecil (Insignificant)
kecil

Tabel 2.3 Matriks Level Risiko


(Sumber: Matriks Identifikasi Risiko Operasional PT. GGS, 2021)

Berdasarkan matriks level risiko yang didapat dari hasil perkalian antara probability
dengan impact, maka disusun tingkat penilaian risiko menurut PT. GGS (2021)
Harus dilakukan pengendalian khusus untuk menangani kegagalan
Very High
yang terjadi
High Diperlukan pengendalian tambahan / prosedur yang lebih spesifik

Medium Diperlukan pengendalian sesuai dengan risiko yang ada

Low Maintain proses sesuai dengan kontrol yang dilakukan saat ini

13
Universitas Bakrie

2.10 Pengendalian Risiko


Setelah mengidentifikasi dan menganalisis level risiko, kepentingan risiko
potensial mulai mengembangkan strategi manajemen risiko yang tepat. Strategi ini
didasarkan pada sifat dari risiko itu sendiri dan potensi dampak/konsekuensinya/
tujuan dari strategi ini adalah untuk menghilangkan sebanyak mungkin potensi
dampak dari risiko dan meningkatkan manajemen risiko. Ada beberapa alternatif
pengendalian risiko, yaitu:
1. Menghindari Risiko (Avoid)
Menghindari risiko adalah strategi yang sangat penting, strategi ini
merupakan strategi yang umum digunakan untuk menghadapi risiko.
Penghindaran risiko memungkinkan kontraktor mengetahui bahwa bisnis
mereka tidak akan menderita kerugian karena risiko yang ditafsirkan. Di sisi
lain, kontraktor juga kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan
yang mungkin timbul dari asumsi risiko ini.
Contoh: Seorang kontraktor yang ingin menghindari risiko pekerjaan
gagal sangat tinggi dikarenakan kontraktor tidak pernah mengerjakan proyek
yang serupa, maka dari itu kontraktor hanya mengikuti tender yang pekerjaan
proyeknya dikuasai saja. Namun, jika kontraktor menolak untuk mengikuti
tender di proyek yang belum pernah dikerjakan, maka peluang untuk
mendapatkan keuntungan dan pengalaman dari proyek tersebut juga hilang.
2. Mengurangi dan Mencegah Risiko (Mitigation)
Alternatif strategi yang kedua ini adalah mengurangi dan mencegah
kerugian. Strategi ini secara langsung mengurangi potensi risiko kontraktor
dengan dua cara, yaitu:
a. Mengurangi kemungkinan terjadinya risiko
b. Mengurangi dampak finansial dari risiko, apabila risiko tersebut
benar-benar terjadi.
3. Pemindahan Risiko (Transfer)
Pada prinsipnya, pemindahan risiko dapat dilakukan melalui negoisasi
banyak pihak, seperti pemilik, subkontraktor atau pemasok bahan dan
peralatan. Pengalihan risiko ini biasanya dilakukan dengan memberikan

14
Universitas Bakrie

pekerjaan proyek yang tidak mampu dikerjakan oleh kontraktor ke


subkontraktor, sehingga risiko pekerjaan tersebut tidak lagi sepenuhnya
ditanggung oleh kontraktor, tetapi Bersama dengan subkontraktor.
4. Menerima Risiko (Accept)
Dalam menerima risiko ini tentunya sebagai seorang kontraktor tidak
melakukan tindakan-tindakan pencegahan/penghindaran/pemindahan risiko
tersebut. Sehingga risiko tersebut diterima oleh kontraktor.
Risiko yang dapat diterima oleh kontraktor tentunya yang tidak
mempengaruhi biaya, mutu dan waktu dalam proyek. Jadi risiko yang dapat
diterima berupa level risiko yang rendah.

2.11 Penelitian Kualitatif


Menurut Strauss dan Corbin dalam Crosswell, J. (1998:24), yang dimaksud
dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-
penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur – prosedur
statistik.
Pengunaan pendekatan kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan
untuk menemukan atau memahami hal – hal yang terkadang sulit untuk dipahami
secara statistik. Itulah salah satu alasan penggunaan metode kualitatif digunakan.
Bogdan dan Biklen, S. (1992:21-22), menjelaskan bahwa penelitian kualitatif
adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
ucapan atau tulisan dan perilaku orang – orang yang diteliti. Penelitian kualitatif
diharapkan dapat menghasilkan penelitian yang lengkap mengenai ucapan, tulisan,
maupun perilaku dari suatu objek individu, kelompok, maupun masyarakat yang
disusun dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya
umum dari prespektif narasumber. Pemahaman tersebut tidak ditentukan, melainkan
didapatkan setelah melakukan analisis terhadap realita yang menjadi fokus
penelitian. Penelitian kualitatif juga disebut dengan: interpretive research,
naturalistic research, phenomenological research.

2.12 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan penulis dalam menyusun penelitian
tugas akhir ini. Sehingga penulis dapat menambah dan melengkapi teori dalam mengkaji

15
Universitas Bakrie

penelitian yang dilakukan. Penulis telah melakukan kajian pustaka terhadap beberapa
tulisan yang sudah ada sebelumnya yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu


(Sumber: Hasil Kajian Penulis, 2023)

16
Universitas Bakrie

Nama Peneliti Sumber Judul Penelitian Hasil Penelitian


Ditemukan beberapa faktor
Abiyoga Adhitya Skripsi Tugas Akhir Universitas Analisa Risiko Faktor Keterlambatan
keterlambatan menurut kontraktor,
Dwipratama, 2020 Bakrie Pada Proyek Konstruksi
pemilik, dan konsultan pengawas.
Ditemukan terjadinya fluktuasi harga
Analisis Risiko Faktor Keterlambatan
Muhammad Geri Skripsi Tugas Akhir Universitas material besi sehingga kontraktor
Pembangunan Proyek Gedung
Rahmadi, 2022 Bakrie mengalami kesulitan keuangan pada
Bertingkat
cashflow.
Didapatkan sejumlah 33 variabel yang
Analisis Dampak Risiko
Nola Wahdini Fazrin, Skripsi Tugas Akhir Universitas relevan terhadap faktor risiko
Keterlambatan Proyek Konstruksi
2021 Bakrie keterlambatan proyek konstruksi
Akibat Covid-19
akibat pandemi Covid-19.
Analisis Risiko Konstruksi Pada Didapatkan 32 risiko pada proyek
Marendra Dharmawan, Skripsi Tugas Akhir Universitas
Pelaksanaan Pembangunan Bendungan konstruksi Bendungan XYZ, Provinsi
2022 Bakrie
XYZ, Provinsi Banten Banten
Manajemen Risiko Biaya Dan Waktu Didapatkan risiko yang mempengaruhi
Kevin Dininno Skripsi Tugas Akhir Universitas
Pada Pekerjaan Proyek Pembangunan biaya dan waktu serta langkah mitigasi
Herdiawan, 2017 Bakrie
Tangki Timbun Solar PT. ESP atas risiko tersebut
Diperoleh hubungan antara penerapan
PENGARUH PENERAPAN SISTEM
sistem manajemen mutu dengan biaya
MANAJEMEN MUTU
Stephani Budihardja, mutu yang dikeluarkan dalam bentuk
Skripsi Tugas Akhir ITS TERHADAP BIAYA MUTU
2010 model regresi linier berganda yaitu:
PADA PROYEK KONSTRUKSI
Y= 0,960 – 0,612 X1 + 0,630 X2 –
GEDUNG DI SURABAYA
0,248 X12
Risiko, yang harus dihadapi, risiko
finansial dan operasional. Data tahun
Implementasi Manajemen Risiko
2015, jumlah proposal
Berbasis Iso 9001:2015
yang ditolak sebesar 69 berbanding
Dan Iso 31010:2009 Pada Usaha Jasa
Sofyan Hadisaputra, Jurnal Teknik Industri, Universitas yang disetujui sebanyak 16 paket.
Konsultasi Dan Pelatihan Di PT BSU
2017 Mercu Buana Jakarta Potensi dampak yang terkait dengan
Penerapan Fault Tree Analysis (FTA)
risiko diantaranya: proposal ditolak,
Dan Failure Mode And Effect
keluhan klien, pendapatan
Analysis (FMEA)
berkurang termasuk juga peluang
investasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
risiko mutu konstruksi didapatkan
berdasarkan studi pustaka penelitian
terdahulu yang selanjutnya dilakukan
klarifikasi dan validasi pada Proyek
Pembangunan BUMN Center –
Skripsi PROGRAM STUDI D-IV Pengaruh Penerapan Sistem Menara Danareksa untuk
Andreas Kevin, 2022 TEKNIK KONSTRUKSI GEDUNG Manajemen Mutu ISO 9001:2015 menyesuaikan dengan kondisi di
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA Terhadap Risiko Mutu Konstruksi lapangan sehingga
didapatkan 5 variabel faktor yaitu
Sumber Daya Manusia, Material dan
Peralatan, Keuangan, Perencanaan,
dan Pengawasan dengan 19 pernyataan
yang digunakan untuk menganalisis
tingkat risiko variabel tersebut.
Dari output analisis yang telah
dilakukan dapat disumpulkan bahwa
Analisis Penerapan Sistem
penerapan ISO 9001 pada pada
Skripsi PROGRAM STUDI D-IV Manajemen Mutu ISO 9001:2015
Segi Putra Wicaksono, proyek Pembangunan Sarana dan
TEKNIK KONSTRUKSI GEDUNG Terhadap Kinerja Biaya Mutu Pada
2021 Prasarana UIN Sulthan Thaha
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA Proyek UIN Sulthan Thaha Saifudin
Saifuddin Jambi oleh PT. X sudah
Jambi
sangat baik dilaksanakan dengan
penerapan terbesar yaitu klausul 8.
Pada tahap konsepsi teridentifikasi
risikorisiko, e.g., kurangnya
IDENTIFIKASI RISIKO PROYEK
komunikasi/koordinasi, demo
Vederieq Yahya Rekayasa Sipil Volume 14, No.2 - KONSTRUKSI FLYOVER
ketikpuasan masyarakat, kendala
Enderzon, 2020 2020 ISSN 1978 - 5658 DAN UNDERPASS DI INDONESIA
dalam pembebasan lahan, perselisihan
(KAJIAN LITERATUR)
antar elite dan berita media cetak dan
elektronik yang negatif.

BAB III

17
Universitas Bakrie

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode penelitian adalah langkah–langkah atau cara–cara penelitian suatu masalah,
kasus, gejala atau fenomena dengan jalan ilmiah untuk menghasilkan jawaban yang
rasional. Metode penelitian digunakan sebagai dasar atas langkah–langkah berurutan yang
didasarkan pada tujuan penelitian dan menjadi suatu perangkat yang diguakan untuk
menarik kesimpulan, sehingga dapat diperoleh penyelesaian yang diharapkan untuk
mencapai keberhasilan penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut
Strauss dan Corbin dalam Cresswell (1998:24), yang dimaksud dengan penelitian kualitatif
adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan – penemuan yang tidak dapat dicapai
(diperoleh) dengan menggunakan prosedur–prosedur statistik atau cara–cara lain dari
kuantifikasi (pengukuran).

3.2 Konsep Penelitian


Konsep penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisa peringkat
faktor keterlambatan dan risiko pelaksanaan proyek interior serta respon atau solusi dari
risiko–risiko tersebut.

3.3 Sumber Data


Sumber data penelitian yang diperoleh adalah dari kuesioner, wawancara dan
mengumpulkan dokumentasi saat bertemu dengan narasumber (data primer) yang
diperoleh dari kontraktor pelaksana. Dalam penelitian ini, penulis mengambil populasi dari
pihak pelaku pelaksana proyek dan narasumber yang dituju sebagai sampel, yaitu:
1. Project Director
2. Project Manager
3. Site Manager
4. Supervisor
5. Project Engineer
6. Drafter Engineer
7. Estimator
8. Project Quality Assurance
9. Project Control

18
Universitas Bakrie

10. SHE

3.4 Variable Penelitian

Tabel 3.1 Variabel Risiko Penelitian


(Sumber: Hasil Kajian Penulis, 2023)
No. Variabel Risiko Referensi
A Risiko Material dan Peralatan
A1 Fluktuasi harga material/fluctuation of prices materials Ade Asmi, 2010
A2 Kekurangan material/Shortages of materials Ade Asmi, 2010
A3 Perubahan spesifikasi dan jenis material/Changes in material Ade Asmi, 2010
specification and type
A4 Keterlambatan pengiriman material dan peralatan/Late delivery Ade Asmi, 2010
of equipment
A5 Ketersediaan dan kegagalan peralatan/Equipment availability Ade Asmi, 2010
and failure
A6 Jumlah peralatan tidak mencukupi/Insufficient numbers of Ade Asmi, 2010
equipment
A7 Tingginya biaya peralatan dan perawatan/High cost of machinery Ade Asmi, 2010
and its maintenance
A8 Keterlambatan dalam pengadaan material/Delay in procurement Ade Asmi, 2010
material
B Risiko Tenaga Kerja
B1 Biaya Tenaga kerja yang tinggi/High cost of labour Ade Asmi, 2010
B2 Produktivitas tenaga kerja/Labour productivity Ade Asmi, 2010
B3 Kekurangan tenaga teknis (tenaga kerja terampil)/Shortage of Ade Asmi, 2010
technical personel (skilled labour)
B4 Ketidakhadiran pekerja/Labour absenteeism Ade Asmi, 2010
B5 Kekurangan pekerja lapangan/Shortage of site workers Ade Asmi, 2010
B6 Pekerjaan lembur/Severe overtime Ade Asmi, 2010
B7 Subkontraktor yang tidak kompeten/Incompetent subcontractors Ade Asmi, 2010
B8 Kurangnya pengalaman konsultan teknis/Lack of experience of Ade Asmi, 2010
technical consultants
C Risiko Kontraktual
C1 Birokrasi dalam metode tender/Bureaucracy in tendering method Ade Asmi, 2010
C2 Manajemen kontrak yang buruk/Poor contract management Ade Asmi, 2010
C3 Durasi dan persyaratan kontrak yang tidak realistis/Unrealistic Ade Asmi, 2010
contract duration and requirements imposed
C4 Keterlambatan pembayaran oleh owner/Delay in progress Ade Asmi, 2010
payment by owner
C5 Keterlambatan pembayaran ke subkontraktor/Delay payment to Ade Asmi, 2010
subcontractor

19
Universitas Bakrie

C6 Cara pembiayaan, obligasi dan pembayaran/Mode of financing, Ade Asmi, 2010


bonds and payments
C7 Kesulitan biaya dari owner/Financial difficulties of owner Ade Asmi, 2010
D Risiko Pelaksanaan
D1 Investigasi lapangan yang tidak akurat/Inaccurate site Ade Asmi, 2010
investigation
D2 Pekerjaan tambahan/Additional works Ade Asmi, 2010
D3 Pekerjaan mengulang/Rework Ade Asmi, 2010
D4 Metode konstruksi yang usang atau tidak cocok/Obsolete or Ade Asmi, 2010
unsuitable construction methods
D5 Jumlah konstruksi yang berlangsung bersamaan/Number of Ade Asmi, 2010
construction going on at same time
D6 Kesalahan dalam konstruksi/Mistakes during construction Ade Asmi, 2010
D7 Sampah material di lapangan/Waste on site Ade Asmi, 2010
D8 Keterlambatan dalam inspeksi dan persetujuan pekerjaan yang Ade Asmi, 2010
selesai/Delay in inspection and approval of completed works
D9 Kurangnya pengawasan dan pengendalian di Ade Asmi, 2010
lapangan/Inadequate monitoring and control

E Risiko Desain dan Teknologi


E1 Seringnya terjadi perubahan desain/Frequent design changes Ade Asmi, 2010
E2 Buruknya desain dan keterlambatan desain/Poor design and Ade Asmi, 2010
delays in design
E3 Kesalahan dan error pada desain/Mistakes and errors in design Ade Asmi, 2010
E4 Keterlambatan persiapan dan persetujuan gambar/Delay Ade Asmi, 2010
preparation and approval of drawings
E5 Desain yang tidak praktis dan rumit/Impratical and complicated Ade Asmi, 2010
design
E6 Desain yang tidak lengkap pada saat tender/Incomplete design at Ade Asmi, 2010
the time of tender
F Risiko Manajemen
F1 Cashflow dan kesulitan keuangan yang dihadapi
kontraktor/Cashflow and financial difficulties faced by Ade Asmi, 2010
contractors
F2 Buruknya kontrol keuangan di lapangan/Poor financial control Ade Asmi, 2010
on site
F3 Perencanaan dan penjadwalan yang tidak memadai/Inadequate Ade Asmi, 2010
planning and scheduling
F4 Perkiraan waktu dan biaya yang tidak akurat/Inaccurate time and Ade Asmi, 2010
cost estimates
F5 Kurangnya pengalaman kontraktor/Lack of experience Ade Asmi, 2010
F6 Keterlambatan penjadwalan/Schedule delay Ade Asmi, 2010
F7 Keterlambatan dalam pengambilan keputusan/Delays in Ade Asmi, 2010
decisions making

20
Universitas Bakrie

F8 Manajemen proyek yang buruk/Poor project management Ade Asmi, 2010


F9 Kurangnya koordinasi dan komunikasi antar pihak/Lack of Ade Asmi, 2010
coordination and communication between parties
F10 Aliran informasi yang lambat antar pihak/Slow information flow Ade Asmi, 2010
between parties
F11 Perubahan lingkup pekerjaan/Change in the scope of the project Ade Asmi, 2010

Klaim kontraktual, seperti pengajuan klaim


F12 pembayaran/Contractual claims, such as extension of time with Ade Asmi, 2010
cost claims
F13 Campur tangan atau gangguan dari owner/Owner interference Ade Asmi, 2010
F14 Kelalaian dan kesalahan dalam jumlah tagihan Ade Asmi, 2010
(klaim)/Omissions and errors in the bills of quantities (claim)

G Risiko Force Majeure


G1 Efek cuaca/Effect of weather Ade Asmi, 2010
G2 Kondisi tanah yang tidak terduga/Unforeseen ground condition Ade Asmi, 2010

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuisioner yang
sudah dibuat sesuai dengan variabel risiko untuk memudahkan responden mengisi
kuisioner. Dan juga mewawancara narasumber dengan cara bertemu langsung
dengan narasumber.
Dalam mewawancara narasumber ada dua jenis interview yang dilakukan
yaitu:
1. Semi Structure Interview
Diberikannya beberapa pertanyaan yang sudah disusun oleh penulis dan
dijawab secara lisan oleh narasumber, namun tidak menutup kemungkinan
adanya beberapa pertanyaan–pertanyaan yang dapat dikembangkan ketika
proses wawancara berlangsung.
2. Open Discussion
Diberikannya beberapa pertanyaan yang secara alamiah dan tidak
terstruktur sehingga penulis bisa lebih leluasa dalam memberikan pertanyaan
dan narasumber juga bebas untuk merespon pertanyaan secara terbuka dan
bebas.
3.6 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian merupakan langkah – langkah yang dilakukan secara
terstruktur dan logis sesuai dengan rumusan masalah sehingga didapatkan analisis
yang sesuai dengan tujuan penulis. Tahapan dalam penelitian ini diantaranya adalah:

21
Universitas Bakrie

1. Tahap I
Pada tahap I dilakukan studi literatur tentang permasalahan yang dirumuskan
sehingga didapatkan latar belakang penelitian.
2. Tahap II
Pada tahap II dilakukan proses pengambilan data dengan cara menyebarkan
kuisioner dan mewawancara narasumber sebagai database dalam penelitian.
3. Tahap III
Pada tahap III dilakukan proses analisis dengan cara mengelompokan dengan
skala likert, apa saja faktor yang paling berpengaruh terhadap keterlambatan
proyek dan membagi berdasarkan kategori serta mengelompokan faktor –
faktor tersebut kedalam analisis matriks resiko.
4. Tahap IV
Pada tahap IV data yang telah di analisis kemudian dibuat kesimpulan yang
menjawab tujuan dari penelitian

3.7 Diagram Alir Penelitian (Flowchart)

22
Universitas Bakrie

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian


(Sumber: Hasil Kajian Penulis, 2023)

23

Anda mungkin juga menyukai