Anda di halaman 1dari 20

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA(SMK3) MENGGUNAKAN
METODE PDCA(PLAN-DO-CHECK-
ACT) PADA
PT. PLN (PERSERO) UIW
SULUTTENGGO

DOSEN PENGAMPU : RENY APRINAWATY,SKM,M.KES

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
KELOMPOK VII

1. ARDIANSYAH (1921009)
2. DEWI ANGGITA (1921021)
3. KIKI INDRIANI (1921053)
4. NURUL ANISA (1921070)
5. NURUL FAHIRA (1921072)
6. RUSDIANA (1921093)
7. WULAN RIZKI FAUJIAH (1921119)

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
DEFENISI SMK3

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang diperlukan
untuk pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka pengendalian risiko, yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
DEFENISI PDCA
PDCA (Plan-Do-Check-Action) adalah, salah satu metode pngendalian
kualitas yang sering digunakan di perusahaan-perusahaan besar, yang melalui
proses yang terus-menerus dan berkesinambungan. Proses pengendalian kualitas
tersebut dapat dilakukan melalui, penerapan PDCA (Plan-Do-Check-Acction)
yang diperkenalkan oleh Dr. W. Edwards Deming, seorang pakar kualitas ternama
kebangsaan Amerika Serikat, sehingga siklus ini disebut siklus Deming (Deming
Cycle / Deming Wheel). Siklus PDCA umumnya digunakan untuk mengetes dan
mengimplentasikan perubahan-perubahan untuk memperbaiki kualitas produk (M.
N. Nasution, 2015).
P-D-C-A

01 02 03 4

PLAN DO CHECK ACT


PELAKSANAAN MONITOR, MENGAMBIL
MENETAPKAN
PROGRAM MENGUKUR TINDAKAN
TUJUAN
PROSES
PLAN
Plan adalah suatu tahapan
perencanaan yang dimulai dengan
identifikasi masalah dengan
memanfaatkan teknik 5 W, yaitu what
(apa), who (siapa), when (kapan),
where (di mana), dan why (mengapa)
yang selanjutnya dilengkapi dengan
teknik root cause analysis.
Di dalam tahapan ini, Anda bisa
membuat hipotesis masalah dan tujuan
yang ingin diraih agar hasilnya bisa
diwujudkan.
DO
Di dalam siklus PDCA yang kedua ini, Anda harus bisa mulai mengerjakan
berbagai hal yang sebelumnya sudah direncanakan. Pengerjaan itu bisa berupa
hal kecil untuk mengukur hasil dari solusi yang sebelumnya sudah dirancang pada
tahapan yang pertama.
Selain itu, pada fase ini juga kemungkinan akan ada banyak masalah yang tidak
diperkirakan terjadi. Untuk itu, disarankan
P
pada Anda untuk melakukan rencana
dalam skala yang lebih kecil terlebih dahulu dalam lingkungan yang sudah
terkendali.
Agar tahapan Do ini bisa menjadi lebih sukses, cobalah untuk melakukan
standarisasi agar seluruh orang yang terlibat dalam prosesnya mengetahui dengan
pasti tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.
CHECK
Check adalah suatu fase yang paling penting untuk
bisa memberikan rencana yang sudah dibuat,
menghindari kesalahan kedua, dan menjalankan
seluruh tahapan agar lebih sukses. Oleh karena
itu, fase ini harus bisa dilakukan secara serius dan
teliti.
Sesuai dengan namanya, tahapan check dilakukan
dengan mengaudit eksekusi dan memantau
apakah rencana tersebut sudah sesuai dengan
rancangan awalnya. Berbagai permasalahan yang
mungkin timbul dalam fase do akan bisa dievaluasi
di dalam tahapan ini dan selanjutnya harus bisa
dieliminasi.
Tahapan do dan check ini bisa dilakukan berkali-
ACT
Pada tahapan ini, seluruh tahapan yang sudah diperbaiki harus berdasarkan
evaluasi dari fase do dan check yang didalamnya terdapat upaya dalam
mengidentifikasi masalah dalam implementasi rencana yang ada. Jadi, fase act
adalah fase yang terakhir yang ada pada siklus PDCA. Namun, seluruh
tahapannya dan terus berulang.
P
Setelah tahapan ini berhasil dilalui, maka model PDCA yang telah
dikembangkan bisa dijadikan sebagai suatu standar baru di dalam perusahaan.
Saat mengulang prosesnya, cobalah untuk selalu melakukan berbagai
perbaikan. Setelah meng implementasi PDCA, pastikan juga Anda selalu
berkomitmen untuk selalu melakukan perbaikan secara berkelanjutan agar bisa
meningkatkan produktivitas dan juga efisiensi bisnis.
KASUS
PLN Suluttenggo merupakan unit bisnis PT. PLN (Persero) yang mengelola sistem kelistrikan di
Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Sulawesi Tengah dan Provinsi Gorontalo. PT. PLN (Persero)
UIW Suluttenggo terletak di Jl. Bethesda No. 32 Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara. Bidang
usaha PLN Suluttenggo mencakup usaha penyediaan tenaga listrik dari pembangkit, transmisi,
distribusi dan pelayanan pelanggan. Dalam menjalankan usaha ketenagalistrikan tersebut PLN
Suluttenggo mempunyai 9 (sembilan) Unit Pelaksana yaitu area Manado, area Palu, area
Gorontalo, area Kotamobagu, area Tahuna, area Luwuk, area Tolitoli, AP2B Sistem Minahasa dan
Sektor Pembangkitan Minahasa. Tenaga kerja PT. PLN (Persero) UIW Suluttenggo dibagi dalam
dua kelompok yaitu pegawai tetap dan tenaga alih daya (OS). Berdasarkan observasi awal yang
dilakukan oleh penulis pada saat kegiatan magang, PT. PLN (Persero) UIW Suluttenggo telah
menerapkan Sistem Manajemen K3 (SMK3) yang telah tersertifikasi ”Gold” dalam hasil Audit
SMK3 pada tahun 2017. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis Penerapan Sistem
Manajemen K3 (SMK3) di PT. PLN (Persero) UIW Suluttenggo.
KASUS
Perkembangan teknologi, proses industri mengandung berbagai resiko terhadap kecelakaan kerja
khususnya pada bidang penyaluran listrik. Pada tahun 2012 terjadinya kecelakaan kerja yang paling
tinggi dimana dari 48 orang karyawan mengalami kecelakaan kerja pada Bagian Teknik dan
Distribusi sebanyak 8 kasus dengan klasifikasi 5 kecelakaan ringan dan 3 kecelakaan berat pada
PT. PLN UIW Suluttenggo. Saat ini pihak perusahaan PT PLN (Persero) secara umum mengacu
kepada penerapan sistem manajemen keselamatan ketenagalistrikan atau yang dikenal dengan
istilah K2. Hal ini merupakan upaya atau langkah-langkah pengamanan instalasi tenaga listrik
dengan aspek kondisi aman dari bahaya bagi manusia dan ramah lingkungan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) telah dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia
melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 50 Tahun 2012 tentang penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), berdasarkan peraturan pemerintah ini, semua
perusahaan wajib melaksanakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja, terutama bagi
perusahaan yang meperkerjakan minimal 100 tenaga kerja atau perusahaan yang memiliki tingkat
potensi kecelakan kerja yang tinggi akibat karakteristik proses.
PEDOMAN PENERAPAN SMK3

PENETAPAN KEBIJAKAN
K3

PERENCANAAN K3

PELAKSANAAN RENCANA K3

PEMANTAUAN DAN EVALUASI K3

PENINJAUAN DAN
PENINGKATAN KINERJA SMK3

PERBAIKAN YANG BERKELANJUTAN


1. PENETAPAN KEBIJAKAN K3

Kebijakan K3 ada PT. PLN (Persero) UIW Suluttenggo sesuai dengan


visi dan tujuan PLN, yaitu untuk meningkatkan keandalan, efisien baik
dari keselamatan kerja maupun produksi. Komitmen K3 telah ditetapkan
langsung oleh Dirut PT. PLN (Persero) pada tahun 2018 yaitu tidak ada
yang lebih penting dari jiwa manusia. Tujuan perusahaan terkait
kebijakan K3 adalah tercapainya keselamatan ketenagalistrikan; yang di
dalamnya termasuk keselamatan bagi pekerja, keselamatan bagi
masyarakat umum selaku konsumen dari PLN serta keselamatan
instalasi dan keselamatan lingkungan hidup. Bentuk pengambilan
kebijakan yang menyangkut K3 dari pihak manajemen PLN adalah
dengan membuat struktur organisasi dan formasi jabatan untuk
pengelola K3.
Pada PT. Indonesia Power UBP Mrica Banjarnegara mengenai analisis
penerapan SMK3 menyatakan bahwa bentuk kebijakan K3 yang di
laksanakan di perusahaan ini adalah membentuk organisasi K3 berupa
Tim P2K3 (Allison, 2019).
2. PERENCANAAN K3

Perencanaan K3 di PT. PLN (Persero) UIW Suluttenggo


dilakukan melalui penetapan tujuan dan sasaran
penerapan K3 yaitu terwujudnya kegiatan
ketenagalistrikan yang andal, aman, efisien, dan ramah
lingkungan serta tercapai angka kecelakaan kerja yang
nihil atau Zero Accident.
Skala prioritas yang telah ditetapkan di PT. PLN (Persero)
UIW Suluttenggo yaitu meningkatkan budaya K3 melalui
peningkatan kompetensi dalam bentuk pendidikan dan
pelatihan.
Hasil penelitian di PLTP Lahendong mengenai analisis
penerapan sistem manajemen K3 menyatakan bahwa
kasus kecelakaan kerja yang nihil atau zero accident yang
merupakan skala prioritas dan indikator pencapaian dari
PLTP Lahendong (Johannes, 2017).
3. PELAKSANAAN RENCANA K3

Pelaksanaan K3 di PT. PLN (Persero) UIW


Suluttenggo yaitu meliputi tersedianya
prosedur dan instruksi kerja berdasarkan
SOP yang berlaku di PT. PLN (Persero),
upaya pengendalian bahaya yaitu dengan
pengecekan kelengkapan dokumen K3
seperti HIRARC dan JSA sebelum
pekerjaan dilaksanakan, komunikasi K3,
pemasangan safety sign di area kantor PLN
Suluttenggo, penyediaan APD, serta
pelatihan bagi para petugas keamanan dalam
menghadapi bahaya kebakaran.
4. PEMANTAUAN DAN EVALUASI KINERJA K3

Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 di PT.


PLN (Persero) UIW Suluttenggo dilakukan
dalam bentuk audit internal SMK3 yang
dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali dan
evaluasi kinerja K3 di PT. PLN (Persero)
UIW Suluttenggo dilakukan setiap tiga (3)
bulan sekali. Pemantauan dan evaluasi
kinerja K3 di PT. PLN (Persero) UIW
Suluttenggo dilakukan oleh Biro K3L serta
tim yang dibentuk melalui SK GM yang
terdiri dari orang-orang yang sudah
memiliki sertifikat Auditor SMK3.
5 PENINJAUAN DAN PENINGKATAN KINERJA SMK3

Tinjauan ulang di PT. PLN (Persero) UIW


Suluttenggo dilakukan dalam bentuk rapat
tinjauan manajemen yang sesuai prosedur
dilaksanakan minimal satu tahun sekali atau tiap
semester apabila diperlukan. Rapat tinjauan
manajemen melibatkan Tim P2K3, semua manajer
bidang, serta Biro Pengendali K3L. Dalam tinjauan
ulang ini pihak perusahaan mereview apakah
kebijakan K3 termasuk tujuan dan sasaran K3
masih relevan ataukah perlu diubah. Hasil temuan
dari Audit SMK3 serta hal-hal yang perlu
dilakukan dalam rangka mengoptimalkan
penerapan Sistem Manajemen K3 juga dibahas
dalam tinjauan ulang ini.
KESIMPULAN

Sistem manajemen K3 di PT. PLN (Persero) UIW Suluttenggo telah


berjalan dengan baik sesuai dengan PP RI No. 50 tahun 2012
tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja serta telah didukung dengan kebijakan dari pihak manajemen
untuk membuat struktur organisasi dan formasi jabatan khusus
untuk pengelola K3, organisasi K3 (Tim P2K3), prosedur kerja dan
instruksi kerja, regulasi yang mengatur tentang K3, serta
pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan peningkatan
kompetensi K3.
SARAN
1. Mempertahankan serta mengoptimalkan penerapan Sistem Manajemen
K3 yang telah berjalan di perusahaan.
2. Memberikan sanksi tegas kepada pekerja yang tidak menaati
ketentuan dan kebijakan K3 yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
3. Meningkatkan frekuensi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan yang
berkait dengan K3 bagi para pekerja.
4. Menambahkan peralatan sistem perlindungan/pengamanan bangunan
gedung dari kebakaran berupa fire sprinkler system.
5. Menambahkan safety sign berupa jalur pejalan kaki sehingga baik
pekerja maupun tamu/pengunjung mengetahui dengan jelas area-area
yang aman untuk dilalui.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai