PENDAHULUAN
1
2
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum dalam inspeksi alat berat dan
alat bantu di Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-
01 KM 42+500 PT. Wijaya Karya Tahun 2018.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran umum proyek Pembangunan Gerbang Tol
Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500 tahun 2018.
2. Mengetahui gambaran unit SHE Perusahaan PT. Wijaya Karya
pada Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01
KM 42+500 tahun 2018.
3. Mengetahui input inspeksi alat berat di PT. Wijaya Karya pada
Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM
42+500 tahun 2018.
4. Mengetahui proses inspeksi alat berat di Proyek Pembangunan
Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500 tahun 2018.
5. Mengetahui output dari inspeksi alat berat dan alat bantu Proyek
Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500
tahun 2018.
1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Mahasiswa
1. Menambah wawasan ilmu aplikatif di lapangan pelaksanaan
Sistem Manajemen K3 di bidang konstruksi.
2. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang bersifat
aplikatif khususnya tentang inspeksi alat berat di bidang
konstruksi.
3. Mengetahui dan mampu menerapkan proses inspeksi K3 di
lingkungan kerja, khususnya pada kegiatan konstruksi.
4. Meningkatkan kemampuan secara kompetensi dan keterampilan
sebagai bekal untuk mempersiapkan diri dalam proses interaksi
sosial dalam lingkungan kerja.
4
5
6
b. Inspeksi Khusus
Inspeksi khusus merupakan kegiatan inspeksi yang
dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi
hazard terhadap obyek-obyek kerja tertentu yang mempunyai
resiko tinggi yang hasilnya sebagai dasar untuk pencegahan dan
pengendalian resiko di tempat kerja (Tarwaka, 2008).
9
Laporan
Inspeksi
PROSES MAGANG
19
20
HASIL MAGANG
22
23
Posisi PT WIKA menjadi kuat, dimana saat itu krisis ekonomi dunia mulai
memperlihatkan dampaknya di dalam negeri. Struktur permodalan yang kuat
sangat mendukung PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dalam meluaskan
operasinya ke luar negeri dan terus mengembangkan Engineering Procurement
and Construction (EPC), serta berinvestasi dan mengembangkan sejumlah
proyek infrastruktur, khususnya proyek-proyek yang menjadi program
pemerintah terkait dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
WIKA saat ini memiliki 6 Strategic Business Unit (SBU) yang
meliputi konstruksi (Kontruksi sipil dan konstruksi Bangunan Gedung),
Mekanikal elektrikal, Industri Beton Pra cetak, Real Estate dan Industri
Lainnya yang ke depannya akan semakin terintegrasi menjadi perusahaan
Engineering Procurement Construction (EPC) dan Investasi.
1. Visi & Misi
Pertumbuhan yang berkelanjutan, dimana PT Wijaya Karya
(Persero) Tbk. yang telah berdiri selama lebih dari lima puluh tahun,
adalah cerita sukes yang merefleksikan tingginya komitmen dan kerja
keras. Memasuki abad ke 21, WIKA berusaha untuk meningkatkan
kinerjanya dalam setiap aspek, mulai dari Manajemen, Sumber Daya
Manusia, hingga pada struktur inovasi dan teknologi tertinggi.
VISI 2020 :
Menjadi salah satu perusahaan terbaik di bidang Engineering
rocurement dan Construction (EPC) dan Investasi terintegrasi di Asia
Tenggara
MISI :
a. Menyediakan produk dan jasa yang unggul dan terpadu di bidang
EPC dan Investasi untuk Infrastruktur, Gedung Bertingkat, Energi,
Industrial Plant, Industri, Realty dan Property
b. Memenuhi Harapan Pemangku Kepentingan Utama
c. Menjalankan Praktik Etika Bisnis untuk Menjadi Warga Usaha yang
Baik dan Memelihara Keberlanjutan Perusahaan
d. Ekspansi Strategis ke luar Negeri
24
2. Lokasi Proyek
Tabel 4.1
Jenis Pekerjaan
No. JENIS PEKERJAAN
1 Pembersihan Tempat Kerja
1B Pekerjaan Pembongkaran
2 Pekerjaan Tanah
3 Pekerjaan Galian Struktur
4 Pekerjaan Drainase
5 Pekerjaan Subgrade
6 Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat (Subbase)
27
3. Fit to work, pada setiap pekerja diperiksa keadaan umum, tanda tanda vital
setiap hari sebelum memulai mengerjakan pekerjaannya.
4. Safety Inspection, untuk meyakinkan bahwa tidak ada unsafe act maupun
unsafe condition di lingkungan kegiatan proyek. Inspeksi dilakukan secara
berkala dan dilakukan oleh petugas K3.
5. Weekly meeting, kegiatan meeting yang dilakukan setiap minggu untuk
mendiskusikan masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja atau K3
di wilayah kerya proyek.
6. Safety Patrol, dilakukan dua kali seminggu diikuti oleh seluruh
management dan SHE.
7. General housekeeping, semua pekerja melaksanakan tata letak yang
dilakukan ditempat kerja yang mencakup peralatan, dokumen, bangunan
dan ruangan untuk membuat tempat kerja menjadi bersih, rapih, aman dan
nyaman sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dan mengurangi
bahaya.
Adapun peraturan-peraturan yang harus diterapi bila memasuki area kerja
adalah :
Tabel 4.2
Peraturan Lingkungan Proyek
No. Peraturan yang Deskripsi Evaluasi
wajib dilaksanakan
1. Safety Induction Dilaksanakan untuk pekerja Pekerja baru, kontraktor
baru, kontraktor baru ataupun baru ataupun para tamu
para tamu yang baru pertama mengetahui keadaan
kali datang di lokasi proyek proyek dan mengerti
Pembangunan Gerbang Tol pentingnya k3 di area
Bogor Paket GTBG-01 KM proyek.
42+500. Untuk memberikan
pemahaman tentang kondisi di
dalam proyek dan pentingnya
K3
31
Berikut ini adalah tabel jumlah pekerja berdasarkan tugas dan tanggung
jawab:
Tabel 4.3
SDM Inspeksi Alat Berat
Jabatan Pendidikan Kualifikasi Jumlah
SHE Supervisor S1 AK3 Umum 1
QHSE
SHE Admin S1 AK3 Umum 1
QHSE
Safety Officer SMA AK3 Umum 2
Operator Alat SMA Memiliki SIO 1
Berat Disnakertrans
Sumber: Database unit SHE, 2018
01 KM 42+500 sudah berjalan dengan baik, alat berat yang rusak langsung
diberikan tindakan perbaikan langsung, agar tidak menimbulkan risiko dan
bahaya yang akan ditimbulkan dari kerusakan pada alat berat.
4. Tindakan Korektif
Setelah dilakukan upaya perbaikan, tahap selanjutnya yaitu tahap
tindakan korektif ini adalah tindakan megevaluasi atau memonitor
kegiatan perbaikan yang dilakukan saat alat berat mengalami masalah
kerusakan. Seorang SHE akan melihat kembali apakah alat berat sudah
diperbaiki sesuai waktu yang telah ditetapkan bersama dengan mekanik,
bila pengerjaan perbaikan tidak selesai dalam kurun waktu yang telah
disepakati oleh mekanik penyedia jasa alat berat, maka pihak SHE akan
membuat pelaporan. Selanjutnya jika kerusakan tidak diperbaiki maka
SHE akan membuat pelaporan dan kemudian dibahas dalam rapat dan
diberikan kepada pihak quality assurance untuk dilakukan tindakan
pengembalian pada pihak penyewa dan akan dilakukan penyewaan alat
berat yang baru.
g. SIO, merupakan Surat Izin Operator yang setiap operator alat berat wajib
memiliki SIO, hal yang diperhatikan yaitu nomor SIO dan kedaluwarsa SIO.
h. Hasil Inspeksi, merupakan sebuah penilaian terhadap pemeriksaan alat berat, jika
“Pass” berarti alat tersebut layak, dan jika “Not Pass” berarti alat tersebut tidak
layak dikarenakan dokumen SIO & SIA tidak lengkap,
i. Keterangan, Section, dan Lokasi inspeksi
j. Keterangan foto kegiatan dan hasil temuan.
43
45
2. Pelaksanaan
Dalam hasil observasi pada tahapan pelaksanaan inspeksi alat berat
di PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Proyek Pembangunan Gerbang Tol
Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500 telah dilakukan dengan baik dan sudah
teratur yakni Petugas SHE melakukan pemeriksaan dan pengujian,
47
kemudian mencatat hasil temuan tentang ketidaksesuaian alat berat. Hal ini
sudah sesuai dengan teori Nurhakim (2012) bahwa “tahap pelaksanaan
inspeksi yaitu catat temuan tentang ketidaksesuaian tindakan dan kondisi
terhadap standar kemudian periksa pedoman identfikasi bahaya”. Hal ini
juga sudah sesuai dengan kebijakan pemerintah yaitu Peraturan Nomor 50
Tahun 2012 lampiran II elemen 7 mengenai Standar Pemantauan Kriteria
7.1.1. yang berbunyi : “pemeriksaan/inspeksi terhadap tempat kerja dan
cara kerja dilaksanakan secara teratur.
Kemudian dalam melaksanakan inspeksi alat berat tentu harus
megambil dokumentasi atas temuan-temuan yang ada, dalam dokumentasi
yang dimaksud adalah mengambil gambar berupa foto yang akan
dimasukkan dalam laporan inspeksi. Hal ini sudah sesuai dengan teori
menurut Tarwaka (2008) yaitu masalah-masalah yang ditemukan di tempat
kerja dapat di dokumentasikan sesuai prosedur dan dibuat laporan secara
sederhana.
Hal ini juga sudah sesuai dengan kebijakan dalam PP 50 Tahun 2012
pasal 13 ayat (3) berbunyi“Pendokumentasian sebagaimana dimaksud
dalam pasal 12 ayat (1) huruf (f) paling sedikit dilakukan ketika indikator
kinerja K3; Izin kerja; Hasil identifikasi, penilaian dan pengendalian risk;
Kegiatan pelatihan K3; Kegiatan inspeksi; Kalibrasi dan pemeliharaan alat,
dll”
Namun berdasarkan hasil observasi ada kekurangan dalam
melaksanakan inspeksi alat berat yaitu ketika selesai dilakukan pemeriksaan
pada alat berat tidak diberikan tanda hasil inspeksi alat berat yang
menandakan bahwa alat berat tersebut baik layak, cukup layak, dan tidak
layak, seharusnya perlu diberikan inpection card atau keterangan khusus
seperti diberikan tag hijau yang menyatakan bahwa alat berat layak operasi
dan tag merah menyatakan bahwa alat berat tersebut tidak layak operasi atau
alat berat rusak dan alat berat tidak bisa digunakan. Karena manfaat
inpection card dapat menandai bahwa alat berat tersebut pernah dan sudah
diperiksa dan diuji, kemudian diberikan keterangan layak (tag hijau) atau
tidak layak (tag merah) manfaatnya adalah bahwa alat berat yang tekah
48
diberikan keterengan baik layak dapat dijalankan sesuai jenis fungsinya, dan
jika alat berat yang tidak layak operasi maka tidak boleh digunakan dan
langsung diberikan tindakan perbaikan.
4. Tindakan Korektif
Pada tahap tindakan korektif ini dimana HSE atau Safety Officer di
PT Wijaya Karya sudah berjalan baik dan efektif yakni petugas HSE
langsung melakukan pengecekan kembali temuan-temuan pada saat
pemeriksaan dan pengujian. Hal ini sudah sesuai dengan teori menurut
Tarwaka (2008) menyatakan “maka setiap apa yang direkomendasikan
perlu ditindaklanjuti secara konkrit, orang yang bertanggungjawab dalam
inspeksi juga ikut dalam menindaklanjuti dari apa yang telah
direncanakan”.
Secara keseluruhan tindakan korektif tidak ditemukan suatu masalah
dan tidak ada kendala sama sekali, semua kegiatan perbaikan yang telah
dilakukan sebelumnya sudah dilaksanakan, sehingga tidak ada kendala
yang ditimbulkan.
5. Laporan Inspeksi
Dalam tahap pembuatan laporan inspeksi alat berat sudah berjalan
dengan baik dan laporan inspeksi alat berat telah memuat hasil kegiatan
inspeksi alat berat sudah lengkap, dari tahap langkah pembuatan laporan
inspeksi alat berat sudah sesuai yakni terdapat periode inspeksi, tanggal
inspeksi, lokasi, temuan masalah, dokumentasi, dan rekomendasi
perbaikan dan tujuan untuk siapa laporannya. Hal ini sudah sesuai dengan
teori menurut Nurhakim (2012) bahwa laporan harus menyebutkan nama
departemen dan area diinspeksi, nama serta jabatan yang mengadakan
inspeksi, tanggal inspeksi dibuat dan nama untuk siapa laporan dibuat.
Kemudian laporan inspeksi alat berat akan dijadikan bahan informasi
ketika melakukan inspeksi alat berat selanjutnya. Hal ini sudah sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh (Tarwaka) 2008 yaitu: Laporan
inspeksi merupakan suatu bagian penting dari suatu sistem manajemen
inspeksi. Laporan adalah suatu alat dan sasaran yang dapat digunakan
sebagai bahan informasi dan komunikasi efekti.
Hal ini juga sudah sesuai dengan kebijakan Peraturan Pemerintah
No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen K3, elemen
50