Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Saat ini kemajuan teknologi telah mewujudkan era globalisasi yang
menghadirkan perubahan dan sekaligus tantangan yang perlu antisipasi sejak
dini. Era globalisasi juga berdampak pada perindustrian yang juga semakin
berkembang diseluruh dunia, dan menuntut berbagai perusahaan untuk selalu
proaktif dalam peningkatan produksinya yang berpengaruh pada penggunaan
mesin-mesin, peralatan produksi serta pemakaian bahan berbahaya yang
semakin meningkat guna menunjang kelancaran produksi. Dengan adanya
peningkatan produksi maka akan meningkat pula potensi bahaya kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja (Ramli, 2013)..
Salah satu penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yaitu
dengan menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(K3). Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah bagian
dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharan
kewajiban K3, dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produkatif (Ramli, 2013).
Sebagai upaya pencegahan dan pengendalian kecelakaan kerja
adalah dengan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3), berdasarkan Permenaker No.Per.05/MEN/1996 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terdapat
pada BAB III Pasal 4 yang berisi tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dijelaskan bahwa
salahsatu Program Pelaksanaan SMK3 adalah program inspeksi K3. Selain
itu, penerapan SMK3 merupakan tuntutan dari masyarakat untuk dapat
menjamin bahwa sesuatu yang digunakan dalam prosesnya tidak
membahayakan terutama bagi para pekerja (Kemenaker RI, 1996).

1
2

Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun


2013, 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja
dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya (2012) ILO
mencatatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
(PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. Berdasarkan data Kementerian
Kesehatan RI, jumlah kecelakaan akibat kerja di Indonesia pada tahun 2011
sampai 2014 yang paling tinggi terjadi pada tahun 2013 sebanyak 35.917
kasus kecelakaan kerja (International Labour Organization, 2015)
Mengingat pentingnya keselamatan dan kesehatan para tenaga kerja
untuk menekan angka kecelakaan kerja dan diharapkan mampu mencapai
produktivitas yang tinggi maka perlu diupayakan perlindungan dengan
antisipasi bahaya sedini mungkin. Dalam hal ini, pemerintah telah
mengeluarkan PP No. 50 tahun 2012 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dimana salah satu langkah pencegahan
yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melaksanakan inspeksi
keselamatan dan kesehatan kerja (Kemenakertrans RI, 2012).
PT. Wijaya Karya merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
kontruksi dan infrastruktur yang mana setiap kegiatan prosesnya tidak lepas
dari risiko dan potensi bahaya. Potensi bahaya tersebut bermacam-macam
salah satunya yaitu berupa kecelakaan yang diakibatkan oleh alat berat seperti
tertabrak, menabrak pekerja lain yang sedang melintas atau fasilitas lainnya
sehingga dari semuanya itu dapat menggangu aktivitas kerja dan
produktivitas kerja. Inspeksi alat berat dilakukan pada saat sebelum alat
didatangkan, saat alat digunakan, dan sesudah digunakan, hal ini dapat
mengetahui kondisi alat sebelum dan sesudah dan memantau sejauh manakah
kondisi alat berat, sehingga dengan melakukan inspeksi alat berat dapat
mencegah atau meminimalisir potensi bahaya yang ditimbulkan oleh alat
berat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengambil dan
membahas mengenai pelaksanaan inspeksi alat berat di Proyek Pembangunan
Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500 PT. Wijaya Karya Tahun
2018.
3

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum dalam inspeksi alat berat dan
alat bantu di Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-
01 KM 42+500 PT. Wijaya Karya Tahun 2018.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran umum proyek Pembangunan Gerbang Tol
Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500 tahun 2018.
2. Mengetahui gambaran unit SHE Perusahaan PT. Wijaya Karya
pada Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01
KM 42+500 tahun 2018.
3. Mengetahui input inspeksi alat berat di PT. Wijaya Karya pada
Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM
42+500 tahun 2018.
4. Mengetahui proses inspeksi alat berat di Proyek Pembangunan
Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500 tahun 2018.
5. Mengetahui output dari inspeksi alat berat dan alat bantu Proyek
Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500
tahun 2018.

1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Mahasiswa
1. Menambah wawasan ilmu aplikatif di lapangan pelaksanaan
Sistem Manajemen K3 di bidang konstruksi.
2. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang bersifat
aplikatif khususnya tentang inspeksi alat berat di bidang
konstruksi.
3. Mengetahui dan mampu menerapkan proses inspeksi K3 di
lingkungan kerja, khususnya pada kegiatan konstruksi.
4. Meningkatkan kemampuan secara kompetensi dan keterampilan
sebagai bekal untuk mempersiapkan diri dalam proses interaksi
sosial dalam lingkungan kerja.
4

1.3.2. Bagi Universitas Esa Unggul


1. Membina kerjasama antara Universitas Esa Unggul dengan
Institusi tempat pelaksanaan penelitian untuk meningkatkan
kemampuan mahasiswa agar mampu bersaing dalam dunia kerja.
2. Membantu dalam menyusun kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan dalam dunia kerja.
1.3.3. Bagi PT. Wijaya Karya
1. Membantu pihak perusahaan dalam memberikan informasi yang
dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka penentuan
kebijakan K3.
2. Terjalin Kerjasama yang baik antara perusahaan dengan pihak
perguruan tinggi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Inspeksi


Inspeksi merupakan salahsatu alat kontrol atau pengawasan
manajemen yang bersifat klasik terhadap kegiatan perusahaan yang telah
banyak diterapkan dalam upaya menemukan masalah yang dihadapi di
lapangan, termasuk untuk memperkirakan besarnya risiko. Inspeksi adalah
salahsatu upaya yang bersifat proaktif dan bertujuan untuk memastikan
apakah fasilitas kerja di lapangan telah dikelola secara baik dilihat dari
aspek K3 . Inspeksi merupakan alat utama untuk memperoleh dan
menemukan masalah serta mengevaluasi resiko sebelum terjadi
kecelakaan yang bisa mengakibatkan kerugian (Hadipoetro, 2014).
Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur
inspeksi, pengujian dan pemantauan yang berkaitan dengan tujuan dan
sasaran keselamatan dan kesehatan kerja. Frekuensi inspeksi harus sesuai
dengan objeknya (Suardi, 2007). Umpan balik bagi management
perusahaan sangat perlu yakni mengenai kondisi operasi yang
mencangkup kondisi fisik peralatan instalasi dan tindakan para pekerja
terutama yang menyangkut kesalahan para pekerja, perubahan sistem
proses, dan lain-lain untuk menjamin tercapainya kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja serta lingkungan kerja (Ramli, 2013).

5
6

2.2 Jenis-Jenis Inspeksi


1. Inspeksi Informal (Tidak Terencana)
Inspeksi yang dilakukan hanya sambil lalu, sehingga umumnya
bersifat dangkal dan tidak sistematis, diantaranya sebagai berikut
(Tarwaka, 2008) :
a. Umumnya hanya memeriksa kondisi yang tidak aman.
b. Kondisi tidak aman yang memerlukan perhatian besar sering
terlewati.
c. Perhatian cenderung lebih besar pada kepentingan produksi.
d. Tidak tercatat.
e. Tindakan pembetulan dan pencegahan tidak sampai mendasar.
Inspeksi informal merupakan inspeksi yang tidak direncanakan
sebelumnya dan sifatnya cukup sederhana yang dilakukan atas
kesadaran orang-orang yang menemukan atau melihat masalah K3 di
dalam pekerjaannya sehari-hari, inspeksi ini sebenarnya cukup efektif
karena masalah-masalah yang muncul langsung dapat dideteksi,
dilaporkan, dan segera mendapat tindakan korektif. (Tarwaka, 2008)
Namun demikian inspeksi informal ini mempunyai keterbatasan karena
memang tidak dilakukan secara sistematis, adakalanya mereka
kehilangan hal-hal penting yang mungkin telah dilihat atau ditemukan
karena masalah yang ditemukan hanya disimpan dalam pikirannya, atau
mungkin mereka juga tidak menyadari terhadap apa yang sedang
dilihatnya, atau mungkin mereka mencatat pemparan tertentu, tetapi
tidak bisa segera menindaklanjuti apa yang telah ditemukan, tetapi
tidaklah jarang bahwa supervisor atau manajer saat keliling ke tempat-
tempat kerja bila menemukan suatu masalah langsung membuat catatan
yang penting dan membuat keputusan untuk segera melakukan tindakan
perbaikan. (Tarwaka, 2008)
Merupakan hal yang efektif bila inspeksi informal ini dijadikan
kebijakan manajemen, masalah-masalah yang ditemukan di tempat
kerja dapat didokumentasikan sesuai prosedur dan dibuat laporan
secara sederhana, dengan demikian siapapun yang menemukan masalah
7

dapat segera membuat catatan pada kartu temuan masalah (Tarwaka,


2008).
2. Inspeksi Terencana
a. Inspeksi rutin atau umum
Inspeksi sebaiknya dilakukan bersama-sama antara ahli
K3 atau perwakilan pekerja dengan pihak manajemen, sehingga
apa yang dihasilkan dari inspeksi lapangan segera dapat
ditindaklanjuti secara nyata, yang membedakan antara inspeksi
umum dan khusus adalah bahwa inspeksi umum direncanakan
dengan cara walk-throught survey ke seluruh area kerja,
sedangkan inspeksi khusus direncanakan hanya untuk diarahkan
kepada kondisi-kondisi tertentu, seperti mesin-mesin, alat kerja,
dan tempat-tempat khusus yang telah diketahui mempunyai risiko
tinggi, inspeksi rutin terhadap sumber-sumber bahaya di tempat
kerja atau kegiatan identifikasi terhadap tugas-tugas, proses
operasional, peralatan, dan mesin-mesin yang mempunyai risiko
tinggi harus dilakukan secara regular, namun demikian, seberapa
sering inspeksi secara rutin dilakukan sangatlah tergantung dari
keadaan dan kondisi lingkungan kerja masing-masing, pada
tempat kerja yang tidak banyak mengalami perubahan, maka
inspeksi dapat dilakukan sebulan sekali, namun demikian
sebaliknya pada tempat kerja yang mempunyai risiko tinggi
terhadap timbulnya kecelakaan dan penyakit akiat kerja, inspeksi
harus sering dilakukan (Tarwaka, 2008).
1) Direncanakan dengan cara Walk-Through Survey keseluruh
area kerja dan bersifat komprehensif.
2) Jadwal pelaksanaan rutin (sudah ditentukan : 1x / bulan)
3) Dilakukan bersama-sama ahli K3 atau perwakilan tenaga kerja
dengan pihak manajemen.
4) Bagi perusahaan yang tidak memiliki ahli K3 sendiri, dapat
menggunakan ahli K3 dari luar perusahaan yang akan
8

membantu memberikan saran-saran tentang penanganan


masalah-masalah K3 di tempat kerja.
5) Pelaksanaan inspeksi terhadap sumber-sumber bahaya pada
area khusus sebaiknya dilakukan dengan melibatkan
seseorang yang mempunyai keahlian khusus.
6) Hasil yang ditemukan segera ditindak lanjuti, dan setiap
permasalahan yang telah diidentifikasi dari hasil survey harus
selalu tercatat dan dibukukan.
7) Setiap laporan inspeksi harus ditandatangani oleh penanggung
jawab kegiatan inspeksi.
8) Hasil inspeksi yang telah ditulis dalam bentuk laporan harus
disampaikan kepada pihak manajemen, sehingga langkah
perbaikan segera dilakukan.
Beberapa keuntungan dari dilaksanakannya inspeksi rutin atau
umum yaitu (Tarwaka, 2008) :
1) Inspektor dapat mencurahkan segala perhatiannya untuk |
melakukan inspeksi.
2) Inspektor dapat melakukan observasi menyeluruh tentang
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.
3) Checklist yang akan digunakan untuk inspeksi telah
dipersiapkan dengan baik.
4) Laporan temuan dan rekomendasi segera dapat dibuat untuk
meningkatkan kesadaran tentang adanya bahaya di tempat
kerja

b. Inspeksi Khusus
Inspeksi khusus merupakan kegiatan inspeksi yang
dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi
hazard terhadap obyek-obyek kerja tertentu yang mempunyai
resiko tinggi yang hasilnya sebagai dasar untuk pencegahan dan
pengendalian resiko di tempat kerja (Tarwaka, 2008).
9

2.3 Tujuan Inspeksi


Inspeksi keselamatan kerja bertujuan meniadakan kecelakaan
dengan jalan mengamati penyebab kecelakaan sedini mungkin dan segera
melakukan pembetulan sebelum kecelakaan terjadi (Ramli, 2013)
Program pelaksanaan inspeksi K3 ditempat kerja mempunyai
beberapa tujuan yang dapat dijelaskan sebagai berikut (Tarwaka, 2008) :
1. Inspeksi K3 di tempat kerja secara sistematis mempunyai peran
penting didalam upaya melakukan pengendalian dan pengawasan
terhadap sumber-sumber bahaya K3, permasalahan-permasalahan K3
akan dapat dideteksi secara lebih awal untuk resolusi sebelum
kecelakaan dan penyakit akibat kerja benar-benar terjadi.
2. Inspeksi dilakukan untuk menjamin setiap tempat kerja berjalan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, standar, norma
maupun petunjuk teknis yang berkaitan dengan bidang K3 yang
ditetapkan oleh pemerintah maupun kebijakan perusahaan.
3. Inspeksi secara regular dan khusus akan dapat digunakan sebagai
bahan diskusi dengan tenaga kerja terhadap isu-isu K3 yang sedang
dihadapi oleh mereka, tenaga kerja merupakan orang yang paling
mengenal terhadap aspek kerja, peralatan, mesin-mesin, dan proses
operasional di tempat kerja sehingga mereka merupakan sumber
informasi yang sangat berharga, dengan adanya komunikasi dan
koordinasi yang lancar antara manajemen dengan tenaga kerja akan
memperbaiki performasi atau kinerja K3 di perusahaan.
Melalui inspeksi keselamatan kerja tidak hanya unsafe condition
dan unsafe action saja yang diamati, tetapi justru bahaya-bahaya yang
terselubung dibalik kedua kondisi tersebut perlu ditelusuri dan
diungkapkan ( PT Antam, 2009).
10

Maksud dan tujuan dari inspeksi keselamatan kerja yaitu (PT.


Antam, 2009).:
1. Menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang aman serta yang
bebas dari bahaya.
2. Menemukan perilaku kerja orang supaya mempunyai sikap kerja
selamat.
3. Memelihara kualitas produksi dan operasional yang
menguntungkan.
4. Mengamati penerapan atau pelaksanaan norma-norma keselamatan
kerja.
5. Melokalisasi dan menetralisir bahaya-bahaya yang ada.

2.4 Manfaat Inspeksi


Beberapa manfaat dalam melakukan inspeksi (PT Antam, 2009) :
1. Untuk memastikan apakah sesuatu bertentangan atau menyimpang dari
program sebelumnya.
2. Untuk meningkatkan kembali kepedulian keselamatan dilingkungan
karyawan karena dengan inspeksi, karyawan merasa bahwa
keselamatannya diperhatikan.
3. Mengetahui semua standart keselamatan kerja yang telah ditentukan.
4. Sebagai bahan utama pengumpulan data guna mengadakan pertemuan
keselamatan kerja atau sidang P2K3.
5. Untuk menilai kesadaran keselamatan kerja dilingkungan karyawan
perusahaan.
6. Untuk mengukur dan mengkaji usaha serta peranan para supervisor
terhadap keselamatan kerja .

2.5 Sasaran dan Kebutuhan Inspeksi


1. Sasaaran Inspeksi
Ada beberapa sasaran inspeksi sebagai berikut (Ramli, 2013) :
1. Pemeriksaan langsung terhadap pelaksanaan K3 pada setiap obyek
kerja
11

2. Identifikasi problem atas kondisi dan tindakan bahaya


3. Memperoleh data dan fakta yang sebenarnya
4. Mengukur kinerja K3, melakukan tindakan koreksi / perbaikan
5. Tingkatkan komitmen dan kinerja K3
2. Kebutuhan Inspeksi
Ada beberapa kebutuhan inspeksi sebagai berikut (Ramli, 2013) :
1. Identifikasi risiko bahaya yang tidak terdeteksi dalam analisa
pekerjaan
2. Untuk mengetahui kekurangan pada peralatan yang berpotensi
bahaya
3. Mengenali tindakan tidak aman karyawan
4. Identifikasi dampak perubahan
5. Identifikasi tindakan perbaikan
6. Penilaian kinerja manajemen dalam pengelolaan K3
7. Menunjukkan komitmen manajemen dalam kegiatan K3 yang
bertanggung jawab atas K3 dibantu oleh manajer K3

2.6 Objek yang harus diinspeksi


Untuk membantu menentukan aspek-aspek apa saja yang ada di
tempat kerja yang akan diinspeksi, perlu dipertimbangkan dan di pahami
hal-hal sebagai berikut (Tarwaka, 2008) :
1. Hazard yang berpotensi menyebabkan cidera atau sakit dan masalah-
masalah K3 yang ada ditempat kerja.
2. Peraturan perundang-undangan bidang K3 dan standart yang berkaitan
dengan hazard, tugas-tugas, proses produksi tertentu yang diterapkan
di masingmasing perusahaan.
3. Masalah-masalah K3 yang terjadi sebelumnya meskipun resikonya
kecil perlu dipertimbangkan
Dengan demikian setiap kegiatan inspeksi membutuhkan
pemahaman dan perangkat peraturan perundang-undangan maupun
peraturan perusahaan bidang K3, inspektor harus selalu mencatat
bahwa peraturan perundangan K3 tersebut telah diterapkan disetiap
12

tempat kerja, demikian juga dengan bahan-bahan atau kondisi kerja


yang dapat menyebabkan cidera atau sakit pada kejadian sebelumnya
perlu mendapatkan perhatian dalam kegiatan inspeksi (Tarwaka,
2008).

2.7 Alat Berat


Alat berat merupakan alat yang terpenting di dalam proyek-proyek
kontruksi dengan skala besar, alat-alat berat digunakan untuk
memudahkan manusia dalam melaksankan pekerjaan pembangunan
kontruksi sehingga hasil yang diharapkan. Tujuan penggunaan alat-alat
berat tersebut untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan
pekerjaannya sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih
mudah pada waktu yang relatif lebih singkat (Rostiyanti, 2008).
a. Macam-Macam Alat Berat
1) Dozer
Dozer merupakan traktor yang dipasangkan pisau atau blade
di bagian depannya. Pisau berfungsi untuk mendorong, atau
memotong material yang ada didepannya. Jenis pekerjaan yang
biasanya menggunakan dozer atau buldozer adalah mengupas top
soil dan pembersihan lahan dari pepohonan, pembukaan jalan
baru, pemindahan material pada jarak pendekk sampai dengan
100 m, membantu mengisi material pada scraper, menyebarkan
material, mengisi kembali saluran, atau membersihkan quarry
(Rostiyanti, 2008).
2) Crane
Alat pengangkutan vertikal atau alat pengangkat yang biasa
digunakan di dalam proyek konstruksi adalah crane. Cara kerja
crane sebagai alat angkat adalah dengan mengangkat secara
vertikal material yang akan dipindahkan, memindahkan secara
horizontal, kemudian menurunkan material di tempat yang
diinginkan (Rostiyanti, 2008).
a) Crane Crawler (crawler mounted crane)
13

Dengan roda crawler maka crane tipe ini dapat bergerak di


dalam lokasi proyek saat melakukan pekerjaannya namun
pergerakanya sangat terbatas. Pada permukaan tanah yang
jelek atau permukaan dengan kemungkinan terjadinya
penurunan maka alat harus berdiri diatas suatu alas atau matras
(Rostiyanti, 2008)
b) Truk Crane (Truck Mounted Crane)
Crane jenis ini dapat berpindah tempat dari satu proyek ke
proyek lainnya tanpa bantuan dari alat pengangkutan. Kondisi
dimana crane bekerja harus ideal, yaitu tanpa guncangan,
permukaan tanah yang datar (water level), dan cuaca tanpa
angin (Rostiyanti, 2008).
c) Wheel Mounted Crane
Wheel mounted crane merupakan crane dengan penggerak
roda ban. Lengan crane tipe ini adalah boom hidrolis. Crane
ini juga dikenal sebagai hydraulic crane atau telescopic crane
(Rostiyanti, 2008).
3) Excavator (Alat Gali)
Secara umum alat terdiri atas struktur bawah, struktur atas, sistem,
dan bucket. Pengoperasian tipe backhoe umumnya untuk penggalian
saluran, terowongan, atau basement. Pengoperasian tipe front shovel
mempunyai kemampuan untuk menggali material yang keras. Jika
material yang akan digali bersifat lunak, maka front shovel akan
mengalami kesulitan (Rostiyanti, 2008).
4) Alat Pemancang Tiang
Ada beberapa jenis alat pemancang tiang yang umum digunakan
dalam proyek kontruksi. Palu atau hammer yang berfungsi sebagai
alat tiang pancang tersebut adalah drop hammer, diesel hammer
(Pemancang diesel), hydraulic hammer (pemancang hidrolis)
(Rostiyanti, 2008).
a. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan alat
dengan pengisian BBM antara lain (Daryanto, 2010):
14

1) Hanya personel yang kompeten dan terlatih serta


memiliki izin yang boleh mengoperasikan alat.
2) Semua APD yang sesuai harus dikenakan, termasuk
pelindung pendengaran.
3) Sebisa mungkin, jangan ada orang lain di sekitarnya
sewaktu alat ini dioperasikan.
4) Alat ini tidak boleh digunakan di ruang terbatas kecuali
bila ruangan tersebut dilengkapi dengan ventilasi udaran
yang memadai.
5) Matikan mesin sewaktu dilakukan pengisian BBM. Jika
telah selesai digunakan, mesinnya harus segera
dimatikan, jauhkan BBM dengan komponen yang masih
panas. Dinginkan alat sejenak sebelum diisi BBM.
6) Gunakan alat ini sesuai peruntukannya.
7) BBM untuk mengoperasikan alat ini harus disimpan di
kontainer yang telah dilengkapi label peringatan
keselamatan.
8) Jika sedang tidak digunakan, wadah BBM harus
disimpan di gudang yang telah disepakati.

2.8 Penerapan Inspeksi Berdasarkan Input, Proses, dan Output


1. Penerapan Inspeksi Berdasarkan Input
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
Pelaksana inspeksi keselamatan kerja dibedakan
menjadi 2, sebagai berikut (PT. Antam, 2009) :
1. Ekstern Perusahaan
Inspeksi keselamatan kerja yang dilaksanakan oleh
pengawas dari instansi pemerintah atau pihak ketiga.
2. Intern Perusahaan
Inspeksi yang dilakukan oleh orang yang
berkepentingan seperti supervisor dan manager lini dan
juga mempunyai spesialisasi dibidangnya seperti safety
15

advisor dan teknisi atau ahli yang terbaik setiap unsur


karyawan dari level terendah sampai tingkat tinggi (top
management).
b. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah
serangkaian instruksi yang menggambarkan
pendokumentasian dari kegiatan yang dilakukan secara
berulang pada sebuah organisasi (Hasibuan, 2013).
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah untuk
mendefinisikan semua konsep dan teknik yang penting serta
persyaratan dibutuhkan, SOP yang dibuat harus menyertakan
langkah kegiatan yang harus dijalankan oleh semua
karyawan dengan cara yang ditentukan. Oleh sebab itu, SOP
dibuat dengan tujuan memberikan kemudahan dan
menyamakan presepsi semua orang yang berkepentingan
sehingga dapat lebih dipahami dan dimengerti (Hasibuan,
2013)..
SOP dibuat untuk menyederhanakan suatu
pekerjaan supaya berfokus pada intinya, tetapi cepat dan
tepat. Dengan cara ini, keuntungan mudah diraih,
pemborosan diminimalisasi dan kebocoran keuangan dapat
dicegah. Hal ini biasa diterapkan pada perusahaan yang
kompetitif yakni perusahaan yang semua pekerjaan bisa
diselesaikan secara tepat waktu (Ekotama, 2011).
c. Sarana dan Prasarana
Sarana dalam artian secara ekonomi yaitu segala
sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai
maksud atau tujuan dalam kegiatan tertentu (Departemen
Pendidikan Nasional, 2014).
16

2. Penerapan Inspeksi Berdasarkan Proses


Adapun tahap-tahap prosedur yang dapat dilakukan adalah :
a. Tahap Persiapan
Persiapan inspeksi yang baik harus selalu dimulai dengan
sikap perilaku positif dan berpikir positif untuk keberhasilan
tugas inspeksi, merencanakan inspeksi secara baik,
menentukan apa-apa yang akan dilihat, mengetahuia apa-apa
yang akan dicari, membuat checklist yang relevan,
mempelajari laporan inspeksi sebelumnya, dan menyiapkan
alat dan bahan untuk inspeksi (Tarwaka, 2008).
b. Tahap Pelaksanaan Inspeksi
Inspeksi dilakukan dengan berpedoman pada peta pabrik,
mencari sesuatu sesuai dengan point-point dalam checklist,
mengambil tindakan perbaikan sementara, jelaskan dan
tempatkan setiap hal dengan jelas, klasifikasikan hazard,
tentukan faktor penyebab utama adanya tindakan dan
kondiisi tidak aman (Tarwaka, 2008).
c. Pengembangan Upaya Perbaikan
Tidaklah cukup hanya dengan menemukan tindakan dan
kondisi yang tidak sesuai dengan standar atau prosedur,
namun perlu melakukan sesuatu untuk mencegah kerugian
nyata, pada saat inspeksi dapat langsung melakukan tindakan
seperti : membersihkan bahan yang berpotensi
membahayakan pekerja, memasang pengaman mesin yang
dilepas, memindahkan barang yang tidak dipakai atau
sampah, dan hal lainnya (Tarwaka, 2008).
d. Korektif
Sarana korektif yang dilakukan menjadi kurang bermanfaat
jika tidak berfungsi dengan baik atau tidak sesuai dengan apa
yang direncanakan, untuk alasan tersebut, maka setiap apa
yang direkomendasikan perlu ditindaklanjuti secara konkrit,
orang yang bertanggungjawab dalam inspeksi juga ikut
17

dalam menindaklanjuti dari apa yang telah direncanakan


(Tarwaka, 2008).
e. Laporan Inspeksi
Bentuk formulir laporan inspeksi dapat dibuat sesuai dengan
kebutuhan organisasi dan jenis inspeksi yang dilakukan,
secara umum kriteria laporan inspeksi harus dapat
menjelaskan hal-hal sebagai berikut (Tarwaka, 2008) :
1) Identifikasi objek-objek atau lokasi tempat kerja yang
diinspeksi
2) Menjelaskan seluruh kegiatan yang mencangkup :
observasi kondisi yang tidak normal, klasifikasi tingkat
bahaya atau risiko, upaya perbaikan sementara dan
rekomendasi, penugasan terhadap orang yang
bertanggungjawab mengambil tindakan korektif,
follow-up terhadap upaya perbaikan yang telah
dilakukan, penysuaian dan verifikasi upaya-upaya
perbaikan.
3) Sediakan baris-baris kosong secukupnya untuk membuat
catatan-catatan penting yang diperlukan pada setiap
item.
4) Kelola laporan secara baik.

3. Penerapan Inspeksi Berdasarkan Output


Hasil akhir dari suatu kegiatan inspeksi alat berat yang
telah dilakukan dalam hal ini adalah terlaksananya inspeksi alat
berat di tempat kerja sehingga menciptakan suasana dan
lingkungan kerja yang aman serta yang bebas dari bahaya yang
ditimbulkan oleh peralatan alat berat, memelihara kualitas
peralatan kerja guna menghindari risiko di tempat kerja
(Tarwaka, 2008).
18

2.9 Kerangka Konsep


Berikut ini merupakan kerangka konsep dari penerapan inspeksi alat berat :

INPUT PROSES OUTPUT

Sumber Daya Persiapan Terlaksananya


Manusia kegiatan inspeksi
(SDM) alat berat dengan
Pelaksanaan lancar dan
Inspeksi diharapkan
Standar
lingkungan kerja
Operasional
yang aman dari
Prosedur
kecelakaan yang
(SOP) Pengembangan
disebabkan oleh
Upaya
alat berat dan
Perbaikan
kelalaian
Sarana
operator
Prasarana
Tindakan
Korektif

Laporan
Inspeksi

Gambar 2.1 Kerangka Kosep


Sumber: Tarwaka, 2008.
19
BAB III

PROSES MAGANG

3.1. Tahapan Persiapan


Tahap persiapan dilakukan oleh penulis sebelum melakukan pelaksanaan
magang di Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM
42+500 yaitu mulai dengan penentuan topik yang akan diajukan, sampai
dengan berlangsungnya kegiatan magang, beberapa kegiatannya adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan survei dengan mendatangi tempat magang yang ingin
dituju.
2. Mengurus surat ijin magang di Universitas Esa Unggul yang ditujukan
pada Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM
42+500 bahwa penulis bermaksud ingin melaksanakan magang di
tempat terkait.
3. Memberikan surat ijin magang di Proyek Pembangunan Gerbang Tol
Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500.
4. Menyusun proposal magang.
5. Menyerahkan proposal magang kepada departemen SHE.
6. Melaksanakan proses magang di departemen SHE.
7. Menyusun laporan magang dengan mengkonsultasikannya pada dosen
pembimbing dan pembimbing lapangan.

3.2. Tahapan Pelaksanaan


Tahapan pelaksanaan magang ini dilakukan selama 22 hari kerja,
pelaksanaan magang dimulai dari tanggan 21 September – 25 Oktober
2018. Kegiatan magang yang dilaksanakan dimulai dari pukul 08:00 –
17:00 WIB setiap hari senin sampai jumat di departemen SHE PT Wijaya
Karya Proyek Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01
KM 42+500. Pada saat melaksanakan magang, mahasiswa melakukan
observasi dan mengupulkan informasi serta data-data yang berhubungan
dengan topik magang yang akan diambil.

19
20

Kegiatan yang dilakukan pada minggu pertama yaitu safety


induction mengenai keselamatan dan kesehatan kerja dan pengenalan
terhadap seluruh tim departemen SHE atau tim safety yang berada di PT
Wijaya Karya Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01
KM 42+500. Mahasiswa mengambil informasi terkait gambaran umum
proyek seperti struktur organisasi, informasi kegiatan dan program.
Penulis melakukan konsultasi tujuan kegiatan magang serta pembahasan
sesuai topik magang.
Kegiatan yang dilakukan pada minggu kedua dan minggu ketiga
yaitu penulis melakukan kegiatan serta mengumpulkan informasi yang
diperlukan sesuai dengan topik yang akan dibahas. Dilakukan kegiatan
inspeksi alat kerja dibimbing oleh pembimbing lapangan dalam
melaksanakan kegiatan inspeksi dengan melakukan pemeriksaan visual,
menyesuaikan dengan mengidentifikasi penggunaan dan kebutuhan, serta
melihat dan menilai kelengkapan standar dan prosedur yang berlaku.
Diperoleh tindakan perbaikan pada temuan-temuan yang bermasalah.
Kegiatan tersebut dilakukan pada area Proyek Pembangunan Gerbang Tol
Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500.

3.3. Tahapan Pembuatan Laporan Magang


Pada tahap akhir penyusunan laporan magang, penulis melakukan
konsultasi dengan pembimbing akademik dan pembimbing lapangan.
Pembuatan laporan magang dilakukan pada saat melaksanakan dan
menyelesaikan magang dengan kerangka :
1. Pendahuluan
2. Kerangka teori dan kerangka konsep
3. Proses magang
4. Hasil Magang
5. Pembahasan
6. Kesimpulan dan saran
7. Daftar Pustaka
21

Setelah melakukan konsultasi selama tahap penyusunan laporan


magang, kemudian laporan magang diserahkan kepada pembimbing
akademk untuk dapat diuji. Setalah laporan magang di revisi dan dinilai
oleh penguji maka laporan dapat dijilid dan diserahkan kepada Ketua
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Pembimbing Akademik,
Pembimbing Lapangan dan mahasiswa.
BAB IV

HASIL MAGANG

4.1. Gambaran Umum PT Wijaya Karya Proyek Pembagunan Gerbang Toll


Bogor GTBG – 01 KM 42+
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) adalah salah satu
perusahaan konstruksi di Indonesia. Dari hasil nasionalisasi perusahaan
Belanda, Naamloze Vennotschap Technische Handel Maatschappij en
Bouwbedijf Vis en Co atau NV Vis en Co, berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 2 Tahun 1960 dan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga
Listrik (PUTL) No. 5 tanggal 11 Maret 1960, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
lahir dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja.Dimulai
sebagai sub-kontraktor, di akhir 1960-an PT WIKA berkembang menjadi
pemborong pemasangan jaringan listrik tegangan rendah, menengah, dan
tinggi. Di awal tahun 1970, PT WIKA memperluas usahanya menjadi
perusahaan kontraktor sipil dan bangunan perumahan.
Perusahaan memasuki babak baru pada 20 Desember 1972. Melalui
Akta No. 110, dibuat di hadapan Notaris Djojo Muljadi, perusahaan berubah
status menjadi Perseroan Terbatas Wijaya Karya (Persero). PT WIKA selalu
melakukan terobosan. Berevolusi menjadi perusahaan infrastruktur yang
terintegrasi melalui pengembangan sejumlah anak perusahaan. Diantaranya
WIKA Beton, WIKA Intrade, dan WIKA Realty. Pertumbuhan PT Wijaya
Karya (Persero) Tbk, sebagai perusahaan infrastruktur terintegrasi yang kuat
semakin mendapat pengakuan dari berbagai pihak. Perseroan sukses dalam
melaksanakan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO)
sebanyak 35% kepada public pada 29 Oktober 2007, di Bursa Efek Indonesia.
Setelah IPO, pemerintah Republik Indonesia memegang 68,4%, sementara
sisanya dimiliki oleh masyarakat, termasuk karyawan, melalui Management
Stock Ownership Program (MSOP), Employee Stock Allocation (ESA), dan
Employee/ Management Stock Option (E/MSOP).
Perolehan dana segar dari IPO dipergunakan untuk mendukung
pertumbuhan dan inovasi yang dilakukan oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.

22
23

Posisi PT WIKA menjadi kuat, dimana saat itu krisis ekonomi dunia mulai
memperlihatkan dampaknya di dalam negeri. Struktur permodalan yang kuat
sangat mendukung PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dalam meluaskan
operasinya ke luar negeri dan terus mengembangkan Engineering Procurement
and Construction (EPC), serta berinvestasi dan mengembangkan sejumlah
proyek infrastruktur, khususnya proyek-proyek yang menjadi program
pemerintah terkait dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
WIKA saat ini memiliki 6 Strategic Business Unit (SBU) yang
meliputi konstruksi (Kontruksi sipil dan konstruksi Bangunan Gedung),
Mekanikal elektrikal, Industri Beton Pra cetak, Real Estate dan Industri
Lainnya yang ke depannya akan semakin terintegrasi menjadi perusahaan
Engineering Procurement Construction (EPC) dan Investasi.
1. Visi & Misi
Pertumbuhan yang berkelanjutan, dimana PT Wijaya Karya
(Persero) Tbk. yang telah berdiri selama lebih dari lima puluh tahun,
adalah cerita sukes yang merefleksikan tingginya komitmen dan kerja
keras. Memasuki abad ke 21, WIKA berusaha untuk meningkatkan
kinerjanya dalam setiap aspek, mulai dari Manajemen, Sumber Daya
Manusia, hingga pada struktur inovasi dan teknologi tertinggi.
VISI 2020 :
Menjadi salah satu perusahaan terbaik di bidang Engineering
rocurement dan Construction (EPC) dan Investasi terintegrasi di Asia
Tenggara
MISI :
a. Menyediakan produk dan jasa yang unggul dan terpadu di bidang
EPC dan Investasi untuk Infrastruktur, Gedung Bertingkat, Energi,
Industrial Plant, Industri, Realty dan Property
b. Memenuhi Harapan Pemangku Kepentingan Utama
c. Menjalankan Praktik Etika Bisnis untuk Menjadi Warga Usaha yang
Baik dan Memelihara Keberlanjutan Perusahaan
d. Ekspansi Strategis ke luar Negeri
24

e. Mengimplementasikan "Praktek-praktek" Sistem Manajemen


Terintegrasi

2. Lokasi Proyek

(Gambar 4.1 : Lokasi Proyek)

(Gambar 4.1 Lokasi Proyek)

Proyek gerbang tol bogor GTBG-01 Km.42+500 dibagi manjadi dua


area pekerjaan yang dilakukan secara sequence, yaitu area A dan area B.
Area A terdapat beberapa paket pekerjaan yang dilakukan dari 8 Desember
2017 s/d 8 Desember 2018, berikut merupakan paket pekerjaan :
1. Paket Bina Marga 1 yang merupakan pekerjaan pembuatan akses
pintu keluar akses tol (off ramp).

(Gambar 4.2 Paket Bina Marga I)


25

2. Paket Bina Marga 2 yang merupakan pekerjaan pembuatan jembatan


dan akses jalan ke desa cibanon.

(Gambar 4.3 Paket Bina Marga 2)

3. Paket Bina Marga 4 yang merupakan pekerjaan pembuatan Plaza


toll, plaza toll merupakan bagian dari jalan tol dengan bentuk
geometri yang lebih lebar dari lebar normal jalan tol dimana gerbang
tol dan kantor ditempatkan.

4. Paket kabupaten Bogor 1 merupakan pekerjaan pembuatan akses


jalan Desa Sukaraja/jalan parung banteng.

(Gambar 4.4 Paket kabupaten Bogor 1)


26

5. Paket Kota Bogor 1 merupakan pekerjaan pembuatan akses masuk


tol (on ramp) dari kelurahan Katulampa.

(Gambar 4.5 Paket Kota Bogor 1)

Sedangkan untuk area B pada saat ini belum dilaksanakan, area


tersebut akan dilaksanakan pada 8 Desember 2018 s/d 8 Desember 2019 dan
terdiri dari beberapa paket pekerjaan, antara lain paket bina marga 3 yang
merupakan pekerjaan lanjutan akses desa cibanon, paket kabupaten bogor 2
pekerjaan lanjutan desa sukaraja dan jembatan, paket kota bogor 2 pekerjaan
lanjuatan akses keluar Katulampa &R3.

Adapun beberapa jenis pekerjaan yang dilakukan untuk


keberlangsungan pekerjaan Area B, antara lain sebagai berikut :

Tabel 4.1
Jenis Pekerjaan
No. JENIS PEKERJAAN
1 Pembersihan Tempat Kerja
1B Pekerjaan Pembongkaran
2 Pekerjaan Tanah
3 Pekerjaan Galian Struktur
4 Pekerjaan Drainase
5 Pekerjaan Subgrade
6 Pekerjaan Lapis Pondasi Agregat (Subbase)
27

No. JENIS PEKERJAAN


7 Pekerjaan Perkerasan
8 Pekerjaan Struktur Beton
9 Pekerjaan Lain-Lain
10 Pekerjaan Elektrikal
11 Umum
12 Provisional Sum (Plaza Tol)
13 Prov Sum
14 Pekerjaan Persiapan
15 Pekerjaan Tambah (Item Baru)
Sumber: Database Proyek GTBG KM 42+900, 2018

(Gambar 4.6 : Struktur Organisasi Proyek)


28

Dalam Struktur Organisasi, jabatan tertinggi adalah Manajer Proyek


sebagai pimpinan dalam suatu proyek, kemudian manajer proyek membawahi
Deputi Manajer proyek sebagai pengganti Manajer proyek jika berhalangan.
Manajer Proyek membawahi unit SHE sebagai seorang yang bertanggung jawab
atas seluruh aspek K3 perusahaan, kemudian Manajer proyek membawahi 4 bagian
yaitu:
1. Manajer Kontruksi bertugas merencanakan, mengatur, dan mengkoordinir
project kontruksi teknik sipil, Manajer kontruksi memiliki bawahan yaitu
pelaksana dan admin lapangan,
2. Kassie Engineering sebagai penanggung jawab dalam membuat, mengatur,
pelaksanaan dan mengontrol kegiatan engineering, membawahi staf teknik
perencanaan, QA/QC, Surveyor.
3. Kassie Komersial & Danlat bertugas menyiapkan rencana sumber daya,
melaksanakan pengukuran kinerja biaya dan waktu serta mengevaluasi.
4. Kassie Adkeu bertanggung jawab seluruh kegiatan administrasi dan keuangan

4.2. Gambaran Umum K3 PT Wijaya Karya Proyek Pembangunan Gerbang


Toll Bogor GTBG-01 KM 42-500
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Proyek Pembangunan Gerbang Tol
Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500 menjunjung tinggi dalam keselamatan dan
kesehatan kerja di dalam perusahaan sebagai aspek keberlangsungan
perusahaan dalam melindungi pekerja, tamu, fasilitas dan semua lingkungan
sekitar terhadap bahaya yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan sebagai
langkah untuk mencapai kondisi kerja yang nihil terhadap kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja, dan dampak lingkungan yang dapat mempengaruhi
keberlangsungan proyek. Hal ini dibuktikan bahwa PT Wijaya Karya (Persero)
Tbk Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500
menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)
yang berlandaskan pada Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012. Departemen
K3 proyek dibentuk untuk memastikan bahwa Sistem Manajemen Kesehatan
dan Keselamatann Kerja (SMK3) dapat berjalan dengan baik.
29

Dalam pelaksanaannya, dalam melaksanakan tugas K3 sesuai dengan


peraturan, pihak SHE juga membagi tugas dan kewajiban yang berbeda-beda
pada setiap anggotanya. Berikut ini adalah struktur organisasi SHE di Proyek
Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500:

(Gambar 4.7 : Struktur Organisasi SHE)


Pada unit SHE di PT Wijaya Karya Proyek Pembangunan Gerbang Tol
Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500 belum memiliki struktur P2K3 karena
belum terbentuknya P2K3

PT Wijaya Karya Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket


GTBG-01 KM 42+500 wajib melaksanakan kegiatan program kerja rutin dan
peraturan yang wajib dijalankan dan akan selalu dipantau dalam
pelaksanaanya. Kegiatan program kerja rutin yang dilaksanakan yaitu :
1. SHE morning talk, kegiatan ini dilakukan 6 kali seminggu dan diikuti oleh
seluruh pekerja dan pegawai
2. Toolbox meeting, kegiatan rapat singkat dilakukan 6 kali seminggu
sebelum tahap pekerjaan baru dilaksanakan, toolbox meeting mengacu
pada HIRARC yang telah dibuat dan bila ada perkembangan dilapangan
maka dibuat review HIRARC
30

3. Fit to work, pada setiap pekerja diperiksa keadaan umum, tanda tanda vital
setiap hari sebelum memulai mengerjakan pekerjaannya.
4. Safety Inspection, untuk meyakinkan bahwa tidak ada unsafe act maupun
unsafe condition di lingkungan kegiatan proyek. Inspeksi dilakukan secara
berkala dan dilakukan oleh petugas K3.
5. Weekly meeting, kegiatan meeting yang dilakukan setiap minggu untuk
mendiskusikan masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja atau K3
di wilayah kerya proyek.
6. Safety Patrol, dilakukan dua kali seminggu diikuti oleh seluruh
management dan SHE.
7. General housekeeping, semua pekerja melaksanakan tata letak yang
dilakukan ditempat kerja yang mencakup peralatan, dokumen, bangunan
dan ruangan untuk membuat tempat kerja menjadi bersih, rapih, aman dan
nyaman sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dan mengurangi
bahaya.
Adapun peraturan-peraturan yang harus diterapi bila memasuki area kerja
adalah :
Tabel 4.2
Peraturan Lingkungan Proyek
No. Peraturan yang Deskripsi Evaluasi
wajib dilaksanakan
1. Safety Induction Dilaksanakan untuk pekerja Pekerja baru, kontraktor
baru, kontraktor baru ataupun baru ataupun para tamu
para tamu yang baru pertama mengetahui keadaan
kali datang di lokasi proyek proyek dan mengerti
Pembangunan Gerbang Tol pentingnya k3 di area
Bogor Paket GTBG-01 KM proyek.
42+500. Untuk memberikan
pemahaman tentang kondisi di
dalam proyek dan pentingnya
K3
31

No. Peraturan yang Deskripsi Evaluasi


wajib dilaksanakan
2. Pemakaian ID card Diwajibkan menggunakan id Dilakukan pengecekan
bagi pekerja, staff card sebagai tanda pengenal pada semua pekerja yang
dan visitor setiap masuk ke proyek akan memasuki area
proyek dan kantor yang
dilakukan security dan
bila tidak memiliki tanda
pengenal maka pekerja
dilarang masuk dengan
alasan apapun
3. Pemakaian APD Semua orang yang masuk ke semua pekerja memakai
dalam proyek baik pekerja, staf, APD ketika hendak
ataupun owner diwajibkan memasuki area proyek.
menggunakan APD. Minimal
helm, rompi dan sepatu safety.
Untuk APD lainnya disesuaikan
dengan jenis pekerjaan.
4. Safety Morning Dilaksanakan pada pagi hari Kegiatan ini dilaksanakan
Talk,Toolbox yang dipimpin oleh petugas secara teratur dan di ikuti
Meeting, pada pagi pengawas k3, dengan tujuan seluruh pekerja dinilai
hari setiap hari kerja. untuk memberitahu area-area dari absensi kehadiran.
yang beresiko dan sebagai salah
satu informasi untuk mengurangi
kecelakaan kerja

5. Menjaga kebersihan Semua pekerja wajib menjaga Dilakukan safety patrol


di area kerja kebersihan jalur area kerja dan inspeksi K3 oleh tim
untuk menghindari terdapat SHE agar jalur area kerja
material yang diletakan tidak tetap aman dan bersih.
pada tempatnya sehingga
berpotensi bahaya bagi orang
lain. Motto 5R.
Sumber: Database Unit SHE, 2018

4.3 Gambaran Input Penerapan Inspeksi Alat Berat Berdasarkan Input

1. Sumber Daya Manusia


Dalam melaksanakan inspeksi alat berat melibatkan sumber daya
manusia di Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM
42+500 berjumlah 4 orang yaitu unit SHE dan dibantu 1 Operator alat berat.
32

Berikut ini adalah tabel jumlah pekerja berdasarkan tugas dan tanggung
jawab:

Tabel 4.3
SDM Inspeksi Alat Berat
Jabatan Pendidikan Kualifikasi Jumlah
SHE Supervisor S1 AK3 Umum 1
QHSE
SHE Admin S1 AK3 Umum 1
QHSE
Safety Officer SMA AK3 Umum 2
Operator Alat SMA Memiliki SIO 1
Berat Disnakertrans
Sumber: Database unit SHE, 2018

Berdasarkan pelaksanaan tugas dan tangung jawab unit SHE Proyek


Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500 dalam
melaksanakan inspeksi alat berat sebagai berikut:
a. Melaksanakan inspeksi alat berat sesuai jadwal yang telah ditentukan
b. Memastikan dengan baik semua aspek K3 & 5R
d. Memastikan berjalannya program Pemeriksaan dan Pemeliharaan
Harian (P2H).
e. Mencatat dan melakukan evaluasi terhadap temuan di lokasi proyek
terhadap inspeksi alat-alat berat.
f. Membuat laporan inspeksi secara rutin.

2. Standar Operasional Prosedur


Dalam melaksanan inspeksi alat berat dibutuhkan Standar
Operasional Prosedur (SOP) sebagai acuan atau arahan kepada
inspektor dalam melakukan inspeksi alat berat. Namun dalam
melaksanakan inspeksi alat berat di PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500
tidak ada standar operasional prosedur (SOP) khusus yang ditetapkan
pada kegiatan inspeksi alat berat, tetapi dalam melaksanakan inspeksi
33

alat berat di Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01


KM 42+500 mengacu pada dokumen pendukung untuk melakukan
inspeksi alat berat yaitu Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012
Elemen / Kriteria 7.1 dan OHSAS 18001 : 2007
Klausul 4.3.1.
PP No.50 Tahun 2012 / Kriteria 7.1
7.1 Pemeriksaan Bahaya
7.1.1 Pemeriksaan/inspeksi terhadap tempat kerja dan cara
kerja dilaksanakan secara teratur
7.1.2 Pemeriksaan/inspeksi dilaksanakan oleh petugas yang
kompeten dan berwenang yang telah memperoleh
pelatihan mengenai identifikasi bahaya
7.1.3 Pemeriksaan/inspeksi mencari masukan dari tenaga
kerja yang melakukan tugas di tempat periksa
7.1.4 Daftar periksa (checklist) tempat kerja telah disusun
untuk digunakan pada saat pemeriksaan/inspeksi
7.1.5 Laporan pemeriksaan/inspeksi berisi rekomendasi untuk
tindakan perbaikan dan diajukan kepada pengurus dan
P2K3 sesuai kebutuhan
7.1.6 Pengusaha atau pengurus telah menetapkan
penanggungjawab untuk pelaksanaan tindakan
perbaikan dari hasil laporan pemeriksaan/inspeksi
7.1.7 Tindakan perbaikan dari hasil laporan
pemeriksaan/inspeksi dipantau untuk menentukan
efektifitasnya

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Proyek Pembangunan Gerbang Tol


Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500 dalam melakukan inspeksi sudah
menjalani dokumen tersebut sebagai menjadi acuan dalam melaksanan
inspeksi alat berat, dan telah disosialisasikan dan dilaksanakan dengan
baik sesuai peraturan dokumen pendukung.
34

3. Sarana dan Prasarana


Dalam pelaksanaannya untuk kegiatan inspeksi alat kerja, fasilitas
yang disediakan dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Proyek
Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500 antara
lain :
a. Kamera, digunakan untuk membuat dokumentasi terhadap hasil
inspeksi saat inspeksi berlangsung. Kamera yang digunakan adalah
kamera digital ataupun kamera dari telepon selular, . Kamera yang
dibutuhkan hanya satu kamera saja, memnggunakan kamera agar
memudahkan untuk membuat laporan dokumentasi hasil kegiatan
inspeksi
b. Lembar cheklist untuk memudahkan dalam melakukan kegiatan
inspeks, agar terencana dan terstruktur sistematis sehingga tidak ada
yang terlewatkan. Jumlah lembar checklist/form disesuaikan dengan
jumlah alat berat yang ada di proyek dan jumlah alat berat yang akan
diinspeksi.
c. Alat tulis dan papan jalan, alat tulis digunakan untuk mencatat
cheklist hasil inspeksi yang dilakukan sebagai record, papan jalan
untuk memudahkan dalam mengisi lembar ceklist yang ada. Jumlah
alat tulis sudah disesusaikan dengan kebutuhan dalam melakukan
inspeksi alat berat yaitu satu papan jalan, satu alat tulis.
d. Transportasi, untuk melakukan kegiatan inspeksi dibutuhkan sebuah
transportasi guna untuk mempercepat kegiatan inspeksi dalam
mencari keberadaan alat berat di wilayah pekerjaan proyek yang
setiap daerah berbeda-beda. Biasanya ketika inspeksi alat berat
seorang SHE menggunakan sepeda motor untuk berkeliling mencari
temuan inspeksi alat berat.

Dari keseluruhan sarana dan prasarana dalam inspeksi alat berat


telah tercukupi dengan baik dan kondisi baik, namun ditemukannya form
yang tidak sesuai dengan model/tipe dari jenis alat berat tersebut
sehingga dalam melakukan inspeksi tidak maksimal dalam mengambil
35

penilaian dan pemeriksaan, seharusnya lembar checklist diperbaharui


sebelum digunakan, seharusnya unit SHE memperhatikan form inspeksi
terhadap model jenis alat berat tersebut.

4.4. Gambaran Proses Penerapan Inspeksi Alat Berat


1. Perencanaan
Tahap perencanaan inspeksi alat berat di PT Wijaya Karya (Persero)
Tbk Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM
42+500 adapun dilakukan sebelum melakukan isnpeksi alat berat. Yang
direncanakan adalah waktu dan persiapan dalam pelaksanaan isnpeksi,
sehingga diharapkan nanti inspeksi dapat berjalan sesuai dengan prosedur
atau berjalan dengam baik
Seorang SHE berwenang dan bertanggung jawab dalam
perencanaan isnpeksi alat berat, SHE menyiapkan jadwal pelaksanaan
inspeksi alat berat yang telah ditentukan. Kemudian menentukan area atau
lokasi yang akan dilakukan inspeksi oleh SHE. Seorang SHE juga harus
menyiapkan peralatan dan alat yang dibutuhkan pada saat melaksanakan
inspeksi, seperti : form pemeriksaan, alat tulis dan papan jalan, kamera,
Alat Pelindung Diri (APD). Dalam menetapkan waktu perencanaan
biasanya seorang SHE melihat acuan hasil pada summary yang telah
dibuat pada bulan sebelumnya sehingga dari tersebut dapat menyimpulkan
waktu inspeksi, kegiatan inspeksi sudah harus direncanakan awal bulan.
Kemudian dalam perencanaan selanjutnya seorang SHE
menginformasikan perencanaan inspeksi yang akan dilakukan ke
seksi/departemen terkait yang akan di inspeksi. Dengan adanya informasi
tersebut, diharapkan pihak pelaksanan inspeksi dan seksi/departemen yang
akan diinspeksi akan menentukan waktu inspeksi yang akan dilaksanakan
untuk secara bersama melakukan pemeriksaan dan pengujian pada alat
berat tersebut.
2. Pelaksanaan
Ketika sudah membuat perencanaan melaksanakan inspeksi alat
berat, kemudian tahap selanjutnya adalah pelaksanaan inspeksi alat berat
36

dilakukan. Tahap pelaksanaan inspeksi alat berat pada PT Wijaya Karya


(Persero) Tbk Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01
KM 42+500 dilakukan oleh SHE atau Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang telah memiliki sertifikasi keahlian di bidang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Petugas SHE bertanggung jawab dalam melakukan
inspeksi alat berat.
SHE atau Safety Officer berwewenang untuk memberhentikan
pekerjaan sementara pada alat berat bila inspeksi alat berat akan dilakukan
ketika sudah mendapatkan izin dari pelaksana lapangan. Inpeksi alat berat
dilakukan satu kali dalam setiap bulan, namun ada inspeksi mendadak
yang biasanya dilakukan karena adanya permintaan dari departemen
tertentu dikarenakan adanya kondisi atau keadaan alat berat yang sudah
tidak layak di operasikan/digunakan dalam aktifitas tertentu.
Sebelum dimulainya inspeksi alat berat yang harus dilakukan
adalah terlebih dahulu berkoordinasi sebelumnya dengan para pelaksana
di lapangan pada area yang ingin dilakukan inpeksi alat berat sehingga
dapat diizinkan dan tidak menggangu kegiatan atau aktivitas proyek.
Pelaksanaan inspeksi alat berat waktu yang tepat adalah sebelum pekerjaan
dimulai yaitu pagi hari dan ketika pekerjaan sudah selesai yaitu sore hari,
kemudian seorang SHE meminta ketersedian waktu operator alat berat
untuk diinspeksi dan diwawancarai mengenai unit-unit alat berat, sehingga
Safety Officer atau SHE dapat mengecek unit-unit dengan mudah dengan
dibantu oleh operator alat berat
Selanjutnya alat berat dilakukan pemeriksaan secara visual dengan
menggunakan lembar checklist/form inspeksi yang sesuai dengan jenis alat
berat. Form inspeksi alat berat disesuiakan dengan jenis alat berat, dalam
isinya terdapat beberapa point penilaiaan dan pemeriksaan secara visual
sebagai berikut:
a. bagian atas form terdapat bagian tanggal pelaksanaan, dan lokasi
inspeksi, serta periode inspeksi
b. bagian ini berisikan keterangan unit data alat berat seperti; merk, tahun
cipta.
37

c. bagian kerangka pengecekan visual/fisik pada unit-unit alat berat dan


pencatatan temuan dan rekomendasi serta tanda tangan inspektor, seksi
terkait dan approved (orang yang di inspeksi).
Kemudian hal yang diperhatikan pada inspeksi alat berat adalah
keadaan dan kondisi masing-masing komponen alat berat tersebut baik
atau tidak. misalnya pada pemeriksaan crane maka akan diperiksa keadaan
umum dan kelengkapan legal dokumen, sistem hydraulic, keadaan kabin,
boom ling dan hoist, dan safety device. Pada setiap alat berat dilihat
kondisi mesin dan diinspeksi berdasarkan prinsip 5R dan memastikan
tidak ada kebocoran oli pada mesin. Pada masing-masing alat berat
terlebih dulu dipastikan terdapat sticker yang berisikan nomor
kelengkapan legal dokumen yang dimiliki yaitu nomor SIA (Surat Ijin
Alat), SIO (Surat Ijin Operator) yang tertera pada body alat berat,
Selanjutnya tahap terakhir pada tahap pelaksanaan inspeksi alat
berat adalah dokumentasi atau mengambil gambar, semua komponen
difoto untuk kelengkapan dokumentasi yang nantinya akan dilampirkan
pada laporan inspeksi. Pada tahapan pelaksanaan ini, temuan yang paling
sering ditemui adalah SILO/SIO yang sudah melewati batas waktu
berlaku dan hilang. Saat ditanyakan kepada operator alasan tidak
memperbaharui SILO/SIO adalah sedang dalam proses kepengurusan
Berikut merupakan dokumentasi kegiatan penulis saat melakukan
inspeksi alat berat di PT Wijaya Karya (Persero) Tbk p Proyek
Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500 :
38

(Gambar 4.8 : Kegiatan Inpeksi)


Ketika melakukan inspeksi alat berat terlebih dahulu operator
diwawancari oleh petugas Safety yang berkaitan dengan identitas operator
alat berat dan kelengkapan SIO.

(Gambar 4.9: Pemeriksaan Visual)


Safety Officer melakukan pemeriksaan visual terhadap unit-unit
pada alat berat, pemeriksaan visual ini untuk mengetahui keadaan alat
berat dan kelengkapan alat berat, sehingga pada saat pemeriksaan visual
Safety officer dapat melakukan penilaian pada alat berat, dan jika
menemukan temuan-temuan pada alat berat yang akan diisi pada daftar
checklist/form inspeksi alat berat.
Secara kesimpulan pelaksanaan inspeksi alat berat sudah berjalan baik
dan sesuai dengan prosedur.Namun ketika melakukan inspeksi, tidak
diberikan inspection card pada alat berat.
39

3. Pengembangan Upaya Perbaikan


Setelah melakukan inspeksi alat berat maka tahap selanjutnya
adalah tahap upaya perbaikan dari temuan kondisi alat berat yang tidak
sesuai dengan standar. Pada saat inspeksi dilakukan, dan jika ada temuan
dari hasil inspeksi, maka SHE akan membuat suatu rekomendasi untuk
perbaikan/penyegelan alat berat. Ketika ditemukan alat berat yang tidak
berfungsi atau rusak, seorang SHE akan membuat laporan kepada
departemen terkait mengenai alat berat yang rusak tersebut yaitu
melaporkan kepada pelaksana lapangan, kemudian SHE juga dapat
memanggil petugas mekanik, biasanya jasa penyedia alat berat
mempunyai mekanik khusus dalam memperbaiki alat berat. Selanjutnya
SHE akan memonitor perbaikan dari hasil temuan tersebut yaitu kerusakan
pada alat berat.
Adapun dalam melakukan perbaikan alat berat yang dilakukan oleh
mekanik, tergantung seberapa parah kerusakannya, jika kerusakannya
hanya ringan paling tidak waktu yang diberikan sekitar 1 minggu , tetapi
jika kerusakannya sangat besar maka memerlukan waktu 2 minggu.
Contoh kasus kerusakan pada excavator di lokasi 0+STA 900 pada bulan
oktober dilakukan inspeksi oleh penulis ditemani oleh Safety Officer di
lapangan. Inspeksi ini menemukan excavator yang tidak berfungsi, dimana
ternyata kerusakan berasal pada bagian Track, namun saat itu belum
diperbaiki oleh mekanik alat berat tetapi alat berat yang rusak tersebut
sudah diketahui oleh pelaksanan lapangan, dan alat berat yang rusak
tersebut sudah dipindahkan ke wilayah yang tidak menggangu aktivitas
para pekerja proyek disana. Namun ketika penulis melakukan inspeksi
kembali excavator tersebut sudah diperbaiki dan dapat digunakan kembali.
Dalam mengerjakan proses perbaikan pada alat berat sudah tanggung
jawab seorang mekanik, namun seorang SHE juga terlibat yaitu meminta
perjanjian waktu perbaikan alat berat yang akan diselesaikan.
Secara kesimpulan upaya perbaikan yang dilakukan PT Wijaya
Karya (Persero) Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-
40

01 KM 42+500 sudah berjalan dengan baik, alat berat yang rusak langsung
diberikan tindakan perbaikan langsung, agar tidak menimbulkan risiko dan
bahaya yang akan ditimbulkan dari kerusakan pada alat berat.
4. Tindakan Korektif
Setelah dilakukan upaya perbaikan, tahap selanjutnya yaitu tahap
tindakan korektif ini adalah tindakan megevaluasi atau memonitor
kegiatan perbaikan yang dilakukan saat alat berat mengalami masalah
kerusakan. Seorang SHE akan melihat kembali apakah alat berat sudah
diperbaiki sesuai waktu yang telah ditetapkan bersama dengan mekanik,
bila pengerjaan perbaikan tidak selesai dalam kurun waktu yang telah
disepakati oleh mekanik penyedia jasa alat berat, maka pihak SHE akan
membuat pelaporan. Selanjutnya jika kerusakan tidak diperbaiki maka
SHE akan membuat pelaporan dan kemudian dibahas dalam rapat dan
diberikan kepada pihak quality assurance untuk dilakukan tindakan
pengembalian pada pihak penyewa dan akan dilakukan penyewaan alat
berat yang baru.

5. Penyusunan Laporan Inspeksi


Setelah dilakukan inspeksi terhadap alat berat lalu kemudian
dilampirkan bukti hasil inspeksi alat berat berupa lembar checklist dan
disertai foto, kemudian dilakukan penyusunan laporan yang dibuat oleh
SHE. Laporan inspeksi berbeda dengan laporan perbaikan atau pelaporan
korektif, dalam laporan inspeksi hanya menyertakan dari perencanaan dan
pelaksanaan, sedangkan laporan perbaikan biasanya dari mekanik melalui
daily service book. Pihak SHE hanya menerima hasil daily service book
tersebut.
Seorang SHE bertanggung jawab dalam membuat laporan hasil
inspeksi periode bulanan, yaitu dengan melakukan pengumpulan checklist
yang telah diisi dengan menyertakan dokumen SIA (Surat ijin alat), SIO
(surat ijin operator), dan foto/gambar pada tiap-tiap bagian komponen alat
pada masing-masing lembar checklist yang sesuai jenis alatnya. Kemudian
mencatat dan membuat laporan (Inspection Report) dimana laporan
41

tersebut dimasukkan kedalam laporan. Data yang dimasukkan dalam


laporan berupa Form Inspeksi, lembar dokumen kepengurusan SIO yang
masih dalam proses pembuatan.
Hasil laporan inspeksi selanjutnya didistribusikan ke masing-masing
seksi/departemen terkait untuk dijadikan bahan data dalam tindak lanjut.
Seluruh data-data yang terkait dengan pelaksanaan inspeksi alat berat
didokumentasikan secara rapi dan berurutan berdasarkan tanggal, bulan
dan tahun pelaksanaan inspeksi.

(Gambar 4.10: Laporan Inspeksi)


Gambar diatas merupakan salah satu bagian laporan inspeksi alat berat,
adapun mengenai penjelasan isi table laporan inspeksi sebagai berikut:
a. Kode merupakan kode alat berat yang diberikan oleh proyek sebagai
identitas alat berat.
b. No Seri merupakan nomor seri alat berat tersebut.
c. Jenis Alat merupakan nama jenis alat berat tersebut.
d. Kapasitas merupakan kapasitas alat berat tersebut
e. Nama Perusahaan yaitu kepemilikan alat berat tersebut.
f. SIA merupakan Surat Izin Alat terdapat nomor SIA, dan kedaluwarsa SIA.
42

g. SIO, merupakan Surat Izin Operator yang setiap operator alat berat wajib
memiliki SIO, hal yang diperhatikan yaitu nomor SIO dan kedaluwarsa SIO.
h. Hasil Inspeksi, merupakan sebuah penilaian terhadap pemeriksaan alat berat, jika
“Pass” berarti alat tersebut layak, dan jika “Not Pass” berarti alat tersebut tidak
layak dikarenakan dokumen SIO & SIA tidak lengkap,
i. Keterangan, Section, dan Lokasi inspeksi
j. Keterangan foto kegiatan dan hasil temuan.

4.5 Gambaran Output Penerapan Inspeksi Alat Berat


Adapun Output dari inspeksi alat berat yaitu terlaksananya kegiatan
inspeksi dengan baik dan lancar, dan diharapkan dapat mencegah terjadinya
kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh alat berat dan kelalaian operator.
Adapun indikator dikatakan terlaksana dengan baik dan lancar yaitu waktu
kegiatan inspeksi dimulai pada tanggal 1 atau tanggal awal bulan, dan sampai
waktu kegiatan inspeksi selesai dengan tepat waktu yaitu 1-2 hari sudah selesai,
kemudian tersedianya lembar pemeriksaan atau form checklist harus sesuai
dengan jenis dan spesifikasi alat berat, dan kemudian laporan inspeksi alat
berat selalu dilaporkan dan dibuat setiap bulannya.
Hasil observasi di lapangan dari segi waktu pelaksanaan inspeksi alat
berat tidak mengalami hambatan, semuanya berjalan dengan waktu yang telah
direncanakan sebelum inspeksi dimulai dan waktu selesai kegiatan inspeksi
telah tepat waktu, namun pada saat proses kegiatan inspeksi berlangsung ada
kekurangan yaitu adanya ditemukan lembar form checklist yang tidak sesuai
dengan jenis dan spesifikasi alat berat, maka dapat mengakibatkan kesulitan
untuk menyamakan informasi alat berat dengan daftar isi lembar form
checklist, sehingga menyebabkan hasil inspeksi alat berat kurang maksimal
untuk memperoleh informasi alat berat berdasarkan lembar form checklist.
Tetapi hal tersebut hanya sedikit ditemukan lembar form checklist yang tidak
sesua, kemudian pada pembuatan laporan inspeksi sudah sesuai dan tepat
waktu,
Namun secara kesimpulan yang didapatkan bahwa hasil output inspeksi
alat berat di PT Wijaya Karya Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket
43

GTBG-01 KM 42+500 adalah sudah tercapai dan terlaksananya inspeksi alat


berat dengan baik, hal ini telah dibuktikan dengan waktu pelaksanaan inspeksi
yang tepat waktu, meskipun untuk lembar pemeriksaan atau form checklist
perlu diperbaiki dan diperbaharui, kemudian pembuatan laporan inspeksi juga
tepat waktu.
BAB V
PEMBAHASAN

Pada bab pembahasan hal ini penulis membahas mengenai hasil


pengamatan pada saat melakukan kegiatan magang di PT Wijaya Karya (Persero)
Tbk Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500
dengan topik inspeksi alat berat. Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama 22
hari oleh penulis yang telah dilakukan di PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Proyek
Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500 telah melakukan
kegiatan inspeksi dengan efektif namun tidak berdasarkan dengan standar yang baik
karena terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan standar yang ada.

5.1 Gambaran Input Penerapan Inspeksi Alat Berat


1. Sumber Daya Manusia
Unit SHE PT Wijaya Karya (Persero) Proyek Pembangunan Gerbang
Tol Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500 dalam melakukan inspeksi alat
berat memiliki sumber daya manusia yang jumlahnya sudah terpenuhi,
yaitu berjumlah 4 orang; 2 orang SHE dan 2 orang Safety Officer di
lapangan, dan sudah kompeten dibidangnya, yaitu kompeten yang dimaksud
telah dibuktikan dengan adanya kualifikasi pendidikan, telah mengikuti
pelatihan Ahli K3 Umum atau SKP Ahli K3 Umum, dan mengetahui
prosedur inspeksi K3.
Hal ini sudah sesuai dengan teori Tarwaka (2008) bahwa Inspeksi
yang dilakukan oleh orang yang berkepentingan seperti supervisor dan
manager lini dan juga mempunyai spesialisasi dibidangnya seperti safety
advisor dan teknisi atau ahli yang terbaik. Kemudian teori menurut
Moeheriono (2010) bahwa kompetensi pengetahuan dan keterampilan
didapatkan melalui adanya pendidikan, dan pelatihan bagi pegawai.
Kemudian juga sudah sesuai dengan kebijakan dalam binawanaker No. 24
Tahun 2006 yang menyebutkan bahwa kualfikasi harus mempunyai
pendidikan minimal D3 umum dan pernah mengikuti pelatihan Ahli K3
Umum.

43
45

2. Standar Operasional Prosedur


PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Proyek Pembangunan Gerbang Tol
Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500 tidak memiliki standar operasional
prosedur khusus dalam melakukan kegiatan inspeksi alat berat. Dalam hal
ini memang tidak ada teori dan kebijakan yang menyatakan harus ada SOP
khusus dalam melakukan inspeksi, tetapi setiap usaha dan kegiatan
membutuhkan SOP secara keseluruhan sebagai standar acuan dalam
melakukan suatu kegiatan dan pekerjaan, hal ini dikemukakan oleh teori
menurut Moekijat (2008) bahwa adanya standar operasional prosedur
sebagai urutan langkah-langkah (atau pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan),
dimana pekerjaan tersebut dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana
melakukkannya, dimana melakukannya, dan siapa melakukkannya.
Dalam kebijakan Permenpan No. 21 tahun 2008 pada poin (2) bahwa
standar operasional prosedur membantu staf menjadi lebih mandiri dan
tidak tergantung pada intervensi manajemen, dan poin (4) perlunya SOP
dapat menciptakan ukuran standar kinerja, membantu mengevaluasi usaha
yang telah dilakukan.

3. Sarana dan Prasarana


Bahwa secara sarana dan prasarana pada PT Wijaya Karya (Persero)
Tbk Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500
dalam melaksanakan inspeksi alat berat, sarana dan prasarana yang
digunakan jumlahnya sudah cukup dan kondisinya sudah baik yakni, jumlah
lembar pemeriksaan atau form inspeksi sudah cukup, jumlah alat tulis sudah
tercukupi dengan kondisi baik. Semua sarana dan prasarana membantu
dalam melaksanakan kegiatan inspeksi alat berat
Secara umum hal ini sudah sesuai dengan teori Departemen
Pendidikan Nasional (2014) menyatakan bahwa sarana prasarana adalah
segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau
tujuan dalam kegiatan tertentu. PT Wijaya Karya (Persero) Proyek
Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500 dalam
46

menggunakan sarana dan prasarana sudah sesuai sesuai dengan fungsinya,


dan sangat membantu dalam kegiatan inspeksi alat berat.
Kemudian juga secara umum sudah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Pedoman Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam point C Pelaksanaan
rencana K3 bahwa “Setiap perusahaan wajib menyediakan sarana dan
prasarana yang memadai”

5.2. Gambaran Proses Penerapan Inspeksi Alat Berat


1. Perencanaan
Dalam hasil observasi tahap perencanaan saat melakukan inspeksi
alat berat sudah berjalan dengan baik dan terlaksana dengan efektif yaitu
SHE menyusun rencana inspeksi dalam suatu jadwal untuk melakukan
kegiatan pelaksanaan inspeksi sudah tepat, berkoordinasi dengan
departemen terkait dan menyiapkan alat sarana dan prasarana dalam
melakukan inspeksi juga sudah tepat. Hal ini sudah sesuai dengan teori
Tarwaka (2008) “bahwa pelaksanaan inspeksi harus direncanakan dan
dibicarakan secara bersama-sama antara pihak manajemen dengan
departemen terkait”.
Hal ini juga sudah sesuai kebijakan PP 50 tentang Sistem
Manajemen K3 pasal 10 ayat 2 “dalam melaksanakan rencana K3 didukung
oleh sumber daya manusia di bidang K3, prasarana dan sarana. Secara
keseluruhan dalam perencanaan inspeksi alat berat di PT Wijaya Karya
(Persero) Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM
42+500 tidak ditemukan suatu masalah dan tidak ada kendala teknis dalam
inspeksi alat berat, semuanya telah berjalan dengan baik..

2. Pelaksanaan
Dalam hasil observasi pada tahapan pelaksanaan inspeksi alat berat
di PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Proyek Pembangunan Gerbang Tol
Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500 telah dilakukan dengan baik dan sudah
teratur yakni Petugas SHE melakukan pemeriksaan dan pengujian,
47

kemudian mencatat hasil temuan tentang ketidaksesuaian alat berat. Hal ini
sudah sesuai dengan teori Nurhakim (2012) bahwa “tahap pelaksanaan
inspeksi yaitu catat temuan tentang ketidaksesuaian tindakan dan kondisi
terhadap standar kemudian periksa pedoman identfikasi bahaya”. Hal ini
juga sudah sesuai dengan kebijakan pemerintah yaitu Peraturan Nomor 50
Tahun 2012 lampiran II elemen 7 mengenai Standar Pemantauan Kriteria
7.1.1. yang berbunyi : “pemeriksaan/inspeksi terhadap tempat kerja dan
cara kerja dilaksanakan secara teratur.
Kemudian dalam melaksanakan inspeksi alat berat tentu harus
megambil dokumentasi atas temuan-temuan yang ada, dalam dokumentasi
yang dimaksud adalah mengambil gambar berupa foto yang akan
dimasukkan dalam laporan inspeksi. Hal ini sudah sesuai dengan teori
menurut Tarwaka (2008) yaitu masalah-masalah yang ditemukan di tempat
kerja dapat di dokumentasikan sesuai prosedur dan dibuat laporan secara
sederhana.
Hal ini juga sudah sesuai dengan kebijakan dalam PP 50 Tahun 2012
pasal 13 ayat (3) berbunyi“Pendokumentasian sebagaimana dimaksud
dalam pasal 12 ayat (1) huruf (f) paling sedikit dilakukan ketika indikator
kinerja K3; Izin kerja; Hasil identifikasi, penilaian dan pengendalian risk;
Kegiatan pelatihan K3; Kegiatan inspeksi; Kalibrasi dan pemeliharaan alat,
dll”
Namun berdasarkan hasil observasi ada kekurangan dalam
melaksanakan inspeksi alat berat yaitu ketika selesai dilakukan pemeriksaan
pada alat berat tidak diberikan tanda hasil inspeksi alat berat yang
menandakan bahwa alat berat tersebut baik layak, cukup layak, dan tidak
layak, seharusnya perlu diberikan inpection card atau keterangan khusus
seperti diberikan tag hijau yang menyatakan bahwa alat berat layak operasi
dan tag merah menyatakan bahwa alat berat tersebut tidak layak operasi atau
alat berat rusak dan alat berat tidak bisa digunakan. Karena manfaat
inpection card dapat menandai bahwa alat berat tersebut pernah dan sudah
diperiksa dan diuji, kemudian diberikan keterangan layak (tag hijau) atau
tidak layak (tag merah) manfaatnya adalah bahwa alat berat yang tekah
48

diberikan keterengan baik layak dapat dijalankan sesuai jenis fungsinya, dan
jika alat berat yang tidak layak operasi maka tidak boleh digunakan dan
langsung diberikan tindakan perbaikan.

3. Pengembangan Upaya Perbaikan


Tahap pengembangan upaya perbaikan yang dilakukan di lapangan
telah berjalan dengan baik sudah sesuai prosedur yakni tindakan perbaikan
langsung diterapkan sehingga dapat meminimalisir resiko dan mencegah
bahaya yang timbulkan dan selain itu juga terdapat upaya perbaikan ringan
seperti membersihkan alat yang kotor, contoh mengganti bahan bakar,
mengganti oli mesin dll dan perbaikan berat seperti kerusakan pada unit alat
berat langsung dikerjakan. Dalam upaya perbaikan yang dilakukan PT
Wijaya Karya (Persero) Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket
GTBG-01 KM 42+500 sudah sesuai dengan teori menurut Tarwaka (2008)
menjelaskan “Tidaklah cukup hanya dengan menemukan tindakan dan
kondisi yang tidak sesuai dengan standar atau prosedur, namun perlu
melakukan sesuatu untuk mencegah kerugian nyata, pada saat inspeksi
dapat langsung melakukan tindakan seperti : membersihkan bahan yang
berpotensi membahayakan pekerja, memasang pengaman mesin yang
dilepas, memindahkan barang yang tidak dipakai atau sampah, dan hal
lainnya.”
Hal ini juga sudah sesuai dengan kebijakan PP 50 tahun 2012 tentang
Sistem Manajamen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam lampiran I
bagian D poin (d) yaitu “Tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada
saat ditemukan ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3 dari hasil
pemeriksaan, pengujian dan pengukuran”.
Secara keseluruhan dalam tindakan perbaikan tidak ditemukannya
masalah dilapangan semuanya telah berjalan dengan baik, sesuai waktu dan
tidak ada hambatan dalam mengerjakan perbaikan.
49

4. Tindakan Korektif
Pada tahap tindakan korektif ini dimana HSE atau Safety Officer di
PT Wijaya Karya sudah berjalan baik dan efektif yakni petugas HSE
langsung melakukan pengecekan kembali temuan-temuan pada saat
pemeriksaan dan pengujian. Hal ini sudah sesuai dengan teori menurut
Tarwaka (2008) menyatakan “maka setiap apa yang direkomendasikan
perlu ditindaklanjuti secara konkrit, orang yang bertanggungjawab dalam
inspeksi juga ikut dalam menindaklanjuti dari apa yang telah
direncanakan”.
Secara keseluruhan tindakan korektif tidak ditemukan suatu masalah
dan tidak ada kendala sama sekali, semua kegiatan perbaikan yang telah
dilakukan sebelumnya sudah dilaksanakan, sehingga tidak ada kendala
yang ditimbulkan.

5. Laporan Inspeksi
Dalam tahap pembuatan laporan inspeksi alat berat sudah berjalan
dengan baik dan laporan inspeksi alat berat telah memuat hasil kegiatan
inspeksi alat berat sudah lengkap, dari tahap langkah pembuatan laporan
inspeksi alat berat sudah sesuai yakni terdapat periode inspeksi, tanggal
inspeksi, lokasi, temuan masalah, dokumentasi, dan rekomendasi
perbaikan dan tujuan untuk siapa laporannya. Hal ini sudah sesuai dengan
teori menurut Nurhakim (2012) bahwa laporan harus menyebutkan nama
departemen dan area diinspeksi, nama serta jabatan yang mengadakan
inspeksi, tanggal inspeksi dibuat dan nama untuk siapa laporan dibuat.
Kemudian laporan inspeksi alat berat akan dijadikan bahan informasi
ketika melakukan inspeksi alat berat selanjutnya. Hal ini sudah sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh (Tarwaka) 2008 yaitu: Laporan
inspeksi merupakan suatu bagian penting dari suatu sistem manajemen
inspeksi. Laporan adalah suatu alat dan sasaran yang dapat digunakan
sebagai bahan informasi dan komunikasi efekti.
Hal ini juga sudah sesuai dengan kebijakan Peraturan Pemerintah
No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen K3, elemen
50

8.3.3 tentang Pelaporan dan Perbaikan Kekurangan yang berbunyi:


“Laporan pemeriksaan dan pengkajian berisi tentang sebab dan akibat
serta rekomendasi/saran dan jadwal waktu pelaksanaan usaha perbaikan”.
Dalam proses pembuatan laporan inspeksi, selama ini tidak ditemukan
suatu masalah atau kendala dalam pembuatan laporan inspeksi, secara
keseluruhan pembuatan laporan inspeksi sudah berjalan lancar.

5.3. Gambaran Output Inspeksi Alat Berat.


Pada hasil output yang didapat dari input dan proses pelaksanaan
inspeksi alat berat di PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Proyek Pembangunan
Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500 secara keseluruhan
terlaksana dengan baik dan sudah tercapai, hasil tersebut didapat dari segi
waktu pelaksanaan inspeksi sudah tepat, sudah tersedianya lembar
pemeriksaan form checklist alat berat serta adanya laporan inspeksi alat berat
yang dilaporkan dan dibuat setiap bulannya.
Hal ini sudah sesuai dengan teori menurut Nurhakim (2012), yang
menyatakan bahwa “terlaksananya inspeksi dengan baik melalui 4 (empat)
tahapan dari mulai tahap persiapan, pelaksanaan, penindaklanjutan, dan
pelaporan”. Pada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Proyek Pembangunan
Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-01 KM 42+500 telah menerapkan teori
tersebut dengan baik.
kemudian sudah sesuai dengan teori (Tarwaka, 2008) menyatakan
bahwa “Hasil akhir dari suatu kegiatan inspeksi alat berat yang telah
dilakukan dalam hal ini adalah terlaksananya inspeksi di tempat kerja.
sehingga menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang aman serta yang
bebas dari bahaya yang ditimbulkan oleh peralatan kerja, memelihara kualitas
peralatan kerja guna menghindari risiko di tempat kerja” Pada PT Wijaya
Karya (Persero) Tbk Proyek Pembangunan Gerbang Tol Bogor Paket GTBG-
01 KM 42+500 telah menerapkan teori tersebut dengan baik.
Adapun perlu adanya perhatian khusus untuk memperbaharui lembar
pemeriksaan atau from checklist dengan jenis dan spesifikasi alat berat yang
ada di lapangan, jika lembar pemeriksaan atau from checklist tidak sesuai
51

akan mempengaruhi kualitas hasil laporan inspeksi, untuk menyesuaikan


lembar pemeriksaan terlebih dahulu SHE mengetahui jenis atau tipe alat-alat
berat apa sajakah yang sedang beroperasi dilapangan yaitu dengan melakukan
koordinasi dengan departemen terkait hal ini adalah pelaksana lapangan.

Anda mungkin juga menyukai