Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pemerintah Republik Indonesia saat ini tengah memfokuskan pembangunan

infrastruktur guna menunjang pemerataan pembangunan yang menjadi kunci dalam

meningkatkan kesejahteraan perekonomian masyarakat di Indonesia. Pembangunan

yang dilakukan tidak hanya difokuskan pada tujuan akhir yaitu meningkatan

kesejahteraan perekonomian masyarakat di Indonesia. Namun program pembangunan

tersebut harus didukung oleh penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) agar

pelaksanaannya jangan sampai menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Penerapan budaya K3 sendiri juga merupakan bagian integral pembangunan nasional

untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing Indonesia.

Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman

merupakan hal yang diinginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat kerja

dan lingkungan organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi

sosial, mental dan fisik dalam kehidupan pekerja. Kesehatan suatu lingkungan tempat

kerja dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan pekerja, seperti

peningkatan moral pekerja, penurunan absensi dan peningkatan produktivitas.

Sebaliknya, tempat kerja yang kurang sehat dapat meningkatkan angka sakit akibat

kerja dan kecelakaan kerja, rendahnya kualitas kesehatan pekerja, meningkatnya

biaya kesehatan dan banyak lagi dampak negatif lainnya.

1
2

Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(Hukum Keselamatan Kerja) meletakkan prinsip dasar pelaksanaan keselamatan

kerja. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mencegah kecelakaan dan

ledakan, mengurangi kemungkinan kebakaran dan cara penanggulangan kebaran, dan

langkah-langkah lainnya yang diatur sehubungan dengan tempat kerja. Hukum juga

memiliki aturan tentang pintu darurat, pertolongan pertama pada kecelakaan,

perlindungan dari polusi seperti gas, suara dan lain-lain, perlindungan dari penyakit

karena pekerjaan, dan aturan mengenai perlengkapan keselamatan bagi

pekerja/buruh.

Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting

sebagai pelaku dan tujuan pembangunan dalam pelaksanaan pembangunan nasional.

Sesuai dengan peranan dan kedudukan tenaga kerja, diperlukan pembangunan

ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dan peran sertanya dalam

pembangunan serta peningkatan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai

dengan harkat dan martabat kemanusiaan.

Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak

dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa

diskriminasi. Kecelakaan kerja sebenarnya dapat dicegah, karena kecelakaan itu tidak

terjadi dengan sendirinya, terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian besar

disebabkan oleh faktor manusia dan sebagian kecil disebabkan oleh faktor teknis.

(PER.05/MEN/1996:1).
3

Seiring dengan pesatnya laju perkembangan pembangunan konstruksi di

Indonesia, maka peranan pengendalian resiko kecelakaan kerja dirasakan menjadi

semakin penting. SMK3 merupakan bagian yang tidak terpisah dari sistem

perlindungan tenaga kerja dan bagi pekerjaan jasa konstruksi dapat meminimalisasi

dan menghindarkan diri dari resiko kerugian moral maupun material, kehilangan jam

kerja, maupun keselamatan manusia dan lingkungan sekitarnya yang nantinya dapat

menunjang peningkatan kinerja yang efektif dan efisien dalam proses pembangunan.

Pencapaian tingkat pelaksanaan sistem manajemen K3 yang baik, disiplin

dan konsisten, diperlukan komitmen Top Management yang kuat, pendanaan yang

cukup, serta sistem dan prosedur yang standar. Komitmen ini kemudian dibuktikan

dengan penandatanganan bersama seluruh pembuat komitmen untuk

melaksanakannya dengan sungguh - sungguh. Komitmen manajemen tersebut

diharapkan dapat menciptakan zero accident. Dalam mensukseskan SMK3 pada

setiap proyek pekerjaan diperlukan 6 (enam) elemen kontruksi (Sumaryanto,

2002:52) yaitu: 1) Kebijakan K3; 2) Perencanaan; 3) Implementasi dan Operasi; 4)

Tindakan Pemeriksaan dan Perbaikan; 5) Kajian Manajemen; dan 6) Peningkatan

Berkesinambungan.

Penyebab utama kecelakaan secara umum berasal dari faktor manusia serta

faktor konstruksi, alat dan lingkungan. Sebagai contoh, beberapa sifat manusia seperti

emosional, kejenuhan, kecerobohan, kelengahan, terlalu percaya diri dan instruksi

kerja yang tidak jelas atau kurang dipahami oleh pekerja. Hal tersebut kurang

diperhatikan oleh para pelaku konstruksi yang dengan seringnya mengabaikan


4

penggunaan peralatan pelindung (personal fall arrest system) yang sebenarnya telah

diatur dalam pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) konstruksi.

Namun pada kenyataannya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) secara umum masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukan

dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja yang terjadi. Seperti halnya dalam

pelaksanaan pengaspalan yang dilakukan UPTD PUPR Kecamatan Conggeang

Kabupaten Sumedang. Tidak jarang dalam pelaksanaan tersebut pihak pemerintah

kurang memperhatikan faktor-faktor yang menjadi kecelakaan dalam kerja.

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam pengaspalan jalan

di Wilayah Conggeang Kabupaten Sumedang bukan hanya mengenai kecelakaan

kerja saja, namun dalam faktor fisiologi yak i dimulai dari konstruksi mesin hingga

cara kerja masih mengalami kekurangan.

Berdasarkan observasi awal di lapangan, peneliti melihat adanya indikasi

atau fenomena masalah yang berkaitan dengan implementasi sistem manajemen K3

pelaksanaan pengaspalan jalan di UPTD PUPR Kecamatan Conggeang Kabupaten

Sumedang dengan gejala indikasi masalah sebagai berikut:

1. Disampaikan oleh Kepala Sub Bagian pada UPTD PUPR Wilayah Kecamatan

Conggeang Kabupaten Sumedang bahwa kurangnya sosialisasi dari pihak kedua

yaitu kontraktor mengenai pentingnya manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) yang ditandai dengan masih banyak pekerja yang mengabaikan

pentingnya K3 dalam proses bekerja.


5

2. Belum adanya kepedulian dalam penerapan K3 pada proyek konstruksi, baik dari

pihak manajemen dan tenaga kerja (dalam proyek peangsapalan jalan). Hal

tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada UPTD

PURPR Wilayah Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang

3. Kurangnya kedisiplinan pekerja terhadap keselamatan kerja misalkan kedapatan

tidak memakai helm pada saat bekerja. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh

Kepala UPTD PUPR Wilayah Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN K3 PELAKSANAAN

PENGASPALAN JALAN DI UPTD PUPR WILAYAH KECAMATAN

CONGGEANG KABUPATEN SUMEDANG”.

1.2 Identifikasi Masalah

Jika diperhatikan lebih dalam, berdasarkan uraian latar belakang di atas

maka peneliti merumuskan fokus permasalahan pada UPTD PUPR Kecamatan

Conggeang Kabupaten Sumedang adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana Implementasi Sistem Manajemen K3 Pelaksanaan Pengaspalan Jalan

di UPTD PUPR Wilayah Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang?

2. Apa hambatan dalam Implementasi Sistem Manajemen K3 Pelaksanaan

Pengaspalan Jalan di UPTD PUPR Wilayah Kecamatan Conggeang Kabupaten

Sumedang?
6

3. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam

Implementasi Sistem Manajemen K3 Pelaksanaan Pengaspalan Jalan di UPTD

PUPR Wilayah Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian merupakan arah, sasaran, maksud atau hasil yang ingin

dicapai dalam penelitian. Adapun tujuan yang di harapkan dalam penelitian ini antara

lain sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui Implementasi Sistem Manajemen K3 Pelaksanaan

Pengaspalan Jalan di UPTD PUPR Wilayah Kecamatan Conggeang Kabupaten

Sumedang.

2. Untuk hambatan Implementasi Sistem Manajemen K3 Pelaksanaan Pengaspalan

Jalan di UPTD PUPR Wilayah Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang.

3. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi hambatan

Implementasi Sistem Manajemen K3 Pelaksanaan Pengaspalan Jalan di UPTD

PUPR Wilayah Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang.


7

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Kegunaan Teoritis

Untuk menambah wawasan kepustakaan ilmu administrasi negara, terutama

tentang Implementasi Sistem Manajemen K3 Pelaksanaan Pengaspalan Jalan di

UPTD PUPR Wilayah Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

pihak-pihak yang berkepentingan dalam memecahkan masalah berkenaan dengan

Implementasi Sistem Manajemen K3 Pelaksanaan Pengaspalan Jalan di UPTD

PUPR Wilayah Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang.

Anda mungkin juga menyukai