Anda di halaman 1dari 21

Analisis Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan Kontraktor

Pada Kontraktor Di PT Antam Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas


(UBPE) Pongkor Tahun 2014

Delisa Sri Winatri

Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Depok, 16424, Indonesia

E-mail: delisasriwinatri@gmail.com

Abstrak

Banyaknya industri yang memperkerjakan tenaga luar (outsourcing) atau kontraktor dalam aktifitas
kerjanya dan berisiko besar dalam kecelakaan sehingg diperlukan penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Kontraktor. PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor yang menggunakan tenaga kerja
kontraktor dalam melakukan sebagian besar proses kerjanya membuatnya harus menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan Kontraktor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi sistem
manajemen keselamatan kontraktor pada kontraktor di PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor. Sampel
penelitian merupakan salah satu kontraktor tambang UBPE Pongkor yaitu PT Karya Sakti Purnama
menggunakan studi evaluasi berdasarkan standar New South Wales Mines pada checklist Contractor OHS
Assessment Tools. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, telaah dokumen dan observasi
lapangan jika diperlukan oleh pihak UBPE Pongkor maupun PT KSP. Berdasarkan keseluruhan elemen
(5 elemen) dalam checklist PT KSP telah memenuhi kriteria 83% (total nilai 83/100 total) dari
keseluruhan sistem yang telah dijalankan pada Proyek kerja UBPE Pongkor. Nilai yang dicapai pada
masing-masing elemen, sistem Kebijakan K3 bernilai 17 dari 20 subtotal, sistem Perencanaan K3 bernilai
15 dari 20 subtotal, sistem Implementasi K3 19 dari 20 subotal, sistem Monitoring dan hasil 14 dari 20
subtotal, sistem Peningkatan berkelanjutan 18 dari 20 subtotal. Peneliti memberikan rekomendasi untuk
mempertahankan kriteria-kriteria yang telah terpenuhi dan memperbaiki beberapa kriteria yang belum
sesuai dan belum terpenuhi berdasarkan standar New South Wales pada Checklist Contractor OHS
Assessment Tools.

Kata Kunci : Sistem Manajemen Keselamatan Kontraktor, SMK3, Kontraktor.  

Analysis Implementation of Contractor Safety Management System at Contractor


in PT Antam (Persero) Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor
2014

Many of industries employ external source (outsourcing) or contractor in his activities have major risk of
accidents that required Implementation of Contractor Safety Management System. PT Antam (Persero)
Tbk. UBPE Pongkor use external labor/contractors in performing most of their work. That’s why,UBPE
Pongkor should implement Safety Management Systems Contractor. This study aims to analyze the
implementation of Safety management systems contractor at the contractor PT Antam (Persero) Tbk.
UBPE Pongkor. This study is an evaluation research in one of UBPE’s mining contractor PT Karya Sakti
Purnama using New South Wales Mines standard in Contractor OHS Assessment Tools checklist. Data
was collected through interviews, document review and field observations. Based on all the elements (5
elements) in the checklist PT KSP has complies 83% (83 from 100total) of the whole system that has
been run on Project work UBPE Pongkor. Compliance requirement in each element, Policies system is
worth to 17 from 20 subtotal, Planning system is worth to 15 from 20 subtotal, implementation system is
worth to 19 from 20 subtotal, monitoring and results system is worth to 14 from 20 subtotal, Continuous
Improvement system is worth to 18 from 20 subtotal. Researchers give some recommendations to sustain

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014


the criKriteria
yang belum terpenuhi yaitu PT KSP belum melakukan Kriteria yang
belum terpenuhi yaitu PT KSP belum melakukan teria (requirements) that have been met and
improve that haven’t based on the New South Wales Standards on OHS Contractor Checklist Assessment
Tools.

Keyword: Contractor Safety Management System, SMK3, Contractor.

Pendahuluan
Pertambangan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menggali
kekayaan Indonesia dan memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Operasi maupun eksplorasi di pertambangan pada umumnya terletak di daerah terpencil
di kawasan Indonesia dengan didukung oleh teknologi canggih yang terus berkembang
serta investasi yang sangat besar. Akan tetapi, hal ini juga sebanding dengan risiko
terhadap bahaya keselamatan dan kesehatan kerja yang dihadapi perusahaan maupun
pekerja. Oleh karena itu peran serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat
penting diterapkan dalam kehidupan bekerja. Keselamatan dan kesehatan kerja
mengandung nilai perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja.
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja merupakan masalah yang tidak pernah lepas
dalam proses kerja industri dan selalu menjadi tantangan terbesar dalam mengatasinya.
Menurut Frank Bird dalam proses terjadinya kecelakaan terkait empat unsur produksi
yaitu People, Equipment, Material dan Environment yang saling berinteraksi.  
Menurut International Labour Organization (ILO) dalam Ramli (2013), setiap tahun
terjadi sebanyak 337 juta kecelakaan kerja di berbagai negara yang mengakibatkan
sekitar 3 juta orang pekerja kehilangan nyawa (Ramli, 2013). Di Indonesia angka
kecelakaan kerja juga tinggi. Menurut data dari jamsostek, angka kecelakaan kerja
tahun 2011 lalu mencapai 99.491 kasus. Jumlah tersebut meningkat dibanding tahun-
tahun sebelumnya. Adapun angka kecelakaan yang terjadi di sektor pertambangan
Mineral dan Batu bara menurut Direktorat Jendral Mineral dan Batubara masih cukup
tinggi dalam tiga tahun terakir dimana tahun 2011 terdapat 217 kecelakaan; tahun 2012
terdapat 216 kasus kecelakaan. Sedangkan, pada tahun 2013 menurut data tahun 2013
pertanggal 6 Desember 2013 menunjukkan 194 kasus kecelakaan.
Melihat data kecelakaan diatas, permasalahan kecelakaan dalam K3 perlu segera
diatasi sehingga diperlukan suatu sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

2  
 
Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014
yang menyeluruh dan terintergrasi di tempat kerja. Pada tahun 1950an, berkembang
konsep Safety Management, yang dimotori oleh ahli keselamatan kerja seperti Dan
Petersen, Frank Bird, dan James Tye yang mengemukakan bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja harus dikelola dengan menerapkan konsep manajemen modern yang
disebut sebagai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Adapun hal lain yang penting untuk menjadi perhatian seperti, banyak perusahaan
yang menggunakan tenaga dari luar (out sourcing) untuk berbagai kegiatan dalam
perusahaan. Sehingga penggunaan tenaga luar baik outsourcing maupun penggunaan
kontraktor memiliki potensi besar untuk menyebabkan kecelakaan yang berpengaruh
terhadap kreadibilitas perusahaan. Karenanya, perusahaan wajib mengelola tenaga luar
maupun kontraktor agar pekerjaan berjalan dengan aman dan tidak membahayakan
operasi perusahaan, aset, pekerja termasuk kontraktor. Kemudian, berbagai peraturan
dan standar dikeluarkan oleh lembaga-lembaga international maupun pemerintah untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh
campur tangan tenaga luar maupun kontraktor. Salah satu nya ialah Sistem Manajemen
Keselamatan Kontraktor yang merupakan salah satu implementasi SMK3 di kontraktor.  
PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor merupakan perusahan yang bergerak
dalam industri pertambangan emas yang memiliki risiko tinggi dari segi finansial,
teknologi, maupun ketenagakerjaan. Selain itu, PT Antam (Persero) Tbk. UBPE
Pongkor juga menggunakan tenaga kerja kontraktor dalam melakukan proses kerjanya.
Dalam menjalankann aktifitas kerjanya, PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor
memperkerjakan kurang lebih 20 kontraktor dengan jumlah seluruh tenaga kerjanya
sebanyak 1359 pekerja dimana pekerja UBPE Pongkor pada April 2014 berjumlah 684
pekerja (Data Jumlah Pekerja PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor April 2014).
Hal ini menunjukkan bahwa pekerja kontraktor lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah pekerja tetap PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor sehingga potensi
kecelakaan lebih besar terjadi pada pekerja kontraktor.
Disamping itu, berdasarkan data kecelakaan kerja yang terjadi pada PT Antam
(Persero) Tbk. UBPE Pongkor, terdapat perbedaan jumlah yang signifikan antara
jumlah kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kontraktor lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah kecelakaan yang dilakukan oleh pekerja PT Antam (Persero) Tbk. UBPE

3  
 
Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014
Pongkor dimana kecelakaan yang disebabkan oleh kontraktor pada tahun 2013
berjumlah 24 kecelakaan dan kecelakaan yan disebabkan oleh pekerja UBPE Pongkor
berjumlah 13 kecelakaan.
Melihat data yang telah dipaparkan diatas, perlu adanya implementasi
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja khususnya pada kontraktor yang
terintegrasi dalam menerapkan aspek K3 dan menurunkan risiko kerja yang ada. Oleh
karena itu, perlu adanya penelitian untuk melihat gambaran manajemen keselamatan
kerja pada kontraktor PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor serta analisis
implementasi dan tingkat pemenuhan elemen-elemen Sistem Manajemen Keselamatan
Kontraktor yang telah dipenuhi oleh kontraktor PT Antam (Persero) Tbk. UBPE
Pongkor untuk perusahaan.

Tinjauan Teoritis

Menurut standar pertambangan New South Wales, setiap indutri tambang harus
mempunyai sistem resmi dalam mengatur risiko pekerjaan yang dihadapi dan
ditimbulkan setiap aktifitas pekerjaan. Begitu pula sebuah perusahaan kontraktor harus
mempunyai sistem yang sama dalam mengendalikan risiko kerja mereka. Artinya,
secara keseluruhan semua pekerja tambang bertanggung jawab terhadap aspek
keselamatan dan kesehatan kerja. Maka dari itu, perusahaan perlu menjamin sistem
kontraktor bersinergi dengan sistem K3 perusahaan. Dalam implementasinya,
perusahaan perlu membantu kontraktor untuk membuat, mengimplementaskan dan
mengatur sistem K3 kontraktor (NSW Safety Advisory Council, 2008).
New south wales mine Safety advisory council mengembangkan penilaian K3
kontraktor untuk membantu mengevaluasi sistem untuk mengendalikan risiko dan.
Instrument ini sinergis dan mengacu standar Australia AS 4801 dan AS 4804 - Sistem
manajemen K3 yang digunakan oleh undang-undang dan pertambangan australia.
Penilaian evaluasi menggunakan informasi dalam checklist Contractor OHS
Assessment Tools –yang mencangkup pekerja kontraktor, peralatan dan bahan serta
proses/prosedur kerja. Checklist ini bertujuan untuk menilai tingkatan kematangan
kontraktor dalam mengendalikan risiko kerja yang terdapat dalam kontrak—semakin
tinggi risiko kerja, semakin tinggi kemampuan yang dimiliki kontraktor. Minimum nilai

4  
 
Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014
penilaian yaitu, Kontrak Risiko Rendah minimal pencapaian 50%; Kontrak Risiko
Medium minimal pencapaian 60%; Kontrak Risiko Tinggi minimal pencapaian 80%.

Metode Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian studi evaluasi dengan pendekatan analisis
semi-kuantitatif terhadap pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan Kontraktor pada
kontraktor di PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor. Sampel penelitian yang
digunakan hanya 1 (satu) kontraktor (dari 20 kontraktor) kategori kontraktor tambang
(8 dari 20 kontraktor) PT Karya Sakti Purnama dengan proyek kerja yang diteliti ialah
proyek Tunneling. Pemilihan sampel tersebut diambil berdasarkan tingkat risiko dimana
PT Karya Sakti Purnama merupakan salah satu kontraktor dengan risiko kerja high risk
dan memiliki kinerja K3 yang cukup baik di tahun 2013 (dibuktikan berdasarkan data
record kinerja K3 PT KSP tiap bulannya di tahun 2013). Pengumpulan data dalam
penelitian ini melalui wawancara menggunakan checklist contractor OHS Assessment
Tools dari pertambangan New South Wales, Australia yang disertai dengan telaah
dokumen. Pemilihan checklist ini sebagai penyesuaian dengan lokasi penelitian yaitu
pertambangan emas (mineral) dimana checklist ini digunakan di pertambangan mineral
open cut, underground dan kuari. Checklist ini dibuat oleh dan untuk professional
dimana dalam penetapan penilaian diperlukan professional judgement. Oleh karena itu,
peneliti melakukan penyesuaian terhadap checklist sebagai bentuk upaya menghindari
subjektifitas dan professional judgment peneliti dalam menetapkan penilaian.
Pengelolaan data dan analisis data dilihat berdasarkan pemenuhan terhadap
kriteria yang terdapat diantara masing-masing elemen dan sub-elemen. Adapun elemen
yang dilihat mencangkup Kebijakan K3, Perencanaan K3, Implementasi K3,
Monitoring dan Hasil K3, serta Peningkatan Berkelanjutan dimana masig-masiing
elemen melihat 4 (empat) sub-elemen manajemen lingkungan kerja, peralatan dan
bahan, pekerja (kontraktor dan sub-kontraktor), proses kerja (dan prosedur).
Adapun Penyesuaian penelitian dilakukan terhadap Kriteria penilaian per-sub
elemen menggunakan persentase dimana,
pemenuhan  kriteria  yang  telah  diterapkan  (ya/ada)
%=  x  100%
total   jumlah  kriteria  secara  keseluruhan

5  
 
Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014
Selanjutnya, hasil dari persentase penilaian digunakan sebagai justifikasi dalam
penetapan penilaian di masing-masing sub-elemen. Berikut Penyesuaian kriteria
penilaian pada sub-elemen Contractor OHS Assessment Tools terhadap penelitian dalam
menjustifikasi penilaian:

Tabel 1. Penyusuaian kriteria penilaian


Range Persentase 0% 0 Tidak Ada (Absent)
Sistem baru terbentuk, pengalaman masih
Range Persentase 1% – 20% 1
sedikit
Range Persentase 21% – 40% 2 Sistem mulai terbentuk
Range Persentase 41% – 60% 3 Sistem berkembang baik dan cukup memadai
Sistem telah berjalan dengan standar yang
Range Persentase 61% – 80% 4
bagus terhadap isi, proses kerja dan kinerja
Sistem telah memiliki kematangan dan
Range Persentase 81% – 100% 5
pengalaman dalam pelaksanaannya

Adapun proses pengelolaann data dalam penelitian ini sebagai berikut,


Tabel 2. Pengelolaan Data Pada Masing-Masing Elemen Penelitian
No Elemen Sub-Elemen Skor Skor Maksimal
0—20
1. Kebijakan K3 Penjumlahan dari nilai yang diperoleh 20 subtotal
− Manajemen pada masing-masing sub-elemen
Lingkungan Kerja 0—20
2. Perencanaan K3 Penjumlahan dari nilai yang diperoleh 20 subtotal
− Peralatan dan Bahan pada masing-masing sub-elemen
0—20
3. Implementasi K3 − Pekerja (termasuk Penjumlahan dari nilai yang diperoleh 20 subtotal
Kontraktor dan Sub- pada masing-masing sub-elemen
Kontraktor) 0—20
Monitoring dan
4. Penjumlahan dari nilai yang diperoleh 20 subtotal
Hasil K3
− Proses kerja (dan pada masing-masing sub-elemen
prosedur) 0—20
Peningkatan
5. Penjumlahan dari nilai yang diperoleh 20 subtotal
Berkelanjutan
pada masing-masing sub-elemen
Skor Total 100

Skor total yang diperoleh dari perhitungan masing-masing elemen kemudian


dijadikan persentase untuk selanjutnya dilihat standar minimal yang harus dipenuhi
berdasarkan risiko kontrak dimana, Low-Risk Contract: min 50%; Medium-Risk
Contract: Min 60%; High-Risk Contract: Min 80%.
Nilai total yang diperoleh pada pemenuhan elemen didapat pada
penjumlahanmasing-masing nilai yang dperoleh pada sub-elemen di masing-masing
elemen, pengelolaan data pada masing-masing sub-elemen sebagai berikut,

6  
 
Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014
Tabel 3. Pengelolaan Data Pada Masing-Masing Sub-elemen Penelitian
No Sub-elemen Pertanyaan Skor Skor Maksimal
0—5
(Pertanyaan/kriteria
Manajemen Berdasakan persentase pemenuhan
1. standar yang harus 5
Lingkungan Kerja yang dicapai pada pertanyaan/kriteria
dilihat/dipenuhi)
standar
0—5
(Pertanyaan/kriteria
Peralatan dan Berdasakan persentase pemenuhan
2. standar yang harus 5
Bahan yang dicapai pada pertanyaan/kriteria
dilihat/dipenuhi)
standar
0—5
Pekerja (termasuk (Pertanyaan/kriteria
Berdasakan persentase pemenuhan
3. kontraktor dan standar yang harus 5
yang dicapai pada pertanyaan/kriteria
sub-kontraktor) dilihat/dipenuhi)
standar
0—5
(Pertanyaan/kriteria
Proses kerja (dan Berdasakan persentase pemenuhan
4. standar yang harus 5
prosedur) yang dicapai pada pertanyaan/kriteria
dilihat/dipenuhi)
standar
Skor sub-total 20 subtotal

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Hasil penelitian melihat identifikasi risiko pada project tunneling di PT Karya
Sakti Purnama dan selanjutnya berdasarkan identifikas risiko tersebut dilakukan
penilaian evaluasi menggunakan checklist Contractor OHS Assessmet Tools dari
pertambangan New South Wales, Australia. Berikut merupakan ringkasan Identifikasi
Risiko Proyek Tunneling PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor,
Tabel 4. Identifikasi Risiko Pekerjaan Proyek Tunneling
NO AKTIVITAS RISIKO
1. Aktivitas Drilling menggunakan Jack Leg H
2. Transportasi bahan peledak H
3. Charging bahan peledak H
4. Blasting H
5. Washing/Scalling H
6. Smoke Clearing H
7. Mobilisasi LHD H
8. Mucking H
9. Dumping H
10. Loading H
11. Supporting: Pemasangan steel support/H-Beam H
12. Supporting: Pemasangan timber set H
13. Supporting: Pemasangan Cribbing/Stek H
14. Pemasangan ground support dengan Jack Leg di MHL H
15. Service: Pemasangan pipa galvanize/poly pipe L
16. Operasi rocker shovel H
17. Pemasangan jaringan ventilasi: pemasangan fan H
18. Pemasagan jaringan ventilasi: pemasangan flexible H
19. Operasi john deere H

7  
 
Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014
Sumber: Dokumen IBPR/IALK3 PT Antam tbk. UBPE Pongkor

Proses penetapan risiko kerja pada tabel diatas dibuat oleh PT Antam Tbk. UBPE
Pongkor pada awal perencanaan Proyek Tunneling. Selanjutnya, dalam pelaksanaannya
Proyek Tunneling ini dilemparkan/dipegang oleh mitra kerja yang memenangkan
tender. Ketika pelaksanaannya UBPE Pongkor akan memberikan copy dokumen
IBPR/IALK3 ini kepada mitra kerja terkait yang berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan tugas/aktifitas kerja dan penetapan program terkait aspek K3 dan
lingkungan.
Adapun terkait sistem penilaian evaluasi, PT Antam (Persero) Tbk. UBPE
Pongkor belum melakukan penilaian terhadap kematangan sistem manajemen K3 mitra
kerja ketika pelaksanaan tender/sebelum penunjukan pemenang. Selain itu, bedasarkan
pemaparan Asisten Manajer departemen Safety PT Antam (Persero) Tbk. UBPE
Pongkor, UBPE Pongkor juga belum melakukan penilaian terhadap sistem manajemen
keselamatan kontraktor pada mitra kerjanya baik sebelum pelaksanaan tender ataupun
ketika pelaskanaan pekerjaan yang berbentuk audit. Penilaian K3 mitra kerja yang
dilakukan oleh UBPE Pongkor melihat aspek performance K3L (FR dan SR), program
K3L dan komitmen K3 dalam mengimplementasikan program. Kemudian, audit yang
dilakukan oleh departemen safety ketika pelaksanaan pekerjaan diadakan mengacu pada
pedoman teknis pengelolaan K3 kontraktor. Oleh karena itu, berikut merupakan hasil
penilaian kematanan sistem K3 pada kontraktor PT Karya Sakti Purnama dengan
menggunakan checklist Contractor OHS Assessment Tools, New South Wales Mines,
Australia:
1. Pemenuhan elemen Kebijakan K3 PT KSP
Tabel 5. Pemenuhan keseluruhan Sub-elemen dalam Kebijakan K3
Sub-Elemen Persentase Pemenuhan Kriteria Nilai/Skor
Manajemen Lingkungan Kerja 80% 4
Peralatan dan Bahan yang digunakan 100% 5
Pekerja (termasuk pekerja kontraktor dan sub-kontraktor 100% 5
Proses kerja (dan prosedur) 100% 5
Sub-total /20 kriteria 19

Berdasarkan sub-elemen manajemen lingkungan kerja, PT KSP telah memenuhi


kriteria-kriteria seperti telah memiliki tujuan yan jelas untuk meningkatkan aspek K3,

8  
 
Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014
PT KSP menerapkan Budaya tidak saling menyalahkan (‘No-Blame’ Culture)dalam
pelaksanaan proses kerjanya, PT KSP telah memiliki komitmen penih secara tertulis
dan didukung tindakan terkait aspek K3 selama pelaksanaan proyek Tunneling di
wilayah UBPE Pongkor yang tercantum dalam dokumen kebijakan PT KSP dan nilai
kinerja PT KSP tiap bulnnya, serta PT KSP telah memiliki Susunan resmi untuk
konsultasi dan komunikasi yaitu safety meeting yang diadakan tiap bulannya, safety talk
yang dilakukan setiap awal shift serta safety committee yang dilakukan setiap satu
bulan dan difasilitasi oleh UBPE Pongkor. Kriteria yang belum terpenuhi yaitu PT KSP
belum melakukan
Sistem peralatan dan bahan yang digunakan pada elemen Kebijakan K3, PT KSP
bernilai 5 (lima) berdasarkan kriteria Contractor OHS Assessment Tools yang artinya
Sistem telah memiliki kematangan dan pengalaman dalam pelaksanaannya. Pada sub-
elemen ini seluruh kriteria telah terpenuhi oleh PT KSP dalam menjalankan aktifitas
kerjanya di wilayah UBPE Pongkor seperti, PT KSP dalam Pemilihan peralatan dan
bahan telah secara tepat dan mempertimbangkan manajemen risiko serta Peralatan dan
Bahan Tepat sasaran (fit for purpose), user friendly, dan dapat di maintaince secara
tepat.
Sistem pekerja (termasuk kontraktor dan sub-kontraktor) yang digunakan pada
elemen Tujuan dan Kebijakan K3, PT KSP bernilai 5 (lime) berdasarkan kriteria
Contractor OHS Assessment Tools yang artinya Sistem telah memiliki kematangan dan
pengalaman dalam pelaksanaannya. Aspek dalam sub-elemen ini telah terpenuhi
semuanya oleh PT KSP seperti pekerja PT KSP berkompeten dan berkomitmen
terhadap tujuan K3, pekerja PT KSP terlatih berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, dan
pekerja PT KSP terorganisir dan terawasi, serta komunikasi baik diantaranya
dikembangkan.
Kemudian, sistem pekerja (termasuk kontraktor dan sub-kontraktor) yang
digunakan pada elemen Tujuan dan Kebijakan K3, PT KSP bernilai 5 (lima)
berdasarkan kriteria Contractor OHS Assessment Tools yang artinya Sistem telah
memiliki kematangan dan pengalaman dalam pelaksanaannya dimana PT KSP telah
memenuhi seluruh kriteria yang ditetapkan dalam sub-elemen ini seperti Pekerjaan

9  
 
Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014
direncanakan, tugas digambarkan dan dikomunikasikan secara efektif dan Proses kerja
mempertimbangkan ‘Corporate Memory’.
2. Pemenuhan elemen Perencanaan K3 PT KSP
Tabel 6. Pemenuhan keseluruhan Sub-elemen dalam Perencanaan K3
Persentase Pemenuhan
Sub-Elemen Nilai/Skor
Kriteria
Manajemen Lingkungan Kerja 60% 3
Peralatan dan Bahan yang digunakan 75% 4
Pekerja (termasuk pekerja kontraktor dan sub-kontraktor 66,67% 4
Proses kerja (dan prosedur) 40% 2
Sub-total /20 kriteria 13

Sistem Manajemen lingkungan pekerjaan pada elemen perencanaan K3, PT KSP


bernilai 4 (empat) berdasarkan kriteria Contractor OHS Assessment Tools yang artinya
Sistem telah berjalan dengan standar yang bagus terhadap isi, proses kerja dan kinerja.
Dalam sub-elemen ini kriteria yang telah terpenuhi seperti tiap proses Pengendalian
telah secara adekuat dikomunikasikan secara dua arah antara kontraktor dan user (Dept
MPD UBPE Pongkor) untuk mengembangkan pemahaman yang baik dalam monitoring
dan respon, PT KSP juga telah memiliki Program kesejahteraan yan terfokus pada
kesehatan yang dibentuk berdasaran kesepakatan/konsultasi serta Pengembangan
perencanaan awal peningkatan K3 berdasarka fakta lapangan. Kemudian, kriteria yang
belum terpenuhi seperti PT KSP belum melakukan proses Identifikasi Hazard dan
pelaporan Hazard serta belum melakukan Penilaian dan pengendalian risiko melalui
proses kerja yang sesuai. Dikarenakan, aspek ini tidak diwajibkan oleh pihak user
(UBPE Pongkor) ketika melaksanakan proyek di UBPE Pongkor dan mengacu pada
UBPE Pongkor dan mengacu pada manajemen risiko UBPE Pongkor berbentuk
dokumen IBPR (Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko) yang diberikan oleh
UBPE Pongkor pada seluruh mitra kerja.
Sistem peralatan dan bahan yang digunakan pada elemen perencanaan K3, PT
KSP bernilai 4 (empat) berdasarkan kriteria Contractor OHS Assessment Toolsyang
artinya Sistem telah berjalan dengan standar yang bagus terhadap isi, proses kerja dan
kinerja. Kriteria-kriteria pada aspek peralatan dan bahan di perencanaan K3 seperti telah
adanya standar untuk peralatan dan bahan ditentukan melalui keterlibatan pekerja yang
relevan sebagai bentuk pengendalian risiko yaitu keterlibatan chief mechanic, safety

10  
 
Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014
officer dan operator. PT KSP juga telah melakukan pembuatan spesifikasi pengadaan
dan dokumentasi pemeriksaan awal alat dan bahan ketika di lapangan. Selain itu PT
KSP juga mempunyai jadwal peninjauan service dan stok peralatan dan bahan yang
dilakukan secara rutin tiap satu bulan sekali. Namun, kriteria yang belum terpenuhi oleh
PT KSP di sub-elemen ini yaitu PT KSP tidak melakukan pendaftaran terhadap material
safety data sheet bahan yang digunakan. Biasnya, MSDs bahan PT KSP m eminta
UBPE Ponkor untuk membuatkannya.
Sistem pekerja (termasuk pekerja kontraktor dan sub-kontraktor) pada elemen
perencanaan K3, PT KSP bernilai 4 (empat) berdasarkan kriteria Contractor OHS
Assessment Tools yang artinya Sistem telah berjalan dengan standar yang bagus
terhadap isi, proses kerja dan kinerja. Kriteria-kriteria yang telah terpenuhi seperti
mengenai penerimaan tenaga kerja telah mempertimbangkan risiko pekerjaan,
lingkungan, peralatan dan bahan yang digunakan serta proses kerja. Namun, kriteria yan
belum terpenuhi seperti PT KSP belum Penilaian dan pengembangan kompetensi setiap
pekerja dan manajemen Sub-Kontraktor.
Sistem proses kerja (dan prosedur kerja) pada elemen perencanaan K3, PT KSP
bernilai 2 (dua) berdasarkan kriteria Contractor OHS Assessment Tools yang artinya
Sistem sudah terbentuk namun belum berkembang. Kriteria yang telah terpenuhi di PT
KSP seperti Pekerja memahami peran dan tanggung jawabnya serta Prosedur kerja
terdokumentasi, tersedia dan dikomunikasikan secara efektif. Namun PT KSP belum
memenuhi kriteria seperti PT KSP tidak melakukan perencanaan Keadaan Darurat
untuk mengantisipasi situasi berbahaya secara tepat karena aspek ERG dilakukan dan
mengacu oleh UBPE Pongkor. Kemudian, PT KSP tidak mempunyai prosedur isolasi
energy dikarenakan UBPE Pongkor pun tidak menerapkan prosedur terkait serta belum
efektifnya aspek pengendalian dokumen di PT KSP.
3. Pemenuhan elemen Implementasi K3 PT KSP
Tabel 7. Pemenuhan Keseluruhan sub-elemen dalam Implementasi K3
Sub-Elemen Persentase Pemenuhan Kriteria Nilai/Skor
Manajemen Lingkungan Kerja 83,33% 5
Peralatan dan Bahan yang digunakan 100% 5
Pekerja (termasuk pekerja kontraktor dan sub-
83,33% 5
kontraktor
Proses kerja (dan prosedur) 66,67% 4
Sub-total /20 kriteria 19

11  
 
Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014
Sistem Manajemen lingkungan pekerjaan pada elemen Implementasi K3 PT KSP
bernilai 5 (lima) berdasarkan kriteria Contractor OHS Assessment Tools yang artinya
Sistem telah memiliki kematangan dan pengalaman dalam pelaksanaannya. Hal
tersebut dilatarbelakangi berdasarkan kriteria-kriteria yang telah terpenuhi seperti telah
adanya Inseksi tempat kerja yang sesuai dengan perencanaan dan reaksi terhadap
pelaporan Hazard, Program K3 dibentuk berdasarkan komitmen K3 yang sesuai dengan
risiko kerja, terdapat penunjukan dan pelatihan manajer kontrak, Akuntabilitas diterima
dan dihargai sebagai pengawasan kontrak kerja serta PT KSP telah melakukan
Observasi terhadap pengendalian akses lapangan. Namun, kriteria yang belum terpenuhi
seperti PT KSPbelum melakukan surveilans kesehatan dan program kesejahteraan yang
didukung semua pekerja.
Sistem peralatan dan bahan yang digunakan pada elemen Implementasi K3, PT
KSP bernilai 5 (lima) berdasarkan kriteria Contractor OHS Assessment Tools yang
artinya Sistem telah memiliki kematangan dan pengalaman dalam pelaksanaannya. Hal
tersebut dilatarbelakangi berdasarkan telah dilakukannya penyesuaian pekerjaan dengan
level risiko terhadap Peralatan dan bahan, peralatan dan bahan baru dilakukan
pemeriksaan ketika tiba di lapangan, pemeliharaan terencana dilakukan sebagai
tambahan terhadap pemeliharaan kerusakan dan telah dilakukan peninjauan ulang bahan
yang digunakan di lapangan.
Sistem pekerja (termasuk pekerja kontraktor dan sub-kontraktor) pada elemen
Implementasi K3, PT KSP bernilai 5 (lima) berdasarkan Contractor OHS Assessment
Tools yang artinya Sistem telah memiliki kematangan dan pengalaman dalam
pelaksanaannya. Hal tersebut dilatarbelakangi berdasarkan telah terpenuhinya kriteria
seperti adanya Safety Induction terhadap pekerja ketika bekerja di lapangan, tugas kerja
dialokasikan berdasarkan kompetensi dan kapasitas pekerja, Supervisor/pengawas
lapangan menjalankan sistem yang diwajibkan, Toolbox Talk dilakukan secara rutin dan
terdokumentasi serta Pengamatan terhadap pekerjaan memberikan feed back yang baik.
Namun, masih terdapat kriteria yang beum terpenuhi seperti Induction tidak diilakukan
penyesuaian dengan level risiko.
Sistem proses kerja (dan prosedur kerja) pada elemen Implementasi K3, PT KSP
bernilai 4 (empat) kriteria Contractor OHS Assessment Toolsyang artinya Sistem telah

12  
 
Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014
berjalan dengan standar yang bagus terhadap isi, proses kerja dan kinerja. Hal tersebut
dilatarbelakangi berdasarkan telah dilakukannya penerapan JSA (atau sejenisnya) yang
terdokumentasi dan terjangkau oleh pekerja serta telah ada Work Permit terkait
pekerjaan high risk dan clearence given untuk pekerjaan spesifik. Namun, PT KSP
belum melakukan implemetasi dan uji coba Sistem tanggap darurat dikarenakan system
tangap darurat dibawah komandi ERG UBPE Pongkor.
4. Pemenuhan elemen Monitoring dan Hasil K3 PT KSP
Tabel 8. Pemenuhan Keseluruhan Sub-elemen dalam Monitoring dan Hasil K3
Persentase Pemenuhan
Sub-Elemen Nilai/Skor
Kriteria
Manajemen Lingkungan Kerja 80% 4
Peralatan dan Bahan yang digunakan 75% 4
Pekerja (termasuk pekerja kontraktor dan sub-kontraktor 50% 3
Proses kerja (dan prosedur) 66,67% 4
Sub-total /20 kriteria 15

Sistem Manajemen lingkungan pekerjaan pada elemen monitoring dan hasil K3,
PT KSP bernilai 4 (empat) berdasarkan kriteria Contractor OHS Assessment Tools yang
artinya Sistem telah berjalan dengan standar yang bagus terhadap isi, proses kerja dan
kinerja. Kriteria yang telah dilakukan seperti pelaporan Hazard ditinjau ulang dan close
out secara tepat, diadakan audit untuk peningkatan kualitas system, Pengecekan
terhadap ‘budaya’ sesekali dilakukan berdasarkan proses kerja yang tepat, Tindakan
disiplin terdokumentasi. Namun, PT KSP belum ada Terdapat tinjauan ulang terkait
pengawasan kesehatan kerja.
Sistem peralatan dan bahan yang digunakan pada elemen monitoring dan hasil
K3, PT KSP bernilai 4 (empat) berdasarkan kriteria Contractor OHS Assessment Tools
yang artinya Sistem telah berjalan dengan standar yang bagus terhadap isi, proses kerja
dan kinerja. Kriteria yang telah dilakukan yaitu dokumentasi pemeriksaan pre-start
checklist dan servis alat ditinjau ulang, Kerusakan alat dan bahan, modifikasi dan
inovasi terdokumentasi dan ditinjau ulang, Peralatan yang tersedia teridentifikasi,
namun PT KSP belum ada peninjauan ulang terhadap identifikasi risiko bahan untuk
mengurangi tingkat risiko.
Sistem pekerja (termasuk kontraktor dan sub-kontraktor) yang digunakan pada
elemen monitoring dan hasil K3, PT KSP bernilai 3 (tiga) berdasarkan kriteria

13  
 
Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014
Contractor OHS Assessment Tools yang artinya Sistem berkembang baik dan cukup
memadai. Kriteria yang telah dilakukan yaitu Kecelakaan dan laporan investigasi
ditinjau ulang (termasuk Near Miss). Namun PT KSP belum ada peninjauan ulang
terhadap lisensi, penilaian kompetensi dan evaluasi tingkat pengetahuan.
Sistem proses kerja (dan prosedur) yang digunakan pada elemen monitoring dan
hasil K3, PT KSP bernilai 5 (lima) berdasarkan kriteria Contractor OHS Assessment
Tools yang Sistem telah memiliki kematangan dan pengalaman dalam pelaksanaannya.
Kriteria yang telah terpenuhi yaitu Umpan balik dari toolbox Safety membantu
peninjauan ulang terhadap pekerjaan dan prosedur kerja serta pelaporan (termasuk
pelaporan menurut undang-undang dan pelaporan non-conformance) tepat waktu,
informatif dan bertujuan untuk peningkatan berkelanjutan. Namun PT KSP belum
melakukan pengujian dan peninjauan ulang terkait perencanaan tanggap darurat.
5. Pemenuhan elemen Peningkatan berkelanjutan K3 PT KSP
Tabel 9. Pemenuhan Keseluruhan Sub-elemen Peningkatan Berkelanjutan
Sub-Elemen Persentase Pemenuhan Kriteria Nilai/Skor
Manajemen Lingkungan Kerja 75% 4
Peralatan dan Bahan yang digunakan 33,33% 2
Pekerja (termasuk pekerja kontraktor dan sub-kontraktor 66,67% 4
Proses kerja (dan prosedur) 100% 5
Sub-total /20 kriteria 16

Sistem manajemen lingkungan kerja yang digunakan pada elemen peningkatan


berkelanjutan K3, PT KSP bernilai 4 (empat) berdasarkan kriteria Contractor OHS
Assessment Toolsyang Sistem telah berjalan dengan standar yang bagus terhadap isi,
proses kerja dan kinerja. Kriteria yang telah terpenuhi seperti Komunikasi dan
konsultasi dilihat sebagai poin vital dalam mencapai tujuan perencanaan, Mekanisme
terbuka terhadap feedback, dan penghargaan terhadap pelaporan Hazard serta
‘penyebab’ bahaya diidentifikasikan secara transparan. Namun kriteria yang belum
terpenuhi seperti tidak adanya ‘management of change’ disetujui dan
diimplementasikan.
Sistem peralatan dan bahan kerja yang digunakan pada elemen peningkatan
berkelanjutan K3, PT KSP bernilai 2 (dua) berdasarkan kriteria Contractor OHS
Assessment Tools yang artinya Sistem sudah terbentuk namun belum berkembang.

14  
 
Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014
Kriteria yang telah terpenuhi yaitu Perbaikan terhadap spesifikasi fungsi penggunaan
alat dan bahan. Namun PT KSP belum memiliki tim review untuk meninjau pemilihan
alat dan bahan dan standar alat untuk mengurangi tingkat risiko serta tidak bekerja sama
dengan pabrik peralatan dan bahan (untuk mendukung inovasi, modifikasi dan
peningkatan kualitas standar).
Sistem pekerja termasuk kontraktor dan sub-kontraktor) yang digunakan pada
elemen peningkatan berkelanjutan K3, PT KSP bernilai 4 (empat) berdasarkan kriteria
Contractor OHS Assessment Toolsyang artinya Sistem telah berjalan dengan standar
yang bagus terhadap isi, proses kerja dan kinerja. Kriteria yang telah dilakukan yaitu
peningkatan transparansi terhadap kecelakaan dilakukan bersama-sama dengan pihak
K3 terkait sebagai bentuk konsekuensi serta pengembangan kualitas pekerja (termasuk
namun tidak terbatas pada pelatihan) dilakukan secara kontinu dan berdasarkan pada
pengawasan/hasil pada suatu area tertentu. Namun PT KSP belum memiliki Mekanisme
pelaporan hasil tinjauan Konsultasi dan komunikasi untuk menentukan tindakan
perbaikan..
Sistem proses kerja (dan prosedur) yang digunakan pada elemen peningkatan
berkelanjutan K3, PT KSP bernilai 5 (lima) berdasarkan kriteria Contractor OHS
Assessment Tools yang artinya Sistem telah memiliki kematangan dan pengalaman
dalam pelaksanaannya. Hal tersebut dilatarbelakangi berdasarkan,kriteria yang telah
dilakukan yaitu telah ada Mekanisme konsultasi dan komunikasi (khususnya Safety
Meeting yang melibatkan perusahaan dan kontraktor) membantu meninjau ulang
kembali proses dan prosedur sebagai bentuk pembaharuan dan penyesuaian.
6. Total Penjumlahan Seluruh Nilai Elemen sistem K3 Kontraktor
Tabel 10. Pemenuhan Keseluruhan Elemen Sistem K3 Kontraktor
Elemen K3 Nilai/Skor
Tujuan dan Kebijakan K3 19/20 subtotal
Perencanaan K3 13/20 Subtotal
Implementasi K3 19/20 subtota
Monitoring dan hasil 15/20 subtotal
Perbaikan berkelanjutan 16/20 Subtotal
Total 82/100 total

Sistem manajemen K3 Kontraktor pada PT KSP berdasarkan penilaian


menggunakan Contractor OHS Assessment Tools New South Wales Mines, Australia

15  
 
Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014
mendapatkan nilai 82 dari total 100. Artinya, telah terpenuhi sebesar 82% sistem
manajemen K3 Kontraktor PT KSP dalam menjalankan Proyek kerja di PT Antam
(Persero) UBPE Pongkor.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi pemenuhan kematangan sistem elemen manajemen
keselamatan kontraktor pada kontraktor di PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor,
PT Karya Sakti Purnama dapat disimpulkan,
1. Pemenuhan keseluruhan sistem manajemen keselamatan kontraktor PT KSP
menggunakan standar Contractor OHS Assessment Toolss, New South Wales Mines
yaitu 82% (Proyek Tunneling kontraktor PT Karya Sakti Purnama telah memenuhi
standar persentase minimal 80% Proyek high risk yang harus dipenuhi oleh
kontraktor).
2. Sistem tujuan dan kebijakan K3 kontraktor PT Karya Sakti Purnama di Proyek
Tunneling PT Antam Tbk. UBPE Pongkor bernilai 19 dari Nilai maksimal yang
harus terpenuhi yaitu 20. Kriteria yang belum terpenuhi seperti belum melakukan
proses manajemen risiko secara mandiri.
3. Sistem Perencanaan K3 Kontraktor PT Karya Sakti Purnama di Proyek Tunneling PT
Antam Tbk. UBPE Pongkor bernlai 13 dari Nilai maksimal yang harus terpenuhi
yaitu 20. Kriteria yang belum terpenuhi seperti belum adanya pembuatan identifikasi
Hazard secara mandiri/peninjauan terhadap identifikasi Hazard pada dokumen yang
telah ada, belum adanya penilaian risiko melalui proses kerja yang sesuai,
pendaftaran terhadap akses MSDs bahan, belum ada manajemen sub-kontraktor serta
belum adanya pengendalian dokumen yang efektif.
4. Sistem Implementasi K3 kontraktor PT Karya Sakti Purnama di Proyek Tunneling
PT Antam Tbk. UBPE Pongkor 19 kriteria dari 20 kriteria total yang harus terpenuhi.
Kriteria yang belum terpenuhi seperti belum adanya implementasi surveilans
kesehatan pekerja.
5. Sistem Monitoring dan Hasil Kontraktor PT Karya Sakti Purnama di Proyek
Tunnneling PT Antam Tbk. UBPE Pongkor telah memenuhi 15 kriteria dari 20
kriteria total yang harus terpenuhi. Kriteria yang belum terpenuhi seperti belum

16  
 
Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014
adanya tinjauan ulang terhadap kesehatan kerja (tinjauan manajemen), belum adanya
peninjauan terkait identifikasi risiko bahan secara periodik serta peninjauan ulang
terhadap kompetensi dan evaluasi tingkat pengetahuan pekerja.
6. Sistem Peningkatan Berkelanjutan K3 Kontraktor PT Karya Sakti Purnama di Proyek
Tunneling PT Antam Tbk. UBPE Pongkor telah memenuhi 16 kriteria dari 20 kriteria
total yang harus terpenuhi. Kriteria yang belum terpenuhi seperti belum adanya
mekanisme management of change yang dibuat oleh PT KSP, belum adanya tim
review untuk meninjau pemilihan dan standar alat dan bahan serta belum adanya
mekanisme pelaporan hasil peninjauan konsultasi dan komunikasi untuk menentukan
tindakan perbaikan (tinjauan manajemen).

Saran
Saran Untuk Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
Perlu dibuat Pedoman Tata Kelola Pengelolaan K3 Kontraktor untuk sector
industry mineral dan batu bara seperti Pedoman Tata Kelola dari BP Migas yang dapat
digunakan sebagai acuan dan pedoman oleh perusahaan mineral dan batu bara dalam
menerapkan sistem manajemen keselamatan kontraktor.
Saran Untuk PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor
1. PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor perlu membuat pedoman sistem
manajemen keselamatan kontraktor sebagai pedoman dalam melakukan pengelolaan
manajemen kontraktor dengan standar berdasarkan keputusan manajemen.
2. Dalam perekrutan mitra kerja untuk Proyek high risk tambang PT Antam Tbk. UBPE
Pongkor perlu mempertimbangkan kematangan sistem K3 secara keseluruhan yang
dimiliki oleh calon mitra kerja dalam proses evaluasi.
3. Pelaksanaan audit eksternal oleh PT Antam Tbk. UBPE Pongkor perlu dilakukan
secara rutin dan periodic misalnya 1 tahun sekali untuk masing-masing kontraktor
yang jadwal pelaksnaannya disesuaikan dengan manajemen UBPE Pongkor.
Saran Untuk PT Karya Sakti Purnama
1. PT Karya Sakti Purnama perlu membuat sistem mannajemen keselamatan
kontraktor untuk sub-kontraktor maupun yang dapat digunakan ketika perusahaan
utama (klien) mensyaratkan hal tersebut baik pada proyek di PT Antam (Persero)

17  
 
Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014
Tbk. UBPE Pongkor atau ketika hendak melaksanakan proyek pekerjaan di
perusahaan lain.
2. Kriteria-kriteria yang telah terpenuhi berdasarkan evaluasi Contractor OHS
Assessment Tools perlu dipertahankan.
3. Kriteria-kriteria yang belum memenuhi berdasarkan evaluasi Conractor OHS
Assessment Tool perlu diperbaiki dan ditingkatkan seperti,
- PT Karya Sakti Purnama perlu membuat manajemen risiko dalam yang meliputi
identifikasi risiko, penilaian risiko dan pengendalian risiko untuk mendukung
perencanaan proyek kerja yang akan dilakukan dikemudian hari atau melakukan
tinjauan ulang terhadap proses manajemen risiko dari perusahaan klien jika
mengacu pada manajemen risiko perusahaan klien.
- Perlu adanya peninjauan ulang terhadap MSDs bahan yang digunakan.
- Perlu adanya manajemen sub-kontraktor sebagai proses mengendalikan risiko
K3.
- PT Karya Sakti Purnama perlu membuat pengendalian dokumen terkait
dokumen perusahaan dengan aturan yang lebih sistematis dan tertulis.
- Perlu dilakukan surveilans kesehatan untuk mengetahui record dan track
kesehatan pekerja sehingga dapat dilakukan pengendaliian terhadap aspek
kesehatan pekerja ketika bekerja.
- PT Karya Sakti Purnama perlu mempertimbangkan untuk melakukan audit
internal.
- Perlu dilakukan program kesehatan kerja dan dilakukan tinjauan ulang
terhadapnya.
- Perlu adanya peninjauan ulang terhadap kompetensi dan evaluasi tingkat
pengetahuan pekerja yang dilakukan secara periodik.
- Perlu mempertimbangkan untuk membuat tim review untuk meninjau pemilihan
dan standar alat dan bahan.
- Perlu dilakukan tinjauan manajemen terhadap efektifitas mekanisme konsultasi
dan komunikasi.
- Perlu dibuat proses management of change terhadap manajemen PT KSP ketika
menghadapi suatu perubahan kondisi.

18  
 
Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014
Saran Untuk Penelitian Selanjutnya
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sistem manajemen keselamatan
kontraktor dikarenakan banyaknya keterbatasan penelitian dalam penelitian ini.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan membandingkan evaluasi lebih pada
satu kontraktor.
3. Setiap objek temuan yang diungkapkan dalam penelitian ini dapat dijadikan subjek
penelitian untuk peneliti lain yang hendak meneliti di PT Antam (Persero) Tbk.
UBPE Pongkor dan PT Karya Sakti Purnama.

Daftar Referensi

Australian/New Zealand Standard. (2001). AS/NZS 4804: Occupational Health &


Safety Management System – General guidelines on Principals, System and
Supporting Technique. Australia.
BP Migas. (2006). Kpts-13/BP00000/2006-S8: Pedoman Tata Kerja Pengelolaan
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan Kontraktor. Jakarta.
BP Migas. (2011). Pedoman Tata Kerja 007, 2nd Ed. Jakarta.
British Standards. (2007). BS OHSAS 18001:2007, Occupational Health and Safety
Management Systems – Requirements. United Kingdom: BSI.
Elyzabeth, R. (2010). Evaluasi Penerapan SMK3 Mengacu OHSAS 18001:2007 Pada
Enam Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di Indonesia Tahun 2010 –
Thesis. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.
Falenshina, N. (2012). Implementasi Contractor Safety Management System (CSMS)
Terhadap Kontraktor Proyek TA Unit CD III PT Pertamina RU III Palembang –
Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.
Hadi, TW. (2012). Identifikasi Faktor-faktor yang Menyebabkan Rendahnya Tingkat
Implementasi Contractor Safety Management System (CSMS) di PT X Unit Bisnis
Geothermal Pada tahun 2011 – Thesis. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat
UI.
Hamzah. (2003). Studi Evaluasi Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
Berhubungan dengan SMK3 Kontraktor di PT CNOOC Tahun 2003 – Thesis.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.
Health and Safety Executive. (2012). Health and Safety Executive: Annual Statistic
Report 2011/2012. January 24, 2014. http://www.hse.gov.uk/statistic/source.htm
Jamsostek. (2011). Annual Report Jamsostek 2011.
Jamsostek. (2012). Annual Report Jamsostek 2012.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2013). Draft Sistem Manajemen
Keselamatan Pertambangan (SMKP) Mineral dan Batubara. Jakarta.
Kurniawidjaja, L. Meily. (2010). Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI
PRESS.
Lestari, Fatma. (2013). Training OHS Management System (OHSAS 18001:2007)
Introduction and Overview of OHS Management system. Depok: PKTK3.

19  
 
Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014
Lestari, Fatma. (2014). Strategi Peningkatan Keselamatan Kerja dan Keselamatan
Publik di Indonesia melalui Pendekatan Sistematik Pencegahan Kecelakaan –
Pidato Pengukuhan Guru Besar K3 FKM UI. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat UI.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (1996). Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER. 05/MEN/1996 Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Indonesia.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang
No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Indonesia
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (2012). Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Indonesia
Menteri Pertambangan dan Energi. (1995). Keputusan Menteri 555/K/26/M.PE tentang
Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan. Indonesia.
NSWMC OHS Committee. (1998). Guidelines For Contractor Occupational Health
anda Safety Management For New South Wales Mines. Australia.
NSW Mine Safety Advisory Council. (2008). Contractor OHS Assessment Tool: a
Helpful Guide to Assiste in Asseesing a Contractor’OHS performance before
engage them for work on your mine site. Australia.
PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor. (2012). Term of Reference (TOR): Jasa
Pekerjaan Tunneling Beserta Penyanggaannya Lokasi L.600 Tambang Ciurug
Selama 1 Tahun. Pongkor, Bogor.
PT Antam (Persero) Tbk. UBPE Pongkor. (n.d.). Petunjuk Teknis Pelaksanaan K3
Kontraktor Terintegrasi. Pongkor, Bogor.
Ramli, Soehatman. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja:
OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat.
Ramli, Soehatman. (2013). Smart Safety: Panduan Penerapan SMK3 yang Efektif.
Jakarta: Dian Rakyat.
Rijanto, B. Boedi. (2011). Pedoman Pencegahan Kecelakaan di Industri, 1st Ed.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Rizkia, CT. (2013). Implementasi dan Tingkat Pemenuhan Contractor Safety
Management System (CSMS) PT ABC Pada tahap Work In Progress Kegiatan
Fabrikasi dan Penggantian Sulfur Stack 25-SK-101 yang Melibatkan PT XYZ di
Lingkungan PT ABC pada Tahun 2012 – Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat UI.
Safe Works Australia. (2011-2012). Mining Fact Sheet. January 24, 2014.
http://www.swa.gov.au.
Suma’mur. (2001). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Gunung
Agung.
Yadi, Tirta. (2012). Identifikasi Faktor Input Keselamatan Pada Pengelolaan
Keselamatan Kontraktor (CSMS) Terhadap Kinerja Keselamatan Kontraktor
VICO Indonesia, Sanga-Sanga Tahun 2011 – Thesis. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat UI.

20  
 
Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014
21  
 

Analisis implementasi…, Delisa Sri Winatri, FKM UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai