Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Nilai Mata Kuliah Kerja
Praktek Pada Program Studi Teknik Lingkungan
Oleh
Miftahuttamimi
2201181052
Oleh :
Miftahuttamimi
2201181052
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Oleh :
MIFTAHUTTAMIMI
2201181052
Firiyah, S.Si., M.Si., Dr. dr. Tri Agus Yuarsa, SH, MH, Sp.P,
MKes
NIDN. 0421038503 NIDN. 0308087201
Mengetahui,
DEKAN FAK. TEKNIK
UNIVERSITAS BANTEN JAYA
Nama : Miftahuttamimi
Tempat/Tanggal Lahir : 06 April 2001
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat Rumah : KP. WADASARI RT.10/04 KARANG KEPUH
BOJONEGARA
Nomor Telepon 089689092625
Email : Miftahuttamimi@28gmail.com
Pendidikan Formal
1. SD Negeri Wadasari : 2006 - 2012
2. SMP Negeri 1 Bojonegara : 2012 - 2015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia yang
telah dilimpahkan sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kerja
praktek ini.
Miftahuttamim
ii
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
Table 4. Frekuensi Resiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja di PT. JTM ......... 28
Table 6. Frekuensi Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Karyawan PT. JTM…30
vi
DAFTAR SIMBOL/ SINGKATAN/ ISTILAH/ NOTASI/ SATUAN
% : Persen
CFO : Bendahara
LAB : Laboraturium
PRDC : Produksi
MCHN: Mekanik
LGST : Logistik
GDNG : Gudang/Warehouse
SPRPT : Sperpact
HSE : Ahli K3
SC : Security
DV : Driver/Supir
OPTR : Operator
ELCT : Elictric
vii
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan (2005:211) Tujuan Keselamatan Kesehatan Kerja.
Mangkunegara (2009:165) Tujuan Keselamatan Kesehatan Kerja Perusahaan.
Ramli (2010) Elemen-Elemen Hirarki Pengendalian Biaya.
Rivai (2011:793) Tujuan dan Pentingnya Keselamatan Kesehatan Kerja Bagi
Perusahaan.
Salami, dkk (2016) Penyebab Kecelakaan Kerja.
Simanjuntak (1994) Keselamatan Kesehatan Kerja.
Soehatman ramli (2010) Jenis Bahaya Keselamatan Kesehatan Kerja .
Suma”mur (2013) Kecelakaan Kerja
Wibowo (2012) Manajemen Kualitas, Manajemen Lingkungan dan Manajemen
Keselamatan Kesehatan Kerja.
Wiratmaja (2014) Penyebab Kecelakaan Kerja.
viii
LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Keselamatan Kesehatan Kerja pada dasarnya baru dimulai dikenal luas sejak
tahun 70an. Khususnya setelah Pemerintah RI merilis Undang – Undang No. 1
tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Peraturan Pemerintah No 50. Tahun 2012
tentang penerapan system manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja memuat
pengertian K3 dalam Pasal 1 ayat 2 disitu di sebutkan bahwa Keselamatan
Kesehatan Kerja merupakan segala bentuk kegiatan yang bertujuan memberikan
jaminan perlindungan atas keselamatan dan Kesehatan tenaga kerja baik dari
kecelakaan maupun penyakit sehubungan dengan aktifitas kerja.
Begitu juga dengan PT. JTM Penerapan K3 merupakan sesuatu yang sangat
penting bagi pekerja agar selamat dalam proses bekerja. PT. JTM adalah salah
satu perusahaan pembuat bleaching earth yang berlokasi di Jl. Raya Salira Indah
Ds. Bojonegara Kec. Bojonegara Kab. Serang Prov. Banten. Penerapan K3 di PT.
JTM sudah baik bagi perusahan yang baru menerapkan K3 difisi (safety) namun,
masih ada beberapa pekerja yang belum memahami akan adanya K3.
a) Bagi Mahasiswa :
1. Untuk mendapatkan wawasan tentang dunia kerja, sebagai proses adaptasi
akan lingkungan dan dunia kerja khususnya di PT JTM.
2. Melatih kemampuan berintraksi dengan para pegawai yang berada di PT
JTM.
3. Dapat membedakan suasana dunia kerja dan dunia perkuliahan.
b) Bagi Universitas/Akademisi :
1. Menjalin kerja sama antar pihak Universitas dan pihak Perusahaan.
2. Menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dan mempunya skill di
bidang K3.
3. Dapat memperkenalkan Universitas Banten Jaya khususnya program
pendidikan Teknik Lingkungan di perusahaan PT JTM.
c) Bagi Perusahaan/Instansi :
1. Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan masukan dalam
pengambilan keputusan sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan
penulis selama pelaksanaan Kerja Praktek.
2. Untuk membina hubungan baik dengan pihak akademisi Pendidikan dan
Mahasiswanya dengan Perusahaan
3. Untuk mendapatkan bibit unggul mahasiswa yang mempunyai background
K3 umum.
BAB II
LANDASAN TEORI
5
6
lebih sulit dihitung secara kuantitatif, seperti juga gejala-gejala stres dan
kehidupan kerja yang bermutu rendah (Rivai, 2011: 793).
Kecelakaan kerja adalah kejadiaan yang tak terduga dan tidak di harapkan.
Tak terduga, oleh karena itu di belakang peristiwa itu tidak dapat unsur
kesengajaan, lebih – lebih dalam bentuk perencanaan. Maka dari itu, peristiwa
sabotas atau Tindakan criminal di luar ruang lingkup kecelakaan yang sebenarnya.
Tidak ada di harapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan di sertai kerugian
material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling
berat.
a) Kelelahan (fatigue).
b) Kondisi tempat kerja (environmental aspect) dan pekerjaan yang tidak
aman (unsafe working condition).
c) Kurangnya penguasaan pekerjaan yang dimaksud antara lain kecepatan
kerja (paced work), pekerjaan yang dilakukan secara berulang – ulang
(short-cycle repetitive work), pekerjaan – pekerjaan yang harus diawali
dengan “pemanasan proceducal) beban kerja (workload) dan lamanya
sebuah pekerjaan dilakukan (workhouse).
1) Eliminasi
Eliminasi adalah Teknik pengendalian denhgan menghilangkan sumber
bahaya, misalnya lobang dijalan ditutup, ceceran minyak dilantai dibersihkan,
mesin yang bising dimatikan, car aini sangat efektif karena sumber bahaya di
eliminasi sehingga potensi risiko dapat dihilangkan. Karena itu Teknik ini
menjadi pilihan utama dalam hirarki pengendalian risiko.
2) Subtitusi
Subtitusi adalah Teknik pengendalian bahaya dengan mengganti alat dan
bahan system atau prosedur yang berbahaya dengan yang lebih aman atau
lebih rendah bahayanya.
3) Pengendalian Teknik (enginering)
Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana Teknik yang
ada dilingkungan kerja. Karena itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan
melalui perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan
peralatan pengamanan.
4) Pengendalian administrative
14
dengan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja secara fisik, tetapi juga
psikis.
bukanlah pengganti kedua upaya tersebut. Penggunaan APD sangat penting untuk
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. APD
berguna untuk mengurangi risiko paparan atau kontak dengan bahaya. Bahaya
mungkin tidak dapat dihilangkan dengan menggunakan APD, tetapi risiko cedera
dapat diminimalkan. Sesuai Permenakertrans No.8 Tahun 2010 tentang Alat
Pelindung Diri Pasal 2, pengusaha dan/atau pengurus wajib menyediakan APD
bagi seluruh pekerja/buruh di tempat kerja. APD yang disediakan juga harus
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku dan
APD wajib diberikan pengusaha secara cuma-Cuma Bagi seorang pekerja dan
perusahaan, keselamatan kerja menjadi hal utama. APD adalah suatu alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi
sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.
a) Struktur organisasi,
b) Perencanaan,
c) Tanggung jawab,
d) Pelaksanaan,
e) Prosedur,
f) Proses,
g) Sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
h) Penerapan,
i) Pencapaian,
j) Pengkajian, dan
k) Pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
pengendalian risiko yang terjadi seminimal mungkin berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif
19
PT. JTM merupakan suatu bisnis swasta paling dinamis dan serbaguna di
Malaysia, markas besar grup bermarkas di ipoh, perak, Malaysia dengan operasi
yang terbesar di asia dan eropa. PT. JTM memiliki grup yaitu TAIKO GRUP.
TAIKO GRUP telah melakukan disersifikasi bisnisnya menjadi 6 unit bisnis atau
grup seperti : Bahan kimia dan pupuk, Investasi dan pengembangan property,
Bleaching earth, Produk dan fasilitas olah raga bitumen, drum HDPE dan
Penerbangan.
PT. JTM berdiri sejak tahun 2010. PT. JTM adalah salah satu pabrik
bleaching lasy business unit yang beroprasi di cilegon (Bojonegara), Banten dan
menjual produk – produknya ke seluruh Indonesia, terutama di sumatera selatan,
jawa, dan Kalimantan. Meskipun TAIKO GROUP entitas yang terpisah, semua
unit atau group bisnis di jiwai dengan budaya kerja dari group chairman, yang
selalu menekankan kepada head of business group dan seluruh karyawan pada
etika bisnis yang mendasar seperti kerja keras, kejujuran, kerja tim dan berpikiran
komersial. Dasar – Dasar ini telah mengarahkan group melalui berbagai tantangan
dan pertumbuhan grup yang luar biasa selama beberapa tahun terakhir merupakan
bukti kebehasilanya.
21
22
DIREKTU
R
CF MA
O N
SPR
PT
S O D OPR ELC
C B V T T
NOTE :
1. MAN = MANAJEMER
2. CFO = BENDAHARA
3. EAP = EKSEKUTIF ADMINISTRASI & PEMBELIAN
4. HRD = MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
5. LAB = LABORATURIUM
6. PRDC = PRODUKSI
7. MCHN = MEKANIK
8. LGST = LOGISTIK
9. GDNG = GUDANG/WAREHOUSE
10. SPRPT = SPERPACT
11. HSE = AHLI K3
12. SC = SECURITY
13. DV = DRIVER/SUPIR
14. OPTR = OPERATOR
15. ELCT = ELICTRIC
16. OB = OFFICE BOY
23
Tempat kerja praktek yang dilakukan oleh penulis bertempat di PT. JTM
Jalan Raya Salira Indah, Bojonegara, Serang, Banten 42452, Indonesia dan Waktu
Kerja Praktek di jadwalkan selama 1 bulan dari tanggal 25 November – 25
Desember 2021, dalam pelaksanaanya dilaksanakan 3-4 kali dalam 1 Minggu,
Kerja Praktek ini dilaksanakan dengan waktu blanded yakni dikerjakan secara
offline dan online. Dilaksanakan pada pukul 08:00 s/d 15:00 WIB.
a) Wawancara
penyusunan laporan kerja praktek ini penulis mencari tahu terkait Penerapan
Keselamatan Kesehatan Kerja. Setiap bahasan hubungan sebab-akibat di telaah
secara berurutan, sehinngga pada akhirnya diperoleh suatu pemahaman secara
umum maupun khusus tentang masalah yang sedang dibahas. Penerapan
Keselamatan Kesehatan Kerja yang dilakukan dengan langkah-langkah studi
sebagai berikut:
Analisa data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, pengamatan, serta
dari data dokumen, yang membahas keselamatan dan kesehatan kerja dengan
metode campuran (mix methods). Metode mix method merupakan pendekatan
penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan bentuk kulitatif dan
kuantitatif. Penggabungan metode secara bersamaan akan dapat memperoleh
pemahaman yang baik, data yang diperoleh lebih komprehensif, valid, reliabel
dan objektif.
Sumber data yang didapatkan dalam penelitian yaitu data primer dan data
skunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara dan hasil pengamatan di
lokasi yang dilakukan di PT Telaga Kencan Prima, data skunder didapatkan dari
dokumen yang dimiliki oleh PT Telaga Kencana Prima, serta dokumentasi selama
kegiatan yang dilakukan di lokasi kerja praktek.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
L P
1 42 Direktur L
1 39 Manajer L
1 30 Bendahara P
2 32&29 Eksekutif L P
Administrasi &
pembelian
3 27-33 HRD L P
2 29&32 HSE L
6 23-30 Laboratorium L P
26
27
32 22-40 Produksi L
8 23-37 Mekanik L
8 24-29 Logistik L P
9 23-27 Gudang L
4 24-30 Sperpact L
8 26-35 Security L
5 30-48 Supir L
4 28-33 Operator L
3 29-37 Elektrik L
2 22&28 OB L
27
28
Terjadi 0 0
Tertimpa material
Tidak terjadi 50 100
Terjadi 16 32
Sakit punggung
Tidak terjadi 34 68
Terjadi 4 8
Terpeleset
Tidak terjadi 46 92
29
Terjadi 28 56
Kebisingan
Tidak terjadi 22 44
Terjadi 8 16
Luka gores
Tidak terjadi 42 84
Pengendalian Resiko
Jenis Resiko
Tertimpa Material Eliminasi
Administrasi ditujukan untuk jenis risiko berupa:, sakit pada punggung, terpapar
suhu yang terlalu panas dan terpeleset. Seanjutnya, penggunaan APD ditujukan
untuk jenis risiko berupa: kebisingan dan luka gores.
Digunakan 46 92
Sepatu safety
Tidak digunakan 4 8
Digunakan 32 64
Sarung tangan
Tidak digunakan 18 36
Digunakan 48 96
Masker
Tidak digunakan 2 4
Digunakan 28 56
Kaca Mata
Pengaman Tidak digunakan 22 44
Digunakan 50 100
Helm Proyek
Tidak digunakan 0 0
tangan hanya digunakan di area produksi dan maintance, masker selalu digunakan
di area perusahaan, kacamata pengaman digunakan hanya digunakan di area
produksi dan manitance, dan helm proyek di wajibkan saat ingin memasuki area
perusahaan.
dilingkungan kerja tersebut. Ada beberapa komitmen dan kebijakan antara divisi
safety dengan seluruh karyawan PT. JTM:
a) Mencegah terjadinya cidera dan sakit akibat kerja, pencegahan penyakit
akibat kerja dapat dilakukan dengan cara eliminasi, subtitusi, pengendalian
engineering control, pengendalian administrative dan alat pelindung diri.
b) Saling membantu tugas antara setiap divisi yang ada di perusahaan terkait
akan adanya resiko bahaya.
c) Seluruh karyawan dapat menerapkan K3 dilingkungan perusahaan dan
dapat melaporkan jika melihat potensi bahaya yang akan terjadi agar divisi
safety dapat mengambil Tindakan secara cepat.
d) Kerja sama anatara divisi safety dan seluruh karyawan agar terciptanya
lingkuan kerja yang aman dan nyaman.
serta karyawan mulai bingung dengan banyak peraturan yang di buat oleh manajer
serta safety yang ada di PT.JTM. Namun ditahun 2021 seluruh karyawan mengerti
akan K3 dan berusaha untuk menerapkan di area perusahaan. Manajer dan safety
selalu mengedukasih dan bersosialisasi akan K3 serta penerapan yang ada di
dalamnya melalui safety patrol, safety talk dan safety meeting:
a) Safety patrol
Safety patrol merupakan bagian dari implementasi elemen / pengujian
yang pada pokoknya bertujuan menjamin terlaksana sistem manajemen K3 di
dalam kegiatan operasional sehari-hari di seluruh bagian perusahaan tanpa
terkecuali. Biasanya di PT JTM melakukan safety patrol itu di jam-jam
terentu namun di saat divisi safety sedang di ruangan mereka selalu
mengontrol melalui kamera CCTV dan disaat jam 9 -10 siang divisi safety
melakukan safety patrol dan menuju seluruh ruangan kerja, disetiap ruangan
kerja devisi safety memasangkan beberapa tombol atau alat tanda bahwa
difisi safety bekerja mengikuti SOP perusahaan. Ketika sedang melakukan
safety patrol mereka selalu mencari potensi bahaya ataupun berusaha
menanyakan pada seluruh karyawan yang memegang alat berat seperti
kegunaan alat berat tersebut dan beberapa stok sperpact yang dibutuhkan agar
alat berat dapat berfungsi dengan nyaman disaat karyawan melakukan
pekerjaanya.
b) Safety talk
Safety talk merupakan suatu cara kegiatan untuk meningkatkan pekerja
mengenai pentingnya Keselamatan Kesehatan Kerja, materi yang diberikan
biasanya bersifat spesifik yang ada di tempat kerja dan di PT JTM safety talk
dilakukan di setiap hari rabu dan jumat disaat pergantian jam kerja, setelah
Divisi safety menerangkan sebuah materi akan adanya dibuka sesi diskusi
antara Divisi safety dengan seluruh karyawan yang berkait materi dan seluruh
pekerjaan.
c) Safety meeting
34
Penerapan APD dilingkungan kerja PT. JTM sudah merata atau bisa
dikatakan seluruh karyawan menggunakan APD, Manajemen PT. JTM
memberikan fasilitas APD untuk seluruh karyawan melalui HRD dan divisi
safety, biasanya fasilitas tersebut dibagikan 1 bulan sekali namun jika APD
karyawan mengalami kerusakan, karyawan bisa meminta kepada difisi safety
karena penggunaan APD di lingkungan kerja sangat di wajibkan agar tidak ada
kerugian baik untuk perusahaan, tenaga kerja ataupun kerugian material yang ada
di PT. JTM
Pemeliharaan alat pelindung diri yang dilakukan oleh masing-masing
tenaga kerja walaupun hanya sebatas dalam menyimpan alat pelindung diri di
locker yang telah disediakan oleh perusahaan, sedangkan alat pelindung diri yang
disimpan perusahaan disediakan ruangan khusus. Alat pelindung diri dirawat
sesuai dengan prosedur perawatan masing-masing alat pelindung diri. Adapun
dengan adanya prosedur perawatan yang sesuai ini akan menjaga kondisi alat
pelindung diri dalam keadaan baik dan tidak cepat rusak, sehingga kerusakan alat
pelindung diri karena perawatan yang tidak benar dapat dikurangi..
PT. JTM sudah menganalisis akan adanya dampak lingkungan yang terjadi
pada perusahaan tersebut jika seluruh karyawan tidak diberikan semua fasilitas
yang dibutuhkan saat bekerja, dampak/permasalahan yang akan terjadi jika ada
karyawan tidak menggunakan APD bisa berakibat fatal karena perusahaan bisa
35
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Bagi pihak karyawan harus selalu mengikuti peraturan yang sudah dibuat
oleh manajer dan divisi safety akan penerapan Keselamatan Kesehatan
Kerja (K3). Karena Penerapan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
Penting untuk diterapkan agar mengurangi potensi bahaya dan terhindar
dari kecelakaan saat bekerja.
36
37
2. Bagi pihak Manajer PT. JTM harus selalu memfasilitasi APD bagi
seluruh karyawan tanpa terkecuali, serta harus selalu merawat APD yang
masih tersedia untuk dipakai karyawan saat APD karyawan mengalami
kerusakan.
38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN A
Data Hasil Pengamatan
Tabel 2 Data Seluruh Karyawan di PT. JTM
Jumlah Karyawan Usia Jabatan Jenis Kelamin
L P
1 42 Direktur L
1 39 Manajer L
1 30 Bendahara P
2 32&29 Eksekutif L P
Administrasi &
pembelian
3 27-33 HRD L P
2 29&32 HSE L
6 23-30 Laboratorium L P
Terjadi 0 0
Tertimpa material
Tidak terjadi 50 100
Terjadi 16 32
Sakit punggung
Tidak terjadi 34 68
Terjadi 4 8
Terpeleset
Tidak terjadi 46 92
Terjadi 28 56
Kebisingan
Tidak terjadi 22 44
Terjadi 8 16
Luka gores
41
Tidak terjadi 42 84
Pengendalian Resiko
Jenis Resiko
Tertimpa Material Eliminasi
Table 6. Frekuensi Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Karyawan PT. JTM
Digunakan 46 92
Sepatu safety
Tidak digunakan 4 8
Digunakan 32 64
Sarung tangan
Tidak digunakan 18 36
Digunakan 48 96
Masker
Tidak digunakan 2 4
42
Digunakan 28 56
Kaca Mata
Pengaman Tidak digunakan 22 44
Digunakan 50 100
Helm Proyek
Tidak digunakan 0 0
LAMPIRAN B
Metode Analisis Data
LAMPIRAN C
43