Anda di halaman 1dari 35

PENGAMANAN KAWASAN RESORT CEMOROLAWANG DI

TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU

OLEH :

YESRUN ZETH ASBANU


201510320311035

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul :Pengamanan Kawasan Resort Cemorolawang Di Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru
Nama : Yesrun zeth asbanu
Nim : 201510320311035
Jurusan : Kehutanan
Fakultas : Pertanian – Peternakan

Laporan Praktik Kerja Lapangan oleh Yesrun Zeth asbanu telah diseminarkan

Pada tanggal…………..

Malang, 14 Februari 2018


Pembimbing Materi Pembimbing Lapangan,

Nandang Sri Rahayu MP. Edi Suharto


NIP: 131 930 058

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kehutanan

Tatag Muttaqin S.Hut, M.Sc


NIP: 1050907473

ii
ABSTRAKSI
Yesrun Zeth Asbanu (201510320311035). Pengamanan Kawasan Resort
Cemorolawang di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Bawah
Pembimbing Materi Nandang Sri Rahayu MP dan Pembimbing Lapang Bapak..

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) terletak di Kabupaten


Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, dan Malang, Jawa Timur, tepatnya di koordinat
7°51’ – 8°11’ LS, 112°47’ – 113°10’ BT. Taman nasional ini memiliki tipe
ekosistem sub-montana, montana dan sub-alphin dengan pohon-pohon yang besar
dan berusia ratusan tahun. Temperatur udara di Taman Nasional ini berkisar 3-20
derajat Celcius dengan curah hujan rata-rata 6.600 mm/tahun.. dengan metode
yang digunakan yaitu metode survey dan metode deskriptif.

Saat melakukan kegiatan patroli untuk pengamanan hutan ada beberapa


tindakan yang harus dilakukan saat berpatroli diantaranya tindakan Regresift atau
Reprensif, Tindakan Pre-Emtif, dan Tindakan Prefentif. Gangguan kawasan hutan
baik yang berasal dari alam maupun yang berasal dari ulah manusia, akan
membawa akibat yang sangat fatal dan dampak negative terhadap kawasan Taman
Nasional Alas Purwo.

Salah satu gangguan kawasan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru


yaitu pengambilan kayu bakar/rencek, pada satu sisi tidak hanya berpotensi
menimbulkan kerawanan terhadap penebangan pohon akan tetapi juga
mengganggu berbagai aktivitas satwa. Permasalahan-permaslahan keamanan
terhadap kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah perburuan liar,
penebengan liar, pengambilan tumbuhan hias atau obat-obatan,perencekan.
Tingkat kerawanan pengambilan kayu bakar/rencek dapat dikatakan cukup tinggi
seiring dengan meningkatnya kebutuan rumah tangga.

Kunci: TNBTS, Permasalahan, Patroli.

iii
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah S.W.T yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan laporan Praktek
Kerja Lapangan dengan judul “Pengamanan Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru Resort...” di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ini telah
terselesaikan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu dalam proses penyusunan, pelaksanaan, hingga penyelesaian laporan
praktek kerja lapangan ini, khususnya kepada:

1. Bapak Tatag Muttaqin, S.Hut, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Kehutanan

2. Bapak Nandang Sri Rahayu selaku Dosen Pembimbing Materi Praktek


Kerja Lapang.

3. Teman-teman Praktek Kerja Lapang selaku satu tim di Taman Nasional


Bromo Tengger Semeru.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat masih kurangnya pengetahuan
dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan.

Malang, maret, 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
ABSTRAKSI..........................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan Praktek Kerja Lapang 3
1.3 Manfaat 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
2.1 Upaya Perlindungan Hutan 5
2.2 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru 6
2.1.1 Letak dan Aksesibilitas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
(TNBTS)..........................................................................................................6
2.1.2 Geologi, Topografi dan Tanah Formasi geologi dari TNBTS............6
2.1.3 Iklim dan Curah Hujan.......................................................................8
2.1.4 Flora Dan Fauna.................................................................................8
2.3 Resort Based Management 9
2.3 Bentuk Pengamanan Hutan Di Taman Nasional 10
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................13
3.1 Tempat dan Waktu Praktek Kerja Lapang 13
3.2 Alat dan Bahan 13
3.3 Metode Penelitian 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................15
4.1 Pengamanan Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
15
4.2 Tindakan Prefentif 17
4.3 Tindakan Pre-Emtif 19
4.4 Tindakan Regresif atau Reprensif 19
4.5 Gangguan Terhadap Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru 20
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................22

v
5.1 Kesimpulan 22
5.2 Saran 22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24
LAMPIRAN...........................................................................................................25

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Hal

Data Gangguan Keamanan di Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru


18

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal

Grafik Rekapitulasi Gangguan Hutan TNBTS Tahun 2012-2016 22

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya, hutan merupakan sumber daya alam yang memiliki berbagai
fungsi ekologis, ekonomi, sosial budaya maupun hankam yang sangat dibutuhkan
dalam menunjang kehidupan manusia serta makluk hidup lainnya.Berbagai
gangguan kelestarian hutan pada saat ini masih banyak terjadi, bahkan
intensitasnya terus meningkat dari waktu ke waktu seperti, perambahan hutan,
illegal logging, perburuan hewan liar serta gangguan hutan yang banyak
menimbulkan kerusakan adalah kebakaran hutan.

Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Bromo Tengger


Semeru menyebabkan kelestarian Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
menjadi terganggu dan terancam akan dirusak oleh wisatawan yang kurang
bertanggung jawab, seperti sampah yang akan menumpuk di kawasan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru, coretan-coretan yang terdapat di fasilitas umum
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru serta pencurian beberapa tanaman
langka seperti adelweis dan juga pemburuan liar terhadap fauna terutama burung.
Kementerian Kehutanan dalam hal ini adalah Balai Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru Jawa Timur sebagai pengelola tentunya sudah melakukan
kegiatan-kegiatan terkait kelestarian kawasan Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru.

Perlindungan (save) kawasan merupakan langkah awal konservasi kawasan


sebagai prasyarat untuk dapat mempelajari (study) seluruh potensi dan
pemanfaatannya (use) secara berkelanjutan. Strategi untuk lebih mengefektifkan
perlindungan kawasan konservasi adalah membagi wilayah ke dalam resort-resot.
Resort menjadi “ujung tombak” perlindungan kawasan konservasi khususnya
dalam pengamanan kawasan.

1
Strategi pengamanan berbasis resort sudah lama diterapkan dalam pengelolaan
taman nasional di Indonesia. Taman-taman nasional telah membagai wilayahnya
ke dalam resort-resort. Jumlah resort-resort pada setiap taman nasional bervariasi
disesuaikan dengan kondisi biofisik kawasan maupun tingkat gangguan keamanan
kawasan.

Resort-resort bertanggung jawab dalam mengamankan wilayahnya dari


gangguan terhadap kawasan taman nasional. Berbagi gangguan yang saat ini
masih terjadi pada kawasan taman nasional telah menimbulkan pertanyaan
mengenai kinerja pengamanan resort-resort. Kondisi kinerja pengamanan saat ini
diduga terkait dengan terbatasnya sumber daya pengamanan maupun rendahnya
intensitas kegiatan pengamanan. Dugaan tersebut cukup beralasan, namun sejauh
ini belum banyak upaya untuk mengetahui kondisi sebenarnya sumber daya
pengamanan di resort-resort taman nasional. Upaya tersebut penting dilakukan
untuk memberikan gambaran tentang kondisi kinerja pengamanan di resort-resort
taman nasional. Gambaran mengenai kondisi sumber daya pengamanan di tingkat
resort-resort merupakan informasi yang berharga untuk perbaikan kinerja
pengamanan resort-resort taman nasional.

Kementrian kehutanan telah menetapkan 5 (lima) kebijakan prioritas yaitu :


illegal logging, penanggulanagn kebakaran hutan, restrukturisasi sector
kehutanan, rehabilitasi dan kenservasi hutan serta penguatan desentralisas sector
kehutanan. Perlindungan hutan sebagai suatu upaya untuk menjaga dan
mempertahankan hutan dan kawasan hutan dan hasil hutan dari berbagai
gangguan hutan baik yang disebabkan oleh manusia, hewan ternak, daya alam
serat hama dan penyakit serta perburuan liar, perambahan liar, kebakaran hutan
serta gangguan lainnya.

Kawasan perlindungan alam mempunyai jenis-jenis flora dan fauna yang


beraneka ragam.Pelestarian keanekaragaman hayati ini sangat membantu menjaga
manfaat berkelanjutan yang bisa diperoleh dari persediaan spesies alam yang
ada.Dengan pertimbanagan ini, maka untuk mencegah punahnya sumberdaya
alam hayati, perlindungan dan penjagaan terhadap kawasan perlu diperhatikan.

2
Salah satu masalah lain dalam kawasan hutan adalah penataan batas kawasan,
baik batas luar kawasan maupun tata batas kawasan dengan kawasan
lain.Pemantapan batas kawasan pada dasarnya meliputi kegiatan yang
berhubungan dengan proses pengukuhan satus hukum kawasan, yang merupakan
kepastian hukum dan keberadaan dari suatu kawasan.

1.2 Maksud dan Tujuan Praktek Kerja Lapang

Maksud dari Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui lebih
jelas dan details tentang pengamanan di dalam dan sekitar Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru, serta kaitannya dengan perlindungan hutan. Di samping itu,
kegiatan ini juga akan memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam praktek
perlindungan hutan yang sebenarnya di lapang, sekaligus mengonfirmasi teori-
teori perlindungan hutan.
Kegiatan PKL ini juga memiliki tujuan lain, yaitu agar mahasiswa dapat
membandingkan teori-teori yang didapat dari kampus, dengan praktik yang
sebenarnya di lapang. Perbandingan tersebut antara lain:
1. Untuk membandingkan teknik atau kegiatan dalam pengamanan kawasan
dengan ilmu Perlindungan hutan Hutan yang dipelajari di kampus;
2. Untuk mengetahui berbagai kegiatan pengamanan kawasan yang
dilakukan.
3. Untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan karena adanya perusakan
hutan.
4. Serta Praktek Kerja Lapang ini ditempuh untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam menempuh skripsi.

1.3 Manfaat

Dari hasil Praktek Kerja Lapang ini diharapkan dapat memberikan masukan
dan sumbangan pemikiran, sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola hutan
(Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) dalam membentuk kebijakan
keberlangsungan pengelolaan hutan tanpa adanya pelanggaran.

3
Selain itu penulis mengharapkan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
akan mendapatkan manfaat secara akademis atau praktis, dalam perlindungan
hutan dari hasil laporan ini. Jurusan Kehutanan, Universitas Muhammadiyah
Malang, juga akan mendapatkan manfaat yang sama dari kerja akademik ini.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Upaya Perlindungan Hutan


Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi
kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan
manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta
mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas
hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan
dengan pengelolaan hutan.(PP no.45 tahun 2004), Konservasi kawasan dan
keanekaragaman hayati meliputi pengelolaan dan pendayagunaan kawasan
konservasi serta pemberdayaan masyarakat sekitar taman nasional, taman wisata
alam, taman hutan raya, kawasan suaka alam, hutan lindung dan taman buru.
Konservasi keanekaragaman hayati meliputi konservasi jenis dan genetik,
konservasi ekosistem esensial, pengembangan lembaga konservasi, penangkaran
tumbuhan dan satwa liar, tertib peredaran tumbuhan dan satwa liar.
Usaha perlindungan hutan adalah suatu usaha untuk mencegah terjadinya
kerusakan hutan. Ada lima golongan kerusakan hutan yang perlu mendapat
perlindungan yaitu:
1. Kerusakan akibat pengerjaan/pendudukan tanah hutan secara tidak sah,
penggunaan hutan yang menyimpang dari fungsinya, dan pengusahaan
hutan yang tidak bertanggung jawab,
2. Kerusakan hutan akibat pengambilan batu, tanah dan bahan galian
lainnya, serta penggunaan alat-alat yang tidak sesuai dengan kondisi
tanah/tegakan,
3. Kerusakan hutan akibat pencurian kayu dan penebangan tanpa izin,
4. Kerusakan hutan akibat pengembalaan ternak dan akibat kebakaran,
5. Kerusakan hasil hutan akibat perbuatan manusia, gangguan hama dan
penyakit serta daya alam. (Prasetyo,2010)

5
Pelanggaran yang sering terjadi di Taman Nasioal Bromo Tengger Semeru
adalah adanya pemburuan liar terhadap flora dan fauna sangat minim sekali
dijumpai dilapang.

2.2 Taman Nasional Bromo Tengger Semeru


1 Letak dan Aksesibilitas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
(TNBTS)

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah taman nasional di jawa


Timur, Indonesia, yang terletak di wilayah administratif Kabupaten
Pasuruan, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo.
Taman yang bentangan barat-timurnya sekitar 20-30 kilometer dan utara-selatannya
sekitar 40 km ini ditetapkan sejak tahun 1982 dengan luas wilayahnya sekitar
50.276,3 ha. Di kawasan ini terdapat kaldera lautan pasir yang luasnya ±6290 ha.
Batas kaldera lautan pasir itu berupa dinding terjal, yang ketinggiannya antara 200-
700 meter.

2 Geologi, Topografi dan Tanah Formasi geologi dari TNBTS

Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru secara keseluruhan


merupakan daerah vulkanis, sehingga formasi geologinya terdiri dari hasil
kegiatan gunung api kuarter muda, dan gunung api kuarter tua dengan komposisi
20% dan 80%. Jenis batuan kawasan ini terdiri dari abu pasir/tuff vulkan
intermedia sampai basis (dengan fisiografi vulkan), asosiasi andosol kelabu dan
regosol kelabu (dengan bahan induk abu/pasir), dan tuff intermedia sampai basis.
Bentuk struktur geologi ini menghasilkan batuan yang tidak padat dan tidak kuat
ikatan butirnya, sehingga mudah tererosi terutama pada musim penghujan. Seperti
kebanyakan daerah vulkanik, wilayah TN-BTS memiliki tatanan air yang radikal,
sehingga pada musim kemarau, persediaan air hampir tidak tersedia atau bahkan
benar-benar kering. Hal ini dikarenakan air telah menggenangi semua permukaan
tanah selama musim hujan menghilang dengan cepat dengan menembus lapisan
bawah tanah. Persediaan air dalam tanah hanya di dapat dari air hujan, yang juga
mengalir di antara gunung-gunung batu. Meskipun pada musim hujan, sungai di
daerah batu vulkanik penuh, tapi begitu musim kemarau tiba, semuanya akan
mengering.

Sumber air dari TN-BTS adalah dari sungai dan kanal. Terdapat lebih dari 50
sungai dan 4 danau di dalam kawasan TN-BTS. Danau-danau tersebut diantaranya
adalah Ranu Darungan, Ranu Pane, Ranu Regulo dan Ranu Kumbolo. Dalam hal
ini menunjukkan bahwa TN-BTS memiliki peran yang sangat penting bagi daerah
sekitarnya. Keberadaan mata air TN-BTS dapat memenuhi kebutuhan air bersih
bagi masyarakat di desa-desa, dapat memenuhi kebutuhan air untuk pertanian dan
menghasilkan energi / tenaga listrik.

6
Area TN - BTS berada pada ketinggian 750 - 3.676 meter di atas permukaan
laut, keadaan topografinya bervariasi dari bergelombang dan miring ke daerah
berbukit bahkan gunung dengan sudut hampir tegak. Secara umum, area TN-BTS
adalah berbukit yang terdiri dari kelompok pegunungan Tengger di utara dan
kelompok pegunungan Jambangan ke selatan. Dari kedua kelompok gunung
tersebut teradapat gunung berapi aktif.

Kelompok Pegunungan Tengger merupakan daerah berbukit, dengan ketinggian


sekitar 2.000 m dari permukaan laut, di mana terdapat kaldera (kawah pasir)
dengan diameter 8 - 10 km. Dasar bawah kawah adalah gurun pasir yang luas
(lautan pasir) di mana gunung Bromo (2.392 m, dpl) gunung Batok (2, 440 m,
dpl) gunung Widodaren (2.614 m dpl) gunung Watangan (2.601 m, dpl) dan
gunung Kursi (2.581 m, dpl) terletak di tengah-tengahnya. Dinding kawah yang
mengelilingi laut pasir merupakan daerah yang curam dan dalam dengan sudut 60
- 80 derajat dan kisaran tingkat kedalaman antara 200 - 600 meter.

Terdapat beberapa pegunungan di sekitar kawah Tengger, yaitu:


Gunung Pananjakan (2770 m, dpl) gunung Cemorolawang (2.227 m dpl), gunung
Lingker (2.278 m dpl), gunung Pundak Lembu (2635 m dpl) gunung. Jantur
(2.705 m dpl) gunung Ider - Ider (2.527 m dpl) dan gunung Mungal (2.480 m dpl).
Dalam kelompok gunung Semeru terdapat beberapa pegunungan, yaitu:
Gunung. lanang (2.313 m dpl) gunung Ayek-ayek (2.819 m dpl) gunung Pangonan
Cilik (2.833 m dpl) gunung Keduwung (2.334 m dpl) gunung Jambangan (3.020
m dpl) gunung Gentong (1.951 m dpl) gunung Widodaren (2.000 m dpl) gunung
Kepolo (3.035 m dpl) gunung Malang (2, 401 m dpl) dan gunung Semeru (3.676
m dpl).
Kawasan hutan di pegunungan Semeru memiliki banyak sungai dan garis lava
vulkanik yang dekat dari aktifitas Semeru. Dari semua aktifitas Semeru tersebut,
banyak ditemukan batu-batu dan pasir vulkanik. Bila dilihat dari arah selatan,
Gunung Semeru terlihat seperti sebuah kerucut yang sempurna dan indah, dengan
lereng timur lebih landai daripada di bagian baratnya. Pada ketinggian 2.000 m
dpl. Kemiringannya terlihat sangat curam dengan gradien lebih dari 35.

Daerah ini merupakan daerah yang produktif, karena berbagai hal seperti batu
vulkanik, kerikil, pasir, abu, awan panas, dan lava yang dimuntahkan melalui
kawah. Karena hal ini pula membuat daerah ini cenderung kekurangan vegetasi.
Pada ketinggian 1000-2000 m dpl, kemiringannya tidak terlalu curam dan terdapat
endapan material yang cukup besar. Karena bagian utama dari daerah ini
bersumber dari Gunung Semeru, karenanya kondisi vegetasi yang ada mulai padat
dan bervariasi. Pada ketinggian 1.000 m dpl ke bawah, terdapat daerah yang
semakin landai dan rendah dan mulai terdapat pemukiman dengan lahan yang
subur untuk pertanian.

Jenis tanah berdasarkan peta tanah tinjau Provinsi Jawa Timur tahun 1966
adalah regusol dam litosol. Jenis tanah ini berasal dari abu dan pasir vulkanis
intermedia sampai basis dengan sifat permiabilitas sangat tinggi dan lapisan
teratasnya sangat peka terhadap erosi. Warna tanah mulai dari kelabu, coklat

7
kekuning-kuningan, sampai putih, dengan tekstur tanah pada umumnya pasir
sampai lempung berdebu dengan struktur lepas atau berbutir tunggal.

3 Iklim dan Curah Hujan

Berdasarkan klasifikasi tipe iklim Schmidt dan Ferguson, iklim di kawasan


taman nasional ini termasuk iklim tipe A meliputi daerah semeru, tipe B dengan
nilai Q sebesar 14,36% dan curah hujan rata-rata 6604,4 mm/tahun. Kelembaban
udara di sekitar lautan pasir cukup tinggi yaitu maksimal mencapai 90 - 97% dan
minimal 42 - 45% dengan tekanan udara 1007 - 1015,7 mm Hg.

Suhu udara rata-rata berkisar antara 5°C - 22°C. Suhu terendah terjadi pada
saat dini hari di puncak musim kemarau antara 3°C - 5°C bahkan di beberapa
tempat sering bersuhu di bawah O°C (minus). Sedangkan suhu maksimum
berkisar antara 20°C - 22°C.

4 Flora Dan Fauna

Di wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru terdapat tipe ekosistem


sub-montana dan sub-alphin dengan pohon-pohon yang besar dan berusia ratusan
tahun antara lain cemara gunung, jamuju, edelweis, berbagai jenis anggrek, dan
rumput langka.Pada dinding yang mengelilingi Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru terdapat banyak rerumputan, mentigi, akasia, cemara.Ada 600 jenis flora,
dan yang banyak di jumpai antara lain : mentigi (Vaccinium Varingaefolium),
akasia (Acacia decurrens), kemlandingan gunung (Albitzia lophanta), cemara
gunung (Casuarina junghuniana), dan adas (Funiculum vulgare).Begitu juga di
Hutan semeru bagian selatan terdapat 157 jenis anggrek seperti Malaxis
purpureonervosa, Maleola witteana dan Liparis rhodochila.Di samping jenis-jenis
di atas terdapat pula jenis tumbuhan pegunungan tengger di antaranya pakis uling
(Cyathea Tenggeriensis), putihan (Buddleja Asiatica), senduro (Anaphalis sp.),
anting-anting (Fuchsia magallanica), jamuju (Dacrycarpus imbricatus), cemara
gunung (Casuarina sp.), edelweis (Anaphalis javanica), berbagai jenis anggrek
dan jenis rumput langka (Styphelia Pungieus).
Hidayat dan Risna (2007) menemukan 13 jenis timbuhan obat di resort Ranu
Pani, Senduro dan Pronojiwo.Tiga Jenis di antaranya termasuk kategori tumbuhan
obat langka yaitu pronojiwo (Alyxia reinwardtii) dan sintok (Cinnamomum
sintoc), di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, dan satu jenis
tumbuhan obat langka yaitu purwoceng (Pimpinella pruatjan), ditemukan di
perkebunan penduduk.
Terdapat sekitar 137 jenis burung, 22 jenis mamalia dan 4 jenis reptilia
di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.Dan sedikit jenis mamalia yang dapat
di jumpai, di antaranya adalah : babi hutan (Sus scrofa), kijang (Muntiacus
muntjak), macan tutul (Panthera pardus), trenggiling (Manis javanica), landak
(Hystrik brachyura), budeng (Presbytis cristata), dan beberapa jenis mamalia kecil
lainnya.

8
Satwa langka dan di lindungi yang terdapat di Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru antara lain luwak (Pardofelis marmorata), rusa (Cervus timorensis), kera
ekor panjang ( Macaca fascicularis), kijang (Muntiacus muntjak), ayam hutan
merah ( Gallus gallus), macan tutul (Panthera pardus), ajag (Cuon alpinus), dan
berbagai jenis burung seperti alap-alap burung (Accipiter virgatus), rangkong
(Buceros rhinoceros silvestris), elang ular bido (Spilornis Cheela bido), srigunting
hitam (Dicrurus macrocercus), dan elang bondol (Haliastur indus) yang hidup di
Ranu Pane, Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo.
Penelitian oleh Suharto et al, (2005) di hutan Ireng-ireng wilayah konservasi
Senduro Lumajang kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
(TNBTS) selama dua bulan tentang kupu-kupu di temukan sebanyak 31 species
dan sub species yang berasal dari 21 genus dalam delapan family.Satu species
dilindungi undang-undang di Indonesia yaitu Troides Helena.

2.3 Resort Based Management


Resort Based Management (RBM) merupakan salah satu kebijakan
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia yang ditargetkan dapat
diimplementasikan disemua UPT Taman Nasional pada Tahun 2014. Kebijakan
ini selalu kami sampaikan setiap membawakan materi kebijakan Kementerian
Kehutanan. Saat menyampaikan materi pembelajaran mata diklat kebijakan
bidang PHKA pada salah satu diklat, salah seorang peserta menyampaikan
tanggapannya bahwa RBM hanya “MIMPI” bagi kami petugas lapangan. Hal
tersebut tentu saja perlu mendapat perhatian khusus dan tantangan untuk
membuktikan bahwa RBM tidak hanya sebatas “MIMPI”, tapi dapat
diimplementasikan seperti di Taman Nasoinal Bromo Tengger Semeru.

Resort merupakan jabatan non struktural yang dibentuk dengan keputusan


Kepala Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional (Pasal 31 P.03/Menhut-II/2007).
Didalam sebuah taman nasional terdapat beberbagai struktur yang diduduki oleh
berbagai tingkatan jabatan sampai dengan staf dilapangan. Resort merupakan
garda terdepan dalam sebuah pengelolaan taman nasional. Atasan langsung dari
resort adalah Kepala Seksi. Orang-orang yang berada di resort harus berhubungan
langsung dengan masyarakat, baik itu masyarakat yang tinggal didalam atau
disekitar taman nasional, maupun masyarakat yang melakukan kegiatan-kegiatan
illegal didalam sebuah kawasan taman nasional, seperti berburu satwa, illegal

9
loging, perambahan dan pencurian tumbuh-tumbuhan langka yang
dilindungi.Dalam hal pengamanan kawasan hutan yang menjadi tanggung jawab
petugas resort, resort tidak bisa berbuat banyak. Karena kewenangan dan
pengelolaan anggaran berada di tingkat Balai. Pengelolaan ini tidak akan efektif
mengingat luasnya kawasan hutan yang dikelola dan banyaknya permasalahan
gangguan terhadap kawasan hutan.Olehnya itu dibutuhkan sebuah solusi yang
cepat dalam pengelolaan taman nasional. Tingginya konflik di taman nasional dan
masih sering terjadinya kegiatan-kegiatan illegal disebuah taman nasional
membuat beberapa kalangan tidak mempercayai sistem taman nasional dalam
upaya penyelamatan sebuah kawasan hutan.

2.3 Bentuk Pengamanan Hutan Di Taman Nasional

Penjagaan dilaksanakan di Pos Jaga atau Pondok Jaga yang ada di masing-
masing resort. Personil jaga berjumlah dua orang atau lebih yang bertugas selama
satu sampai dua hari sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Tugas pokok
penjagaan adalah menerima informasi atau laporan dari petugas lain atau anggota
masyarakat tentang terjadinya tindak pidana kehutanan/konservasi baik langsung
atau melalui pesawat komunikasi untuk disampaikan kepada kepala wilayah untuk
mengambil langkah-langkah tindakan selanjutnya.Sebagian besar aktivitas
penjagaan berada di Pos atau Pondok Jaga dan sekitarnya

Penghadangan atau penyanggongan adalah kegiatan pengamanan dengan cara


menunggu baik sembunyi atau terang-terangan terhadap pelanggar yang
dipastikan melewati blok atau jalur tertentu. Apabila pelanggar telah diketahui
maka dilanjutkan dengan tindakan penyergapan dan penangkapan. Petugas
biasanya melakukan patroli rutin yang diikuti dengan kegiatan penghadangan atau
penyanggongan.

Patroli rutin adalah cara pengamanan dengan bergerak baik dengan jalan kaki
maupun berkendaraan di jalur-jalur utama atau jalur setapak yang sering
digunakan oleh pelanggar. Patroli rutin dilaksanakan secara harian, biasanya dua

10
hari atau tiga hari sekali pada masing-masing resort. Personil patroli rutin
berjumlah dua orang atau lebih

Patroli luar kawasan bertujuan untuk mencari informasi tentang terjadinya


gangguan kawasan di desa-desa di sekitar kawasan Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru. Sumber informasi berasal dari masyarakat umum atau orang-
orang tertentu yang sengaja dijadikan informan. Informasi yang diperoleh berupa
data-data pribadi dan aktivitas pelaku tindak pidana kehutanan/konservasi. Dari
informasi ini petugas menentukan langkah-langkah tindakan.

Patroli Mendadak adalah suatu kegiatan patroli yang dilaksanakan karena


terjadinya suatu peristiwa gangguan hutan secara tidak terduga, terjadi sewaktu-
waktu, tidak tergantung lama dan lokasi serta melibatkan jumlah personil yang
ada atau terbatas. Patroli ini membutuhkan kecepatan dalam bertindak. Misalnya
terjadinya perburuan satwa dan terjadinya kebakaran hutan.

Pengamanan Flora-Fauna adalah suatu bentuk kegiatan pengamanan yang


khusus ditujukan untuk menjaga dan melindungi keberadaan dan kelangsungan
hidup flora dan fauna dari ancaman, gangguan dan kerusakan dan perburuan yang
disebabkan oleh faktor alam ataupun manusia yang dilaksanakan pada waktu-
waktu tertentu atau menurut musim., pengamanan burung-burung migran.

Pengamanan Habitat adalah suatu kegiatan pengamanan yang dilaksanakan


untuk melindungi dan menyelamatkan tempat hidup flora atau fauna tertentu dari
ancaman, gangguan, kerusakan oleh alam atau manusia. Pengamanan dilakukan
pada setiap waktu atau pada musim-musim tertentu. Misalnya pengamanan areal
tempat bertelurnya penyu, pengamanan feeding ground,

Pengamanan Tempat Wisata Alam adalah suatu kegiatan pengamanan secara


fisik terhadap tempat yang telah ditetapkan sebagai tempat wisata alam atau suatu
tempat yang karena nilainya menjadi tempat kunjungan wisata tertentu yang
berada dalam kawasan Taman Nasional, agar terjaga keutuhan dan kelestariannya.
Misalnya perlindungan terhadap lautan pasir.

11
Pengamanan pengunjung adalah suatu kegiatan pengamanan yang dilakukan
terhadap aktivitas atau perilaku pengunjung yang berada di suatu tempat wisata
alam dalam kawasan taman nasional, agar pengunjung tidak melakukan kegiatan
yang dapat menggangu dan merusak obyek, sarana dan prasarana wisata alam,
melanggar peraturan yang berlaku , dan menganggu ketertiban dan keberadaan
pengunjung lain. Misalnya penggledahan dan penyitaan barang bawaan yang
membahayakan seperti senjata api, senjata tajam, narkoba dan minuman keras dan
penggledahan setelah melakukan kunjungan untuk mengetahui kemungkinan
pengambilan flora-fauna yang terdapat dalam kawasan.

Pengamanan Usaha Wisata Alam adalah suatu kegiatan pengaman yang


bertujuan untuk mengawasi segala aktivitas perusahaan wisata alam yang telah
mendapatkan ijin usaha dari pejabat yang berwenang, agar tidak melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan dan perjanjian yang telah disepakati bersama.
Misalnya pemeriksaan pal batas usaha wisata alam, pemeriksaan bangunan fisik
dan pemeriksaan tanaman-tanaman yang bersifat eksotik.(heru, 2010)

12
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Praktek Kerja Lapang

Praktek Kerja Lapang dilakukan pada tanggal 15-14 Februari 2018 yang
berlokasi di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru resort Cemorolawang
Kabupaten Probolinggo Jawa Timur dengan luas wilayah 2,67 ha.
3.2 Alat dan Bahan

Alat yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian adalah: kompas, GPS


(Global Positioning System), jam tangan, buku. Bahan yang digunakan dalam
melakukan penelitian adalah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan
narasumber (petugas taman nasional dan masyarakat sekitar taman nasional)

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode

survey, dan metode deskriptif . Menurut Marzuki (1986), metode survey adalah

metode yang menggambarkan secara langsung keadaan suatu obyek dan tidak

dimaksudkan untuk mengambil dan menarik kesimpulan. Data yang diambil

adalah data primer dan data sekunder. Metode deskriptif adalah suatu metode

yang menggambarkan keadaan atau kejadian-kejadian pada suatu daerah tertentu.

Dalam metode ini pengambilan data dilakukan tidak hanya terbatas pada

pengumpulan dan penyusunan data, tapi meliputi analisis data dan pembahasan

tentang data tersebut.

13
3.3.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber secara langsung dengan
melakukan pengamatan dan pencatatan hasil observasi, wawancara, partisipasi
secara langsung (Marzuki, 2003).
a. Observasi

Metode observasi yaitu metode yang dilakukan untuk


pengamatan secara sistematis terhadap gejala/ fenomena yang
diselidiki tanpa mengajukan pertanyaan (Marzuki, 2003).
b. Partisipasi Secara Langsung

Partisipasi secara langsung yaitu mengikuti secara langsung


kegiatan yang dilakukan selama kegiatan Praktek Kerja Lapang
3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber
(Marzuki, 2003). Dalam hal ini data sekunder yang diambil yaitu kondisi umum
kawasan meliputi letak dan luas, kondisi fisik dan biotik, iklim dan vegetasi
endemik pada kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

14
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktek Kerja Lapang yang dilaksanakan mulai bulan 15 januari-14


Februari 2018 yang berlokasi di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Kabupaten Probolinggo Jawa Timur dengan luas wilayah 2,67 ha. Kegiatan
dijalankan sesuai dengan agenda kegiatan Praktek Kerja Lapang yang telah
disusun:

Agenda Kegiatan Praktek Kerja Lapang

.Patroli kawasan Resort Cemoro Lawang 07.00-09.00 Wib

..Pengambilan bibit Adelweis(Anaphalis javanica) 10.00-12.00 Wib

Penyusunan agenda kegiatan disesuaikan dengan agenda kegiatan Taman


Nasional Bromo Tengger Semeru dengan kebutuhan penyusunan Praktek Kerja
Lapang. Pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru berpendapat bahwa
praktek walaupun judul Praktek Kerja Lapang sudah ditentukan, tidak ada
salahnya mengikuti dan belajar kegiatan lapangan secara langsung dan
keseluruhan, guna mendapatkan banyak ilmu.

4.1 Pengamanan Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Pemahaman terhadap kepentingan masyarakat secara sosial ekonomi perlu


diperhatikan oleh pengelola kawasan sebab masyarakat berpotensi sebagai
pendukung upaya konservasi sekaligus sebagai ancaman terhadap upaya
konservasi. Daerah dimana kawasan konservasi sebagai penghalang dan tidak
mendatangkan manfaat bagi masyarakat, maka masyarakat sekitar akan menjadi
ancaman. Sebaliknya jika kawasan hutan konservasi dianggap sesuatu yang
mendatangkan manfaat bagi masyarakat, maka masyarakat menjadi pendukung
dalam usaha pelestarian kawasan hutan konservasi. Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru merupakan kawasan hutan konservasi yang langsung berkaitan

15
dengan masyarakat sekitar kawasan hutan, dan mempunyai peranan yang bersifat
multidimensi. Disamping dimensi ekonomi dan ekologi, hutan juga memiliki
dimensi sosial budaya. Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dilihat
dari aspek dimensi ekonomi dengan berbagai potensi keanekaragaman hayati dan
obyek daya tarik wisata dapat memberikan dampak pertumbuhan ekonomi
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung serta dapat menghasilkan
devisa penting dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah. Disisi
ekologi sumber daya hutan berperan penting terhadap 3 iklim lokal ataupun
global, tata air, konservasi lahan, kekayaan hayati serta plasma nutfah, yang
semuanya berperan penting dalam kehidupan sosial masyarakat sekitar.
Berdasarkan data gangguan keamanan kawasan Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru tahun 2012 – 2016, kondisi gangguan keamanan di kawasan
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru relatif aman jika dibandingkan dengan
kawasan konservasi lainnya. Gangguan keamanan yang terjadi dikawasan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru antara lain, penebangan pohon, pengambilan
kayu bakar, pengambilan bunga adelweis dan perburuan satwa. Sampai dengan
saat ini gangguan keamanan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
didominasi oleh pencurian kayu dan perburuan liar.

16
Tingkat gangguan keamanan kawasan yang terjadi di kawasan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru dalam kurun waktu 2012 – 2016, sebagai
berikut:
Tabel 1. Data Gangguan Keamanan di Kawasan Taman Bromo Tengger
Semeru

Tahun
No Jenis Gangguan
2012 2013 2014 2015 2016 Total

1 pencurian kayu 4 - 17 1 - 22
2 Perencekan 5 7 20 7 12 51
3 perburuan satwa 33 3 28 2 5 71
Pengambilan
4 - 50 - - - 50
bunga adelweis
pelanggaran
5 8 16 7 16 0 47
lainnya
Jumlah 50 76 72 26 17 =
Sumber : Data Statistik Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Tahun 2010

4.2 Tindakan Prefentif


Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah salah satu
kawasan konservasi diwilayah kerja Taman Nasional Jawa Timur yang karena
kondisi dan situasi saat ini perlu dilakukan pemeliharaan jalur batas kawasan.
Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk upaya prefentif terhadap gangguan dan
ancaman terhadap kawasan. Salah satu permasalahan yang ada di kawasan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru adalah tentang penataan batas kawasan, baik
batas luar kawasan ataupun tata batas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Kegiatan pemantapan pal batas pada dasarnya meliputi kegiatan yang
berhubungan dengan proses pengukuhan status hukum kawasan Taman Nasional,
yang merupakan kegiatan untuk memberikan kepastian hukum atas keberadaan
dari kawasan. Pelaksanaan kegiatan tersebut memerlukan peran dan partisipasi

17
secara aktif dari masyarakat, pemerintah daerah, dan berbagai pihak yang terkait
dengan kawasan.

Secara terperinci hasil pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jalur dan


inventarisasi batas kawasan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah
sebagai berikut:

1.Petugas Resort Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan masyarakat


melakukan patroli dengan jalan menyisir melewati jalan setapak baik
jalur pendakian maupun jalur yang digunakan oleh pengambil tanaman
obat-obatan.

2.Tim pelaksana kegiatan berhasil menemui sebagian pengunjung yang


berada di kawasan yang kemudian diberikan pengarahan dan penyuluhan
mengenai arti penting konservasi.

3.Tim pelaksana juga melakukan pengecekan terhadap kondisi pal batas-


pal batas kawasan

Kegiatan pemeliharaan jalur batas kawasan dan pemeliharaan pal batas


kawasan merupakan salah satu bentuk kegiatan yang sifatnya preventif.

Kegiatan ini dilaksanakan guna melakukan langkah antisipatif terhadap


pelanggaran ataupun tindak pidana kehutanan. Maksud dilaksanakannya kegiatan
pemeliharaan jalur batas kawasan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
adalah untuk meningkatkan pengamanan kawasan dengan mempertegas dan
memperjelas batas kawasan melalui penanaman tanaman batas kawasan dan
pemberian pal batas kawsan, serta tujuan dilaksanakannya kegiatan pemeliharaan
jalur batas kawasan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah agar
terciptanya kondisi yang utuh dan aman pada kawasan Taman Nasional Alas
Purwokarena adanya kejelasan batas kawasan sehingga tidak terjadi adanya
penyerobotan kawasan oleh pihak luar dan tidak ada pencurian hasil hutan.

Patroli batas kawasan biasanya dilakukan pada daerah atau blok-blok yang
rawan terhadap pelanggaran sepertihalnya pada kawasan yang berbatasan
langsung dengan kawasan milik perhutanai maupun kawasan yang dekat dengan

18
ladang milik masyarakat sekitar kawasan. Pihak Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru menggunakan metode penyisiran langsung di lapang dalam melakukan
patroli hal ini dikarenakan letaknya yang berada di kawasan hutan alam dan juga
di dalam kawasan hutan lindung sehingga tidak memungkinkan adanya kendaraan
untuk masuk dan juga untuk tetap menjaga katenangan di dalam kawasan.
Didalam penyisiran yang berada di lokasi-lokasi yang dianggap rawan khususnya
antara batas kawasan hutan konservasi dengan hutan produksi milik Perhutani.
Kemudian diantara Pal Batas yang diketemukan ditentukan alurnya untuk
selanjutnya dibuat jalur yang jelas sebagai batas 2 (dua) buah kawasan.

4.3 Tindakan Pre-Emtif


Kegiatan pengamanan kawasan tidak berhenti hanya pada patroli pal batas
ada juga kegiatan yang di sebut sebagai kegiatan pre-emtif yaitu adalah upaya
yang mengikut sertakan peran masyarakat dalam melukan pemeliharaan dan
pengamanan kawasan. Hal ini bertujuan supaya masyarakat paham betul akan
batas kawasan dan agar masyarak memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga
keamanan kawasan dan menjaga kelestarian hutan karena untuk menjaga semua
itu tidak hanya dilakukan oleh petugas namun juga harus dilakukan adanya
pemahamanan dan pengertian dari masyarakat sekitar kawasan. Oleh karenanya
kegiatan ini dilaksanakan dengan mengikut sertakan masyarakat yang berada
disekitar kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru turut berperan aktif
menjaga dan melestarikan kawasaan hutan.

4.4 Tindakan Regresif atau Reprensif


Tindakan regresif merupakan tindakan atau sikap yang bersifat reprensif
atau menindak. Karena keberadaan kawasan Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru yang berbatasan langsung dengan Kawasan perhutani dan masyarakat
serta adanya antusias masyarakat sekitar untuk datang dan masuk kedalam
kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sehingga tidak dapat
dihindarakan dari adanya wisatawan yang banyak berdatangan hal ini tentunya
juga menambah adanya ancaman terhadap kerusakan hutan, seperti polusi yang
disebabakan akan adanya kendaraan yang sering melintasi kawasan, perusakan

19
tanaman di dalam hutan juga adanya corat-coret di sebagian tempat. Tindakan
represif yang dilakukan oleh pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
adalah tindakan tegas terhadap siapapun oknum yang terbukti bersalah dan
melanggar UU yang sudah ada dalam mengatur kelestarian hutan. Tindakan
represif yang di lakukan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah
tindakan penangkapan yang kemudian di lanjutkan dengan memproses sesuai
dengan UU yang berlaku UU No.5 tahun 1999 dan UU No.41 tahun 1999.

4.5 Gangguan Terhadap Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru


Banyaknya tekanan terhadap kawasan Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru seiring dengan tingginya pertumbuhan penduduk yang menuntut
penyerapan tenaga kerja, pemenuhan kebutuhan hidup dan mayoritas penduduk
sekitar kawasan hutan tergolong dengan ekonomi menengah ke bawah, selain itu
persepsi masyarakat terhadap hutan yang menyebabkan bahwa hutan adalah milik
umum yang boleh dimanfaatkan oleh siapa saja dan kapan saja. Salah satu
gangguan kawasan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yaitu pengambilan
kayu bakar/rencek, pada satu sisi tidak hanya berpotensi menimbulkan kerawanan
terhadap penebangan pohon akan tetapi juga mengganggu berbagai aktivitas
satwa. Tingkat kerawanan pengambilan kayu bakar/rencek dapat dikatakan cukup
tinggi seiring dengan meningkatnya kebutuan rumah tangga maupun produksi
batu bara.

Data Statistik Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

20
Grafik 1. Rekapitulasi Gangguan Hutan di Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru Tahun 2012-2016

Sumber : Data Statistik Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru


Tahun 2012

21
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil Praktek Kerja Lapang yang
telah di lakukan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah sebagai
berikut:
1. Gangguan kawasan hutan baik yang berasal dari alam maupun yang
berasal dari ulah manusia, akan membawa akibat yang sangat fatal dan
dampak negative terhadap kawasan Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru.
2. Permasalahan-permaslahan keamanan terhadap kawasan Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru adalah perburuan liar, penebengan liar,
pengambilan tumbuhan hias atau obat-obatan,perencekan.
3. Bentuk upaya yang dilakukan untuk pengamanan dan mencegah tindakan
pelanggaran adalah dengan tindakan prefentif atau patroli lapang, tindakan
preemtif atau pemberdayaan masyarakat sekitar untuk menjaga keamanan
kawasan dan tindakan represif atau penangkapan.
4. Penyebab terjadinya pelanggaran di kawasan Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru adalah masih minimnya petugas yang berada di kawasan
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru guna mencegah maupun
menanggulangi adanya gangguan hutan yang dikarenakan luasan kawasan
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang mencapai luas 43420 Ha
5. Masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
sudah mampu berperan aktif dalam upaya pengamanan dan perlindungan
kawasan dan perlu terus di bina dalam menjaga kawasan konservasi.
5.2 Saran

Perlindungan terhadap kawasan hutan sangat penting baik berupa pencegahan


maupun penanggulangan agar tetap terjaganya kelastarian hutan terutama pada
kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Kegiatan seperti patroli
pengamanan kawasan sebaiknya dilakukan dengan rutin untuk menjaga keamanan

22
kawasan dan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan bias ditingkatkan guna
meminimalisir adanya kesalah fahaman dengan masyarakat mengenai batasan –
batasan untuk kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

23
DAFTAR PUSTAKA

Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. 2010. Laporan Kegiatan


pengamanan dan pemantauan Kawasan Di Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru. Taman Nasional. Bromo Tengger Semeru.
Sultan, Sudirman. SP., MP. 18 Juni 2017. diupdate september 2017, Resort Based
Management, dalam http://polhutwidyaiswara.blogspot.sg/2017/06/aspek-
spiritual-resort-based-management.html
Sutmantoro ,Heru S.Hut. 22 Mei 2010 di BDK Rumpin Bogor. diupdate
September 2017, Bentuk Pengamanan Hutan Di Taman Nasional, dalam
http://memorihijau.blogspot.sg/2010/04/bentuk-pengamanan-hutan-di-
taman.html

24
LAMPIRAN
1. Pos penjagaan Resort Cemorolawang

2. Portal masuk dan keluarnya pengunjung di Resort Cemorolawang

3. Melakukan patrol di kawasan Resort Cemorolawang

25
4. Melakukan Tindakan Pengendalian Kebersihan

5. Kegiatan Pelayanan Pengamanan Pengunjung

6. Kegiatan Patroli Batas Kawasan

26
7. Kegiatan- Kegiatan Rutin

27

Anda mungkin juga menyukai