Anda di halaman 1dari 81

Mk Pengelolaan kawasan konservasi

MARIATY A. NIUN
Perubahan Sosial dan
Eksploitasi SDA dan Hutan
• PERUBAHAN SOSIAL UMUMNYA MENGIKUTI POLA-POLA
PERUBAHAN MULAI DARI:
MASYARAKAT PRIMITIF  AGRARIS  INDUSTRIALIS S/D 
MASYARAKAT INFORMASI ELEKTRONIK
• PERUBAHAN SOSIAL INI TERJADI KARENA PERKEMBANGAN
TANTANGAN KEHIDUPAN DENGAN MELAHIRKAN IDE-IDE
YANG MENDASARI PERUBAHAN SOSIAL, MIS: AGRARIS
(CENDERUNG BERPINDAH2), INDUSTRIALIS (MENUNTUT
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS)
• PERUBAHAN SOSIAL TIDAK LEPAS DARI PERUBAHAN INDIVIDU
• PERUBAHAN MASYARAKAT TERJADI SECARA EVOLUSIONER
DAN REVOLUSIONER, SESUAI DENGAN FAKTOR DINAMIS ATAU
PERANGSANG YANG ADA DI DALAMNYA
SEJARAH PENGELOLAAN KAWASAN
KONSERVASI

Akar munculnya gerakan


preservasi dan konservasi
* Selama lebih dari 2000 tahun terakhir ada 106 jenis mamalia
punah, 45 jenis di antaranya punah hanya dalam waktu 45
tahun saja yaitu antara 1900 – 1945 dimana terjadi
pembantaian terhadap paus, ikan hiu dan anjing laut termasuk
hewan berbulu seperti anjing hutan, rusa dan berung kutub juga
musang yang hampir punah di daratan eropa
* Berbagai dampak negatif kemudian harus ditanggung oleh
manusia, kesadaran akan dampak eksploitatif inilah yang
kemudian menjadi akar gerakan perlindungan yang mengarah
kepada pengawetan (preservation ) terhadap sisa-sisa hutan
alam di Eropa.
LANJUTAN....
* Gerakan Preservasi ini berakar dari romantisme para
bangsawan eropa yang ingin menikmati liburan di dalam
hutan sambil berburu dan menikmati keindahan alam dan
kegiatan ini kemudian berkembang menjadi penunjukan
dan pengukuhan kawasan untuk dijadikan cagar atau
monomen alam
* Gerakan preservasi kemudian berkembang dan menyebar
hingga ke Amerika dan hal ini kemudian menjadi bahan
diskusi dan perdebatan antar para intelektual dimana dasar
pemikiran preservasi dengan kerangka pengelolaan
kawasan liar (wilderness) yang berkembang sehingga
menimbulkan penghargaan pada lansekap negaranya yang
indah
*
LANJUTAN......

Gerakan Preservasi di
Indonesia
* gerakan Preservasi di Indonesia tidak lepas dari akses-akses
negatif yang ditimbulkan oleh Pemerintah Kolonial belanda
sejak abad ke-16, ekspansi ini menyebabkan perubahan tata
guna lahan skala besar di pulau jawa, sebagian sumatera
dan maluku. Selain itu perdagangan satwa liar juga cukup
banyak terjadi, karena pada waktu itu mamalia besar masih
dianggap sebagai hama perkebunan
* Melihat laju pengrusakan hutan yang tidak terkendali
tersebut, maka anggota (Road van Indie/ lembaga legislatif)
bernama C. Chastelein berinisiatif untuk mengawali
penunjukan dan penyerahan hutan seluas 6 ha di daerah
depok sebagai kawasan yang dikukuhkan untuk Cagar Alam
( Natural reservaat ) yang diharapkan dapat mewakili
ekosistem hutan tropis dataran rendah yang masih tersisa.
LANJUTAN....
Dari Reservasi ke Konservasi
* Dalam perkembangannya gerakan Reservasi di dunia sering terjebak pada
pandangan arkeologis yang cenderung melihat SDH sebagai suatu yang statis
sehingga kasi perlindungan hanya bertujuan untuk mengawetkan SDA
tersebut.
* Koreksi terhadap kekeliruan dasar dari logika preservasi ini yang kemudian
memunculkaan istilah yang dianggap lebih relevan yakni KONSERVASI
(Conservation) yang diartikan sebagai perlindungan dengan nuansa yang
lebih dinamis
* Di satu sisi pemanfaatan SDA dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia, di sisi lain diperlukan pemeliharaan eksistensi sumberdaya tersebut
untuk keberlanjutan hidup (ekologis) dan pemanfaatanya, tarik menarik
kepentingan dan atau kebutuhan ini lah yang kemudian melahirkan gerakan
konservasi.
* Titik awal perubahan paradigma ini dimulai dari adanya risalah monumental
yang di tulis oleh George Perkins Marsh mengenai dampak2 aktivasi manusia
terhadap lingkungan yang diikuti dengan penyerahan kawasan lembah
Yosemite dan daerah hutan Mariposa di California kepada publik sebagai
tempat singgah. Publikasi Marsh kemudian mendasari konsep pemanfaatan
dalam konservasi (Utilitarian Conservation) yaitu pendayagunaan sumberdaya
alam secara bertanggungjawab agar berguna bagi manusi
GARIS BESAR PERBEDAAN ANTARA PRESERVASI DAN KONSERVASI
No. Preservasi Konservasi
1. Logika:
* Arkeologis (Archaelogical • Biologi (Biological logic) mengelola
logic), mengelola alam sebagai alam sebagai SDA yang dapat di
SDA yang tidak dapat perbaharui (Renewable
diperbaharui (Non Renewable Resources)
resources).
Contoh: mengelola Rusa sebagai
Contoh: pengelolaan candi satwa langka untuk diselamatkan
borobudur sebagai warisan dunia dari kepunahan dan
dan hanya sekedar di awetkan memanfaatkanya untuk/ bagi
manusia, secara lestari
2. Sifat:
* statis, malah cenderung * Dinamis, kualitas dan kuantitasnya
berkurang (menurun) baik dapat turun dan naik, tergantung
kualitas maupun kuantitas baik atau tidaknya pengelolaan
3. Aksi
• Diterapkan pada akhir abat ke • diterapkan pertengahan abad ke-
19 20
• Melindungi perkebunan • Melestarikan kawasan dengan
belanda pendekatan ekosistem
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN KONSERVASI DALAM KONTEKS
KEHUTANAN

Konservasi merupakan pengelolaan kehidupan


alam oleh manusia guna memperoleh
manfaatyang sebesar-besarnya secara
berkenajutan bagi generasi saat ini serta
memelihara potensinya guna menjamin aspirasi
dan kebutuhan generasi yang akan datang,
maka konservasi sebenarnya bersifat positif,
mencakup pengawetan; pemeliharaan;
pemanfaatan berkelanjutan; pemulihan dan
peningkatan kualitas lingkungan alam
LANJUTAN.....
PERKEMBANGAN IDIOLOGI PENGELOLAAN HUTAN DAN PERLINDUNGAN ALAM
DAPAT DILIHAT PADA BAGAN BERIKUT:

1. Wildlife Preservation
2. Nature Preservation
3. Nature Protection
4. Nature Conservation
5. Ecosistem Conservation

5.Forest Ecosystem Management


4. Forest Resource management
3. Social Forestry/ Agroforestry
2. Timber management
1. Timber Exstraction
LANJUTAN.....

• Dari kedua kutub yang ada,


terlihat berbeda...?!
LANJUTAN.....

• Hal ini dikarenakan dari sudut pandang yang


berbeda, dimana di satu sisi hutan hanya sebagai
suatu tegakan kayu sedangkan disisi lain melihat
fenomena kepunahan satwa liar
akibatnya muncul 2 orientasi aksi dalam
pengelolaan hutan dan sumberdaya alam;
timber management berorientasi pada
penebangan kayu sedangkan wildlife preservation
berawal pada keprihatinan terhadap kepunahan
pada akhirnya kedua kutub ini bemuara pada
suatu pendekatan yakni pengelolaan yang
berbasis ekosistem
KILASAN SEJARAH KONSERVASI
 Periodisasi sejarah konservasi di Indonesia secara sederhana dapat dibagi
menjadi tiga jaman yakni: jaman kerajaan nusantara, jaman kolonial dan
jaman kemerdekaan.
1. Jaman Kerajaan Nusantara
tidak banyak arsip yang menunjukan kebijakan yang secara implisit
mengatur tentang koservasi, tindakan konservasi justru secara eksplisit telah
tercermin dalam pola prilaku sehari-hari masyarakat yang berhubungan
dengan lingkungan secara turun temurun.

Sebelum abad ke-15 tradisi sakral mewarnai segenap kehidupan


masyarakat, kepercayaan terhadap kekuatan alam dan mistifikasi
terhadap benda-benda dan gejala alam serta situs tertentu
mempengaruhi pola prilaku masyarakat.

Misalnya ada larangan mengambil jenis pohon tertentu, larangan


memasuki kawasan tertentu, dll. Pada masa itu relasi manusia dan alam
lebih harmonis. Alam dianggap sebagai sesuatu yang suci dan
memberikan berkah pada masyarakat. Kerajaan membuat monumen
atau tempat pemujaan untuk penghormatan pada penguasa alam,
tempat pemujaan dewa dan roh leluhur
LANJUTAN.....
salah satu dokumen penting yang berkaitan dengan kebijakan konservasi
alam adalah “PRASASTI MALANG tahun 1395) dari jaman kerajaan majapahit,
dalam prasasti itu tertulis:

“pemberitahuan kepada seluruh satuan tata negara si parasama disebelah


timur gunung kawi, baik di timur atau di barat batang air (Berantas);
diberitahukan kepada sekalian wedana, juru, bujud, terutama kepada
pecatanda di Turen.
Bahwa telah kita perkuat perintah Seri Paduka Batara Pertama Iswara, yang
ditanam di Wisnu Bawana dan begitu pula perintah Paduka yang ditanam di
Kertabuana, berhubungan dengan kedudukan satuan tatanegara si
Parasame Katiden yang meliputi 11 desa.

Oleh karena masyarakat itu berkewajiban mengamat-amati padang alang-


alang dilereng gunung Ledjar, supaya jangan terbakar, maka haruslah iya
dibebaskan dari pembayaran berbagai titisara. Selanjutnya masyarakat
dilarang menebang pohon kayu dari hutan kekayu dan memungut telur
penyu dan getan, karena larangan itu tidak berlaku kepadanya. Juga tidak
seorang jua pun boleh melakukan disana peraturan larangan berupa apa
pun jua. Apabila keputusan raja ini sudah dibacakan maka desa Lumpang
haruslah menurutnya. Demikian diselenggarakan pada bulan pertama pada
tahun saka 1317”.
LANJUTAN.....

• Dari keterangan di atas dapat dilihat kebijaksanaan kerajaan


majapahit dalam menyelamatkan keberdaan sumberdaya
alam, yaitu daerah aliran sungai dan segara isi yang
mendukungnya dan disis lain memberi alternatif solusi atas
konsekuensi itu sebagai solusi alternativ.

Tidak diperbolehkan mengambil kayu dan dibebaskan dari


pembayaran pajak, tetapi kebutuhan kayu dapat dipenuhi
dengan mengambil di tempat lain.

Satuan masyarakat Si Parasmana Katiden (satuan masyarakat


terdiri dari 11 desa) harus mematuhi larangan yang meliputi
keharusan melindungi padang alang-alang dilereng gunung
Lejar dari kebakaran, dalam menjalankan larangan tersebut,
satuan politik dibebaskan dari berbagai bentuk pajak: jalang,
pelawang serta titisara dan selanjutnya diperbolehkan
memungut hasil hutan dan pantai yaitu menebang kayu dan
mengumpulkan telur penyu.
LANJUTAN.....

2) Jaman Kolonial
periode pnedudukan BELANDA
ada 2 kejadian penting mengenai pelestarian alam di Indonesia
yang menentukan arah Konservasi di kemudian hari yakni:

1714 Chastelien mewariskan dua bidang tanah persil seluas 6 ha di


Depok untuk digunakan sebagai Cagar Alam (Natuur ReservaatI),
Chastelien berharap agar areal kecil yang indah itu tidak dijadikan
sebagai areal pertanian, sebab keaslian dan kealamiannya tidak
dapat digantikan dengan areal manapun juga.

1889 berdasarkan usulan Direktur Lands Plantentuin (kebun raya)


Bogor, kawasan hutan alam Cibodas seluas280 ha ditetapkan untuk
keperluan penelitian flora hutan pegunungan. Kawasan ini kemudian
meluas sehingga meliputi Gunung Gede dan Gunung Pangrango
pada tahun 1925.
LANJUTAN.....

Setelah pengukuhan cagar alam tersebut, wacana konservasi alam


ini mulai muncul kembali pada dekade abad ke-19 tepatnya pada
1896, kekosongan wacana konservasi alam selama 182 tahun (1714
s/d 1896) disebabkan oleh ekspansi perkebunan belanda demi
memulihkan perekonomian belanda. Munculnya kebijakan pada
tahun 1896 dilatarbelakangi atas keprihatinan terhadap eksploitasi
besar-besaran terhadap Burung Cendrawasih oleh pemerintah
Kolonial Belanda dan ekspor bulunya secara besar-besaran ke Paris
dan London

peringatan pertama muncul E.S.A de Clerg. Seorang mantan residen


ternate ini 1890 menyatakan “ saat ini burung2 hampir tidak pernah
dijumpai di sepanjang pantai, dan pembunuhan telah bergerak
hingga ke pedalaman, maka tidak akan ada lagi sisa-sisa produk
ciptaan Tuhan Sang Maha Pencipta yang dapat menyenangkan
para pengamat burung dari sebuah keajaiban dunia”.
LANJUTAN.....

Tahun 1894 Jendral C.H.A. Van der Wijck melalui koran Nicue Rotterdamsche Courant
mempertanyakan kasus-kasus perdagangan burung di Ternate dan Ambon serta
meminta pejabat setempat (Residen) agar melaporkan kasus tersebut beserta usulan
penangananya.

Tidak ada aksi jelas dan Kongkrit dari Pemerintah Kolonial yang akhirnya mendatangkan
tekanan dari Konservasionis dari luar Hindia Belanda tahun 1894. pada November
menteri Kolonial di Den Haag menerima sebuah surat dari ketua pelaksana Bond ter
Bestrijdingeerner Gruwelmode (assosiation to Combat a Revolting Fashion) dan
beberapa asosiasi jenis yang menyesalkan adanya penyeludupan burung cendrawasih
secara liar. Asosiasi itu mendesak agar menteri kolonial segera mencegah laju
perburuan satwa ini.

Pada saat bersamaan M.C.Piepers seorang entomolog amatir yang juga mantan
pegawai departemen hukum Hindia Belanda. Mengusulkan tindakan perlindungan bagi
burung cendrawasih serta flora dan fauna lain yang terancam punah. Menyarankan
agar dibuat semacam kawasan konservasi seperti Yellowstone National Park yang
secara resmi melindungi spesies yang terancam punah.

Tekanan serupa juga dilakukan oleh P.J. Van Houten (1896) seorang anggota asosiasi
perlindungan satwa belanda yang meminta agar pers belanda menyuarakan kepada
seluruh masyarakat bahwa laju kecepatan perburuan burung cendrawasih akan
menyebabkan kepunahan satu atau beberapa spesies burung tersebut.
LANJUTAN.....

Selama kurun waktu 1896 s/d 1897 pemerintah kolonial terutama kementrian
kolonial, mengusahakan penyelesaian masalah cendrawasih ini. masukan
mengenai burung cendrawasih ini kemudian menjadi ide untuk pembuatan
UU perlindungan burung dan diikuti dengan penerbitan Staatsblad 497
pada bulan Oktober 1909 dan Staatsblad 594 pada Desember 1909 yang
mulai berlaku pada 1 Juli 1910 dan akhirnya membuahkan hasil dengan
hadirnya Ordonnatic tot Bescherming van sommige in het levende
zoogdieren en vogels (Undang-undang perlindungan bagi mamalia liar dan
burung liar) yang dikeluarkan tahun 1910. UU ini berlaku diseluruh Indonesia.

Pada tahun 1912 juga didirikan Nederlands Indische Vereninging tot natuur
Bescherming (perhimpunan perlindungan alam hindia belanda) oleh Dr. S.H.
Koorders dkk. Sekaligus menjadi ketua pertamanya. Perhimpunan ini
menunjuk 12 lokasi kawasan yang perlu dilindungi di Pulau Jawa, yakni:
beberapa danau di Banten, P. Krakatau, Kawah Papandayan,
Semenanjung Ujung Kulon, P. Panaitan, Laut Pasir di Bromo, P. Nusa Burung,
Smenanjung Purwo, Kawah Ijen dan dataran tinggi Ijen. Kawasan-kawasan
tersebut menjadi monomen alam (Natuur Monumenten) yang tidak boleh
diusik
LANJUTAN.....

Sambil menunggu proses penetapan, Koorders dkk terus bekerja


menetapkan cagar alam pertama di luar pulau jawa yakni Kawasan gunung
Batu Gajah di ambon yang kemudian diberi nama Cagar alam Rumphius.
1915 kawasan habitat Rafflesia Arnoldi di Bengkulu juga ditetapkan sebagai
Cagar Alam. Di aceh kawasan yang menjadi habitat rafflesia tersebut juga
turut diambil tindakan perlindungan (bagi tumbuhan yang dianggap aneh
tersebut).

Peran perlindungan kemudian diambil alih oleh pemerintah hindia Belanda


tahun 1916 dengan menerbitkan Staatsblad no. 278 pada bulan Maret,
berdasarkan Staadblad ini juga pemerintah dapat menunjuk daerah
tertentu sebagai cagar Alam dan ditindaklanjuti dengan penunjukan 55
kawasan Cagar Alam

Ordonasi Perburuan 1924 menggantikan Ordonansi 1909, menetapkan fauna


yang sangat memerlukan perlindungan yaitu 8 jenis mamalia (termasuk OU)
dan 53 kelompok burung yang hanya berlaku di Jawa dan Madura. Setelah
Ordonansi ini diterbitkan, akta perburuan serta bea perburuan kemudian
ditetapkan. Pada masa ini perburuan Gajah, banteng, anoa, babi rusa
diluar Jawa masih diperkenankan selama setengah tahun
LANJUTAN.....

Karenanya Ordonansi ini dianggap tidak memuaskan dan terkesan melegalkan


eksploitasi satwa diluar pulau Jawa. Pada tahun 1925 didirikan Nederlandsche
Commisie Voor Internationale Natuur Bescherming ( Komisi Belanda Untuk
Perlindungan Alam Internasional) yang dipimpin oleh P.G.Van Tienhoven, salah
seorang yang sangat terkenal sangat memperdulikan perlindungan alam di Belanda
maupun di luar negeri. Komisi ini bertugas untuk mempelajari organisasi dan
peraturan yang berkaitan dengan cagar alam di luar negeri terutama di Indonesia

pada akhirnya komisi ini mendesak untuk menunjuk CA yang lebih besar. Pada
1929akhirnya ditunjuk CA Gunung Kerinci, dan tahun 1934 ditunjuk CA Leuser seluas
400. ribu ha yang merupakan CA terbesar pada waktu itu.kawasan lainnya yang
ditetapkan sebagai CA adalah G. Indrapura, Way Kambas, G. Weilhemina, Berbak di
Sumatra dan Kutai Besar, Sampit dan G. Palung, Mandor di Kalimantan dan
kepulauan Rinca, Pulau Padar, G. Rinjani, Pulau G. Api di Laut Banda di kawasan
Indonesia Timur.

Pada tahun 1931 peraturan perlindungan binatang-binatang liar


(Dierenbeschermingsverordening) diundangkan dan berlaku di seluruh Indonesia.
Dalam peraturan ini 36 jenis binatang liar dilarang untuk diburu, ditangkap, dibunuh
dan diperdagangkan baik hidup maupun mati. Salah satunya adalah badak bercula
satu.
LANJUTAN.....
Tonggak sejarah baru ditetapkan pada tahun 1932 dengan diundangkannya
Natuur Monumenten en wildreservaten ordonatic atau Ordonasi Cagar dan
suaka Margasatwa. Ordonasi ini kemudian digantikan dengan Peraturan
Perlindungan Alam (Staatsblad 1941 Nommor 167). Pada tahun ini istilah Natuur
Monumenten (monumen alam) dan Wild Reservaten (Suaka
Margasatwa)diganti dengan istilah Natuur Reservaat (Cagar Alam) dan Natuur
Park (Taman alam)

terbitnya ordonasi ini sekaligus memungkinkan adanya kegiatan di kawasan


konservasi dengan ijin, misalnya berburu ditaman alam. Ordonasi ini juga
menetapkan kemungkinan penunjukan daerah tertentu sebagai Cagar alam
sesuai dengan Ordonasi 1916.

sebagai tindaklanjut dari Ordonasi ini beberapa daerah di Sumatera ditetapkan


suaka marga satwa yaitu berbak untuk ekosistem rawa gambut yang kaya,
sumatra selatan untuk perlindungan ekosistem pegunungan tinggi , pebukitan
dan dataran rendah, Gunung Welhelmina di Langkat seluas 200 ribu ha, Kutai di
Kaltim, di NTT ditunjuk P. Padar dan Rianca untuk perlindungan Komodo
LANJUTAN.....
Peride pendudukan JEPANG
Padajaman pendudukan Jepang dari tahun 1942-1945, tidak
banyak
yang dilakukankecualiupaya untuk mengelo1a hutanjati didirikan
organisasi
yang dinamakanRingo Tyuoo Zimusho, semaeam boschwezen
padajaman
Belanda. Tekanan terhadap hutan (terutama hutanjati) padajarnan
Jepang
sangat tinggi dan semuanya dimanfaatkan bagi dukungan
terhadap pabrikpabrikdanmesinperangJepang.
Namundemikiansampaiakhirpendudukan
Jepang sebanyak l17lokasi SuakaAlam berhasil ditunjuk di Sumatra,
Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, dan Bali, seluas kurang lebih 3juta ha.
LANJUTAN.......

• Masa kemerdekaan – sekarang


setelah kemerdekaan upaya perlindungan dimulai sejak tahun
1974, yakni dengan penunjukan bali barat sebagai suaka
alam baru atas prakarsa dari Raja-Raja bali sendiri

pada tahun 1950jawatan Kehutanan RI mulai menempatkan


seorang pegawai yang khusus diserahi tugas menyusun
kembali urusan perlindungan alam, pada saat itulah mulai
muncul urusan perlindungan alam di jawatan kehutanan,
dengan tugas pokok mengusut perburuan badak di Ujung
Kulon

ujung kulon ditangani oleh kantor besar di Bogor, sedangkan


kawasan lainnya diserahkan kepada inspektor kehutanan di
masing-masing provinsi, inspektor ini juga bertugas untuk
mengusut berbagai macam pelanggaran UU perburuan
satwa di Jawa dan Madura tahun 1940
LANJUTAN.......
Tahun 1952 Kebun raya Bogor terbentuk suatu badan bernama Lembaga
Pengawetan Alam (LPA) yang merupakan bagian dari pusat penyelidikan
alam Bogor, sedangkan Djawatan Kehutanan, urusan perlindungan alam
statusnya berubah menjadi Bagian Perlindungan Alam (BPA) tahun 1956
yang memiliki hak penuh untuk menyelenggarakan organisasi di dalam
jawatan

Badan PeriindunganAlam, sampai pada tahun 1971lahir Direktorat


Perlindungan dan PengawetanAlam di bawah Menteri Pertanian.
Direktorat ini bertugas untuk pembinaan Cagar alam, suaka margasatwa,
taman wisata, taman buru, kebun binatang dan pengembangan
pariwisata.

1983 Menteri Kehutanan taman nasional di bawah DirektoratTaman


Nasional dan Hutan Wisata. Terakhir DepartemenKehutanan melalui
Direktorat Perlindungan dan KonservasiAlam menetapkan pengelolaan
Taman Nasional di bawah Balai Taman Nasional melalui SKpada tahun
2000.
LANJUTAN.......

Walaupun sejak tahun 1967 pemerintah telah menetapkan berbagai


peruntukan hutan negara seperti hutan lindung, hutan produksi, hutan suaka
alam, dan hutan wisata, namun berbagai konflik kepentinganjustrumeneuat
terutama karena dorongan oleh aspirasi pembangunan yang seolah-olah
menjadi dominan dalam menentukan berbagai peruntukan hutan sebagai
sumberdaya kehidupan rakyat Indonesia.
KESADARAN LINGKUNGAN GLOBAL: IMPLIKASINYA
TERHADAP KEBIJAKAN NASIONAL DAN GERAKAN
LINGKUNGAN

1. Konferensi Stockholm
kesadaran lingkunganglobal yang baru dimulai padatahun 1972 yang menjadi tonggak kesadaranmanusia atas lingkungan
hidupnya, yaitu adanya Konferensi Manusia dan Lingkungan Sedunia di Stockholm.

Konferensi ini diadakan oleh PBB yang dipicu oleh


persoalan yang dihadapi masyarakat Eropa akibat revolusi industri yang
dialami tanpa kendalL Pencemaran, hujan asam,'dan berbagai tekanan
terhadap lingkungan mulai isadari menembus batas negara dan wilayah.

Oleh karena itu maka haruss dilakukan penanganan antar negara, dan
kasadaran inilah yang mulai bergulir termasuk di Indonesia.
Didirikan kemudian Kantor menteri negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup. Sejak
itulah berkembang paradigma pemikiran bahwa pembangunan juga harus dikendalikan, berbagai
tatanan hukurn dan peraturan mulai dikembangkan, namunurusan ini masih cenderung terpinggirkan.
Pada saat kesadaran atas pengendalian pembangunan demi lingkUfigan lebih banyak disuarakan
oleh LSM, maka ada kesan bahwa kekuatan luar negeri yang mengendalikan LSM tersebut
berkepentingan terhadap pengendalian
pembangunan di Indonesia
Dihadiri oleh 114 Negara, merupakan penentuan langkah awal penyelamatan lingkungan yang
digalang scara global dan motto “hanya satu bumi” (only one earth) untuk semua manusia di
perkenalkan selain itu lahir kemudian:
UNEP (united Nation environmental Program)  lembaga PBB untuk lingkungan
Rekomendasinya ditindaklanjuti dengan CITES (Convention on International Trade in endangered
species)
LANJUTAN.......

2. Konvensi di Washington padatahun 1973

Convention on International Trade in Endangered Species ofWild Flora and FaunaCITES)


mula-mula ditanda tangani oleh 32 negara. Indonesia sebagai penanda tangan yang ke 51
pada tanggal 28 Maret 1978, yang kemudian diratifikasi melalui Keppres. No.43 Tahun
1978.
Dalam Konvensi CITES, semua spesies yang dilarang untuk diperdagangkan dibagi
menjadi 3 APPEDIX;
1. Appendix I terdiri dari flora dan fauna yang sangat terancam punah dan hanya akan
diperdagangkan pada saat/ kondisi yang sangat khusus, semua spesies yang masuk
daftar ini praktis tidak diperdagangkan
2. Appendix II berisi flora dan fauna yang walau pun saat ini belum terancampunah, tapi
segera menjadi punah bila perdaganganya tidak di atur dengan ketentuan ketat
3. Appendix III mencantum spesies-spesies yang dilaporkan oleh negara peserta agar
negara lainnya turut membantu ketentuan tersebut hingga dapat berlaku secara aktif
LANJUTAN.......

3. Kongres Kehutanan sedunia 1978


kongres bertemakan “Forest For People” diselenggarakan pada 16
– 28 )ktober 1978 di Jakarta dan dihadiri 102 negara dan 10
organisasi internasional.

Isu penting yang diangkat pada kongres itu adalah pentingnya


pengelolaan hutan secara leih efesien, rehabilitasi hutan yang rusak
dan lahan kritis, multiguna hutan, sumberdaya kayu bakar dan
penyediaan pangan dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Dampak dari hasil kongres ini adalah larangan ekspor kayu bulat di
Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah kayu
LANJUTAN.......

4. World Conservation Strategy, tahun 1980

Tiga lembaga yang berpengaruh yakni WWF, UNEP dan IUNC sepakat menyusun strategi
menetapkan strategi konservasi baru yang mengembangkan konsep konservasi pada tataran
yang sangat progresif meliputi konservasi fungsi ekologis, jenis; dan pemanfaatan
yang lestari. Ruang bagi pemanfaatan sumber daya alarn terbuka akan tetapi harus diikuti
oleh konsep pelestarian.

Prinsif konservasi menurut World Conservation Strategy perlu diarahkan pada 3 tujuan
pokok:
1. Memelihara proses2 ekologi yang esensial dan sistem penyangga kehidupan
2. Pelestarian keragaman genetik
3. Terjaminnya pemanfaatan spesies
Sebagian besar negara-negara di dunia kemudian mengadofsi hal itu, dan indonesia baru
meratifikasinya 10 tahun kemudian, dan lahirlah UU No.5/1990 ttg Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati dan Ekosistemnya
LANJUTAN.......
5. Kongres Taman Nasional dan Hutan Lindung Sedunia ke-III di Bali, 1982

kristalisasi ide tentang perlunya membangun Taman nasional dan Kawasan


Lindung Sedunia sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1970, kongres ini
dalam rangka melontarkan gerakan Konservasi nasional dan pada kongres
ini di deklarasikan 11 taman nasional di Indonesia deotal luas 3.287.063
hangan t

6. Komisi Bruntiand, 1984

melalui komisi inilah lahir konsep pembangunan


berkelanjutan (sustainable development), untuk meniadkan konflik antara
pembangunandanlingkungan.Komisiinimerumuskankonseppembangunan
berkelanjutan sebagai berikut:

"a process of change in which the exploitation of resource,


the direction of investment, the orientation of technological and
institutional change are all in harmony and enhance both current
and future potential to meet human needs and aspirations“

Melaluikonsep inilah dijamin keadilan pemanfatan sumberdayaalarn


bagi generasi sekarang dan generasi mendatang dapat dijarnin.
Lanjutan.......
7. Deklarasi Yokohama, 1991
rimbawan senior dunia berkumpul pada tanggal 22 – 26 juli 1991 dan
menghasilkan deklarasi kehutanan yokohama yang berisi 8 butir, beberapa
isu pokok dalam deklarasi tersebut adalah: perlunya pengelolaan hutan
tropis secara lestari, baik untuk industri perkayuan, pemanfaatan hasil hutan
non kayu, konservasi keanekaragaman hayati, nilai-nilai lingkungan dan
kemanusiaan, serta pentingnya keterlibatan masyarakat lokal dalam
pengelolaan hutan lestari untuk pembangunan pedesaan.

8. Kongres Kehutanan Dunia ke-X di Paris, 1991


ada 9 butir keputusan, antara lain tentang “penghijauan Bumi”
pengendalian emisi gas polutan dn emisi gas rumahkaca, pengembangan
perdagangan sesuai kesepakatan GATT, kerjasama tingkat politik untuk
penanganan isu sentral (pengurunnan) perlindungan hutan dan
pengelolaan daerah aliran sungai utama, perlunya mobilisasi dana-dana
internasional kenegara berk embang, penguatan penelitian, percobaan
lapangan, pelatihan dan tukar menukar informasi, penguatan koordinasi
antara lembaga internasional. Hasil kesepakatan ini termasuk hasil kerja
Bruntland kemudian di bawa dan dipadukan dengan rekomendasi2 lain
dalam INICED (United Nation Conference On Environmental and
Development) di Rio tahun 1992
LANJUTAN.......
9. Koneferensi Bumi di Rio De Jeneiro Brazil 1992 (KTT Bumi 1992)
Dikenal juga dengan Earth Summit = KTT Bumi) berlangsung pada sidang PBB bulan
November 1990.

Menghasilkan Agenda 21 yang sangat terkenal dan mengikat berbagai


negara untuk melaksanakan termasuk Indonesia yangkemudian
mengajukanAgenda 21 Indonesia sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingan nasional Indonesia. Isu lain yang sangat penting pada KTT
Burni adalah penataan kolaborasi internasional bagi perlindungan
species terhadap emanfaatan ekstraktif dari perusahan multinasional
dalarn bidang obat dan pangan.

menindak lanjuti KTT Bumi di Rio itu dengan Konvensi Keanekaragaman


Hayati, yang ternyata tidak sepenuhnya didukung oleh negara-negara
industri yang telah menguasai teknologi. Konvensi lain yang mendesak
adalah Konvensi Perubahan Iklim yang mengatur pengendalian emisi
gas-gas buang yang menyebabkan efekrumah kaca (pemanasan
global) dan lubang ozon.
Lanjutan.......

10. Genewa (Swiss) tahun 1996


disini dibicarakan mengenai temuan-temuan ilmiah mengenai perubahan
iklim, sehingga dalam penilaiannya ada tindakan penolakan terhadap
penyeragaman penyelerasan kebijakan dan menyerukan pengikatan secara
hukum target jangka menengah. Menghasilkan deklarasi GENEWA yang
berisi 10 butir deklarasi, antara lain: ajakan kepada semua pihak agar
mendukung pengembangan protokol dan instrumen legal lainnya yang
didasarkan atas temuan ilmiah dan mendesak semua pihak untuk
mempercepat negosiasi

11. Johannesburg, Afrika Selatan (2002)


penyelenggaraan KTT Pembangunan Berkelanjutan (word Summit on
sustainable Depelopment) menekankan pada plan of implementation yang
mengintegrasikan elemen ekonomi, ekologi dan sosial yang diselenggarakan
pemerintahan yang baik (good Governance)
KTT ini juga melahirkan kesepakatan Konfrehensif bidang kehutanan, yaitu
dokumen forest Principles (non-Legally Binding aothoritative statement of
Principles for a global concensus on management, conservation and
sustainable development of all types of forests), kedandati pun bukan
komitmen yang mengikat, dalam proses-proses internasional bidang
kehutanan, dokument forest prnciples merupakan referensi utama serta jiwa
bagi kerjasama antar bangsa
Lanjutan.......

Isu snetral yang dibahas adalah : menghidupkan kembali komitmen


politik pada tingkat paling tinggi mengenai pengelolaan hutan
berkelanjutan, peningkatan kontribusi sektor kehutanan dalam
upaya mengentaskan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan lapangan kerja.
Ada 3 dokumen utama yang dihasilkan dalam KTT Pembangunan
berkelanutan ini yaitu:
1). Deklarasi Johannesburg yang menyatakan sikap terhadap setiap
negara yang memikul yanggungjawab dalam pembangunan
berkelanjutan kemiskinan
2). Rencana aksi Johannesburg mengenai pembangunan
berkelanjutan (Johannesburg plan of implementation/ JPOI)
3). Program Kemitraan (Partnership) antar pemangku kepentingan
dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan
Lanjutan.......
12. Bali Indonesia (Desember 2007)
KTT Pemanasan Global di Nusa Dua Bali 13 – 15 Desember 2007 berupaya
membangun kesadaran semua warga bumi untuk berbuat sekecil apa pun
menyelamatkan bumi, tempat yang menjadi sumber hidup.
Disepakati Bali Road Map, sebuah peta yang akan menjadi jalan untuk mencapai
konsesus pada 2009 sebagai pengganti Protokol Kyoto fase pertama yang akan
berakhir di 2012, inti dari Bali Road Map adalah:
1). Respon atas temuan ke empat panel antar pemerintah (IPCC) bahwa
keterlambatan pengurangan emisi akan menghambat peluang mencapai tingkat
stabilitas emisi yang rendah, serta meningkatkan resiko lebih sering terjadinya dampak
perubahan iklim
2). Pengakuan bahwa pengurangan emisi yang lebih besar secara global diharuskan
untuk mencapai tujuan utama
3). Keputusan meluncurkan proses menyeluruh, yang memungkinkan
dilaksanakannya keputusan UNFCCC secara efektif dan berkelanjutan
4) penegasan kewajiban negara maju melaksanakan komitmen dalam hal mitigasi
secara terukur, dilaporkan dapat diverifikasi termasuk pengurangan emisi
terkuantifikasi
5).penegasan kesedian negara berkembang mengurangi emisi secara terukur,
dilaporkan dan dapat di verifikasi dalam konteks pembangunan berkelanjutan,
didukung teknologi dan dana, dan peningkatan kapasitas
6). Penguatan kerjasama di bidang adaftasi dan perubahan iklim, pengembangan
dan alih-teknologi untuk mendukung mitigasi dan adaftasi
7). Memperkuat sumber dana dan investasi untuk mendukung tindakan mitigasi,
adaftasi dan alih teknologi terkait perubahan iklim
kemudian beberapa rangkaian pertemuan global lain yang
digagas...

13. Konfrensi PBB tentang Pembangunan Berklanjutan Rio de Jenieiro


(2012)
14. forum lanscape global 2015 di paris
15. forum restorasi global 2017 (Februari 2017) rencananya februari
2017

lalu ada juga pertemuan yang dianggap sangat penting yakni COP
(Conference of Parties):
# pertemuan ini dkeknal juga dengan istilah UN Climate Change
Conference/ konferensi perubahan iklim Perserikatan Bangsa
Bangsa.
# tahun ini pertemuan COP sudah mencapai pertemuan yang ke 22
yang bulan ini akan dilaksanakan kota Marrakecs Maroko setelah
tahun lalu di Paris Perancis
# pertemuan COP diawali waktu tahun 1992 di Rio De Jeneiro waktu
KTT Bumi.
Lalu kenapa harus ada
Kawasan Konservasi,,,,
apa hubungannya...???
Sumberdaya Hutan Indonesia
• INDONESIA DIKENAL SEBAGAL SEBUAH NEGARA YANG MEMILIKI
HUTAN TROPIK TERIUAS KETIGA DI DUNIA, DENGAN EKOSISTEM
YANG BERAGAM MULAI DARI HUTAN TROPIK DATARAN RENDAH
DAN DATARAN TINGGI SAMPAL DENGAN HUTAN RAWA GAMBUT,
RAWA AIR TAWAR, DAN HUTAN BAKAU (MANGROVE).
• KERAGAMAN HAYATI YANG SANGAT TINGGI DAN UNIK KARENA
DALAM EKOSISTEM TERSEBUT DAPAT DIJUMPAI ANTARA LAIN: 11%
SPESIES TUMBUHAN DUNIA, 10% SPESIES MAMALIA, DAN 16%
SPESIES BURUNG, BAHKAN BEBERAPA SPESIES MENDAPAT
PERHATIAN DUNIA KARENA TELAH MENGALAMI PENURUNAN
POPULASI AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA
Lanjutan....

Kekayaan spesies Indonesia tercatat dalam urutan


tetaras di dunia, yaitu:
• Kesatu untuk mamalia (436 spesies, 51% endemik),
Kupu-kupu ( 121 spesies, 44% endemik), Palem (477
spesies, 47% endemik);
• Keempat untuk reptil (512 spesies, 29% endemik);
• Kelima untuk burung (1.519 spesies, 28% endemik);
• Keenam untuk amphibi (270 spesies, 37% endemik);
• Ketujuh tumbuhan berbunga (29.375 spesies, 59%
endemik).
Dengan beragam hal
yang membanggakan
dari sumberdaya alam
dan hutan di Indonesia,
apakah semua akan
abadi...???
Deforestasi dan degradasi
sumberdaya hutan di Indonesia
(Fragmentasi SDA & H)

1. Disebabkan oleh faktor...?!


2. Dampaknya terhadap Sumberdaya alam dan
hutan...?!
Kategori dan klasifikasi kawasan
konservasi
MENURUT JHON DAN MACKINNON, (1993), PADA WAKTU MEMBENTUK SISTEM
KAWASAN KONSERVASI NASINAL YANG DILINDUNGI SANGAT PENTING UNTUK
MEMILIH KATEGORI YANG BENAR SESUAI DENGAN TUJUAN PENGELOLAAN.
KATEGORI YANG TEPAT TERSEBUT TERGANTUNG PADA PERTIMBANGAN SEBAGAI
BERIKUT:
@ CIRI KAWASAN YANG MENJADI DASAR PERENCANAAN UNTUK DILINDUNGI,
YANG DIDASARKAN PADA PENGKAJIAN CIRI-CIRI BIOLOGI DAN CIRI-CIRI
LAINNYA, SERTA TUJUAN PENGELOLAAN SETELAH KAWASAN TERSEBUT
DITETAPKAN.
@ KADAR PERLAKUAN PENGELOLAAN YANG DIPERLUKAN UNTUK, ATAU SESUI
DENGAN TUJUAN PELESTARIAN YANG TELAH DITETAPKAN.
@ KADAR TOLERANSI ATAU KERAPUHAN EKOSISTEM ATAU SPESIES YANG
BERSANGKUTAN.
@ KADAR BERBAGAI TIPE PEMANFAATAN KAWASAN YANG SESUAI DENGAN
TUJUAN PERUNTUKAN.
@ TINGKAT PERMINTAAN BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN DAN KEPRAKTISAN
PENGELOLAAN UNTUK MENGATUR KESEMUANYA ITU.
Selanjutnya menurut Jhon dan Mackinnon (1993),
suatu kawasan yang dilindungi dapat ditetapkan
untuk melindungi berbagai macam ciri, misalnya:
@ Karakteristik atau keunikan ekosistem, misalnya hutan hujan
dataran rendah, fauna pulau yang endemik, ekosistem
pegunungan tropika.
@ Spesies khusus yang diminati, nilai, kelangkaan, atau terancam,
misalnya badak, burung quetzal
@ Tempat yang memiliki keanekaragaman spesies
Lansekap atau ciri geofisik yang bernilai estetik, atau
pengetahuan, misalnya mata air panas, air terjun
@ Fungsi perlindungan hidrologi; tanah, air dan iklim lokal
@ Fasilitas untuk rekreasi alam, wisata, misalnya danau, pantai,
pemandangan pegunungan, satwa liar yang menarik
@ Tempat peninggalan budaya, misalnya candi, kuil, galian
purbakala.
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG POKOK KEHUTANAN NO.
41 TAHUN 1999 MENYEBUTKAN BEBERAPA KATEGORI
KAWASAN KONSERVASI MENJADI:

Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu,


yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan
dan satwa serta ekosistemnya. terdiri dari :
•Kawasan Hutan Suaka Alam, adalah hutan dengan ciri khas tertentu,
yang mempunyai fungsi pokok sebagai sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga
berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan .
•Kawasan Hutan Pelestarian Alam, adalah hutan dengan ciri khas
tertentu, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa,
serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya, dan
•Taman Buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat
wisata berburu.
UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI
SUMBERDAYA ALAMA HAYATI DAN EKOSISTEMNYA, KAWASAN
KONSERVASI DAN KLASIFIKASINYA SEBAGAI BERIKUT :

(1). Kawasan Suaka Alam, adalah kawasan dengan ciri khas


tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai
fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman
tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi
sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan, yang mencakup :

A. Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang


karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan,
satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu
dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.

B. Kawasan suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam


yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau
keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat
dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.
(2). Kawasan Pelestarian Alam, adalah kawasan dengan ciri
khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan yang
mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta
pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya, yang mencakup :

A. Kawasan taman nasional adalah kawasan pelestarian alam


yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi
yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan
rekreasi.

B. Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian


alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi
kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.
(3). Kawasan Taman Hutan Raya, adalah kawasan
pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan
atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli
dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, budaya,
pariwisata dan rekreasi.
Kawasan konservasi dan taman nasional
Kategori Kawasan Konservasi menurut IUNCN
No Dekripsi Keterangan (kesepadanan)
1 Strict nature Kawasan suaka alam: adalah kawasan
Reserve/ wilderness area: dengan ciri khas tertentu, baik didarat maupun
protected area managed di perairan yang mempunyai fungsi pokok
mainly for science or sebagai kawasan pengawetan
wildderness keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai
wilayah sistem penyangga kehidupan (UU No.
5 tahun 1990)

1a Strict nature reserve: protected Cagar alam; adalah kawasan suaka alam
area managed mainly for karena keadaan alamnya mempunyai
scince kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya
atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi
dan perkembanganya berlangsung secara
alami

1b Wilderness area: protected Suaka margasatwa, adalah kawasan suaka


area managed mainly for alam yang mempunyai ciri khas berupa
wilderness protection keanekaragaman dan atau keunikan jenis
satwa yang untuk kelangsungan hidupnya
dapat dilakukan pembinaan terhadap
habitatnya
Kawasan konservasi dan taman nasional
II Nasional park: protected Taman nasional, adalah kawasan
area managed mainly for pelestarian alam yang mempunyai
ecosistem protection and ekosistem asli dikelola dengan sistem
recreation zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya,
pariwisata dan rekreasi (UU No. 5/1990)
III Natural monoment: Monumen alam atau yang
protected area managed meonumental; hal-hal yang khusus,
mainly for conservation of antara lain situs warisan dunia (wolrd
specifict natural fatures Heritage site), dan situs Ramsar
IV Habitat /species Taman Hutan raya (grand forest park);
Management area: adalah kawasan pelestarian alam untuk
protected area managed tujuan koleksi tumbuhan/satwa yang
mainly for conservation alami atau buatan, jenis asli/ bukan asli,
through management yang dimanfatkan bagi kepentingan
intervention ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, budaya,
pariwisata dan rekreasi (UU No.5/1999)
Kawasan konservasi dan taman nasional
V Protected lanscape/ Taman wisata alam; adalah kawasan
seascape: protected area pelestarian alam yang terutama
managed mainly for dimanfaatkan untuk pariwisatadan
lanscape/ seascape rekreasi alam (UU No.5/1999)
conservation and
recreation
VI Managed resource Taman buru atau hunting park, adalah
protected area: protected kawasan hutan yang ditetapkan sebagai
area managed mainly for tempat wisata berburu (UU No.5/1999)
the sustainable use of
natural ecosystem

Upaya membuat kesepadanan kategori ini tidak bersifat kaku. Suatu


kawasan konservasi mungkin menampilkan fungsi-fungsi konservasi
yang masuk memenuhi satu atau lebih kategori IUNCN
Kategori dari Word Conservation Union (IUNCN)

Menurut definisi IUCN, kawasan yang dilindungi adalah:


Suatu ruang yang dibatasi secara geografis dengan jelas, diakui, diabdikan
dan dikelola, menurut aspek hukum maupun aspek lain yang efektif, untuk
mencapai tujuan pelestarian alam jangka panjang, lengkap dengan fungsi-
fungsi ekosistem dan nilai-nilai budaya yang terkait.
Selanjutnya IUCN membedakan aneka macam kawasan yang dilindungi ke
dalam enam kategori, yakni[6]:
•Ia - Strict Nature Reserve
Yakni suatu wilayah daratan atau lautan yang dilindungi karena
memiliki keistimewaan atau merupakan perwakilan ekosistem, kondisi
geologis atau fisiologis, dan atau spesies, tertentu, yang penting bagi
ilmu pengetahuan atau pemantauan lingkungan.
•Ib - Wilderness Area
Wilayah daratan atau lautan yang masih liar atau hanya sedikit diubah,
yang masih memiliki atau mempertahankan karakter dan pengaruh
alaminya, tanpa adanya hunian yang permanen atau signifikan;
dilindungi dan dikelola untuk mempertahankan kondisi alaminya.
•II - National Park
Wilayah daratan dan lautan yang masih alami, yang ditunjuk untuk (i) melindungi integritas
ekologis dari satu atau beberapa ekosistem di dalamnya, untuk kepentingan sekarang dan
generasi mendatang; (ii) menghindarkan/mengeluarkan kegiatan-kegiatan eksploitasi atau
okupasi yang bertentangan dengan tujuan-tujuan pelestarian kawasan; (iii) menyediakan
landasan bagi kepentingan-kepentingan spiritual, ilmiah, pendidikan, wisata dan lain-lain,
yang semuanya harus selaras secara lingkungan dan budaya.
•III - Natural Monument
Wilayah yang memiliki satu atau lebih, kekhasan atau keistimewaan alam atau budaya
yang merupakan nilai yang unik atau luar biasa; yang disebabkan oleh sifat kelangkaan,
keperwakilan, atau kualitas estetika atau nilai penting budaya yang dipunyainya.
•IV - Habitat/Species Management Area
Wilayah daratan atau lautan yang diintervensi atau dikelola secara aktif untuk memelihara
fungsi-fungsi habitat atau untuk memenuhi kebutuhan spesies tertentu.
• V – Protected Landscape/Seascape
Wilayah daratan dan lautan, dengan kawasan pesisir didalamnya dimana interaksi
interaksi masyarakat dengan lingkungan alaminya selama bertahun-tahun telah
membentuk wilayah dengan karakter yang khas, yang memiliki nilai-nilai estetika, ekologis,
atau budaya yang signifikan, kerap dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Menjaga
integritas hubungan timbal-balik yang tradisional ini bersifat vital bagi perlindungan,
pemeliharaan, dan evolusi wilayah termaksud.
Strategi seville
 Dihasilkan dari kesepakatan dalam pertemuan UNESCO
pada Maret 1995 di Spanyol
 Dimana strategi pengembangan Biopsper pada abad 21
adalah untuk membuat cadangan BIOSPER
 Cagar biosper harus memiliki 3 fungsi yang menunjang
yakni: fungsi konservasi, fungsi pembangunan dan fungsi
pendukung logistik
 Secara fisik cagar biosfer minimal mensyaratkan tiga
element: 1) satu atau lebih Zona Inti; 2) zona Penyangga
dan: 3) Zona Transisi/ zona peralihan
Situs Ramsar
 Berupaya untuk konservasi dan pengelolaan lahan-lahan
basah di seluruh dunia
 Ramsar adalah nama kota di irak tempat ditandatanganinya
konvensi lahan basah (convention of weatland) tahun 1971
 Ada sekitar 1592 situs ramsar terdiri dari 134 juta hektar yang
terdaftar
 Kreteria situs ramsar: lahan basah yang:
 1. unik, alami, dan berperan mengkonservasi diversitas biologi
 2. menyimpan flora dan fauna langka, mendekati kepunahan,
dan mengancam siklus kehidupannya
 Lebih spesifiknya adalah lahan basah yang mampu
mendukung kehidupan lebih dari 20.000 burung, tempat
pemijahan ikan, atau jalur migrasi burung
 Di Indonesia ada 2 situs Ramsar yakni: TN. Berbak Jambi (162.7
ribu ha) No. 552 ditetapkan 8 April 1992 dan TN Danau
Sentarum seluas 80 ribu ha ditetapkan no. 667 pada 30 agustus
1994
Warisan Dunia (word heritage
programme)
 Berdiri sejak penandatanganan convention
concerning the protection of world cultural and
natural heritage oleh UNESCO (16 Nove 1972)
 180 negara meratifikasi dengan 812 situs, terdiri
dari 628 situs budaya dan 160 situs lingkungan
dan 24 situs campuran yang tersebar di 137
negara
 Indonesia memiliki 7 situs, yakni: TN. KOMODO
(1991); TN Ujung Kulon (1991); Candi Borobudur
(1991); Candi Prambanan (1991); Situs Manusia
Purba Sangiran (1996); TN. Lorentz (1999); hutan
Hujan Tropika Sumatra (2004)
Dasar Untuk memilih lokasi
kawasan yang dilindungi:
 Penilaian cakupan biogeografi global kawasan yang
dilindungi
Biogeografi adalah studi penyebaran mahluk hidup dan proses
alam yang mempengaruhi penyebarannya, serta dapat
dipergunakan untuk mengklasifikasikan biosfer kedalam satuan
fisik dan biologi yang dibedakan, yang mengandung
komunitas biotik yang berbeda.

Karena setiap spesies adalah bagian integral dari sebuah


ekosistem, maka pelestarianya masih tergantung dari
ketahanan ekosistem dan atau komonitas biotik tersebut.
Pertimbangan pelestarian plasma nuftah dan spesies dalam
pemilihan lokasi bagi kawasan yang dilindungi
 Spesies terancam punah dijadikan kriteria untuk menjadi
kawasan yang dilindungi
 Spesies laju pertumbuhan rendah
 Spesies kunci (spesies terlangka), untuk membuat efektifitas
tujuan pengelolaan kawasan yang dilindungi
 Spesies yang punya daya tarik, dapat menimbulkan rasa
simpati, faktor penting untuk menumbuhkan kesadaran
 Daftar spesies dilindungi memberikan data untuk menyokong
pendekatan biogeografi
 Spesies dekat dengan manusia (budidaya, makan, dsb)
Insitu
Bank Plasma

eksitu
Implikasi teori biogeografi pulau
dalam memilih kawasan untuk
dilindungi pada tingkat nasional
 Kawasan dilindungi seluas mungkin dan sebaiknya terdiri dari
ribuan individu, meskipun spesies tersebut memiliki kepadatan
yang rendah. Sejauh mungkin, suatu kawasan yang dilindungi
hendaklah memasukan kebutuhan habitat sepanjang tahun
dari sebanyak mungkin satwa aslinya
 Mencakup kisaran komunitas ekologi seluas mungkin, karena
hanya sedikit spesies yang terikat pada komonitas tunggal dan
sedikit saja komonitas yang tidak tergantung pada komonitas
lain disekitarnya.
 􀂉 Prinsip terisolasi, kawasan dilindungi sebaiknya terhindar
dari keterisolasian total dari kawasan alami lainnya, lebih baik
ada dalam kelompok daripada tersebar atau dihubungkan
pada koridor habitat semi alami
LANJUTAN....
 STRATEGI UMUM YANG BERMANFAAT ADALAH dengan
menetapkan paling sedikit satu kawasan paling luas yang
dilindungi untuk tiap-tiap sub bagian biogeorgrafi dengan
memasukan sebanyak mungkin komonitas eksistem
 Jika tidak memungkinkan untuk kawasan yang dilindungi
sedemikian besarnya, maka yang bisa dilakukan adalah
manipulasi ekosistem dengan unsur-unsurnya untuk
mengurangi hilangnya spesies. Hal ini perlu terus menerus
dilakukan dan memerlukan biaya mahal dibandingkan
mengalokasikan kawasan yang lebih luas
 Untuk tingkat nasional perlu dipilih cakupannya, agar
mencegah hilangnya ciri biogeografi yang dilindungi akibat
bencana alam seperti epidemi, banjir, gempa bumi dan
perubahan permukaan danau
Pertimbangan pariwisata
 Pariwisata  rekreasi
ekotourisme, unik, indah, khas, inspirasi, kenyamanan, atraksi,
keistimewaan, fasilitas, rekreasi, jangkauan, akomodasi

Paradigma pariwisata sekarang bukan hanya rekreasi ketempat


yang indah, tapi juga untuk mencari sesuatu yang baru,
spektakuler, dan sesuatu untuk di photo.

Satwa liar merupakan daya tarik yang menarik, dan memiliki


pesona yang besar bagi pengunjung.
Aspek Hidrologi
􀂉 Penutupan vegetasi, sangat mempengaruhi prilaku sistem
drainase air. Terutama “efek spons” yang menyerap dan menyekap
air hujan dan air limpasan yang ditahan oleh hutan dan padang
rumput sehingga mengalir keluar lebih lambat dan lebih merata ke
dalam sistem sungai

􀂉 Ketinggian, kelerengan
90% petani, bertani di daerah dataran rendah

􀂉 Jenis tanah, tipologiberupa

Empat pertimbangan utama untuk pelestraian fungsi hidrologi


adalah:
􀂉 kepekaan terhadap Erosi
􀂉 kepekaan terhadap Banjir
􀂉 ketersediaan air musiman (Debit air dimusim kemarau/ hujan)
􀂉 Kepentingan sosio-ekonomi
Aspek Geographi
Pertimbangan lokasi, aksesibilitas menjadi pertimbangan penting
untuk menetapkan kawasan yang dilindungi. Keterpencilan
mungkin akan ideal untuk ditetapkan menjadi kawasan yang
dilindungi, akan tetapi menjadi pertimbangan juga apakah
kemudian petugas yang ditetapkan menjadi menolak untuk
menjaga dan mengawasi kawasan tersebut.

Ciri-ciri geografi seperti punggung bukit yang terjal, sungai yang


lebar dan garis pantai dapat digunakan sebagai penyangga
alami terhadap masuknya manusia ke kawasan atau keluarnya
satwa
Pertimbangan politik dalam
memilih kawasan yang dilindungi
Salah satu alasan keberhasilan Taman Nasional adalah menggugah
kebangnggaan nasional, secara tersirat Taman Nasional
mencerminkan pengiklanan Pristise NASIONAL dengan menggugah
keindahan alam sebagai suatu pusaka nasional. Dukungan kuat
Gubernur sebagai penguasa akan lebih mampu untuk memberikan
dukungan jika pertimbangan biologis tidak mampu untuk
menjaminnya. Bahkan dukungan dana, tanah bebas, pinjaman
petugas jalan dan kendaraan dari penguasa akan sangat
membantu proses perlindungan.

􀂉 Aspek administration, untuk kawasan yang ditetapkan sebagai


kawasan yang dilindungi lintas Provinsi (contoh: TNBBBR), berkaitan
dengan tanggungjawab administrasi dan sulitnya komonikasi atau
bahkan kerjasama yang buruk

􀂉 Lintas batas kawasan, berkaitan dengan penegakan hukum


dan dan sistem politik  kerjasama internasional untuk kawasan
dilindungi yang terletak lintas negara
Pertimbangan Praktis
 Pertimbangan untuk perlindungan suatu kawasan perlu
realistis, karena perlu untuk mempertimbangkan kawasan
dari ancama “Pembangunan” yang “lapar lahan” dan
penyalahgunaan secara umum, karenanya beberapa
kawasan yang dilindungi sekarang ini telah gagal untuk
mencapai tujuannya sehingga jika demikian maka sebaiknya
dihapuskan saja, kecuali jika situasinya kemudian bisa
diluruskan kembali
 Bisa diganti dengan cagar lain
 Pertimbangan praktis ini harus mengacu pada pertanyaan
ekologi suatu kawasan yang dipertahankan. Melihat faktor
internal dan eksternal
Lanjutan....

Cagar Bagi Spesies Migrasi


􀂉 Konvensi spesies Migran di Bonn (1979)
􀂉 􀂉 Konvensi RAMSAR
􀂉 Konvensi lahan basah
1. Seberapa besar ukuran kawasan konservasi ditetapkan
agar melindungi berbagai spesies?
2. Mana yang lebih baik; cagar tunggal yang besar atau
yang majemuk berukuran kecil-kecil?
3. Berapa banyak jumlah individu dari satu spesies perlu
dilindungi agar terhindar dari kepunahan?
4. Bagaimana bentuk terbaik untuk suatu cagar alam?
5. Bila menetapkan beberapa cagar alam secara
bersamaan, sebaiknya cagar alam diletakkan
berdekatan atau berjauhan; apakah mereka saling
terisolasi, atau dihubungkan oleh koridor?
PRINSIP GEOMETRIK YANG DI
SARANKAN, YANG DIAMBIL
DARI STUDI BIOGEOGRAFI
PULAU. UNTUK MENDESAIN
CAGAR ALAM. PADA TIAP-
TIAP KASUS A – F KECEPATAN
PUNAHNYA SPESIES LEBIH
RENDAH PADA DESAIN DI
SEBELAH KIRI DIBANDINGKAN
KANAN
 Dalam biologi konservasi dikenal “SLOSS debate” (single large or
several small): perdebatan ttg manakah kekayaan spesies dapat
dicapai secara maksimal; satu besar atau terpecah-pecah dalam
beberapa lokasi yang lebih kecil?
 Pendukung cagar alam tunggal: untuk spesies besar dengan
daerah jelajah luas serta kerapatan individu kecil, hanya cagar
alam besar yang dapat mempertahankan populasi berumur
panjang.
 Cagar alam besar dapat mengurangi efek-efek tepi (edge effects),
serta mencakup lebih banyak spesies dan mempunyai
keanekaragaman habitat yang lebih besar.
 Namun demikian, cagar alam kecil yang dikelola dengan baik juga
berharga, kerena dapat menyediakan perlindungan bagi banyak
spesies tumbuhan, avertebrata, dan vertebrata kecil.
 Beberapa cagar alam kecil bila ditempatkan secara baik 
mempunyai kelebihan, mencakup tipe habitat beragam,
menampung lebih banyak populasi spesies langka, serta lebih
mudah terhindar dari tekanan-tekanan akibat bencana (instroduksi
spesies asing, penyakit atau api) yang dapat menghancurkan
seluruh populasi, bila bertempat pada satu cagar alam besar.
KRITERIA UMUM untuk pertimbangan dalam
memilih kawasan yang dilindungi:
Dikutif dari Rataliffe ( 1977), beberapa kriteria mungkin tumpang tindihsama pentingnya atau
bersifat komulatif dan beberapa mungkin tidak cocok dengan kriteria lainnya:
1. Ukuran: Nilai pelestraian suatu kawasan adalah fungsi dan ukurannya
2. Keanekaragaman hayati/kekayaan: umumnya erat kaitanya dengan keanekaragaman
habitat. Gardiens ekologi (katenas, ekoton, zona, transisi ketinggian) harus terwakilimengingat
pentingnya komonitas transisi yang mereka dukung.
3. Alami: masih sedikit dibumi ini yang belum berubah oleh pengaruh manusia, dimana semakin
sedikit pengaruhnya maka potensi pulih menjadi lebih tinggi.
4. Kelangkaan
5. Kekhasan
6. Keunikan
7. Spesifik/ kekhasan
8. Kerapuhan
9. Pelestarian Flasma Nutfah
10. Catatan sejarah
11. Posisi dalam unit ekologi/ geografi
12. Kepentingan
13. Nilai potensial
14. Daya tarik intrinsik
15. Modifikasi lanskap
16. Kesempatan untuk pelestarian
 Bila kawasan PERLINDUNGAN hanya menutup sebagian kecil
muka bumi, seberapa efektifkah mereka dapat melestarikan
spesies-spesies yang ada di bumi?
 Realita: konsentrasi dari banyak spesies ada di lokasi-lokasi
tertentu  daerah dari gradasi elevasi yang mempunyai
sumberdaya penting yang melimpah (misalnya: kubangan air
minum, dll.)
 Perlindungan kehati tidak bergantung pada pelestarian
habitat umum yang luas, tetapi lebih terkonsentrasi pada
habitat-habitat perwakilan dari sistem kawasan perlindungan.
 Dari contoh-contoh kawasan perlindungan di banyak negara,
kawasan konservasi yang dipilih dapat mencakup banyak
(atau sebagian besar) spesies yang ada.
 Penetapan prioritas dalam pelestarian
didasarkan oleh keterbatasan dana.
 Para ahli konservasi berargumentasi
bahwa tidak boleh ada spesies punah
 tapi kenyataannya spesies punah
terjadi setiap hari.

Ada 3 pertanyaan terkait dengan konservasi:


1. Apa yang perlu dilindungi ?
2. Di mana perlu dilindungi ? dan
3. Yang bagaimana perlu dilindungi ?
 Kekhasan – komunitas diberi prioritas tinggi bila tersusun oleh
banyak spesies langka & endemik; spesies diberi nilai tinggi
bila secara taksonomi bersifat unik (anggota tunggal dari
marga atau familia);
 Keterancaman – spesies yang menghadapi ancaman
kepunahan lebih penting dibanding yang tidak.
 Kegunaan – spesies yang mempunyai kegunaan nyata bagi
manusia diberi nilai konservasi lebih tinggi dibanding yang tak
jelas manfaatnya.

Contoh riel: berdasarkan tiga kriteria tersebut; satwa komodo,


merupakan biawak terbesar di dunia (khas); hanya terdapat di
pulau Nusa Tenggara (genting kepunahan); dan mempunyai
potensi yang besar sebagai daya tarik wisata (manfaat).
Kebijaksanaan, Hukum dan Administrasi
untuk mengelola kawasan yang dilindungi
 Masalah kebijaksanaan yang berkaitan dengan kawasan yang
dilindungi
 Aspek hukum pengelolaan kawasan yang dilindungi
 Memperluas kerjasama dan peran dalam pengelolaan kawasan
Kawasan TN. Di Indonesia
Di JAWA 1. Karimunjawa 1. Gunung 1. Alas Purwo
2. Bromo Gede 2. Gunung
Tengger Pangrango* Merapi
Semeru 2. Gunung 3. Gunung
3. Meru Bitiri Halimun Merbabu
4. Baluran 3. Kepulauan 4. Gunung
Seribu Ciremai
4. Ujung Kulon**
Sumatra 1. Gunung 1. Bukit 1. Waikambas
Leuser*/** duabelas 2. Batang Gadis
2. Siberut* 2. Berbak*** 3. Tessolilo
3. Kerinci 3. Sembilang
Seblat** 4. Bukit Barisan
4. Bukit Selatan**
Tigapuluh

Kalimantan 1. Gunung 1. Bukit Baka 1. Kayan


Palung Bukit Raya Mentarang
2. Danau 2. Tanjung 2. Sebangau
Sentarum*** Puting*
3. Betung 3. Kutai
Sulawesi 1. Bunaken 1. Takabonerat 1. Kepulauan
2. Bogani Nani e Togean
Wartabone 2. Rawa Aopa 2. Bantimurung
3. Lorelindo* Watumohai Bulusaraung
3. Wakatobi
Bali dan 1. Bali Barat 1. Manupeo 1. Kelimutu
Nusatenggara 2. Gunung Tanahdaru
Rinjani 2. Laiwangi
3. Komodo*/** Wanggame
ti
Maluku dan 1. Manusela 1. Teluk 1. Wasur
Papua 2. Aketajawe/ cinderawasi
lulubata h
2. Lorentz**

Ket: * Cagar Biosfer


** World Heritage Site
*** Ramsar Site
sumber: Dept. Kehutanan 2006
Kelemahan yang mendasar dalam
pengelolaan kawasan konservasi
Mengembangkan sistem kategori
kawasan yang dilindungi
• KATEGORI DAN TUJUAN KAWASAN YANG DILINDUNGI
• MERANCANG SISTEM BAGI KAWASAN YANG DILINDUNGI
Zonasi pada Kawasan
dilindungi
Skema yang disederhanakan untuk menilai kawasan yang
dilindungi

Status yang paling Kategori IUNCN


direkomendasikan

Prioritas tinggi Pemanfaatan Pemanfaatan Terutama bagi Cagar alam I


bagi perlindungan oleh pengunjung oleh pengunjung pelestarian
alam mengganggu aktif dan
atau prioritasnya pengelolaannya Terutama untuk Cagat ilmiah I
rendah tidak dikehendaki penelitian

Zona Bernilai biologis Suaka IV


pemanfaatan margasatwa
oleh pengunjung/
pengelolaannya Geofisik atau Monomen alam III
diperlukan geologi
mengagumkan

Pemanfaatan Tidak untuk Prioritas global Word haritGE site X


oleh pengunjung pemanfaatan
prioritasnya tinggi konsumtif
Prioritas nasional Taman nasional II

Proioritas lokal Taman provinsi II

Pemanffatan Kepentingan Cagar alam IX


konsumtif untuk global
penduduk
setempat Kepentingan Cagar budaya VII
regional
Status yang Kategori IUNCN
direkomendasikan

Anda mungkin juga menyukai