MARIATY A. NIUN
Perubahan Sosial dan
Eksploitasi SDA dan Hutan
• PERUBAHAN SOSIAL UMUMNYA MENGIKUTI POLA-POLA
PERUBAHAN MULAI DARI:
MASYARAKAT PRIMITIF AGRARIS INDUSTRIALIS S/D
MASYARAKAT INFORMASI ELEKTRONIK
• PERUBAHAN SOSIAL INI TERJADI KARENA PERKEMBANGAN
TANTANGAN KEHIDUPAN DENGAN MELAHIRKAN IDE-IDE
YANG MENDASARI PERUBAHAN SOSIAL, MIS: AGRARIS
(CENDERUNG BERPINDAH2), INDUSTRIALIS (MENUNTUT
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS)
• PERUBAHAN SOSIAL TIDAK LEPAS DARI PERUBAHAN INDIVIDU
• PERUBAHAN MASYARAKAT TERJADI SECARA EVOLUSIONER
DAN REVOLUSIONER, SESUAI DENGAN FAKTOR DINAMIS ATAU
PERANGSANG YANG ADA DI DALAMNYA
SEJARAH PENGELOLAAN KAWASAN
KONSERVASI
Gerakan Preservasi di
Indonesia
* gerakan Preservasi di Indonesia tidak lepas dari akses-akses
negatif yang ditimbulkan oleh Pemerintah Kolonial belanda
sejak abad ke-16, ekspansi ini menyebabkan perubahan tata
guna lahan skala besar di pulau jawa, sebagian sumatera
dan maluku. Selain itu perdagangan satwa liar juga cukup
banyak terjadi, karena pada waktu itu mamalia besar masih
dianggap sebagai hama perkebunan
* Melihat laju pengrusakan hutan yang tidak terkendali
tersebut, maka anggota (Road van Indie/ lembaga legislatif)
bernama C. Chastelein berinisiatif untuk mengawali
penunjukan dan penyerahan hutan seluas 6 ha di daerah
depok sebagai kawasan yang dikukuhkan untuk Cagar Alam
( Natural reservaat ) yang diharapkan dapat mewakili
ekosistem hutan tropis dataran rendah yang masih tersisa.
LANJUTAN....
Dari Reservasi ke Konservasi
* Dalam perkembangannya gerakan Reservasi di dunia sering terjebak pada
pandangan arkeologis yang cenderung melihat SDH sebagai suatu yang statis
sehingga kasi perlindungan hanya bertujuan untuk mengawetkan SDA
tersebut.
* Koreksi terhadap kekeliruan dasar dari logika preservasi ini yang kemudian
memunculkaan istilah yang dianggap lebih relevan yakni KONSERVASI
(Conservation) yang diartikan sebagai perlindungan dengan nuansa yang
lebih dinamis
* Di satu sisi pemanfaatan SDA dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia, di sisi lain diperlukan pemeliharaan eksistensi sumberdaya tersebut
untuk keberlanjutan hidup (ekologis) dan pemanfaatanya, tarik menarik
kepentingan dan atau kebutuhan ini lah yang kemudian melahirkan gerakan
konservasi.
* Titik awal perubahan paradigma ini dimulai dari adanya risalah monumental
yang di tulis oleh George Perkins Marsh mengenai dampak2 aktivasi manusia
terhadap lingkungan yang diikuti dengan penyerahan kawasan lembah
Yosemite dan daerah hutan Mariposa di California kepada publik sebagai
tempat singgah. Publikasi Marsh kemudian mendasari konsep pemanfaatan
dalam konservasi (Utilitarian Conservation) yaitu pendayagunaan sumberdaya
alam secara bertanggungjawab agar berguna bagi manusi
GARIS BESAR PERBEDAAN ANTARA PRESERVASI DAN KONSERVASI
No. Preservasi Konservasi
1. Logika:
* Arkeologis (Archaelogical • Biologi (Biological logic) mengelola
logic), mengelola alam sebagai alam sebagai SDA yang dapat di
SDA yang tidak dapat perbaharui (Renewable
diperbaharui (Non Renewable Resources)
resources).
Contoh: mengelola Rusa sebagai
Contoh: pengelolaan candi satwa langka untuk diselamatkan
borobudur sebagai warisan dunia dari kepunahan dan
dan hanya sekedar di awetkan memanfaatkanya untuk/ bagi
manusia, secara lestari
2. Sifat:
* statis, malah cenderung * Dinamis, kualitas dan kuantitasnya
berkurang (menurun) baik dapat turun dan naik, tergantung
kualitas maupun kuantitas baik atau tidaknya pengelolaan
3. Aksi
• Diterapkan pada akhir abat ke • diterapkan pertengahan abad ke-
19 20
• Melindungi perkebunan • Melestarikan kawasan dengan
belanda pendekatan ekosistem
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN KONSERVASI DALAM KONTEKS
KEHUTANAN
1. Wildlife Preservation
2. Nature Preservation
3. Nature Protection
4. Nature Conservation
5. Ecosistem Conservation
2) Jaman Kolonial
periode pnedudukan BELANDA
ada 2 kejadian penting mengenai pelestarian alam di Indonesia
yang menentukan arah Konservasi di kemudian hari yakni:
Tahun 1894 Jendral C.H.A. Van der Wijck melalui koran Nicue Rotterdamsche Courant
mempertanyakan kasus-kasus perdagangan burung di Ternate dan Ambon serta
meminta pejabat setempat (Residen) agar melaporkan kasus tersebut beserta usulan
penangananya.
Tidak ada aksi jelas dan Kongkrit dari Pemerintah Kolonial yang akhirnya mendatangkan
tekanan dari Konservasionis dari luar Hindia Belanda tahun 1894. pada November
menteri Kolonial di Den Haag menerima sebuah surat dari ketua pelaksana Bond ter
Bestrijdingeerner Gruwelmode (assosiation to Combat a Revolting Fashion) dan
beberapa asosiasi jenis yang menyesalkan adanya penyeludupan burung cendrawasih
secara liar. Asosiasi itu mendesak agar menteri kolonial segera mencegah laju
perburuan satwa ini.
Pada saat bersamaan M.C.Piepers seorang entomolog amatir yang juga mantan
pegawai departemen hukum Hindia Belanda. Mengusulkan tindakan perlindungan bagi
burung cendrawasih serta flora dan fauna lain yang terancam punah. Menyarankan
agar dibuat semacam kawasan konservasi seperti Yellowstone National Park yang
secara resmi melindungi spesies yang terancam punah.
Tekanan serupa juga dilakukan oleh P.J. Van Houten (1896) seorang anggota asosiasi
perlindungan satwa belanda yang meminta agar pers belanda menyuarakan kepada
seluruh masyarakat bahwa laju kecepatan perburuan burung cendrawasih akan
menyebabkan kepunahan satu atau beberapa spesies burung tersebut.
LANJUTAN.....
Selama kurun waktu 1896 s/d 1897 pemerintah kolonial terutama kementrian
kolonial, mengusahakan penyelesaian masalah cendrawasih ini. masukan
mengenai burung cendrawasih ini kemudian menjadi ide untuk pembuatan
UU perlindungan burung dan diikuti dengan penerbitan Staatsblad 497
pada bulan Oktober 1909 dan Staatsblad 594 pada Desember 1909 yang
mulai berlaku pada 1 Juli 1910 dan akhirnya membuahkan hasil dengan
hadirnya Ordonnatic tot Bescherming van sommige in het levende
zoogdieren en vogels (Undang-undang perlindungan bagi mamalia liar dan
burung liar) yang dikeluarkan tahun 1910. UU ini berlaku diseluruh Indonesia.
Pada tahun 1912 juga didirikan Nederlands Indische Vereninging tot natuur
Bescherming (perhimpunan perlindungan alam hindia belanda) oleh Dr. S.H.
Koorders dkk. Sekaligus menjadi ketua pertamanya. Perhimpunan ini
menunjuk 12 lokasi kawasan yang perlu dilindungi di Pulau Jawa, yakni:
beberapa danau di Banten, P. Krakatau, Kawah Papandayan,
Semenanjung Ujung Kulon, P. Panaitan, Laut Pasir di Bromo, P. Nusa Burung,
Smenanjung Purwo, Kawah Ijen dan dataran tinggi Ijen. Kawasan-kawasan
tersebut menjadi monomen alam (Natuur Monumenten) yang tidak boleh
diusik
LANJUTAN.....
pada akhirnya komisi ini mendesak untuk menunjuk CA yang lebih besar. Pada
1929akhirnya ditunjuk CA Gunung Kerinci, dan tahun 1934 ditunjuk CA Leuser seluas
400. ribu ha yang merupakan CA terbesar pada waktu itu.kawasan lainnya yang
ditetapkan sebagai CA adalah G. Indrapura, Way Kambas, G. Weilhemina, Berbak di
Sumatra dan Kutai Besar, Sampit dan G. Palung, Mandor di Kalimantan dan
kepulauan Rinca, Pulau Padar, G. Rinjani, Pulau G. Api di Laut Banda di kawasan
Indonesia Timur.
1. Konferensi Stockholm
kesadaran lingkunganglobal yang baru dimulai padatahun 1972 yang menjadi tonggak kesadaranmanusia atas lingkungan
hidupnya, yaitu adanya Konferensi Manusia dan Lingkungan Sedunia di Stockholm.
Oleh karena itu maka haruss dilakukan penanganan antar negara, dan
kasadaran inilah yang mulai bergulir termasuk di Indonesia.
Didirikan kemudian Kantor menteri negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup. Sejak
itulah berkembang paradigma pemikiran bahwa pembangunan juga harus dikendalikan, berbagai
tatanan hukurn dan peraturan mulai dikembangkan, namunurusan ini masih cenderung terpinggirkan.
Pada saat kesadaran atas pengendalian pembangunan demi lingkUfigan lebih banyak disuarakan
oleh LSM, maka ada kesan bahwa kekuatan luar negeri yang mengendalikan LSM tersebut
berkepentingan terhadap pengendalian
pembangunan di Indonesia
Dihadiri oleh 114 Negara, merupakan penentuan langkah awal penyelamatan lingkungan yang
digalang scara global dan motto “hanya satu bumi” (only one earth) untuk semua manusia di
perkenalkan selain itu lahir kemudian:
UNEP (united Nation environmental Program) lembaga PBB untuk lingkungan
Rekomendasinya ditindaklanjuti dengan CITES (Convention on International Trade in endangered
species)
LANJUTAN.......
Dampak dari hasil kongres ini adalah larangan ekspor kayu bulat di
Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah kayu
LANJUTAN.......
Tiga lembaga yang berpengaruh yakni WWF, UNEP dan IUNC sepakat menyusun strategi
menetapkan strategi konservasi baru yang mengembangkan konsep konservasi pada tataran
yang sangat progresif meliputi konservasi fungsi ekologis, jenis; dan pemanfaatan
yang lestari. Ruang bagi pemanfaatan sumber daya alarn terbuka akan tetapi harus diikuti
oleh konsep pelestarian.
Prinsif konservasi menurut World Conservation Strategy perlu diarahkan pada 3 tujuan
pokok:
1. Memelihara proses2 ekologi yang esensial dan sistem penyangga kehidupan
2. Pelestarian keragaman genetik
3. Terjaminnya pemanfaatan spesies
Sebagian besar negara-negara di dunia kemudian mengadofsi hal itu, dan indonesia baru
meratifikasinya 10 tahun kemudian, dan lahirlah UU No.5/1990 ttg Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati dan Ekosistemnya
LANJUTAN.......
5. Kongres Taman Nasional dan Hutan Lindung Sedunia ke-III di Bali, 1982
lalu ada juga pertemuan yang dianggap sangat penting yakni COP
(Conference of Parties):
# pertemuan ini dkeknal juga dengan istilah UN Climate Change
Conference/ konferensi perubahan iklim Perserikatan Bangsa
Bangsa.
# tahun ini pertemuan COP sudah mencapai pertemuan yang ke 22
yang bulan ini akan dilaksanakan kota Marrakecs Maroko setelah
tahun lalu di Paris Perancis
# pertemuan COP diawali waktu tahun 1992 di Rio De Jeneiro waktu
KTT Bumi.
Lalu kenapa harus ada
Kawasan Konservasi,,,,
apa hubungannya...???
Sumberdaya Hutan Indonesia
• INDONESIA DIKENAL SEBAGAL SEBUAH NEGARA YANG MEMILIKI
HUTAN TROPIK TERIUAS KETIGA DI DUNIA, DENGAN EKOSISTEM
YANG BERAGAM MULAI DARI HUTAN TROPIK DATARAN RENDAH
DAN DATARAN TINGGI SAMPAL DENGAN HUTAN RAWA GAMBUT,
RAWA AIR TAWAR, DAN HUTAN BAKAU (MANGROVE).
• KERAGAMAN HAYATI YANG SANGAT TINGGI DAN UNIK KARENA
DALAM EKOSISTEM TERSEBUT DAPAT DIJUMPAI ANTARA LAIN: 11%
SPESIES TUMBUHAN DUNIA, 10% SPESIES MAMALIA, DAN 16%
SPESIES BURUNG, BAHKAN BEBERAPA SPESIES MENDAPAT
PERHATIAN DUNIA KARENA TELAH MENGALAMI PENURUNAN
POPULASI AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA
Lanjutan....
1a Strict nature reserve: protected Cagar alam; adalah kawasan suaka alam
area managed mainly for karena keadaan alamnya mempunyai
scince kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya
atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi
dan perkembanganya berlangsung secara
alami
eksitu
Implikasi teori biogeografi pulau
dalam memilih kawasan untuk
dilindungi pada tingkat nasional
Kawasan dilindungi seluas mungkin dan sebaiknya terdiri dari
ribuan individu, meskipun spesies tersebut memiliki kepadatan
yang rendah. Sejauh mungkin, suatu kawasan yang dilindungi
hendaklah memasukan kebutuhan habitat sepanjang tahun
dari sebanyak mungkin satwa aslinya
Mencakup kisaran komunitas ekologi seluas mungkin, karena
hanya sedikit spesies yang terikat pada komonitas tunggal dan
sedikit saja komonitas yang tidak tergantung pada komonitas
lain disekitarnya.
Prinsip terisolasi, kawasan dilindungi sebaiknya terhindar
dari keterisolasian total dari kawasan alami lainnya, lebih baik
ada dalam kelompok daripada tersebar atau dihubungkan
pada koridor habitat semi alami
LANJUTAN....
STRATEGI UMUM YANG BERMANFAAT ADALAH dengan
menetapkan paling sedikit satu kawasan paling luas yang
dilindungi untuk tiap-tiap sub bagian biogeorgrafi dengan
memasukan sebanyak mungkin komonitas eksistem
Jika tidak memungkinkan untuk kawasan yang dilindungi
sedemikian besarnya, maka yang bisa dilakukan adalah
manipulasi ekosistem dengan unsur-unsurnya untuk
mengurangi hilangnya spesies. Hal ini perlu terus menerus
dilakukan dan memerlukan biaya mahal dibandingkan
mengalokasikan kawasan yang lebih luas
Untuk tingkat nasional perlu dipilih cakupannya, agar
mencegah hilangnya ciri biogeografi yang dilindungi akibat
bencana alam seperti epidemi, banjir, gempa bumi dan
perubahan permukaan danau
Pertimbangan pariwisata
Pariwisata rekreasi
ekotourisme, unik, indah, khas, inspirasi, kenyamanan, atraksi,
keistimewaan, fasilitas, rekreasi, jangkauan, akomodasi
Ketinggian, kelerengan
90% petani, bertani di daerah dataran rendah