Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENELITIAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

“BATU BUSUK”

Disusun oleh:

Khairin Syafutri (1710861004)

Faisal Fadri (1710863028)

Hawa Insani (1710862038)

Rangga Al Iqbar (1710861028)

Ilmu Komunikasi B

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan
syukur kami kepada-Nya karena atas berkat dan rahmat-Nya kami diberi kesempatan untuk
menyelesaikan laporan hasil kuliah lapangan Batu Busuk ini dengan baik.

Kami telah menyusun makalah ini dengan mengumpulkan data informasi berdasarkan
wawancara, observasi dan riset yang kami lakukan bersama. Dalam laporan ini akan dibahas
mengenai beberapa aspek penting mengenai gambaran umum daerah Batu Busuk dan elemen
kebudayaan di dalamnya.

Kami menyadari sepenuhnya masih ada kekurangan baik segi penyusunan maupun tata
bahasa yang digunakan dalam laporan ini. Kami sangat menerima kritik dan saran agar dapat
memperbaikinya di kemudian hari. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Padang, Mei2019

Penyusun

iii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB IPENDAHULUAN ................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................................1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................................3

2.1 Budaya kolektif ..........................................................................................................................3

2.2 Dialek .........................................................................................................................................3

BAB IIIPEMBAHASAN ...............................................................................................................4

3.1 Gambaran Umum Daerah Batu Busuk ......................................................................................4

BAB IVHASIL OBSERVASI .......................................................................................................5

4.1 Sosiokultural ..............................................................................................................................5

BAB VPENUTUP...........................................................................................................................9

4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................9

4.2 Saran ..........................................................................................................................................9

LAMPIRAN..................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................13

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara indonesia adalah negara kesatuan yang terdiri dari beribu-ribu pulai dengan
keanekaragaman suku bangsa, bahasa, budaya, dan agama yang senantiasa menjunjung tinggi
serta menghargai akan adanya perbedaan tersebut. Manusia dalam kesehariannya tidak akan
lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri.
Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan
berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan bukan merusak kebudayaan.
Dengan demikian, manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam
kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil kebudayaan, setiap hari manusia
melihat dan menggunakan kebudayaan.

Perkembangan budaya dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor
internal ini berupa kepatuhan masyarakat dalam menjalankan adat budayanya, sedangkan faktor
eksternal yaitu dampak dari aktivitas wisata serta pengelolaan dan aspek legal yang diterapkan.
Keaslian dari budaya akan hilang apabila pengaruh dari faktor eksternal sangat kuat dan apabila
pengaruh internal cukup kuat maka kemungkinan hilangnya keaslian budaya pun kecil.

Salah satu wilayah yang memiliki kebudayaan yang masih kental dan masih dilestarikan
sampai sekarang adalah budaya yang berada di desa Batu Busuk. Desa Batu Busuk memiliki
keragaman budaya yang belum banyak diketahui oleh orang lain. Desa ini berada di Kelurahan
Lambung Bukit, Kecamatan Pauh, Kota Padang. Secara topografi lokasi Batu Busuk ini berada
di kaki bukit yang memiliki ketinggian 255 mdpl dan dikelilingi oleh perbukitan dan sungai
membuat daerah ini berhawa sejuk dengan panorama alam yang hijau dan menyegarkan mata.

Selain memiliki budaya yang beraneka ragam Batu Busuk juga memiliki panorama
pemandian patamuan yang berarti pertemuan antara air Padang karuah dan air Padang janiah
yang menjadi sumber penggerak turbin PLTA Kuranji. Batu Busuk juga memiki berbagai
peninggalan dari Belanda seperti jembatan gantung yang berusia lebih dari 100 tahun, komplek

1
perumahan belanda yang sekarang menjadi sekolah dan juga jembatan air miliki PLTA Kunranji
yang sangat pas sebagai spot liburan. Batu Busuk memiliki sejarah menarik untuk dibahas, selain
itu budaya tradisional masih sangat kental di desa ini. Desa yang sempat menjadi bekas jajahan
Belanda ini memiliki ceritanya sendiri serta peninggalan sejarah yang masih ada, namun tidak
semuanya dikenal oleh orang.

Penelitian ini mengambil lokasi studi di wilayah Batu Busuk. Tujuan dari penelitian ini
adalah memberikan gambaran mengenai kebudayaan yang ada di daerah Batu Busuk mulai dari
bahasanya sampai sosiokultural daerah ini. Dan untuk melihatkan salah satu keindahan Indonesia
yang belum banyak diketahui oleh orang lain.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budaya kolektif

Menurut Peri Irawan dalam blognya yang berjudul “Budaya Kolektif” mengatakan bahwa
budaya kolektifitas (kebersamaan) merupakan sebuah cara yang efektif untuk mencapai tujuan
tertentu. Dibangun dari rasa kepercayaan dan kerjasama antar individu, kemudian berkembang
menjadi kerjasama dalam bentuk kelompok kecil yang berlanjut kepada kelompok yang lebih
solid. Budaya kolektif bisa juga dikatakan budaya “berjamaah”. Budaya kolektifitas mempunyai
pengaruh yang luar biasa atas perkembangan peradaban manusia.

2.2 Dialek

Dari makna etimologi dipahami bahwa dialek merupakan sebuah ragam bahasa yang lebih
disenangi, lebih biasa dipraktekkan, dan lebih mudah diujarkan oleh individu-individu dari suatu
komunitas bahasa tertentu dalam kehidupan keseharian mereka. Dialek bisa menjadi ciri khas
seseorang atau suatu komunitas bahasa tertentu dalam kehidupan keseharian mereka. Adapun
secara terminologi, dialek dalam kamus Logman diartikan sebagai variasi dari sebuah bahasa
yang dipergunakan disuatu bagian dari sebuah negara yangvariasi itu berbeda dengan variasi-
variasi lainnya dari bahasa yang sama dalam sejumlah kata dan gramatikannya (dalam Suadi,
2008 : 77). lebih terperinci lagi, Daud mengartikan bahwa dialek merupakan cara pemakaian
bahasa yang berbeda dari cara-cara yang lainnya, di dalam suatu bahasa karena masing-masing
memiliki ciri-ciri kebahasaaan yang khusus dan tiap-tiap cara ini bersama-sama membentuk ciri-
ciri kebahasaan yang bersifat umum (dalam Suadi, 2008 : 78)

3
BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Daerah Batu Busuk

Pemilihan lokasi studi terletak di daerah Batu Busuk, Kecamatan Pauh, Kota Padang. Secara
topografi lokasi Batu Busuk ini berada di kaki bukit yang memiliki ketinggian 255 mdpl dan
dikelilingi oleh perbukitan dan sungai membuat daerah ini berhawa sejuk dengan panorama alam
yang hijau dan menyegarkan mata.

Desa Batu Busuk memiliki keragaman budaya yang belum banyak diketahui oleh orang lain
bahkan oleh masyarakat Padang itu sendiri. Mulai dari wisata air dan panorama yang sangat
indah sampai bangunan tua yang memiliki nilai historis serta cerita rakyat yang bisa digali lagi.
Tidak luput juga kehidupan sosial dan juga budaya yang ada disana. Menurut cerita lisan
masyarakat sekitar, penamaan Batu Busuk itu berasala dari batu yang memang mengeluarkan
aroma tidak sedap. Di daerah ini dahulunya ada terdapat sebuah batu yang cukup besar yang
bernama Batu Paru. Batu tersebut mengeluarkan air busuk yang menyengat seperti bau bangkai
sehingga diberi nama daerah ini sebagai Batu Busuk.

Untuk ke Batu Busuk tidaklah sulit, akses dan infrastruktur jalannya sudah memadai, bisa
dilalui oleh motor dan mobil pribadi. Berbeda dengan dahulu yang hanya menggunakan
jembatan gantung yang menjadi satu-satunya penghubung antara Kampung Kapalo koto dengan
Kampung Batu Busuk. Jembatan gantung ini merupakan jembatan bersejarah, karena dibangun
ketika pemerintahan Hindia Belanda dan kemungkinan sudah berumur lebih 100 tahun. Namun,
jembatan ini tidak digunakan lagi dan sudah digantikan dengan jembatan beton yang dibuat oleh
pemerintah. Walaupun sudah tidak dipakai lagi, masyarakat tidak mau menghancurkan jembatan
ini, mereka tetap membiarkan jembatan tersebut sehingga menjadi kenang bersejarah untuk
daerah ini.

4
BAB IV

HASIL OBSERVASI

3.1 Sosiokultural

Sosiokultural adalah letak suatu wilayah atau negara berdasarkan keadaan sosial dan
budaya daerah yang bersangkutan terhadap daerah di sekelilingnya. Nah, disini kami akan
membahas kebudayaan di daerah Batu Busuk dalam konteks sosiokultural.

• Mata Pencarian
Pada umumnya mata pencarian masyarakat daerah Batu Busuk adalah berladang seperti
menanam kacang, padi, jagung, dan juga durian. Mata pencarian ini dipengaruhi oleh letak
dearah tersebut yang berada di perbukitan sehingga masyarakat banyak memanfaatkan lahan
yang masih kosong untuk berladang. Selain mereka bertani, mereka juga mencari kayu di hutan,
mencari batu, dan juga pasir. Daerah Batu Busuk ini terkenal dengan kayunya yang berkualitas
sehingga banyak pesanan dari luar untuk mengambil kayu disini untuk dijadikan perabotan
rumah tangga.
• Interaksi Masyarakat
Kehidupan sosial masyarakat Batu Busuk masih kental dengan hal-hal yang berbau
tradisional. Mereka masih menggunakan kayu bakar untuk memasak walaupun tidak semuanya
seperti itu lagi. Interaksi masyarakat disana juga cukup sering karena mereka setiap sorenya
selalu berkumpul sekedar cerita-cerita sore dan juga interaksi mereka ini menyebabkan
terciptanya lingkungan yang menyukai kerjasama, gotong royong, dan juga saling membantu
antar sesama. Hal ini terlihat ketika kami baru sampai di desa ini, kami disambut dengan baik
oleh ibu Normawati dan juga ibu Emi, yang merupakan salah satu penduduk yang sudah lama di
desa Batu Busuk ini. Ketika kami memulai wawancara, Ibu Emi mengatakan bahwa desa Batu
Busuk ini sudah banyak mahasiswa yang datang untuk melakukan penelitian terkait tugas kuliah
mereka. Karena hal itulah mereka sudah terbiasa jika ada yang datang ke desa ini untuk
melakukan penelitian, mulai dari wisata airnya sampai kebudayaan yang ada disini.

5
Hal unik yang kami temukan disini adalah cerita-cerita rakyat yang masih dipercaya oleh
sebagian penduduk di daerah ini terutama para orang tua yang sudah berumur 60 tahun ke atas.
Mereka masih mempercayai hal tersebut, salah satu cerita rakyatnya adalah cerita “Malin
Deman”. Malin Deman merupakan seorang pria yang tinggal di daerah ini bersama dengan
ibunya, Rubiah. Ketika Malin Deman pergi ke sungai ia tidak sengaja melihat ada tujuh putri
yang sangat cantik sedang mandi disana. Putri ini oleh masyarakat disana disebut sebagai puti
nan batujuah. Melihat hal itu, akhirnya Malin Deman mencuri selendang putri nan batujuah
sehingga salah satu putri tidak bisa kembali lagi dan akhirnya menikah dengan Deman. Ketika si
Deman ini meninggal dunia, si Puti ini memohon kepada sang mertua untuk menunjukkan
dimana letak selendangnya selama ini, namun sang mertua tidak menjawabnya. Sampai akhirnya
sang mertua luluh dan mengatakan tempat selendang Puti tersebut sehingga akhirnya Puti bisa
kembali lagi ke asalnya.
Nah, sepeninggalan si Puti, Rubiah meninggal dunia dan dikuburkan didekat rumahnya
di daerah Batu Busuk ini. Orang-orang disini mengatakan bahwa dahulu tempat pemakaman
Rubiah adalah tempat yang anker untuk di datangi. Selain itu, ada juga pemandian di daerah ini
yang menggunakan nama Rubiah ini.
Selain hal di atas, ada juga hal yang menarik dari daerah ini yaitu pepatah kisah Malin
Deman ini yang selalu dinyanyikan oleh orang tua disini, sepenggal contoh bait kata dari
kisah”Malin Deman” : puti nan batujuah, turun dari langik. Kisah ini dinyanyikan oleh orang
yang dituakan disini, walaupun masih ada masyarakat yang tidak percaya dengan kisah ini.
Namun, kisah ini sudah dikisahkan sejak turun temurun, sehingga beberapa masyarakat percaya,
khusus yang sudah tua, namun beberapa lagi tidak percaya dan menganggap itu hanya sebuah
cerita dongeng saja.
• Tradisi Pernikahan

Tradisi pernikahan yang diterapkan di daerah Batu Busuk masih lekat dengan adat
tradisionalnya. Dimana untuk meminang seorang gadis haruslah dengan mengundang niniak
mamak untuk perhitungan antara pihak laki-laki dan perempuan. Adapun aturan dalam pernihan
di batu busuk ini, apabila ada di antara mereka yang melakukan pernikahan sesuku maka orang
itu akan dibuang dari kampung, maksud di buang ini tidak di usir melainkan tidak di anggap lagi
sebagai penduduk setempat bahkan keturunanya pun tidak akan dianggap juga. Misalkannya
ketika mereka mendapatkan kemalangan seperti sakit atau meninggal dunia penduduk setempat

6
tersebut tidak akan ikut campur. Memang terdengar keras, namun budaya ini masih sangat
dipegang teguh oleh penduduk Batu Busuk. Jika melanggar maka sanksi sosial inilah yang akan
diterima.

• Tradisi

Masyarakat di daerah Batu Busuk merupakan masyarakat yang menganut agama Islam.
Di setiap tradisi yang dilakukannya didasarkan kepada agama Islam. Sangat kental sekali
bagaimana mereka menerapkan agama islam di setiap aktivitas mereka sehari-hari. Salah satunya
yaitu ketika bulan Ramadhan datang ada tradisi yang disebut sebagai “sembahyang 40 hari”.
Dimana tradisi ini dilakukan sepuluh hari sebelum bulan Ramadhan datang. Sembahyang 40 hari
maksudnya menjalankan ibadah sholat lima waktu secara berjamaah selama 40 hari. Tradisi ini
dilakukan selama Ramadhan untuk mendapatkan kelebihan pahala ibadah yang diberikan oleh
Allah SWT

Sebelum waktu magrib datang, ibu-ibu yang berumur 50 tahun ke atas akan membawa
bekal ke mesjid untuk berbuka bersama. Kegiatan “sembahyang 40 hari” ini memang yang
mendominasinya adalah lansia yang berumur di atas 50 tahun. Hal ini dikarenakan bahwa ibadah
rutin ini membutuhkan kedisiplinan selama beribadah. Selama 40 hari, peserta tidak boleh
meninggalkan sholat berjamaah satu kalipun. Jikapun ini terjadi tanpa sebab, maka ibadah
sembahyang 40nya akan terputus. Karena hal inilah banyak lansia yang menjalani ibadah ini.
Selain itu, budaya malam takbiran juga masih sangat kental. Remaja-remaja yang ada disana
akan melakukan arak-arakkan keliling kampung dengan mengumandangkan takbir.

• Komunikasi

Dalam melakukan observasi ke daerah Batu Busuk kami menemukan beberapa hal yang
menarik dan beberapa hal lainnya terkait komunikasi yang ada di daerah tersebut. Disini kita
akan merapikan beberapa poin tentang komunikasi di daerah ini yang mungkin beberapa sudah
sempat disinggung sebelumnya.

7
- Komunikasi dengan Tuhan

Masyarakat Batu Busuk memliki sebuah kebiasaan dalam ramadahan yang dimana,
mereka menamai kegiatan itu dengan “sambahyang 40 hari” hal ini merupakan suatu didikan dan
nilai yang sudah ada sejak lama di daerah tersebut. Pada umumnya yang melaksanakan kegitan
tersebut adalah lansia yang berumur 50 keatas. Juga ada beberapa anak muda yang mengikuti hal
tersebut, dan diantaranya jugalah mahasiswa yang merupakan pendatang atau bukan orang asli
Batu Busuk. Walaupun orang-orang yang melaksanakan kegiatan itu tidak berasal dari latar
belakang budaya yang sama, namun mereka tetap bisa beraktivitas berdampingan.

- Komunikasi dengan masyarakat sekitar

Masyarakat Batu Busuk pada umumnya masi merupakan masyarakat yang menganut
budaya kolektif, mereka masih suka berkumpul, meletakkan sesuatu secara bersama-sama, dan
juga lebih memilih menghabiskan waktunya luangnya untuk berkumpul. Mereka masi sering
berkumpul pada sore hari dan berbincang-bincang di halaman atau rumah-rumah tetangga.
Masyarakat sini juga termasuk masyarakat yang ramah dan terbuka pada orang-orang pendatang,
hal itu dibuktikan dengan bagaimana cara mereka menyambut kami saaat tiba disana. Dengan
senyuman yang ramah dan menjawab pertanyan-pertanyaan yang kami tanyakan dengan senang
hati.

Bahasa sehari-hari yang digunakan oleh penduduk disini adalah bahasa minang pada
umumnya. Namun, ada yang membedakannya dengan daerah lain,yaitu dialeknya yang sedikit
berbeda. Contohnya itu adalah pengucapan kata “air”, dimana di derah lain akan diucap dengan
akhiran -a (“aia”), namun di Batu Busuak akan diucapkan dengan logat yang berbeda dengan di
akhiri kata -e (aie”). Namun, tidak semua kata akan di akhiri dengan “e”, bahkan di daerah ini
juga menggabungkannya dengan bahasa indonesia, tidak hanya minang saja.

-Komunikasi dengan hewan

Masyarakat sekitar juga memiliki tradisi atau kegiatan yang bisa kita katakan itu cukup
unik. Kami melihat banyak orang minang yang memperlakukan harimau berbeda dengan
binatang-binatang lainnya. Ada diantaranya dengan memberi penghormatan lebih, memberi

8
panggilan khusus pada hewan jenis itu dan banyak lainnya. Khususnya di daerah Batu Busuk
kami menemukan bahwa masyarakat sini juga melakukan hal yang unik pada harimau, mereka
memberikan sebuah pertunjukan atau nyanyian untuk menghibur harimau tersebut. Harimau
tersebut memang diletakkan di dalam kandang untuk alasan keamanan. Banyak dari masysarakat
yang antusias dengan hal seperti ini, apabila ada harimau yang di kurung di dalam kandang,
maka mereka akan menghibur harimau tersebut dengan nyanyian dan persembahan lainnya. Hal
tersebut mendapatkan feedback yang nyata dari harimau, setidaknya itulah informasi yang kami
dapat. Ia terlihat seperti sedih dan terharu ketika dihadirkan persembahan tersebut.

9
BAB V

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa kebudayaan yang ada disetiap daerah jelas berbeda-beda, salah
satunya yaitu kebudayaan yang ada di Batu Busuk. Batu Busuk merupakan daerah yang memiliki
keindahan alam yang sangat bagus, selain itu kebudayaan yang ada disana juga menarik untuk
kita lihat. Desa Batu Busuk memiliki keragaman budaya yang belum banyak diketahui oleh
orang lain. Mulai dari banyaknya peninggalan Belanda yang ada disana sampai kehidupan
masyarakatnya yang suka gotong royong, dan juga saling membantu sesama lainnya. Namun,
ada beberapa norma yang tidak boleh dilanggar seperti menikah dengan suku yang sama. Jika hal
ini terjadi maka sanksi sosial akan berlaku, yaitu masyarakat yang melanggar akan dikucilkan
dan tidak dianggap lagi di desa ini.

3.2 Saran
Penelitian yang telah kami lakukan relatif dalam waktu yang singkat. Sehingga kami
hanya melakukan penelitian melalui wawancara dari penduduk setempat tanpa mengikuti
kegiatan-kegiatan yang diadakan pada daerah kampung India. Hal ini dikarenakan tidak
sesuainya waktu penelitian dengan tradisi khas yang diadakan penduduk setempat. Oleh karna
itu, baiknya dalam melakukan penelitian pada daerah ini dengan ikut terjun langsung dalam
setiap agenda yang dilaksanakan penduduk setempat. Seperti tradisi maulid 10 hari, Serak Gulo
dan Arak Cendana yang menjadi kekhasan dari tradisi kebudayaan daerah tersebut.

10
Lampiran

11
12
13
DAFTAR PUSTAKA

Suadi. 2008. Dialek-dialek dalam Bahasa Arab. Vol. 7, No. 1. Pusat Bahasa, Budaya, dan Agama
: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

https://visionerpd.blogspot.com/2012/11/budaya-kolektif-oleh-peri-irawan.html?m=1

http://www.kidalnarsis.com/2016/10/menengok-jembatan-air-batu-busuk-yang.html?m=1

Wawancara : Ibu Normawati (66 tahun) dan Ibu Emi (39 tahun)

14

Anda mungkin juga menyukai