ISSN : 2355-9284
NEW MEDIA
SEKOLAH TINGGI DESAIN BALI
VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016
PENGANTAR REDAKSI
Jurnal Desain Interior “Sekolah Tinggi Desain Bali” Volume 3 Nomor 1 Juni 2016 merupakan
edisi ketiga yang bertemakan “ Estetika Konsep Perencanaan dan Perancangan Interior”. Edisi ini
diawali dengan artikel yang berjudul tentang Implementasi Aplikasi Polyvore dalam Pembuatan
Moodboard Aksesoris Desain Interior oleh Ni Kadek Yuni Utami, S.T., M.Ds. Artikel kedua
dengan judul Kajian Estetika Interior Berkonsep Etnik pada Restoran Charming di Sanur-Bali
oleh Ni Luh Kadek Resi Kerdiati, S.Sn, M. Sn. Artikel ketiga dari I Kadek Pranajaya, S.T., M.T.,
IAI dengan judul Tahapan Konsultan Perencana dalam Perencanaan Pembangunan Sarana dan
Prasarana Ruang Belajar Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Badung-Bali. Artikel keempat yaitu,
Kajian Pustaka “Akustik” pada Ruang Dalam oleh Ni Wayan Ardiarani Utami, S.T., M.T., artikel
selanjutnya adalah, Peranan Pencahayaan Buatan sebagai Pembentuk Kesan Ruang oleh Kadek
Risna Puspita Giri S.T., M.T., Kearifan Lokal dalam Arsitektur dan Desain Interior : Studi
Komparasi Empat Konsep di Asia oleh Freddy Hendrawan, S.T., M.T., dan artikel terakhir yaitu
Konsep Arsitektur Nusantara sebagai Sarana Restorasi oleh Ardina Susanti, S.T., M.T.
Redaksi mengucapkan terima kasih kepada Sekolah Tinggi Desain Bali atas motivasi dan
masukannya untuk kesempurnaan jurnal ini serta seluruh civitas akademika Sekolah Tinggi
Desain Bali atas kekompakan dan semangatnya. Terakhir, kritik dan saran selanjutnya sangat
kami harapkan dan kepada semua yang telah membantu penerbitan jurnal ini dan para pembaca
yang budiman, kami ucapkan terimakasih.
Redaksi :
Kampus Sekolah Tinggi Desain Bali
Jl. Tukad Batanghari No. 29 Renon – Denpasar
Telp. (0361) 259459, 7448456 Fax: (0361) 701806, 259459
Website: http://www. std-bali.ac.id
ii
ISSN : 2355-9284
NEW MEDIA
SEKOLAH TINGGI DESAIN BALI
VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016
Jurnal ini diterbitkan sebagai media publikasi bagi karya-karya tulis dosen-dosen dan civitas akademika pada Program Studi
Desain Interior STD Bali. Selain itu juga sebagai wahana informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang seni,
desain interior dan arsitektur. Karya yang disajikan berupa hasil penelitian, tulisan ilimah populer, studi kepustakaan, review
buku maupun tulisan ilmiah terkait dalam lingkup desain interior. Dewan Redaksi menerima artikel terpilih untuk dimuat, dengan
frekuensi terbit secara berkala 1 (satu) kali setahun yaitu Juni. Naskah yang dimuat merupakan pandangan dari penulis dan
Dewan Redaksi hanya menyunting naskah sesuai format dan aturan yang berlaku tanpa mengubah substansi naskah.
iii
ISSN : 2355-9284
NEW MEDIA
SEKOLAH TINGGI DESAIN BALI
VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016
KETERANGAN UMUM :
1. Naskah yang dikirim sebanyak satu eksemplar dalam program pengolahan kata M.S. Word.dan naskah
bisa dikirimkan via email atau dalam bentuk CD ke alamat redaksi.
2. Naskah belum pernah dipublikasikan oleh media cetak lain.
3. Redaksi berhak menolak atau pengedit naskah yang diterima. Naskah yang tidak memenuhi kriteria
yang ditetapkan akan dikembalikan. Naskah diskusi yang ditolak akan diteruskan kepada penulis
naskah untuk ditanggapi.
iv
ISSN : 2355-9284
NEW MEDIA
SEKOLAH TINGGI DESAIN BALI
VOLUME 3 NOMOR 1 JUNI 2016
DAFTAR ISI
COVER
PENGANTAR REDAKSI i
TIM DEWAN REDAKSI ii
PETUNJUK PENGIRIMAN DAN TATA TULIS NASKAH iii
DAFTAR ISI iv
KUMPULAN JURNAL
Abstrak
Perkembangan teknologi digunakan sebagai alat bantu bagi desainer dalam memudahkan
perancangan desain, munculnya berbagai website salah satunya polyvore yang berupa aplikasi
untuk para desainer dan memberi kemudahan dalam memilih, mengatur dan mengkolasekan
produk sesuai dengan ketertarikan dan keinginan. Makalah ini bertujuan untuk mendapatkan
hasil bagaimana implementasi aplikasi polyvore dalam memudahkan pembuatan moodboard
aksesoris interior bagi desainer yang dalam makalah ini mengambil obyek tugas mahasiswa
desain interior STD Bali. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan mengamati
tugas mahasiswa dan membandingkannya dengan teori aksesoris desain dan moodboard.
Abstract
The development of technology is used as a tool for designers to simplify the process of
design. Polyvore is a website for designers and provide convenience in selecting , arranging
and collaging the products in accordance with the interests and desires. This paper aims to
get the results of how the implementation of Polyvore in creates moodboard interior
accessories for designers. The method used is a qualitative method to observe student’s
interior accessories moodboard assignments by using polyvore and compared with theory of
moodboard and design accessories.
1
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
1. PENDAHULUAN
Penelitian ini menggunakan
Perkembangan teknologi yang metode penelitian kualitatif,
diikuti dengan perkembangan pro- yaitu dengan melakukan
gram aplikasi turut mempengaruhi pengamatan terhadap tugas
dunia desain, terbukti dari muncul- pembuatan moodboard akse-
nya banyak aplikasi-aplikasi berbasis soris desain pada mata kuliah
teknologi internet sosial media yang aksesoris desain jurusan de-
dapat mempermudah pekerjaan se- sain interior angkatan 2015 di
orang desainer. Sekolah Tinggi Desain Bali
menggunakan aplikasi poly-
Polyvore adalah salah satu website vore, dan membandingkan-
atau aplikasi berbasis sosial media nya dengan teori yang ada
yang merangkum produk-produk dan menganalisis tingkat
desain dengan dilengkapi spesifikasi keberhasilan mahasiswa da-
dari produk sehingga mampu me- lam pembuatan moodboard
mudahkan para desainer untuk aksesoris interior.
memilih, menyeleksi, menyimpan
dan mengkolasekan produk-produk 3. TINJAUAN TEORI
yang diinginkannya. Dalam proses 3.1. Aksesoris Desain
desain, desainer umumnya meng- Pengertian aksesoris adalah benda
gunakan moodboard atau dikenal pelengkap yang mendukung se-
dengan inspiration board yang dapat buah estetika atau penampilan
memberikan gambaran awal bagai- dari benda atau ruang tertentu.
mana desain yang akan dibuat Aksesoris desain interior dapat
dengan mengkolasekan produk-pro- berupa dekorasi atau benda fung-
duk atau elemen yang mendukung sional yang menambah kesan
perancangan desain, begitu pula akhir dalam sebuah tema peran-
halnya di bidang desain interior, cangan interior.
desainer dapat membuat moodboard
dengan mengkolasekan furniture dan Aksesoris dalam desain interior
aksesoris desain sesuai dengan tema harus dipilih dan diletakkan
perancangan sehingga klien dapat sedemikian rupa sehingga dapat
mendapat gambaran yang jelas memberikan penambahan kesan
mengenai desain interior yang akan yang berupa sebuah vocal point
didapat. atau menguatkan tema sebuah
ruangan yang dirancang.
2. TUJUAN & METODE
PENGUMPULAN DATA Mengingat bahwa tujuan utama
dari desain interior adalah untuk
2.1.Tujuan dari penulisan ini merancang sebuah tempat tinggal
adalah untuk mendapatkan yang memiliki kenyamanan untuk
hasil bagaimana implement- digunakan serta menyenangkan
tasi aplikasi polyvore dalam untuk dilihat, sehingga dengan
memudahkan pembuatan memilih aksesoris yang tepat
mood board aksesoris in- sesuai dengan tema perancangan
terior bagi mahasiswa juru- akan membuat orang lain akan
san desain interior. memahami karakter penghuninya.
2.2.Metode Penelitian
2
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
3
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
4
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
5
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
6
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
7
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
8
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
9
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
ABSTRAK
Restoran Charming terletak di daerah Sanur - Bali, merupakan sebuah bangunan komersial
yang mengambil tema etnik sebagai konsep perancangan ruangnya. Hadirnya nuansa tradisi
diharapkan mampu memberikan nuansa baru dalam menghindari kebosanan dari desain
modern yang cendrung bersifat serba ‘bersih’, praktis, dan kaku. Melalui metode penelitian
kualitatif, estetika penerapan konsep etnik kedalam perancangan interior restoran Charming
dapat ditinjau melalui estetika bentuk dan ekspresi. Adapun kesimpulan yang diperoleh yaitu,
estetika bentuk yang meliputi kesatuan dicapai melalui penerapan material kayu dan
pemilihan warna bernuansa coklat, keseimbangan yang digunakan adalah keseimbangan
asimetris melalui penataan layout fasilitas dan aksesoris ruang, aksentuasi dicapai melalui
penerapan warna kontras dan artwork. Sedangkan dalam estetika ekspresi meliputi nilai
lebih berupa makna, simbol, serta bentuk filosopi sebuah daerah yang disuguhkan melalui
benda-benda keseniannya yang khas.
10
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
11
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
12
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
sono, 2007: 66). Seluruh bagian atau hasilkan sebuah desain yang lebih
elemen dari sebuah karya desain yang bersifat tidak resmi dan dinamis
disusun harus saling mendukung, tidak (Sanyoto, 2010: 242-247).
ada bagian yang mengganggu atau
keluar dari susunan. Tanpa adanya c. Aksentuasi
kesatuan, suatu karya desain akan Aksentuasi, adalah sentuhan pada
tampak kacau tanpa ikatan. Prinsip suatu komposisi yang kehadirannya
kesatuan adalah adanya hubungan seolah-olah dominan, proposional, dan
antara elemen yang disusun. Hubungan terukur dalam komposisi tersebut.
ini yang nantinya digunakan sebagai Tujuan dari dibentuknya sebuah
sebuah pendekatan dalam membentuk dominasi adalah untuk dapat menarik
kesatuan (Sanyoto, 2010: 213). perhatian dan menghilangkan kesan
monoton (Irawan,2013:42). Sesuai
b. Keseimbangan prinsip keselarasan, bahwa untuk
Keseimbangan merupakan prinsip memperoleh keindahan suatu desain
dalam komposisi yang menghindari harus memiliki sebuah keteraturan.
kesan berat sebelah atas suatu bidang Namun susunan teratur tersebut dapat
atau ruang yang diisi dengan unsur- menimbulkan kebosanan, sehingga
unsur rupa (Kusrianto,2007:38). Sejak memerlukan adanya dominasi atau
terbentuknya kebudayaan serta per- penonjolan untuk dapat memecah
kembangan ilmu pengetahuan dan keberaturan, serta menjadi sebuah
teknologi, keseimbangan tetap me- kejutan dalam desain (Sanyoto, 2010:
rupakan syarat estetik yang mendasar 226). Selain bertujuan untuk menarik
pada sebuah karya seni. Melalui perhatian, adanya dominasi dapat
keseimbangan tersebut, sebuah karya memberikan ciri khas pada sebuah
desain akan menjadi lebih indah desain. Desain yang baik selayaknya
dilihat. Jenis keseimbangan yang memiliki sebuah dominasi untuk
paling mudah dicapai adalah keseim- menarik perhatian. Terdapat beberapa
bangan simetris, namun selain keseim- cara untuk menciptakan sebuah
bangan simetris juga terdapat keseim- dominasi diantaranya yaitu melalui
bangan asimetris (Djelantik, 2008: 49). tekstur, bentuk, warna, ukuran, mau-
Jika keseimbangan simetris atau ke- pun tata letak. Dengan menggunakan
seimbangan formal ditandai oleh seluruh unsur artistik serta prinsip
kesamaan muatan, bentuk, ukuran, desain untuk menciptakan sebuah
warna, raut, dan tekstur antara sisi dominasi, maka dapat dihasilkan
kanan dan kiri, maka keseimbangan sebuah wujud desain yang merupakan
asimetris atau keseimbangan informal satu kesatuan yang utuh (Dharsono,
merupakan jenis keseimbangan yang 2004: 121,122).
mana antara sisi kanan dan kiri
memiliki perbedaan antara muatan, 3.2. Estetika Ekspresi
bentuk, ukuran, warna, raut, atau
tekstur tetapi secara keseluruhan dapat Estetika ekspresi dapat dihasilkan
terlihat seimbang. Penyusunan keseim- melalui adanya keindahan bentuk dan
bangan asimetris ini lebih sulit dapat dirasakan melalui persepsi
diciptakan karena benar-benar memer- masing-masing pengamat. Keindahan
lukan perhitungan yang cermat. Jika ekspresi mampu menjadi citra sebuah
keseimbangan simetris akan meng- karya desain melalui adanya karakter
hasilkan sebuah desain yang bersifat dan gaya yang digunakan. Karakter
resmi dan statis, maka seBaliknya dapat merupakan suasana, kesan,
keseimbangan asimetris akan meng- ekspresi fungsi, ekspresi struktur dan
13
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
14
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
warna yang berbeda, namun secara pintu tradisional khas Jawa dan Bali
keseluruhan masih mampu mencip- sebagai dinding partisi sekaligus seba-
takan sebuah kesatuan visual melalui gai aksesoris ruang (gambar 5). Ba-
penerapan warna coklat tersebut. ngunan restoran Charming memang
Coklat merupakan sebuah warna merupakan jenis bangunan terbuka
dengan karakter hangat. Karakter yang dibeberapa sisi bangunannya
hangat tersebut mampu menghadirkan tidak terdapat dinding permanen. Oleh
suasana nyaman, mengundang, serta karena itu, beberapa artwork yang ada
memberikan kesan etnik. (Serial juga dimanfaatkan sebagai pembentuk
Rumah, 2008:40). ruang, selain difungsikan sebagai
benda dekorasi. Sedangkan pada sisi
sebaliknya yaitu sisi utara bangunan,
variasi artwork pintu tradisional tetap
digunakan namun dengan bentuk
pemasangan yang berbeda. Pintu
tradisional tersebut dipasang secara
permanen pada dinding bangunan,
dengan jumlah yang lebih sedikit
(gambar 6).
15
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
17
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
19
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
___________________. Desain
Interior: Pengantar Merencana
Interior Untuk Mahasiswa
Desain dan Arsitektur. Jakarta:
Djambatan, 1999.
20
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
I Kadek Pranajaya
Dosen Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali
Email : jprana858@gmail.com
Abstrak
Kata Kunci: Perencanaan, Sarana dan Prasarana Ruang Belajar Anak Sekolah Dasar
21
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
22
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
23
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
24
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
25
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
26
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
27
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
28
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
29
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
30
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
31
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Akhir Penyusunan DED Pembangunan Sarana dan Prasarana Sekolah di
Kecamatan Kuta Mengwi,Tahun 2014
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 32 Tahun 2011 tentang Standar
dan Spesifikasi Teknis Rehabilitasi Ruang Kelas Rusak, Pembangunan Ruang Kelas
baru beserta Perabotannya, dan Pembangunan Ruang Perpustakaan Beserta
Perabotannya untuk SD/SDLB, Tahun 2011
32
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
Abstrak
Akustik merupakan salah satu cabang ilmu yang erat kaitannya dengan bunyi. Dalam hal ini
akustik dapat mengatur bunyi yang diinginkan dan kontrol akan kebisingan yang dapat
timbul sehingga mengganggu aktivitas civitas ruang dalam. Penataan bunyi pada ruang
dalam memiliki tujuan untuk kesehatan pengguna sebagai tujuan mutlak dan untuk
kenikmatan pengguna sebagai suatu hal yang diusahakan. Penggunaan akustik yang benar
pada ruang dalam menjadi mutlak diperlukan pada kehidupan manusia sehari-hari. Pada
penulisan ini menggunakan metode kajian pustaka sebagai perbandingan untuk mengetahui
mengapa akustik diperlukan pada ruang dalam. Pada penulisan ini dapat disimpulkan bahwa
akustik diperlukan dalam merancang ruang dalam karena akustik erat kaitannya dengan
permukaan bidang penyusun ruang dalam dan bentuk dari ruang dalam itu sendiri.
Pengkondisian akustik pada ruang dalam lebih mudah dilakukan karena memiliki batasan
dan jenis bahan permukaan.
33
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
1. PENDAHULUAN
Penataan bunyi pada ruang dalam Ruang dalam merupakan tempat
memiliki dua tujuan, yaitu untuk beraktivitas manusia baik pribadi
kesehatan penggunan sebagai tujuan ataupun berkelompok sesuai dengan
mutlak dan untuk kenikmatan pemakai fungsinya masing-masing. Menurut
sebagai tujuan yang diusahakan Wicaksono (2014) Ruang adalah
(Satwiko, 2009:263). Kesehatan peng- bentuk tiga dimensi yang memiliki
guna sebagai sesuatu hal yang mutlak panjang, lebar, tinggi dan berbentuk
diperlukan karena bunyi dapat padat. Ruang dalam dibatasi oleh
mempengaruhi kesehatan pendengar- bidang dapat berupa plafond, dinding
nya. Gangguan yang dapat ditimbulkan dan bidang.
mulai dari gangguan fisiologis, psiko-
logis, komunikasi dan ketulian (Fauzi, Berdasarkan data tersebut, penggunaan
2013). Berdasarkan hasil tersebut akustik yang baik dan benar harus
penataan bunyi pada ruang, ruang digunakan pada ruang dalam untuk
dalam khususnya wajib menjadi fokus menunjang kesehatan dan aktivitas
perhatian dalam suatu perencanaan pengguna.
ruang dalam, sedangkan kenikmatan
pengguna “ruang dalam” juga menjadi 2. METODE PENULISAN
satu hal yang harus diperhatikan
setelah tujuan kesehatan terpenuhi. Metode yang digunakan pada penulis-
an ini adalah metode penulisan dengan
Bunyi merupakan salah satu cabang perbandingan kajian pustaka. Kajian
ilmu yang erat kaitannya dengan akus- pustaka adalah proses umum yang
tik. Menurut Satwiko (2009:24) akus- dilakukan oleh peneliti dalam usaha
tik adalah ilmu tentang bunyi. Akustik menemukan suatu teori (Chamidy,
dapat didefinisikan menjadi akustika 2010). Penulisan ini menggunakan
“ruang dalam” yang menangani bunyi- beberapa hasil teori akustik sebagai
bunyi yang diinginkan dan kontrol perbandingan untuk mengetahui me-
kebisingan yang menangani bunyi- ngapa akustik diperlukan pada ruang
bunyi yang tidak diinginkan. Jadi dalam.
akustik akan mengatur bunyi yang
diinginkan untuk masuk ke ruang 3. TINJAUAN TEORI
dalam dan sekaligus meng-kontrol
kebisingan yang dapat timbul sehingga Menurut Satwiko (2009:24), akustik
tidak mengganggu pengguna ruang adalah ilmu tentang bunyi,
dalam. didifinisikan menjadi akustik ruang
yang menangani bunyi-bunyi yang
Penggunaan akustik yang benar pada diinginkan dan kontrol kebisingan
ruang dalam mutlak diperlukan pada yang menangani bunyi-bunyi yang
kehidupan manusia sehari-hari. Bunyi tidak diinginkan. Bunyi-bunyi yang
yang terlampau keras ataupun terlalu diinginkan memiliki frekuensi yang
kecil dapat menyebabkan gangguan dapat ditangkap oleh telinga normal
pendengaran pada pengguna, terlebih manusia dengan rentang frekuensi 20-
untuk pengguna lanjut usia, karena 20.000Hz. Rentang frekuensi ini akan
kepekaan telinga manusia terhadap menyempit seiring dengan bertambah-
rentang bunyi yang dapat diterima nya umur dari pengguna.
semakin menyempit sejalan dengan
pertambahan umur. Penataan bunyi melibatkan empat
elemen yang harus dipahami, yaitu
34
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
sumber bunyi, penerima bunyi, media Menurut Rhya (2015), akustik ruang
perambat bunyi dan gelombang bunyi. adalah bentuk dan bahan dalam suatu
Sumber bunyi dapat berasal dari ruangan yang berhubungan dengan
benda-benda yang bergetar misalnya perubahan bunyi yang disebabkan oleh
tali suara manusia, loudspeaker, tepuk sifat pantul benda atau objek pasif dari
tangan, senar gitar, dan lain alam. Secara garis besar, akustik pada
sebagainya. Penerima bunyi dapat ruangan dibagi menjadi dua bagian,
berbentuk telinga manusia ataupun yaitu pengendalian medan suara dalam
microphone. Media adalah sarana bagi “ruang dalam” dan pengendalian
bunyi untuk merambat, bias berbentuk intrusi suara dari/ ke ruang dalam,
zat air, padat maupun gas, tanpa dimana hal ini erat kaitannya dengan
adanya media tadi maka bunyi tidak fungsi utama dari ruang dalam
akan dapat merambat dari sumber tersebut.
bunyi ke penerima bunyi. Gelombang
bunyi dapat merambat langsung Pengendalian medan suara dalam
melalui udara dari sumber bunyi ke “ruang dalam” dilaukan untuk
penerima bunyi, selain itu sebelum mengatur karakteristik pemantulan
sampai ke penrima bunyi, gelombang gelombang suara yang dihasilkan oleh
bunyi juga dapat terpantul-pantul permukaan dalam “ruang dalam” yaitu
terlebih dahulu oleh permukaan benda, dinding, plafond dan lantai.
menembus dinding atau merambat Karakteristik pemantulan ini yaitu:
melalui struktur bangunan. Oleh a. Elemen Pemantul (Reflector):
karena itu, pengolahan media pe- apabila ruang dalam membu-
rambatan bunyi sangat penting di- tuhkan pemantulan gelombang
lakukan agar bunyi yang diterima suara pada arah tertentu dengan
dapat sesuai dengan keinginan. ciri utama secara fisik yaitu
permukaannya keras dan arah
Kriteria kebisingan yang dapat disebut pemantulannya spekular (sudut
juga bunyi latar yang diperkenankan pantul sama dengan sudut
agar aktivitas pengguna ruang dalam datang).
tidak terganggu adalah tingkat b. Elemen Penyerap (Absorber):
kebisingan paling kecil yang diper- apabila ruang dalam tidak
syaratkan untuk ruang tertentu sesuai memerlukan suara yang
dengan fungsi utamanya. Kontrol dikembalikan ke ruang dalam
kebisingan yang dapat dilakukan de- secara berlebih dengan ciri
ngan menangani kebisingan pada utama secara fisik yaitu permu-
sumbernya, dengan mengatur sedemi- kaannya lunak/ berpori dibalik-
kian rupa agar sumber bunyi me- nya.
ngeluarkan intensitas bunyi minimal. c. Elemen Penyebar (Difussor):
Selain itu dapat juga dilakukan dengan apabila tidak diinginkan adanya
menangani media perambatan bunyi. pemantul yang sudut datang
Permukaan benda yang tidak sama dengan sudut pantul atau
memantulkan bunyi akan sangat diinginkan menggunakan pola
membantu mengurangi kebisingan. tertentu, dengan ciri utama
Penanganan yang terakhir dengan permukaan yang secara akustik
melindungi penerima bunyi dari tidak rata, baik itu dari
kebisingan yang mengganggu, dapat permukaan fisik yang tidak rata
dilakukan dengan menggunakan atau tersusun rapi tapi dengan
earphone pada telinga manusia. karakter bahan yang berbeda.
35
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
Menurut Studio (2012) akustik adalah pada permukaan benda, dalam hal ini
bidang yang mempelajari tentang jenis bahan sangat mempengaruhi
suara, gelombang mekanik pada gas, gelombang bunyi. Bahan yang keras
cairan dan bahan. Akustik memiliki akan menyebabkan bunyi menjadi
beberapa bidang keilmuan, salah terpantul, sedangkan semakin lembut
satunya adalah Akustik Arsitektur. akan menyebabkan bunyi terserap dan
Akustik Arsitektur adalah ilmu yang mengurangi energy dari pantulannya
mempelajari bagaimana cara mengon- sehingga me-nyebabkan bunyi menjadi
trol kualitas suara didalam gedung atau tereduksi. Kontrol akan kebisingan
ruang. Perhitungan akustik pada ruang juga dapat dikondisikan mulai dari
dalam dengan bentuk persegi akan sumber kebisingan, media perambatan
lebih mudah dibandingkan dengan bunyi dan penerima bunyi. Peng-
ruang dalam dengan bentuk kompleks. kondisian sumber kebisingan dan
media perambatnya merupakan alter-
Ruang adalah sebuah bentuk tiga natif yang lebih membuat pengguna
dimensi yang memiliki panjang, lebar menjadi nyaman daripada mengkon-
dan tinggi, dapat berbentuk padat. disikan penerima kebisingan, karena
Ruang ini berada di dalam atau penerima kebisingan harus mengguna-
dibatasi oleh bidang-bidang (dinding, kan pereduksi kebisingan untuk
plafond, lantai) akan dipindahkan oleh memini-malkan bunyi.
massa atau ruang kosong (Wicaksono,
2014: 14), dan menurut Zahnd (2009: Menurut Rhya (2015) akustik adalah
20) ruang adalah bentuk tiga dimensi bentuk dan bahan dalam suatu ruangan
yang memiliki konsistensi abstrak. berhubungan dengan bunyi yang
Situasi ruang dalam dipengaruhi oleh disebabkan oleh elemen pemantul,
kondisi lingkungan disekitarnya. elemen penyerap dan elemen pe-
Ruang dalam merupakan tempat nyebar, dalam hal ini dititik beratkan
pengguna melakukan aktivitas baik pada bahan yang digunakan pada
secara pribadi ataupun berkelompok penyusun ruang, yaitu dinding, plafond
dengan fungsi tertentu. dan lantai. Lebih spesifik pada
permukaan bidang karena bersentuhan
4. ANALISA langsung dengan sumber bunyi dan
menjadi media perambatan bunyi.
Analisa yang didapatkan dari memban- Bahan pemantul memiliki ciri per-
dingkan beberapa teori tentang akustik mukaan yang keras sehingga pe-
sehingga perlu diaplikasikan pada mantulan bunyi dapat terjadi. Pantulan
ruang dalam. bunyi ini menyebabkan bunyi dapat
diterima penerima bunyi dengan
Menurut Satwiko (2009) akustik energy yang sama dengan sumber
adalah ilmu tentang bunyi, yang bunyi, sebaliknya dengan bahan
didefinikan menjadi dua, yaitu bunyi penyerap yang memililki ciri permu-
yang diinginkan dan kontrol kebising- kaan yang lembut atau berpori, energy
an. Bunyi yang diinginkan dapat yang diterima telah tereduksi oleh
diatur dengan mengolah media peram- permukaan bahan.
batan bunyi dari sumber bunyi menuju
penerima bunyi. Media perambatan Menurut Studio(2012) akustik adalah
dapat berupa zat cair, padat maupun ilmu yang mempelajari tentang suara,
gas, tapi pada gelombang bunyi, gelombang mekanik pada gas, cairan
sumber bunyi dapat langsung sampai dan bahan. Ditekankan pada hal
pada penerima bunyi melalui pantulan mengontrol kualitas suara pada ruang
36
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
dalam. Bentuk ruang juga menjadi akustik erat kaitannya dengan per-
salah satu faktor yang mempengaruhi mukaan bidang penyusun ruang dalam
kualitas suara selain bahan permukaan dan bentuk dari ruang dalam.
ruang. Bentuk persegi akan me- Pengkondisian akustik pada ruang
mudahkan dalam hal perhitungan dalam lebih mudah dilakukan karena
kualitas suara daripada bentuk yang memiliki batasan dan jenis bahan per-
majemuk. Pada pemaparan ini lebih mukaan.
menitik beratkan pada bentuk ruang
dalam dan bahan penyusun bidang 6. DAFTAR PUSTAKA
permukaan yang membentuk ruang
dalam. Mediastika, Christina E., Akustika
Bangunan, Erlangga. Surabaya.
Ruang dalam merupakan bentuk tiga
dimensi yang memiliki panjang, lebar Satwiko, Prasasto., 2009. Fisika
dan tinggi dan juga dibatasi oleh Bangunan. Andi. Yogyakarta
bidang (plafond, dinding, lantai).
Ruang dalam menjadi batasan dalam Wicaksono, Andie A., Endah
menentukan akustik ruang, walaupun Tisnawati. 2014. Teori Interior, Griya
bunyi dapat menembus struktur bi- Kreasi. Jakarta
dang.
Zahnd, Markus., 2009. Pendekatan
Dari beberapa pengertian akustik dalam Perancangan Arsitektur,
diatas dapat penulis simpulkan bahwa Kanisius. Yogyakarta.
akustik adalah ilmu yang mempelajari
tentang bunyi yang dapat dikondisikan Internet:
mulai dari sumber bunyi, media Chamidy, 2010. Kajian Pustaka
perambatannya hingga ke penerima (online),
bunyi sehingga dapat dihasilkan bunyi (http://www.scribd.com/doc/661023/0
yang diinginkan, selain itu bahan 4-Kajian-Pustaka), diakses pada
penyusun ruang dalam juga mem- tanggal 27 Juni 2016.
pengaruhi bagaimana perambatan Fauzi, Tamsil. 2013. Dampak
bunyi itu sendiri serta bentuk dari Kebisingan Terhadap Kesehatan.
ruang dalam. Ketiga hal ini erat (online),
kaitannya dalam menentukan akustik (http://www.yai.ac.id/karyailmiah-upi-
yang diinginkan dalam ruang dalam 39-dampak-kebisingan-terhadap-
sehingga dapat menunjang kesehatan kesehatan.html), diakses pada tanggal
pengguna dan menunjang fungsi yang 27 Juni 2016
diinginkan. Pengkondisian bunyi lebih Rhya. 2012. Akustik Ruang dalam
dapat dilakukan pada ruang dalam Arsitektur (online),
yang memiliki batasan bidang (http://www.rhya.co), diakses pada
(plafond, dinding dan lantai). tanggal 27 Juni 2016.
Studio. 2012. Akustik Ruang. (online),
5. KESIMPULAN (http://www.konfigurasistudio.com),
diakses pada tanggal 27 Juni 2016
Kesimpulan yang didapatkan dari
penulisan ini adalah akustik diperlukan
dalam merancang ruang dalam, karena
37
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
38
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
ABSTRAK
Kata kunci: pencahayaan buatan, lampu, cahaya, dekoratif, interior, kesan ruang
39
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
1. PENDAHULUAN
Dahulu penerangan hanya terbatas kekurangan yang ada. Dengan penata-
pada siang hari saat matahari masih an lampu yang tepat, ruang yang
bersinar, sehingga kegiatan dimak- tercipta akan lebih ideal, seimbang,
simalkan hanya pada siang hari saja. indah, dan proporsional, sesuai dengan
Seiring dengan perkembangan tekno- fungsi dan keindahan yang diinginkan.
logi dan pengetahuan, pencahayaan
mengalami kemajuan sehingga tercip-
2. TINJAUAN TEORI
talah pencahayaan buatan. Pencaha-
yaan buatan dikembangkan lebih Dalam kehidupan sehari-hari pencaha-
optimal tidak hanya untuk menunjang yaan memegang peranan penting,
aktivitas manusia dalam bekerja, termasuk dalam dunia rancang-bangun
namun berkembang luas dalam kaitan- dan interior, baik dari segi fungsi,
nya dengan keindahan. Seiring dengan artistik, maupun estetika ruang. De-
meluasnya ilmu pengetahuan me- ngan memaksimalkan perencanaan
ngenai tata cahaya dan perkembangan pencahayaan, keindahan dan kesan in-
penelitian, pemanfaatan pencahayaan terior dapat ditonjolkan secara maksi-
buatan mulai diminati disegala bidang mal.
disiplin ilmu. Misalnya: dalam tata
boga, pencahayaan diatur sedemikian Pencahayaan buatan tidak hanya ber-
rupa sehingga saat pengambilan fungsi sebagai penerang di malam hari.
gambar, masakan dan kue-kue terlihat Penguasaan teknik pencahayaan buat-
lebih menarik dan lebih menggiurkan; an mampu memperlihatkan bentuk,
dalam dunia industri rancang mode, warna, ukuran, serta detail ruang
pencahayaan mampu membuat tam- secara lebih jelas dan lebih cantik,
pilan baju menjadi lebih menarik sehingga keindahan atmosfer suatu
dengan warna yang lebih tajam; dalam ruang dapat ditampilkan lebih baik.
dunia perhiasan, bebatuan perhiasan Selain itu, dengan mengenali tipe-tipe
ditampilkan lebih berkilau dan terlihat pencahayaan buatan sehingga
lebih cantik dengan teknik pencahaya- pencahayaan buatan dapat terencana
an buatan; dalam dunia arsitektur dan lebih baik, mampu menciptakan
interior, penataan cahaya mampu me- suasana atau karakter tertentu terhadap
nonjolkan sisi artistik bangunan se- suatu ruang. Kemampuan dalam
hingga mampu menampilkan kesan menguasai teknik pencahayaan, seperti
khusus pada suatu ruang dalam permainan cahaya dan pemilihan
/interior. sumber cahaya yang tepat, mampu
menunjang konsep/tema suatu ruang.
Tidak dapat dipungkiri, kemampuan Melalui penataan cahaya yang apik
dalam menata cahaya/penerangan juga mampu memberikan sentuhan
buatan sangat diperlukan dalam segala khusus pada elemen interior maupun
bidang. Dengan lebih memahami ruang.
dalam mengatur intensitas cahaya,
maka pencahayaan dapat menunjang A. Sumber Pencahayaan Buatan
aktivitas sehari-hari agar lebih optimal. (Bohlam)
Letak penempatan lampu, jarak, serta Pada umumnya, lampu dikenal sebagai
warna yang dipantulkan sangat sumber cahaya walaupun pengertian
mempengaruhi intensitas cahaya yang tersebut sebenarnya kurang tepat.
dihasilkan. Peletakan lampu sangat Lampu sebagai pencahayaan buatan
berperan penting dalam menentukan merupakan sebuah unit kompak yang
kharakter ruang, baik menonjolkan terdiri atas beberapa elemen seperti
kelebihan ruang maupun menutupi
39
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
40
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
41
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
42
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
43
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
44
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
c. Task lighting
Task lighting merupakan jenis
pencahayaan yang diperlukan
untuk mempermudah dan
memperjelas pekerjaan spesifik
yang dilakukan dalam ruang.
Gambar 8, Contoh accent lighting tipe Contoh penggunaannya misalnya
downlight lampu pada cooker hood
Sumber: http://www.scotdir.com (penyedot asap di atas kompor)
/ saat memasak, lampu meja saat
Jenis lampu yang biasanya menggambar dan melukis, head
digunakan untuk accent lamp saat merakit komputer,
lighting¸antara lain lampu mini- lampu sudut atau lampu meja
spot, lampu spotlight, lampu saat belajar dan bekerja. Fungsi
halogen, dan lampu tungsten dari tipe pencahayaan ini adalah
yang berdaya rendah. Lampu- untuk memperjelas pandangan,
lampu tersebut biasanya membantu untuk lebih fokus
dilengkapi dengan dimmer untuk pada kegiatan yang dilakukan,
mengatur intensitas cahaya. serta tidak membuat mata lelah.
Selain itu, lampu yang berdaya
rendah biasanya dilengkapi juga
dengan reflektor integral pada
bagian fiting lampu, yang
berguna untuk merefleksikan
cahaya ke arah tertentu, misalnya
tekstur pada dinding di bagian
tertentu.
Fungsi lain accent lighting
adalah untuk memberi highlight
pada bagian tertentu, meskipun
di ruang umum dengan
pencahayaan umum (general Gambar 9, Contoh accent lighting tipe
lighting) yang justru lebih downlight
mempercantik dan memperindah Sumber:
ruangan. Misalnya lukisan pada http://www.tina4homedesign.com/
ruang keluarga, benda seni pada
ruang tamu, piala atau medali d. Decorative lighting
pada ruang belajar, peralatan Decorative lighting mudah
makan antik pada ruang makan. dikenali dari bentuknya yang
Accent lighting bisa dikatakan unik, memiliki pola dan tema
bisa diaplikasikan pada hampir tertentu, karena berfungsi
di setiap ruangan dan dipadukan sebagai aksen atau elemen
dengan tipe pencahayaan dekoratif dalam tatanan ruang,
apapun, untuk menggali dan terlepas dari fungsi utamanya
menonjolkan atmosfer dan kesan sebagai penerang.
pada suatu ruang sehingga
45
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
46
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
digunakan. Biasanya
pencahayaan jenis ini, sumber
cahayanga dipasang langsung
pada plafon.
47
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
48
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
49
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
50
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
a. Ceiling light
Tipe lampu jenis ini merupakan
sumber ambient light yang
umum digunakan dan
ditempatkan di langit-langit atau
plafon suatu ruangan sesuai
namanya.
51
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
d. Table lamp
Meskipun namanya table lamp,
jenis lampu ini biasa dikenal
dengan lampu duduk, bukan
Gambar 30, Pencahayaan tipe lampu meja karena difungsikan
pendant light sebagai penerang dalam jarak
Sumber: Akmal, Imelda. 2006. yang cukup pendek. Fungsi yang
umum digunakannya sesuai
peletakannya, seperti sebagai
lampu duduk di sisi sofa; sebagai
lampu baca yang diletakkan di
atas nakas di sebelah tempat
tidur; serta sebagai unsur
dekoratif atau penghias di foyer
atau ruang lainnya. Table lamp
biasanya terdiri dari dua bagian
yang dapat dilepas dengan
mudah, yaitu bagian kaki tanpa
Gambar 31, Contoh pencahayaan pemberat khusus dikarenakan
tipe pendant light ukurannya yang lebih pendek
Sumber: daripada standing lamp; bagian
http://www.messagenote.com/ kap lampu yang memiliki
c. Lampu dinding peranan penting dalam
Lampu dinding atau dikenal membentuk kesan dan estetika
dengan lampu tempel merupakan dari sebuah ruang.
modifikasi dari lampu minyak Karena juga berfungsi sebagai
tradisional jaman dulu. Peletakan penerang, lampu duduk biasanya
lampu dinding umumnya bisa memiliki pencahayaan yang
dijangkau dengan tangan dan cukup kuat namun dilengkapi
sangat efektif diaplikasikan pada dengan dimmer untuk mengatur
ruang yang memiliki luasan intensitas cahaya.
terbatas. Fungsi utamanya adalah
sebagai unsur dekoratif.
52
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
53
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
54
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
55
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
56
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
57
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
58
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
59
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
60
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
61
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
62
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
63
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
65
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
memperkuat kharakter
ruang. Penggunaan accent 5. DAFTAR PUSTAKA
lighting di beberapa titik
terutama pada Akmal, Imelda. 2006. Lighting.
objek/artwork juga mampu Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
menonjolkan nilai benda Akmal, Imelda. 2007. Bathroom.
seni, seperti spotlight, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
uplight, sidelight, sesuai
kebutuhan. Akmal, Imelda. 2002. Seri RUmah Ide:
- Showroom dengan produk Menata Rumah. Jakarta: PT. Gramedia
futuristic, selain Pustaka Utama.
menggunakan general Whitehead, Randall. 2004. Residential
lighting juga dengan Lighting: a Practical Guide. New
menmbahkan lampu Jersey: John Wiley & Sons
bercahaya dengan varian
warna di beberapa objek Sumber gambar:
sebagai accent lighting. http://homeguides.sfgate.com/
- Showroom dengan koleksi
http://www.carpenter-electric.com/
modern, dengan
menggunakan pencahayaan http://www.lightengine-tech.com/
berwarna putih sehingga http://www.ledninja.com/
menghasilkan kesan lebih
chic dan bersih. https://www.declighting.com
- Jewelry shop, http://www.mulpix.com/
menggunakan halogen
spotlight yang memiliki http://www.scotdir.com/
color temperature terbaik, http://www.tina4homedesign.com/
yang mampu menghasilkan
http://www.golights.com.au/
cahaya yang berkilauan
dari perhiasan sehingga https://www.golights.com.au/
meningkatkan nilai jual. http://www.hgtv.com/
http://legerolighting.com/
4. KESIMPULAN http://www.ideas4homes.com/
http://www.johncullenlighting.co.uk/
Pencahayaan memegang peranan
penting dalam menentukan kesan http://www.laukins.com/
sebuah ruang. Penataan cahaya yang http://www.pegasuslighting.com/
baik serta pemilihan jenis lampu yang
tepat dengan memperhatikan color https://www.decor10blog.com/
temperature yang sesuai dengan fungsi http://www.nico.leonardfriend.com/
ruang, dapat mengakomodasi aktivitas
di dalamnya secara optimal. Selain itu, http://www.messagenote.com
mampu menonjolkan kharakter ruang http://www.zillow.com/
serta memperkuat atmosfer ruang yang
http://www.messagenote.com/
diinginkan. Selain penggunaan general
lighting, penerapan beberapa varian http://www.dhgate.com/
lampu dan tipe pencahayaan mampu http://www.aliexpress.com/
membuat sebuah ruang terlihat lebih
ideal dan proporsional. http://www.homeguides.sfgate.com/
66
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
http://www.livingroomlighting.net/ http://www.inovesia.com/
http://www.dentalroseville.com/ http://www.spastyle.wordpress.us/
http://www.homeridae.com/ http://www.roomornament.blogspot.co
http://www.inovesia.com/ m/
http://www.messagenote.com/ http://www.panelite.us/
http://www.homestoreky.com/
http://www.archiexpo.com/
http://www.the3dguys.com.au/
http://www.homedesignlover.com/
ttp://www.designingcity.com/
http://www.angelicapinto.com/
67
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
68
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
Abstrak
Bercerita tentang arsitektur tidak luput dari jejak sejarah peradaban manusia. Arsitektur
sebagai ruang hidup manusia selalu berkembang seiring peradabannya dan telah menjadi
bukti sejarah perjalanan manusia. Nilai dasar atau falsafah adalah konsep-konsep yang secara
filosofis mendasari suatu rancangan. Konsep awal, pedoman selama proses dan cerminan
tujuan akhir pada seluruh kegiatan perancangan menjadi patokan yang dipakai berulang-ulang
dan akhirnya menjadi sesuatu yang baku, seperti patokan terhadap tata ruang, patokan
terhadap pola massa, atau patokan terhadap bentuk, struktur bangunan, maupun ornamennya.
Patokan ini kemudian berkembang menjadi sebuah konsep yang mendasari dalam bentukan-
bentukan arsitektur dan desain interior yang dapat ditemukan di seluruh penjuru dunia. Salah
satunya seperti yang dapat ditemukan di Asia, yaitu antara lain konsep Vaastu Shastra, Feng
Shui, Zen, dan Asta Kosala Kosali. Keempat konsep ini akan dikaji dengan melakukan studi
komparasi untuk mendapatkan persamaan dan perbedaan yang didasarkan pada aspek-aspek
yang membentuk arsitektur dan interior desain. Dari kajian komparasi empat konsep ini
didapatkan bahwa pembentukan konsep-konsep ini didasari oleh sebuah bentuk
keseimbangan antara Pencipta, alam dan manusia, walaupun dengan latar belakang sejarah
yang berbeda-beda.
Abstract
Telling a story about architecture is cannot separate from human history civilization.
Architecture as a human life space always develops as well as civilization developing and has
been created a history evidence of human journeys. The basic values or the philosophies are
the concepts that philosophically become the background of design. Early concept, guidance
during the process and final purpose in design activities become a standard that has been
used repeatedly and finally became a basic standard, such as the basic standard of site
planning, mass pattern, or the basic standard of form, building structure, and ornament.
These basic standards then developing became a basic concept in architecture and interior
design and can be found in over the world. One of them can be found in Asia, i.e. the concept
of Vaastu Shastra, Feng Shui, Zen, and Asta Kosala Kosali. Those four concepts will be
studying with comparing with each other to find the similarities and differencies based on the
aspects that formed architecture and interior design. Based on comparing study of these four
concepts, it clearly explainable that the formation of this concept is based on a form of
balance between the God, nature and human, eventough it all with the different backgrounds
of history.
69
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
70
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
71
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
ubah ketika planet bergerak di angkasa, sehingga ruang terasa lebih lengkap. Pola
maka energi ini selalu mempunyai pola gelombang atau tak teratur adalah energi
baru setiap tahun, bulan, hari, dan jam. chi air, menciptakan energi mengalir dan
Perubahan yang terbesar terjadi setiap damai. Warna-warna yang cocok diterap-
tahun. Hal-hal yang ada disekitar ba=- kan pada dinding , langit-langit, dan lantai
ngunan, seperti aliran air atau jalan, akan ataupun pelapis. Warna kuat seperti warna
menentukan jenis energi chi yang bergerak merah dan hitam akan serasi sekalipun
mundur maju melalui pintu. Dalam situasi hanya melingkupi area kecil.
yang ideal energi chi mengalir dengan
harmonis melalui seluruh bangunan. Ran-
cangan arsitektur dan interior sebaiknya
mendukung jenis energi chi.
b. Yin dan Yang
Yin dan Yang adalah istilah yang diguna-
kan untuk membandingkan segala sesuatu
di semesta ini. Apakah sesuatu itu bersifat
lebih Yin atau Yang tergantung dengan apa
yang ia bandingkan. Walaupun segala se-
suatu itu lebih Yin atau Yang, sebagai
benda lahiriah ia mencari semacam ke-
seimbangan. Energi chi dari bangunan
juga dipengaruhi oleh tipe dan bentuk.
Misalnya, bangunan yang tinggi dan
langsing mempunyai energi chi yang
cenderung Yin. Bangunan yang rendah dan
melebar lebih bersifat Yang. Jika bangunan
dilihat dari atas berbentuk panjang dan Gambar 2. Lima Elemen dalam Prinsip
sempit , berarti ia lebih Yin, kalau ben- Feng Shui
tuknya bulat, segi delapan atau persegi, ia Sumber: Simon, 2001
lebih Yang. Semakin menyatu bentuk ba- d. Delapan Arah
ngunan, semakin Yang sifatnya. Rumah Kedelapan arah di kompas berhubungan
atau apartemen yang menyebar ke berba- dengan energi chi yang berbeda. Per-
gai arah akan cenderung mempunyai paduan semua ini menghasilkan gam-
energi chi bersifat Yin. baran rinci dari tipe energi chi yang ter-
dapat diarah itu. Bagian pusat juga me-
c. Lima Elemen miliki ciri energi chi sendiri yang sangat
Lima elemen diasosiasikan dengan lima kuat. Di dalam penataan rumah atau ba-
arah , yang mana berkaitan erat de-ngan ngunan yang terbaik adalah membiarkan
pergerakan matahari sepanjang hari. Lima bagian tengah setiap ruangan sekosong
elemen berkaitan dengan bentuk, warna mungkin. Di dalam setiap arah mata angin
dan bahan. Pelapis dinding dengan garis terdiri dari Trigram, Lima Elemen, Sim-
vertikal, misalnya akan menghasilkan bol, Anggota Keluarga, Nomor Sembilan
energi chi pohon, membuat langit-langit Qi, Warna, Waktu dan Musim.
tampak lebih tinggi dan ruang lebih luas.
Motif bintang akan energi chi api, mencip-
takan atmosfer yang menyenangkan. Pola
horizontal meningkatkan energi tanah,
yang membuat energi ruang lebih nyaman.
Bentuk bulat menimbulkan energi logam,
72
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
73
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
PEMBAHASAN
Berdasarkan pemaparan keempat konsep
tersebut, maka selanjutnya akan dilakukan
74
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
Bodhi Dharma
75
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
Bentuk bulat.
Bentuk stupa.
Zen Circle
76
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
Skema penempatan ruang dengan aturan delapan arah mata Penentuan Posisi bangunan. Tidak memiliki aturan tetapi cenderung berfokus Ukuran/ dimensi (Sikut ).
agin. Terhadap lingkungan. pada proses pencapaian pencerahan/ kekosongan Penentuan hari baik (dewasa.)
Aturan posisi/ penempatan gerbang. Penentuan lahan. Proses upacara dan upakara.
Skala dan proporsi bangunan. Elemen –elemen dekorasi. Penataan massa bangunan (tri mandala, sanga
Ukuran/dimensi (angula dan hasta). Elemen-elemen konstruksi bangunan. mandala).
Lima unsur alam dalam tubuh manusia. Hubungan antar ruang. Aturan posisi/ penempatan gerbang
Lima elemen pada tubuh manusia.
Penentuan orientasi.
Zodiac
77
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
Vaastu Purusha Mandala menandai pentingnya suatu area Simbol yin dan yang. Anti Iconograph, anti symbol. Simbol bunga teratai
dengan menempatkan kepalanya posisi Timur laut yang Yin dan Yang adalah istilah yang digunakan untuk
melambangkan keseimbangan pikir dan badan bawahnya di membandingkan segala sesuatu di semesta ini Yang Lingkaran Zen.
posisi Barat daya yang melambangkan kestabilan dan bermakna lebih (positif), Yin bermakna kurang (negatif). Merupakan suatu symbol lingkaran yang terputus,
kekuatan. Pusarnya diposisi sentral dari area, bermakna sebagai suatu ketidaksempunaan.
melambangkan kesadaran kosmik dan tangannya di posisi Simbol empat bagian dunia.
Barat Laut dan Tenggara, melambangkan gerakan dan
energi. Simbol lima elemen.
Lima elemen diasosiasikan dengan lima arah , yang mana
Menurut legenda Hindu, Vaastu Purusha.merupakan berkaitan erat dengan pergerakan matahari sepanjang hari.
makhluk tanpa bentuk . Brahma, bersama dewa yang lain
terpaksa mengurungnya di tanah. Insiden ini dinyatakan Simbol delapan arah.
secara grafis dalam Vaastu Purusha Mandala dengan Kedelapan arah di kompas berhubungan dengan energy chi
alokasi porsi yang hirarkis untuk masing-masing posisi yang berbeda. Perpaduan semua ini menghasilkan gambaran
kedudukan dewa yang didasarkan atas konstribusi dan rinci dari tipe energy chi yang terdapat diarah itu. Di dalam
posisi masing-masing dalam menjalankan perannya. setiap arah mata angin terdiri dari; Trigram, Lima Elemen,
Brahma berada di posisi sentral yang disebut Brahmasthana, Simbol, Anggota Keluarga, Nomor Sembilan Qi, Warna,
sementara dewa-dewa tersebar disekelilingnya dalam pola Waktu dan Musim.
yang memusat.
Simbol astrologi Sembilan Qi.
Zen
Lotus
78
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
Bagian dari Vedas. Mengalami perkembangan sebelum dinasti Qin (Bu-Zhai). Kepercayaan Buddha dari cina dan korea. Kebo Iwa, Mpu Kuturan dan Dang Hyang Nirartha
merumuskan.
Meditasi para Yogi. Mengalami perkembangan sampai berdirinya RRC (abad 19 Berawal dari agama Buddha Zen.
– sekarang). Pemujaan terhadap Begawan Wiswakarma.
Berkembang saat ini sampai ke dunia barat.
Vaastu Shastra
Zen
4000 BC 1300 AD
6000 BC 500 AD
Feng Shui
Asta Kosala Kosali
79
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
80
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
Forbidden Kingdom
Rumah Nalukettu
Gold Lion
Tampak Nalukettu
81
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
82
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
83
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
Davinson, Julian. 1999. Introduction to Putra, IGM. 2011. Diklat Mata Kuliah
Balinese Architecture. Singapore: Teori Arsitektur Etnik. Denpasar:
Periplus. Pascasarjana Teknik Arsitektur,
Universitas Udayana.
Dewi, Purnama. 2013. Studi Gaya
Desain Interior Restoran Bentoya di Suliyati, Titiek. 2009. Penerapan Feng
Galaxy Mall Surabaya. Dalam Jurnal Shui pada Bangunan Kelenteng Di
Intra Volume 1 Nomor 2. Surabaya: Pecinan Semarang. Dalam :
Program Studi Desain Interior, Konferensi Nasional Sejarah IX.
Universitas Kristen Petra. Jakarta: Kementrian Kebudayaan dan
Pariwisata.
Dwijendra, Acwin, Ngakan Putu.
2008. Arsitektur dan Kebudayaan Bali Thapar, Bindia. 2004. Introduction to
Kuno. Indian Architecture. Singapore:
Denpasar: CV. Bali Media Adhikarsa. Periplus.
84
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
Sumber Website:
Anonim. 2014. Vastu Purusha.
Available from: URL:
http://sivkishen.wikia.com/wiki
85
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
Ardina Susanti
Dosen Program Studi Desain Interior Sekolah Tinggi Desain Bali
Email : ardinarch@gmail.com
ABSTRAK
Arsitektur nusantara merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia.
Arsitektur ini memiliki makna yang lebih luas tentang kehidupan sosial serta mampu
menjawab isu kekinian seperti konstruksi tahan gempa dan keakraban dengan alam.
Penggunaan material alami dan konsep keseimbangan dengan alam pada arsitektur
nusantara mampu menghadirkan pengalaman restoratif bagi masyarakat khususnya
masyarakat perkotaan, sehingga saat ini banyak usaha yang bergerak di dalam industri
pariwisata mengambil konsep kembali pada arsitektur lokal, salah satunya adalah
Kampung Wisata Imah Seniman yang berlokasi di Lembang, Jawa Barat. Penulisan
ini bertujuan untuk mengkonfirmasi apakah konsep menghadirkan kembali arsitektur
nusantara dapat memberikan pengalaman restoratif bagi pengguna. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa konsep arsitektur nusantara
dapat menjadi sarana restorasi bagi masyarakat.
ABSTRACT
86
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
87
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
88
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
89
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
90
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
91
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
92
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
93
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
94
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
95
Jurnal Desain Interior Vol.III/ No. 1/ Tahun 2016 ISSN : 2355-9284
96