Anda di halaman 1dari 18

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329208609

Karakter Visual Oom Pasikom dan Wacana Nasionalisme Sekular di Indonesia

Conference Paper · October 2017

CITATION READS

1 377

3 authors, including:

Ahmad Faiz Muntazori


Universitas Indraprasta PGRI
10 PUBLICATIONS   4 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Representasi Gaya Busana dalam Iklan Komersial Televisi sebagai Identitas Muslimat Indonesia View project

Ekspresi Pos-Kolonialisme dalam Kartun Indonesia: Studi Kasus Tokoh Oom Pasikom pada Harian Kompas View project

All content following this page was uploaded by Ahmad Faiz Muntazori on 27 November 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISBN : 978-602-50181-1-4

PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
DESAIN DAN MEDIA
“Peran Desain dan Media dalam Perkembangan Teknologi Komunikasi serta
Perubahan Sosial Budaya Masyarakat”

Rabu, 25 Oktober 2017


Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP),
Jl. Nangka Raya No. 60 Tj. Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan,
DKI Jakarta

Diterbitkan oleh:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Indraprasta PGRI
2017

ii
Seminar Nasional Desain dan Media ISBN : 978-602-50181-1-4

PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
DESAIN DAN MEDIA
“Peran Desain dan Media dalam Perkembangan Teknologi Komunikasi serta
Perubahan Sosial Budaya Masyarakat”

Penanggung jawab
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Pimpinan Redaksi
Muhammad Iqbal Qeis

Penyunting
Agung Zainal Muttakin Raden
Ahmad Faiz Muntazori

Desain & Tata Letak


Taufiq Akbar
Yayah Rukiah

Copyright © 2017
Hak cipta dilindungi undang-undang
All rights reserved

Jakarta :
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Indraprasta PGRI
1 jil. 21 x 29,7 cm, 254 hal
Cetakan Pertama, Oktober 2017

ISBN : 978-602-50181-1-4

Diterbitkan oleh:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Indraprasta PGRI
Jl. Nangka No. 58 C Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan, 12530
Telp. (021) 78835283 – 7818718
Website : lppm.unindra.ac.id, email : lp2m@lppmunindra.ac.id

iii
Seminar Nasional Desain dan Media ISBN : 978-602-50181-1-4

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmannirahim

Assalamu’alaikum Warahmahtullahi Wabarakatuh

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga buku Prosiding Seminar
Nasional Desain dan Media dengan tema “Peran Desain dan Media dalam
Perkembangan Teknologi Komunikasi serta Perubahan Sosial Budaya
Masyarakat” dapat terwujud. Buku prosiding tersebut memuat sejumlah artikel hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Bapak/Ibu dosen Desain Komunikasi Visual
Universitas Indraprasta PGRI dan perguruan tinggi lain, serta mahasiswa yang
dikumpulkan dan ditata oleh tim dalam kepanitiaan seminar nasional.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Sumaryoto, selaku Rektor Universitas Indraprasta PGRI yang telah
memfasilitasi semua kegiatan seminar
2. H. Achmad Sjamsuri, selaku Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat Universitas Indraprasta PGRI yang telah membantu dan memfasilitasi
kegiatan seminar ini hingga berjalan dengan lancar,
3. Dendi Pratama, S.Sn., M.M., M.Ds., selaku Wakil Dekan FBS Universitas
Indraprasta PGRI atas bantuan dan sarannya hingga seminar ini berjalan dengan
lancar.
4. Santi Sidhartani, S.T., M.Ds., selaku Ketua Program Studi Desain Komunikasi
Visual.
5. Bapak/Ibu dosen dan mahasiswa penyumbang artikel hasil penelitian dalam
kegiatan ini.
Semoga buku prosiding ini dapat memberi kemanfaatan bagi kita semua, untuk
kepentingan pengembangan ilmu, desain, media, teknologi, seni, dan budaya. Di
samping itu, diharapkan juga dapat menjadi referensi bagi upaya pembangunan bangsa
dan negara.
Terakhir, tiada gading yang tak retak. Mohon maaf jika ada hal-hal yang kurang
berkenan. Saran dan kritik yang membangun tetap kami tunggu demi kesempurnaan
buku prosiding ini.

Jakarta, Januari 2018


Ketua

Agung Zainal Muttakin Raden


NIDN. 0304107809

iv
Seminar Nasional Desain dan Media ISBN : 978-602-50181-1-4

DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................... ii


Halaman Redaksi ..................................................................................... iii
Kata Pengantar ........................................................................................ iv
Daftar Isi ................................................................................................... v

Makalah Utama :
1. DESAIN DAN MEDIA SEBAGAI INSTRUMENT NATION BRANDING
Agung Eko Budiwaspada ...................................................................................... 1-8

2. PERANCANGAN TIPOGRAFI BERKARAKTER NUSANTARA DALAM


MEDIA, MEMPERKUAT IDENTITAS BUDAYA DAN MENINGKATKAN
DAYA SAING
Naomi Haswanto ................................................................................................. 9-17

Makalah Paralel :
1. SEMIOTIKA KOMUNIKASI VISUAL PADA KAMPANYE MEDIA
DARING ORGANISASI DIFABEL AKAR TULI
Angga Kusuma Dawami ................................................................................... 18-24

2. KEMASAN SEBAGAI (SATU-SATUNYA) MEDIA BRANDING PRODUK


UMKM (studi kasus desain kemasan belimbing olahan UMKM Depok)
Ariefika Listya dan Yayah Rukiah .................................................................... 25-37

3. SINEMA INDONESIA, ADAKAH BAHASA VISUAL „BARU‟?


Catur Sunu Wijayanto ....................................................................................... 38-42

4. STRATEGI KOMUNIKASI MELALUI POSTER ILM (STUDI


EKSPERIMENTAL FORMAT PENYAJIAN PESAN VISUAL TENTANG
UPAYA PREVENTIF PENYEBARAN HIV/AIDS TERHADAP TINGKAT
PEMAHAMAN MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA)
Dadan Iskandar .................................................................................................. 43-56

5. PENERAPAN METODE PROJECT BASED LEARNING UNTUK


MENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN NIRMANA BAGI
MAHASISWA DKV
Enny Nurcahyawati dan Yakub ........................................................................ 57-64

v
6. POSTER IKLAN ROKOK “A MILD, CLAS MILD, U MILD” SEBAGAI
MEDIA PENGAJARAN BAGI MAHASISWA DKV UNINDRA PADA
MATA KULIAH BAHASA INGGRIS
Fenti Mariska Yohana ....................................................................................... 65-72

7. PENGARUH DESAIN KEMASAN SABUN MANDI TERHADAP PERSEPSI


MAKNA KECANTIKAN BAGI WANITA
Masayu Endang Apriyanti, Agung Zainal Muttakin, Herliyana Rosalinda ...... 73-79

8. PERANCANGAN ULANG DESAIN TAMPILAN MEDIA


PEMBELAJARAN INTERAKTIF : KARTU PERMAINAN TERMINOLOGI
ARSITEKTUR
Meiliana Kartaatmadja ...................................................................................... 80-89

9. REPRESENTASI MUSLIMAT DALAM IKLAN KOMERSIAL TELEVISI


INDONESIA MASA TAYANG 2013-2017
M.I. Qeis, Ahmad Faiz Muntazori, Nurulfatmi Amzy ...................................... 90-97

10. BRAND IDENTITY BIRO TRAVEL PADANG TOUR WISATA PULAU


Muhammad Rio Akbar .................................................................................... 98-110

11. PERANCANGAN BONEKA TALI SEBAGAI MEDIA BELAJAR


BERMAIN PERAN KECIL BAGI ANAK USIA DINI
Ndaru Ranuhandoko, Nurhablisyah .............................................................. 111-118

12. HUBUNGAN DESAIN KEMASAN DAN DISPLAY PRODUK TEH SIAP


MINUM PADA GERAI RITEL TERHADAP PERSEPSI KONSUMEN
Ni Annisa Nur Adha. Intan Rizky Mutiaz, Achmad Syarief ........................ 119-127

13. TINJAUAN PESAN VISUAL PADA IKLAN TRANSIT COMMUTER LINE


JABODETABEK
Nurhablisyah, Rina Wahyu Winarni ............................................................. 128-136

14. DESAIN PANOPTIKON MELALUI MEDIA VISUAL PADA TATA RUANG


LINGKUNGAN SEKOLAH DALAM RANGKA OPTIMALISASI
PENDIDIKAN KARAKTER
Pandu Pramudita ........................................................................................... 137-144

15. ANALISA IDENTITAS SONGKET SILUNGKANG DENGAN KONSEP


DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
Riki Iskandar, Abulwafa Muhammad, Aggy Pramana Gusman ................... 145-152

vi
16. ANALISA DAN PERANCANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF
KAWASAN MUSEUM ADITYAWARMAN SUMATERA BARAT
Robby Usman, Aggy Pramana Gusman, Devia Kartika ............................... 153-160

17. PENGGUNAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI SALURAN KOMUNIKASI


KEARIFAN LOKAL
Santi Susanti, Dian Sinaga, Fitri Perdana ..................................................... 161-169

18. DIANTARA BAYANG-BAYANG EKSPLOITASI PERKEBUNAN DAN


INVOLUSI PERTANIAN : KEHIDUPAN PETANI DI BOGOR 1905-1960AN
Saring, Januar Barkah, Huddy Husin ............................................................ 170-190

19. DESAIN BUKU ENSIKLOPEDIA MEXOLIE SEJARAH PABRIK MINYAK


KELAPA DI KEBUMEN
Sri Sulastri, Azhari Amri, Huddy Husin ....................................................... 191-204

20. PERANCANGAN IDENTITAS BANGUNAN PT. TAMAN WISATA CANDI


BOROBUDUR, CANDI PRAMBANAN, CANDI RATU BOKO (STUDI
KASUS : CANDI RATU BOKO)
Sri Wahyuning Septarina .............................................................................. 204-214

21. EKSISTENSI BATIK NYAI DI BATAVIA (JAKARTA) PADA ERA


KOLONIAL HINGGA 1960-an : Batik Dalam Tinjauan Sejarah Seni dan
fenomena Cultural Lag 1851-1942
Suwito Casande ............................................................................................. 215-228

22. PERANCANGAN CORPORATE IDENTITY KLINIK GIGI PERFECT


SMILE
Widia Marta, Mutiana Pratiwi, Rima Liana Gema ....................................... 229-236

23. KARAKTER VISUAL OOM PASIKOM DAN WACANA NASIONALISME


SEKULAR DI INDONESIA
Wirawan Sukarwo, Mochamad Fauzie, Ahmad Faiz Muntazori .................. 237-246

24. PERANCANGAN SISTEM TANDA SITUS GUNUNG PADANG


Wulandari, MS. Andrijanto, Ismail Bambang S. .......................................... 247-254

vii
Seminar Nasional Desain dan Media ISBN No. 978-602-50181-1-4 | 237

KARAKTER VISUAL OOM PASIKOM


DAN WACANA NASIONALISME SEKULAR DI INDONESIA

Wirawan Sukarwo, Mochamad Fauzie, dan Ahmad Faiz Muntazori

Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Bahasa dan Seni,


Universitas Indraprasta PGRI

Abstrak

Karakter Visual Oom Pasikom dan Wacana Nasionalisme Sekular di Indonesia. Pasca keruntuhan
Khilafah Islam pada 1924, gagasan nasionalisme seperti menjadi pilihan terbaik bagi bangsa-bangsa
mayoritas Muslim, termasuk Indonesia, untuk melawan kolonialisme Barat. Padahal, sebagai gagasan Barat,
nasionalisme tetap menguntungkan Barat sebagai katalisator hegemoni atas negeri-negeri bekas koloninya.
Dalam praktiknya, nasionalisme ada yang bercorak religius dan ada yang sekular. Media massa menjadi
komponen masyarakat yang ikut menentukan corak nasionalisme sebuah bangsa. Tokoh kartun editorial Oom
Pasikom menjadi representasi Harian Kompas dalam membangun masyarakat nasionalis sekular di
Indonesia. Penelitian ini berniat mengungkapkan tanda-tanda ideologi nasionalisme sekular dalam karakter
visual Oom Pasikom, dengan dibatasi pada dua objek: (1) tanda peminggiran agama dari ruang publik ke
ruang privat, dan (2) tanda liberal atau bebas nilai. Penelitian tergolong kualitatif deskriptif, sedangkan
paradigmanya adalah konstruktivis. Dimensi semiotika C.W. Morris dijadikan sebagai alat analisis dengan
pendekatan teori nasionalisme sekular. Penelitian menemukan, bahwa terdapat tanda-tanda ideologi
nasionalisme sekular dalam karakter visual Oom Pasikom, yakni ketiadaan unsur identitas agama, dan
sintagma busana yang chaos.

Kata kunci: karakter visual, kartun editorial, semiotika, nasionalisme sekular


238 | Seminar Nasional Desain dan Media ISBN No. 978-602-50181-1-4

PENDAHULUAN pemerintahan pernah melahirkan


pertumpahan darah yang serius.
Negara bekas terjajah dengan Fenomena ini bisa dirunut pada
diversifikasi budaya yang tinggi seperti proses peralihan kekuasaan sejak
Indonesia memiliki tantangan yang Indonesia memasuki era kemerdekaan.
sangat hebat dalam usaha pembentukan Dalam ranah kajian poskolonial, bangsa-
identitas nasional. Proses integrasi sosio- bangsa bekas terjajah seperti Indonesia
kultural serta politik dalam kerangka memang mengalami masa transisi
pembangunan pasca kemerdekaan formal ideologi pasca kemerdekaan dengan
adalah pekerjaan maha sulit hingga hari segala atribut inferioritas terhadap bangsa
ini. Ketiadaan musuh bersama (common yang pernah menjajahnya. Nasionalisme
enemy) menjadikan potensi konflik etnis adalah ide yang muncul dari Barat. Pasca
dan sektarian begitu terasa di Indonesia keruntuhan khilafah Islam di Turki pada
sejak awal kemerdekaan formalnya. 1924. Nasionalisme seperti menjadi
Tidak ada cara lain yang ditempuh dalam pilihan satu-satunya bagi bangsa-bangsa
proses integrasi ini selain memancangkan mayoritas Muslim terjajah dalam
ide nasionalisme di tengah-tengah melawan kolonialisme. Padahal, sebagai
masyarakat. Semangat ini seiring sejalan gagasan Barat, nasionalisme tetap
dengan puluhan bangsa dan negara baru ―menguntungkan‖ Barat. Corak sekular
di Asia Afrika yang secara bergiliran pada nasionalisme akan membuat corak
berhasil melepaskan diri secara formal politik menjadi terbuka dan liberal. Hal
dari belenggu kolonialisme Eropa. tersebut akan berimplikasi pada corak
Wacana nasionalisme ini kemudian kebijakan ekonomi dan pembangunan
membentuk masyarakat yang dalam yang juga akan terbuka dan liberal.
konsep Benedict Anderson (2005) Sistem ekonomi terbuka akan memberi
disebut sebagai komunitas terbayang jalan bagi proses hegemoni budaya, yang
(imagined communities). Disebut pada ujungnya adalah mengekalkan
―terbayang‖ karena nasionalisme tidak kepentingan ekonomi Barat di Indonesia.
lahir begitu saja secara alamiah, Nasionalisme sekular yang berkembang
melainkan sebuah proyek masif dengan di Indonesia dengan demikian pada
strategi yang terukur. Setiap entitas hakikatnya adalah katalisator bagi
kelompok yang berbeda dalam satu penanaman investasi Barat.
negara diberikan imaji persatuan hingga Lebih jauh lagi, menurut Gladney
tiap kelompok tersebut mampu (1991: 113-115), nasionalisme sekular
membayangkan diri mereka berada dalam adalah rumusan pemikiran yang
grup yang sama. Melalui nilai-nilai ke- menghendaki loyalitas tertinggi individu
Indonesiaan yang didistribusikan lewat dicurahkan untuk bangsa dan negara.
media cetak hingga televisi, integrasi Rumusan ini kemudian dibedah secara
nasional bisa dibentuk dan dipertahankan. lebih spesifik lagi oleh Mark
Dalam perkembangan selanjutnya, Juergensmeyer dalam bukunya
ide nasionalisme di Indonesia dijauhkan Menentang Negara Sekular (1998) yang
dari corak religius agama tertentu, membelah dua aliran besar nasionalisme:
khususnya Islam. Corak nasionalisme sekular dan religius. Dalam bukunya
yang berkembang di Indonesia adalah tersebut, Juergensmeyer mengutip
nasionalisme sekular. Pada setiap rezim pendapat Nehru yang pernah meminta
yang berkuasa, selalu terdapat tarik agar masyarakat India meninggalkan
menarik kepentingan di antara kelompok paham keagamaan yang picik untuk
nasionalis sekular dengan nasionalis menerima pandangan nasionalisme
religius. Konflik kepentingan kerap sekular (Juergensmeyer, 1998: 25).
terjadi dan pada beberapa periode Menurut para pemimpin negara
Seminar Nasional Desain dan Media ISBN No. 978-602-50181-1-4 | 239

poskolonial seperti Nehru di India dan Pasikom yang menjadi representasi atau
Nasser di Mesir, nasionalisme sekular ikon harian Kompas. Kartun editorial
adalah jalan menuju masyarakat modern memiliki fungsi estetik dan simbolik
seperti halnya Eropa. yang sangat kuat pada identitas sebuah
Dalam catatannya, Edward Said surat kabar. Pandangan dan sikap politik
(2010: 507-508) mengatakan bahwa redaksi yang serius seringkali
konsumerisme di dunia Timur telah direpresentasikan melalui kartun
menjadi katalisator bagi Barat untuk sehingga tampak ringan. Itulah sebabnya,
menancapkan hegemoni mereka. Said karakter kartun Oom Pasikom karya GM.
menjelaskan fenomena tersebut sebagai Sudarta bisa dijadikan objek penelitian
salah satu faktor keberhasilan proyek terkait keselarasan paradigma berpikir
orientalisme di dunia Timur. Jika Barat redaksi dengan ide nasioalisme sekular
hanya mengambil dari Timur sumber yang berkembang di Indonesia.
daya ekonomis material, Timur justru
mengambil seluruh materi dan ideologi
dari Barat. Implikasinya adalah
perubahan cara pandang dan selera
masyarakat Timur terhadap segala
sesuatu yang terkait modernisasi. Terjadi
pembakuan cita rasa besar-besaran di
dunia Timur, bahkan terhadap citra ke-
Timuran itu sendiri yang disuplai oleh
media masa Barat. Di sisi lain, kelompok
akademis Timur yang sudah ter-Baratkan
kerap mendukung dan melegitimasi Gambar 1. Oom Pasikom dalam kartun editorial
gagasan-gagasan modernisasi serta Harian Kompas
(Sumber: Kompas, Rabu, 20 Mei 1998)
kemajuan yang role modelnya adalah
Amerika Serikat (Sukarwo, 2017: 322). Penelitian ini mencoba
Salah satu instrumen yang paling menganalisis karakter visual Oom
kuat dalam menyebarkan ide nasionalis Pasikom yang dihubungkan dengan
sekular di Indonesia adalah kekuatan wacana nasionalisme sekular di
media. Peran media seperti surat kabar Indonesia. Pertanyaan penelitian adalah
dan televisi sangat vital dalam memberi adakah tanda-tanda nasionalisme sekular
imaji mengenai ke-Indonesiaan pada dalam karakter visual Oom Pasikom?
masyarakat yang plural. Pada konteks Penelitian ini tergolong kualitatif
inilah surat kabar beroplah nasional deksriptif. Subjek penelitian adalah
seperti Kompas memiliki paham yang karakter visual Oom Pasikom. Objek
selaras dengan kelompok nasionalis penelitian adalah tanda-tanda ideologi
sekular di Indonesia. Sejak awal berdiri, nasionalisme sekular dalam karakter
Kompas tidak memosisikan diri sebagai visual Oom Pasikom, khususnya pada
representasi kelompok agama tertentu, aspek busana yang digambarkan, dengan
termasuk Islam sebagai agama mayoritas. dibatasi pada dua tanda, yakni: (1) tanda
Sampai hari ini, Kompas konsisten peminggiran (eliminasi) agama dari ruang
dengan sikap redaksinya yang publik ke ruang privat, dan (2) tanda
menerjemahkan teks-teks nasionalisme liberal atau bebas nilai. Analisis terhadap
sebagai teks yang sekular dan tidak bias objek penelitian beranjak dari subjek
kepentingan kelompok agama mayoritas. penelitian, sehingga subjek penelitian
Sikap redaksi yang mendukung adalah sumber data yang utama dan
gagasan nasionalisme sekular ini bisa pertama. Metode analisis akan
dilihat pada kartun editorial Oom menggunakan analisis semiotika dari
240 | Seminar Nasional Desain dan Media ISBN No. 978-602-50181-1-4

C.W. Morris dengan pendekatan teori kekayaan milik gereja (Madung, 2017:
nasionalisme sekular. 32).
Unit analisis penelitian ini hanya Jika merujuk ke etimologi, kata
satu, ialah karakter visual Oom Pasikom sekular berasal dari bahasa Latin
pada analisis tanda ideologi nasionalisme saeculum yang artinya zaman atau masa
sekular. Karakter visual tersebut didapat yang tertentu. Dahulu, kata ini digunakan
dalam kartun editorial karya GM Sudarta. untuk mendeskripsikan rentang waktu
Penelitian dengan demikian tergolong antara masa kini dan akhir zaman yang
kualitatif deskriptif. Adapun paradigma membawa ciri kehidupan harmonis antara
penelitian adalah konstruktivis, sebab umat Kristen dan kaum non-Kristiani
mengaitkan ilmu pengetahuan—termasuk untuk mengatasi persoalan-persoalan
dalam menentukan konsep dan teori— publik (Madung, 2017: 31). Jose
dengan konteks, sejarah, ideologi dan Casanova yang dikutip oleh Madung
hegemoni secara terintegrasi. Peneliti (2017: 34) membagi sekularisasi dalam
berada pada wilayah bebas dalam tiga bentuk pemahaman yang berkaitan
memandang objek penelitian maupun dengan relasi kehidupan dengan agama.
dalam menggunakan teori dan metode Salah satu bentuk pemahaman yang
yang bersifat dialektis dan subjektif, menjadi ciri dominan hingga hari ini
dengan dikonstruk melalui penafsiran adalah anggapan bahwa hidup tanpa
terhadap objek, teori dan metode, juga agama merupakan ciri khas kematangan
nilai. Rumusan masalah penelitian dan kedewasaan manusia.
adalah: bagaimana tanda-tanda Di sisi lain, literatur kunci konsep
nasionalisme sekular pada karakter visal sekularisme modern bisa disusuri dari
Oom Pasikom? buku berjudul Secular City karya Harvey
Cox yang terbit pertama kali di Amerika
Nasionalisme Sekular Serikat tahun 1965. Dalam bukunya
Untuk memahami frase tersebut, sekularisasi diartikan oleh Cox
nasionalisme sekular, maka perlu kiranya sebagai pembebasan manusia dari asuhan
dipahami terlebih dahulu termin agama dan perkara metafisika. Selain itu,
sekularisme. Sekularisme dimaknai Cox juga menganggap sekularisasi
secara sederhana sebagai bentuk sebagai bentuk pengalihan perhatian
peminggiran agama di ruang publik manusia dari dunia lain (yang bersifat
menuju ruang privat. Agama dimaknai metafisik) menuju dunia kini (Cox, 1967:
sebagai instrumen kepercayaan 15). Meskipun gagasan Cox tersebut
tradisional yang kontra produktif berkembang di kalangan Barat Kristen
terhadap proses demokrasi dan dan menarik kesimpulan dari teks
liberalisasi ekonomi. Konsep sekularisme biblikal, akan tetapi pengaruhnya sampai
yang hari ini dipahami berasal dari juga pada para pemikir sekular di
sejarah yang cukup panjang. Titik tolak Indonesia bahkan kelompok cendikiawan
awalnya berada pada dinamika hubungan muslim.
gereja Katolik dengan penguasa di Eropa. Kontekstualisasi ide sekularisasi
Dalam tradisi gereja Katolik Roma abad dari Cox mendapatkan momentum
pertengahan, sekularisasi diartikan aktualisasi ketika Indonesia memasuki
sebagai proses seorang rahib yang fase reformasi yang menjamin kebebasan
meninggalkan biara dan kembali ke berekspresi warga negara. Kelahiran
tengah masyarakat. Bahkan, setelah organisasi semacam Jaringan Islam
perang panjang antara kelompok Katolik Liberal (JIL) menjadi katalisator
dan Protestan berakhir di abad pemantapan ide sekularisasi agama
pertengahan, sekularisasi menjadi istilah seperti yang terjadi pada Kristen di Barat.
untuk proses pengambilalihan harta Jauh sebelum kelahiran JIL, Nurcholis
Seminar Nasional Desain dan Media ISBN No. 978-602-50181-1-4 | 241

Madjid pernah melempar isu sekularisme modern (Assyaukanie, 2002: xxv).


di Indonesia secara frontal di tahun 1970- Teologi yang dimaksud adalah Islam
an. Saat itu, ide sekularisme yang ditulis yang bercorak sekular dan memisahkan
oleh Madjid digadang-gadang oleh secara tegas urusan agama dan politik.
banyak kalangan sekular-liberal sebagai Dalam keyakinan kelompok ini, urusan
pembaharuan dalam Islam. Hamid Fahmi politik dan negara adalah urusan duniawi
Zarkasy (2012: 189-190) mencatat bahwa semata dan tidak perlu ada keterlibatan
seluruh gagasan yang disampaikan oleh agama di dalamnya.
Nurcholis Madjid tersebut terinspirasi Sejatinya, pilihan untuk
langsung dari Harvey Cox. Sekalipun mengembangkan identitas politik
kontroversial dan menuai kecaman dari nasional di Indonesia terbuka luas.
kelompok Islam lainnya, gagasan ini Dengan representasi umat Islam yang
terus berkembang dan hari ini masih menjadi mayoritas di negara ini, sangat
diperjuangkan oleh kelompok yang wajar untuk membentuk corak
tergabung dalam JIL. Meskipun sasaran pemerintahan yang formal-religius.
utamanya adalah mendekonstruksi Namun, dengan dominasi kelompok
penafsiran kitab suci Al-Quran menuju nasionalis sekular beserta instrumen
sekularisme, kelompok seperti JIL ini kekuasaannya di negara ini, maka corak
juga sangat mendukung wacana identitas kebangsaan yang dibangun pun
nasionalisme sekular yang berkembang di bertendensi sekular. Surat kabar seperti
level politik. Kompas menjadi medium penyebaran
Dalam konteks politik, sekularisasi gagasan-gagasan nasionalisme sekular di
melahirkan konsep pemisahan agama Indonesia. Terbukti pada kasus penistaan
dari politik praktis. Agama ditempatkan agama yang dilakukan oleh mantan
dalam ruang privat sebagai tata nilai dan Gubernur DKI, Ahok, kerap terjadi
ajaran yang dilindungi. Tata kelola konflik narasi antara kelompok
negara tidak didasarkan pada sakralitas pendukung fatwa MUI dengan media
kitab suci melainkan keadilan. Konsep ini sekular seperti Kompas. Sebagai contoh,
bahkan telah menjadi acuan cukup lama headline Kompas pada tanggal 5
untuk memahami modernitas masyarakat November 2016 tertulis ―Presiden: Aktor
Eropa seperti yang diulas oleh Max Politik Menunggangi‖. Kalimat tersebut
Weber. Keinginan untuk mengeluarkan menjadi teks di atas foto aksi damai umat
agama dari ruang publik didasari pada Islam tanggal 4 November 2016 yang
konsensus, bahwa modernitas ditandai menuntut Ahok segera dihukum karena
dengan semangat rasionalisasi kehidupan telah melakukan penistaan agama.
dan kemajuan sains. Singkatnya, agama
harus digeser dari ruang publik menuju
Kartun Editorial dan Media Sekular
ruang privat (Madung, 2017: 34).
Istilah kartun editorial berasal dari
Hadirnya Jaringan Islam Liberal di
penggabungan dua kata dalam bahasa
Indonesia juga merupakan bentuk reaksi
Inggris yaitu; editorial dan cartoon.
dari potensi sekularisasi yang kerap
Editorial artinya adalah tajuk rencana
dihambat oleh kebangkitan kelompok
sedangkan kartun adalah gambar humor,
nasionalis religius. Pada level yang
sehingga secara sederhana kartun
paling dasar, kemunculan gerakan Islam
editorial bisa diartikan gambar humor
liberal adalah respon terhadap sikap
yang memuat tajuk rencana (Fauzie,
dualisme kelompok Islam terhadap
2010: 2). Sedangkan editorial, secara
hubungan antara agama dan negara.
khusus diartikan oleh Ali (1986: 8)
Lebih jauh lagi, gerakan Islam liberal
sebagai alat untuk menyampaikan
berusaha memunculkan bentuk teologi
pemikiran sekaligus menerangkan sikap
yang bisa menjadi dasar bagi negara
242 | Seminar Nasional Desain dan Media ISBN No. 978-602-50181-1-4

dan posisi penerbitan atau pers yang klasifikasi penerbitan pers, yaitu dalam
memuatnya. kategori opini. Yang dimaksud dengan
Dari beragam definisi spesifik opini itu adalah sikap subjektif dari
terkait kartun dan editorial, Fauzie (2010: redaksi surat kabar yang memuat kartun
4) menyimpulkan, bahwa kartun editorial tersebut. Editorial atau tajuk rencana
adalah gambar humor yang sendiri biasanya ditampilkan secara
menyampaikan opini sebagai pesan kritik naratif dengan gaya bahasa yang serius.
atau pendapat pribadi pembuatnya dan Kartun editorial, dengan demikian
lembaga penerbitan pers yang memiliki kedudukan yang sama dengan
memuatnya. Kartun editorial ini memuat artikel tajuk rencana.
isu aktual yang berhubungan dengan Sejak harian Kompas pertama kali
kepentingan umum dan diproduksi dalam terbit di tahun 1965, posisi netral agama
tenggat waktu yang ketat menjelang (sekular) sudah menjadi gaya
media massa naik cetak. pemberitaan mereka. Restu yang
Dari definisi di atas, kartun diberikan oleh Presiden Soekarno untuk
editorial tidak bisa dikatakan sebagai membentuk penerbitan surat kabar
produk seni yang otonom. Ia tidak berdiri dimanfaatkan seara efektif oleh para
sendiri sebagai bentuk kreativitas artistik pendiri Kompas untuk mengalirkan ide-
sang kartunis, melainkan sebuah produk ide nasionalis sekular di Indonesia. Corak
dari sistem kerja penerbitan/pers yang sekular itu juga tampak dalam visi misi
memuat kartun tersebut. Dalam kaitannya surat kabar ini seperti yang dikutip oleh
dengan ketidakotonoman kartun editorial, Hamidi (2011: 52). Meski demikian, pada
ideologi yang diusung oleh surat kabar masa perseteruan dengan kelompok
akan menentukan pesan dalam karakter komunis, Kompas sering disebut sebagai
visual kartun editorial yang dihasilkan. singkatan dari Komando Pastor. Hal ini
Ideologi ini seringkali sudah selaras karena sejak pertama kali berdiri,
antara lembaga penerbitan surat kabar memang banyak tokoh-tokoh Katolik
dengan sang kartunis sehingga proses yang mendukung secara langsung surat
penerbitannya hanya menyisakan perkara kabar ini.
teknis. Adapun seorang kartunis yang Sekularisme yang diusung oleh
mencoba idealis dengan otonomi Kompas bisa juga ditelusuri dari
artistiknya akan menemui kesulitan kerja hubungan para pendiri surat kabar ini
pada titik tertentu. dengan Barat. Seperti yang sudah dibahas
Pendapat di atas dibenarkan oleh sebelumnya, imperialisme Barat terhadap
Rossem, seorang kartunis senior dari bangsa-bangsa eks-kolonial dipimpin
Malaysia. Dalam wawancara yang oleh Amerika Serikat yang menggantikan
dilakukan tim peneliti, Rossem peran Inggris dan Perancis. Ada
mengatakan kalau tidak ada kartunis kepentingan yang sangat kuat agar
editorial yang menjadi penentu keputusan dominasi ekonomi Barat (kapitalisme)
akhir dalam sistem kerja di sebuah surat tidak mendapatkan penghalang di negara-
kabar. Secara struktural, seorang kartunis, negara bekas jajahan Eropa. Dengan
betapapun seniornya akan tetap berada demikian corak pemerintahan dan sistem
dalam supervisi redaksi penerbitan. ekonomi Indonesia haruslah bebas dari
Sekalipun sang kartunis adalah bagian paham sosialis-komunis yang menjadi
langsung dari redaksi, tetapi keputusan kompetitor ideologi Barat.
akhir dan penanggungjawab pemuatanya Dalam disertasi yang telah
ada pada pemimpin redaksi. dibukukan, Wijaya Herlambang (2013)
Menurut Subagyo yang dikutip oleh memaparkan data keterlibatan tokoh-
Fauzie (2012: 3), kartun editorial tokoh seperti PK.Ojong dengan badan
menempati posisi penting dalam intelijen Amerika Serikat (CIA). PK
Seminar Nasional Desain dan Media ISBN No. 978-602-50181-1-4 | 243

Ojong sendiri adalah salah satu tokoh menyatakan kalau sebuah tanda terdiri
utama pendiri harian Kompas. Dalam dari penanda (signifier) dan petanda
bukunya itu, Herlambang menunjukkan (signified) (Piliang, 2012: 300).
bukti korespondensi yang dilakukan Penanda adalah gambaran fisik
antara Goenawan Muhammad dengan nyata dari tanda ketika kita menerimanya
seorang agen CIA bernama Ivan Kats. seperti coretan pada kertas atau suara di
Seluruh dukungan moral-material serta udara. Sedangkan petanda adalah konsep
pembinaan yang dilakukan terhadap para mental yang merujuk pada gambaran
budayawan dan jurnalis di Indonesia itu fisik nyata dari tanda. Konsep mental
berada dalam kerangka kepentingan dikenali secara luas oleh anggota dari
Barat. Pancasila yang menjadi falsafah suatu budaya yang memiliki bahasa yang
bernegara di Indonesia kerap sama. Bahasa itu sendiri merupakan kode
diperebutkan dalam konteks persaingan pembacaan tanda yang hanya bermakna
wacana nasionalisme sekular dan ketika aksara dan gramatikanya
nasionalisme religius. Dua kelompok dikonsensuskan dan disepakati secara
tersebut seringkali mendasari sikap dan kolektif.
gagasan mereka pada Pancasila sebagai Orientasi dan objek semiotika pada
landasan ideologi bangsa dan negara. Sila awalnya adalah produk linguistik, tapi
pertama Pancasila yang berbunyi dalam perkembangan kemudian,
Ketuhanan Yang Maha Esa dimaknai semiotika disunting dan diadaptasi untuk
oleh kelompok nasionalis religius sebagai diterapkan ke dalam berbagai disiplin
wujud konkret formalisasi kehidupan ilmu, termasuk seni rupa dengan berbagai
beragama di Indonesia. Dengan kata lain, produk desain di dalamnya (Sachari,
agama mendapatkan jaminan penuh 2005: 61). C.W. Morris merumuskan tiga
untuk diaktualisasikan sebagai dimensi dalam analisis semiotika, yakni:
perwujudan nilai-nilai Pancasila. dimensi sintaktik, semantik dan
pragmatik, yang ketiganya saling
berkaitan satu sama lain. Klasifikasi
Analisis dengan Dimensi Semiotika
Morris menjadi sangat penting dalam
C.W. Morris.
konteks penelitian visual oleh karena ia
Untuk menganalisis aspek busana
mengidentifikasi tingkat sebuah
karakter visual Oom Pasikom, digunakan
penelitian, apakah tingkat sintaktik
taksonomi semiotika milik C.W. Morris.
(struktur dan kombinasi tanda), tingkat
Semiotika pada awalnya adalah gagasan
semantik (makna sebuah tanda) atau
utama strukturalisme, yaitu gerakan
tingkat pragmatik (penerimaan dan efek
intelektual yang berkaitan dengan
tanda pada masyarakat) (Piliang, 2012:
penyingkapan struktur berbagai aspek
300-301).
pemikiran dan tingkah laku manusia
Dijelaskan Yasraf Amir Piliang
(Sachari, 2005: 63). Strukturalisme
(2012: 300-305), sintaktik berkaitan
beranggapan, bahwa satu totalitas yang
dengan studi tentang tanda itu sendiri
kompleks hanya bisa dipahami sebagai
secara individual maupun kombinasinya,
satu perangkat unsur-unsur yang saling
khususnya analisis yang bersifat
berkaitan (Piliang, 2011: 27). Ferdinand
deskriptif mengenai tanda dan
de Saussure mendefinisikan semiotika
kombinasinya. Semantik adalah studi
sebagai “ilmu yang mengkaji tentang
mengenai relasi antara tanda dan
tanda sebagai bagian dari kehidupan
signifikasi atau maknanya. Sedangkan
sosial”. Semiotika sangat menyandarkan
pragmatik adalah studi mengenai relasi
pada aturan main atau kode sosial yang
antara tanda dan penggunanya
berlaku di dalam masyarakat, sehingga
(interpreter), khususnya yang berkaitan
tanda dapat dipahami maknanya secara
dengan penggunaan tanda secara konkret
kolektif. Lebih jauh, Saussure
244 | Seminar Nasional Desain dan Media ISBN No. 978-602-50181-1-4

dalam berbagai wacana (discourse) serta kombinasi busana Barat, antara unsur
efek atau dampaknya terhadap pengguna. setelan busana formal dan informal.
Ia berkaitan dengan nilai, maksud, dan Kombinasi busana juga tidak
tujuan dari sebuah tanda, yang menjawab menunjukkan identitas agama tertentu.
pertanyaan: untuk apa dan kenapa, serta Makna konotatifnya adalah menganggap
pertanyaan mengenai pertukaran dan nilai agama tidak penting untuk diekpresikan,
utilitas tanda bagi pengguna. Diletakkan bebas nilai, seenaknya, dan main-main.
dalam konteks analisis terhadap karakter Dianalisis pada tingkat pragmatik
visual Oom Pasikom, instrumen analisis dengan pendekatan teori nasionalisme
Semiotika C.W. Morris adalah seperti sekular, setelan busana Oom Pasikom
pada bagan 1. secara umum adalah setelan busana Barat
secara campur aduk dan tidak satupun
Bagan 1. Dimensi Semiotika C.W. Morris mengandung unsur (metonimi) yang
(Piliang, 2012: 300-305) mengacu pada identitas agama tertentu.
Level Sintaktik Semantik Pragmatik
Kombinasi yang campur aduk ini
Sifat struktur tanda makna tanda efek tanda
mengandung petanda: chaos; bebas nilai.
Penanda/ Struktural, Nasionalisme
petanda Kontekstual, Sekular Singkatnya: liberal. Sedangkan ketiadaan
Elemen
Sintagma/ Denotasi, sebagai identitas agama merupakan sebuah
system Konotasi wacana untuk
Konotasi/ Ideologi/ memaknai penanda, sebagaimana ketiadaan (baca:
denotasi mitos objek jeda) dalam musik adalah penanda yang
Metafora/
metonimi ikut membangun suasana. Adapun
petandanya adalah agama bukan sesuatu
yang penting untuk diekpresikan ke ruang
Pada tingkat sintaktik, Oom publik; ruang publik adalah ruang dan
Pasikom digambarkan memakai topi pet, waktu jeda dari ekspresi agama. Maka
baju dalam putih, jas abu-abu, dasi secara umum, sintagma busana yang
bermotif tiga garis, celana panjang hitam, centang perenang dan tidak
dan sepatu pantofel. Topi pet berasal dari mencerminkan identitas agama tertentu
Barat; unsur setelan busana untuk ini menandakan, bahwa karakter visual
suasana informal, dan; penanda stereotip oom pasikom mangekspresikan ideologi
(metonimi visual) pencopet, mafioso, nasionalisme sekular.
seniman dan penggemar vespa. Jas adalah
unsur setelan busana Barat untuk suasana
formal, demikian juga dasi. Celana
panjang hitam yang longgar, adalah unsur
setelan busana yang bisa formal maupun
informal. Tetapi warnanya yang hitam,
tidak sama dengan warna jas, sehingga
melemahkan kesan formal. Demikian
pula berbeda dari warna sepatu yang
putih. Secara keseluruhan, sintagma atau
kombinasi busana ini merujuk pada
busana Barat, tetapi tidak mengacu pada
setelan busana untuk satu suasana,
melainkan campuran antara unsur setelan
busana untuk suasana formal dan
informal.
Pada tingkat semantik, secara
keseluruhan, sintagma atau struktur
busana Oom Pasikom mendenotasikan Gambar 2. Grafis Analisis
(Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti)
Seminar Nasional Desain dan Media ISBN No. 978-602-50181-1-4 | 245

PENUTUP Pluralitas di Indonesia. Skripsi


mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah
Penelitian ini telah berhasil dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
menganalisis karakter visual Oom Hidayatullah, Jakarta.
Pasikom dihubungkan dengan wacana Hartadi, Kristanto. 2012. Analisis
nasionalisme sekular di Indonesia. Framing Studi Kampus Kompas
Pertanyaan penelitian telah terjawab, dan Media Indonesia dalam
bahwa terdapat tanda-tanda nasionalisme Liputan Kerusuhan di Temanggung
sekular dalam karakter visual Oom 8 Februari 2011. Tesis mahasiswa
Pasikom, dengan penemuan: (1) tanda Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
peminggiran (eliminasi) agama dari ruang Politik, Universitas Indonesia,
publik ke ruang privat, dengan penanda Depok.
ketiadaan unsur identitas agama tertentu;
Herlambang, Wijaya. 2013. Kekerasan
(2) tanda liberal atau bebas nilai, dengan
Budaya Pasca 1965: Bagaimana
penanda setelan busana Barat yang
Orde Baru Melegitimasi Anti-
chaos atau tidak konsisten melalui
Komunis Melalui Sastra dan Film.
pencampuradukan unsur setelan busana
Tangerang: Marjin Kiri.
informal dengan formal, bahkan
mengandung unsur busana stereotip Juergensmeyer, Mark. 1998. Menentang
kriminal, seniman, dan penggemar vespa Negara Sekular: Kebangkitan
sekaligus. Global Nasionalisme Religius.
Bandung: Mizan.
Madung, Otto Gusti. 2017. Post
Sekularisme: Toleransi dan
DAFTAR PUSTAKA Demokrasi. Maumere: Ledalero.

Ali, Bachtiar. 1986. Mencari Perspektif Piliang, Yasraf Amir. 2011. Dunia yang
Baru Isi Surat Kabar Indonesia: Dilipat. Bandung: Matahari
Persuratkabaran Indonesia dalam _________________. 2012. Semiotika
Era Reformasi. Jakarta: Sinar dan Hipersemiotika. Bandung:
Harapan. Matahari
An-Na`im, Abdullahi Ahmed. 2007. Sachari, Agus. 2005. Metodologi
Islam dan Negara Sekular: Penelitian Budaya Rupa. Bandung:
Menegosiasikan Masa Depan Penerbit Erlangga.
Syariah. Bandung: Mizan.
Sukarwo, Wirawan. 2017. ―Krisis
Assyaukanie, Luthfi (ed). 2002. Wajah Identitas Budaya: Studi Poskolonial
Liberal Islam Indonesia. Jakarta: Pada Produk Desain Kontemporer‖.
Jaringan Islam Liberal. Jurnal Desain, Vol.3 No.4.
Cox, Harvey. 1967. The Secular City: Zarkasy, Hamid Fahmy. 2012. Misykat:
Secularization and Urbanization in Refleksi tentang Westernisasi,
Theological Perspective. New Liberalisasi, dan Islam. Jakarta:
York: The Macmillan Company. Insists dan MIUMI.
Gladney, Dru. 1991. Muslim Chinese:
Ethnic Nationalism in the People`s Dokumen Daring
Republic. Universitas Harvard:
Cambridge. Fauzie, Mochamad. ―Membuat Kartun
Hamidi, Fathan Nur. 2011. Peran Harian Opini, Siapa Takut?: Terminologi,
Kompas dalam Memelihara Sejarah, Kriteria Keberhasilan dan
246 | Seminar Nasional Desain dan Media ISBN No. 978-602-50181-1-4

Koridor Hukum Kartun Editorial di


Indonesia.
(http://www.academia.edu/7304907
/Kartun_Editorial_di_Indonesia_Te
rminologi_Sejarah_Kriteria_Keber
hasilan_dan_Koridor_Hukum).
Diakses 2 September 2017

Yusuf, Saiful. ―Peran Media Sekular


Terhadap Pembentukan Budaya‖.
(http://nurulhuda.uns.ac.id/wp-
content/uploads/2017/01/11.-Peran-
Media-Sekular-Terhadap-
Pembentukan-Budaya-Saiful-
Yusuf.pdf). Diakses 1 September
2017.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai