Widya
Laksana
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MENUJU PENINGKATAN KUALITAS
SUMBER DAYA MANUSIA
PENERBIT
Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat
Undiksha Singaraja
Jln. Udayana 14C Singaraja-Bali
Telepon (0362) 26327 Fax. (0362) 25735
Kode Pos 81116
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kemudahan yang
diberikan-Nya, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat “Widya Laksana” Edisi Juli 2012 dapat diterbitkan
sebagaimana mestinya.
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Widya Laksana Menyajikan tulisan tentang pelaksanaan
dan hasil Pengabdian Kepada Masyarakat sivitas akademika Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha)
Tahun 2012 dalam memberdayakan masyarakat menuju peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan
karya tulis hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh guru.
Kami berharap agar jurnal ini dapat digunakan sebagai sarana informasi bagi para pembaca dan
bermanfaat untuk meningkatkan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di lingkungan Undiksha pada
umumnya. Selain itu, jurnal ini diharapkan dapat memberi inspirasi kepada pelaksana kegiatan
pengabdian kepada masyarakat untuk melahirkan inovasi dan kreativitas baru.
Mengingat Widya Laksana masih mencari bentuk dan jati dirinya, maka baik isi maupun
kemasannya tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Karena itu, kami mengharapkan sumbang saran
dan kritik para pembaca untuk meningkatkan kualitas Widya Laksana pada masa yang akan datang.
Redaksi
Oleh:
Ni Made Ratminingsih, dkk
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris
ABSTRAK
Tujuan utama kegiatan P2M ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru bahasa
Inggris di sekolah dasar khususnya di Kecamatan Suksada dalam melaksanakan
pembelajaran yang berorientasi PAKEM, yaitu melalui pemanfaatan lagu-lagu kreasi
(Scripted Songs). Dengan prosedur in-service training, guru dapat menciptakan lagu-
lagu kreasi berbasis tema, menentukan langkah-langkah pembelajaran berdasarkan lagu
yang diciptakan, dan mengimplemtasikannya dalam pembelajaran.
ABSTRACT
The main objective of this community service activity is to improve primary school
teachers’ability especially in Sukasada District in carrying out instruction which is
PAKEM- oriented (productive, active, creative, effective, and fun) through utilizing
scripted songs. Using an in-service training procedure, the teachers could create
thematic-based songs, determine steps of instruction using the songs, and implement
them in teaching process.
Pendahuluan
Berdasarkan Permen No 22 tahun 2006 (BSNP, 2006) tentang standar isi,
pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar lebih diarahkan pada pencapaian
kompetensi berbahasa lisan sebagaimana yang tersurat dalam tujuan pembelajaran
bahasa Inggris di sekolah dasar seperti dikutip di bawah ini.
Mata Pebelajaran Bahasa Inggris di SD/MI bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara
terbatas untuk mengiringi tindakan (language accompanying action) dalam
konteks sekolah.
2. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk
meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global.
TINJAUAN PUSTAKA
Hakikat Pebelajar Pemula (Anak-Anak)
Harmer (2007a) menggolongkan tiga kelompok umur pebelajar, yaitu anak-anak
(children), remaja (adolescents), dan dewasa (adults). Anak-anak adalah kelompok
pebelajar dengan usia 2 sampai dengan 14 tahun, remaja adalah kelompok pebelajar
dengan usia antara 12 sampai dengan 17 tahun, dan dewasa umumnya mereka yang
berumur antara 16 tahun ke atas. Khusus untuk istilah anak-anak (children), Harmer
menggolongkan dua kelompok usia anak-anak, yaitu young learners adalah mereka
Hakikat Lagu
Lagu telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sejak mereka menyadari
kehidupannya. Melalui lagu, manusia bisa mendapatkan kesenangan, hiburan, dan
bahkan belajar bahasa. Terkait dengan hal ini, Schoepp mengemukakan bahwa lagu
telah menjadi bagian dari pengalaman manusia. Lagu telah menjadi bagian yang integral
dari pengalaman berbahasa manusia (Schoepp, 2008).
Griffee (1992:3) menyatakan: “Songs refer to pieces of music that have words” .
Flattum (2008) menegaskan lagu sebagai suatu kombinasi antara melodi dan lirik yang
ditambah dengan harmoni, irama atau bit. Lagu memiliki struktur yang biasanya berupa
pengulangan-pengulangan syair dan korus.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa lagu adalah
suatu kombinasi musik yang terdiri dari melodi dan lirik atau sebuah komposisi kata
dan musik, yang memiliki harmoni, irama, dan bit serta memiliki struktur yang berupa
Saran
Hal-hal yang dapat disarankan sesuai dengan simpulan di atas adalah sebagai
berikut:
1) Penyemaian informasi tentang pembelajaran bahasa Inggris untuk anak-anak
khususnya terkait dengan inovasi pembelajaran hendaknya secara terus-menerus
diupayakan oleh pihak-pihak terkait untuk meningkatkan kompetensi
profesional guru dalam melaksanakan pembelajaran.
2) Guru hendaknya mampu melakukan inovasi pembelajaran, yaitu melalui usaha-
usaha mengimplementasikan informasi yang di dapat terkait dengan berbagai
strategi pembelajaran dalam mengajar bahasa Inggris.
3) Strategi-strategi pembelajaran yang bervariasi hendaknya digunakan sesuai
dengan keterampilan bahasa yang diajarkan dan aspek-aspek kebahasaan.
4) Guru hendaknya dapat berlatih mengkreasi lagu-lagu khusus berbasis tema dan
mendisain langkah-langkah pembelajaran yang sesuai secara berkelanjutan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
5) Guru hendaknya dapat mengimplementasikan lagu-lagu kreasi khusus serta
langkah-langkah pembelajaran yang didisain dalam proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Brewster, Jean, Gail Ellis, dan Denis Girard. 2007. The Primary English Teacher’s
Guide. Essex, England: Pearson Education Limited.
Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by Principles. An Interactive Approach to
Language Pedagogy. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
BSNP. 2006. Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
Griffee, Dale T. 1992. Songs in Action. New Jersey: Prentice-Hall International (UK)
Ltd.
Harmer, Jeremy. 2007a. How to Teach English. Essex: Pearson Education Limited.
-------. 2007b. The Practice of English Language Teaching. Essex: Pearson Education
Limited.
McKay, Penny. 2007. Assessing Young Language Learners. Cambridge: Cambridge
University Press.
Mol, Hans. 2012. “Using Song in the Classroom”. Tersedia pada
http://www.hltmag.co.uk/ apr09/ less01.htm (diakses tanggal 18 Februari 2012).
Moon, Jayne. 2000. Children Learning English. Oxford: Macmillan Publishers Limited.
Murphey, Tim. 1993. Music and Song. Oxford: Oxford University Press.
Paul, David. 2003. Teaching English to Children in Asia. Hong Kong: Pearson
Education Asia Ltd.
Ratminingsih, Ni Made. 2010. Pengaruh Teknik Pembelajaran dan Tipe Kepribadian
terhadap Keterampilan Mendengarkan Bahasa Inggris: Studi Eksperimen pada
Siswa SD LAB Undiskha Singaraja. Disertasi Doktor (tidak diterbitkan). PPS
Universitas Negeri Jakarta.
Scott, Wendy A. and Lisbeth H. Ytreberg. 2000. Teaching English to Children, New
York:
Longman Group UK Ltd.
Schoepp, Kevin. 2008. “Reasons for Using Songs in the ESL/EFL Classroom”.
Terserdia pada http://iteslj.org/ Articles/Schoepp-Songs.html. (diakses tanggal
17 Oktober 2008).
Shtakser, Inna. 2012. ”Using Music and Songs in the Foreign Language Classroom”.
Tersedia pada http://www.laits.utexas.edu/hebrew/music/music.html (diakses
tanggal 18 Februari 2012).
Ward, Sheila. 1985. “Using Songs”. Dalam Alan Matthews, Mary Spratt dan Lee
Dangerfield At the Chalkface: Practical Techniques in Language Teaching.
London: Edward
Oleh:
Prof. Dr. A.A.I.N. Marhaeni, M.A, dkk
ABSTRAK
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk workshop berkelanjutan ini
dilaksanakan berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Prof. Dr. A.A. Istri
Ngurah Marhaeni, M.A (2009). Ada tiga tahap pelaksanaan kegiatan: pelatihan,
implementasi, dan refleksi serat perencanaan tindak lanjut.
Secara umum, pelaksanaan P2M berjalan dengan baik, semua peserta: 17 orang guru
Bahasa Inggris SMA dan 3 pengawas mata pelajaran Bahasa Inggris SMA Kecamatan
Buleleng, hadir dalam setiap tahapan kegiatan. Guru-guru mampu mengimplemenasikan
instrument penilaian kinerja menulis dengan baik pula. Instrument tersebut dapat
membantu guru untuk lebih objektif untuk memberikan penilaian terhadap kemampuan
menulis siswa; melatih siswa untuk bisa menjadi pebelajar mandiri, lebih teliti karena
berpatokan pada instrument yang sangat rinci sehingga mereka mampu mengevaluasi
dirinya sendiri; dan adanya pemantauan dalam proses menulis membantu siswa untuk
menghasilkan karya yang lebih baik. Namun, disisi lain, pengimplementasian
instrument ini juga memiliki kelemahan. Instrumen yang rinci (analitik) terkesan rumit
untuk diimplementasikan oleh beberapa orang guru pada awalnya sehingga perlu waktu
yang lebih banyak untuk melakukan penskoran. Karena instrument ini digunakan juga
untuk menilai proses, maka jumlah pertemuan pun jadi bertambah sedangkan
keterampilan berbahasa yang lain juga harus diajarkan, dan input siswa yang rendah
juga mempengaruhi kesuksesan penimplementasian instrument. Jadi disarankan, dengan
ABSTRACT
This community service was conducted based on the result of the research conducted by
Prof. Dr. A.A. Istri Ngurah Marhaeni, M.A (2009). The activity was done through
continuous workshop: training, implementation, reflection and planning for the follow-
up.
Generally, the activities which involved 17 English teachers and 3 supervisors for high
schools English teachers in Buleleng district were conducted successfully. The teachers
were able to implement the instrument in the class where they teach. The teachers learnt
to be objective in scoring. The students were trained to be more independent and able to
make self reflection as well to be more precise. But on the other hand, the instrument
also has weaknesses. Some teachers felt it was too rigid that consume much time for
scoring the students’ writing. Since the instrument was used to assess the writing
process also, more meetings were required while the other language skills must also be
taught. For some schools which input is considered low, it was quite difficult for them
to implement the instrument. But unfortunately, the teachers’ patience could help the
students to be get the benefit from the activity. Thus, the appreciation to the students
writing skill is not only for the product but also for the process itself.
Kurikulum berbasis kompetensi yang dianut oleh sistem pendidikan kita dewasa
ini menuntut kesiapan berbagai pihak, terutama guru sebagai ujung tombak pelaksanaan
pembelajaran di sekolah. Orientasi terhadap pembentukan kompetensi pada siswa
merujuk pada pentingnya pembelajaran yang bermakna, yaitu bahwa, pembelajaran
tersebut benar-benar mengantarkan siswa pada aktivitas-aktivitas penyelesaian masalah
nyata sehingga dapat dia gunakan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Mochtar
Buchori (2005) menekankan bahwa pendidikan yang bermakna akan menolong anak,
sedangkan pendidikan yang tidak bermakna hanya akan menjadi beban bagi anak.
Dengan demikian, pendidikan melalui pembelajaran yang bermakna sangat patut untuk
diperjuangkan.
Pembelajaran yang bermakna harus kontekstual. Berbicara mengenai
pembelajaran kontekstual bukanlah berbicara mengenai suatu metode atau teknik
pembelajaran, melainkan mengenai suatu filosofi atau pendekatan tentang bagaimana
Tinjauan Pustaka
a. Kajian tentang Asesmen Berbasis Kompetensi
Pendidikan adalah proses pemenusiaan manusia, maka dari itu dalam tataran
yang lebih operasioanal dapat dikatakan bahwa tuntutan pendidikan adalah
terbentuknya kompetensi pada peserta didik (terlepas dari apakah kurikulum yang
sekarang tetap digunakan atau diganti, tetapi pembentukan kompetensi adalah
merupakan suatu keharusan). Untuk itu, perlu dilakukan pembenahan dalam praktik
pembelajaran di sekolah, termasuk praktek asesmennya. Asesmen berbasis kompetensi
merupakan asesmen yang dilakukan untuk mengetahui kompetensi seseorang.
Kompetensi adalah atribut individu peserta didik, oleh karena itu asesmen berbasis
kompetensi bersifat individual; sehingga ia disebut asesmen berbasis kelas. Untuk
memastikan bahwa yang diases tersebut benar-benar adalah kompetensi riil individu
Metode Kegiatan
Untuk mencapai tujuan, P2M ini dirancang dengan alur berfikir dan rancangan
pelaksanaan kegiatan sebagai berikut.
DAFTAR PUSTAKA
Confrey, Jere. (1995). ‘A Theory of Intellectual Development’. Journal For the
Learning of Mathematics. Vol. 15,1 (Februari). 38-47.
Fasting, Rolf. B. (2009). ‘National Assessment of Writing Proficiency Among
Norwegian Students in Compulsory Schools’. Scandinavian Journal of
Educational Research Vol. 53 Issue 6 December 2009 pp. 617-637
Gardner, R.C. (2001). Language Learning Motivation, the Student, the Teacher, and the
Researcher. Available at http://publish.uwo.ca/~gardner/
Guaglianone, Curtis L. et al. (2009). ‘Teaching performance Assessment: A
Comparative Study of Implementation and Impacts Amongst California State
University Campuses’. Issues in Teacher Education, Vol. 22 March 2009.
Huot, B. (1990). ‘Literature of Direct Writing Assessment’. Review of Educational
Research Vol. 60 No. 6 (237-307).
Ling Shi (2008). ‘Native and Nonnative EFL Writing Teachers’ Evaluation of Chinese
Students’ English Writing’. Journal of Educational Researcher. University of
Columbia.
Oleh:
I Dewa Putu Subamia, dkk.
ABSTRACT
Have been carried out community service activities (P2M) in the form of basic skills
training laboratory (basic laboratory skills) for science laboratory staff of junior high
school of Buleleng regency. Activities aimed at improving the knowledge and basic
skills of science laboratory staff of junior high school was conducted in two phases, in
service and on service, starting on September 21 to 29 2012. Resource persons at the
event were Drs. I Dewa Putu Subamia, M.Ed, et al.
The training materials include the organization and administration of the laboratory,
governance tools and materials science lab, skills to use the tools basic science lab
(basic laboratory skills), and security and safety (K3). Evaluation was conducted on the
process and output activities. Scoring done with Likert scale and analyzed by
descriptive statistics. Based on the indicators that have been evaluated, the activity P2M
is declared successful good category.
Conclusion, after the training, the participants in the P2M is a good understanding of
competency to be held science lab personnel, the training has been conducted to
improve the knowledge and basic skills lab for the science laboratory staff trainee, the
quality performance of science laboratory staff to be better than previously, and the
activities of P2M was greeted positively by the trainees as they get a lot of information
about the knowledge and basic skills laboratory, so they were able to transform
themselves become more skilled at managing labs in each schools.
b. Kegiatan Praktek
Penilaian keterampilan dasar mengggunakan alat-alat laboratorium dilakukan
pada hari terakhir sesion kegiatan praktek. Penilaian delakukan dengan penilaian
kinerja. Aspek-aspek keterampilan yang dinilai mencakup 10 aspek keterampilan dasar
antara lain: keterampilan menimbang, keterampilan memanaskan larutan/cairan,
keterampilan menyaring, keterampilan memipet, keterampilan titrasi, keterampilan
menuang larutan, keterampilan memilih alat ukur yang akurat, keterampilan
menggunakan jangka sorong dan mikrometer, keterampilan menggunakan mikroskop,
dan keterampilan penanganan alat. Hasil penilaian dapat dilihat pada Table 3.1 berilkut.
Keteangan:
Kd = Keterampilan dasar
Kd 1 = keterampilan menimbang
Kd 2 = Keterampilan Memanaskan Larutan/Cairan
Kd 3 = Keterampilan Menyaring
Kd 4 = Keterampilan Memipet
Kd 5 = Keterampilan Titrasi
Kd 6 = Keterampilan Menuang Larutan
Kd 7 = Keterampilan memilih Alat Ukur
Kd 8 = Keterampilan Menggunakan Jangka Sorong dan Mikrometer
Kd 9 = Keterampilan Menggunakan Mikroskop
Kd10 = Keterampilan Penanganan Alat
Catatan:
P = Peserta (responden) SB = Sangat Baik
S = Statemen (Pernyataan)
Berdasarkan data dalam Tabel 3.2 di atas dapat diketahui bahwa pandangan
peserta terhadap pelaksanaan kegiatan P2M ini tergolong sangat positif (rerata skor 4,4).
Analisis hasil angket respon peserta pelatihan menunjukkan bahwa semua peserta
memberi respon sangat baik. Demikian juga respon terhadap masing-masing pernyataan
yang diajukan, direspon sangat baik oleh peserta.
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil tes pengetahuan keterampilan dasar laboratorium diketahui
dari 24 orang peserta pelatihan 16,7 % (4 orang) peserta pemahamannya terkategori
cukup, 45,8 % (11 orang) terkategori baik, dan 37,5 % (9 orang) terkategori sangat baik.
Secara keseluruhan rata-rata pemahaman mereka terkategori baik (persentase
penguasaan materi 80,33%). Variasi pemahaman ini dapat didinjau dari aspek latar
belakang peserta. Peserta ada yang berlatar belakang profesi sebagai guru IPA (PNS)
yang diberi tugas tambahan sebagai pengelola laboratorium, ada yang berlatar belakang
sebagai guru IPA (belum PNS) yang ditugaskan sebagai pengelola laboratorium, ada
pula pegawai administrasi (non PNS) yang ditugaskan di laboratorium.
Variasi juga dapat dilihat dari pengalaman bekerja di laboratorium. Berdasarka
data identifikasi calon peserta diketahui, ada peserta yang memiliki masa kerja
(pengelaman kerja) di laboratorium kurang dari 1 tahun, 2-5 tahun, 5- 10 tahun, bahkan
ada yang telah memiliki masa kerja di atas 10 tahun.
Perbedaan latar belakang tersebut tentu memberi pengaruh terhadap semangat
dan motivasi mengikuti kegiatan pelatihan. Namun walaupun demikian, secara
4.2 Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, saran-saran yang dapat disampaikan pada akhir
kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut.
1) Peserta sebaiknya menerapkan dan mengembangkan dalam tugas keseharian
keterampilan dasar laboratorium yang telah dilatihkan selama pelatihan.
2) Pihak terkait seperti Dinas Pendidikan perlu memberi perhatian khusus dalam
upaya meningkatkan kualitas sumber daya laboratorium IPA SMP, sehingga
keberadaan laboratorium benar-benar bisa berfungsi sebagai bagian integral
proses pembelajaran IPA.
3) Kegiatan pelatihan serupa perlu dilaksanakan secara berkesinambungan secara
lebih intensif dengan melibatkan lebih banyak peserta dan melibatkan pihak-
pihak terkait (seperti Dinas Pendidikan, LPMP, Perguruan Tinggi) secara
kolaboratif.
DAFTAR PUSTAKA
Academy Savant, e-Learning Science. 2012. Practical Laboratory Skills.
www.academysavant.com/elearning. Diakses 24 Pebruari 2012
Anna P, 2007. Pengelolaan Laboratorium IPA. Makalah. Disampaikan pada Technical
Assistance Pengelolaan Laboratorium IPA di Program Pendidikan IPA FMIPA
UNDIKSA.
Depdikbud. 1995. Pedoman Pendayagunaan Laboratorium dan Alat Pendidikan IPA.
Direkturat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan
Menengah Umum : Jakarta
Ditjen Dikti 2002. ”Bahan Ajar Administrasi Laboratorium”. Diorektorat Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Dikti. 2004. Standar kompetensi guru pemula IPA (SKGP), Diterbitkan oleh Dikti,
Jakarta.
Jones, Stewart. 2001. Laboratory Safety. Australian Goverment Analytical
Laboratories (Makalah pada Workshop Tentang Keselamatan Kerja di
Laboratorium)
Khasani, S. I. 2001. Material Safety Data Sheet (MSDS) Vol III. Bandung: Pusat
Penelitian IPA Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Koesmadji W, dkk, 2000, Teknik Laboratorium Kimia. FMIPA UI: Jakarta
Milo Koretsky, at.al. 2011. Student Perceptions of Learning in the Laboratory:
Comparison of Industrially Situated Virtual Laboratories to Capstone Physical
Laboratories. Oregon State University, Education Northwest. Journal of
Oleh:
I Gede Mahendra Darmawiguna, dkk
Ringkasan Eksekutif
Tujuan dari pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini adalah untuk
meningkatkan keterampilan mahasiswa D3 Undiksha dalam membuat blog untuk sarana
promosi dan bisnis. Mahasiswa D3 merupakan target dari pengabdian ini dikarenakan
mahasiswa D3 lebih diarahkan menjadi seorang praktisi bersadarkan keilmuan masing-
masing bukan sebagai pendidik walaupun tetap dapat menjadi seorang pendidik jika
dapat memenuhi kriteria yang diinginkan oleh sekolah. Lapangan pekerjaan yang ada
terkadang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan lulusan D3. Oleh karena itu,
pengetahuan mengenai bisnis online akan sangat bermanfaat untuk mahasiswa sebagai
bekal kewirausahaan pada saat kuliah ataupun setelah menjadi alumni. Kegiatan
pelatihan keterampilan ditunjang dengan ceramah, tanya jawab dan tentu saja praktek
secara langsung di laboratorium komputer Pusat Komputer, Undiksha. Modul pelatihan
akan diberikan kepada peserta sebagai alat bantu dalam kegiatan praktek di
laboratorium. Dari hasil evaluasi serta temuan-temuan yang diperoleh selama
pelaksanaan kegiatan P2M ini, dapat disimpulkan bahwa program P2M ini telah mampu
memberikan manfaat yang sangat besar dan tepat sasaran bagi khalayak mahasiswa D3
yang menjadi khalayak sasaran dalam kegiatan ini. Bentuk pelatihan seperti ini
merupakan bentuk yang sangat efektif untuk memberikan tambahan pengetahuan
sehingga akan dapat bermanfaat pada saat mereka telah selesai menempuh studi di
kampus.
Executive Summary
The purpose of the implementation of the community service program is to improve
Diploma 3 students' skills in develpoing a blog for promotion and business. Diploma 3
Students is a target of this community service because those students are prepared to be
a practitioner of the scientific rather than educators respectively although still they can
be as educators if they can meet the criteria desired by the school. Working fields are
sometimes far less than the graduate students of D3. Therefore, knowledge of online
business will be very useful for students as basic of entrepreneurship during college or
after becoming alumni. Skills training activities supported by lecture, question and
answer and of course practice directly in the computer lab Computer Center, Undiksha.
The training modules will be provided to participants as an aid in laboratory activities.
From the evaluation results and findings obtained during the implementation of P2M, it
can be concluded that P2M program has been able to provide enormous benefits to the
targeted audience which are D3 students as the target audience in this activity. The form
of training is a very effective form to provide additional knowledge that will be useful
when they have finished studying on campus.
1. Pendahuluan
Perkembangan internet saat ini adalah sangat pesat dimana hampir semua
informasi akan sangat mudah diperoleh. Internet saat ini tidak hanya digunakan sebagai
sumber informasi tetapi juga sebagai sarana komunikasi vital yang sangat dibutuhkan di
berbagai bidang termasuk di bidang bisnis. Bisnis melalui internet adalah salah satu
trend bisnis yang berkembang saat ini. Dengan melakukan bisnis via internet (bisnis
online) maka akan memperluas pangsa pasar tidak hanya ketergantungan terhadap area
penjualan seperti bisnis konvensional dengan membuka lapak atau toko di suatu daerah.
Pangsa pasar dari bisnis online akan jauh lebih luas karena orang-orang di seluruh
indonesia bahkan di dunia dapat mengakses internet sehingga produk yang ditawarkan
via internet akan jauh lbh mudah dan lebih laris.
Di Undiksha ada beberapa jurusan strata D3 yang berorientasi profesional,
antara lain: Teknik Elektro, Manajemen Informatika, Manajemen Perhotelan, Akuntasi,
Analis Kimia, Budidaya Kelautan, Bahasa Inggris, dan Bahasa Jepang. Alumni jurusan-
jurusan ini nantinya akan banyak berkerja dan berwirausaha di bidang swasta.
Pembekalan pengetahuan khusunya di bidang web ataupun blog sebagai media promosi
dan bisnis internet dipandang perlu untuk membantu mereka dalam menghadapi
persaingan global saat ini.
2. Sumber Inspirasi
Perkembangan sains dan teknologi saat ini tampaknya perlu disikapi dengan
bijak oleh siapapun. Jika tidak demikian, mereka akan ketinggalan langkah. Dampak
positif dari perkembangan sains dan teknologi dewasa ini, membuat masyarakat
menjadi termudahkan dalam segala hal. Contoh yang paling populer saat ini adalah
penggunaan pesawat HP. Dengan HP, kita dapat melakukan komunikasi dimana dan
kapanpun kita mau, asalkan di wilayah tersebut sudah ada stasiun yang menyediakan
jasa pelayanan dari provider yang digunakan. Demikian juga perusahaan yang bergerak
di bidang tersebut tidak ketinggalan mengembangkan servis pelayanan yang
memanjakan pelanggannya, sehingga pelanggannya tidak beralih ke jasa pelayanan
yang lainnya.
3. Metode
Metode yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah pelatihan terstruktur.
Maksud dari metode ini adalah metode ceramah, diskusi-informasi dan dilanjutkan
dengan pelatihan secara langsung di internet. Materi ceramah dan diskusi-informasi
dimaksudkan memberikan pengetahuan wawasan tentang internet serta peluang bisnis
4. Karya Utama
Pelaksanaan program pelatihan ini akhirnya memilih format pelaksanaan
langsung selama 6 jam dalam sesi satu hari, mengingat keterbatasan kesesuaian jadwal
antara jam kuliah mahasiswa D3 dan juga kegiatan di luar mereka. Pelaksanaan
kegiatan P2M ini dilakukan pada hari Minggu tanggal 16 September 2012 yang
dilaksanakan di Pusat Komputer, Universitas Pendidikan Ganesha.
Materi yang diberikan dibuat dalam bentuk modul yang kemudian akan
dibagikan pada saat pelatihan. Modul pelatihan dapat dilihat di lampiran laporan ini.
Tim tutor yang berjumlah 2 orang merupakan dosen yang memiliki latar
belakang pendidikan Informatika dan Ilmu Komputer. Tim tutor merupakan tenaga
yang kompeten dan profesional dalam bidang teknologi informasi (IT).
5. Ulasan Karya
Kegiatan P2M dibuka oleh wakil ketua P2M Dr. I Wayan Mudana, M.Sc yang
kebetulan bersedia hadir pada saat tersebut. Sesuai dengan rencana awal kegiatan
dilakukan pada hari Minggu tanggal 16 September 2012 yang bertempat di Pusat
Komputer, Universitas Pendidikan Ganesha. Pelaksanaan dihadiri oleh 18 peserta yang
berlatar belakang mahasiswa D3 se-Undiksha.
Keberhasilan pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini dilihat dari tolak ukur:
1. Respon dan aktivitas positif dari peserta pelatihan
Respons peserta dan aktivitas peserta pelatihan diukur melalui observasi selama
pelatihan berlangsung dimana mereka sangat aktif dalam bertanya dan terlihat
antusiasme mereka dalam mengikuti pelatihan.
2. Meningkatnya keterampilan peserta setelah mendapat pelatihan
6. Kesimpulan
Dari hasil evaluasi serta temuan-temuan yang kami peroleh selama pelaksanaan
kegiatan P2M ini, dapat kami simpulkan bahwa program P2M ini telah mampu
memberikan manfaat yang sangat besar dan tepat sasaran bagi khalayak anak-anak panti
asuhan yang menjadi khalayak sasaran dalam kegiatan ini. Bentuk pelatihan seperti ini
merupakan bentuk yang sangat efektif untuk memberikan penyegaran dan tambahan
wawasan serta pengetahuan baru di bidang teknologi informasi di luar proses
pembelajaran yang diterima di jurusan masing-masing.
Sesuai dengan hasil evaluasi respons yang telah dilakukan, kami menyarankan
hendaknya program-program pengabdian masyarakat seperti ini bisa dilaksanakan
secara reguler dan berkala, melihat tingkat kebutuhan yang sangat tinggi akan
pengenalan aplikasi-aplikasi komputer yang baru, dalam jangka waktu yang relatif
singkat mengikuti perkembangan teknologi secara global.
Oleh:
I Nyoman Sukarta, S.Pd., M.Si, dkk
RINGKASAN
Telah dilakukan kegiatan pengabdian pada masyarakat (P2M) dalam bentuk pelatihan
pembelajaran inovatif untuk meningkatkan profesionalisme guru-guru di SMP Negeri 2
Kubu Karangasem pada hari Sabtu tanggal 22 September 2012. Kegiatan yang
dilakukan dibagi dalam dua tahap yaitu dalam bentuk ceramah (pemberian teori)
tentang pembelajaran inovatif dan pelatihan (Prkatek) pembuatan rencana pelaksanaan
pembalajaran (RPP) yang dipandu langsung oleh instruktur Dr. A.A. I. Agung Rai
Sudiatmika, M.Pd. Setelah pelatihan diberikan baik teori dan prkatek terlihat bahwa
kemampuan dan keterampilan peserta yang dalam hal ini adalah guru-guru SMP Negeri
2 Kubu Karangasem mengalami peningkatan yang sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari
kemempuan peserta dalam merancang dan membuat RPP yang sudah baik,
dibandingkan dengan sebelumnya para peserta masih banyak yang belum memahami
model–model pembelajaran inovatif dan juga belum mampu pembuatan RPP yang
inovatif. Namun, setelah pelatihan diberikan para peserta menjadi lebih mengerti dan
sudah mampu dalam pembuatan RPP yang inovatif.
SUMMARY
A devotion activity of society ( P2M) in the form of study innovative training to
increase the teachers professionalism SMP Negeri 2 Kubu Karangasem have been done
at date of 22 September 2012. Activity divided into two session that is in the form of
discourse ( theory gift) about study innovative training and (practice) Making plan
execution study ( RPP) guided direct by instructor Dr. A.A. I. Agung Rai Sudiatmika,
M.Pd. After training given by theory and practice goodness seen by that competitor
skill and ability which in this case is teachers SMP N 2 Kubu experience of good
improvement. This matter is visible from ability competitor in design and make good
enough RPP, where previously all competitor not yet comprehended study innovative
models as well as not yet the making able to RPP which innovative. But, after training
given by all competitor become more understand and have able to in making RPP which
innovative.
1.2.Tujuan Kegiatan
Secara umum kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk
meningkatkan profesionalisme guru SMP Negeri 2 Kubu melalui pembelajaran
inovatif. Sedangkan secara spesifik tujuannya adalah sebagai berikut.
1) Meningkatkan pemahaman guru SMP Negeri 2 Kubu tentang pembelajaran inovatif
melalui pemberian teori pembelajaran inovatif.
2) Meningkatkan pemahaman guru SMP Negeri 2 Kubu tentang pembelajaran inovatif
melalui pemberian praktek pembelajaran inovatif.
1.3.Manfaat Kegiatan
Hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat ini akan memberikan kontribusi
positif dalam peningkatan profesionalisme guru SMP Negeri 2 Kubu. Secara
eksplisit manfaat kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1) Guru yang terlibat dalam kegiatan ini memperoleh tambahan wawasan tentang teori
dan cara merancang pembelajaran inovatif.
2) Praktek
Kegiatan ini merupakan lanjutan dari ceramah dan diskusi yang secara khusus
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru SMP Negeri 2 Kubu dalam
merancang pembelajaran inovatif. Kegiatan ini akan diisi dengan pelatihan
penyususnan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
mengimplementasikan pembelajaran inovatif. Kegiatan praktek akan dibimbing staf
dosen Undiksha yang ahli dalam pembelajaran.
2.3. KETERKAITAN
Kegiatan P2M ini melibatkan instansi Undiksha dan guru SMP Negeri 2 Kubu.
Kedua instansi yang terlibat ini mendapat keuntungan secara bersama-sama (mutual
benefit).
1) SMP Negeri 2 Kubu sebagai tempat pelaksanaan kegiatan akan menyediakan
SDM/guru yang akan dilatih. Dalam hal ini, SMP Negeri 2 Kubu akan memperoleh
manfaat dalam hal peningkatan kualitas SDM, terutama dalam bidang pembelajaran
inovatif.
2) Universitas Pendidikan Ganesha melalui Lembaga Pengabdian pada Masyarakat
berperan menyediakan dana, sehingga mendukung pelaksanaan dharma ketiga dari
tri Dharma Perguruan Tinggi.
Secara umum acara seminar berlangsung sangat baik dan kondusif. Di samping
itu acara pelatihan pembuatan RPP juga berlangsung sangat baik dan berkualitas cukup
baik. Hal ini terlihat dari terfokusnya perhatian peserta seminar pada topik seminar yang
di bawakan oleh nara sumbeer yaitu Dr. A.A. Istri Agung Rai Sudiatmika, M.Pd. Pada
sesi diskusi juga berlangsung sangat hangat. Hal ini terliahat dari banyaknya
perseta yang bertanya kepada narasumber yang berkaitan dengan pembelajaran inovatif.
Di awali oleh Bapak I wayan Punia, SPd yang menanyakan masalah langkah-langkah
pembelajaran dalam model pembelajaran Grup Investigation (GI), kemudian
dilanjutkan oleh Ibu Irma Melati yang menanyakan masalah pentingnya RPP, dan
kemudian disusul oleh Bapak Ngurah yang menanyakan masalah PTK dan Model
Pembelajaran Jigsaw. Semua pertanyaan yang ditujukan kepada narasumber dapat
dijawab dengan baik dan penanya merasa puas terhadap jawaban narasumber.
3.2. Pembahasan
Untuk dapat memahami konsep-konsep pembelajaran inovatif, para guru-guru
diberikan seminar tentang pembelajaran Inovatif dengan nara Dr. A.A. Istri Agung Rai
Sudiatmika, M.Pd. para peserta seminar mengikuti seminar denga tertib dan sangat
antusias dengan topik tentang model-model pembelajaran yang inovatif. Kegiatan
seminar dan diskusi berlangsung sangat menarik dan antusias peserta mengikuti
kegiatan ini sangat baik. Hal ini terlihat dari banyaknya peserta yang bertanya dan
mendidkusikan masalah-masalah yang dihadapi oleh guru selama mengajar. Setelah
acara seminar selesai, dilanjutkan dengan pelatihan pembuatan RPP yang inovatif yang
dilatih langsung oleh Dr. A.A. Istri Agung Rai Sudiatmika, M.Pd., I Made Suarsana,
S.Pd., M.Si, dan I Nyoman Sukarta, S.Pd., M.Si. Para peserta pelatihan sangat antusias
mengikuti pelatihan. Hal ini terlihat dari keseriusan para guru (peserta) dalam membuat
RPP dan banyaknya peseerta yang bertanya kepada instuktur tentang langkah-langkah
pembelajaran dan metode atau strategi apa yang cocok untuk topik yang mereka akan
4.2 Saran
Hal yang disarankan dari hasil kegiatan P2M ini, sebagai berikut
1) Penggunaan model-model pembelajaran inovatif perlu lebih dioptimalkan agar
konsep-konsep dasar khususnya sains yang bersifat abstrak dapat dengan mudah
dipahami oleh siswa.
2) Perlu dilaksanakan pelatihan model ini secara lebih intensif dengan melibatkan
pihak terkait seperti Dinas Pendidikan dan berkolaboratif dengan LPM dari suatu
perguruan tinggi tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.I. 1997. Strategi-Strategi Belajar terjemahan Mohamad Nur, Classroom
Instructional and Management. Surabaya: Unesa Surabaya
Cox, A.J. dan Junkin, W.F. 2002. Enhanched Student Learning in The Introductory
Physics Laboratory. Physics Education. 32 (1)
Euwe Van den Breg. 1991. Miskonsepsi Fisiska & Remidiasi. Salatiga: Universitas
Satya Wacana.
Gijselaers, W.H. 1996. Connecting Problem-Based Practice with Educational Theory.
New Direction for teaching and Learning. No. 68.
Oleh:
Made Diah Angendari, dkk
ABSTRAK
Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pelatikan
membuat kreasi benda funsioanal menggunakan kain flanel yang siap dijual dan
mampu menumbuhkan jiwa wirausaha serta untuk mengetahui tanggapan siswa Sekolah
Luar Biasa Bagian B terhadap pelatihan pembuatan kreasi benda fungsioal
menggunakan bahan kain flanel sekaligus menumbuhkan jiwa wirausaha.
Metode kegiatan pengabdian masyarakat ini menggunakan metode ceramah, demontrasi
langsung dipraktekkan oleh peserta, serta tanya jawab. Metode ceramah digunakan
untuk menyampaikan pengetahuan secara umum tentang kreasi produk fungsional dan
ABSTRACT
Community Service Event aims to give pelatikan make the creation of objects using
flannel funsioanal ready for sale and able to foster an entrepreneurial spirit as well as to
know the Extraordinary School student responses to Part B making training fungsioal
object creation using flannel material while fostering an entrepreneurial spirit.
This method of community service activities using lectures, demonstrations directly
practiced by the participants, as well as frequently asked questions. Lecture method is
used to convey the general knowledge about the creation of functional products and
flannel, flannel cloth which covers the history, uses flannel, flannel variety.
Demonstrations are used to provide direct skills of the creative process of making
functional products made from fabrics flnnel, the necessary equipment and materials
used in the manufacture of functional products. Questions and answers are used to
complement the things that have not been accommodated by the two methods above.
This training involves lecturers Family Welfare Department of Education in
collaboration with the School of Singaraja Extraordinary Part B involving student
elementary, middle and high school as the target subject.
Training results creations creation of functional objects can be declared successful
flannel. It can be seen from: (1) The presence of participants in accordance with the
target of 91% (20 out of 22 students) (2) otherwise excellent training results in
accordance with the analysis of performance assessment rubric. (3) The participants
were very enthusiastic about the training the views of the seriousness of the training, the
number of products made and try to make products with kresai respectively.
METODE PELAKSANAAN
a. Kerangka Pemecahan Masalah
Permasalahan yang ada pada berupa kondisi ekonomi Bangsa Indonesia saat ini,
bukanlah hal yang mudah untuk memperoleh pekerjaan, apalagi bagi anak-anak Sekolah
Luar Biasa Bagian B yang memiliki kekurangan fisik. Hal ini tentunya menjadi
permasalahan yang rumit, jika anak-anak SLB bagian B tersebut tidak dipersiapkan
untuk mencari peluang di dunia usaha, dengan kata lain berwirausaha mandiri.
Sedangkan di sekolah tersebut banyak terdapat alat-alat menjahit yang belum
dipergunakan secara optimal.
Akar dari permasalahan adalah siswa SLB Bagian B merupakan sekolah khusus
tunarungu dimana mereka cacat dalam hal pendengaran yang kebanyakan sulit untuk
mencari pekerjaan, dimana anak-anak tersebut belum pernah dilatih untuk membuat
kreasi benda fungsional, dan di sekolah tersebut sudah tersedia alat-alat menjahit yang
belum digunakan secara optimal.
Oleh karena itu sudah seharusnya perguruan tinggi melalui penerapan Dharma
ke 3 yaitu Pengabdian Pada Masyarakat memberikan kontribusi untuk memecahkan
persoalan tersebut. Realisasi pemecahan masalah terhadap kerangka pemecahan
masalah dilakukan melalui peningkatan ketrampilan dalam pelatihan pembuatan kreasi
b. Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran yang trategis untuk masalah ini adalah siswa Sekolah Luar
Biasa bagian B Singaraja, sebanyak 20 orang yang sedang mengenyam pendidikan SD
sebanyak 6 orang, SMP sebanyak 7 orang dan SMA 7 orang. Dipilihnya siswa
setingkat SMP dan SMA, sebab mereka tergolong usia yang sangat produktif baik
dilihat dari kecepatan kerja, kecepatan belajar, tingkat antusiasme, memilki daya
kreativitas yang tinggi, mereka sudah memiliki ketrampilan memadai untuk tumbuh
menjadi insan mandiri dan produktif.
Pelatihan ini melibatkan dosen Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
(Tata Busana) yang mengampu mata Kuliah Seni Kerajinan Tangan (SKT) di bantu oleh
guru-guru keterampilan dalam berkomunikasi dengan siswa. Bekerja sama dengan
Sekolah Luar Biasa Bagian B Singaraja yang melibatkan siswa SD, SMP dan
SMAsebagai subyek sasaran. Pengabdian ini dilakukan dalam upaya mengadakan
hubungan yang erat melalui pererapan disiplin ilmu khususnya dibidang Tata Busana.
Siswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan tentang pembuatan produk
kreasi fungsional berbahan baku kain flanel yang lebih berkualitas dan memiliki nilai
ekonomis yang lebih baik.
Tabel 3 Rekapitulasi data hasil kegiatan pembuatan kresai benda fungsional dari kain
flanel
No Perencanaan Proses Hasil Total
Peserta
1 4 3 4 11
2 4 4 4 12
3 3 4 3 10
4 3 3 3 9
5 4 4 4 12
6 3 4 4 10
7 4 3 4 11
8 4 3 4 11
9 4 4 4 12
10 3 4 3 10
11 3 3 3 9
12 4 4 4 12
13 3 4 4 10
14 4 3 4 11
15 3 3 4 10
16 4 4 4 12
17 3 4 4 11
18 4 4 4 12
19 4 4 3 11
Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat dikatakan dapat dikatakan bahwa pada
perencanaan pembuatan produk kreasi funsional dari kain flanel memperoleh
persentase 90% dalam kategori sangat baik, tahap proses pembuatan produk kreasi
benda funsional mencapai 90% dalam kategori sangat baik, dan pada tahap hasil
memperoleh persentase 93,8%. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembuatan produk kreasi
benda funsional dari kain flanel berhasil sesuai dengan harapan.
Sementara hasil kegiatan perkelompok yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu
kelompok SMA membuat tempat Hp, kelompok SMP membuat tempat pensil,
kelompok SD membuat gantungan kunci, jepitan rambut, ikat rambut, dan pembatas
buku. Berdasarkan evaluasi didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4 Rekapitulasi data hasil kegiatan pembuatan kresai benda fungsional (tempat
HP)
Berdasarkan data pada Tabel 4 dapat dikatakan dapat dikatakan bahwa pada
perencanaan pembuatan produk tempat Hp memperoleh persentase 89,9% dalam
kategori sangat baik, tahap proses pembuatan produk tempat Hp mencapai 85,7% dalam
kategori sangat baik, dan pada tahap hasil memperoleh persentase 92,9%. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pembuatan produk tempat Hp dari kain flanel berhasil sesuai
dengan harapan.
Sementara itu sebagian siswa (kelompok SMP) membuat produk tempat pensil
dari kain flanel. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan instruktur diperoleh hasil sebagai
yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Berdasarkan data pada Tabel 5 dapat dikatakan dapat dikatakan bahwa pada
perencanaan pembuatan produk tempat pensil memperoleh persentase 85,7% dalam
kategori sangat baik, tahap proses pembuatan produk tempat pensil mencapai 85,7%
dalam kategori sangat baik, dan pada tahap hasil memperoleh persentase 86,9%%. Jadi
dapat disimpulkan bahwa pembuatan produk tempat Hp dari kain flanel berhasil sesuai
dengan harapan.
Sedangkan kelompok siswa yang lainnya (kelompok SD) membuat produk
karet rambut, gantungan kunci dan jepit rambut dari kain flanel. Berdasarkan evaluasi
yang dilakukan instruktur diperoleh hasil sebagai yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Rekapitulasi data hasil kegiatan pembuatan kresai benda fungsional (gantungan
kunci, karet rambut, jepit rambut, pembatas kuku)
No Perencanaan Proses Hasil Total
Peserta
1 3 3 4 10
2 4 4 4 12
3 3 4 4 11
4 4 4 4 12
5 4 4 3 11
6 4 3 4 11
Total 22 22 23
% 91,7% 91,7% 95,8% 93,1%
Berdasarkan data pada Tabel 6 dapat dikatakan dapat dikatakan bahwa pada
perencanaan pembuatan produk gantungan kunci, jepit rambut, ikat rambut dan
pembatas buku memperoleh persentase 91,7% dalam kategori sangat baik, tahap proses
pembuatan produk gantungan kunci, jepit rambut, ikat rambut dan pembatas buku
mencapai 91,7% dalam kategori sangat baik, dan pada tahap hasil memperoleh
persentase 95,8%%. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembuatan produk gantungan
2. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kegiatan P2M yang telah dipaparkan pada hasil, bahwa
kegiaran pengabdian ini mendapat respon yang positif dari para peserta, guru-guru dan
kepala sekolah Luar Biasa Bagian B Singaraja, dimana para peserta sangat antusias
mengikuti kegiatan, dan hasilnya juga sangat baik, begitu juga dengan guru-guru yang
dengan senang hati membantu dalam proses awal sampai akhir.
Disisi lain masih ditemukan beberapa kendala dalam pelaksanaan, misalnya
menentukan waktu, karna pelatihan ini dijadwalkan hari karena hari Sabtu semua
siswa/kelas mendapatkan pelajaran keterampilan, sementara jadwal disekolah banyak
liburnya misalnya libur kenaikan kelas, libur hari raya Idul fitri, Libur galungan dan
Kuningan, perayaan 17 Agustus dan kegiatan-kegiatan lain yang diselenggarakan pada
hari Sabtu.
Produk kreasi benda fungsional yang dibuat sesuai dengan harapan, instruktur
menargetkan pembuatan tujuh benda fungsinal, dan target tersebut terpenuhi. Semua
benda fungsional yang diberikan dapat diselesaikan dengan baik. Adapun produk
fungsional tersebut adalah tempat Hp, tempat pensil, gantungan kunci, jepit rambut, ikat
rambut, pembatas buku, dan boneka.
Namun demikian, kerjasama yang proaktif antar siswa untuk meyelesaikan
setiap tugas seperti tempat Hp, tempat pensil, gantungan kunci, jepit rambut, ikat
rambut, pembatas buku, dan boneka, mereka kerjakan dengan penuh tanggung jawab.
Hal ini mengisyaratkan bahwa mereka sangat disiplin dengan waktu, walaupun mereka
memiliki kekurangan yaitu tidak bisa mendengan dan berbicara, tetapi mereka punya
semangat yang besar untuk belajar.
PENUTUP
1. Simpulan
Berdasarkan uraian pada hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpilkan
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan produk kreasi benda fungsional dari
kain flanel telah berhasil membuat tempat HP, tempat pensil, gantungan kunci, ikat
2. Saran
Kegiatan P2M di Sekolah Luar Biasa bagian B Singaraja, mendapat respon yang
positif, tentunya hal ini bisa ditindaklanjuti pada waktu berikutnya, dengan bidang-
bidang yang lain misalnya menjahit, pembuatan motif dengan teknik jumputan, dan juga
bidang tata rias, sehingga siswa memiliki ketrampilan yang mencukupi untuk bekal
hidupnya nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Imawati, Emi Risna. 2006. Aksesori & Perengkaan Anak Dari kain Felt. PT Gramnedia
Pustaka Utama: Jakarta.
Lunaya art. 15 April 2010.Petunjuk dasar Berkresai dengan Kain Flanel.
http://LunayaArtflanel.htm. Diakses 10 Desember 2011.
Mira. 9 September 2009. Kain Flanel atau Felt.
http://Kainflanel/sejarahflanel.htm. Diakses 10 Desember 2011.
Musdalifah. 2009. Pemberdayaan anak Jalanan Melalui program Life Skill Bidang
Busana. Artikel pada Prosiding Seminar Nasional Akselerasi Peningkatan
Kualitas Sumber Daya manusia melalui Pendidikan Kesejahteraan Keluarga.
UPI Bandung, 30 Oktober 2007.
Sulastiano, Harry. Seni dan Budaya. 2008. Grafindo Media Pratama. Jakarta.
Sunflo’s. 14 Agustus 2009. Gantungan Kunci Strawberry dari kain Flanel.
http://Kainflanel/GantunganKunciStrawberrydariKainFlanel.htm. Diakses 10
Desember 1011.
Schmidlen. Kain Flanel. http://KainFlanel.htm. Diakses 10 Desember 2011.
Rahayu, Endah. 2004. Membuat kreasi fungsional dari kain flannel. Kawan pustaka:
Jakarta.
Yuki. 2005. Terampil kriya, flannel. Puspa swara. Jakarta.
Oleh:
Made Windu Antara Kesiman, dkk
Jurusan Pendidikan Teknik Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan,
Universitas Pendidikan Ganesha, Jalan Udayana Singaraja Bali
email: dekndu@yahoo.com
Ringkasan Eksekutif
Tujuan dari pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini adalah untuk
meningkatkan keterampilan anak asuh dari panti asuhan se-Kecamatan Buleleng yang
sedang mengenyam bangku pendidikan SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi, dalam
penggunaan aplikasi Microsoft Power Point, dan untuk mengenalkan versi terbaru
Microsoft Power Point 2007 kepada anak asuh dari panti asuhan se-Kecamatan
Buleleng yang sedang mengenyam bangku pendidikan SMP, SMA maupun Perguruan
Tinggi, sehingga dapat memperkecil jurang kesenjangan antara tingkat keterampilan
anak asuh tersebut dengan kebutuhan dunia kerja yang nyata. Metode penerapan ipteks
yang dilakukan adalah berbentuk pelatihan pengenalan dan eksplorasi Microsoft Power
Point versi 2007. Kegiatan pelatihan keterampilan ditunjang dengan ceramah, tanya
jawab dan tentu saja praktek secara langsung di laboratorium komputer. Modul
pelatihan akan diberikan kepada peserta sebagai alat bantu dalam kegiatan praktek di
laboratorium. Dari hasil evaluasi serta temuan-temuan yang diperoleh selama
pelaksanaan kegiatan P2M ini, dapat disimpulkan bahwa program P2M ini telah mampu
memberikan manfaat yang sangat besar dan tepat sasaran bagi khalayak anak-anak panti
asuhan yang menjadi khalayak sasaran dalam kegiatan ini. Bentuk pelatihan seperti ini
merupakan bentuk yang sangat efektif untuk memberikan penyegaran dan tambahan
wawasan serta pengetahuan baru di bidang teknologi informasi di luar proses
pembelajaran yang diterima di sekolah masing-masing.
Executive Summary
Tabel 1 Data Anak Asuh pada Panti Asuhan di Kecamatan Buleleng berdasarkan
jenjang pendidikan (Dinas Sosial Kabupaten Buleleng,2009)
Jenjang Pendidikan (%)
No Nama Panti Alamat
SD SMP SMA Kuliah Kerja
Jl. Pulau Timor
1 P.A. Dana Punia 1.15 63.21 28.74 6.9 0
No.24 Singaraja
Jl. W.R. Supratman
2 P.A. Widya Asih III gang Undis 21.1 33.94 37.61 7.3 0
Singaraja
Jl. Nusa Indah No.
3 P.A. Simpang Tiga 36.27 22.72 15.9 20.45 4.5
14 B Singaraja
P.A.Udyana Jl. Dewi Sartika
4 0 41.18 58.82 0 0
Wiguna No.20 Singaraja
Jl.Veteran No.11
5 P.A. Bina Mulya 95 5 0 0 0
Singaraja
Jl. Melati No. 15
6 P.A. Al Khoirot 65.12 25.58 9.3 0 0
Singaraja
KULIAH KERJA
SMA 6% 1%
25% SD
36%
SMP
32%
2. Sumber Inspirasi
Sebagian besar sekolah menengah masih menggunakan Microsoft Office versi
2003. Para guru cenderung memberikan materi pengenalan aplikasi Microsoft Office
sesuai dengan versi aplikasi yang digunakan saat itu saja, tanpa adanya antisipasi jika
suatu saat nanti, siswa tersebut harus dihadapkan dengan versi terbaru dari Microsoft
Office yang belum pernah digunakan sebelumnya. Sementara itu, pihak Microsoft
3. Metode
Metode penerapan ipteks yang dilakukan adalah berbentuk pelatihan pengenalan
dan eksplorasi Microsoft Power Point versi 2007. Program pelatihan ini dilaksanakan
dengan metode ceramah dilanjutkan dengan praktikum secara langsung dengan
membuat contoh-contoh dokumen dari aplikasi Microsoft Power Point 2007. Kegiatan
pelatihan keterampilan akan ditunjang dengan ceramah, tanya jawab dan tentu saja
praktek secara langsung di laboratorium komputer. Modul pelatihan akan diberikan
kepada peserta sebagai alat bantu dalam kegiatan praktek di laboratorium.
4. Karya Utama
5. Ulasan Karya
Keberhasilan pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini dilihat dari dua
tolok ukur sebagai berikut :
1. Respons positif dari peserta pelatihan
Respons peserta pelatihan akan diukur melalui observasi selama pelatihan
berlangsung dan dengan memberikan kuesioner yang menyangkut kesan, saran,
kritik dan usulan peserta pelatihan terhadap program pengabdian masyarakat ini.
2. Meningkatnya keterampilan peserta setelah mendapat pelatihan
Keterampilan peserta pelatihan akan diobservasi saat pelatihan melalui
pemberian tugas-tugas tentang contoh aplikasi Microsoft Power Point 2007.
Selama pelaksanaan program pelatihan ini, mulai dari tahap persiapan sampai
pelaksanaannya, dapat disampaikan temuan-temuan sebagai berikut :
1. Antusiasme pihak pimpinan panti asuhan sangat tinggi, menyambut dengan baik
tawaran kerjasama sebagai mitra dalam program pengabdian masyarakat ini.
Pihak panti asuhan berharap program ini bisa dilaksanakan secara reguler dan
berkala di tahun-tahun selanjutnya.
2. Materi pelatihan yang diberikan sangat sesuai dengan level pembelajaran untuk
anak-anak panti asuhan, terlihat dari efektifitas dan tingkat kesulitan pengenalan
aplikasi baru yang tidak terlalu memberatkan bagi para peserta pelatihan. Materi
ini benar-benar memberikan penyegaran dan penambahan wawasan atas
program-program aplikasi di luar yang telah mereka dapatkan di sekolah
masing-masing.
3. Situasi dan kondisi pelatihan sangatlah kondusif dan memberikan kenyamanan
bagi peserta pelatihan. Hal ini tentu saja di dukung dengan fasilitas sarana dan
prasarana yang sangat memadai milik Jurusan Pendidikan Teknik Informatika,
Undiksha.
4. Potensi dan kemampuan pembelajaran dari anak-anak panti asuhan peserta
pelatihan terlihat baik, terbukti dari hasil observasi yang dilakukan selama
6. Kesimpulan
Dari hasil evaluasi serta temuan-temuan yang kami peroleh selama pelaksanaan
kegiatan P2M ini, dapat kami simpulkan bahwa program P2M ini telah mampu
memberikan manfaat yang sangat besar dan tepat sasaran bagi khalayak anak-anak panti
asuhan yang menjadi khalayak sasaran dalam kegiatan ini. Bentuk pelatihan seperti ini
merupakan bentuk yang sangat efektif untuk memberikan penyegaran dan tambahan
wawasan serta pengetahuan baru di bidang teknologi informasi di luar proses
pembelajaran yang diterima di sekolah masing-masing.
Sesuai dengan hasil evaluasi respons yang telah dilakukan, peserta menyarankan
hendaknya program-program pengabdian masyarakat seperti ini bisa dilaksanakan
secara reguler dan berkala, melihat tingkat kebutuhan yang sangat tinggi akan
pengenalan aplikasi-aplikasi komputer yang baru, dalam jangka waktu yang relatif
singkat mengikuti perkembangan teknologi secara global.
Oleh:
I Wayan Redhana, dkk
Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Undiksha
ABSTRAK
Tujuan kegiatan P2M ini adalah menghasilkan produk berupa artikel ilmiah
yang siap diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia (JPKimIa). Untuk
mencapai tujuan tersebut, dilakukan kegiatan pelatihan penulisan artkel ilmiah kepada
guru-guru kimia yang tergabung dalam MGMP Kimia Kabupaten Karangasem.
Kegiatan pelatihan yang dilakukan diawali dengan berkoordinasi dengan MGMP Kimia
Kabupaten Karangasem mengenai jadwal dan tempat pelaksanaan P2M, pelatihan
pencarian informasi atau browsing internet, pembekalan penulisan artikel ilmiah,
pelatihan menganalisis artikel, dan pembuatan artikel ilmiah. Kegiatan dirancang
selama satu bulan penuh dari tanggal 23 September sampai dengan tanggal 31 Oktober
2012 yang dilaksanakan di SMAN 1 Amplapura. Kegiatan pembekalan tentang
pencarian informasi atau browsing internet, penulisan proposal penelitian tindakan
kelas, penulisan artikel ilmiah, analisis artikel, dan pembuatan artikel ilmiah dilakukan
pada tanggal 23 Septermber 2012. Jumlah peserta yang hadir pada kegiatan pembekalan
tersebut ini sebanyak 16 orang dari 30 orang yang diundang. Pada pembekalan ini,
peserta sangat antusias bertanya, tidak saja berkaitan dengan artikel yang akan dibuat,
tetapi juga berkaitan dengan penelitian tindakan kelas. Setelah itu dilanjutkan dengan
penulisan artikel yang dibimbing oleh dosen-dosen yang terlibat dalam kegiatan P2M
ini. Penulisan artikel dilanjutkan di rumah masing-masing selama satu bulan. Selama
penulisan artikel ini, peserta dapat berkonsultasi melalui telepon atau email. Kemudian,
pada tanggal 31 Oktober 2012 peserta hadir membawa artikel yang telah dibuat dalam
kegiatan pembimbingan. Jumlah peserta yang hadir pada kegiatan ini sebanyak 11 orang
dari 30 orang yang diundang. Pada kegiatan ini peserta diberikan kesempatan untuk
menanyakan masalah-masalah yang dihadapi berkaitan dengan penulisan artikel.
Jumlah artikel yang dapat dikumpulkan pada kegiatan ini sebanyak enam buah artikel.
Namun, artikel ini masih perlu diperbaiki agar layak diterbitkan dalam JPKimIa.
A. Pendahuluan
Jabatan fungsional guru adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang
lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh
Pegawai Negeri Sipil. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
1) Berapa jumlah produk artikel ilmiah yang dapat dihasilkan oleh guru-guru kimia di
kabupaten Karangasem yang siap dipublikasikan dalam JPKimIa?
2) Bagaimana kualitas artikel ilmiah yang dihasilkan oleh guru-guru kimia di kabupaten
Karangasem?
B. Metode Kegiatan
1. Kerangka Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah di atas didekati dengan menggunakan kerangka berpikir,
seperti ditunjukkan di bawah. Masalah yang ada di lapangan diidentifikasi, kemudian
dirumuskan alternatif pemecahan masalahnya. Kemudian, dari alternatif pemecahan
masalah yang berhasil diidentifikasi, dipilih alternatif yang paling mungkin dan tepat
sasaran untuk mengatasi masalah yang ada. Setelah memilih alternatif yang paling
mungkin dan tepat sasaran, selanjutnya dirumuskan metode kegiatan/pelaksanaan
pemecahan masalah.
3. Keterkaitan
Kegiatan P2M ini sangat berkaitan dengan upaya pengembangan
profesionalisme guru-guru kimia (MGMP kimia kabupaten Karangasem). Dengan
kegiatan pelatihan ini, guru-guru kimia memiliki pengetahuan dan keterampilan
membuat artikel ilmiah sehingga hasil-hasil penelitian dan gagasan pemikirannya dapat
disebarluaskan kepada masyarakat ilmiah. Para pembaca dapat mengimplementasikan
hasil-hasil penelitian dan gagasan tersebut sehingga kualitas pendidikan yang
berlangsung menjadi lebih baik. Pada gilirannya nanti adalah peningkatan kualitas hasil
belajaran siswa.
d. Rancangan Evaluasi
Keberhasilan dari kegiatan pelatihan penulisan artikel ilmiah bagi guru-guru
kimia di kabupaten Karangasem dilihat dari kuantitas dan kualitas produk artikel ilmiah
yang dihasilkan dari kegiatan pelatihan tersebut. Tabel berikut menyajikan aspek yang
dievaluasi dan kriteria indikator pencapaian tujuan.
Jumlah peserta pelatihan sekitar tiga puluh orang guru kimia. Dengan asumsi setiap
guru kimia membuat satu artikel ilmiah, dengan demikian akan minimal akan ada 6
artikel yang siap dipublikasikan dalam JPKimIa. Sementara itu, untuk penilaian artikel
menggunakan rubrik. Rubrik ini dibuat dengan mengadaptasi rubrik yang
dikembangkan oleh tim pengelola Jurnal Ilmu Pendidikan (Universitas Negeri Malang).
2. Pembahasan
Guru-guru kimia sangat antusias mengikuti kegiatan P2M. Mereka merasa
memperoleh sesuatu yang baru. Namun, karena mereka tidak terbiasa menulis, mereka
sangat sulit menghasilkan tuulisan. Mereka dapat memahami materi yang diberikan
D. Penutup
1. Simpulan
Jumlah guru yang berpartisipasi pada pertemuan tanggal 23 September 2012 dan
31 Oktober 2012 masing-masing sebanyak sebanyak 16 orang dan 11 orang. Dari 11
orang guru yang hadir pada pertemuan kedua dapat diperoleh artikel sebanyak enam
buah, yang terdiri atas lima buah artikel pendidikan dan satiu artikel dalam bidang
2. Saran-saran
Guru-guru kimia hendaknya meningkatkan kualitas tulisannya dengan
meningkatkan frekuensi latihan menulis. Dengan cara itu, kualitas tulisan dapat
ditingkatkan. Selain, itu, guru-guru hendaknya banyak membaca referensi termasuk
hasil-hasil penelitian yang dilakukan orang lain agar dapat menghasilkan ide-ide
inovatif.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2010). Cara efektif mencari informasi di Google. Tersedia pada: http:
http://internet-marketing-gratis.blogspot.com/2010/06/cara-efektif-mencari-
informasi-di.html. Diakses pada tanggal 20 februari 2011.
Anonim. (2010). EYD terbaru (Permendiknas Nomor 46 Tahun 2009). Yogyakarta:
Pustaka Timur.
Chaer, A. (2011). Ragam bahasa ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 152/E/T/2012 tentang
Publikasi Karya Ilmiah.
Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia (2001). Alumni Jurusan Pendidikan Kimia
Undiksha.
Keduax (2011). Teknik Mencari Informasi di Google. Tersedia pada: http:
http://keduax.wordpress.com/2011/02/20/teknik-mencari-informasi-di-google.
Diakses pada tanggal 20 februari 2011.
Lima Adi Sekawan. (2009). EYD Pus. Jakarta: Limas.
Peraturan Menteri Negara Pendayaan Aparatur Negara Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Jabatan Angka Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Santoso, U. (2010). Kiat-kiat pemulisan artikel ilmiah dalam jurnal ilmiah
internasional. tersedia pada: http://uripsantoso.wordpress.com/2008/06/04.
Diakses tanggal 20 februari 2012.
Sugihastuti. (2000). Bahasa laporan penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Surat Edaran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan No. 152/E/T/2012 Tanggal 27 Januari 2012 tentang Publikasi
Karya Ilmiah.
Tanjung, H. B. N. & Ardial, H. (2010). Pedoman penulisan karya ilmiah dan
mempersiapkan diri menjadi penulis artikel ilmiah. Jakarta: Prenada Media
Group.
Oleh:
Dewa Bagus Sanjaya, dkk
ABSTRAK
Pengabdian ini bertujuan untuk: Mendiseminasi bahaya penyebaran HIV/AIDS
sebagai penyakit mematikan yang terus berkembang, khususnya kepada para
mahasiswa di Kabupaten Buleleng. Agar mahasiswa memproleh informasi yang lebih
komprehensif dalam menemukan, merumuskan, memecahkan, dan menanggulangi
permasalahan HIV/AIDS. Kegiatan P2M ini dilaksanakan dengan mempergunakan
metode ceramah, tanyajawab, dan diskusi Khalayak sasaran strategis dalam P2M ini
adalah para mahasiswa di Kabupaten Buleleng. Diseminasi program P2M ini diawali
dengan pengamatan real lapangan, dilanjutkan dengan identifikasi masalah, need
assessment, pelaksanaan langsung di lapangan, dan evaluasi kegiatan. Kabupaten
Buleleng di akhir bulan Agustus 2011 menembus angka 1.200 penderita. Bahkan
penyebaran virus mematikan tersebut kini bergeser dari Kecamatan Gerokgak ke
wilayah Kota Singaraja. Penyebaran keganasan virus HIV tersebut dari catatan Komisi
Penanggulangan Aids Daerah, KPAD Buleleng dan Yayasan Citra Usada Indonesia
(YCUI) merata di 9 Kecamatan di Kabupaten Buleleng. Kecamatan Buleleng berada di
bagian teratas dengan mencatat 280 penderita HIV/AIDS dan Kecamatan Gerokgak di
kedua dengan jumlah 208, serta Kecamatan Sawan diurutan ke tiga dengan jumlah
penderita mencapai 167. “Dalam jangka waktu sebulan terakhir, rata-rata di Buleleng
dari tiga kecamatan tercatat 58 warga yang sudah positif, termasuk satu orang yang
Pendahuluan
Kebijakan nasional penanggulangan HIV/AIDS menggarisbawahi kebutuhan
serangkaian program layanan yang komprehensif dan bermutu yang menjangkau luas
masyarakat dengan tujuan (a) mencegah dan mengurangi penularan HIV/AIDS, (b)
meningkatkan kualitas hidup Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), (c) mengurangi
dampak sosial dan ekonomi akibat HIV/AIDS pada individu. Kebijakan nasional juga
memberikan prioritas kepada program intervensi yang potensial efektif dengan biaya
yang dapat dijangkau. Program layanan yang komprehensif HIV/AIDS mencakup (a)
promosi dan pencegahan, (b) perawatan dukungan dan pengobatan, (c) pemberdayaan
sosial dan ekonomi, (d) penciptaan lingkungan fisik dan sosial yang kondusif terhadap
upaya penanggulangan, dan (e) penguatan kelembagaan. Program pencegahan transmisi
seksual dilakukan melalui promosi penggunaan kondom, pengobatan, dan Voluntary
Counseling and Testing).
Berbagai kebijakan dan program penanggulangan di atas HIV/AIDS telah
dilakukan namun, penyakit yang mematikan itu terus berkembang. Untuk itu
memerlukan perhatian semua pihak, terutama kalangan Perguruan Tinggi, salah satunya
Undiksha Singaraja. Melalui kesempatan ini kami ingin mengabdikan diri untuk
mendiseminasi bahaya HIV/AIDS kepada para mahasiswa perguruan tinggi yang ada di
Kabupaten Buleleng.
Penyebaran keganasan virus HIV tersebut dari catatan Komisi Penanggulangan
Aids Daerah, KPAD Buleleng dan Yayasan Citra Usada Indonesia (YCUI) merata di 9
Kecamatan di Kabupaten Buleleng. Kecamatan Buleleng berada di bagian teratas
dengan mencatat 280 penderita HIV/AIDS dan Kecamatan Gerokgak di kedua dengan
jumlah 208, serta Kecamatan Sawan diurutan ke tiga dengan jumlah penderita mencapai
167. “Dalam jangka waktu sebulan terakhir, rata-rata di Buleleng dari tiga kecamatan
Metode
Khalayak sasaran strategis dalam P2M ini adalah para mahasiswa di Kabupaten
Buleleng yang jumlahnya sebanyak 40 orang dengan rincian masing-masing universitas
sebagai berikut : mahasiswa Undiksha 20 orang, mahasiswa Panji Sakti 10 orang,
mahasiswa STIE Satya Dharma 5 orang, STIKES Majapahit 5 orang. Diseminasi
program P2M ini diawali dengan pengamatan real lapangan, dilanjutkan dengan
identifikasi masalah, need assessment, pelaksanaan langsung di lapangan, dan evaluasi
kegiatan. Kegiatan P2M ini dilaksanakan dengan mempergunakan metode ceramah,
tanyajawab, dan diskusi
Hasil
HIV (Human Imunodeficiensi Virus) adalah virus penyebab AIDS. Terdapat
dalam cairan tubuh pengidapnya seperti darah, air mani, atau cairan vagina. Pengidap
HIV akan tampak sehat sampai HIV menjadi AIDS dalam waktu 5-10 tahun kemudian.
Walaupun tampak sehat mereka dapat menular dengan HIV pada orang lain. AIDS
(Aquired immune Deficiency Syndrome) atau sindroma menurunnya kekebalan tubuh
yang disebabkan HIV sehingga tubuh tidak dapat memerangi penyakit.
Kabupaten Buleleng di akhir bulan Agustus 2011 menembus angka 1.200
penderita. Bahkan penyebaran virus mematikan tersebut kini bergeser dari Kecamatan
Gerokgak ke wilayah Kota Singaraja. Yang mengejutkan, tiga orang Waitress atau
pelayan Café serta seorang 'Dakocan' atau 'Dagang Kopi Cantik' positif tertular
penyakit mematikan ini. Penyebaran keganasan virus HIV tersebut dari catatan Komisi
Penanggulangan Aids Daerah, KPAD Buleleng dan Yayasan Citra Usada Indonesia
(YCUI) merata di 9 Kecamatan di Kabupaten Buleleng. Kecamatan Buleleng berada di
bagian teratas dengan mencatat 280 penderita HIV/AIDS dan Kecamatan Gerokgak di
kedua dengan jumlah 208, serta Kecamatan Sawan diurutan ke tiga dengan jumlah
penderita mencapai 167. “Dalam jangka waktu sebulan terakhir, rata-rata di Buleleng
dari tiga kecamatan tercatat 58 warga yang sudah positif, termasuk satu orang yang
sering mangkal di dagang patokan atau dakocan. Perkembangan terkini penyebaran
Simpulan
Kabupaten Buleleng telah mendapat pengaruh masuknya perilaku seks berresiko
tertular HIV/AIDS, antara lain dalam bentuk hubungan seks secara komersial, hubungan
seks ganti-ganti pasangan, dan hubungan seks pranikah yang makin meningkat.
Pengaruh ini terjadi karena secara ideologi masyarakat cenderung keliru dalam
menafsirkan makna ideologi rwa bhinneda. Akibatnya, sebagian masyarakat cenderung
pasrah menghadapi pengaruh nilai-nilai baru yang cenderung disalahartikan dari
kebebasan, individualisme, materialisme, sekulerisme, dan hedonisme yang dibawa oleh
globalisasi lewat kemajuan iptek di bidang informasi dan komunikasi. Kondisi ini
terjadi tidak bisa dilepaskan pula dari faktor rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
yang dinilai kurang mampu bernalar dengan baik dalam memilih nilai-nilai kebajikan
dan menjauhi nilai-nilai kebatilan. Penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten Buleleng tidak
memandang umur, kedudukan, pekerjaan dan lain-lain. Menanggulangi HIV/AIDS di
Kabupaten Buleleng sangat dibutuhkan adanya langkah konkrit dan terpadu dari
berbagai lini. Selain itu, sangat perlu mengembangkan program penanggulangan secara
komprehensif, terprogram, dan terukur. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah
Daftar Pustaka
Awi-Awig Desa Pakraman Tukadmungga
Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Nasional
KPAD Kabupaten Buleleng. 2011.
KPAD Kabupaten Badung. 2011
KPAD Kota Denpasar. 2011
Margi, I K. 2011. Pemertahanan Identitas Etnik dan Implikasinya terhadap Hubungan
Intern dan Interetnik di Desa Pengastulan, Buleleng, Bali. Disertasi (Tidak
dipublikasi) Denpasar: Pascasarjana UNUD
Perda Provinsi Bali No. 3 Tahun 2006. Tentang Penanggulangan HIV/AIDS
Sendratari, L.P. 2011. Membongkar Jaring Kuasa, Kekerasan, dan Resistensi di Balik
Perkawinan Ngemaduang (Poligami) di Desa Lokapaksa Buleleng, Bali. Disertasi
(Tidak dipublikasikan) Denpasar: Pascasarjana UNUD.
Oleh:
Tjok Rai Partadjaja, dkk
Universitas Pendidikan Ganesha
ABSTRAK
Kegiatan pengabdian pada msayrakat yang berbentuk pelatihan ini bertujuan untuk
melatihkan para guru BK kecamatan Sukawati Gianyar dalam menyusun rencana
pelayanan Bimbingan Konseling berbasis data AUM. Secara lebih rinci, kegiatan
pelatihan ini bertujuan: (1) melatihkan para peserta mengadministrasikan dan
menganalisis AUM, (2) menyusun RPP BK dan media BK berdasarkan hasil
identifikasi masalah siswa menggunakan AUM. Peserta kegiatan yang hadir sebanyak
18 orang dari 25 undangan guru BK di Kecamatan Sukawati Gianyar. Kegiatan
terlaksana di SMK N 1 Sukawati. Hasil kegiatan adalah (1) dikuasainya
pengadminitrasian dan analisis AUM oleh peserta kegiatan, (2) dimilikinya kemampuan
menyusun RPBK berbasis data alat ungkap masalah oleh para peserta kegiatan.
PENDAHULUAN
Bimbingan dan konseling merupakan layanan bantuan professional yang
dilaksanakan oleh ahli dalam bidang bimbingan konseling baik di sekolah maupun di
luar sekolah. Hal tersebut secara tegas disebutkan dalam SK Mendikbud No. 25/0/1995
tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya, bahwa “Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta
didik baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara
optimal dalam bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku”.
Agar tujuan Bimbingan dan Konseling tersebut di atas dapat tercapai, konselor
sekolah/guru pembimbing sebagai individu yang telah mendapatkan pendidikan
prajabatan di bidang bimbingan dan konseling dituntut untuk menguasai berbagai
METODE
Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah “Pelatihan.
Gambaran kegiatan yang dilaksanakan adalah: (1) Persiapan, memohon ijin pelaksanaan
kepada DISDIKPORA, MGP dan ABKIN Gianyar, dan mengadakan koordinasi dengan
ketua MGP dan Komda Abkin Gianyar dan LPM Undiksha; (2) Pelaksanaan, kegiatan
pelatihan ini terlaksana pada tanggal 14 september 2012. Kegiatan pembukaan yang
direncanakan akan dihadiri dan dibuka oleh KADISDIKPORA Gianyar, karena
kesibukan beliau maka dimandatkan kepada kepala SMK 3 Sukawati dan Juga
sambutan dari Ketua LPM Undiksha. Materi yang disajikan dalam kegiatan pelatihan ini
adalah (1) orientasi Program Bk yang Konfrehensif kepada Guru Pembimbing (konselor
Sekolah), (2) Komponen-komponen yang diperlukan dalam penyusunan RPBK yang
berbasis masalah siswa. Selanjutnya sesi tanya jawab untuk meningkatkan pemahaman
guru tentang RPBK dan program BK yang Konfrehensip, (3) pelatihan analisis AUM
dan pelatihan penyusunan RPBk berdasarkan hasil analisis AUM. Keberhasilan
kegiatan pelatihan ini akan dievaluasi melalui proses dilihat dari aktivitas peserta
mengkuti kegiatan pelatihan, dan hasil/produk melalui rancangan RPBK yang berhasil
disusun para peserta kegiatan pelatihan.
SIMPULAN
Simpulan yang dapat sampaikan dari kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut:
1. Antusiasme Para guru BK Kecamatan Sukawati Gianyar peserta pelatihan cukup
baik dalam mengikuti kegiatan pelatihan dari awal sampai akhir kegiatan.
2. Para guru peserta pelatihan memiliki pemahaman yang baik tentang
pengadminitrasian AUM, analisis AUM, dan Pemanfaatan hasil data AUM
dalam Pelayanan BK.
3. Para guru peserta pelatihan menghasilkan RPBK berbasis data AUM.
ABSTRAK
Tujuan pengabdian pada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan praktikum bidang IPBA (Astronomi) bagi guru-guru
SMP/SMA di Kota Singaraja dalam rangka mengantisipasi rendahnya prestasi belajar
IPBA siswa serta sebagai persiapan menuju olimpiade Astronomi.
Sasaran kegiatan adalah guru-guru SMP/SMA yang ada di Kota Singaraja.
Realisasi kegiatan dilakukan dengan memberikan ceramah dan pelatihan bertempat di
Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Pendidikan
Ganesha.
Hasil pelatihan menunjukkan bahwa secara umum pelaksanaan pelatihan
berjalan baik. Kegiatan pelatihan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam
melaksanakan praktikum dan mengobservasi objek langit malam; dapat meningkatkan
penguasaan materi IPBA dari kategori kurang (rata-rata pre test 47,5) menjadi baik
(rata-rata post test 70,5). Demikian pula, respon peserta adalah positif dan guru-guru
sangat antusias mengikuti pelatihan. Namun, dalam pelaksanaan praktikum hand on
dibutuhkan waktu lebih banyak, sehingga topik pelatihan praktikum perlu dibatasi.
Kepada pihak terkait disarankan agar dibentuk suatu wadah dimana para guru dapat
sharing pengetahuan tentang pengamatan langit malam dan pembahasan soal-soal
terkait dengan olimpiade astronomi.
1. PENDAHULUAN
Kabupaten Buleleng sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Bali, memiliki
visi dan misi pembangunan yang berorientasi pada sektor pariwisata, pertanian,
pendidikan, dan kesehatan. Pada sektor pendidikan, salah satu misi pembangunan
Kabupaten Buleleng adalah menjadikan Buleleng sebagai kota pendidikan. Realisasi
dari hal itu telah dituangkan dalam berbagai kebijakan daerah, antara lain dengan
memfasilitasi pembangunan lembaga pendidikan mulai dari jenjang taman kanak-kanak
(TK) sampai perguruan tinggi (PT).
Berdasarkan hasil survai oleh tim pelaksana, diperoleh gambaran bahwa salah
satu permasalahan yang saat ini dihadapi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng
adalah terbatasnya dana untuk melaksanakan program in-service training bagi para
guru. Di sisi lain, kualifikasi dan profesionalisme para tenaga pendidik (guru) yang ada
di Kabupaten Buleleng, khususnya guru bidang studi IPBA di SMP dan SMA banyak
yang belum sesuai dengan bidang tugasnya, termasuk pula masih kurangnya
kemampuan dan keterampilan-keterampilan profesional guru dalam mengajar IPBA.
C. Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran antara yang strategis dalam kegiatan ini adalah para guru
SMP/SMA di Kota Singaraja. Di sisi lain, permasalahan mendasar dan aktual yang
terjadi pada sektor pendidikan di Kabupaten Buleleng adalah rendahnya prestasi belajar
IPBA siswa SMP/SMA serta sebagai persiapan pembinaan menuju olimpiade
Astronomi. Permasalahan ini salah satunya disinyalir dapat diantisipasi dan dieliminir
melalui peningkatan kualitas penguasaan bidang IPBA bagi guru SMP/SMA, sehingga
sejak awal guru dapat mempersiapkan dan mengelola proses belajar mengajar dengan
lebih baik. Berdasarkan rasional tersebut, maka sasaran yang dipilih dipandang cukup
visibel dan prediktif bagi penyebarluasan informasi atau hasil dari kegiatan ini secara
berkelanjutan dan terstruktur
Jumlah guru yang akan dilibatkan adalah sebanyak 20 orang guru yang mengajar
IPBA (guru IPA dan Fisika) berasal dari 10 sekolah SMP/SMA yang ada di Kota
Singaraja. Penentuan subjek didasarkan pada proporsi jumlah guru per jenjang sekolah.
Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dengan sistem kader. Guru SMP/SMA perwakilan
yang ditunjuk akan diberikan pelatihan. Mereka yang dijadikan kader dipersyaratkan
agar mampu dan mau bekerja sama, serta dapat menyebarkan hasil kegiatan kepada
guru lainnya
Sesuai dengan metode kegiatan di atas, maka evaluasi akan dilaksanakan pada
awal, akhir dan selama pelaksanaan kegiatan (directed evaluation/ proccess evaluation).
Indikator yang digunakan sebagai parameter keberhasilan program ini adalah,
“terjadinya peningkatan penguasaan materi dan meningkatnya kemampuan guru dalam
melaksanakan praktikum astronomi dengan alat-alat sederhana secara hand on dan
dalam mengobservasi objek langit malam dengan menggunakan teleskop.” Untuk itu, di
awal dan di akhir kegiatan akan diberikan tes materi IPBA (Astronomi) dan tim tutor
akan mendampingi guru-guru saat pelatihan praktikum dengan alat-alat sederhana
maupun dengan menggunakan teleskop untuk mengobservasi objek menarik di langit
malam.
B. Pembahasan
Respon yang positif dari para guru untuk mengikuti pelatihan praktikum IPBA
menuju olimpiade Astronomi bagi guru-guru SMP/SMA di Kota Singaraja
menunjukkan bahwa kemampuan dan keterampilan guru dalam melakukan praktikum
IPBA memang sudah merupakan kebutuhan mendesak. Diadakannya olimpiade
Astronomi seiap tahun sekali menyebabkan para guru harus mampu mengikuti
perkembangan keilmuan itu sendiri agar mampu memberikan yang terbaik bagi sekolah
dan siswanya.
Fasilitas laboratorium yang tersedia di sekolah-sekolah akan dapat dimanfaatkan
secara lebih optimal bila didukung oleh kemampuan SDMnya. Dengan kemampuan
melakukan praktikum, menggunakan teleskop, dengan penguasaan materi dan
pengetahuan mengenai langit malam, serta dengan pemahaman mengenai teleskop, para
DAFTAR PUSTAKA
Oleh:
I Wayan Treman, dkk
Jurusan Pendidikan Geografi
FIS Udiksha
ABSTRAK
Pelatihan penggunaan Global Positioning System (GPS) dan Surfer bagi guru-
guru Geografi SMP se-kecamatan Nusa Penida dilaksanakan di SMP N 2 Nusa Penida.
Kegiatan tersebut bertujuan memberi pembekalan keterampilan tentang penggunaan
GPS dan Surfer dan mengetahui nilai kebermanfaatan pelatihan untuk pemetaan
sebagai media digital bagi guru-guru Geografi. Pemecahan masalah dilakukan melalui
beberapa tahapan yaitu observasi, pemberian materi, pelatihan penggunaan GPS,
analisis Surfer, pembuatan peta kontur 2 dimensi dan model medan 3 dimensi yang
akhirnya digunakan sebagai media pembelajaran geografi. Berdasarkan hasil tes
keterampilan menunjukkan bahwa penggunaan alat GPS dan Surfer untuk pemetaan
sebagai media digital bagi guru-guru Geografi dengan kualifikasi 25% sangat mampu
dan 75% kategori mampu. Keterampilan pembuatan peta kontur 2 dimensi dan model
medan 3 dimensi menggunakan GPS dan Surfer sebagai media digital bagi guru-guru
Geografi tergolong kategori mampu. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil dari lay out
(komposisi) peta, perpaduan warna, pemilihan simbol dan pemanfaatan informasi peta
dengan benar sesuai dengan kaidah kartografi.
1. PENDAHULUAN
Objek materiil studi geografi adalah fenomena geosfer yang meliputi litosfer,
hidrosfer, atmosfer dan biosfer. Keseluruhan dari objek tersebut terjalin dalam konteks
keruangan, kelingkungan dan kompleks wilayah, tidak hanya mampu mengiventarisasi
peubah-peubah terukur geosfer, tetapi juga mampu memberikan analisis dan sintesis
bahkan klasifikasi dan evaluasi pembagian geosfer atas dasar potensi pengembangannya
(Sugeng Martopo, 1988). Kajian fenomena Geosfer tersebut terdapat di permukaan
bumi, maka untuk mempelajarinya diperlukan gambaran bumi yang diperkecil sehingga
dapat diamati seluruh daerah yang akan dikaji. Sehubungan dengan hal tersebut, peta
merupakan sarana utama dalam mengkomunikasikan fenomena geosfer yang tampak
dipermukaan bumi secara menyeluruh baik fisik maupun sosial ekonomi.
Dalam meriilkan suatu pelajaran dan mengurangi verbalisme dalam proses
pembelajaran maka perlu pengadaan media pembelajaran. Peta merupakan media yang
sangat penting dalam pengajaran geografi, mengingat peta merupakan penyajian visual
dari permukaan bumi sedangkan permukaan bumi adalah objek dari geografi yang
berorientasi keruangan. Penggunaan media secara kreatif dapat memungkinkan siswa
belajar lebih banyak, mencamkan materi yang telah dipelajari dengan baik dan
meningkatkan efisiensi dan efektifitas belajar (Oemar Hamalik, 1988).
Peta menggambarkan natural dan artificial feature, yang didapat dari hasil
pengukuran di permukaan bumi. Pengukuran langsung di lapangan seperti
menggunakan alat theodolith, waterpass dan kompas sering disebut pengukuran
terestris. Sedangkan pengukuran yang berbasis satelit misalnya menggunakan Global
Positioning System ( GPS) dan GLONASS disebut dengan pengukuran Extraterestris.
Pengukuran terestris sudah biasa dilakukan dalam perpetaan. Namun sejalan dengan
perkembangan sistem informasi dan teknologi pengukuran extraterestris yang paling
banyak diaplikasikan dan paling populer adalah GPS, karena dapat menyajikan data
dengan cepat, mencakup wilayah yang sangat luas dan lebih praktis karena diolah
dengan komputer dengan program software tertentu sehingga hasil pemetaan tersebut
sangat baik digunakan sebagai media pembelajaran guru-guru Geografi di SMP.
2. PEMBAHASAN
a. Pelatihan Penggunaan GPS dalam menentukan titik posisi dasar.
Penggunaan GPS dalam penentuan posisi absolut/diffrential positioning
berdasarkan atas jumlah satelit/kekuatan sinyal yang diterima, lokasi, distribusi satelit
dan lama pengamatan. Posisi yang didapat adalah 3 dimensional, tinggi yang diberikan
adalah tinggi ellipsoid berdasarkan datum WGS 84. Akurasi dan presisi data yang dapat
dihasilkan ditentukkan dengan DoP (Dilution of Presicision) dan EPE (Estimated
Position Error) pada setiap pengamatan.
GPS disetting menggunakan koordinat UTM untuk dapat menentukan titik
posisi sutu tempat dengan 3 Dimensi yang dicatat dalam X sebagai lintang/Northing,
bujur/Easting dan ketinggian/Altitude dicatat sebagai data dasar. Hal tersebut dilakukan
secara berpindah-pindah pada daerah sekitar yang akan dipetakan. Angka yang
ditujukkan oleh masing-masing titik posisi akan berbeda. Semakin banyak titik posisi
yang diukur semakin detail gambaran 2 dimensi dan 3 dimensi yang dihasilkan. Berikut
disajikan gambar GPS dengan data titik posisi yang sudah siap dibaca sebagai berikut
X Y Z
9100223 290794 380
9100095 290789 378
9100072 290700 383
9100020 290744 393
9099985 290720 390
9100031 290657 366
9100004 290839 407
9100066 290967 394
9100211 291125 402
9100189 291085 392
9100345 291023 388
9100091 291362 382
9100266 291242 417
9099857 291343 365
9099836 291530 388
9099798 291010 399
9099761 290978 405
9099761 290891 440
9099565 291060 430
9099521 291101 343
9099441 291156 469
9099449 291147 466
9099388 291225 465
9099354 291095 473
9099270 291056 492
9099331 291097 460
9099181 291146 471
9099174 291183 485
9099056 291240 477
9098917 291235 490
9099739 291287 557
9098909 291355 512
9099006 291153 511
9098998 291113 505
9098866 291032 514
9098871 291029 513
9098826 291032 514
9098914 290667 509
9099555 290671 523
b. Pembuatan peta Kontur 2 Dimensi dan Model Medan Dimensi dengan Surfer
Program Surfer digunakan untuk pembuatan peta kontur 2 dimensi dengan
tampilan menu utama yaitu Worksheet, Plot dan Editor. Worksheet digunakan untuk
memasukkan data dalam lembar kerja data. Plot untuk menampilkan peta kontur 2
Dimensi dan model medan 3 dimensi. Editor sebagai menu editing terhadap grid dan
informasi peta yang tersedia.
Data titik posisi dasar yang didapat dari GPS akan dimasukkan pada lembaran
kerja dan disimpan dalam file tertentu. Dilanjutkan dengan proses plot dan edit. Sebagai
produk akhir adalah dalam wujud peta kontur 2 dimensi dan model medan 3 dimensi
suatu wilayah.
Berdasarkan hasil penilaian lay out peta kontur 2 Dimensi dan model medal 3
Dimensi secara rata-rata dinyatakan mencapai kualifikasi mampu. Secara keseluruhan
peserta pelatihan mampu menganalisis surfer dengan baik. Hal tersebut didukung oleh
kemampuan keterampilan komputer yang sudah cukup bagus dari masing-masing
peserta. Produk akhir dari pelatihan ini dapat ditunjukkan peta kontur 2D dan model
medan 3D sebagai berikut
Kesimpulan
a. Keterampilan penggunaan alat GPS dan Surfer untuk pemetaan sebagai media digital
bagi guru-guru Geografi SMP se- Kecamatan Nusa Penida, dengan kualifikasi 25%
sangat mampu dan 75% kategori mampu. Kenyataan ini ditunjukkan oleh
kemampuan mengoperasikan GPS untuk menentukan lokasi global berbasis satelit
dan analisis Surfer pada komputer dilakukan dengan baik, berdasarkan hasil tes
keterampilan.
b. Keterampilan pembuatan peta kontur 2 dimensi dan model medan 3 dimensi
menggunakan GPS dan Surfer sebagai media digital bagi guru-guru Geografi SMP
di Kecamatan Nusa Penida tergolong kategori mampu. Hal tersebut dapat dilihat dari
hasil dari lay out (komposisi) peta, perpaduan warna, pemilihan simbol dan
pemanfaatan informasi peta dengan benar sesuai dengan kaidah kartografi. Namun
perlu lagi ditingkatkan untuk kesempurnaan.
Saran