Anda di halaman 1dari 6

OBJEK I

THE JEWISH MUSEUM BERLIN

Informasi Umum

LOKASI : Berlin, Jerman


LUAS : 15.500 m2
ARSITEK : Daniel Libeskind
Tahun Proyek : 1999

The Jewish Museum atau Museum Yahudi merupakan salah satu hasil dari sayembara anonim
pemerintah Berlin yang dimenangkan oleh Daniel Libeskind pada tahun 1988. The Jewish
Museum rancangan Daniel Libeskind merupakan ekspansi dari eksisting Museum Yahudi
yang ada di sebelahnya. Tujuan utama diadakannya sayembara tersebut adalah untuk
menghadirkan kembali eksistensi para Yahudi yang merupakan bagian dari Berlin setelah
perang dunia kedua. Rancangan Libeskind dipilih sebagai juara utama karena dinilai dapat
merancang suatu konsep yang menakjubkan untuk merepresentasikan gaya hidup orang
yahudi selama sebelum, sesaat, dan sesudah holocaust melalui rancangan yang formal
sekaligus radikal.

CULTURAL CONTEXT DALAM PERANCANGAN

3 konsepsi dasar perancangan museum:


1. Ketidakmampuan untuk memahami sejarah kompleks Berlin tanpa mengakui kontribusi
besar kaum yahudi ke Jerman dalam bidang budaya, ekonomi, dan intelektual.
2. Perlunya integrasi antara makna holocaust secara fisik maupun spiritual ke dalam kota
Berlin
3. Mengakui hilangnya kehidupan orang yahudi di Berlin agar sejarah Berlin dan Eropa
dapat memiliki masa depan yang lebih baik dan manusiawi.
Oleh karena itu, The Jewish Museum karya Libeskind memiliki tujuan untuk mengenang
tragedi Holocaust yang menimpa kaum yahudi, sekaligus untuk merayakan kebebasan mereka
setelah mengalami tragedi mengenaskan tersebut. dalam rancangan The Jewish Museum
banyak digunakan simbol-simbol metafora yang memiliki makna tertentu, diambil dari
berbagai kisah dan sudut pandang Libeskind mewakili perasaan dan realita yang dihadapi
kaum Yahudi pada saat dan sesudah tragedi Holocaust terjadi. Makna filosofis tersebut
dihadirkan dalam konsep massing, fasad, hingga penataan ruang, sehingga The Jewish
Museum dapat merepresentasikan Holocaust, dengan anggapan bahwa kerjadian tersebut
merupakan salah satu bagian dari sejarah kelam Jerman yang patut diingat hingga saat ini
agar tidak terulang kembali di masa yang akan datang.

1. MASSING CONCEPT : BETWEEN THE LINES (GERMAN-ESS & JEWISH-


NESS)

“The official name of the project is ‘Jewish Museum’ but I have named it ‘Between the
Lines’ because for me it’s about two lines of thinking, organization and relationship. One is a
straight line, but broken into many fragments, the other thing is a tortuous line, but continuing
indefinitely” - Daniel Libeskind, 1938

Bentuk dasar The Jewish Musem diambil 2 macam garis, yaitu:


1. Garis lurus : merepresentasikan Jerman
2. Garis Zig-zag : merepresentasikan orang yahudi, garis zig-zag diambil dari fragmentasi
“The Star of David”, lambang agama yahudi.

Pada bagian yang merupakan pertemuan garis lurus dan zig-zag saling berpotongan, terbentuk
void mass dari lantai dasar hingga atap. ekspresi ini digunakan untuk menceritakan gaya
hidup orang yahudi sebelum, ketika, dan sesudah Holocaust terjadi. Sementara, void mass
yang terbentuk memiliki makna filosofis yang mengekspresikan hilangnya kemanusiaan
selama holocaust terjadi.
3. FASAD
a. Pemilihan Material : History-based
Material utama bangunan menggunakan material beton cast-in-place. Kemudian,
seluruh bagian fasad dilapisi dengan zinc cladding. Kedua material tersebut dipilih
karena memiliki nilai lokalitas karena keduanya memiliki sejarah pankang dalam
sejarah arsitektur di Berlin.

b. Ornamen Fasad : Maps to Berlin, in which have scars.


Ornamen pada fasad ditampilkan melalui pola strip windows yang tersebar pada
seluruh bagian fasad. pola garis-garis tidak beraturan yang ada pada fasad museum
dirancang berdasarkan makna filosofis yang merepresentasikan Berlin.

Kulir bangunan yang terbuat dari beton berbalut zinc panel pada seluruh bagiannya
merupakan perumpamaan wujud sejarah Berlin di masa lalu. Sementara, ornamen
strip windows yang ada pada kulit bangunan sebenarnya adalah sebuah peta. Pola
yang terbentuk diambil dari matrix yang terbuat dari gabungan pemetaan alamat
rumah tokoh-tokoh Jerman dan Yahudi selama perang Berlin. Diantaranya: Heinrich
von Kleist, Heinrich Heine, Mies van der Rohe, Rahel Varnjagen, Walter Benjamin,
dan Arnold Schonberg.

Pola tidak beraturan yang akhirnya hadir sebagai suatu fragmentasi pada kulit
bangunan yang berbalut material mengkilap, beraturan, dan kokoh tersebut kemudian
dimaknai sebagai bentuk perwujudan realita bahwa tragedi holocaust yang banyak
mengorbankan kaum Yahudi tersebut bagaikan “luka” yang ada dalam sejarah Berlin.

4. PENATAAN RUANG
a. Enterance : Disconnected & connected
Seperti yang diketahui, Museum Yahudi yang dirancang oleh Libeskind merupakan
ekspansi dari eksisting yang ada di sebelahnya. Dari segi fasad, terdapat perbedaan
yang signifikan antara bangunan eksisting dengan bangunan yang baru. Bangunan
eksisting menggunakan langgam Baroque, sementara museum yang baru
menggunakan langgam post-modern. sehingga, dari segi eksterior, kedua bangunan
tersebut terlihat seperti dua bangunan yang berbeda dan tidak saling berhubungan
satu sama lain.

Namun, Meskipun fasad antara eksisting dengan museum baru begitu berbeda
hingga terlihat seperti dua bangunan yang tidak berhubungan satu sama lain, hal
tersebut berlawanan dengan fakta yang sebenarnya. Kedua bangunan saling
berhubungan satu sama lain, dan satu-satunya enterance Museum Yahudi yang baru
ada berada di dalam bangunan eksisting. Sehingga, para pengunjung harus masuk ke
dalam museum eksisting terlebih dahulu jika ingin mengakses The Jewish Museum
yang baru.
Kontradiksi eksterior eksisting dengan museum baru yang seperti memisahkan
kedua bangunan sebagai 2 entitas yang berbeda, namun disisi lain, terdapat koneksi
tersembunyi yang menunjukkan bahwa sebenarnya kedua bangunan saling
berhubungan merupakan penggambaran dari kompleksitas hubungan Jerman
dengan kaum Yahudi.

“The contradictory autonomy of both the old building and the new building on the
surface, while binding the two together in the depth time of time and space” –
Daniel Libenski

LIST REFERENSI

https://issuu.com/margotshafran/docs/jewish_museum_berlin_analysis. 14/09/2021. 21:30


https://www.archdaily.com/91273/ad-classics-jewish-museum-berlin-daniel-libeskind.
12/09/2021 15.00
https://libeskind.com/work/jewish-museum-berlin/. 14/09/2021. 22:22
https://issuu.com/stephenandenmatten/docs/casestudy. 14/09/2021 22:37
https://www.jmberlin.de/en/libeskind-building#:~:text=The%20building%20zigzags%20with
%20its,to%20recount%20German%2DJewish%20history. 15/09/2021 23:08

Anda mungkin juga menyukai