Anda di halaman 1dari 18

PENDEKATAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :Pendidikan Multikultural
Prodi :.Manajemen pendidikan islam Semester : .......6......
Dosen Pengampu : Liah Siti Syarifah, S. Pd. I., M. Pd

Disusun Oleh :
AHMAD MUHAJIRIN

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) ”SYAMSUL ULUM”


GUNUNG PUYUH KOTA SUKABUMI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendekatan Pendidikan Multikultural ” tepat
waktu. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah “Pendidikan Multikultural ”.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Liah Siti Syarifah, S. Pd. I., M. Pd. selaku dosen
mata kuliah ‘Pendidikan Multikultural” atas bimbingan dan pengarahannya selama
penyusunan makalah ini. Serta pihak-pihak yang telah membantu dan tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
saya sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya
untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi pembaca
umumnya.

Sukabumi ,5 Juni 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................I
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................III
A. Latar Belakang......................................................................................................................III
B. Rumusan Masalah................................................................................................................III
C. Tujuan penulisan..................................................................................................................IV
1. Mengetahui bagaimana Sejarah pendidikan multicultural?....................................................IV
2. Mengetahui pengertian, konsep, hakikat dan tujuan pendidikan multikultural?....................IV
3. Mengetahui Metode dan Pendekatan Pendidikan Multikultural?...........................................IV
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pendidikan multicultural?.........................................IV
BABII PEMBAHASAN..........................................................................................................................V
A. Pengertian Sejarah Pendidikan Multikultural........................................................................V
B. Pengertian pendidikan multikultural....................................................................................VI
C. Pendekatan Pendidikan Multikultural.................................................................................VII
D. Metode dan Pendekatan Pendidikan Multikultural..............................................................XI
E. Pendekatan-pendekatan yang mungkin bisa dilakukan di dalam pendidikan kultural:.......XII
BAB III PENUTUP............................................................................................................................XIV
A. Kesimpulan.........................................................................................................................XIV
B. Penutup...............................................................................................................................XV
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................XVI

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia modern seperti saat ini, perkembangan kebudayaan antar suatu
bangsa kian meningkat. Selain dari terjadinya perkembangan, terjadi pula
persaingan antar budaya dimana antar budaya bangsa tersebut saling
mempengaruhi. Sehingga dengan keadaan seperti itu perlu adanya pemahaman
terhadap budaya-budaya yang saling mempengaruhi. Salah satu cara pemahaman
terhadap adanya akulturasi budaya yaitu Multikultur atau lebih terkhusus pada
Pendidikan Multikultur. Dengan adanya pendidikan multikultur inilah kita dapat
memahami tentang keragaman budaya yang ada di dunia serta pengaruh-
pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat global. Adapun yang menjadi dasar
adanya pendidikan multikultural yaitu adanya nilai kesadaran akan arti penting
dari keragaman budaya sehingga perlu adanya pembelajan mengenai hal tersebut
sedangkan salah satu yang menjadi tujuan dari pendidikan multkultural yaitu
perkembangan literasi etnis dan budaya masyarakat globab pada umumnya.
Namun sebelum membahas tentang apa arti dan bagaimana cara penerapan
atau pembelajaran multikultural tersebut, perlu adanya pemahaman terlebih
dahulu mengenai teori dan pendekatan terhadap pendidikan multikultural itu
sendiri. Sehingga pada kesempatan ini kami dari kelompok IV akan membahas
mengenai teori dan pendekatan pendidikan multikultural.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, masalah yang akan di
bahas adalah sebagai berikut:
1. Sejarah pendidikan multicultural?
2. Apa itu pengertian, konsep, hakikat dan tujuan pendidikan multikultural?
3. Bagaimana Metode dan Pendekatan Pendidikan Multikultural?
4. Apa kelebihan dan kekurangan pendidikan multicultural?

3
C. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, terdapat tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui bagaimana Sejarah pendidikan multicultural?

2. Mengetahui pengertian, konsep, hakikat dan tujuan pendidikan multikultural?

3. Mengetahui Metode dan Pendekatan Pendidikan Multikultural?

4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pendidikan multicultural?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sejarah Pendidikan Multikultural


Dalam sejarahnya, pendidikan multikultural sebagai sebuah konsep atau
pemikiran tidak muncul dalam ruangan kosong, namun ada interes politik, sosial,
ekonomi dan intelektual yang mendorong kemunculannya. Wacana pendidikan
multikultural pada awalnya sangat bias Amerika karena punya akar sejarah dengan
gerakan hak asasi manusia (HAM) dari berbagai kelompok yang tertindas di negeri
tersebut. Banyak lacakan sejarah atau asal-usul pendidikan multikultural yang
merujuk pada gerakan sosial Orang Amerika keturunan Afrika dan kelompok kulit
berwarna lain yang mengalami praktik diskriminasi di lembaga-lembaga publik
pada masa perjuangan hak asasi pada tahun 1960-an.
Di antara lembaga yang secara khusus disorot karena bermusuhan dengan ide
persamaan ras pada saat itu adalah lembaga pendidikan. Pada akhir 1960-an dan
awal 1970-an, suara-suara yang menuntut lembaga-lembaga pendidikan agar
konsisten dalam menerima dan menghargai perbedaan semakin kencang, yang
dikumandangkan oleh para aktivis, para tokoh dan orang tua. Mereka menuntut
adanya persamaan kesempatan di bidang pekerjaan dan pendidikan. Momentum
inilah yang dianggap sebagai awal mula dari konseptualisasi pendidikan
multikultural.
Secara generik, pendidikan multikultural memang sebuah konsep yang dibuat
dengan tujuan untuk menciptakan persamaan peluang pendidikan bagi semua siswa
yang berbeda-beda ras, etnis, kelas sosial dan kelompok budaya. Salah satu tujuan
penting dari konsep pendidikan multikultural adalah untuk membantu semua siswa
agar memperoleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam
menjalankan peran-peran seefektif mungkin pada masyarakat demokrasi-pluralistik
serta diperlukan untuk berinteraksi, negosiasi, dan komunikasi dengan warga dari
kelompok beragam agar tercipta sebuah tatanan masyarakat bermoral yang berjalan
untuk kebaikan bersama.

Beberapa aspek yang menjadi kunci dalam melaksanakan pendidikan


multikultural dalam struktur sekolah adalah tidak adanya kebijakan yang
5
menghambat toleransi, termasuk tidak adanya penghinaan terhadap ras, etnis dan
jenis kelamin. Juga, harus menumbuhkan kepekaan terhadap perbedaan budaya, di
antaranya mencakup pakaian, musik dan makanan kesukaan. Selain itu, juga
memberikan kebebasan bagi anak dalam merayakan hari-hari besar umat beragama
serta memperkokoh sikap anak agar merasa butuh terlibat dalam pengambilan
keputusan secara demokratis.

B. Pengertian pendidikan multikultural


Pengertian Pendidikan Multikultural Menurut James. A. Banks Pendidikan
multikultural adalah konsep, ide atau falsafah sebagai suatu rangkaian kepercayaan
(set of believe) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman
budaya dan etnis di dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas
pribadi, kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun
negara. Secara umum pendidikan multicultural mempunyai arti:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan dan


mengembangkanpotensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,akhlak mulia dan keterampilanyang
diperlukan dirinya,masyarakat,bangsa dan Negara.Memandu (artinya
mengidentifikasi dan membina) dan memupuk (artinya mengembangkan dan
meningkatkan) potensi-potensi siswa secara utuh;

Multikultur adalah berbagai macam status social budaya meliputi latar


belakang, tempat, agama, ras, suku dll.

Jadi pendidikan multicultural adalah usaha sadar untuk mengembangkan


kepribadian didalam dan diluar sekolah yang mempelajari tentang berbagai macam
status sosial, ras, suku, agama agar tercipta kepribadian yang cerdas dalam
menghadapi masalah-masalah keberagaman budaya.

Para ahli juga mempunyai pendapat lain tentang definisi pendidikan


multicultural, antara lain:

Nieto (1992) menyebutkan bahwa pendidikan multibudaya adalah


pendidikan yang bersifat anti rasis; yang memperhatikan ketrampilan-ketrampilan
dan pengetahuan dasar bagi warga dunia; yang penting bagi semua murid; yang

6
menembus seluruh aspek sistem pendidikan; mengembangkan sikap, pengetahuan,
dan ketrampilan yang memungkinkan murid bekerja bagi keadilan sosial; yang
merupakan proses dimana pengajar dan murid bersama-sama mempelajari
pentingnya variabel budaya bagi keberhasilan akademik; dan menerapkan ilmu
pendidikan yang kritis yang memberi perhatian pada bangun pengetahuan sosial
dan membantu murid untuk mengembangkan ketrampilan dalam membuat
keputusan dan tindakan sosial.

Menurut Sosiolog UI Parsudi Suparlan,Pendidikan Multikulturalis adalah


pendidikan yang mampu menjadi pengikat dan jembatan yang mengakomodasi
perbedaan-perbedaan termasuk perbedaan kesukubangsaan dan suku bangsa dalam
masyarakat yang multikultural. Perbedaan itu dapat terwadahi di tempat-tempat
umum, tempat kerja dan pasar, dan sistem nasional dalam hal kesetaraan derajat
secara politik, hukum, ekonomi, dan sosial.

Gibson(1984) mendefinisikan bahwa pendidikan multikultural adalah suatu


proses pendidikan yang membantu individu mengembangkan cara menerima,
mengevaluasi, dan masuk ke dalam sistem budaya yang berbeda dari yang mereka
miliki.

C. Pendekatan Pendidikan Multikultural


Dengan adanya teori-teori yang diperkenalkan oleh beberapa ahli tersebut,
maka diperlukan adanya sebuah pendekatan tentang pendidikan multikultural.
Beberapa pendidikan tersebut berupa:
1) Pendekatan Historis
Pendekatan ini mengandaikan bahwa materi yang diajarkan kepada
pembelajar dengan menengok kembali ke belakang. Maksudnya agar
pebelajar dan pembelajar mempunyai kerangka berpikir yang komplit
sampai ke belakang untuk kemudian mereflesikan untuk masa sekarang atau
mendatang. Dengan demikian materi yang diajarkan bisa ditinjau secara
kritis dan dinamis.
2) Pendekatan Sosiologis
Pendekatan ini mengandaikan terjadinya proses kontekstualisasi atas apa
yang pernah terjadi di masa sebelumnya atau datangnya di masa lampau.

7
Dengan pendekatan ini materi yang diajarkan bisa menjadi aktual, bukan
karena dibuat-buat tetapi karena senantiasa sesuai dengan perkembangan
zaman yang terjadi, dan tidak bersifat indoktrinisasi karena kerangka
berpikir yang dibangun adalah kerangka berpikir kekinian. Pendekatan ini
bisa digabungkan dengan metode kedua, yakni metode pengayaan.
3) Pendekatan Kultural
Pendekatan ini menitikberatkan kepada otentisitas dan tradisi yang
berkembang. Dengan pendekatan ini pembelajar bisa melihat mana tradisi
yang otentik dan mana yang tidak. Secara otolatis pebelajar juga bisa
mengetahui mana tradisi arab dan mana tradisi yang datang dari islam.
4) Pendekatan Psikologis
Pedekatan ini berusaha memperhatikan situasi psikologis
perseorangan secara tersendiri dan mandiri. Artinya masing-masing
pembelajar harus dilihat sebagai manusia mandiri dan unik dengan karakter
dan kemampuan yang dimilikinya. Pendekatan ini menuntut seorang
pebelajar harus cerdas dan pandai melihat kecenderungan pembelajar
sehingga ia bisa mengetahui metode-metode mana saja yang cocok untuk
pembelajar.
5) Pendekatan Estetik
Pendekatan estetik pada dasarnya mengajarkan pembelajar untuk
berlaku sopan dan santun, damai, ramah, dan mencintai keindahan. Sebab
segala materi kalau hanya didekati secara doktrinal dan menekan adanya
otoritas-otoritas kebenaran maka pembelajar akan cenderung bersikap kasar.
Sehingga mereka memerlukan pendekatan ini untuk mengapresiasikan
segala gejala yang terjadi di masyarakat dengan melihatnya sebagai bagian
dari dinamika kehidupan yang bernilai seni dan estetis.
6) Pendekatan Berprespektif Gender

Pendekatan ini mecoba memberikan penyadaran kepada pembelajar


untuk tidak membedakan jenis kelamin karena sebenarnya jenis kelamin
bukanlah hal yang menghalangi seseorang untuk mencapai kesuksesan.
Dengan pendekatan ini, segala bentuk konstruksi sosial yang ada di sekolah
yang menyatakan bahwa perempuan berada di bawah laki-laki bisa
dihilangkan.

8
Hernandez dalam bukunya yang berjudul “Multicultural Education: A
Teacher’s Guide to Content and Process” menyebutkan bahwa Sleeter dan Grant,
dua orang guru pendidikan multikultural (multicultural education’s “gurus”)
mengemukakan ada lima pendekatan pendidikan multikultural.

1. Pendekatan pertama
menurut analisis Sleeter dan Grant, disebut pendekatan “teaching the
culturally different” (mengajar mereka yang berbeda budaya). Maksudnya
mengajarkan kebudayaan tertentu kepada mereka yang tidak berkebudayaan seperti
itu, atau yang berlainan budaya. Dalam hal ini yang menjadi sasaran pendidikan
multikultural adalah orang-orang yang tergolong minoritas, mereka yang
jumlahnya sangat sedikit, yang hidup di lingkungan mayoritas, yang jumlahnya
jauh lebih banyak, yang mempunyai kebudayaan yang berbeda dari yang mayoritas
itu.
Tujuan (isi) pendidikan multikultural dalam hal ini adalah mengajari
mereka (kaum minoritas tersebut) kebudayaan kelompok mayoritas, sehingga
mereka memiliki kompetensi (pengetahuan, nilai, dan kecakapan lain) dari
kebudayaan mayoritas tersebut. Jadi, tujuan mendasar pendidikan multikultural
menurut pendekatan ini adalah agar kaum minoritas bisa hidup sesuai dengan
budaya mayoritas.
2. Pendekatan kedua
pendekatan “human relations” (hubungan insani, pergaulan
kemasyarakatan). Sasaran pendidikan multikultural dengan pendekatan ini adalah
mereka yang hidup dalam lingkungan sosial tempat banyak terjadi kontak
(hubungan sosial) antar budaya (“intercultural contact”). Maksudnya, di dalam
masyarakat itu banyak terjadi kontak sosial antar warga yang beragam etnis dan
budayanya. Oleh karena itu, menurut pendekatan ini, pendidikan multikultural akan
sangat tepat diselenggarakan di perkotaan besar di mana warganya terdiri dari
berbagai etnis, dan yang dalam kehidupan kesehariannya akan memunculkan
beragam kontak budaya.
Tidak dijelaskan oleh Sleeter dan Grant apa isi atau bentuk pendidikan
multikultural dengan pendekatan ini. Namun demikian dpat diduga bahwa isinya
adalah saling mempelajari budaya-budaya yang berbeda tersebut agar satu sama
lain saling mengakui, saling memahami, dan saling menghargai.

9
3. Pendekatan ketiga
Menurut Sleeter dan Grant, disebut pendekatan “kajian etnis” (“ethnic
studies”). Konkritnya (penjelasan dari Penulis) ada bidang studi atau mata pelajaran
yang berbunyi “Kajian etnis dan budaya Cina-Amerika, “Kajian etnis dan budaya
Afro-Amerika,” ada pula “Kajian etnis dan budaya kulit hitam,” dan sebagainya.
Yang menjadi sasaran pendidikan mutikultural ini siapa saja yang berminat
tentangnya, dan tujuannya adalah mengenalkan budaya-budaya khas tertentu.
Kelemahannya adalah dapat terjadi ada murid yang mempelajari budayanya sendiri
(kulit hitam mempelajari budaya kulit hitam). Jarang terjadi murid mempelajari
budaya orang (etnis) lain.
4. Pendekatan keempat
Agak “antik” namanya, karena disebut dengan “pendidikan multikultural.”
(“Antik” karena pendidikan multikultural, pendekatannya juga pendidikan
multikultural). Yang menjadi sasaran pendekatan ini adalah semua murid (bukan
hanya yang berminat seperti pada pendekatan ketiga). Agar mudah memahami
pendekatan ini, Penulis tambahkan paparan berikut.
Dengan pendekatan ini, semua murid, tanpa kecuali, mempelajari berbagai
ragam kebudayaan (“multi cultures“). Jadi, isi pendidikan multikultural ini adalah
multikultur, karenanya disebut “pendekatan pendidikan multikultural”. Tujuan
pendekatan ini adalah mengedepankan hak asasi manusia (semua orang mempunyai
hak-hak secara kodrati sebagai manusia yang harus diperlakukan secara
manusiawi), menghargai perbedaan (bahwa adanya perbedaan etnis dan budaya
tidak harus menjadikan sesuatu pihak menganggap diri lebih tinggi dan
menganggap yang lain lebih rendah), dan tanggap serta mau ikut terlibat mengatasi
masalah-masalah kesetaraan (kesejajaran kemanusiaan kendati berbeda ras, warna
kulit, dan budaya).
5. Pendekatan kelima
Versi Sleeter dan Grant disebut dengan pendekatan “education that is
muticultural and socially reconstructive” (pendidikan yang bersifat multikultural
dan yang merekonstruksi tatanan kemasyarakatan). “Merekonstruksi” maksudnya
menata ulang, menyusun ulang, atau membangun kembali (merubah yang ada
menjadi berbeda).

10
Tanpa menjelaskan apa penjelasan Sleeter dan Grant mengenai pendekatan
ini, Westmeier (penulis artikel yang Penulis–Tatang M. Amirin–kutip ini,
mengangap pendekatan ini jauh lebih baik dan tepat untuk menggambarkan apa
sebenarnya pendidikan multikultural. Pertama, katanya, karena sebutan pendidikan
yang bersifat multikultural lebih tepat dan benar dibandingkan dengan sebutan
pendidikan multikultural. Dengan sebutan pendidikan yang bersifat multikultural
menunjukkan keharusan (idealnya) “pendidikan multikultural” itu merambah
masuk ke seluruh isi kurikulum (bidang studi). “Pendidikan multikultural” tidak
lagi hanya sekedar bagian dari “pendidikan IPS.” Jadi, mata pelajaran bahasa, seni,
matematika, IPA dan lain-lain harus menjadi bagian dari kurikulum pendidikan (di
sekolah atau lembaga pendidikan formal) yang isinya bersifat multikultural.\

D. Metode dan Pendekatan Pendidikan Multikultural


Sebagai sebuah konsep yang harus dituangkan ke dalam sistem kurikulum,
biasanya pendidikan multikultural secara umum digunakan metode dan pendekatan
(method and approaches) yang beragam. Adapun metode yang dapat digunakan
dalam pendidikan multikultural adalah sebagai berikut:

I. Metode Kontribusi
Dalam penerapan metode ini pembelajar diajak berpartisipasi dalam
memahami dan mengapresiasi kultur lain. Metode ini antara lain dengan
menyertakan pembelajar memilih buku bacaan bersama, melakukan
aktivitas bersama. Mengapresiasikan even-even bidang keagamaan maupun
kebudayaan yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Pebelajar bisa
melibatkan pembelajar didalam pelajaran atau pengalaman yang berkaitan
dengan peristiwa ini. Namun perhatian yang sedikit juga diberikan kepada
kelompok-kelompok etnik baik sebelum dan sesudah event atau signifikan
budaya dan sejarah peristiwa bisa dieksplorasi secara mendalam.
II. Metode Pengayaan
Materi pendidikan, konsep, tema dan perspektif bisa ditambahkan
dalam kurikulum tanpa harus mengubah struktur aslinya. Metode ini
memperkaya kurikulum dengan literatur dari atau tentang masyarakat yang
berbeda kultur atau agamanya. Penerapan metode ini, misalnya adalah

11
dengan mengajak pembelajar untuk menilai atau menguji dan kemudian
mengapresiasikan cara pandang masyarakat tetapi pembelajar tidak
mengubah pemahamannya tentang hal itu, seperti pernikahan, dan lain-lain.\
III. Metode Transformatif
Metode ini mengintegrasikan metode transformasi dengan aktivitas
nyata dimasyarakat, yang pada gilirannya bisa merangsang terjadinya
perubahan sosial. Pembelajar tidak hanya dituntut untuk memahami dan
membahas isu-isu sosial, tapi juga melakukan sesuatu yang penting
berkaitan dengan hal itu.
Metode ini memerlukan pembelajar tidak hanya mengeksplorasi dan
memahami dinamika ketertindasan tetapi juga berkomitmen untuk membuat
keputusan dan mengubah sistem melalui aksi sosial. Tujuan utama metode
ini adalah untuk mengajarkan pembelajar berpikir dan kemampuan
mengambil keputusan untuk memberdayakan mereka dan membantu
mereka mendaptkan sense kesadaran dan kemujaraban berpolitik.

E. Pendekatan-pendekatan yang mungkin bisa dilakukan di dalam pendidikan


kultural adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Historis
Pendekatan ini mengandaikan bahwa materi yang diajarkan kepada
pembelajar dengan menengok kembali ke belakang. Maksudnya agar
pebelajar dan pembelajar mempunyai kerangka berpikir yang komplit
sampai ke belakang untuk kemudian mereflesikan untuk masa sekarang atau
mendatang. Dengan demikian materi yang diajarkan bisa ditinjau secara
kritis dan dinamis..
2. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan ini mengandaikan terjadinya proses kontekstualisasi atas
apa yang pernah terjadi di masa sebelumnya atau datangnya di masa
lampau. Dengan pendekatan ini materi yang diajarkan bisa menjadi aktual,
bukan karena dibuat-buat tetapi karena senantiasa sesuai dengan
perkembangan zaman yang terjadi, dan tidak bersifat indoktrinisasi karena
kerangka berpikir yang dibangun adalah kerangka berpikir kekinian.
Pendekatan ini bisa digabungkan dengan metode kedua, yakni metode
pengayaan.

12
3. Pendekatan Kultural
Pendekatan ini menitikberatkan kepada otentisitas dan tradisi yang
berkembang. Dengan pendekatan ini pembelajar bisa melihat mana tradisi
yang otentik dan mana yang tidak. Secara otolatis pebelajar juga bisa
mengetahui mana tradisi arab dan mana tradisi yang datang dari islam.
4. Pendekatan Psikologis
Pedekatan ini berusaha memperhatikan situasi psikologis
perseorangan secara tersendiri dan mandiri. Artinya masing-masing
pembelajar harus dilihat sebagai manusia mandiri dan unik dengan karakter
dan kemampuan yang dimilikinya. Pendekatan ini menuntut seorang
pebelajar harus cerdas dan pandai melihat kecenderungan pembelajar
sehingga ia bisa mengetahui metode-metode mana saja yang cocok untuk
pembelajar.
5. Pendekatan Estetik
Pendekatan estetik pada dasarnya mengajarkan pembelajar untuk
berlaku sopan dan santun, damai, ramah, dan mencintai keindahan. Sebab
segala materi kalau hanya didekati secara doktrinal dan menekan adanya
otoritas-otoritas kebenaran maka pembelajar akan cenderung bersikap kasar.
Sehingga mereka memerlukan pendekatan ini untuk mengapresiasikan
segala gejala yang terjadi di masyarakat dengan melihatnya sebagai bagian
dari dinamika kehidupan yang bernilai seni dan estetis.
6. Pendekatan Berprespektif Gender
Pendekatan ini mecoba memberikan penyadaran kepada pembelajar
untuk tidak membedakan jenis kelamin karena sebenarnya jenis kelamin
bukanlah hal yang menghalangi seseorang untuk mencapai kesuksesan.
Dengan pendekatan ini, segala bentuk konstruksi sosial yang ada di sekolah
yang menyatakan bahwa perempuan berada di bawah laki-laki bisa
dihilangkan.
bagi guru dalam melaksanakan tugas pembina, bagi siswa yang menjadi
pedoman dalam merencanakan dan mengikuti program ekstrakurikuler, bagi
administrator mempermudah dalam memberikan dukungan sarana dan prasarana
yang diperlukan dan bagi kepala sekolah mempermudah dalam mengadakan
supervisi.[12]

13
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum pendidikan multicultural mempunyai arti: Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan dan mengembangkanpotensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,akhlak mulia dan
keterampilanyang diperlukan dirinya,masyarakat,bangsa dan Negara.Memandu (artinya
mengidentifikasi dan membina) dan memupuk (artinya mengembangkan dan
meningkatkan) potensi-potensi siswa secara utuh; Multikultur adalah berbagai macam
status social budaya meliputi latar belakang, tempat, agama, ras, suku dll.

Para ahli juga mempunyai pendapat lain tentang definisi pendidikan multicultural,
antara lain: Nieto (1992) menyebutkan bahwa pendidikan multibudaya adalah pendidikan
yang bersifat anti rasis; yang memperhatikan ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan
dasar bagi warga dunia; yang penting bagi semua murid; yang menembus seluruh aspek
sistem pendidikan; mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang
memungkinkan murid bekerja bagi keadilan sosial; yang merupakan proses dimana
pengajar dan murid bersama-sama mempelajari pentingnya variabel budaya bagi
keberhasilan akademik; dan menerapkan ilmu pendidikan yang kritis yang memberi
perhatian pada bangun pengetahuan sosial dan membantu murid untuk mengembangkan
ketrampilan dalam membuat keputusan dan tindakan sosial.

Dalam hal ini yang menjadi sasaran pendidikan multikultural adalah orang-orang
yang tergolong minoritas, mereka yang jumlahnya sangat sedikit, yang hidup di
lingkungan mayoritas, yang jumlahnya jauh lebih banyak, yang mempunyai kebudayaan
yang berbeda dari yang mayoritas itu.

Tujuan pendekatan ini adalah mengedepankan hak asasi manusia (semua orang
mempunyai hak-hak secara kodrati sebagai manusia yang harus diperlakukan secara
manusiawi), menghargai perbedaan (bahwa adanya perbedaan etnis dan budaya tidak harus

15
menjadikan sesuatu pihak menganggap diri lebih tinggi dan menganggap yang lain lebih
rendah), dan tanggap serta mau ikut terlibat mengatasi masalah-masalah kesetaraan
(kesejajaran kemanusiaan kendati berbeda ras, warna kulit, dan budaya).

B. Penutup
Demikian makalah ini kami susun, kami menyadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kami senantiasa mengharapkan saran maupun kritik yang
konstruktif dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sutarno. 2007. Pendidikan Multikultural. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi


Departemen Pendidikan Nasional.

Meiseri,Putri.2012.TeoriPendidikanMultikultural.
https://putrimayseri.wordpress.com/2012/11/30/4/. Diakses tanggal 12 Maret 2015,
pukul 19.45 WIB.

Arifatul, Rifki. 2009. Pendidikan Multikultural. http://rifkiarifatul.blogspot.com/. Diakses


tanggal 12 Maret 2015, pukul 20.00 WIB.devi , noviana, rezki.2014. makalah
observasipengelolaanekstrakurikuler
Mahfud Choirul,2011,”Pendidikan Multikultural,penerbit pustaka pelajar.
Plampang Andi. 2010. Metode dan Pendekatan Pendidikan Multikultural.
https://andiplampang.wordpress.com/2010/12/09/metode-dan-pendekatan-pendidikan-
multikultural/

Mangun Tatang Amirin. 2009. Pendekatan-Pendekatan dan Langkah-Langkah Pendidikan


Multikultural.

17

Anda mungkin juga menyukai