Oleh:
Dosen Pembimbing:
PROGRAM PASCASAJANA
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah dengan
judul “Perspektif Filsafat Pendidikan Islam Tentang Pendidikan Multikultural”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat
Pendidikan Islam. Saya menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini
banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca umumnya. Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
tetap kami nantikan demi kemajuan penulisan makalah berikutnya.
i
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
BAB II................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 2
A. Defenisi Pendidikan Multikultural ......................................................................... 2
B. Urgensi Pendidikan Multikultural .......................................................................... 5
C. Pendidikan Multikultural Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam ................. 8
D. Implementasi Pendidikan Multikultural Dalam Pendidikan ................................ 11
BAB III ............................................................................................................................. 14
PENUTUP ........................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Paulo Freire, Politik Pendidikan: Kebudayaan, Kekuasaan, dan Pembebasan, Terj. Agung
Prihantoro (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 19.
2
L.H Ekstrand, Multicultural Education dalam Lawrence J.Saha, International Encyclopedia of
the Sociology of Education, (New york: Pergamon, 1997), h. 345-346.
2
mempunyai makna budaya, tradisi, kesopanan atau pemeliharaan.
3
humanis dan pluralis dalam lingkungan mereka.5
4
sekolah kepada para peserta didiknya.
5
Namun, lebih dari itu yakni terciptanya kondisi yang
nyaman, damai, toleran dalam kehidupan masyarakat, dan tidak
selalu muncul konflik yang disebabkan oleh perbedaan budaya dan
SARA. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa hasil pendidikan
multikultural tidak bisa diukur oleh waktu tertentu. Maka, di
Indonesia sudah saatnya memberikan perhatian besar terhadap
pendidikan multikultural. Secara tidak langsung, hal itu dapat
memberikan solusi bagi permasalahan sosial dimasa mendatang.
6
salah satu landasan pengembangan kurikulum. Ki Hajar
Dewantara menyatakan kebudayaan merupakan faktor penting
sebagai akar pendidikan suatu bangsa. Kebudayaan merupakan
totalitas cara manusia hidup dan mengembangkan pola
kehidupannya sehingga ia tidak saja menjadi landasan dimana
kurikulum dikembangkan tetapi menjadi target hasil
pengembangan kurikulum. Dalam buku yang berjudul
Sociocutural Origins of Achievment, Maehr (1974) mengatakan
keterkaitan kebudayaan dan bahasa, kebudayaan dan persepsi,
kebudayaan dan kognisi, kebudayan dan keinginan berprestasi,
serta kebudayaan motivasi berprestasi, merupakan factor-faktor
yang berpengaruh terhadap siswa.
Studi Webb (1990) dan Burnet (1994) menunjukkan bahwa
proses belajar siswa yang dikembangkan melalui budaya
menunjukkan hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, sudah saatnya
untuk memperhitungkan faktor kebudayaan sebagai landasan
dalam menentukan komponen tujuan, materi, proses, evaluasi,
kegiatan belajar siswa. Konsekuensinya pengembang kurikulum
ditingkat pusat, daerah, dan sekolah harus memanfaatkan
kebudayaan sebagai landasan kurikulum secara lebih sistematis.
Indonesia adalah negara kaya budaya seperti dinyatakan
dalam motto nasional Bhineka Tunggal Ika. Oleh sebab itu proses
pengembangan kurikulum harus memperhatikan keragaman
kebudayaan yang ada, seharusnya di Indonesia harusnya memakai
pendekatan multicultural sebagai pengembang kurikulum.
Menurut UU nomor 22 tahun 1999 dan No. 32/2004 tentang
otonomi daerah tidak akan secara langsung menjadikan
pendidikan multicultural berlaku dalam pengembangan kurikulum
di Indonesia.
7
Dalam masyarakat multikultural ditegaskan corak
masyarakat Indonesia yang beragam bukan hanya dimaksudkan
pada keanekaragaman suku bangsa, melainkan juga
keanekaragaman budaya yang ada pada masyarakat. Eksistensi
keragaman budaya tersebut tampak dalam sikap saling
menghargai, menghormati, toleransi antara budaya satu dengan
lainnya. Dalam konteks ini ditegaskan, bahwa perbedaan bukan
menjadi penghalang untuk bersatu mewujudkan cita-cita dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara sebagimana termaktub dalam
UUD 1945 dan Pancasila.
8
Islam sangat menghargai adanya perbedaan yang ada
dalam masyarakat. Perbedaan yang ada tidak justru menjadi api
dalam mengobarkan kekerasan, tetapi perbedaan itu justru
dijadikan sebagai alat untuk saling mengenal lebih dekat.
Pendidikan Islam didasari suatu pemikiran, bahwa ilmu adalah
milik Allah, maka pendidikan Islam juga berasal dari Allah. Allah
adalah pendidik yang pertama dan utama (Al-Faatihah: 2) dan
juga sebagai pengajar pertama (Al-Baqarah: 31). Ayat- ayat ini
menjadi sandaran teologis, bahwa pendidik yang sebenarnya itu
adalah Allah, sedangkan peserta didiknya adalah seluruh
makhluk-Nya. Semuanya harus tunduk pada tatanan atau aturan
yang telah ditetapkan. Dia lah Pemilik ilmu yang sebenarnya,
yang tersebar di seluruh jagat alam raya ini. Sedangkan
pengetahuan yang dimiliki manusia hanyalah “pemberian” dari
Allah, baik langsung maupun melalui proses, baik secara historis-
teologis eskatologi maupun kausalitas. (Muzaki & Tafsir, 2018).
9
hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengembangkan
dan meningkatkan sistem pendidikan dan kegiatan belajar-
mengajar di Indonesia.
b. Sebagai pendekatan pendidikan; yaitu penyelenggaraan dan
pelaksanaan pendidikan yang kontekstual, memperhatikan
keragaman budaya Indonesia. Karena nilai budaya diyakini
akan mempengaruhi pandangan, keyakinan, dan perilaku
individu (pendidik dan peserta didik), serta mempengaruhi pula
struktur pendidikan di sekolah (kurikulum, pedagogi dan faktor
lainnya).
c. Bidang kajian dan bidang studi; yaitu dalam penyelenggaraan dan
pelaksanaan pendidikan maka disiplin ilmu dibantu oleh sosiologi
dan antropologi pendidikan untuk menelaah dan mengkaji aspek-
aspek kebudayaan, terutama nilai-nilai budaya dan
perwujudannya seperti norma, etika atau tatakrama, dan adat-
istiadat atau tradisi.
10
D. Implementasi Pendidikan Multikultural Dalam Pendidikan
Sampai saat ini pendidikan multicultural memang masih
sebatas wacana. Praktek pendidikan multikultural di Indonesia
nampaknya tidak dapat dilaksanakan seratus persen ideal seperti di
Amerika Serikat, walaupun ditinjau dari keragaman budaya memang
banyak kemiripan. Hal itu disebabkan oleh perjalanan panjang histori
penyelenggaraan pendidikan yang banyak dilatarbelakangi oleh
primordialisme. Misalnya pendirian lembaga pendidikan berdasar
latar belakang agama, daerah, perorangan maupun kelompok.
11
berpendirian suatu masyarakat secara keseluruhan akan lebih baik,
manakala siapa saja warga masyarakat memberikan kontribusi sesuai
dengan kemampuan dan kesempatan yang dimiliki bagi masyarakat
sebagai keutuhan.
12
kompetensi yang dimiliki siswa untuk mengidentifikasi dirinya
dengan suatu etnis tertentu. Kompetensi ini mencakup pengetahuan,
pemahaman dan kesadaran akan kelompok etnis dan menimbulkan
kebanggaan serta percaya diri sebagai warga kelompok etnis tertentu.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pendidikan multikultural merupakan proses pengembangan sikap dan
prilaku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui pengajaran, pelatihan, proses,
perbuatan dan tata cara mendidik yang menghargai pluralitas dan
heterogenitas secara humanistik.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
Yaqin, M.Ainul, Pendidikan Multikultural; Cross-Cultural Understanding
untuk Demokrasi dan Keadilan, (Yogyakarta: Pilar Media, 2007).
16