Anda di halaman 1dari 6

Bapak Pandu Indonesia VS Bapak

Pramuka Indonesia?

 Dsy Send an email24/01/2020

0 3 minutes read


FacebookTwitterLinkedInPinterest
Oleh : Alamendah*

JAKARTA– Membaca judul artikel ini, ‘Bapak Pramuka Indonesia vs Bapak Pandu Indonesia’,
mungkin membuat sebagian kita bertanya-tanya. Ada apa dengan Bapak Pramuka
Indonesia dan Bapak Pandu Indonesia?

Bagi sebagian anggota pramuka ada yang berpendapat bahwa kedua gelar tersebut
disematkan kepada orang yang berbeda. Dimana Bapak Pramuka Indonesia disandang oleh
Sri Sultan Hamengku Buwono IX sedangkan gelar Bapak Pandu Indonesia diberikan kepada
KH. Agus Salim.

Bahkan tahukah, ada seorang tokoh pramuka lainnya yang digadang-gadang sebagai Bapak
Pandu Indonesia? Dialah Dr. Moewardi, pendiri Jong Java Padvinders (yang kemudian
berganti nama menjadi Pandoe Kebangsaan) dan tokoh Kepandoean Bangsa Indonesia
yang sudah sejak awal menyuarakan bersatunya perkumpulan-perkumpulan Pandu saat itu
dalam satu wadah.

Namun ada juga anggota pramuka yang berpendapat berbeda. Yang ada hanyalah Sri
Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Bahkan menganggap
kedua gelar tersebut, baik Bapak Pramuka Indonesia maupun Bapak Pandu Indonesia
sebagai satu gelar yang sama sehingga cukup diberikan kepada satu orang. Dalam artian,
Sri Sultan Hamengku Buwono IX merupakan Bapak Pramuka Indonesia yang otomatis dapat
disebut juga sebagai Bapak Pandu Indonesia.

Mari kita uraikan bersama berdasarkan beberapa fakta sejarah kepramukaan di Indonesia
berikut ini.

Sri Sultan Hamengku Buwono IX


Sri Sultan Hamengku Buwono IX adalah salah satu tokoh pramuka yang perjuangannya
tidak diragukan lagi dalam pembentukan Gerakan Pramuka. Beliau adalah penerima Panji
Gerakan Pramuka saat pertama kali diserahterimakan oleh Presiden RI, Ir. Soekarno pada 14
Agustus 1961. Sri Sultan Hamengku Buwono IX adalah Ketua Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka yang pertama kali. Bahkan menjabat hingga dalam empat periode berturut-turut
mulai dari periode 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970 dan 1970-1974.

Jasa Sri Sultan Hamengku Buwono IX tidak hanya diakui di dalam negeri. WOSM (World
Organization of the Scout Movement) pada tahun 1973 menganugerahinya Bronze Wolf
Award merupakan penghargaan tertinggi dan satu-satunya dari WOSM.

Bahkan kata ‘pramuka’ pun dicetuskan dan dipilih oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX
untuk menamai kepanduan di Indonesia. Kata pramuka ini diambil dari istilah ‘paramuka’
yang merupakan nama pasukan khusus dan terdepan di Keraton Yogyakarta pada jaman
Penjajahan Belanda.

KH. Agus Salim


KH. Agus Salim merupakan tokoh Sarekat Islam (salah satu organisasi pelopor pergerakan
nasional) yang menaruh perhatian pada pendidikan kepanduan. Beliau lah yang pertama
kali mengusulkan dan menggunakan istilah ‘pandu’ dan ‘kepanduan’ untuk mengganti
istilah sebelumnya ‘padvinder’ dan ‘padvinderij’ yang oleh Belanda dilarang penggunaannya
bagi organisasi kepramukaan yang didirikan oleh bumiputera (orang Indonesia).

Istilah ‘pandu’ dan ‘kepanduan’ diperkenalkan pertama kali saat konggres Sarekat Islam
Afdeeling Padvinderij (SIAP) di Banyumas, Jawa Tengah, pada tahun 1928. SIAP sendiri
adalah organisasi kepanduan milik Sarekat Islam, Atas usul tersebut SIAP kemudian berubah
kepanjangannya menjadi Sarekat Islam Afdeeling Pandoe.

Bapak Pramuka Indonesia


Gelar Bapak Pramuka Indonesia yang disematkan kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX
merupakan keputusan resmi Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka. Adalah Munas
Gerakan Pramuka Tahun 1988 di Dili, Timor Timur (sekarang negara Timor Leste) yang
kemudian mengangkat Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia
melalui keputusan bernomor 10/Munas/1988 tentang Bapak Pramuka.

Munas merupakan forum tertinggi dengan keputusan tertinggi pula dalam Gerakan
Pramuka. Sehingga penetapan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka
Indonesia memang memiliki dasar hukum yang sangat kuat di dalam Gerakan Pramuka.

Bapak Pandu Indonesia


Gelar Bapak Pandu Indonesia, oleh sebagian pihak, disematkan kepada KH. Agus Salim atas
jasanya merubah istilah ‘padvinder’ dan ‘padvinderij’ yang berasal dari bahasa Belanda
menjadi ‘pandu’ dan ‘kepanduan’.

Namun harus diakui, hingga saat ini tidak ada satu ketetapan hukum pun yang mendasari
penganugerahan gelar tersebut. Dalam berbagai ketetapan Munas, keputusan Kwartir
Nasional, maupun peraturan perundangan lainnya di pramuka, tidak satupun yang
menetapkan KH. Agus Salim sebagai Bapak Pandu Indonesia.

Bahkan tidak ditemukan siapa yang pertama kali menyatakan bahwa KH. Agus Salim
sebagai Bapak Pandu Indonesia.

Tanpa mengecilkan jasa KH. Agus Salim sebagai tokoh nasional yang menaruh perhatian
tinggi pada pendidikan kepanduan di Indonesia, perlu ditegaskan bahwa gelar H. Agus
Salim sebagai Bapak Pandu Indonesia tidak memiliki dasar yang jelas.

Pandu vs Pramuka
Pandu dan pramuka sebenarnya adalah padanan kata. Pandu itu ya pramuka dan pramuka
itu ya pandu.

Demikian juga halnya dengan gelar Bapak Pramuka Indonesia seharusnya sama dengan
Bapak Pandu Indonesia. Sehingga cukup satu saja penyebutannya yakni “Bapak Pramuka
Indonesia adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX”. Layaknya Baden Powell yang di
Indonesia dikenal sebagai Bapak Pramuka Sedunia dan dapat pula diucapkan sebagai Bapak
Pandu Sedunia.

Pramuka di Indonesia telah melalui sejarah yang panjang. Mulai dari awal masuknya ke
nusantara saat dibawa oleh penjajah Belanda dengan Netherland Indische Padvinder
Vereniging (Persatuan Pandu-Pandu Belanda)-nya, berdirinya organisasi-organisasi
kepanduan bumiputera seperti JPO (Javananse Padvinders Organizatie) dan JPP  (Jong Java
Padvinderij), kesadaran untuk mulai menyatukan organisasi kepandunian bumiputera
seperti terbentuklah KBI (Kepanduan Republik Indonesia) dan PAPI (Persatuan Antar Pandu-
Pandu Indonesia), dan dilarangnya aktivitas kepanduan di masa pendudukan Jepang. Juga
dinamika kepanduan di masa kemerdekaan dengan puncaknya meleburnya berbagai
organisasi kepanduan dalam Gerakan Pramuka pada tahun 1961.

Rangkaian sejarah kepramukaan di Indonesia ini merupakan kesatuan sejarah yang tidak
harus dipotong-potong dalam periode-periode tersendiri atau malah berdasarkan
penggunaan istilah-istilah di dalamnya. Baik ketika menggunakan istilah ‘padvinder’, pandu,
maupun pramuka, semuanya adalah satu pramuka. Dengan pemahaman ini, tentu tidak arif
untuk memisahkan antara Bapak Padivinder Indonesia, Bapak Pandu Indonesia, maupun
Bapak Pramuka Indonesia. Biarlah semuanya cukup satu saja, Bapak Pramuka Indonesia.

Tidak perlu lagi ada pemisahan seorang tokoh diberikan gelar “Bapak Pandu Indonesia” dan
tokoh lainnya sebagai “Bapak Pramuka Indonesia”. Sehingga kalau ada pertanyaan, siapakah
Bapak Pramuka Indonesia, jawabnya adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Dan jika
muncul pertanyaan, siapakah Bapak Pandu Indonesia, jawabnya tetap sama, Sri Sultan
Hamengku Buwono IX. [ ]

*Belum menemukan apakah itu nama asli atau tidak. Pendapat ini tidak mencerminkan
kebijakan Jernih.Co

Anda mungkin juga menyukai