Anda di halaman 1dari 27

PENGEMBANGAN E-MODUL BERBASIS ETNOMATEMATIKA PADA

MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV)


UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VIII

PROPOSAL

Untuk Memenuhi Persyaratan Melakukan Penelitian dalam Rangka


Penyusunan Skripsi

Oleh:

Litasari Ananda Saputri


NIM 1710118320018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
I. JUDUL..............................................................................................................1
II. PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................5
D. Spesifik Produk yang Dikembangkan........................................................5
E. Tujuan Penelitian.......................................................................................5
III. KAJIAN PUSTAKA.........................................................................................6
A. Pembelajaran..............................................................................................6
B. Bahan Ajar Berbentuk E-Modul....................................................................8
C. Etnomatematika.......................................................................................10
D. Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)......................11
E. Penelitian yang Relevan...........................................................................11
IV. METODE PENELITIAN................................................................................13
A. Jenis Penelitian........................................................................................13
B. Model Pengembangan..............................................................................14
C. Prosedur Pengembangan..........................................................................14
D. Jenis Data.................................................................................................17
E. Instrumen Pengumpulan Data..................................................................17
F. Teknik Analisis Data...............................................................................18
G. Jadwal Penelitian.....................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tahap-Tahap Model Pengembangan 4-D............................................14


Gambar 2. Prosedur Pengembangan......................................................................15

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kategori Validitas....................................................................................19


Tabel 2. Jadwal Penelitian.....................................................................................20

iv
I. JUDUL
PENGEMBANGAN E-MODUL BERBASIS ETNOMATEMATIKA
PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL
(SPLDV) UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
KELAS VIII

II. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran yang memiliki tujuan agar
peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya dalam
hal kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan untuk
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Nomor 20 tahun 2003).
Dengan kata lain, pendidikan tidak hanya mencetak individu yang
cerdas secara akademis tetapi individu yang juga memiliki dan
menghargai nilai-nilai sosial yang timbul dan berkembang dalam
masyarakat.
Umar (2016) menyatakan bahwa kurikulum merupakan suatu
sistem dan program pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
pada lembaga pendidikan sehingga kurikulum memegang peranan
penting dalam mewujudkan sekolah yang memiliki kualitas/mutu yang
baik. Oleh karena itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan
dan potensi yang ada di daerah. Pencapaian tujuan pendidikan tertentu
disini adalah pendidikan matematika.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang mendukung
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengingat pentingnya
pelajaran matematika maka pendidik dituntut untuk mampu
menyesuaikan, memilih bahan ajar serta memadukan model
pembelajaran yang tepat dalam melaksanakan proses pembelajaran

1
matematika. Oleh karena itu, diperlukan adanya perbaikan dalam
pembelajaran matematika, seperti bahan ajar yang bervariatif agar
peserta didik memiliki ketertarikan untuk belajar matematika. Ahmadi
dan Amri (2014) menyatakan bahwa dengan tersedianya bahan ajar
yang bervariasi, maka peserta didik akan mendapatkan manfaat yaitu
kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Peserta didik akan lebih
banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dan
mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru. Lalu, peserta
didik juga akan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap
materi yang diajarkan. Salah satunya bentuk bahan ajar yang sesuai
dengan karateristik di atas adalah E-Modul.
E-Modul merupakan modul yang berbentuk elektronik yang dapat
dijalankan di perangkat komputer atau dibaca melalui perangkat
komputer serta dapat dirancang dengan berbagai macam software.
Modul elektronik sangat baik untuk digunakan dalam meningkatkan
partisipasi peserta didik selama proses pembelajaran, khususnya dalam
proses pembelajaran saat ini yang tidak dapat dilakukan secara
langsung akibat pandemi Covid-19.
Pengembangan e-modul masih jarang yang dikaitkan dengan
budaya yang terdapat di Banjarmasin, apalagi budaya dikaitkan dengan
materi matematika. Maka dari itu diperlukan pembelajaran matematika
yang berhubungan dengan budaya. Wahyuni, dkk (2013) mengatakan
bahwa nilai budaya merupakan landasan karakter bangsa yang
merupakan hal yang penting untuk ditanamkan di setiap individu, untuk
itu nilai budaya ini perlu ditanamkan sejak dini, agar setiap individu
mampu lebih memahami, memaknai dan menghargai serta menyadari
pentingnya nilai budaya dalam menjalankan setiap aktivitas kehidupan
yang secara tidak langsung dapat memanfaatkan konsep matematika
yang dikenal dengan etnomatematika.
Berdasarkan pendapat Putri (2017) menyatakan bahwa
etnomatematika adalah sebuah pendekatan yang dapat digunakan untuk

2
menjelaskan realitas hubungan antara budaya lingkungan dan
matematika sebagai rumpun ilmu pengetahuan. Etnomatematika
menggunakan konsep matematika yang secara luas terkait dengan
berbagai aktivitas matematika, meliputi aktivitas mengelompokkan,
berhitung, mengukur merancang, bangunan atau alat, bermain,
menentukan lokasi, membuat grafik, maupun menggunakan alat peraga
(Mahendra, 2017).
Salah satu materi matematika pada jenjang SMP/MTs di
Indonesia berdasarkan kurikulum ialah Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel (SPLDV). Dalam mempelajari SPLDV ini, terdapat prosedur-
prosedur penyelesaian masalah SPLDV yang harus dipahami peserta
didik, seperti terdapat metode substitusi, eliminasi, eliminasi-substitusi,
bahkan metode grafik. Berdasarkan penelitian Paujiah (2020),
kesalahan dan kesulitan peserta didik dalam menguasai materi SPLDV
suatu sekolah di Kabupaten Cianjur ialah:
(1) Mengenai konsep SPLDV dan non-SPLDV, peserta didik salah
menyangka PLDV sebagai SPLDV karena peserta didik
beranggapan bahwa SPLDV merupakan persamaan linier yang
memuat dua variabel.
(2) Kemampuan peserta didik dalam merepresentasikan informasi
yang terdapat pada soal cerita ke dalam bentuk matematika.
Peserta didik salah memposisikan variabel dan koefisien variabel,
sehingga mengalami kesalahan dalam membuat model
matematika dari masalah yang diberikan. Peserta didik masih
belum memahami perbedaan variabel dengan koefisiennya.
Berdasarkan hasil wawancara di SMP Negeri 3 Banjarmasin yang
dilakukan kepada seorang guru, kesulitan yang dialami peserta didik
dalam materi SPLDV ialah hampir serupa dengan penelitian Paujiah
(2020) ditambah dengan materi-materi prasyarat peserta didik yang
masih belum kuat dalam hal operasi hitung bilangan, aljabar, dan
sebagainya; hingga masih sulitnya peserta didik dalam memahami

3
langkah-langkah dalam penyelesaian SPLDV. Guru pun mengakui agak
kesulitan dalam menjelaskan langkah-langkah dalam menyelesaikan
solusi tersebut. Karena materi prasyarat pun belum kuat, guru pun
berusaha keras untuk terus memberikan penjelasan agar memperkuat
dasar tersebut sehingga saat mengaitkannya dalam SPLDV dapat lebih
dipahami oleh peserta didik. Bahan ajar yang digunakan di sekolah pun
masih menggunakan buku sumber yang lama yang cenderung pada
penjelasan materi-materi dan latihan soal sehingga peserta didik
cenderung pasif dalam menemukan solusi dan menjalankan langkah-
langkah saat proses pembelajaran.
Oleh karena itu, peneliti melakukan pengembangan e-modul
berbasis etnomatematika. Hal ini juga dikarenakan Provinsi Kalimantan
Selatan memiliki banyak potensi dan keragaman budaya yang bisa
dimanfaatkan dan dihubungkan terhadap matematika dalam
permasalahan sehari-hari. Dalam hal ini, peneliti mengambil materi
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) dikarenakan terdapat
banyak permasalahan sehari-hari di dalamnya hingga dapat peneliti
hubungkan terhadap budaya setempat. Dengan adanya e-modul ini
diharapkan nantinya peserta didik dapat lebih memahami matematika,
lebih memahami budaya yang ada di sekitarnya dan nantinya para
pendidik lebih mudah untuk menanamkan nilai budaya itu sendiri
dalam diri peserta didik, sehingga nilai budaya yang merupakan bagian
karakter bangsa tertanam sejak dini dalam diri peserta didik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian
ini adalah “Bagaimana proses dan hasil pengembangan e-modul
berbasis etnomatematika pada materi sistem persamaan linear dua
variabel untuk siswa SMP yang valid?”

4
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan proses dan hasil pengembangan e-modul
berbasis etnomatematika pada materi sistem persamaan linear dua
variabel untuk siswa SMP yang valid.

D. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan


Spesifikasi produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini
adalah tersusunnya perangkat pembelajaran bahan ajar berupa e-modul
berbasis etnomatematika pada materi sistem persamaan linear dua
variabel untuk siswa SMP yang valid. E-modul yang dikembangkan
berisi masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari,
memuat materi, contoh-contoh, serta latihan soal sebagai pemantapan
bagi siswa dalam memahami konsep yang telah diterima. E-modul yang
dikembangkan disini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi
siswa dalam belajar matematika khususnya pada materi sistem
persamaan linear dua variabel.

E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian pengembangan modul ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa:
a. Dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep
persamaan linear dua variabel.
b. Meningkatkan kecintaan dan kepedulian siswa tentang budaya
sekitar
c. Menambah wawasan siswa tentang budaya daerah
2. Bagi Guru
a. E-Modul yang dihasilkan dapat membantu guru dalam proses
pengajaran.
b. Dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi
persamaan linear dua variabel.

5
c. Meningkatkan kreativitas guru dalam memanfaatkan modul
yang berbasis kebudayaan.
3. Bagi peneliti
a. Sebagai pengetahuan dan pengalaman baru sebagai calon guru
dalam menghasilkan sebuah e-modul aritmatika sosial berbasis
etnomatematika.
b. Menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan matematika
dan kebudayaan daerah setempat.
III. Kajian Pustaka
A. Pembelajaran
Pembelajaran menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah
“proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar”. Adapun menurut Warsita (dalam
Rusman, 2017), “pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat
peserta didik belajar atau suatu kegiatan membelajarkan peserta didik”.
Jadi dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai pengajar serta
fasilitator dengan menyediakan sumber belajar dan lingkungan belajar
bagi siswa.
Pada proses pembelajaran terdapat kegiatan mengajar yang
dilakukan oleh guru serta kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa.
Johar dan Hanum (2016) mengungkapkan bahwa kegiatan
pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang melibatkan guru dan
siswa secara bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan. Siswa
melakukan aktivitas belajar untuk mendapatkan tingkah laku baru
sedangkan aktivitas guru adalah mengajar yakni mengupayakan siswa
belajar (Johar dan Hanum, 2016).
Secara umum, mengajar biasanya diartikan sebagai kegiatan
menyampaikan materi pembelajaran dan mentransfer pengetahuan
kepada siswa. Namun pada hakikatnya, aktivitas mengajar guru tidak
hanya sekadar menyampaikan materi, tetapi yang lebih utama adalah

6
menyediakan kondisi yang akan mendukung proses belajar siswa. Johar
dan Hanum (2016) berpendapat bahwa mengajar merupakan “kegiatan
penyediaan kondisi yang merangsang dan mengarahkan siswa/subjek
didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap
yang dapat membawa perubahan tingkah laku serta kesadaran diri
sebagai pribadi yang dewasa dan mandiri”. Ini berarti dalam mengajar,
tugas guru yang utama adalah menyediakan kondisi belajar yang sesuai
bagi siswa, memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa, serta
memberikan motivasi dan stimulus belajar bagi siswa.
Adapun belajar diartikan sebagai proses untuk memperoleh
berbagai kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar merupakan
aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan perubahan melalui
pelatihan-pelatihan dan pengalaman-pengalaman (Baharuddin &
Wahyuni, 2015). Menurut Hilgrad dan Bower (dalam Baharuddin &
Wahyuni, 2015) belajar memiliki arti memperoleh pengetahuan,
pemahaman, atau penguasaan pengetahuan melalui pengalaman,
mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi. Jadi,
belajar dapat diartikan sebagai upaya seseorang untuk memperoleh
perubahan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap melalui
pengalaman.
Jadi ketika proses pembelajaran terjadi interaksi timbal balik
antara guru mengajar dan siswa yang belajar. Guru mengajar dengan
menyediakan kondisi dan sumber belajar bagi siswa. Sementara siswa
belajar untuk mendapatkan perubahan, yaitu pemerolehan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari
komponen-komponen yang saling berkaitan. Komponen-komponen
tersebut meliputi tujuan, sumber, media, strategi, dan evaluasi
pembelajaran (Rusman, 2017). Masing-masing komponen merupakan
penentu keberhasilan proses pembelajaran. Untuk mencapai

7
keberhasilan proses pembelajaran, komponen yang dapat
dikembangkan adalah bahan ajar yang dikemas dalam bentuk e-modul.

B. Bahan Ajar Berbentuk E-Modul


Salah satu pendukung proses pembelajaran adalah bahan ajar.
Bahan ajar adalah salah satu bagian dari perangkat pembelajaran yang
sangat penting dalam proses pembelajaran. Menurut Nazaruddin (2007)
perangkat pembelajaran adalah segala sesuatu atau beberapa persiapan
yang disusun oleh guru baik secara individu maupun berkelompok agar
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan secara
sistematis dan memperoleh hasil seperti yang diharapkan.
Sedangkan perangkat pembelajaran yang dimaksud terdiri atas
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan
siswa (LKS), buku ajar atau bahan ajar, instrumen penilaian hasil,
media pembelajaran, kalender pendidikan, dan lain sebagainya.
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini
adalah bahan ajar yang dikemas dalam bentuk modul. Bahan ajar adalah
seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang
digunakan dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang telah ditentukan (Lestari, 2013). Bahan ajar terbagi menjadi
dua jenis, yaitu bahan ajar cetak dan bahan ajar non cetak. Bahan ajar
cetak merupakan bahan ajar yang berupa lembaran buku kertas yang
dapat dipegang dan dibaca secara langsung. Contohnya adalah buku
teks, modul, dan handout. Sedangkan bahan ajar non cetak contohnya
adalah e-modul dan e-book. Salah satu jenis bahan ajar non cetak yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah e-modul.
Modul elektronik atau e-modul merupakan versi elektronik dari
sebuah modul cetak, dibaca menggunakan perangkat elektronik dan
software khusus. Selain itu, modul elektronik dapat didefinisikan
sebagai sebuah bentuk penyajian bahan belajar mandiri yang disusun

8
secara sistematis ke dalam unit pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu yang disajikan dalam format elektronik.
E-modul sebagai bahan ajar mandiri memiliki beberapa ciri-ciri
diantaranya adalah: (Daryanto, 2014).
a. Self Intruction (Belajar Mandiri)
Peserta didik mampu membelajarkan diri sendiri, tidak
tergantung pada pihak lain.
b. Self Contained (Utuh)
Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub
kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh.
c. Stand Alone (Berdiri Sendiri)
Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau
tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.
d. Adaptive (Dapat disesuaikan)
Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi.
e. User Friendly (Akrab dengan Pemakainya)
Modul hendaknya juga memenuhi kaidah bersahabat/akrab
dengan pemakainya.
f. Konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak
E-modul memiliki kelebihan yaitu penyajiannya lebih dinamis
dibandingkan modul cetak pada umumnya. Orang bisa membuka e-
modul kapan saja dan dimana saja secara mandiri dengan menggunakan
perangkat elektronik mereka. Karena konsep belajar mandirinya itu,
maka kegiatan belajar itu sendiri juga tidak terbatas pada masalah
tempat. Terkait dengan hal tersebut, modul yang cocok digunakan
adalah modul berbasis budaya setempat atau etnomatematika karena
siswa mampu mengamati atau mengalami secara langsung apa yang
dipelajari.

9
F. Etnomatematika
Etnomatematika menurut Shirley (2019) adalah suatu ilmu yang
digunakan untuk memahami bagaimana matematika diadaptasi dari
sebuah budaya. Pembelajaran bermuatan etnomatematika sangat
memungkinkan suatu materi yang dipelajari dari budaya mereka dapat
membangkitkan motivasi belajar serta pemahaman suatu materi oleh
peserta didik menjadi lebih mudah karena materi tersebut terkait
langsung dengan budaya mereka yang merupakan aktivitas mereka
sehari-hari dalam bermasyarakat.
Arismendi menjelaskan bahwa etnomatematika menyelidiki
tentang budaya dari kelompok tertentu dalam mengklasifikasi,
mengurutkan, menghitung, mengukur, mempertimbangkan
menyimpulkan, memodelkan, membuat sandi, dan memecahkan
masalah (Petrus, 2018). Dengan demikian etnomatematika merupakan
cara penggunaan matematika oleh kelompok budaya yang berbeda.
Oleh karena etnomatematika tumbuh dan berkembang dari budaya
maka masyarakat sering tidak menyadari bahwa mereka telah
menggunakan matematika. Dengan demikian, perlu ditunjukkan bahwa
dalam kesehariannya masyarakat khususnya peserta didik tidak asing
lagi dengan matematika atau matematika bermanfaat dalam kehidupan
sehari hari.
Berdasarkan berbagai penjelasan tersebut, maka pendekatan
etnomatematika adalah matematika yang berbasis budaya yang
mengkaji tentang hubungan antara matematika dengan kebudayaan baik
dari segi artefak, cagar budaya, permainan daerah, kebiasaan dan juga
suatu sistem tradisi yang berkembang di dalam masyarakat. Banyak
kearifan lokal di Kalimantan Selatan yang bisa dimanfaatkan dalam
pembelajaran matematika salah satunya adalah makanannya.
Pada penelitian ini, materi sistem persamaan linear dua variabel
dikaitkan dengan makanan khas daerah Kalimantan Selatan. Penelitian
ini menggunakan masalah kontekstual (nyata) yang dihubungkan

10
dengan makanan khas Kalimantan Selatan untuk menjelaskan konsep
dan menyelesaikan masalah terkait sistem persamaan linear dua
variabel. Dengan adanya masalah konstektual bertemakan makanan
khas Kalimantan Selatan yang mana dapat dirasakan secara langsung
oleh siswa maka proses pembelajaran matematika akan lebih bermakna
dan mudah dipahami.

C. Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel


SPLDV merupakan salah satu materi pembelajaran yang
diajarkan pada jenjang SMP kelas VIII. Dalam kurikulum 2013,
kompetensi dasar materi SPLDV, yaitu:
 Menjelaskan sistem persamaan linear dua variabel dan
penyelesaiannya yang dihubungkan dengan masalah kontekstual.
 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan
linear dua variabel.
Berdasarkan kompetensi dasar yang telah disebutkan di atas,
pembelajaran materi SPLDV adalah pembelajaran yang
dihubungkan/didasarkan pada masalah yang sifatnya kontekstual.
Menurut Andri (2018), pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar
yang mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat jual beli sebagai
topik materi.
Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa SPLDV dalam
penelitian ini adalah topik materi SPLDV bersifat kontekstual dan
berbasis budaya. Dalam penelitian ini budaya yang diambil adalah
etnomatematika Kalimantan Selatan khususnya pada makanan. Budaya
yang diambil seperti “wadai bingka, lapat, pundut, kasturi, kalangkala
dan lain sebagainya”.

11
D. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan kajian pustaka yang dilakukan oleh peneliti, didapat
beberapa hasil penelitian yang relevan dan terkait dengan variabel
penelitian ini dengan hasil yang didapatkan dari penelitian-penelitian
sebelumnya, yaitu sebagai berikut:
1. Pengembangan e-modul berbasis etnomatematika untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yang dilakukan
oleh Rizky, dkk (2018). Penelitian yang digunakan adalah
penelitian pengembangan 4-D (Four D). Penelitian ini
dimaksudkan untuk menghasilkan media pembelajaran
berlandaskan pada budaya baik itu konten materi maupun
penyajiannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa e-modul
berbasis etnomatematika telah teruji valid dengan rata-rata nilai
dari validator media yaitu 90%, rata-rata nilai dari validator materi
yaitu 93% dan rata-rata nilai dari validator budaya 88%. Sedangkan
hasil uji keterbacaan menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan
dalam e-modul matematika berbasis etnomatematika adalah bahasa
yang mudah dipahami dan tidak mengandung makna ganda.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Rizky, dkk (2018)
dengan peneliti yaitu produk yang dikembangkan berupa e-modul
berbasis matematika. Sedangkan perbedaan pada penelitian ini
adalah budaya yang diangkat yaitu budaya Kalimantan Selatan.
2. Pengembangan e-modul berbantuan sigil software dengan
pendekatan saintifik pada sistem persamaan linear dua variabel
yang dilakukan oleh Desmita, Farida dan Siska (2020). Penelitian
yang digunakan adalah Research and Development dengan
menggunakan model Borg dan Gall yang dimodifikasi oleh
Sugiyono dengan 7 tahap dari 10 tahapan, yaitu potensi dan
masalah, mengumpulkan informasi, desain produk, validasi desain,
revisi desain, uji coba produk dan revisi desain. Penelitian ini
dimaksudkan untuk menghasilkan e-modul berlandaskan saintifik

12
pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa e-modul yang dikembangkan bersifat valid
dan sangat layak ditinjau dari hasil validasi dari ahli materi dan ahli
media. Ditunjau dari respon peserta didik pada uji kelompok besar
diperoleh nilai kriteria sangat menarik. Adapun efektifitas media
dengan n-gain diperoleh kriteria sedang. Persamaan penelitian yang
dilakukan oleh Desmita, Farida dan Siska (2020) dengan peneliti
yaitu produk yang dikembangkan berupa e-modul sistem
persamaan linear dua variabel. Sedangkan perbedaan pada
penelitian ini adalah berbasis etnomatematika.
3. Pengembangan e-modul bercirikan etnomatematika pada materi
bangun ruang sisi datar yang dilakukan oleh Intan, Rosida dan
Jamal (2018). Penelitian ini menggunakan model pengembangan 4-
D yaitu Define, Design, Development dan Disseminate. Penelitian
ini dimaksudkan untuk menghasilkan e-modul bercirikan
etnomatematika pada materi bangun ruang sisi datar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa e-modul yang dikembangkan telah
memenuhi kriteria kelayakan dengan skor rata-rata 3,88 dari ahli
materi dan dan skor rata-rata 3,90 dari ahli media. Sedangkan untuk
respon pendidik mendapatkan skor rata-rata 3,08 dengan kriteria
menarik dan respon peserta didik dengan skor rata-rata 3,52
termasuk dalam kriteria sangat menarik. Persamaan penelitian yang
dilakukan oleh Intan, Rosida dan Jamal (2018) dengan peneliti
yaitu produk yang dikembangkan berupa e-modul berbasis
etnomatematika. Sedangkan perbedaan pada penelitian ini adalah
materi sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV).

13
IV. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian pengembangan atau Research and Development. Penelitian
pengembangan merupakan suatu penelitian yang tujuannya adalah
menghasilkan suatu prototipe produk termasuk memberikan bukti
empiris keefektifannya dan membangun suatu panduan metodologis
untuk perancangan dan evaluasi produk tersebut (Van Den Akker &
Plomp dalam Siswono, 2019). Tahapan umum dalam penelitian
pengembangan yaitu analisis, desain, implementasi, dan evaluasi
(Siswono, 2019). Siswono menjelaskan bahwa pada tahap analisis
dilakukan analisis awal dan penetapan harapan pengembangan. Tahap
selanjutnya produk yang diharapkan didesain sesuai standar/kriteria
yang ditetapkan. Kemudian produk tersebut diimplementasikan pada uji
coba lapangan. Proses selanjutnya yaitu evaluasi terhadap ketercapaian
tujuan dan harapan pengembangan.

G. Model Pengembangan
Model pengembangan yang digunakan pada penelitian ini
adalah model yang dikemukakan oleh Thiagarajan et al. (1974). Model
ini terdiri dari empat tahap pengembangan, yaitu define (pendefinisian),
design (perancangan), develop (pengembangan), dan disseminate
(penyebaran), yang disebut sebagai model 4-D. Tahap-tahap
pengembangan model 4-D dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

14
Define

Design

Develop

Disseminate

Gambar 1: Tahap-Tahap Model Pengembangan 4-D

Namun pada penelitian ini, dilakukan modifikasi pada tahap-


tahap pengembangan sesuai dengan batasan masalah yang telah
ditetapkan. Tahap pengembangan dilakukan hanya sampai pada tahap
develop, tepatnya sampai langkah expert appraisal (penilaian ahli).

H. Prosedur Pengembangan
Penelitian ini didasarkan pada tahap-tahap model
pengembangan 4-D yang dikemukakan oleh Thiagarajan et al. (1974).
Prosedur pengembangan yang dilakukan peneliti akan dijabarkan
selengkapnya berdasarkan Gambar 2 berikut.

15
Gambar 2: Prosedur Pengembangan

1. Tahap Pendefinisian (Define)


Tahap ini bertujuan menetapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam
pembelajaran melalui analisis tujuan serta batasan dalam
pembelajaran. Tahap pendefinisian mencakup beberapa langkah,
yaitu:
a. Analisis awal-akhir (Front-end analysis), yaitu mempelajari
permasalahan dasar yang dihadapi guru dalam pembelajaran.

16
b. Analisis siswa (Learner analysis), yaitu mempelajari
karakteristik serta latar belakang siswa yang menjadi sasaran
pembelajaran.
c. Analisis tugas (Task analysis), yaitu mengidentifikasi
keterampilan utama yang harus dikuasai siswa serta
menganalisisnya menjadi berbagai sub-keterampilan yang
diperlukan.
d. Analisis konsep (Concept analysis), yaitu mengidentifikasi
konsep utama yang akan diajarkan, menyusunnya menjadi
urutan materi yang sistematis, dan menambahkan atribut
yang penting untuk bagian-bagian konsep seperti contoh dan
bukan contoh.
e. Penyusunan tujuan pembelajaran khusus (Specifying
instructional objectives), yaitu mengubah hasil analisis tugas
dan konsep menjadi tujuan-tujuan pembelajaran yang harus
dicapai. Tujuan-tujuan ini akan menjadi basis bagi
penyusunan tes dan desain pembelajaran.
2. Tahap Perancangan (Design)
Tahap ini bertujuan merancang prototipe dari produk yang
dikembangkan. Tahap perancangan meliputi:
a. Penyusunan tes beracuan kriteria (Criterion-refrenced test
construction), merupakan penghubung antara tahap define
dan design. Pada tahap ini, tujuan pembelajaran dikonversi
menjadi rancangan materi pembelajaran.
b. Pemilihan media (Media selection), yaitu memilih media
yang sesuai untuk menyajikan materi pembelajaran.
Pemilihan media disesuaikan dengan hasil analisis tugas dan
konsep, karakteristik siswa, serta sumber daya yang tersedia.
c. Pemilihan format (Format selectioni), yaitu memilih format
bahan ajar yang paling sesuai dengan berbagai hasil analisis

17
sebelumnya. Pemilihan format juga berkaitan erat dengan
media yang dipilih.
d. Rancangan awal (Initial design), yaitu menyusun rancangan
bahan ajar meliputi penyusunan struktur, urutan kegiatan
belajar, urutan penyajian materi, dan komponen-komponen
lain berdasarkan kerangka modul yang telah dibuat. Hasil
rancangan awal berupa draf I selanjutnya dikonsultasikan
kepada dosen pembimbing agar dihasilkan rancangan modul
yang lebih baik, yaitu draf II.
3. Tahap Pengembangan (Develop)
Tahap ini bertujuan mengembangkan dan memperbaiki prototipe
awal yang telah dibuat. Pada tahap ini dilakukan penilaian ahli
(expert appraisal) yang meliputi tahap validasi oleh tiga orang
validator ahli. Sebelum proses validasi, draf I dikonsultasikan ke
dosen pembimbing kemudian dilakukan revisi dan menghasilkan
draf II. Draf II selanjutnya dikirimkan kepada validator untuk
divalidasi. Hasil penilaian validator kemudian menjadi dasar
perbaikan untuk menghasilkan produk akhir berupa modul yang
valid.

I. Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini berupa data
kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa komentar, saran, dan
kritik dari validator terhadap modul yang dikembangkan. Sedangkan
data kuantitatif berupa skor yang diperoleh dari lembar validasi yang
diisi oleh validator. Semua data yang diperoleh digunakan melakukan
perbaikan serta untuk menilai kualitas dari modul yang dikembangkan,
sehingga akan dihasilkan modul yang memenuhi kriteria valid.

J. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini berupa lembar
validasi. Validasi dilakukan oleh tiga orang ahli untuk mengetahui

18
tingkat validitas modul yang dikembangkan. Lembar validasi
digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif berupa skor untuk
setiap aspek penilaian modul matematika berbasis budaya, meliputi
aspek isi atau materi, penyajian, bahasa, dan budaya. Lembar validasi
juga digunakan untuk mengumpulkan data kualitatif berupa komentar,
saran, atau kritik dari validator atas modul yang dikembangkan.
Penilaian pada lembar validasi menggunakan skala penilaian 1 sampai
4, di mana 4 merupakan skor tertinggi (Fairuz, dkk, 2020).

K. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data pada penelitian ini terdiri dari analisis data
kuantitatif dan analisis data kualitatif.

1. Analisis data kuantitatif


Analisis data kuantitatif dilakukan terhadap data skor penilaian
modul dari lembar validasi untuk menentukan tingkat validitas
modul yang dikembangkan. Teknis analisis data lembar validasi
yang diadaptasi dari Hobri (dalam Fairuz, dkk, 2020) dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
(a) Rata-rata nilai setiap indikator:
n

∑ V ji dengan:
I i= j=1
n
I i=rata -rata nilai indikator ke- i
V ji=data nilai validator ke- j terhadap indikator ke- i
n=banyaknya validator
(b) Rata-rata nilai setiap aspek ( Ai ):
m

∑ I ij dengan:
Ai= j=1
m
Ai=rata-rata nilai aspek ke- i

19
I ij =rata-rata nilai dari indikator ke- j pada aspek ke- i
m=banyaknya indikator pada aspek ke- i
(c) Rata-rata nilai dari semua aspek
n

∑ A i dengan:
V a = i=1
n
V a =rata-rata nilai dari semua aspek

Ai=rata-rata nilai aspek ke- i n=banyaknya aspek

Tingkat validitas modul ditentukan berdasarkan nilai V a menurut


kategori validitas pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1: Kategori Validitas

No
Rata-Rata Nilai Para Ahli Kriteria
.
1 1 ≤V a <2 Tidak valid
2 2 ≤V a<3 Kurang valid
3 3 ≤V a< 4 Valid
4 V a =4 Sangat valid

Modul dinyatakan valid jika memenuhi kriteria valid atau sangat


valid.
2. Analisis data kualitatif
Data kualitatif yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan
hasilnya digunakan sebagai bahan perbaikan pada tahap revisi
modul.

20
L. Jadwal Penelitian
Tabel 2: Jadwal Penelitian

Bulan
No Kegiatan Mei Jun Jul Ags Sep
2020 2020 2021 2021 2021
1 Pembuatan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Revisi Proposal
4 Persiapan
a. Perizinan
b. Pembuatan dan
Validasi
Instrumen
5 Pelaksanaan
Penelitian
6 Pengolahan Data
7 Penyusunan Skripsi
a. Seminar Hasil
b. Ujian Skripsi

21
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, L. K. & Amri, S. (2014). Pengembangan & Model Pembelajaran


Tematik Integratif. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Andri, A. (2018). Pembelajaran Kontekstual dan Pemahaman Konsep Siswa.
Jurnal Al-Muta’aliyah STAI Darul Kamal NW Kembang Kerang. 1(3): 80.
Baharuddin, & Wahyuni, E. N. (2015). Teori Belajar & Pembelajaran. Ar-Ruzz
Media.
Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Desmita, R. A., Farida & Siska, A. (2020). Pengembangan E-Modul Berbantuan
Sigil Software dengan Pendekatan Saitifik pada Materi Sistem Persamaan
Linier Dua Variabel (SPLDV). Jurnal Pendidikan Sains & Matematika. 8(1):
61.
Fairuz, F. R., Fajriah, N., & Danaryanti, A. (2020). Pengembangan Lkpd Materi
Pola Bilangan Berbasis Etnomatematika Sasirangan Di Kelas Viii Sekolah
Menengah Pertama. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika, 8(1), 29–
38. https://doi.org/10.20527/edumat.v8i1.8343.
Intan, K., Rosida, R., & Jamal, F. (2018). Pengembangan E-Module Bercirikan
Etnomatematika pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar. Indonesian Journal
of Science and Mathematics Education. 1(2): 227.
Johar, R., & Hanum, L. (2016). Strategi Belajar Mengajar. Deepublish.
Lestari, I. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi (Sesuai
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Padang: Akademia Permata.
Mahendra, W. E. (2017). Project Based Learning Bermuatan Etnomatematika
Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan Indonesia. 6 (1): 106-
114.
Nazaruddin. (2007). Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep,
Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum.
Yogyakarta: Teras.
Petrus, K. A. (2018). Analisis Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII

22
SMP pada Materi SPLDV dengan Ilustrasi Jual-Beli Pakaian Adat.
Prosiding Seminar Nasional Etnomatnesia: 25 Maret 2018. Hal. 10-13.
Putri, L. I. (2017). Eksplorasi Etnomatematika Kesenian Rebana Sebagai Sumber
Belajar Matematika Pada Jenjang MI. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar. IV
(1): 21-31.
Risky, E. U., Aryo, A. N., Ida, D., & Anton, S. (2018). Pengembangan E-Modul
Berbasis Etnomatematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah. Jurnal Nasional Pendidikan Matematika. 2(2): 268.
Rusman. (2017). Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Prenada Media.
Siswono, T. Y. E. (2019). Paradigma Penelitian Pendidikan: Pengembangan
Teori dan Aplikasi Pendidikan Matematika. Remaja Rosdakarya.
Sylviyani, H. (2016). Etnomatematika: Aplikasi Bangun Datar Segiempat Pada
Candi Muaro Jambi. Aksioma: Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika. 1(1): 3.
Thiagarajan, S., Semmel, D. S., & Semmel, M. I. (1974). Instructional
Development for Training Teachers of Exceptional Children: A Sourcebook.
Council for Exceptional Children.
https://files.eric.ed.gov/fulltext/ED090725.pdf
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Umar, dkk. (2016). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Transformatif. Yogyakarta: Deepublish.
Wahyuni, A., Aji, A., Tias, W., & Sani, B. (2013). Peran Etnomatematika dalam
Membangun Karakter Bangsa. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika,Yogyakarta: 9 November 2013. Hal. 111-118.

23

Anda mungkin juga menyukai