Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL PENELITIAN

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TRAINER SENSOR DAN


TRANSDUSER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA
MATA PELAJARAN ELEKTRONIKA INDUSTRI DI SMK N 2
MAKASSAR

NURCHOLISH
1725042005

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iii

DAFTAR TABEL..................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................7
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................8
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................8

BAB II LANDASAN TEORI..............................................................................10

A. Kajian Teori.............................................................................................10
B. Kajian Penelitian yang Relevan...............................................................28
C. Kerangka Pikir.........................................................................................30

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................32

A. Jenis Penelitian.........................................................................................32
B. Tempat Dan Waktu Penelitian.................................................................32
C. Populasi Dan Sampel Penelitian..............................................................33
D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................33
E. Instrumen Penelitian................................................................................34
F. Teknik Analisis Data................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40
iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Gambaran Umum Masukan-Keluaran Transduser............................21

Gambar 2.2. Rangkaian LDR.................................................................................22

Gambar 2.3. Rangkaian PhotoDioda......................................................................23

Gambar 2.4. Rangakaian sensor suhu....................................................................25

Gamnar 2.5. Kerangka Pikir...................................................................................31


iv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian...................................................................................32

Tabel 3.2. Sampel Penelitian..................................................................................33

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa..............34

Tabel 3.4. Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Aspek Afektif Siswa................35
BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi telah mempengaruhi kehidupan ini dan tidak bisa

dihindari, karena teknologi memberikan banyak manfaat dan memudahkan

pekerjaan. Teknologi adalah sarana yang menyediakan kebutuhan untuk

kelangsungan hidup manusia. Seiring berkembangnya waktu, perkembangan

teknologi juga harus diimbangi dengan perkembangan pada Sumber Daya

Manusia (SDM). Teknologi menyebabkan perubahan struktural mendasar

dalam sistem pendidikan dan meningkatkan produktivitas yang signifikan

(Mulyani & Haliza, 2021).

Manusia sebagai pengguna teknologi harus mampu memanfaatkan

teknologi yang ada saat ini, maupun perkembangan teknologi tersebut

selanjutnya. Adaptasi manusia dengan teknologi baru yang telah berkembang

wajib untuk dilakukan melalui pendidikan. Hal ini dilakukan agar generasi

penerus tidak tertinggal dalam hal teknologi baru. Dengan begitu, teknologi

dan pendidikan mampu berkembang bersama seiring dengan adanya generasi

baru sebagai penerus generasi lama. Beberapa cara adaptasi tersebut dapat

diwujudkan dalam bentuk pelatihan maupun pendidikan (Hasbi, 2020).

Pendidikan merupakan sebuah sarana yang efektif dalam mendukung

perkembangan serta peningkatan sumber daya manusia menuju ke arah yang

lebih positif. Kemajuan suatu bangsa bergantung kepada SDM yang

1
2

berkualitas, dimana hal itu sangat ditentukan dengan adanya pendidikan.

Seperti yang telah tertulis dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang salah satu isinya membahas

mengenai pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan

negara (Faisal & Sabir, 2021).

Pendidikan di Indonesia diselenggarakan melalui dua jalan, yaitu

pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan formal adalah pendidikan

yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara

berjenjang dan berkesinambungan. Pendidikan non-formal adalah pendidikan

yang berlangsung di luar sekolah, terjadi di lingkungan keluarga, kelompok

belajar, kursus ketrampilan dan satuan pendidikan sejenis. Sekolah sebagai

lembaga pendidikan formal mempunyai peranan penting dalam proses

adaptasi siswa menjadi generasi yang tidak tertinggal dalam menghadapi

perkembangan teknologi. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan

salah satu bentuk lembaga pendidikan formal yang dituntut mampu mengikuti

perkembangan teknologi sehingga menghasilkan lulusan yang kompeten

secara kognitif, psikomotorik, dan afektif. Pengenalan teknologi baru harus

dilakukan dalam proses kegiatan belajar mengajar di SMK agar peserta didik

mampu menjadi
3

kader yang siap dalam menghadapi tantangan dunia di era teknologi (Irfan,

2019).

Kualitas proses belajar mengajar akan berpengaruh terhadap hasil

belajar peserta didik. Salah satu faktor yang dapat mendukung kualitas hasil

belajar siswa adalah ketersediaan media pembelajaran. Media pembelajaran

merupakan komponen pembelajaran yang meliputi bahan dan peralatan.

Dalam melakukan pembelajaran, setiap guru hendaknya memiliki media

pembelajaran sebagai sarana untuk memperjelas penyajian pesan dan

informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil

belajar (Aulia, 2018).

Perkembangan teori dan teknologi, media pembelajaran terus

mengalami perubahan dan tampil dalam berbagai jenis. Media pembelajaran

sangat penting fungsinya karena dapat meningkatkan dan mengarahkan

perhatian peserta didik sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,

interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dan lingkungannya, dan

kemungkinan peserta didik untuk belajar mandiri sesuai dengan kemampuan

dan minatnya. Media pembelajaran juga dapat mengatasi keterbatasan indera,

ruang dan waktu dalam proses pembelajaran.

Peranan media sangat penting dalam proses belajar mengajar. Media

pembelajaran merupakan topik yang masih sering diperbincangkan dalam

dunia pendidikan sampai sekarang ini. Tidak hanya sebatas perbincangan

akan tetapi terus dikembangakan menyesuaikan kebutuhan materi dan peserta

didik. Penyajian materi dengan memanfaatkan media yang tepat akan

menjadikan
4

suasana kelas menjadi lebih efektif dan menarik. Salah satu bentuk kemajuan

perkembangan media ajar dalam pendidikan teknologi dan kejuruan di SMK

yang menggunakan trainer dalam pembelajaran praktek mata pelajaran

elektronika industri bertujuan untuk membuat proses belajar mengajar

menjadi lebih efektif (Purnamawati, dkk, 2020).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat & Asnil (2021) telah

berhasil mengembangkan suatu media pembelajaran praktik yang terkemas

dalam suatu kotak. Berdasarkan hasil penelitian memudahkan siswa dalam

melakukan praktik, akan tetapi terdapat beberapa kelemahan dalam unjuk

kerjanya yang berdampak pada hasil praktik. Kelemahan tersebut di atas

disebabkan karena teknologi yang digunakan dalam media pembelajaran

tersebut masih manual. Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang masih ada,

maka diperlukan suatu trainer digital berbasis mikrokontroler yang dapat

difungsikan sebagai trainer sekaligus juga sebagai simulator. Untuk itu perlu

dikembangkan lagi dengan kelengkapan simulasi untuk sistem-sistem digital

yang lebih kompleks dengan menggunakan mikrokontroler sebagai sistem

minimumnya.

Trainer sensor dan transduser sebagai salah satu jenis media

pembelajaran yang sangat efektif diterapkan pada mata pelajaran praktikum.

Trainer sensor dan transduser telah menjadi fokus pengembangan media pada

beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Hasil pembelajaran peserta didik

yang menggunakan media trainer pada beberapa mata pelajaran praktikum di

SMK terbukti meningkat seperti yang dilakukan oleh Devega & Suri (2019)

dengan
5

hasil penilaian kognitif siswa mendapat nilai rata-rata sebesar 82 setelah

menggunakan trainer sebagai media pada mata pelajaran Teknologi Informasi

dan kounikasi di SMK Ibnu Sina Batam. Hal yang sama dilakukan oleh

Fachrunnisa & Susanti (2022) dengan tanggapan/respon positif siswa

terhadap penggunaan media trainer dengan hasil rata-rata 91,75% dan 84,16%

yang dikategorikan sangat baik.

Menurut Purnamawati (2021), penggunaan trainer sensor dan transduser

efektif dan layak digunakan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh yaitu

respon mahasiswa terhadap penggunaan trainer sensor dan transduser dalam

praktikum mencapai kategori sangat baik.

Menurut Prastyo (2018), trainer merupakan sebuah alat simulasi yang

berisikan komponen guna memudahkan simulasi berupa fisik. Trainer akan

memudahkan siswa dalam mempelajari mata kuliah teknik pemrograman dan

juga selain itu siswa dilatih agar bisa menciptakan sebuah karya setelah

selesai dari SMK. Dengan menggunakan trainer, proses pembelajaran akan

lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

Selain itu, penggunaan trainer membuat siswa lebih banyak melakukan

kegiatan belajar, seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan

lain- lain.

Penentuan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan

karakteristik mata pelajaran akan membantu dalam mencapai tujuan

pembelajaran dan mencapai kompetensi yang diharapkan. Guru sebagai


6

penyampai informasi kepada peserta didik memiliki peran penting dalam

menentukan jenis media yang digunakan. Melihat peran dan pentingnya

media pembelajaran mendorong dilakukannya penelitian yang berkaitan

dengan sensor dan transduser untuk mengetahui hasil belajar siswa SMK

Negeri 2 Makassar.

Desain media pembelajaran trainer sensor dan transduser yang

dilaksanakan memiliki target luaran antara lain: a) Untuk meningkatkan

kemampuan guru menggunakan media pembelajaran trainer sensor dan

transduser pada mata pelajaran instrumentasi industri di SMKN 2 Makassar,

b) Untuk meningkatkan kesadaran peserta didik tentang pentingnya bekal

awal tentang media pembelajaran trainer sensor dan transduser pada mata

pelajaran instrumentasi industri di SMKN 2 Makassar, c) Membantu peserta

didik dan guru-guru dalam mengembangkan media pembelajaran trainer

sensor dan transduser pada mata pelajaran instrumentasi industri di SMKN 2

Makassar,

d) Media pembelajaran berupa trainer sensor dan transduser

(Purnamawati,dkk, 2021).

Hasil penelitian terdahulu tentang mendesain trainer sensor dan

transduser di SMK Negeri 2 Makassar menunjukkan bahwa 94% guru-guru

mampu melakukan simulasi rangkaian sebelum melakukan praktek secara

langsung pada trainer, 82% peserta mampu membuat program dan sebanyak

76% peserta mampu merangkai dan menggunakan trainer sensor dan

transduser.
7

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, bahwa peserta didik yang

menggunakan trainer pada beberapa mata pelajaran praktikum terbukti

mengalami peningkatan hasil belajar. Siswa mendapatkan nilai rata-rata

dengan kategori sangat baik setelah menggunakan trainer sebagai media

pembelajaran. Oleh karena itu, penulis tertarik mengadakan penelitian secara

mendalam mengenai “Efektivitas Penggunaan Trainer Sensor dan

Transduser Pada Mata Pelajaran Elektronika Industri di SMK N 2

Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas

permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana hasil belajar siswa setelah penggunaan trainer sensor pada

mata pelajaran Elektronika Industri di SMKN 2 Makassar?

2. Seberapa besar efektivitas hasil belajar siswa setelah penggunaan trainer

sensor dan transduser pada mata pelajaran elektronika industri di SMKN

2 Makassar?

3. Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan setelah

penggunaan trainer sensor dan transduser pada mata pelajaran

Elektronika Industri di SMKN 2 Makassar?


8

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin di capai pada penelitian ini untuk:

1. Mengetahui hasil belajar siswa setelah penggunaan trainer sensor pada

mata pelajaran elektronika industri di SMKN 2 Makassar.

2. Mengetahui hasil belajar siswa setelah penggunaan transduser pada mata

pelajaran elektronika industri di SMKN 2 Makassar

3. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan setelah

penggunaan trainer sensor dan transduser pada mata pelajaran

elektronika industri di SMKN 2 Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka dengan di adakan penelitian

ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Manfaat teortis

Secara teoritis, penelitian ini di harapkan dapat menjadi referensi

pada penelitian-penelitian akan datang dalam konteks permasalahan yang

berkaitan dengan efektivitas penggunaan media pembelajaran trainer

sensor dan transduser, dan juga hasil penelitian nantinya bisa di gunakan

sebagai sumber ilmu bagi tenaga pengajar di SMK.


9

2. Manfaat Praktis

a Instansi

Penelitian ini di harapkan bisa menjadi masukan bagi instansi

yang terkait sebagaimana meningkatkan efektivitas belajar dalam

penggunaan media

b Peneliti

Manfaat bagi peneliti yaitu, untuk menambah pegetahuan dan

pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan pengetahuan terhadap

masalah yang di hadapi secara nyata mengenai efektivitas media

pembelajaran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas

a. Pengertian efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif. Menurut kamus besar

bahasa Indonesia, kata efektif mempunyai arti efek, pengaruh,

akibat, atau dapat membawa hasil. Jadi, efektivitas adalah keaktifan

daya guna adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan untuk

melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju (Ningsih & Manan,

2020).

Menurut Pujiastutik (2017), Efektivitas adalah suatu keadaan

yang menunjukkan sejauh mana rencana dapat tercapai. Selanjutnya

menurut Septiawan (2020), efektivitas secara umum adalah keadaan

yang menunjukkan tingkat keberhasilan atau pencapaian suatu tujuan

yang diukur dengan kualitas, kuantitas dan waktu sesuai dengan

yang telah direncanakan sebelumnya. Efektivitas adalah seberapa

besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang

diharapkan dari senjumlah input (Lysa Angrayni dan Yusliati,

2018:13).

Menurut Noviyanti & Erawati (2021), efektivitas dapat

diartikan sebagai daya guna, keaktifan, serta adanya kesesuaian

dalam suatu kegiatan antara seseorang yang melaksanakan tugas

dengan tujuan yang ingin dicapai. Keefektivan proses pembelajaran

berkenaan dengan upaya teknik dan strategi yang digunakan dalam


10
1

mencapai tujuan secara optimal, tepat dan cepat. Sedangkan Lailatin

(2018), efektivitas dapat diartikan sebagai kemampuan suatu

organisasi untuk melakukan tugas pokoknya sesuai dengan waktu

yang telah ditetapkan. Artinya, apabila suatu pekerjaan dapat

diselesakan sesuai dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya,

maupun mutunya, maka dapat dikatakan efektif. Menurut, Marpaung

& Hulu (2019) efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai

tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam setiap organisasi.

Efektivitas disebut juga efektif, apabila tercapainya tujuan atau

sasaran yang telah ditemukan sebelumnya.

b. Aspek-aspek efektivitas

Menurut Rochman (2018), efektivitas memiliki beberapa aspek

sebagai berkut:

1. Aspek Peraturan/ Ketentuan

Peraturan dibuat untuk menjaga kelangsungan suatu

kegiatan berjalan sesuai dengan rencana. Peraturan atau

ketentuan merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan agar

suatu kegiatan dianggap sudah berjalan secara efektif.

2. Aspek Fungsi/ Tugas

Individu atau organisasi dapat dianggap efektif jika dapat

melakukan tugas dan fungsinya dengan baik sesuai dengan


1

ketentuan. Oleh karena itu, setiap individu dalam organisasi harus

mengetahui tugas dan fungsinya sehingga dapat melaksanaannya.

3. Aspek Rencana/ Program

Suatu kegiatan dapat dinilai efektif jika memiliki suatu

rencana yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang

ingin dicapai. Tanpa adanya rencana atau program, maka tujuan

tidak mungkin dapat tercapai.

4. Aspek Tujuan/ Kondisi Ideal

Ideal atau tujuan adalah target yang ingin dicapai dari

suatu kegiatan dengan berorientasi pada hasil dan proses yang

direncanakan.

Disimpulkan bahwa efektivitas adalah tingkat keberhasilan dan

pencapaian suatu tujuan yang telah di rencanakan. (Pujiastutik 2017),

efektivitas proses pembelajaran seharusnya ditinjau dari hubungan

dosen tertentu yang mengajar kelompok mahasiswa tertentu, di

dalam situasi tertentu dalam usahanya mencapai tujuan-tujuan

instruksional tertentu. Efektivitas proses pembelajaran berarti tingkat

keberhasilan dosen dalam mengajar kelompok mahasiswa tertentu

dengan menggunakan metode tertentu untuk mencapai tujuan

instruksional tertentu.

Sedangkan menurut Zainuddin (2021), karakteristik efektivitas

pembelajaran antara lain keterlibatan mahasiswa dalam

pembelajaran,
1

keaktifan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran dan

mengembangkan HOTS (High Order Thinking Skill). Pembelajaran

dikatakan efektif jika penilaian HOTS baik dan respon mahasiswa

terhadap pembelajaran baik. Pembelajaran dikatakan efektif apabila

mencapai sasaran yang diinginkan, baik dari segi tujuan

pembelajaran maupun prestasi mahasiswa yang maksimal. Beberapa

indikator keefektifan pembelajaran:

a Ketercapaian ketuntasan belajar,

b Ketercapaian keefektifan aktivitas mahasiswa

Berdasarkan pendapat para ahli di atas efektivitas

pembelajaran adalah tingkat keberhasilan dalam mengajar dengan

menggunakan metode tertentu untuk mencapai suatu tujuan.

c. Ciri- Ciri Efektivitas

Menurut Pane (2020), menyatakan bahwa keefektifan program

pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan

instruksional/ tujuan yang menggambarkan pengetahuan,

kemampuan dan keterampilan siswa yang telah ditentukan.

2) Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan

siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan

instruksional.

3) Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.


1

Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif seperti yang

digambarkan diatas, keefektifan program pembelajaran tidak hanya

ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar saja, melainkan harus pula

ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang.

d. Kriteria Efektivitas

Efektivitas merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan

tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Keefektifan

dapat diukur dengan melihat minat siswa terhadap kegiatan

pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil

belajar siswa jika terdapat perbedaan yang signifikan antara

pemahaman setelah pembelajaran (Anjelin & Purnomo, 2021).

1) Kriteria keefektifan menurut Anjelin & Purnomo (2021)

mengacu pada: Dikatakan efektif apabila pada hasil belajar

dalam praktek dasar teknologi menjahit siswa mampu

menerapkan sesuai yang ditampilkan dalam video YouTube

tersebut.

2) Pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan hasil

belajar siswa yang menunjukkan perbedaan yang signifikan

antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah

pembelajaran

3) Pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat

dan motivasi siswa.


1

e. Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas

Menurut Julianto (2021), mengemukakan bahwa semakin baik

dan semakin tepat penggunaan suatu strategi dan media, maka

semakin efektif pula pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

sehinggah hasil belajar siswa lebih baik. Kemampuan guru dalam

menggunakan strategi pembelajaran merupakan faktor yang

mempengaruhi efektivitas dalam pembelajaran. Strategi

pembelajaran juga dipengaruhi oleh faktor tujuan, situasi, siswa,

fasilitas dan pengajaran itu sendiri. Menurut Fathurrahman, dkk

(2019), menjelaskan bahwa belajar efektif dapat membantu siswa

untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuia dengan

tujuan intruksional yang ingin dicapai. Untuk cara efektif perlu

memperhatikan hal berikut ini:

1) Kondisi internal yaitu kondisi yang ada di dalam diri siswa itu

sendiri. Siswa dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan-

kebutuhan internalnya terpenuhi.

2) Kondisi eksternal adalah kondisi yang di luar diri pribadi

manusia, seperti lingkungan sekolah.

Menurut Nabillah (2020), hasil belajar merupakan perubahan

tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar yang diukur secara

langsung. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui

seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai.

Hasil belajar tersusun dalam enam tingkatan yaitu: 1) pengetahuan


1

atau ingatan, 2) pemahaman, 3) penerapan, 4) sintesis, 5) analisis dan

6) evaluasi.

2. Trainer

Menurut Aswardi (2019), Trainer adalah kumpulan komponen dan

alat sebenarnya ataupun duplikasi dari yang sebenarnya yang dapat

memberikan pengalaman langsung bagi peserta didik. Trainer dapat

memberikan rangsang pendengaran, penglihatan dan perabaan.

Pemakaian Trainer dalam proses pembelajaran dapat mempengaruhi

dalam hal kognitif, psikomotorik, dan afektif siswa. Tujuan dalam ranah

kognitif adalah untuk mengajarkan pengenalan kembali dan pembedaan

akan rangsangan yang relevan, tujuan dalam ranah psikomotorik berguna

untuk memberikan latihan bagi siswa, atau menguji penampilan siswa

dalam menangani alat, perlengkapan, dan materi pembelajaran.

Dalam ranah afektif maka siswa dapat mengembangkan sikap yang

positif terhadap pekerjaan sejak awal periode latihan. Berikut ini

merupakan tiga teknik latihan menggunakan Trainer, menurut Aswardi

(2019) yaitu:

1) Latihan kerja, dalam latihan ini siswa dapat bekerja dengan objek-

objek kerja yang sebelumnya dalam lingkungan kerja yang nyata.


1

2) Latihan menggunakan alat, dalam latihan ini siswa dapat bekerja

dengan alat dan benda yang sebenarnya, tetapi tidak dalam

lingkungan kerja yang nyata.

3) Latihan simulasi, dalam latihan ini siswa bekerja dengan model

tiruan dari alat, mesin atau bahan lain yang sebenarnya dalam

lingkungan yang meniru situasi kerja nyata.

a. Manfaat Penggunaan Trainer

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat

penting adalah metode belajar dan media yang digunakan. Kedua

aspek ini saling berkaitan satu sama lain. Manfaat trainer sama

dengan manfaat media pembelajaran. Salah satunya yaitu sebagai

alat bantu mengajar praktikum yang turut mempengaruhi iklim,

kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Menurut Aswardi (2019), mengemukakan manfaat media

pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:

1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga

dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih

dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai

tujuan pengajaran lebih baik.

3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata

komunikasi verbal melalui peraturan kata-kata oleh guru,


1

sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,

apalagi bila guru mengajar umtuk setiap jam pelajaran.

4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak

hanya mendengarkan uraian guru, tetapi aktivitas lain seperti

mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Meskipun dalam penggunaannya memiliki dampak positif bagi

peningkatan siswa dalam belajar, namun guru juga tetap

berkewajiban untuk memberikan bantuan dan pendampingan kepada

siswa tentang apa yang harus dipelajari, dan juga bagaimana siswa

mempelajari dengan trainer tersebut. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa manfaat penggunaan trainer dapat berjalan dengan efektif jika

dibarengi dengan peran guru yang memberikan pendampingan

kepada siswa terhadap penggunaan dan materi yang akan dipelajari

dengan trainer tersebut.

3. Sensor dan Tranduser

Sensor dan transduser merupakan peralatan atau komponen yang

mempunyai peranan penting dalam sebuah sistem pengaturan otomatis.

Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor akan sangat

menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis. Sensor

adalah peralatan yang digunakan untuk mengubah besaran fisis tertentu

menjadi besaran listrik equivalent yang siap untuk dikondisikan ke

elemen
1

berikutnya. Sensor dapat dianalogikan sebagai sepasang mata manusia

yang bertugas membaca atau mendeteksi data/ informasi yang ada di

sekitar. Pineng, dkk (2018), mengatakan sensor adalah suatu peralatan

yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang

berasal dari perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi fisika,

energi kimia, energi biologi, energi mekanik dan sebagainya.

Tranduser berasal dari kata “traducere” dalam bahasa latin yang

berarti mengubah sehingga tarnduser dapat didefinisikan sebagai suatu

piranti yang dapat mengubah suatu energi ke bentuk energi lain.

Sedangkan Ahdan (2019), mengatakan transduser adalah sebuah alat

yang bila digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi,

akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam

bentuk yang berlainan ke sistem transmisi berikutnya”. Transmisi energi

ini bisa berupa listrik, mekanik, kimia, optic (radiasi) atau thermal

(panas).

Transduser (Inggris: transducer) adalah sebuah alat yang

mengubah satu bentuk daya menjadi bentuk daya lainnya untuk berbagai

tujuan termasuk pengubahan ukuran atau informasi (misalnya, sensor

tekanan). Transduser bisa berupa peralatan listrik, elektronik,

elektromekanik, elektromagnetik, fotonik, atau fotovoltaik. Dalam

pengertian yang lebih luas, transduser kadang-kadang juga didefinisikan

sebagai suatu peralatan yang mengubah suatu bentuk sinyal menjadi

bentuk sinyal lainnya (Widianti, 2018).


2

Menurut Khumaidi (2019), transducer adalah sebuah alat yang bila

digerakkan oleh energi di dalam sebuah sitem transmisi, menyalusrkan

energi dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yang berlainan ke

sistem transmisi kedua”. Transmisi kedua ini bisa listrik, mekanik, kimia,

optik (radiasi) atau termal (panas). Sebagai contoh, definisi transducer

yang luas ini mencakup alat-alat yang mengubah gaya atau perpindahan

mekanis menjadi sinyal listrik. Alat-alat ini membentuk kelompok

transducer yang sangat besar dan sangat penting yang lazim ditemukan

dalam instrumentasi industri; dan ahli instrumentasi terutama berurusan

dengan jenis pengubahan energi ini.

Banyak parameter fisis lainnya (seperti panas, intensitas cahaya,

kelembaban) juga dapt diubah menjadi energi listrik dengan

menggunakan transducer. Transducer-transducer ini memberikan sebuah

sinyal keluaran bila diransang oleh sebuah masukan yang bukan

mekanis; sebuah transmistor bereaksi terhadap variasi temperatur; sebuah

fotosel bereaksi terhadap perubahan intensitas cahaya; sebuah berkas

elektron terhadap efek-efek maknetik, dan lain-lain. Namun dalam semua

hal, keluaran elektris yang diukur menurut metoda standar memberikan

besarnya besaran masukan dalam bentuk ukuran elektris analog.


2

Gambar 2.1. Gambaran Umum Masukan-Keluaran Transduser


(Sumber: https://eleckit.wordpress.com/)

4. Jenis – Jenis Sensor

1) Sensor pasif merupakan sensor yang mendeteksi respon radiasi

elektromagnetik dari obyek yang dipancarkan dari sumber alami.

2) Sensor aktif merupakan sensor yang mendeteksi pantulan atau emisi

radiasi elektromagenetik dari sumber energi buatan yang biasanya

dirancang dalam rangkaian yang memakai sensor.

Jenis – jenis sensor yang banyak digunakan dalam mata pelajaran

sensor dan transduser, yaitu :

1) Sensor cahaya

Menurut Supatmi (2017), sensor cahaya adalah sensor yang

cara kerjanya yaitu merubah besaran cahaya menjadi besaran listrik.

Sensor sinar terdiri dari 3 kategori. Fotovoltaic atau sel solar adalah

alat sensor sinar yang mengubah energi sinar langsung menjadi

energi listrik, dengan adanya penyinaran cahaya akan menyebabkan

pergerakan elektron dan menghasilkan tegangan. Demikian pula


2

dengan Fotokonduktif (fotoresistif) yang akan memberikan

perubahan tahanan (resistansi) pada sel-selnya, semakin tinggi

intensitas cahaya yang terima, maka akan semakin kecil pula nilai

tahanannya. Sedangkan Fotolistrik adalah sensor yang berprinsip

kerja berdasarkan pantulan karena perubahan posisi/jarak suatu

sumber sinar (inframerah atau laser) ataupun target pemantulnya,

yang terdiri dari pasangan sumber cahaya dan penerima. Di pasaran

sudah begitu luas penggunaannya. Komponen yang termasuk dalam

Sensor cahaya yaitu:

a) LDR (Light Dependent Resistor)

LDR adalah sebuah resistor dimana nilai resistansinya

akan berubah jika dikenai cahaya.

Gambar 2.2. Rangkaian LDR


(Sumber: https://eleckit.wordpress.com/)

b) PhotoDioda

Photo dioda adalah sebuah dioda yang apabila

dikenai cahaya akan memancarkan electron sehingga akan

menalirkan arus listrik.


2

Gambar 2.3. Rangkaian PhotoDioda


(Sumber: https://eleckit.wordpress.com/)
c) Phototransistor

Phototransistor adalah sebuah transistor yang

apabila dikenai cahaya akan mengalirkan electron

sehingga akan terjadi penguatan arus seperti pada sebuah

transistor.

2) Sensor suara

Menurut Nugraha (2021), sensor suara adalah sensor yang cara

kerjanya yaitu merubah besaran suara menjadi besaran listrik, dan

dipasaran sudah begitu luas penggunaannya. Komponen yang

termasuk dalam Sensor suara yaitu: Microphone. Micropone adalah

komponen elektronika dimana cara kerjanya yaitu membran yang

digetarkan oleh gelobang suara akan menghasilkan sinyal listrik.

3) Sensor suhu

Menurut Nusantoro (2017), sensor suhu adalah sensor yang

cara kerjanya yaitu merubah besaran suhu menjadi besaran listrik

dan dipasaran sudah begitu luas penggunaannya. Komponen yang

termasuk dalam sensor suhu yaitu: a) NTC adalah komponen


2

elektronika dimana jika dikenai panas maka tahanannya akan naik.

b) PTC adalah komponen elektronika dimana jika terkena panas

maka tahannanya akan semakin turun. c) Termokopel.

Terdapat 4 jenis utama sensor suhu yang umum digunakan,

yaitu thermocouple (T/C), resistance temperature detector (RTD),

termistor dan IC sensor. Thermocouple pada intinya terdiri dari

sepasang transduser panas dan dingin yang disambungkan dan

dilebur bersama, dimana terdapat perbedaan yang timbul antara

sambungan tersebut dengan sambungan referensi yang berfungsi

sebagai pembanding. Resistance Temperature Detector (RTD)

memiliki prinsip dasar pada tahanan listrik dari logam yang

bervariasi sebanding dengan suhu. Kesebandingan variasi ini adalah

presisi dengan tingkat konsisten/kestabilan yang tinggi pada

pendeteksian tahanan. Platina adalah bahan yang sering digunakan

karena memiliki tahanan suhu, kelinearan, stabilitas dan

reproduksibilitas.

Termistor adalah resistor yang peka terhadap panas yang

biasanya mempunyai koefisien suhu negatif, karena saat suhu

meningkat maka tahanan menurun atau sebaliknya. Jenis ini sangat

peka dengan perubahan tahan 5% per C sehingga mampu mendeteksi

perubahan suhu yang kecil. Sedangkan IC Sensor adalah sensor suhu

dengan rangkaian terpadu yang menggunakan chipsilikon untuk

kelemahan penginderanya. Mempunyai konfigurasi output tegangan

dan arus yang sangat linear.


2

Gambar 2.4. Rangkaian sensor suhu


(Sumber: https://eleckit.wordpress.com/)

4) Sensor Proximity

Menurut Aviandi (2020), sensor proximity merupakan sensor

atau saklar yang dapat mendeteksi adanya target jenis logam dengan

tanpa adanya kontak fisik. Biasanya sensor ini tediri dari alat

elektronis solid-state yang terbungkus rapat untuk melindungi dari

pengaruh getaran, cairan, kimiawi, dan korosif yang berlebihan.

Sensor proximity dapat diaplikasikan pada kondisi penginderaan

pada objek yang dianggap terlalu kecil atau lunak untuk

menggerakkan suatu mekanis saklar.

5) Sensor Magnet

Menurut Lubis (2018), sensor Magnet adalah alat yang akan

terpengaruh medan magnet dan akan memberikan perubahan kondisi

pada keluaran. Seperti layaknya saklar dua kondisi (on/off) yang

digerakkan oleh adanya medan magnet di sekitarnya. Biasanya

sensor
2

ini dikemas dalam bentuk kemasan yang hampa dan bebas dari debu,

kelembapan, asap ataupun uap.

6) Sensor Ultrasonik

Menurut Perwira (2018), sensor ultrasonik bekerja berdasarkan

prinsip pantulan gelombang suara, dimana sensor ini menghasilkan

gelombang suara yang kemudian menangkapnya kembali dengan

perbedaan waktu sebagai dasar penginderaannya. Perbedaan waktu

antara gelombang suara dipancarkan dengan ditangkapnya kembali

gelombang suara tersebut adalah berbanding lurus dengan jarak atau

tinggi objek yang memantulkannya. Jenis objek yang dapat diindera

diantaranya adalah: objek padat, cair, butiran maupun tekstil.

7) Sensor Tekanan

Menurut Rijal (2018), sensor tekanan - sensor ini memiliki

transduser yang mengukur ketegangan kawat, dimana mengubah

tegangan mekanis menjadi sinyal listrik. Dasar penginderaannya

pada perubahan tahanan pengantar (transduser) yang berubah akibat

perubahan panjang dan luas penampangnya.

8) Sensor Kecepatan (RPM)

Menurut Azmi (2018), sensor kecepatan merupakan proses

kebalikan dari suatu motor, dimana suatu poros/object yang berputar

pada suatu generator akan menghasilkan suatu tegangan yang

sebanding dengan kecepatan putaran object. Kecepatan putar sering


2

pula diukur dengan menggunakan sensor yang mengindera pulsa

magnetis (induksi) yang timbul saat medan magnetis terjadi.

9) Sensor Penyandi (Encoder)

Menurut Azhar (2019), sensor penyandi (Encoder) digunakan

untuk mengubah gerakan linear atau putaran menjadi sinyal digital,

dimana sensor putaran memonitor gerakan putar dari suatu alat.

Sensor ini biasanya terdiri dari 2 lapis jenis penyandi, yaitu; Pertama,

Penyandi rotari tambahan (yang mentransmisikan jumlah tertentu

dari pulsa untuk masing-masing putaran) yang akan membangkitkan

gelombang kotak pada objek yang diputar. Kedua, Penyandi absolut

(yang memperlengkapi kode binary tertentu untuk masing-masing

posisi sudut) mempunyai cara kerja sang sama dengan perkecualian,

lebih banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak yang dihasilkan

sehingga membentuk suatu pengkodean dalam susunan tertentu.

Menurut Sanusi (2018), persyaratan umum sebuah sensor adalah:

a) Linieritas

Linieritas adalah masukan(inputan) dan keluaran (output)

harus berbanding lurus.

b) Sensitivitas

Sensitivitas adalah sesuatu hal yang akan menunjukan sensor

kita itu peka atau tidaknya. Linieritas sebuah sensor biasanya akan

mempengaruhi sensitivitas sensor tersebut.


2

c) Tanggapan waktu

Tanggapan waktu pada sebuah sensor menunjukan seberapa

cepat sensor kita cepat tanggap terhadap perubahan masukan (input).

5. Jenis-Jenis Transduser (Hidayatullah & Triyana, 2018)

1) Dari sisi pola aktivasinya, transduser dapat dibagi menjadi dua,

yaitu: Tranduser pasif, yaitu tranduser yang dapat kerja bila

mendapat energi tambahan dari luar.

2) Transduser aktif, yaitu transduser yang bekerja tanpa tambahan

energi dari luar, tetapi menggunakan energi yang akan diubah itu

sendiri.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

1. Rudiyanto, (2018) dengan judul penelitian “Pengembangan trainer sensor

pada mata pelajaran. Sensor dan Aktuator kelas XI Jurusan Teknik

Elektronika Industri di SMK Negeri 2 Singosari”. Penelitian tersebut

mengembangkan trainer sensor dengan menggunakan model ADDIE.

Produk yang dihasilkan dari penelitian tersebut berupa trainer beserta

jobsheet dan buku panduan.

2. Chandra, (2018) dengan judul penelitian “Pengembangan Trainer KIT

Sensor Berbasis ATMEGA32 Sebagai Media Pembelajaran pada Mata

Kuliah Sensor dan Tranduser”. Kesimpulan dari penilitian ini

berdasarkan hasil temuan dan analisa, perencanaan media pembelajaran

diwujudkan
2

dengan silabus, menentukan materi, merencanakan desain program,

pembuatan program, perbaikan program, dan validasi program.

3. Syahputro, (2021) dengan judul penelitian “Pengembangan Trainer

Sensor Pendeteksi Gas Di Udara Pada Mata Kuliah Sensor Dan

Transduser Prodi S1 Pendidikan Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro

Universitas Negeri Malang”. Kesimpulan dari penelitian ini media

pembelajaran dapat digunakan sebagai media pembelajaran pada mata

diklat praktik sensor dan transduser agar siswa menjadi lebih terbuka

dalam menanggapi tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi khususnya dalam hal sensor dan transduser.

4. Purnamawai, (2020) dengan judul penelitian “Pelatihan Mendesain

Media Pembelajaran Trainer sensor dan Transduser”. Penelitian tersebut

menghasilkan sebuah trainer sensor dan transduser berdasarkan hasil

diskusi, tanya jawab, oleh mitra pendamping, yakni SMK Negeri 2

Makassar.

Persamaan beberapa penelitian di atas dengan yang peneliti akan

dilakukan adalah sama-sama melakukan pengembangan sensor dan transduser

sebagai media pembelajaran, sedangkan perbedaannya hanya terletak

disasaran penelitian yaitu penelitian ini berfokus kepada siswa dan penggunaa

media sensor dan transduser pada mata pelajaran elektronika industri.


3

C. Kerangka Pikir

Kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik apabila sarana

dan prasarana tersedia dengan baik, lengkap dan mengikuti perkembangan

teknologi. Trainer sensor dan transduser dapat membuat siswa lebih tertarik

dalam belajar, terlebih jika Trainer yang digunakan dapat membangkitkan

rasa ingin tahu yang besar bagi siswa, tentunya hal ini akan mendorong siswa

untuk belajar lebih sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Diketahui

permasalahan mitra adalah (a) Kurangnya motivasi bagi guru-guru dalam

menyiapkan media pembelajaran yang bervariasi terutama media

pembelajaran trainer untuk mata pelajaran praktikum. (b) Terbatasnya media

pembelajaran praktikum berupa trainer untuk mata pelajaran praktikum,

sehingga pembelajaran hanya memanfaatkan media presentasi berupa power

point. Melihat pentingnya peranan media pembelajaran maka kegiatan ini

dilakukan dengan menggunakan pendekatan pendampingan dan pelatihan

untuk mengembangkan media pembelajaran trainer sensor dan transduser di

SMK Negeri 2 Makassar.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai

efektivitas penggunaan media pembelajaran trainer sensor dan transduser

untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran elektronika industri

di SMKN 2 Makassar. Adapun dua pokok pembahasan untuk memperoleh

informasi tersebut yaitu mengetahui bagaimana penggunaan trainer sensor

dan transduser sebagai media pembelajaran dan hasil belajar siswa setelah

mengunakan media trainer sensor dan transduser.


3

PERMASAHALAN Kurangnya motivasi bagi guru-


guru dalam menyiapkan media
pembelajaran yang bervariasi

Terbatasnya media
pembelajaran praktikum
berupa trainer

PEMECAHAN Mencari tahu lebih lanjut


mengenai efektivitas penggunaan
media pembelajaran

Mengetahui bagaimana
penggunaan trainer sebagai media
pembelajaran

HASIL Efektifitas penggunaan


trainer sebagai media
pembelajaran

Peningkatan hasil belajar siswa

Gambar 2.5. Kerangka Pikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakann jenis penelitian Quasi Experiment atau

Eksperimen Semu. Adapun metode penelitian yang digunakan berupa metode

penelitian kuantitatif. Deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengumpulkan,

menggambarkan, dan menerangkan aspek-aspek yang telah dievaluasi.

Penelitian ini merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mencari

pengetahuan baru.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 2 Makassar jalan Pancasila No.15

Makassar, Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan Penelitian ini

dilakukan pada bulan Juni - Juli 2022.

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian


Pekan
No Rincian Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Penyusunan Proposal
2. Pengurusan Izin
3. Penyusunan Instrumen
4. Pengujicobaan Instrumen
5. Pengumpalan Data
6. Pengolahan dan Analisis Data
7. Penyusunan Laporan Penelitian
8. Penyajian Laporan

32
3

C. Populasi dan Sampel penelitian

1. Populasi

Populasi yang ada pada penelitian ini ditujukan pada siswa kelas X

Elektronika SMKN 2 Makassar.

2. Sampel

Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang dilakukan

dengan tujuan tertentu oleh peneliti yaitu peserta didik yang menjadi

subjek penelitian. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

seluruh dari anggota populasi yang memenuhi kriteria dimasukkan

dalam penelitian ini. Adapun kriteria-kriteria dalam hal ini adalah

seluruh siswa kelas X Elektronika SMKN 2 Makassar.

Tabel 3.2. Sampel Penelitian

Kelas Jumlah Sampel


X Elektronika 1 30
X Elektronika 2 30
Jumlah 60

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tes, dan angket.

1. Tes Hasil Belajar

Digunakan untuk mengukur tingkat hasil belajar siswa ranah

kognitif untuk pretest dan posttest. Soal tes disusun berdasarkan tujuan

dan kisi-kisi tes.

2. Angket
3

Angket termasuk teknik evaluasi hasil belajar atau pengumpulan

data yang dipakai untuk mengevaluasi hasil belajar pada aspek afektif.

Angket ini digunakan untuk mengukur minat siswa terhadap

pembelajaran elektronika industri dengan menggunakan trainer sensor

dan transduser.

E. Instrument Penelitian

Penelitian ini menggunakan lembar pretest dan posttest yang diperlukan

untuk penyimpulan data. Adapun kisi-kisi instrument tes hasil belajar kognitif

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 3.3. Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa

No. Indikator Materi Pelajaran Butir Soal


Menjelaskan konsep Pengertian sensor
1. dasar sensor dalam 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
elektronika industri Macam-macam sensor
Menjelaskan konsep
Pengertian transduser
dasar transduser 8, 9, 10, 11, 12,
2.
dalam elektronika Macam-macam 13, 14
industri transduser
Menerapkan konsep
sensor dan Konsep sensor dan
transduser dalam transduser dalam sistem 15, 16, 17, 18,
3.
sistem pengendali pengendali pada kontrol 19, 20
pada kontrol elektronika industri
elektronika industri

Selain lembar pretest dan posttest, instrumen penelitian lain yang

digunakan adalah angket hasil belajar ranah afektif siswa. Angket hasil

belajar siswa digunakan untuk mengukur minat siswa terhadap pembelajaran

Elektronika Industri. Skala angket yang digunakan yaitu skala Likert

dikarenakan lebih efisien, lebih hemat dan tidak terlalu banyak memberikan
3

opsi/pilihan jawaban. Opsi/pilihan jawaban pada skala likert tersebut, yaitu

SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju) dan

S (selalu), Sr (sering), Kd (kadang-kadang), TP (tidak pernah). Adapun kisi-

kisi tes hasil belajar ranah afektif siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4. Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Aspek Afektif Siswa

Jumlah
No. Indikator Pertanyaan/Pernyataan No. Butir
Butir
Mempelajari mata
pelajaran Elektronika
Industri
Pembelajaran sesuai
Keinginan/ harapan
1. 4 1,2,3,4
Dorongan Menguasai materi
Elektronika Industri
Pentingnya mempelajari
mata pelajaran
Elektronika Industri
Belajar dengan sungguh-
sungguh dalam
pembelajaran ini
Mengerjakan sendiri
tugas-tugas Elektronika
Industri
Mengulang kembali
dirumah materi
Elektronika Industri
2. Usaha 8 Bekerja sangat keras agar 5,6,7,8,9,10,11,12
berhasil dalam
pembelajaran ini.
Membaca dan memahami
materi pembelajaran
Elektronika Industri
Bertanya kepada guru
Bertanya kepada teman
Bertanya kepada orang
lain
Mengerjakan soal-soal
3. Perhatian 3 13,14,15
Elektronika Industri
3

Metode teknik mengajar


yang menarik dalam
pembelajaran
Aktif dalam pembelajaran

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

uji-t. Uji-t adalah salah satu teknik analisis data yang digunakan untuk

menguji kesamaan dua rata-rata, yang digunakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya perbedaan antara dua buah data. Ada beberapa syarat yang harus

dipenuhi sebelum uji-t dilakukan, antara lain: data dari masing-masing

sampel berdistribusi normal, data dipilih secara acak, dan data dari masing-

masing sampel homogen.

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan

untuk menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel,

apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal ataukah tidak. Uji

statistik yang dapat digunakan diantaranya adalah: Uji Chi-Square,

Kolmogorov Smirnov, Lilliefors, Shapiro Wilk, dan Jarque Bera. Namun

pada penelitian ini, hanya digunakan metode Chi-Square, mengingat

bahwa metode ini merupakan salah satu metode yang seringkali

digunakan oleh para peneliti sebagai alat uji normalitas. Adapun rumus

uji normalitas dengan Chi-Square adalah sebagai berikut:

(Usmadi, 2020)
3

Keterangan:

X2 = Nilai X2

Oi = Nilai observasi

Ei = Nilai expected/harapan, luasan interval kelas berdasarkan tabel

normal dikalikan N (total frekuensi) (pi x N)

N = Banyaknya angka pada data (total frekuensi)

2. Uji Homogenitas

Homogenitas digunakan untuk menguji apakah kedua data tersebut

homogen yaitu dengan membandingkan kedua variansinya. Sehingga kita

akan berhadapan dengan kelompok yang dari awalnya dalam kondisi

yang sama. Rumus yang digunakan dalam uji homogenitas ini adalah uji

Harley. Uji Harley merupakan uji homogenitas variansi yang sangat

sederhana karena kita cukup membandingkan variansi terbesar dengan

variansi terkecil. Rumusnya adalah sebagai berikut:

𝐹𝑚𝑎𝑥 = 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟


𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

(Usmadi, 2020)
3

Kriteria pengujian adalah membandingkan hasil hitung rumus

dengan tabel nilai – nilai F pada signifikansi 5% sebagai berikut:

 Terima H0 jika Fhitung ≤ Ftabel

 Tolak H0 jika Fhitung > Ftabel

Adapun kriteria pengujian uji homogenitas adalah sebagai berikut:

 Nilai signifikan < 0.05 maka data dari populasi yang mempunyai

varians tidak sama/ tidak homogen.

 Nilai signifikan ≥ 0.05 maka data dari populasi yang mempunyai

varians sama/ homogen.

Kriteria penetapan dan penolakan hipotesis dalam penelitian ini adalah

dengan analisis uji-t. Adapun rumus uji-t seperti di bawah ini:

̅𝑋̅1̅ − ̅𝑋̅2̅
𝑡=
𝑠2 𝑠2
√ 𝑛1 + 𝑛2

(𝑛1 − 1)𝑆12 + (𝑛2 − 1)𝑆22


𝑆2 =
𝑛1 + 𝑛2 − 2

(Yusup, 2018)

Keterangan:

𝑋̅1̅ : Nilai rata-rata tes kelas eksperiman

𝑋̅2̅ : Nilai rata-rata tes kelas kontrol

𝑛1 : Jumlah sampel pada kelas eksperiman

𝑛2 : Jumlah sampel pada kelas kontrol

𝑆 : Simpangan baku
3

𝑆2 : Varian sampel kelas eksperiman dan kelas kontrol

𝑆12 : Varians kelas eksperimen

𝑆22 : Varians kelas kontrol

Dengan kriteria sebagai berikut:

𝐻𝑜: µ1 = µ2, tidak ada perbedaan peningkatan hasil belajar siswa antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol. 𝐻𝑎: µ1 ≠ µ2, ada perbedaan peningkatan hasil

belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kesimpulan apakah

𝐻𝑜 diterima atau ditolak, diperoleh dengan membandingkan nilai t hasil uji

statistik dengan nilai t pada table didaerah kritis yaitu 𝑡(𝛼/2; 𝑛 − 1). Jika t

hitung < −𝑡(𝛼/2 ; 𝑛 − 1) maka Ho ditolak.


DAFTAR PUSTAKA

Ahdan, M. (2019). TA: Perancangan Dan Realisasi Magnetostriction Generator


Sebagai Pembangkit Gelombang Akustik Pada Frekuensi 1-10 Khz.
Doctoral Dissertation, Institut Teknologi Nasional Bandung.

Anjelin, A. E., & Purnomo, H. (2021). Efektivitas pembelajaran daring siswa


Sekolah Dasar di masa pandemi. JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 4(3),
159-163.

Aswardi, A., Mukhaiyar, R., Elfizon, E., & Nellitawati, N. (2019). Pengembangan
Trainer Programable Logic Gontroller Sebagai Media Pembelajaran Di Smk
Negeri Kota Payakumbuh. JTEV (Jurnal Teknik Elektro dan Vokasional),
5(1), 51-56.

Aulia, I. (2018). RANCANG BANGUN ALAT TRAINER SENSOR SUHU,


CAHAYA, DAN JARAK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
ELEKTRONIKA TERAPAN DI SMK IPT KARANGPANAS
SEMARANG. Edu Elektrika Journal, 7(1), 18-18.

Aviandi, V. (2020). Rancang Bangun Alat Ukur Latihan Kecepatan Reaksi Pada
Olahraga Pencak Silat Berbasis Internet Of Things (IoT). Doctoral
dissertation, Universitas Komputer Indonesia.

Azhar, M. I. (2019). Rancang Bangun Robot Pengukuran Jarak Menggunakan


Web Dan Smartphone Android. Kumpulan Karya Ilmiah Mahasiswa
Fakultas sains dan Tekhnologi, 1(1), 368-368.

Azmi, A. (2018). Studi Eksperimen Dan Analisa Pengaruh Base Oil Perlumas Sae
10w30 Terhadap Viskositas, Temperatur Dan Performa Kendaraan
Transmisi Otomatis Vario 125 Pgm-Fi. Doctoral dissertation, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.

Chandra, A. R. (2018). Pengembangan Trainer KIT Sensor Berbasis ATMEGA32


Sebagai Media Pembelajaran pada Mata Kuliah Sensor dan Tranduser.
JUPITER (Jurnal Pendidikan Teknik Elektro), 3(2), 13-18.

Devega, A. T., & Suri, G. P. (2019). Pengembangan media pembelajaran


interaktif untuk siswa SMK. Engineering and Technology International
Journal, 1(01), 11-18.

Fachrunnisa, E., & Susanti, S. (2022). Pengembangan Media Pembelajaran


Interaktif Berbasis Android Pada Mata Pelajaran Praktikum Akuntansi
Perusahaan Jasa, Dagang, dan Manufaktur SMK. EDUKATIF: JURNAL
ILMU PENDIDIKAN, 4(2), 2893-2906.

40
4

Faisal, F., & Sabir, S. (2021, December). RANCANG BANGUN MODUL


PEMBELAJARAN SEL SURYA. In Seminar Nasional Hasil Penelitian &
Pengabdian Kepada Masyarakat (SNP2M) (pp. 160-162).

Fathurrahman, A., Sumardi, S., Yusuf, A. E., & Harijanto, S. (2019). Peningkatan
Efektivtas Pembelajaran Melalui Peningkatan Kompetensi Pedagogik Dan
Teamwork. Jurnal Manajemen Pendidikan, 7(2), 843-850.

Hasbi, F. (2020). Perbandingan Mekanisme Pendaftaran Wajib Pajak dan Surat


Pemberitahuan Pajak secara Manual dengan secara Elektronik di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Padang Satu. Doctoral dissertation, Universitas
Andalas.

Hidayat, S., & Asnil, A. (2021). Pengembangan Media Pembelajaran Elektronika


Analog & Digital Berbasis Trainer Pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Negeri Padang. JTEV (Jurnal Teknik Elektro dan
Vokasional), 7(1), 64-68.

Hidayatullah, M., & Triyana, K. (2018). Pengukuran Konsentrasi Larutan Sodium


Hidroksida (NaOH) Dengan Transduser Kapasitif. Jurnal Ilmu Fisika|
Universitas Andalas, 10(1), 17-27.

Irfan, F. (2019). Pengembangan E-Learning untuk Pembelajaran Sekolah


Nonformal. Delta: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 7(2), 29-36.

Julianto, B., & Carnarez, T. Y. A. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Organisasi Professional: Kepemimpinan, Komunikasi Efektif, Kinerja, Dan
Efektivitas Organisasi (Suatu Kajian Studi Literature Review Ilmu
Manajemen Terapan). Jurnal Ilmu Manajemen Terapan, 2(5), 676-691.

Khumaidi, A. (2019). Pemanfaatan Internet of Things untuk Monitoring dan


Penghematan Peralatan Listrik pada Gedung. PROSIDING SEMNASTEK
2019, 1(1).

Lailatin, I. F. (2018). Pengaruh Budaya Organisasi Dan Kompetensi Terhadap


Efektivitas Kerja Karyawan Pada Cv. Bahana Karya Surabaya. Doctoral
dissertation, Universitas Wijaya Putra.

Lubis, S. H. (2018). Analisa gangguan medan magnet kereta api listrik terhadap
pengamatan geomagnet. Bachelor's thesis, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Marpaung, P., & Hulu, G. (2019). Efektivitas Pelaksanaan Pelayanan Sosial dan
Pembinaan Terhadap Perilaku Anak Asuh. Jurnal Governance Opinion,
4(1), 67-84.
4

Mulyani, F., & Haliza, N. (2021). Analisis perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) dalam pendidikan. Jurnal Pendidikan dan Konseling
(JPDK), 3(1), 101-109.

Nabillah, T., & Abadi, A. P. (2020). Faktor Penyebab Rendahnya Hasil Belajar
Siswa. Prosiding Sesiomadika, 2(1c).

Ningsih, R., & Manan, A. (2020). EFEKTIVITAS PENYAMPAIAN SPT


TAHUNAN WP OP MELALUI e-FILLING TERHADAP TARGET
PENERIMAAN SPT TAHUNAN PADA KANTOR PELAYANAN
PAJAK
PRATAMA MATARAM TIMUR. Jurnal Aplikasi Perpajakan, 1(1), 1-14.

Noviyanti, A., & Erawati, T. (2021). Pengaruh Persepsi Kemudahan, Kepercayaan


dan Efektivitas terhadap Minat Menggunakan Financial Technology
(Fintech)(Studi Kasus: UMKM di Kabupaten Bantul). Jurnal Ilmiah
Akuntansi Dan Finansial Indonesia, 4(2), 65-74.

Nugraha, M. F. C. (2021). Prototype Alat Bantu Penilaian Burung Lovebird


Menggunakan Sensor Suara Desibel Berbasis Arduino Uno. Doctoral
dissertation, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

Nusantoro, G. D., & Rif'an, A. P. R. M. (2017). Sistem Pengendalian Suhu Pada


Proses Distilasi Vakum Bioetanol Menggunakan Kontrol Logika Fuzzy.
Doctoral dissertation, Brawijaya University.

Pane, T., Tulusan, F., & Tampi, G. B. (2020). Efektivitas Unit Layanan
Administrasi Dalam Pengelolaan Data Di Sekretariat Daerah Provinsi
Sulawesi Utara. Jurnal Administrasi Publik, 6(91).

Perwira, R. W. (2018). Deteksi Jalan Berlubang Menggunakan Sensor Ultrasonik


Berbasis Android. Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah
Malang.

Pineng, M., & Silka, S. (2018). Penggunaan Mikrokontroler Pada Sensor Suhu. In
Neutrino (Vol. 1, No. 2, pp. 1-4).

Prastyo, A. (2018). Pengembangan trainer kit berbasis ATMega 16 pada mata


pelajaran teknik pemrograman di smkn 1 arosbaya. Jurnal Pendidikan
Teknik Elektro, 7(2).

Purnamawati, P., Akil, M., & Nuridayanti, N. (2020). Pelatihan Mendesain Media
Pembelajaran Trainer sensor dan Transduser. In Seminar Nasional
Pengabdian Kepada Masyarakat.

Rijal, R. S. (2018). Rancang Bangun Alat Deteksi Kebocoran Pipa Distribusi Air
Berbasis Sensor Tekanan Dan Mikrokontroler. Doctoral dissertation,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
4

Rochman, R. N. (2018). Evaluasi Dan Perbaikan Desain Antarmuka Pengguna


Situs Web Pariwisata Dengan Menggunakan Pendekatan User Centered
Design (UCD)(Studi Kasus: Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru Malang). Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya.

Rudiyanto, B. B. (2022). Pengembangan trainer sensor pada mata pelajaran.


Sensor dan Aktuator kelas XI Jurusan Teknik Elektronika Industri di SMK
Negeri 2 Singosari. SKRIPSI Mahasiswa UM.

Sanusi, A. F. (2018). Prototipe sistem pemantau ketinggian level air sungai jarak
jauh berbasis IoT (Internet of Things) dengan NodeMCU. Doctoral
dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Supatmi, S. (2017). Pengaruh sensor LDR terhadap pengontrolan lampu. Majalah


Ilmiah UNIKOM.

Syahputro, A. D. S. (2021). pengembangan trainer sensor pendeteksi gas di udara


pada mata kuliah sensor dan transduser prodi s1 pendidikan teknik elektro
jurusan teknik elektro universitas negeri malang. Doctoral dissertation,
Universitas Negeri Malang.

Usmadi, U. (2020). Pengujian persyaratan analisis (Uji homogenitas dan uji


normalitas). Inovasi Pendidikan, 7(1).

Widianti, S. Y. (2018). Rancang Bangun Pengontrolan dan Monitoring


Kebisingan Ruangan Berbasis Mikrokontroler AVR ATMega 8535. JET
(Journal of Electrical Technology), 3(1), 22-26.

Yusup, F. (2018). Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian kuantitatif.


Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(1).

Zainudin, Z., Wijayanti, R., & Faulina, R. (2021). Efektivitas Pembelajaran


Hiybrid Learning Masa Pandemi Covid-19 Pada Mata kuliah IPA Kelas
Rendah. Jurnal IPA & Pembelajaran IPA, 5(3), 242-249.

Anda mungkin juga menyukai