Anda di halaman 1dari 38

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DALAM

MENYELESAIKAN PROGRAM LINEAR DITINJAU DARI


KEPRIBADIAN INTROVERT DAN EKSTROVERT PADA SISWA
KELAS XI SMAN 1 TANJUNG JABUNG BARAT

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh :

PUTRI PADLYA

NIM : 2000884202007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BATANGHARI JAMBI
2023
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah..................................................................... 5
1.3 Pembatasan Masalah .................................................................... 6
1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORETIK
2.1 Literasi Matematika ..................................................................... 8
2.2 Teori Kepribadian ........................................................................ 12
2.3 Hubungan Antara Kemampuan Literasi Dengan Kepribadian
Introvert Dan Ekstrovert ............................................................. 17
2.4 Penelitian Relevan ...................................................................... 19
2.5 Kerangka Konseptual................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Pendekatan .......................................................................... 23
3.2 Latar Penelitian............................................................................ 24
3.3 Instrumen Penelitian .................................................................... 25
3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 26
3.5 Teknik Analisis Data .................................................................... 28
3.6 Jadwal Penelitian ......................................................................... 31
REFERENSI ............................................................................................... 32

ii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian ...................................................................... 20

Tabel 3.1 Instrumen Penentuan objek penelitian ............................................ 24

Tabel 3.2 Intrumen Penelitian ........................................................................ 25

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Program Linear ....................................................... 26

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian ........................................................................... 31

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual .............................................................. 22

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi penguasaan literasi merupakan sebuah keniscayaan. literasi

merupakan alat penting untuk berfungsi dalam masyarakat modern. Kemampuan

literasi bangsa Indonesia dalam lingkup dunia dapat dilihat dari data PISA. Data

PISA menunjukkan bahwa kemampuan membaca anak-anak Indonesia masih

rendah dari yang ditetapkan Organization for Economic Cooperation and

Development (OECD). Menurut Kemdikbud (2021) kompetensi membaca belum

menunjukkan peningkatan yang signifikan, dari 396 di tahun 2012 menjadi 397

poin di tahun 2015. Karena itulah, pemerintah dalam hal ini Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui berbagai program terus

berupaya meningkatkan kemampuan literasi bangsa. Di antaranya melalui Gerakan

Literasi Sekolah (GLS). GLS adalah upaya menyeluruh yang melibatkan semua

warga sekolah (guru, peserta didik, orangtua/wali murid) dan masyarakat, sebagai

bagian dari ekosistempendidikan. Salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut

adalah “kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar

dimulai” (Dirjen Dikdasmen, 2021).

Menurut draft assessment PISA (Programme for International Student

Assessment) 2015, literasi matematis mengacu pada kemampuan individu untuk

merumuskan, menerapkan, dan menafsirkan matematika, yang mencakup konsep,

prosedur, dan fakta, dalam berbagai konteks. Hal ini membantu setiap individu

dalam memahami pentingnya matematika dalam kehidupan mereka.

1
Indonesia telah berpartisipasi dalam program PISA (Programme for

International Student Assesment) sebagai bahan evaluasi kualitas pendidikan. PISA

merupakan salah satu asesmen berskala internasional utama dan merupakan salah

satu program yang diresmikan oleh OECD (Organisation for Economic

Cooperation and Development) pada tahun 1990 (OECD, 2019:3). Mendikbud,

Nadiem Makarim menyatakan bahwa studi yang dilakukan oleh PISA dijadikan

sebagai bahan evaluasi kualitas pendidikan di Indonesia (Zahid, 2020:706).

Menurut Kaye dan Rose studi yang dilakukan oleh PISA dapat digunakan untuk

menilai kemampuan matematika serta tingkat efektivitas sistem pendidikan

(Muzaki dan Masjudin, 2019:494). Penilaian kemampuan matematika yang

dilakukan PISA salah satunya yakni kemampuan literasi matematika. Studi yang

dilakukan PISA dapat digunakan untuk mengukur kemampuan literasi matematika

peserta didik di Indonesia. Kemampuan literasi matematika perlu dimiliki oleh

setiap peserta didik. Kemampuan literasi matematika sangat berguna untuk

menghadapi tantangan di masa yang akan datang, yaitu pada abad ke-21 (Janah dkk,

2019:906). Kemampuan literasi matematika tidak hanya pada kemampuan

berhitung saja, namun juga kemampuan memecahkan suatu permasalahan dan

mengkomunikasikan penyelesaian dengan menerapkan matematika dalam

kehidupan sehari-hari.

Mata pelajaran matematika tidak hanya tentang angka, hitungan, atau logika

saja, lebih dari itu matematika ini mempunyai peranan yang penting bagi

pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Matematika merupakan sebuah

pemikiran manusia yang memiliki kaitan erat dengan suatu ide, proses, maupun

2
penalaran. Dalam aspek pembelajaran sendiri matematika. memiliki beberapa

standar yang harus dipenuhi oleh para siswa. National Council of Teachers of

Mathematics (NCTM) telah menetapkan beberapa standar tersebut, diantaranya:

pemecahan masalah matematis, penalaran dan pembuktian matematis, komunikasi

matematis, koneksi matematis, dan representasi matematis.Jika diperhatikan lebih

lanjut, kelima standar yang telah ditetapkan oleh NCTM tersebut merupakan

komponen yang ada dalam literasi matematis. Dengan dikuasainya berbagai

kemampuan tersebut oleh para siswa, diharapkan siswa akan memiliki kemampuan

literasi matematis yang baik pula. Selain penguasaan literasi matematis yang baik,

siswa juga diharapkan mampu menyelesaikan berbagai masalah yang timbul dalam

kesehariannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa masalah pasti akan timbul disetiap

kehidupan manusia, dan untuk menyelesaikannya dibutuhkan suatu pemikiran dan

sikap yang kritis. Oleh karena itu literasi matematis ini sangat penting untuk

dikuasai oleh para siswa. (Tandri Patih. 2019): 37).

Dalam literasi matematis terdapat berbagai faktor yang dapat memengaruhi

tingkatan kemampuan siswa. Faktor-faktor tersebut kemudian dibagi kedalam

faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang memengaruhi tingkat

kemampuan literasi matematis siswa yaitu kondisi keluarga, kepemilikan sarana

belajar, dan kondisi sosial budaya di rumah; sementara faktor internal yang dapat

memengaruhi kemampuan literasi matematis adalah jati diri atau kepribadian siswa.

Kepribadian disini terbagi atas dua macam kepribadia yaitu

introvert dan ekstrovert. Faktor yang paling dominan atau faktor utama yang

berpengauh pada tingkat kemampuan literasi matematis siswa, yaitu kepribadian

3
seperti introvert dan ekstrovert. Faktor psikologis yang dimiliki peserta didik

mampu mempengaruhi minat baca peserta didik. Adapun penelitian yang dilakukan

menunjukkan hasil belajar matematika peserta didik dengan tipe kepribadian

introvert dan extrovert terdapat perbedaan. Hal tersebut didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh Awsalludin (2021:2766) bahwa terdapat perbedaan antara tipe

kepribadian introvert dan extrovert dalam kemampuan menuliskan langkah-

langkah penyelesaian matematika.

Keragaman yang ditunjukkan oleh peserta didik dengan tipe kepribadian

introvert dan extrovert dapat dilihat dalam pembelajaran. Keragaman tersebut dapat

dilihat berdasarkan pola tingkah laku yang mencolok. Tipe kepribadian extrovert

memiliki ciri-ciri suka mengambil tantangan, tidak suka belajar sendiri, tidak

banyak pertimbangan. Sedangkan tipe kepribadian introvert memiliki ciri-ciri

tenang, suka belajar sendiri, dan banyak pertimbangan dalam mengambil

keputusan. Tipe kepribadian introvert juga cenderung lebih berhati-hati dalam

mengambil keputusan sehingga kurang cepat dibandingkan dengan tipe kepribadian

extrovert (Amirah N, 2023:5).

Perbedaan kepribadian ini bisa mempengaruhi bagaimanana seseorang dalam

hal ini adalah siswa dalam memecahkan masalah karena tentunya ada keberagaman

dalam penerimaan informasi, pengolahan informasi dan tindakan akan informasi

itu. Perbedaan itulah yang menyebabkan keberagaman dalam menyelesaikan suatu

masalah. Kebiasaan seseorang yang dalam hal ini adalah siswa akan mempengaruhi

sikap dan tindakannya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tipe

4
kepribadian seseorang bisa menjadi faktor keputusan yang membedakan seorang

siswa dalam memecahkan suatu masalah yang diberikan.( (Putri et all 2020:47).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru

matematika menunjukkan bahwa kemampuan berpikir yang dimiliki peserta didik

berbeda-beda. Perbedaan kepribadian ini bisa mempengaruhi bagaimanana

seseorang dalam hal ini adalah siswa dalam memecahkan masalah karena tentunya

ada keberagaman dalam penerimaan informasi, pengolahan informasi dan tindakan

akan informasi itu. Perbedaan itulah yang menyebabkan keberagaman dalam

menyelesaikan suatu masalah. Kebiasaan seseorang yang dalam hal ini adalah siswa

akan mempengaruhi sikap dan tindakannya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa tipe kepribadian seseorang bisa menjadi faktor keputusan yang membedakan

seorang siswa dalam memecahkan suatu masalah yang diberikan. Sehingga, peneliti

ingin mengkaji lebih lanjut kemampuan literasi matematika yang dimiliki peserta

didik ditinjau dari tipe kepribadian introvert dan extrovert. Hal tersebut dikarenakan

belum ada penelitian yang mengkaji kemampuan literasi matematika peserta didik

dalam menyelesaikan program liniear ditinjau berdasarkan tipe kepribadian

introvert dan extrovert.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat masalah-masalah yang

berkaitan dengan penelitian ini. Masalah tersebut diidentifikasikan sebagai berikut:

Kemampuan berpikir yang dimiliki peserta didik berbeda-beda sehingga Perbedaan

kepribadian ini bisa mempengaruhi bagaimanana siswa dalam memecahkan

masalah.

5
1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya

penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih

terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan

tercapai. Beberapa batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Luas lingkup hanya meliputi kepribadian introvert dan ekstrovert serta

kemampuan literasi matematika.

2. Informasi yang disajikan yaitu : kemampuan literasi matematika kepribadian

introvert dan ekstrovert dalam menyelesaikan program linear.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas. Maka, disusun

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan literasi matematika siswa berkepribadian introvert

dalam menyelesaikan program liniear ?

2. Bagaimana kemampuan literasi matematika siswa berkepribadian ekstrovert

menyelesaikan program liniear ?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas. Maka, tujuan

penelitian yang ingin dicapai sebagai berikut :

1. Menganalisis kemampuan literasi matematika siswa berkepribadian introvert

dalam menyelesaikan program liniear ?

6
2. Menganalisis kemampuan literasi matematika siswa berkepribadian ekstrovert

menyelesaikan program liniea.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan ialah sebagai berikut:

1. Bagi siswa Sebagai pembiasaan untuk mengetahui, mengevaluasi, dan

mengontrol cara belajarnya sendiri, sehingga dapat meningkatkan kemampuan

literasi numerasi dalam menyelesaikan permasalahan.

2. Bagi guru Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam merancang proses

pembelajaran, untuk meningkatkan kemampuan literasi numerasi siswa

berdasarkan kepribadian introvert dan ekstrovert.

3. Bagi peneliti Sebagai pengalaman dan wawasan baru mengenai kemampuan

literasi numerasi siswa berdasarkan kepribadian introvert dan ekstrovert dalam

menyelesaikan program, linear.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Literasi Matematika

2.1.1 Pengertian Literasi Matematika

Menurut draft assessment PISA (Programme for International Student

Assessment), definisi literasi matematika adalah keterlibatan aktif dalam

matematika, dan dimaksudkan untuk mencakup penalaran matematis dan

penggunaan konsep matematika, prosedur, fakta dan alat dalam mendeskripsikan,

menjelaskan dan memprediksi fenomena, dan diterangkan secara khusus bahwa

kata kerja "merumuskan", "menggunakan", dan "menafsirkan" menunjuk ke tiga

proses di mana peserta didik sebagai pemecah masalah yang aktif akan terlibat.

(Ummu. dkk 2019:62).

Literasi Matematika terdiri dari tiga aspek berupa berhitung, relasi

numerasi, dan operasi aritmatik. Berhitung adalah kemampuan untuk menghitung

suatu benda secara verbal dan kemampuan untuk mengidentifikasi jumlah dari

benda. Relasi numerasi berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan kuantitas

suatu benda seperti lebih banyak, lebih sedikit, lebih tinggi, atau lebih pendek.

Sementara itu, operasi aritmatika adalah kemampuan untuk mengerjakan operasi

matematika dasar berupa penjumlahan dan pengurangan. Tiga aspek literasi

numerasi yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan aspek dasar dalam

pembelajaran matematika yang penting diperkenalkan sejak usia dini hingga anak

memasuki kelas rendah (Mahmud & Pratiwi, 2019).

8
2.1.2 Kompentesi Literasi Matematika

Terdapat enam dasar keterampilan literasi, yaitu literasi baca tulis, literasi sains,

literasi digital, literasi numerasi, literasi finansial, literasi budaya, dan literasi

kewargaan. Dalam kehidupan sehari-hari, literasi numerasi sangat penting. Siswa

harus diajarkan numerasi sejak kecil agar mereka dapat menggunakan penalaran

rasional dalam setiap tugas. Siswa memiliki kesempatan untuk menerapkan

keterampilan literasi numerasi dalam pembelajaran (Han et al., 2017).

Literasi matematika adalah kemampuan (1) menggunakan matematika dasar

untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, (2) menganalisis

informasi dalam berbagai bentuk grafik, tabel, dan diagram, dan (3) menafsirkan

hasil analisis untuk pengambilan keputusan (Ambarwati & Kurniasih, 2021).

Menurut Yayu, et all (2023) Kompetensi literasi matematika merupakan

suatu kebutuhan yang sangat penting dan akan bermanfaat untuk kehidupan

diantaranya:

1. Peserta didik memiliki kecakapan dalam perencanaan dan pengolahan

kegiatan yang baik.

2. Peserta didik memiliki kemampuan dalam perhitungan dan penafsiran

terhadap data yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

3. Peserta didik mampu mengambil keputusan yang tepat dalam setiap aspek

kehidupan. Dengan kompetensi literasi dan numerasi yang baik, peserta

didik akan mampu mengaplikasikan pengetahuan dan kecakapannya dalam

kehidupan sehari-hari.

9
Menurut Mizaniya (2020). literasi dalam matematika ditandai oleh beberapa

kompetensi utama, yaitu:

1. Berpikir dan bernalar matematika, yaitu meliputi kemampuan mengajukan

pertanyaan berciri matematika; mengetahui sejumlah jawaban yang bisa

ditawarkan oleh matematika; memahami keluasan maupun keterbatasan konsep

matematika serta mampu menyiasatinya.

2. Berargumen matematika, yaitu mengetahui apa yang dimaksud dengan bukti;

mengetahui perbedaan antara bukti dan penalaran matematika lainnya; mampu

mengikuti dan menilai urutan dalam gagasan; mampu membuat dan mengetahui

gagasan matematika.

3. Komunikasi matematika, yaitu mampu menyatakan gagasan dalam berbagai

bentuk baik lisan, tulisan dan bentuk visual lainnya; memahami hasil pekerjaan

orang lain.

4. Pemodelan, yaitu kemampuan menerjemahkan realitas ke dalam bentuk

matematika; sebaiknya, menafsirkan model matematika dalam konteks atau

realitasnya; bekerja dengan model; menguji (memvalidasi) model; memberi

saran-saran.

5. Mengajukan dan memecahkan masalah, meliputi kemampuan mengajukan,

merumuskan, mendefinisikan, dan menyelesaikan masalah dengan berbagai

cara.

6. Representasi, yaitu kemampuan menerjemahkan, membedakan, dan menafsirkan

bentuk-bentuk representasi matematika dan objek atau situasi, serta memhami

hubungan diantara representasi yang berbeda.

10
7. Simbol, yaitu mampu menggunakan operasi simbolik, formal, dan bahasa teknik.

8. Alat dan teknologi, yaitu kemampuan menggunakan alat bantu, termasuk

teknologi apabila diperlukan.

2.1.3. Indikator Literasi Matematika

Litersi matematika terdapat tiga indikator yaitu merumuskan situasi matematis;

menerapkan matematika menggunakan prosedur, fakta, konsep, dan penalaran

matematika; serta menerapkan, menafsirkan, dan mengevaluasi hasil matematika

(Fikriyah et al., 2022). Pada indikator merumuskan masalah, soal wajib dipahami

dengan baik oleh siswa. Selain itu, apa yang diketahui dari permasalahan harus

dituliskan. Pada indikator menerapkan konsep matematika, siswa harus

menjelaskan cara yang digunakan saat menyelesaikan soal. Pada indikator terakhir

yaitu menafsirkan hasil penyelesaian harus menangkap penjelasan soal serta

mengetahui informasi dari petunjuk soal.

Baiduri (2019) literasi matematika penting dikuasai peserta didik menyongsong

industri 4.0. Kemampuan literasi matematika menandakan kapasitas individu dalam

formulate, employ, dan interpret & evaluate matematika. Ketiga proses utama

tersebut merupakan indikator kemampuan proses matematika seseorang untuk

dapat menghubungkan konteks masalah dengan konsep matematika dan

menyelesaikan masalah.

Menurut Ummu & Sri (2023) indikator Literasi Matematika yaitu :

1. Menggunakan bermacam-macam angka dan simbol berkaitan dengan

matematika dasar pada pemecahan masalah praktis dalam konteks kehidupan

sehari-hari.

11
2. Menganalisis informasi yang ditampilkan dari berbagai bentuk (grafik, table,

bagan, dsb.)

3. Menafsirkan hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil

keputusan

2.2 Teori Kepribadian

Kepribadian adalah penyesuaian diri ,yaitu suatu proses respons individu,

baik yang bersifat perilaku maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-

kebu8tuhan dari dalam diri,ketegangan emosional ,frustasiu dan konflik,serta

memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dan norma

lingkungan.

Psikologi memandang kepribadian sebagai suatu bidang studi empiris

bukan sebagai dasar untuk melakukan penilaiannya baik atau buruk. Bidang studi

empiris ini sangat kompleks dan terus berkembang sampai sekarang. Maksud utama

bidang studi ini adalah untuk mengetahui pola tingkah laku manusia, bukan hanya

untuk digeneralisasi, melainkan lebih dari itu untuk mengethui sejauh mana

seseorang itu berbeda dari yang lain atau sejauh mana manusia itu unik.

Dibawah ini akan dikemukakan sederetan definisi dari berbagai aliran

psikologi tentang kepribadian:

1. Teori psikoanalisis oleh Sigmund Freud memandang bahwa kepribadian terdiri

dari tiga komponen yaitu id ( naluri), ego ( kesadaran atau aku), superego ( hati

nurani)

12
2. Kaum Behavioristik oleh B.F Skinner memandang bahwa kepribadian sebagai

rangkaian kebiasaan (habits) yang tersusun dari sejumlah. (Nella &Anas.

2019:100-101).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang dapat

dikelompokkan kedalam dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri.

faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Faktor genetis

maksudnya ialah bawaan sejak lahir danmerupakan pengaruh keturunan dari salah

satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya atau bisa jadi gabungan

atau kombinasi dari sifat kedua orang tuanya.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari orang tersebut. Faktor

eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan

seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, teman, tetangga,

sampai dengan pengaruh dari berbagai media sosial atau media informasi.

Eysenck juga membedakan kepribadian kedalam dua tipe yaitu introvert

dan ekstrovert, dimana masing-masing dari pola tindakan yang dimilki oleh

kepribadian introvert dan ekstrovert ini berbeda dan saling bertolak belakang.

(Melati, dkk. 2022: 11723).

2.2.1 Introvert

Kepribadian introvert merupakan kepribadian remaja yang tertutup,

sehingga remaja cenderung memilih sendiri atau bertemu dengan sedikit teman.

13
Remaja yang kepribadian introvert mengarahkan remaja ke dunia dalam, remaja

introvert lebih berpikir ke arah subjektif dirinya sendiri. Orang-orang yang

termasuk dalam tipe introvert adalah individu yang berpusat pada dirinya sendiri,

termasuk menentukan perilakunya sendiri. Sebaliknya, orang dengan tipe

kepribadian ekstrovertcenderung mengarahkan dirinya pada lingkungan di

sekitarnya, dan pada umumnya suka berteman, ramah, menyukai pesta, mempunyai

banyak teman, membutuhkan orang lain untuk menjadi lawan bicara mereka, tidak

suka membaca ataupun belajar sendirian, senang humor, selalu siap menjawab,

menyukai perubahan dan santai. (Nursyahrurahmah. 2023:114).

Individu dengan kepribadian introvert yang mereka dapat masuk pada

lingkungan baru yang bertolak dengan tipe kepribadian mereka. Tetapi pada intinya

beberapa individu memiliki kecerdasan emosi yang membentuk mereka menjadi

pribadi introvert yang luwes akan lingkungan baru dan membantu beradaptasi.

Sehingga mereka dapat memahami emosi dan membantu mereka membentuk

hubungan dengan orang lain. Pribadi introvert sering terlihat pasif dan jarang

memperlihatkan emosi dengan ekspresi wajah yang ternyata jusru memiliki cara

tersendiri dalam mengendalikan emosi di hadapan orang lain, sehingga hal ini

menjadikan pribadi introvert di anggap tidak dapat mengungkapkan atau

mengekspresikan emosinya. Setiap orang pasti pernah merasa insecure, namun

remaja dengan kepribadian introvert sering merasa insecure yang berlebihan

terhadap dirinya sendiri.( Khairun & Mirawati. 2022:607).

Kepribadian introvert memiliki ciri dimana dalam menghadapi sesuatu

banyak dipengaruhi oleh faktor subyektif yang berasal dari dunia batin sendiri,

14
sebaliknya kepribadian ekstrovert memiliki ciri lebih terbuka dan lebih dapat

bersosialisasi.( Siswoto & Sylene. 2019:62).

Menurut Hesti & Media (2021: 6528) indikator kepribadian introvert adalah

sikap yang muncul mengarahkan individu untuk bertindak subjektif dan

memusatkan perhatian pada dunia dalam atau privat. Perilaku menyendiri atau

kurang berinteraksi dengan lingkungan memberikan kesan tidak ramah dan anti

sosial, lebih senang introspektif dan sibuk dengan dunia privasinya. selain itu

individu yang introvert juga mengamati dunia luar dengan cara yang selektif dan

menilai dunia luar dengan pemikiran subjektif mereka sendiri.

2.2.2 Ekstrovert

Kepribadian ekstrovert merupakan tipe kepribadian yang orientasi terutama

tertuju pada dunia luar dan tindakan banyak dipengaruhi oleh lingkungan,

sedangkan introvert memilki kecenderungan bersifat diam, tidak bergaul dengan

orang lain. Perbedaan kedua kepribadain tersebut dapat berpengaruh pada

kemampuan komunikasi individu dengan lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa

siswa yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert akan lebih senang berinteraksi

bersama siswa lainya dibandingkan dengan siswa yang memiliki tipe kepribadian

introvert. Artinya siswa reguler ekstrovert memiliki peluang yang lebih besar untuk

berinteraksi dengan siswa difabel karena kepribadian ekstrovert senang terlibat

dengan orang-orang disekitarnya. Sedangkan siswa reguler introvert memiliki

peluang yang lebih kecil untuk berinteraksi dengan siswa difabel karena mereka

memiliki kecenderungan memusatkan perhatian pada diri sendiri dan tidak suka

terlibat dengan orang-orang sekitarnya.( Siswoto & Sylene. 2019:64).

15
Tipe kepribadian ekstrovert sering ditandai dengan sifat khas yaitu responsif

terhadap lingkungan sekitarnya, juga kreatif dalam relasinya dengan orang lain,

serta lebih reaktif terhadap dunia luar di sekitarnya dalam upayanya berjuang. Tipe

kepribadian ini lebih cenderung ditandai dengan pengarahan keluar. Seorang yang

tergolong ekstrovert biasanya sangat menyukai bepergian dan juga mempunyai sifat

ramah (sociable), akan tetapi mempunyai kesulitan dengan mengontrol kebiasaan

suka berlaku suka marah dan agresif. Tipe kepribadian ekstrovert adalah tipe

dimensi kepribadian yang dikarakteristikkan dengan kecenderungan mudah

bergaul, sesuai dengan kata hati, dan menyenangkan. Seorang tipe ekstrovert adalah

orang yang berjiwa sosial, lebih banyak berbuat dari pada berkontemplasi. Orang

yang digerakkan oleh motif-motif yang dikondisioner oleh kejadian-kejadian

eksternal, yang ditandai dengan kecenderungan suka pesta, memiliki banyak teman,

suka petualangan, dan spontanitas. Secara spesifik tipe kepribadian ekstrovert

ditunjukkan oleh adanya kecenderungan untuk afiliatif yang kuat, labih tertarik

untuk memulai hubungan sosial dengan orang lain, lebih mudah berkomunikasi

secara terkontrol emosinya, field dependent, dan lebih suka menerima perubahan

sikap sosial.( Laras, dkk. 2020:25).

Sunni M (2020:30) Indikator-indikator extroversionyaitu outgoing seperti

mudah bergaul, kemauan dan berusaha, senang berorganisasi, talkative berani

mengungkapkan kebenaran, mengendalikan orang lain, optimis, sociable memiliki

ketertarikan sosial, mengutamakan status sosial dalam lingkungannya, assertive

senang mengeluarkan pendapat nya dimuka umum, tegas dalam bertindak.

16
2.3 Hubungan Antara Kemampuan Literasi Dengan Kepribadian Introvert dan

Ekstrovert

Kemampuan berpikir yang dimiliki peserta didik tentu berbeda-beda, hal

tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu yang diduga berpengaruh

adalah tipe kepribadian yang dimiliki peserta didik. Mulyadi et all (2020:153)

dalam penelitiannya menunjukkan bahwa faktor psikologis yang dimiliki peserta

didik mampu mempengaruhi minat baca peserta didik. Demikian penelitian yang

dilakukan Faridah dkk (2021:325) menunjukkan bahwa karakter yang dimiliki

peserta didik mampu mempengaruhi otak dan hatinya. Adapun penelitian yag

dilakukan Hadi & Subki (2021:8) menunjukkan hasil belajar matematika peserta

didik dengan tipe kepribadian introvert dan extrovert terdapat perbedaan. Hal

tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ningsih & Awsalludin

(2021:2766) bahwa terdapat perbedaan antara tipe kepribadian introvert dan

extrovert dalam kemampuan menuliskan langkah-langkah penyelesaian

matematika.

Menurut Lestari (2022:31) Literasi matematis sendiri mengacu pada

kemampuan individu untuk merumuskan, menerapkan, dan menafsirkan

matematika, yang mencakup konsep, prosedur, dan fakta, dalam berbagai konteks.

Literasi matematis ini sangat penting untuk dikuasai setiap siswa dimana nantinya

literasi matematis inilah yang akan membantu pola pikir siswa untuk memecahkan

berbagai masalah yang ada dalam kehidupannya. Jadi dapat dikatakan bahwa

kemampuan literasi matematis ini adalah salah satu bekal bagi siswa untuk

menghadapi realita kehidupan suatu saat nanti. Pentingnya kemampuan literasi

17
matematis ini ternyata tidak diimbangi dengan penerapannya dalam pembelajaran

di sekolah. Selama ini pihak sekolah dinilai kurang dalam mengajarkan literasi

matematis ini sehingga mengakibatkan rendahnya kemampuan literasi matematis

siswa di Indonesia. Selain hal tersebut, kemampuan literasi matematis ini juga dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah faktor tipe kepribadian yang

ada dalam diri siswa.

Dita et all (2022: 11) Tipe kepribadian merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kemampuan numerasi siswa. Berdasarkan analisis data dan hasil

pembahasan yang diuraikan peneliti, terdapat perbedaan pencapaian indikator

kemampuan numerasi pada tipe kepribadian ekstrovert dan introvert siswa SMP.

Siswa dengan tipe kepribadian ekstrovert mampu memenuhi semua indikator pada

level 1 dan 2. Pada level 3, siswa ekstrovert hanya memenuhi dua dari tiga indikator.

Pada level 4, siswa ekstrovert hanya dapat memenuhi dua dari tiga indikator. Pada

level 5 dan 6, siswa ekstrovert hanya memenuhi satu dari empat indikator.

Sedangkan siswa dengan tipe kepribadian introvert mampu memenuhi semua

indikator pada level 1, 2, 3, dan 4. Pada level 5 siswa introvert hanya memenuhi

satu dari empat indikator. Pada level 6, siswa introvert tidak dapat memenuhi

satupun indikator. Sehingga, kemampuan numerasi subjek ekstrovert dalam

menyelesaikan soal setara PISA konten ruang dan bentuk (space and shape) hanya

mampu mencapai pada level 2 dan kemampuan numerasi subjek introvert hanya

mampu mencapai level 4.

18
2.4 Penelitian Relevan

1. Penelitian oleh Noviana, Muhammad Hilmi & Dhian pada tahun 2023 dengan judul

Analisis Kemampuan Literasi Numerasi Dalam Menyelesaikan Masalah Program

Linear Ditinjau Dari Kepribadian Siswa, dengan tujuan penelitian untuk

mengetahui kemampuan literasi numerasi dalam menyelesaikan masalah program

linear ditinjau dari kepribadian siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif kualitatif dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe

kepribadian siswa introvert memenuhi semua indikator kemampuan literasi

numerasi, yaitu memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai angka dan

simbol yang berhubungan dengan matematika; menganalisis informasi yang

disajikan dalam berbagai gambaran (grafik, tabel, bagan, diagram dan sebagainya);

dan menafsirkan hasil analisis tersebut untuk membuat prediksi dan keputusan.

Namun tipe kepribadian siswa ekstrovert belum mampu menyajikan informasi

dalam bentuk tabel berdasarkan permasalahan yang diberikan. Selain itu, penafsiran

hasil analisis dalam membuat keputusan masih belum terperinci secara jelas.

2. Penelitian oleh Amirah, Isbadar & Alifiani pada tahun 2023 dengan judul Analisis

Kemampuan Literasi Matematika Peserta Didik Kelas Viii Dalam Menyelesaikan

Soal Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Introvert Dan

Extrovert, dengan tujuan penelitian untuk mengkaji kemampuan literasi

matematika peserta didik yang ditinjau dari tipe kepribadian Introvert dan

Extrovert. Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif. Dengan hasil penelitian

menunjukkan bahwa subjek dengan tipe kepribadian introvert secara keseluruhan

kurang mampu dalam memenuhi indikator menafsirkan hasil penyelesaian. Subjek

19
dengan tipe kepribadian extrovert secara keseluruhan kurang mampu dalam

memenuhi indikator menerapkan konsep dan menafsirkan hasil penyelesaian.

Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian

No Peneliti Judul penelitian Perbedaan


1 Muhammad Hilmi Analisis Kemampuan Tempat Penelitian :
& Dhian Literasi Numerasi  Penelitian terdahulu:
Dalam Menyelesaikan MA Banat Tajul Ulum
Masalah Program Linear Brabo.
Ditinjau Dari  Penelitian yang akan
Kepribadian Siswa dilakukan: SMAN 1
Tanjung Jabung Barat

Teknik Analis Data


 Penelitian terdahulu:
reduksi data,
penyajian data dan
penarikan kesimpulan
 Penelitian yang akan
dilakukan: Data
Collection, Data
Reduction, Data
Display dan
Conclusion Drawing
or Ferivication

2 Amirah NUR Analisis Kemampuan Tempat Penelitian :


FAUZIYAH Literasi Matematika  Penelitian terdahulu:
Peserta Didik Kelas Viii MTs Almaarif 02
Dalam Menyelesaikan Singosari
Soal Bangun Ruang Sisi  Penelitian yang akan
Datar Ditinjau Dari Tipe dilakukan: SMAN 1
Kepribadian Introvert Tanjung Jabung Barat
Dan Extrovert
Teknik Analis Data
 Penelitian terdahulu:
triangulasi taknik

20
yaitu, dengan
membandingkan hasil
tes kemampuan
literasi matematika
dengan hasil
wawancara.
 Penelitian yang akan
dilakukan: Data
Collection, Data
Reduction, Data
Display dan
Conclusion Drawing
or Ferivication

Materi
 Penelitian terdahulu:
Bangun Ruang Sisi
Datar
 Penelitian yang akan
dilakukan: Program
linear.

2.5 Kerangka Konseptual

Setiap siswa penting untuk menguasai kemampuan literasi matematis. al

tersebut dikarenakan dengan berpikir kritis mampu membantu siswa dalam

mengolah dan memecahkan berbagai persoalan, menentuan keputusan dan menalar

konsep baru, serta lebih berpikir reflektif dan logis.

Keunikan karakter dimiliki oleh setiap individu. Dari keunikan tersebut,

akan memunculkan karakter dan cara berpikir yang berbeda. Karakter kepribadian

ada dua macam yaitu kepribadian ekstrovert dan introvert. Berdasarkan uraian

tersebut, guru akan menemukan beranekaragam keunikan di dalam kelas. Maka

daripada itu, penting bagi seorang guru untuk mengetahui tipe kepribadian siswa

21
agar dapat menerapkan metode dan media pembelajaran yang tepat dengan

kepribadian yang dimiliki oleh siswa. Berdasarkan uraian di atas, dapat

digambarkan suatu bagan sebagai berikut :

Siswa kelas XI A

Pemberian Instrumen Hasil Analisis Kuesioner


Angket Tipe Kepribadian Tipe Kepribadian
Ekstrovert dan Introvert Ekstrovert dan Introvert

Analisis Kemampuan
literasi matematika
Berdasarkan Tipe
Kepribadian Ekstrovert
dan Introvert

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

22
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif,

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

fenomena yang ada, yaitu fenomena alam atau fenomena buatan manusia, atau

yang digunakan untuk menganalisis atau mendeskripsikan hasil subjek, tetapi

tidak dimaksudkan untuk memberikan implikasi yang lebih luas. Penelitian

deskriptif muncul karena begitu banyak pertanyaan yang muncul mengenai

masalah kesehatan seperti mortalitas, morbiditas, terutama mengenai besarnya

masalah, luasnya masalah, dan pentingnya masalah tersebut.( Adiputra et al. 2021)

Dalam penelitian kali ini penulis menggunakan jenis penelitian lapangan

(field research). Penelitian lapangan adalah sebuah penelitian yang melibatkan

studi tentang kehidupan organisasi yang berlangsung secara alami dengan peneliti

sebagai tangan pertama. maksudnya disini peneliti melakukan penelitian secara

langsung atau turun ke lapangan. Adapun pendekatan yang digunakan dalam

penelitian kali ini yaitu pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif

merupakan sebuah metode penelitian yang didasakan pada filsafat pospositivisme,

dan digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti

merupakan instrumen kunci. Objek alamiah adalah objek yang berkembang apa

adanya tanpa dipengaruhi maupun dimanipulasi oleh peneliti. (Sugiyono, 2019,

9).

23
3.2 Latar Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI A di SMAN 1 Tanjung

Jabung Barat dengan kepribadian introvert dan ektrovet. Penelitian akan

dilakukan di SMAN 1 Tanjung Jabung Barat. dan akan dilakukan pada semester

genap tahun pelajaran 2023/ 2024.

Tabel 3.1 Instrumen Penentuan objek penelitian

Tipe kepribadian Indikator


Introvert Bertindak subjektif
Pendiam
Menyendiri / kurang berinteraksi
Introspektif
Ekstrovert Outgoing (mudah bergaul, kemauan
dan berusaha, senang berorganisasi).
Talkative (berani mengungkapkan
kebenaran, mengendalikan orang lain,
optimis).
Sociable (memiliki ketertarikan sosial,
mengutamakan status sosial dalam
lingkungannya).
Assertive (senang mengeluarkan
pendapat nya dimuka umum, tegas
dalam bertindak).

3.3 Intrumen penelitian

Instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa angket

yang dibuat sendiri oleh peneliti. Sugiyono (2019:92) menyatakan bahwa

“Instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Dengan demikian,

penggunaan instrumen penelitian yaitu untuk mencari informasi yang lengkap

mengenai suatu masalah, fenomena alam maupun sosial. Angket pada penelitian ini

24
akan dibuat berdasarkan instrumen penelitian, berikut instrumen penelitian pada

penelitian ini :

Tabel 3.2 Intrumen Penelitian

Dimensi Literasi Numerasi Indikator

Formulate, Mengidentifikasi aspek-aspek

matematika dalam permasalahan

yang terdapat pada situasi konteks

nyata serta mengidentifikasi variabel

yang penting

Mengubah permasalahan menjadi

bahasa matematika atau model

matematika yang sesuai ke dalam

bentuk variabel, gambar atau

diagram yang sesuai

Employ Menerapkan rancangan model

matematika untuk menemukan solusi

matematika,

Interpret Menafsirkan hasil matematika yang

diperoleh dan mengevaluasi

kewajaran solusi matematika dalam

konteks masalah dunia nyata

25
3.4 Teknik Pengumpulan Data

Melalui teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diharapkan mampu

menghasilkan hasil penelitian yang tepat dan akuntabel. Berikut ini adalah

prosedur teknik pengumpulan data dalam penelitian ini:

1. Tes Tertulis

Tes Tertulis adalah tes yang diberikan kepada siswa dan dijawab secara

tertulis. dan juga merupakan suatu prosedur sistematik yang dibuat dalam

bentuk beberapa tugas yang telah distandarisasikan kemudian diberikan kepada

seorang individu atau kelompok guna mendapatkan respon baik berupa lisan,

tulisan, maupun perbuatan. (Nurhasanah. 2019:65).

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Program Linear

Menjelaskan 3.2.2. Menentukan Diberikan Grafik/gambar


program linear dua sistem Himpunan penyelesaian suatu
variabel dan pertidaksamaan sistem pertidaksamaam, peserta
metode linear jika diketahui didik dapat menentukan Sistem
penyelesaiannya daerah himpunan pertidaksamaannya.
3.2 dengan Program penyelesaian
menggunakan Linear
masalah Diberikan suatu sistem
3.2.1. Menentukan
kontekstual pertidaksamaan, peserta didik
daerah himpunan
dapat menentukan bantuk/
penyelesaian dari
bangun datar dari Himpunan
sitem persamaan
Penyelesaiaanya.
dua variabel

4.1.1. Membuat Diberikan permasalahan


Menyelesaikan model matematika kontekstual yang berkaiatan
masalah dari masalah
dengan kehidupan sehari-hari,
kontekstual yang Program kontekstual peserta didik dapat merubah
4.2
berkaitan dengan Linear program linear dalam bentuk atau model
program linear dua matematikanya
variabel 4.2.2. Menentukan Diberikan gambar daerah
fungsi optimum himunan penyelesaian, peserta

26
dari masalah didik dapat menentukan nilai
kontekstual maksimum dengan tepat
program linear Diberikan masalah kontekstual,
peserta didik dapat menentukan
nilai minimum dengan tepat
Diberikan masalah kontekstual,
peserta didik dapat menentukan
nilai maksimum dengan tepat
Diberikan masalah kontekstual,
peserta didik dapat menentukan
salah satu nilai variabel yang
mengoptimumkan dengan tepat

2. Angket (Kuisioner)

Angket atau kuesioner ini adalah teknik pengumpulan data yang

melibatkan penyajian serangkaian pertanyaan dan pernyataan kepada

responden, dalam hal ini subjek penelitian, untuk dijawab. Kuisioner ini adalah

teknik yang efektif jika peneliti sudah dengan yakin mengetahui variabel yang

akan diukur dan mengetahui apa yang diharapkan dari responden. (Sugiyono,

2019, 142). Angket dipergunakan dalam penentuan objek penelitian.

3. Observasi dan Wawancara

Observasi adalah aktivitas penelitian dalam rangka mengumpulkan

data yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan

langsung di lapangan. Dan wawancara merupakan suatu instrumen non tes

untuk mengumpulkan data dengan cara tanya jawab dan percakapan baik

secara langsung maupun melalui media tertentu (tidak langsung).

27
3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif terjadi sejak sebelum berada di

lapangan, selama di lapangan, dan setelah dari lapangan, namun analisis ini

lebih difokuskan selama proses dalam lapangan beserta dengan proses

pengumpulan data.

Analisis data dalam penelitian ini didasarkan pada hasil tes tingkat

kemampuan literasi matematis siswa serta hasil wawancara. Dalam model

Miles and Hubermen sendiri terdapat beberapa langkah dalam menganalisis

data-data tersebut. Langkah analisis data tersebut diantaranya, data collection

(pengumpulan data), data reduction (reduksi data), data display (penyajian

data), dan conclusion drawing or verification. ( Matthew B. Miles & A.

Michael Huberman 1994), 10). Berikut penjelasan dari masing-masing

langkah:

1. Data Collection

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif terfokus pada

peristiwa biasa yang terjadi secara alami, hal ini memungkinkan peneliti

untuk memiliki dasar atau pegangan yang kuat tentang apa yang

sesungguhnya terjadi. Tahapan pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Memberikan soal-soal tes literasi matematis yang telah disusun untuk

dilakukan pengisian oleh subjek penelitian.

b. Memberikan seperangkat kuisioner atau angket yang berisi 20 macam

pernyataan untuk dilakukan pengisian oleh subjek penelitian.

28
c. Melakukan wawancara dengan 5 orang siswa sebagai subjek penelitian.

2. Data Reduction

Data yang diperoleh oleh seorang peneliti dari lapangan tentu sangat

banyak, semakin lama seorang peneliti ke lapangan maka data yang

didapatkan pun akan semakin banyak dan kompleks. Reduksi data berarti

merangkum, serta memilih dan memfokuskan data pada hal-hal yang

penting atau pokok saja. (Matthew B. Miles & A. Michael Huberman

1994), 10). Dengan dilakukannya reduksi data ini akan mempermudah

proses penelitian selanjutnya karena data-data yang ada sudah lebih jelas

dan mudah dipahami. Tahap reduksi data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Mentransformasikan hasil tes tertulis mengenai tingkat kemampuan

literasi matematis siswa menjadi sebuah bahan catatan atau pedoman

untuk melakukan wawancara.

b. Menganalisis hasil wawancara yang selanjutnya dijadikan sebuah catatan

berupa transkrip wawancara dengan memberi inisial yang berbeda pada

setiap subjek.

c. Menganalisis hasil kuisioner yang telah diisi oleh siswa serta menentukan

jenis kepribadian yang dimiliki.

3. Data Display

Tahap selanjutnya setelah mereduksi data adalah menyajikan data.

Dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dengan

menyajikannya dalam suatu uraian singkat, bagan, hubungan antar

29
kategori, flowchart, dan lain sebagainya. Penyajian data dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Menyajikan hasil tes tingkat kemampuan literasi matematis siswa dalam

bentuk tabel.

b. Menyajikan hasil dari kuisioner mengenai jenis kepribadian yang

dimiliki oleh siswa dalam bentuk tabel.

c. Menyajikan data hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap

narasumber atau subjek penelitian dalam bentuk transkrip wawancara.

d. Menampilkan hasil tes tertulis siswa mengenai tingkat kemampuan

literasi matematis dalam bentuk gambar.

e. Menampilkan hasil kuisioner mengenai jenis kepribadian yang dimiliki

siswa dalam bentuk gambar.

4. Conclusion Drawing or Ferivication

Tahap selanjutnya dalam analisis data ini adalah Conclusion

Drawing or Ferivication atau penarikan kesimpulan atau ferivikasi.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan suatu temuan baru

yang belum pernah ada sebelumnya.

3.6 Jadwal Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam waktu Lima bulan, mulai bulan

Oktober 2023 sampai februari 2024. Adapun jadwal penelitian sebagai berikut:

30
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari

Penelitian

1 Pengajuan Judul 

2 Penyusunan   

Proposal

3 Penyebaran 

Kuesioner

4 Analisis dan 

Pengolahan Data

31
REFERENSI

BUKU & JURNAL :

Amirah N, (2023) Analisis Kemampuan Literasi Matematika Peserta Didik Kelas


Viii Dalam Menyelesaikan Soal Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Tipe
Kepribadian Introvert Dan Extrovert. Universitas Islam Malang.
Asdarina & Arwinda. 2020. “Analisis Implementasi Pendidikan Karakter Dalam
Proses Pembelajaran Matematika”. Mathema Journal, 2 (1) :1-11.
Ambarwati, D., & Kurniasih, M. D. (2021). Pengaruh Problem Based Learning
Berbantuan Media YouTube Terhadap Kemampuan Literasi Numerasi Siswa.
Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 5(3), 2857–2868.
Adelia, Ahmad, Aliyah, Ihsan, M Hafizh & Resyqa (2023) Penerapan Program
Linear dalam Memaksimalkan Laba Pedagang Jus Buah. Jurnal Matematika
Vol. 22 No. 1.
Adiputra. I. M. S., dkk. (2021). Metode Penelitian Kesehatan. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Aprilianti, Y., & Zanthy, L. S. (2019). Analisis Kemampuan Penalaran Matematik
Siswa SMP Pada Materi Segiempat dan Segitiga. Journal On Education, 1(2),
524–532. https://doi.org/10.22460/jpmi.v1i5.p1025-1036.
Awaludin, Aulia Ar-Rakhman. 2021. Teori dan Aplikasi Pembelajaran Matematika
di SD/MI. Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini. Amirah N, 2023:5.
Baiduri, B., Taufik, M., & Elfiani, L. (2019). Pengembangan Media Pembelajaran
Pop-Up Book Berbasis Audio Pada Materi Bangun Datar Segiempat Di SMP.
Aksioma Jurnal, 8(1), 248-261.
Dita, Prasetyo & Hafidhah (2022) Analisis Kemampuan Numerasi Pada Tipe
Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert Siswa Smp. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Matematika. Vol. 11 No. 1.
Fikriyah, S., Linguistika, Y., & Roebyanto, G. (2022). Analisis Kemampuan
Literasi Matematis pada Materi Pecahan Siswa Kelas V SD. Jurnal
Pembelajaran, Bimbingan, Dan Pengelolaan Pendidikan, 2(11), 1093–1109.
https://doi.org/10.17977/um065v2i112022p1093-1109.
Faridah, U. F., Indanah, I., & Putri, A. (2021). Hubungan Tipe Kepribadian dengan
Kecerdasan Spiritual Pada Remaja Di SMP IT Assa’Idiyyah Mejobo Kudus.
Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 12(2), 318.
Han, W., Susanto, D., Dewayani, S., Pandora, P., Hanifah, N., Miftahussururi,
Nento, M. N., & Akbari, Q. S. (2017). Materi Pendukung Literasi Numerasi.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

32
Hesti & Media (2021) Hubungan Antara Kepribadian Introvert Dengan Kurangnya
Kepercayaan Diri Pada Mahasiswa Unira Yang Aktif Di Organisasi Ekstra
Hmi. E-Journal Binawakya. Vol.16 No.3.
Hadi, H. S., & Subki. (2021). Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa MTs
Ditinjau dari Tipe Kepribadian Extrovert dan Introvert. JMT (Journal of Math
Tadris), 01(01), 1–10.
Janah, S., Suyitno, H., & Rosyida, I. (2019). Pentingnya Literasi Matematika dan
Berpikir Kritis Matematis dalam Menghadapi Abad ke-21. PRISMA, 905-
910.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diakses pada 4 November, 2023.
https://kbbi.web.id/ matematika.html.
Khairun & Mirawati. 2022. Kepribadian Introvert Pada Remaja. Educativo: Jurnal
Pendidikan Vol. 1, No. 2.
Laras, Sekar Anggrayuh & Achmad Rifai. 2019. Pengaruh minat dan motivasi
belajar terhadap hasil belajar peserta didik Di BBPLK Semarang. Jurnal
Pendidikan Nonformal FIP. Vol.4(2): 121-130.
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman. (1994) Qualitative Data Analysis: An
Expanded Sourcebook. California: SAGE Publications..
Mahmud, M. R., & Pratiwi, I. M. (2019). Literasi Numerasi Siswa Dalam
Pemecahan Masalah Tidak Terstruktur. KALAMATIKA Jurnal Pendidikan
Matematika, 4(1), 69–88.
https://doi.org/10.22236/kalamatika.vol4no1.2019pp69-88
Mizaniya, M. (2020). Analisis Materi Pokok Matematika Mi/Sd. AULADUNA:
Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 7(1), 98.
https://doi.org/10.24252/auladuna.v7i1a10.2020
Melati, Nelyahardi & Freddi (2022) Pengaruh Kepribadian Terhadap Interaksi
Sosial Siswa di SMA S YPWI Muslimat Kota Jambi. Jurnal Pendidikan
Tambusai. Volume 6 Nomor 2.
Muzaki, Ahmad dan Masjudin. 2019.“Analisis Kemampuan Literasi Matematis
Siswa,” dalam Jurnal Pendidikan Matematika 8, no.3 (2019): 493-502.
Mulyadi, M., Wasim, A. T., Raharjo, A. B., & Suud, F. M. (2020). Pengembangan
Minat Baca Siswa Berbasis Psikologi Pendidikan Islam di Sekolah Dasar.
AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan Dan Keislaman, 6(2), 137–155.
Nursyahrurahmah. (2023) Hubungan Antara Kepribadian Introvert Dan Kelekatan
Teman Sebaya Dengan Kesepian Remaja. E-Journal Media. Neliti
Nurhasanah. 2019. Pengembangan Tes Untuk Mengukur Kemampuan Penalaran
Mahasiswa Mata Kuliah Geometri.
Nella &Anas. 2019:100-101). Psikologi Kepribadian Dalam Pendidikan Di
Madrasah. Jurnal Pendidikan Agama Islam Universitas Wahid Hasyim.
Volume 6, No. 1.

33
Ningsih, R. M., & Awalludin, S. A. (2021). Analisis Kemampuan Komunikasi
Matematis Ditinjau dari Tipe Kepribadian Extrovert dan Introvert. Jurnal
Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika, 5(3), 2756–2767.
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM).
PISA (Programme for International Student Assesment). (2020). Programmer for
Internasional Student Assesment (PISA) Result From PISA. [Online].
Diakses dari https://www.oecd..org/pisa/
Putri, Watik Aprilia, and Masriyah (2020). Profil Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Smp Pada Materi Segiempat Ditinjau Dari Tipe
Kepribadian Ekstrovert-Introver.” MATHEdunesa, 392-401.
Sugiyono, (2019) Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
CV. Alvabeta.
Siswoto & Sylene. 2019:62). Hubungan Antara Kepribadian Introvert Dan
Ekstrovert Dengan Speaking Skill Mahasiswa Prodi D III Keperawatan Tahun
Akademik 2017/2018. Jurnal Insight Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Jember. Vol. 14, No. 1.
Sunni M (2020) Pengaruh Kepribadian (Ekstrovert Vs Introvert) Terhadap Perilaku
Hidup Sehat Siswa Sekolah Menengah Atas Di Jakarta. Program Studi
Pendidikan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta.
Ummu,Yuliana & Ida (2019). Kemampuan Literasi Matematika Berdasarkan Pisa-
Like. Journal of Mathematics and Mathematics education. Vol. 09, No. 2.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 13 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Tandri Patih(2019). Deskripsi Kemampuan Literasi Matematis Siswa Madrasah
Tsanawiyah Negeri Di Kota Kendari. Al-Izzah: Jurnal Hasil-Hasil Penelitian
14, no. 1. https://doi.org/10.31332/ai.v14i1.1109
Yayu, Ghullam, Akhmad & Deni (2023) Kompetensi Literasi dan Numerasi
Berbasis Education for Sustainable Development di Sekolah Dasar. Jurnal
Kajian Penelitian dan Pendidikan dan Pembelajaran, 8 (2).
Zahid, M. Z. (2020). Telaah kerangka kerja PISA 2021 : Era Integrasi
Computational Thinking dalam Bidang Matematika. Prosiding Seminar
Nasional Matematika, 3(2020), 706–713.

34

Anda mungkin juga menyukai