BERPIKIR KREATIF
NIM : 1401619020
2022
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................6
D. Pertanyaan Penelitian......................................................................................6
E. Manfaat Penelitian...........................................................................................7
F. Kerangka Konseptual.......................................................................................7
A. Asesmen Formatif.........................................................................................12
1. Pengertian...................................................................................................12
B. Berpikir Kreatif.............................................................................................17
C. Siswa.............................................................................................................20
ii
D. Pendidikan Pancasila.....................................................................................21
2. Capaian Pembelajaran................................................................................22
E. Penelitian Relevan.........................................................................................25
A. Tujuan Penelitian..........................................................................................29
D. Sumber Data..................................................................................................30
1. Sumber Primer...........................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dimunculkan dari negara Jepang. Gagasan society 5.0 tidak dimaksudkan untuk
sektor industri saja, melainkan dalam segi pemecahan masalah yang berkaitan
dengan sosial juga dapat diselesaikan berbantuan dengan kombinasi antara ruang
fisik dan virtual. Kehidupan masyarakat akan menjadi lebih baik dikarenakan
Society 5.0 memiliki gagasan teknologi dengan big data yang dihimpun oleh
Internet of Things (IOT) dan akan diubah oleh Artifical Inteligence (AI) dalam
Pendidikan Indonesia saat ini telah memasuki era revolusi industri 4.0.
telah menjadi tanda bahwa saat ini pendidikan di Indonesia sudah memasuki era
pendidikan di Indonesia harus cepat beradaptasi. Salah satu hal yang diperlukan
2020).
1
Kurikulum dalam sistem pendidikan di Indonesia sudah mengalami
perubahan beberapa kali yang dimulai pada tahun 1947, berawal dari muatan
kurikulum yang sederhana hingga saat ini dengan muatan kurikulum 2013 dan
kurikulum merdeka belajar (Sumarsih dkk., 2022). Masih banyak sekolah yang
enam dimensi pokok yang pertama adalah beriman, berakwa kepada Tuhan Yang
selanjutnya dipoint ketiga adalah bergotong royong, lalu dalam point keempat
terdapat kreatif, selanjutnya untuk point yang kelima terdapat bernalar kritis, dan
yang terakhir atau point keenam adalah mandiri. Dari setiap dimensi yang ada
Karya tersebut dapat beragam seperti gambar, desain, keadaan virtual, penampilan
hingga gambaran suatu keadaan yang lengkap. Karya yang dihasilkan merupakan
pengaplikasian yang didukung oleh kesukaan dan minat kepada suatu hal, serta
terhadap lingkungan sekitar. Siswa yang kreatif juga cenderung berani bertindak
mata perkembangan teknologi dapat kita lihat dengan sangat pesat yang terjadi
dalam skala global. Faktor utamaya adalah inovasi berkelanjutan dan secara terus
menerus untuk dapat beramanfaat bagi kalangan manapun, Dalam inovasi terdapat
2
dimensi kreatif yang dimana hal ini sangat penting dalam menghasilkan hal – hal
beragam kebutuhannya. Kondisi ini yang perlu dipikirkan oleh para orang tua
siswa dan guru. Jangan sampai kemampuan kreatif suatu bangsa ataupun generasi
penerus bangsa memudar karena sudah terbiasa menikmati sesuatu yang sudah
Kemampuan kreatif sangat diperlukan, hal ini dapat dilihat dari penelitian
berpikir kreatif siswa yang dipengaruhi penggunaan metode mind mapping pada
tahun 2020. Penelitian tersebut berangkat dari permasalahan dalam nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal yang hanya 40% siswa yang mampu memenuhinya. Dengan
metode mind mapping dapat meningkatkan nilai rata – rata menjadi 83,79%.
kreatif siswa dipengaruhi oleh penerapan metode mind mapping (Acesta, 2020).
Dari hal tersebut kita dapat melihat bahwa dengan sentuhan kreativitas yang guru
kedepannya.
Penelitian selaras juga dilakukan Efi Ika Febriandari dkk yang membahas
mengenai motivasi belajar dan hasil belajar yang dipengaruhi penerapan ice
3
bahwa motivasi belajar dan hasil belajar memiliki keterkaitan daengan penerapan
pembinaan kreatif siswa. Amanat ini belum dapat sepenuhnya dilaksanakan oleh
terpusat, dan kurang memberi kesempatan siswa untuk meningkatkan daya pikir
menjadikan siswa sedikit demi sedikit mempunyai kemampuan yang baik dalam
berpikir kreatif.
informasi yang meliputi aspek kognitif siswa, aspek afektif siswa, aspek
psikomotorik siswa, dan aspek – aspek lainnya yang berkaitan dengan siswa.
feedback atau umpan balik akan didapatkan guru setelah menggunakan asesmen
formatif dengan teknik yang tepat dalam pembelajaran. terdapat berbagai macam
4
teknik asesmen formatif yang telah berkembang di era saat ini. Teknik popsicle
stick menjadi salah satu teknik asesmen formatif yang berkembang saat ini.
satunya adalah penelitian yang dilakukan I Made Parsa yang membahas mengenai
hasil belajar dapat dipengaruhi secara signifikan oleh bentuk penilaian formatif
pembelajaran dilakukan oleh Sabilal dkk pada tahun 2020 yang membahas
tentang motivasi dan hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh scientific
Ifa Widayati pada tahun 2019 yang membahas mengenai hasil belajar dan
asesmen formatif melalui discovery learning. Hasil dari penelitian tersebut adalah
asesmen berbasis diskusi pembuatan poster dam soal tes kognitif layak patut dan
Kemampuan berpikir menjadi salah satu turunan dari salah satu objek atau
cakupan kognitif adalah segala upaya yang berkaitan dengan aktifitas otak.
5
memahami, kemampuan dalam mengimplementasikannya, kemampuan dalam
pada jenjang SMP di kelas VII dan jenjang SMA di kelas. Pengembangan
asesmen formatif pada kelas VII SMP yang menggunakan kurikulum merdeka
berlangsungnya pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
mengukur kemampuan berpikir kreatif. Sub fokus dari penelitian ini terletak pada
6
D. Pertanyaan Penelitian
pendidikan Pancasila?
kreatif siswa?
E. Manfaat Penelitian
Pancasila
7
F. Kerangka Konseptual
Pengembangan Asesmen
Formatif dengan Teknik
Popsicle Stick untuk
Mengukur Kemampuan
Berpikir Kreatif
Latar Belakang
Rumusan
Penelitian
8
Proses siswa
Proses siswa Proses siswa Proses siswa
mengembangka
menghasilkan mempunyai memunculkan
n ide – ide
ide – ide yang keluwesan ide – ide yang
menjadi
bervariasi dalam berpikir asli serta unik.
terperinci
kreatif
BAB II
KAJIAN TEORETIK
menmunculkan komunikasi yang baik antar guru dengan siswa ataupun dengan
9
Secara umum aktivitas pengembangan media pembelajaran memiliki tiga
produk tertentu. Produk yang dihasilkan dapat berupa materi pembelajaran dan
b. Perencanaan penelitian
10
perumusan kualitifikasi peneliti dan bentuk – bentuk parisipasinya
dalam penelitian.
dengan uji lapangan awal secara terbatas yang meliputi: uji lapangan
Langkah ini adalah uji produk yang dilakukan lebih luas meliputi:
11
pengulangan, hasil uji lapangan diperoleh desain yanng efektif dari
h. Uji kelayakan
dilakukan Irmatasia dkk pada tahun 2020 yang berjudul Pengembangan assesment
12
formatif berbasis keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan 7 langkah
Borg and Gall dalam penelitiannya. Dan Penelitian yang dilakukan Hansi Effendi
dkk pada tahun 2016 yang berjudul pengembangan model blended learning
B. Asesmen Formatif
1. Pengertian
beragam referensi serta tahapan secara umum guna mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan idividu tersebut. Menurut Johnson dan Johnson asesmen adalah
dalam hal kualitas dan kuantitas. Asesmen dimaknai sebagai atribut, objek atau
individu yang berbentuk sebagai data kualitatif ataupun kuantitatif yang berkaitan
yang ingin didapat. Asesmen dalam konteks kreatif menjadi metode untuk
adalah penilaian pemampuan seseorang dalam melahirkan ide – ide yang baru dan
13
kemampuan kritis, kemampuan kreatif, kemampuan mandiri, dan kemampuan
Asesmen memiliki dua jenis yang masing – masing jenis tersebut memiliki
konsepnya masing – masing. Dua jenis tersebut merupakan asesmen formatif dan
juga asesmen sumatif. Dalam Asesmen formatif memiliki konsep sebagai strategi
dalam mengevaluasi proses pembelajaran seperti daya serap materi oleh siswa,
pembelajaran, selain itu asesmen formatif juga dapat menjadi cara guru untuk
(Kemdikbud, 2022).
sebagai kegiatan penilaian yang memiliki tujuan untuk mencari feeback yang
namun asesmen formatif dapat mendorong siswa menjadi lebih giat belajar, serta
14
menjadi tahu tentang bagian materi yang sudah dipelajari namun belum sempurna
yang menganyampaikan bahwa hal itu ada lima bagian dalam penilaian diantanya
seperti umpan balik, penilaian teman seusia, penilaian diri sendiri hubungan
menghasilkan :
pembelajaran.
15
d. Dapat menjadikan siswa termotivasi dengan cara menyampaikan
Dalam penggunaan asesmen formatif dalam kelas, berikut ini adalah manfaat –
manfaatnya :
pembelajaran.
Yusuf, 2017).
16
guru guna mengambil tindakan perlu atau tidaknya dilaksanakan
b. Tingkat kedua, perbaikan strategi belajara siswa. Hal ini terjadi saat
dalam kelas. Jika guru menggunakan popsicle stick dalam strategi atau teknik
asesmen hal ini menandakan guru akan menggunakan asesmen formatif pada
tingkat 1.
17
a. Feedback
b. Peer Assessment
diinginkan.
c. Self Assessment
C. Berpikir Kreatif
18
pembelajaran yang laksanakan guru untuk meningkatkan kreatif siswa dan konsep
dari kreatif.
menunjukkan ciri - ciri kelancaran, keluwesan, keaslian, dan merinci. Ciri – ciri
tersebut selaras dengan apa yang digunakan Torrance dalam mengukur dimensi
yang dihasilkan melalui kreativitas. Bentuk berpikir kreatif dapat berupa gagasan
atau ide dalam bentuk nyata, abstrak, maupun hal yang dapat berlawanan dari
logika berpikir. Tetapi dalam berpikir secara kreatif baiknya dilandasi dengan
pengetahuan dan pengalaman yang ada guna memunculkan gagasan atau ide baru
berpikir kreatif sangat dibutuhkan. Alasan dari perlunya berpikir kreatif di era saat
19
2. Aspek Berpikir Kreatif
a. Kelancaran (fluency)
memproduksikan ide tersebut dengan jawaban – jawaban yang bervariasi. Hal ini
b. Keluwesan (Flexibility)
menghasilkan suatu gagasan. Ide yang dihasilkan merupakan hasil dari berbagai
luwes seseorang akan mampu menghasilkan ide yang lebih menarik (Islami dkk.,
2018).
c. Merinci (Elaboration)
yang dihasilkan dapat lebih menarik. Dapat membuat suatu ide lebih detail,
nilainya lebih meningkat, lebih berkembang dan dapat memperkaya dari ide
tersebut.
d. Keaslian (Originality)
20
Originality merupakan kemampuan dalam menghasilkan suatu gagasan yang asli
serta unik. Asli serta unik dapat berupa ide yang telah ada namun diberikan ide –
ide yang lebih inovatif sehingga menjadikan ide tersebut terkesan asli dan unik
(Appulembang, 2017).
D. Siswa
sistem pendidikan nasional, yang dapat dikatakan sebagai siswa adalah individu
pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita – cita dan harapan masa depan.
Menurut Hasbullah (2010: 121) siswa adalah sebagian yang salah satu
pembelajaran adalah siswa bukan guru. guru hanya menjadi fasilitator dalam
merupakan orang yang belum dewasa dan mempunyai kemampuan yang perlu
untuk ditingkatkan. Kemampuan siswa mayoritas meliputi tiga aspek, yaitu aspek
yang pertama ada aspek kognitif, aspek yang kedua adalah aspek afektif, dan
aspek yang ketiga adalah aspek psikomotor (Hidayat & Abdillah, 2019). Siswa
yang belum dewasa akan sangat banyak tergantung dari gurunya. Siswa merasa
21
terbatas dibandingkan dengan gurunya. Kekurangan inilah yang menjadikan
komunikasi guru dan murid dalam lingkungan pendidikan (M. Yusuf, 2018).
12 tahun dimulai dari tingkatan dasar yang berlangsung 6 tahun, lalu diteruskan
pada tingkatan menengah selama 3 tahun, dan diakhiri dengan tingkatan atas
selama 3 tahun. Usia siswa SD berkisar dari usia 6 tahun – 12 tahun, usia siswa
SMP berkisar dari usia 12 tahun – 15 tahun, usia siswa SMA berkisar dari usia 15
tahun – 18 tahun. Setiap jenjang pendidikan tentunya memiliki usia yang berbeda.
Hal ini bukan hanya terjadi pada usianya saja, namun perbedaan dalam hal proses
Dalam hal perkembangan siswa SMP, masa SMP inilah yang menjadi fase
transisi pada siswa. Karena pada fase SMP inilah siswa mulai memasuki masa
pubertas. Transisisi yang terjadi dapat berupa fisik maupun psikis (kejiwaan) dan
transisi inilah yang disebut sebagai transisi fase anak – anak menuju fase dewasa
(Sukiman, 2017).
E. Pendidikan Pancasila
secara praktis dalam usaha pembentukan siswa sesuai Profil Pelajar Pancasila
(PPP) yang berisikan 6 point seperti pada point pertama yaitu beriman, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; selanjutnya pada point kedua
22
point bernalar kritis; dan yang terakhir terdapat point kreatif. Keenam point PPP
Dimensi kreatif merupakan salah satu dimensi yang terdapat dalam PPP.
Dimensi kreatif mencakup segi kognitif dan segi afektif. Cakupan kognitif yang
ada dalam dimensi kreatif salah satunya adalah berpikir kreatif. Ciri – ciri dari
pendidikan Pancasila berada pada sikap dan kesiapan belajar. karakteristik yang
dimiliki pendidikan Pancasila ini tentunya berlaku untuk umum pada jenjang
SMP/MTS terletak pada materi atau isi konten, namun untuk kedalaman dalam
membahas materi tidak jauh berbeda. Dalam pembelajaran kelas VII materi atau
muatan yang disampaikan wajib sederhana dan mudah diingat. Hal ini mengingat
ditandai dengan muatan materi yang terbatas, dengan memuat pokok – pokok
23
2. Capaian Pembelajaran
Diperkuat dengan adanya Profil Pelajar Pancasila yang terdiri dari 6 poin seperti :
beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia;
dimaksudkan adalah siswa akan mampu berpikir melahirkan banyak ide atau
gagasan, serta siswa dapat mengemukakan banyak cara untuk melakukan berbagai
permasalahan. Dalam hal keluwesan siswa akan mampu berpikir secara luwes
lama dengan cara pikir yang yang lebih efisien. Dalam hal keaslian siswa akan
mampu melahirkan ide atau gagasan yang membuat kombinasi – kombinasi baru
serta unik, ini memungkinkan siswa untuk menemukan penyelesaian yang baru.
Dalam hal memperinci siswa akan memiliki kekayaan pikiran untuk dapat
mengembangkan suatu ide atau gagasan sehingga hal ini tidak hanya menjadikan
siswa lebih baik, namun menjadikan ide siswa lebih menarik (Br Sitepu, 2022).
PPKn yang memiliki tujuan sesuai dengan Permendikbud No. 58 Tahun 2014
24
membentuk peserta didik memiliki kecakapan dalam berpikir secara kritis,
Pancasila dibagi beberapa fase tergantung jenis jenjangnya. Untuk kelas VII
SMP/MTS sekarang ini memasuki fase keempat yaitu D atau pada kisaran umur
terhadap perubahan budaya seiring berjalannya waktu dan selaras konteks, dari
tingkat lokal sampai dengan nasional; memiliki anggapan bahwa keragaman dan
melakukan pelestarian dan penjagaan terhadap tradisi dalam budaya serta local
adalah hal penting ; ikut serta dalam menjaga dan melakukan pelestarian praktik –
melakukan penyelarasan sikap dan perilaku diri sendiri maupun orang lain guna
ligkungan sekitar untuk menjadi produktif dan mencapai hal yang dituju;
memberikan tanggapan secara tepat terhadap situasi sesuai dengan peran dan hal
Siswa diharapkan dapat melakukan kajian tentang norma dan aturan, hak
dan kewajiban sebagai warga negara, aturan ini dituangkan dalam Undang –
Undang Dasar NRI Tahun 1945 (UUD NRI); memiliki kesadaran terhadap arti
25
penting dalam mematuhi norma serta aturan, melaksanakan keseimbangan antara
hak dan kewajiban; membuat sintesis pada banyak pendapat yang memiliki
melahirkan instrumen penting dalam negara, yang dilaksanakan dengan cara yang
Indonesia; dan dapat mengaitkan satu aturan dengan turunan dari aturan tersebut.
Siswa juga memiliki pemahaman bahwa wilayah negara Indonesia adalah satu
kesatuan yang bersifat utuh dan memiliki andil untuk melakukan penjagaan
terhadap kedaulatan wilayah; melakukan kajian atas landasan dan sebab mengapa
Indonesia merupakan negara kesatuan sebagai stimulasi akan sikap dan tindakan
siswa dalam membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan
memiliki pemahaman akan fungsi serta posisi Pancasila sebagai dasar negara, way
of life dan ideologi dari negara Indonesia; serta melakukan implementasi nilai
pada Pancasila dalam kehidupan sehari hari sesuai dengan perkembangan dan
26
E. Penelitian Relevan
27
Penerapan Atribut digunakan dapat terletak pada penerapan
Asesmen Formatif membuat respon asesmen formatif yang
Feedback pada Konsep terhadap digunakan dalam
Sistem Reproduksi pembelajaran lingkup kelas untuk
untuk Membentuk meningkat. Hal ini mendapatkan feedback.
Habits of Mind Siswa menjadikan terjadi Selaras dengan
Kelas XI MAN 2 Kota peningkatan dari segi penelitian ini yang akan
Cirebon. 1(3), 135– aktivitas dan dilakukan dalam lingkup
146. pengetahuan siswa. kelas menggunakan
asesmen formatif.
28
meneliti mengenai
pengembangan asesmen
formatif untuk
mengukur kemampuan
berpikir kritis.
Table 1.1 Penelitian yang relevan
kemampuan berpikir kreatif pada era saat ini dalam mempersiapkan menuju era
yang akan datang. Selain itu juga penelitian mengenai pengembangan asesmen
formatif dengan teknik popsicle stick ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII SMP. Yang dimana siswa kelas VII
pada asesmen formatif dengan teknik popsicle stick. Untuk lokasi penelitian
pembelajarannya.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
rancangan produk asesmen formatif dengan teknik popsicle stick yang telah
yang relevan dengan kebutuhan siswa serta dapat bermanfaat secara ilmiah.
5 langkah Borg and Gall yaitu pendahuluan penelitian (pra survei), perencanaan
penelitian, pengembangan produk awal, uji coba lapangan awal, revisi uji coba
30
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
berada pada Jl Galur Sari Timur No. 1, Utan Kayu Selatan, Matraman, Jakarta
Timur, DKI Jakarta dengan kode pos 13120. Untuk moda transportasi SMPN 97
Jakarta belum langsung terakses oleh transportasi umum dan harus menggunakan
kendaraan pribadi seperti motor, mobil dan sejenisnya. Walaupun belum terakses
transportasi umum lokasi SMPN 97 Jakarta cukup strategis karena berada pada
lingkungan perumahan warga dan akses jalan yang muat untuk 2 mobil sekaligus.
Dalam hal waktu penelitiaan, akan dilaksanakan selama 2 – 4 bulan sesuai dengan
kebutuhan.
D. Sumber Data
1. Sumber Primer
dilakukan pada siswa kelas VII-G SMPN 97 Jakarta. Data angket didapatkan
melalui penyebaran angket yang dilakukan pada siswa. Untuk data wawancara
diperoleh melalui narasumber yaitu guru mata pelajaran pendidikan Pancasila, dan
31
Narasumber yang dipilih merupakan guru mata pelajaran pendidikan
Pancasila, karena guru tersebut yang memahami sejauh mana tingkat pengetahuan
dan kompetensi siswa mengenai mata pelajaran pendidikan Pancasila. Wali kelas
sebagai penguat terkait wawancara yang dilakukan oleh guru mata Pelajaran.
Karena wali kelas memahami dengan baik kemampuan berpikir siswanya secara
menyeluruh.
Sumber data sekunder didapatkan dari studi kepustakaan serta jurnal yang
ada. Data yang dikumpulkan melalui kepustakaan dan jurnal digunakan untuk
mendukung data primer yang didapatkan di sekolah. Fungsi dari data sekunder ini
dapat juga sebagai pemberi penguatan terhadap temuan yang ditemukan selama
observasi di sekolah.
kemampuan berpikir kreatif siswa secara lancar, berpikir luwes, keaslian, dan
dari data – data yang ada dilapangan secara langsung. Fungsi dari wawancara ini
32
ketidaksamaan informasi yang didapatkan dari suatu sumber yang dibandingkan
dengan sumber lain. Yang tujuannya untuk dapat mengindari bias yang dihasilkan
data yang tidak diperlukan dalam penelitian. Setelah itu data akan disajikan guna
33
DAFTAR PUSTAKA
34
Kemendikbudristek. (2022). Dimensi, Elemen, dan Subelemen Profil Pelajar
Pancasila pada Kurikulum Merdeka (hlm. 34–37). Kemendikbudristek.
Lestari, I., & Zakiah, L. (2019). Kreativitas dalam Konteks Pembelajaran (1 ed.,
hlm. 1–41). Erzatama Karya Abadi.
Magara, E., Copriady, J., & Linda, R. (2021). Karakter Instrumen Asesmen
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi Hidrokarbon.
Nastiti, F. E., & Ni’mal, A. R. (2020). Kesiapan Pendidikan Indonesia
Menghadapi era society 5.0. 5(1), 61–66.
Noviati, W. (2020). Pengembangan Assessment Formatif Berbasis Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran Biologi SMA Negeri 4
Sumbawa Besar. 7.
Nurlaela, L., Ismiyati, E., Samani, M., Suparji, & Buditjahjanto, I. G. P. A.
(2019). Strategi Belajar Berpikir Kreatif (Revisi). Pustaka Media Guru.
Rohmaini, L., Netriwati, N., Komarudin, K., Nendra, F., & Qiftiyah, M. (2020).
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERBASIS ETNOMATEMATIKA BERBANTUAN WINGEOM
BERDASARKAN LANGKAH BORG AND GALL. Teorema: Teori dan
Riset Matematika, 5(2), 176. https://doi.org/10.25157/teorema.v5i2.3649
Romantika, L. (2018). Penggunaan Asesmen Formatif Pada Model Pembelajaran
Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Ditinjau Dari Kecerdasan Spiritual. 350.
Rosyad, S., Diantoro, M., & Kusairi, S. (2020). Pengaruh Scientific Approach
Berbantuan Penilaian Formatif terhadap Motivasi Belajar dan Hasil
Belajar Fisika Siswa Kelas XI pada Materi Elastisitas. 5(10), 5.
Rosyidi, D. (2020). Teknik dan Instrumen Asesmen Ranah Kognitif. 27, 1–13.
Sukiman. (2017). Menjadi Orang Tua Hebat (Kedua, hlm. 2). Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Sumarsih, I., Marliyani, T., Hadiyansah, Y., Hernawan, A. H., & Prihantini, P.
(2022). Analisis Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Penggerak
Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(5), 8248–8258.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i5.3216
Uchrowi, Z., & Ruslinawati. (2021). Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (1 ed., hlm. 176).
Widayati, I. (2019). Pengembangan asesmen formatif melalui model discovery
learning untuk mengukur keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar
siswa kelas XI pada materi sistem respirasi di MA Almaarif Singosari.
http://repository.um.ac.id/77756/
Yusuf, A. M. (2017). Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Dalam Asesmen Dan
Evaluasi Pendidikan (1 ed., hlm. 3–43). Kencana.
https://www.google.co.id/books/edition/Asesmen_Dan_Evaluasi_Pendidik
an/rlY_DwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=asesmen+formatif&pg=PA28&printsec=frontcover
35
Yusuf, M. (2018). Pengantar Ilmu Pendidikan (1 ed., hlm. 43–45). Lembaga
Penerbit Kampus IAIN Palopo.
RIWAYAT HIDUP
36
37
LAMPIRAN
A. Panduan Penelitian
B. Pedoman Observasi
C. Pedoman Wawancara
D. Catatan Lapangan
G. Foto/dokumentasi kegiatan
H. Hasil Turnitin
I. Dokumen pendukung
38