Anda di halaman 1dari 69

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN PEMBUATAN HIASAN

BUSANA BERBASIS SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS XI


TATA BUSANA DI SMK NEGERI 2 SINGARAJA

Oleh
Annisa Ikhtiari
1615011030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal dengan judul : Pengembangan Modul Pembelajaran


Pembuatan Hiasan Busana Berbasis
Saintifik Untuk Kelas XI Tata Busana Di
SMK Negeri 2 Singaraja

Diseminarkan pada
Hari : Juma’t
Tanggal : 23 Oktober 2020

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. I Gede Sudirtha, S.Pd., M.Pd Dr. Ni Ketut Widiartini, S.P.d., M.Pd
NIP. 197106161996021001 NIP. 197508012006042001

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
A. PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN PEMBUATAN HIASAN
BUSANA BERBASIS SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS XI TATA
BUSANA DI SMK NEGERI 2 SINGARAJA.................................................1
B. IDENTITAS......................................................................................................1
C. LATAR BELAKANG MASALAH.................................................................1
D. IDENTIFIKASI MASALAH............................................................................5
E. PEMBATASAN MASALAH...........................................................................5
F. RUMUSAN MASALAH..................................................................................5
G. TUJUAN PENGEMBANGAN PENELITIAN................................................6
H. SPESIFIKASI PRODUK YANG DIHARAPKAN..........................................6
I. PENTINGNYA PENGEMBANGAN..............................................................7
J. ASUMSI DAN KETERBATASAN.................................................................7
K. DEFINISI ISTILAH.........................................................................................7
L. MANFAAT.......................................................................................................8
M. KAJIAN PUSTAKA.........................................................................................9
M.1 Kajian Penelitian yang Relevan..............................................................31
M.3 Kerangka Berfikir....................................................................................34
N. METODE PENELITIAN................................................................................35
N.1 Model Pengembangan.............................................................................35
N.2 Prosedur Pengembangan.........................................................................36
N.3 Uji Coba Produk......................................................................................42
N.3.1 Disain Uji Coba................................................................................42
N.3.2 Subjek Uji Coba...............................................................................42
N.3.3 Jenis Data.........................................................................................42
N.3.4 Instrumen Pengumpulan Data..........................................................43
N.3.5 Metode dan Teknik Analisis Data....................................................54
DAFTAR RUJUKAN.............................................................................................vi

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kerangka Modul ........................................................................................................


Tabel 2. Kompetensi Inti Pembuatan Hiasan Busana kelas XI.................................................
Tabel 3. Kompetensi Dasar Pembuatan Hiasan Busana Kelas XI Semester 1.........................
Tabel 4. Kriteria Penilaian Modul Oleh Ahli Materi dan Ahli Media......................................
Tabel 5. Interpretasi Kriteria Penilaian Kelayakan Oleh Para Ahli..........................................
Table 6. Kisi-Kisi Instrumen Kelayakan Modul Ditinjau Dari Materi.....................................
Tabel 7. Kisi-Kisi Instrumen Kelayakan Modul Ditinjau Dari Media Pembelajatan
.....................................................................................................................................
Tabel 8. Kisi-Kisi Instrumen Kelayakan Modul Oleh Guru.....................................................
Tabel 9. Kriteria Penilaian Kelayakan Modul Oleh Siswa ......................................................
Tabel 10. Interpretasi Kriteria Penilaian Kelayakan Oleh Para Ahli........................................
Tabel 11. Kisi-Kisi Instrumen Kelayakan Modul Oleh Siswa..................................................
Tabel 12. Pedoman Memberikan Interpetasi Terhadap Koefisien Korelasi.............................
Tabel 13. Teknik Pengumplan Data..........................................................................................
Tabel 14. Kriteria Kelayakan Modul Para Ahli........................................................................
Tabel 15. Interpretasi Kategori Penilaian Kelayakan Modul Untuk Para Ahli.........................
Tabel 16. Kriteria Penilaian Kelayakan Modul Oleh Siswa.....................................................
Tabel 17. Interpretasi Kriteria Penilaian Kelayakan Modul Oleh Siswa..................................

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Prosedur Pengembangan Modul..................................................................

v
A. PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN PEMBUATAN
HIASAN BUSANA BERBASIS SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS XI
TATA BUSANA DI SMK NEGERI 2 SINGARAJA.

B. IDENTITAS
Nama : Annisa Iktiari
Nim : 1615011030
Fakultas : Teknik dan Kejuruan
Jurusan : Teknologi Industri
Prodi/ Konsentrasi : S1 Pendidikan Kesejahteraan Keluarga / Tata Busana

C. LATAR BELAKANG MASALAH


Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia, karna
dengan adanya pendidikan akan menjadikan manusia semakin berkembang dan
menjadi salah satu pencetus keberhasilan pembangunan dalam upaya
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) demi kemajuan bangsa dan negara
dan untuk mewujudkan cita-cita pembangunan nasional. Pendidikan mempunyai
peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan
upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan bangsa.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, tingkat
berpikir siswa semakin maju dan berkembang. Guru/ tenaga pendidik dituntut
untuk lebih meningkatkan kualitas dalam pembelajaran. Guru/ tenaga pendidik
diharapkan melibatkan sebagian siswa untuk aktif dan kritis baik fisik maupun
mental. Peningkatan kualitas pembelajaran adalah salah satu upaya dalam
meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan.
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini masih terbilang belum sesuai
harapan jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Fakta ditahun 2016
kualitas pendidikan di Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 69 negara.
Kenyataannya lagi data dari The United Nation Education, Scientific And Cultural

1
Organization (UNESCO) dalam Global Education Monitoring (GEM) 2016 di
Jakarta, memperlihatkan pendidikan di Indonesia hanya menempati peringkat ke
10 dari 14 negara berkembang. Hal ini menjadi cermin bahwa kesenjangan mutu
pendidikan di Indonesia masih menjadi kendala. Kesenjangan mutu pendidikan ini
dapat menyebabkan masalah efektifitas, efisiensi dan standarisasi pengajaran.
Maka dari itu untuk mengatasi ketidakseimbangan mutu pendidikan di Indonesia
harus melalui beberpa cara salah satunya dengan cara meningkatkan kualitas
kurikulum yang harus memperhatikan kebutuhan masyarakat bukan hanya
didasarkan pada pengetahuan pemerintah saja.
Perangkat penting dalam suatu proses pendidikan adalah kurikulum.
Kurikulum merupakan suatu prangkat mata pelajaran dan program pendidikan
yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi
rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam suatu
periode jenjang pendidikan. Pemerintah Indonesia melalui Depatemen Pendidikan
dan Kebudayaan menerapkan kebijakan pendidikan dari kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum 2013 agar mendorong peserta didik atau
siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan
mengkomunikasikan atau mempresentasikan, apa yang mereka peroleh dan
ketahui setelah menerima materi pembelajaran.
Kurikulum 2013 disiapkan oleh pemerintah untuk menciptakan generasi
yang siap dalam menghadapi masa depan yang semakin berkembang. Siswa
dituntut lebih aktif dalam proses pembelajaran pada kurikulum 2013. Pendekatan
yang digunakan pada kurikulum 2013 adalah pendekatan ilmiah dalam
pelaksanaannya adalah pendekatan saintifik (Scientific Aprocach). Menurut
Musfiqon (2015 : 53) pendekatan saintifik digunakan pada kurikulum 2013 karena
pendekatan ini lebih efektif dari pada pendekatan tradisional. Menurut Daryanto
(2014 : 51) pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi
konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan
masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan
konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Dalam penerapan pendekatan

2
saintifik meliputi 3 ranah yaitu sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan
keterampilan (psikomotor). Diharapkan dengan adanya pendekatan saintifik pada
kurikulum 2013 dapat menghasilkan insan yang produktif, inovatif, kreatif, afektif
melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang integritas, sehingga
nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan
dalam menghadapi masa depan yang lebih baik.
Selain itu, faktor pendukung dalam keberhasilan penerapan kurikulum 2013
adalah ketersediaan perangkat pembelajaran yang layak dan relevan. Perangkat
pembelajaran mencangkup rencana proses pembelajaran, penilaian, media dan
metode yang akan digunakan dalam pembelajaran. Salah satu perangkat
pembelajaran yang dibutuhkan adalah bahan ajar, yang tentunya mengacu pada
kurikulum tersebut (Depatemen Pendidikan Nasional, 2008).
Menurut Mulyasa (2006 : 96) bahan ajar merupakan salah satu bagian dari
sumber ajar yang dapat diartikan sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran,
baik yang bersifat umum yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pembelajaran. Ada beberapa jenis bahan ajar sebagai materi kurikulum, yaitu :
bahan ajar cetak, materi audio visual dan alat bantu yang bersifat manipulasi.
Penggunaan sumber belajar dan media yang digunakan selama proses
pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam pembelajaran.
Menurut Samsyudin (2005 : 168) modul merupakan bahan ajar cetak yang
dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul
disebut juga media untuk belajar sendiri. Artinya pembaca dapat melakukan
kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung.
Lembaga pendidikan formal yang berada pada jenjang pendidikan menegah
adalah SMK (Sekolah Menegah Kejuruan) yang menuntut peserta didiknya
memiliki keahlian, keterampilan dan menyiapkan lulusan yang siap kerja/ tenaga
profesional sesuai dengan program keahlian tertentu dan siap menghadapi
tuntutan lapangan kerja yang cukup berat yang setiap waktu dapat mengalami
perkembangan. Salah satu sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 adalah SMK
Negeri 2 Singaraja. SMK Negeri 2 Singaraja mempunyai 4 bidang keahlian, yaitu
Jurusan Akomodasi Perhotelan, Tata Boga, Tata Kecantikan, dan Jurusan Tata
Busana. Jurusan Tata Busana adalah kompetensi keahlian yang memiliki tujuan

3
yaitu menyiapkan siswa agar menjadi produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi
lowongan pekerjaan yang sesuai dengan potensi keahlian tersebut.
Pembuatan hiasan busana merupakan salah satu kompetensi pada mata
pelajaran produktif Tata Busana dan merupakan mata pelajaran dasar yang harus
dikuasai oleh siswa kelas XI Tata Busana sebelum melanjutkan mata pelajaran
dijenjang berikutnya. Kompetensi dasar pembuatan hiasan busana yang harus
dikuasai dan tercantum dalam silabus kurikulum 2013 kelas XI Tata Busana untuk
semester 1 dengan 7 kompetensi dasar, diantaranya: menerapkan tusuk dasar
hiasan dalam suatu produk, menganalisis rancangan (lab sheet) sulaman bordir,
menerapkan sulaman bordir dalam suatu produk, menganalisis rancangan (lab
sheet) sulaman fantasi dalam suatu produk, menerapkan sulaman fantasi dalam
suatu produk, menganalisis rancangan (lab sheet) sulaman aplikasi dalam suatu
produk, dan menerapkan sulaman aplikasi dalam suatu produk. Dengan
penguasaan kompetensi dasar tersebut diharapkan siswa kelas XI Tata Busana
mampu membuat hiasan busana dengan prosedur yang sudah ditentukan. Namun
pada saat ini ketersediaan bahan ajar untuk mata pelajaran pembuatan hiasan
busana dengan kurikulum 2013 dinilai masih kurang.
Kurangnya ketersediaan buku/ pegangan siswa untuk mata pelajaran
pembuatan hiasan busana berbasis saintifik ini mengakibatkan siswa tidak mau
memperhatikan dengan baik materi yang sedang dijelaskan oleh guru. Peneliti
menganggap tidak maksimalnya penggunaan bahan ajar saat menyampaikan
materi pembelajaran hiasan busana, merupakan suatu permasalahan yang perlu
diadakan sebuah perbaikan. Salah satu yang dapat membantu memaksimalkan
kualitas pembelajaran di kelas adalah dengan memanfaatkan bahan ajar.
Penggunaan bahan ajar bertujuan agar peserta didik dapat belajar dengan mudah,
dapat memudahkan guru pada saat menyampaikan materi, dan dapat menarik
perhatian siswa pada mata pelajaran pembuatan hiasan busana. Bentuk bahan ajar
yang dapat digunakan pada proses pembelajaran pembuatan hiasan busana adalah
modul, karna bahan ajar ini disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup
isi materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan.

4
D. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas diperoleh bebrapa masalah yang terjadi.
Adapun identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Guru belum memiliki bahan ajar berupa modul yang digunakan sebagai
acuan untuk mengajar.
2. Siswa tidak mempunyai media pembelajaran pegangan, seperti buku
maupun modul sehingga siswa kesulitan memahami materi terutama di
luar jam pelajaran.
3. Kurikulum yang digunakan dalam mata pelajaran pembuatan hiasan
busana adalah kurikulum 2013 yang menuntut siswa agar belajar aktif dan
mandiri melalui pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah.

E. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka cakupan masalah
dari penelitian ini harus dibatasi, yaitu
1. Belum adanya bahan ajar berupa modul dalam menunjang proses belajar
mengajar pada mata pelajaran pembuatan hiasan busana berbasis saintifik
yang sesuai dengan silabus kurikulum 2013.
2. Modul yang dirancang dikhususkan untuk siswa kelas XI Tata Busana
semester 1.
3. Materi pembelajaran yaitu pembuatan hiasan busana.
4. Uji kelayakan media pembelajaran ini dilakukan dengan 3 tahap yaitu uji
kelayakan ahli materi/ isi dan ahli media, uji coba terbatas dan uji coba
luas.

F. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan batasan masalah dihasilkan rumusan masalah sebagai realisasi
penelitian, yang meliputi:
1. Bagaimana mengembangkan modul pembuatan hiasan busana berbasis
saintifik untuk siswa kelas XI Tata Busana di SMK Negeri 2 Singaraja?

5
2. Bagaimana tingkat kelayakan isi modul pembuatan hiasan busana berbasis
saintifik untuk siswa kelas XI Tata Busana di SMK Negeri 2 Singaraja
dilihat dari uji coba kecil dan uji coba besar?

G. TUJUAN PENGEMBANGAN PENELITIAN


Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan pengembangan penelitian ini
adalah untuk mengetahui:
1. Mengembangkan modul pembuatan hiasan busana berbasis saintifik untuk
siswa kelas XI Tata Busana di SMK Negeri 2 Singaraja.
2. Mengetahui tingkat kelayakan isi modul pembuatan hiasan busana berbasis
saintifik untuk siswa kelas XI Tata Busana di SMK Negeri 2 Singaraja
dilihat dari uji coba kecil dan uji coba besar.

H. SPESIFIKASI PRODUK YANG DIHARAPKAN


Penelitian ini menghasilkan produk berupa modul cetak yang memiliki
spesifikasi sebagai berikut:
1. Modul disusun sebagai sumber belajar untuk siswa kelas XI Tata Busana
SMK
2. Modul disusun berdasarkan kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik
3. Dalam penyampaiannya guru dan siswa dapat menggunakan modul secara
bersama-sama pada saat proses belajar-mengajar berlangsung.
4. Modul berbentuk media cetak dengan ukuran kertas A4, dengan jenis dan
ukuran huruf Times New Roman (12), serta spasi 1,5.
5. Susunan modul terdiri dari, pendahuluan, pembelajaran, evaluasi, penutup
serta pendukung yang melengkapi modul seprti halaman sampul, kata
pengantar, daftar isi, peta kedudukan modul, glosarium dan daftar pustaka.
Penelitian ini menghasilkan sebuah modul pembejaran pembuatan hiasan
busana berbasis saintifik untuk siswa kelas XI Tata Busana di SMK Negeri 2
Singaraja. Modul dibuat semenarik mungkin agar dapat mendorong minat siswa
dalam mempelajari mata pelajaran pembuatan hiasan busana. Agar lebih menarik
serta menambah minat belajar siswa, maka sampul dan gambar diberi ilustrasi

6
yang menarik, isi modul disusun secara sistematis (disusun secara urut),
menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami oleh siswa.

I. PENTINGNYA PENGEMBANGAN
Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah modul yang sudah
melewati uji kelayakan dan revisi serta diharapkan mampu memfasilitasi peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran di kelas maupun di luar jam pelajaran sesuai
dengan kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing peserta didik.

J. ASUMSI DAN KETERBATASAN


1. Asumsi Pengembangan Modul ini antara lain:
1.1 Modul ini dapat dijadikan sebagai sumber belajar dan refrensi bagi
peserta didik/ siswa.
1.2 Ahli isi materi pembelajaran adalah dosen dan guru mata pelajaran
yang memahami konsep materi dalam modul.
1.3 Ahli media pembelajaran adalah dosen yang memahami kriteria
modul yang baik.
2. Keterbatasan dalam pengembangan modul
2.1 Modul pembuatan hiasan busana digunakan untuk kelas XI smester
ganjil program keahlian Tata Busana.
2.2 Modul pembuatan hiasan busana untuk kelas XI program keahlian
Tata Busana dibuat dalam bentuk cetak dan disusun berdasarkan
aturan kurikulum 2013.
2.3 Pokok bahasan yang diambil dalam penelitian ini adalah tusuk
dasar hiasan, sulaman bordir, sulaman fantasi dan sulaman aplikasi.
2.4 Penilaian terhadap modul dilakukan oleh dua orang ahli isi materi
pembelajaran, dan dua orang ahli media.

K. DEFINISI ISTILAH
Beberapa istilah penting yang digunakan dalam pengembangan modul ini:

7
1. Penelitian pengembangan merupakan suatu jenis penelitian yang
bertujuan untuk mengembangkan suatu produk berupa bahan ajar
(modul) yang diciptakan atau dikembangkan melalui uji ahli sehingga
produk tersebut menjadi layak digunakan dalam proses belajar mengajar.
2. Bahan ajar merupakan seperangkat materi baik tertulis ataupun tidak
tertulis yang telah disusun secara sistematis dengan menampilkan
kumpulan kompetensi yang utuh untuk dikuasai oleh tenaga pendidik/
guru dan membantu peserta didik/ siswa dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
3. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan informasi dari pengirim ke penerima pesan.
4. Modul merupakan bahan ajar mandiri yang dapat membantu siswa dalam
menguasai materi dan mencapai tujuan belajar sesuai dengan kecepatan
pemahaman masing-masing siswa.
5. Pembuatan Hiasan Busana merupakan suatu rancangan hiasan yang
nantinya akan diwujudkan dengan tujuan untuk menghias/ memperindah
segala sesuatu yang dipakai oleh manusia baik untuk dirinya sendiri atau
keperluan rumah tangga.
6. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan ilmiah yang
diimplementasikan kepada peserta didik agar lebih aktif dalam
mengkonstruksikan konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi
dan mengkomunikasikan.

L. MANFAAT
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis
maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, antara lain:

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan agar mempermudah siswa dalam memahami
pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran pembuatan hiasan busana dan

8
dapat dijadikan sebagai sumber bahan ajar serta dapat dijadikan sebagai
refrensi untuk penelitian selanjutnya.

2. Secara Praktis
2.1 Bagi Sekolah
Diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar di sekolah serta menciptakan peserta didik yang
berkualitas.
2.2 Bagi Guru dan Calon Guru
2.2.1 Diperoleh bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum 2013.
2.2.2 Dijadikan refrensi dan tambahan pengetahuan tentang media
pembelajaran.
2.3 Bagi Siswa
2.3.1 Membantu memudahkan dalam memahami materi yang
disampaikan dalam mata pelajaran pembuatan hiasan busana.
2.3.2 Membantu siswa dalam belajar mandiri sesuai dengan
kemampuan belajar masing-masing.
2.4 Bagi Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Memberikan informasi kepada mahasiswa sebagai calon pendidik
mengenai bahan ajar yang efektif dan efisien yang digunakan dalam
pembuatan bahan ajar berupa modul.
2.5 Bagi Peneliti
2.5.1 Menambah pengalaman dalam melakukan penelitian.
2.5.2 Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai
pembelajaran.
2.5.3 Mengetahui cara penyusunan modul yang baik dan benar

M. KAJIAN PUSTAKA
M.1 Deskripsi Teoritis
M.1.1 Pengertian Penelitian Pengembangan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 18 tahun 2002
mengartikan bahwa pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan

9
teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan
yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan
aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau menghasilkan
teknologi baru. Hal serupa juga dipaparkan oleh Abdul Majid (2005 : 24)
beliau berpendapat bahwa pengembangan adalah suatu proses mendisain
pembelajaran secara logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan
segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan berlajar
dengan memperhitungkan potensi dan kompetensi peserta didik.
Berdasrkan pengertian yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan
bahwa penelitian pengembangan adalah suatu jenis penelitian yang
bertujuan untuk mengembangkan suatu produk/ menciptakan produk baru
yang diciptakan atau dikembangkan melalui uji ahli sehingga produk
tersebut menjadi layak digunakan dan dapat dipertanggung jawabkan.
M.1.2 Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan hal yang terpenting dalam proses
pembelajaran, karna melalui bahan ajar dapat membantu tenaga pendidik
dalam mengajar dan memudahkan siswa dalam memahami materi yang
disampaikan oleh tenaga pendidik. Hamdani Hamid (2013 :129)
berpendapat bahwa bahan ajar merupakan segala bentuk bahan ajar yang
digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di
kelas, baik dalam bentuk tertulis atau tidak tertulis. Hal serupa juga
dipaparkan oleh Nana Sudjana (2004 : 27) bahwa bahan ajar merupakan isi
yang diberikan kepada siswa pada saat berlangsungnya proses belajar
mengajar, melalui bahan pembelajaran ini siswa diantarkan kepada tujuan
pengajaran. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Departemen
Pendidikan Nasional (2006) bahwa bahan ajar atau materi pembelajaran
secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang
telah ditentukan
Dapat disimpulkan bahwa pengertian bahan ajar adalah seperangkat
materi baik tertulis ataupun tidak tertulis yang telah disusun secara
sistematis dengan menampilakan kumpulan kompetensi yang utuh untuk

10
dikuasi oleh tenaga didik dan membantu peserta didik dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
M.1.3 Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Schramm (dalam Rayandra Asyhar, 2012:7) media
pembelajaran merupakan teknologi pembawa pesan (informasi) yang
dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Hal serupa juga
dipaparkan oleh Rayandra Asyhar (2012:8) bahwa media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan
atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana sehingga
terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat
melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan informasi dari pengirim ke penerima pesan, sehingga
penerima pesan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat sehingga proses pembelajaran akan terjadi.
b. Manfaat Media Pembelajaran
Beberapa manfaat penggunaan media pembelajaran menurut
Rayandra Asyar (2012: 42 - 43) :
1. Memperluas cakrawala sajian materi pembelajaran yang
diberikan di kelas seperti buku, foto-foto dan narasumber
sehingga peserta didik akan memiliki banyak pilihan
sesuai kebutuhan dan karakter masing-masing.
2. Peserta didik akan memperoleh pengalaman beragam
selama proses pembelajaran yang sangat berguna bagi
peserta didik dalam menghadapi berbagai tugas dan
tanggung jawab yang berbagai macam, baik dalam
pendidikan, di masyarakat dan di lingkungan kerjanya.
3. Memberikan pengalaman belajar yang konkret dan
langsung kepada peserta didik, seperti kegiatan
karyawisata ke pabrik, pusat tenaga listrik, swalayan,

11
bank, industri, pelabuhan dan sebagainya, sehingga
peserta didik akan merasakan dan melihat secara langsung
keterkaitan antara teori dan praktik atau memahami
aplikasi ilmunya dilapangan.
4. Menyajikan sesuatu yang sulit diadakan, dikunjungi atau
dilihat oleh peserta didik, baik dengan ukurannya yang
terlalu besar seperti sistem tata surya, terlalu kecil seperti
virus, atau rentang waktu prosesnya terlalu panjang
misalnya proses metamorfosa atau pelapukan batuan, atau
masa kejadiannya sudah lama seperti terjadinya perang
Uhud.
5. Memberikan informasi yang akurat dan terbaru, misalnya
menggunakan buku teks, majalah, dan orang sebagai
sumber informasi.
6. Menambah kemenarikan tampilan materi sehingga
meningkatkan motivasi dan minat serta mengambil
perhatian peserta didik untuk fokus mengikuti materi yang
disajikan, sehingga diharapkan efektifitas belajar akan
meningkat pula.
7. Merangsang peserta didik untuk berfikir kritis,
menggunakan kemampuan imajinasinya, bersikap dan
berkembang lebih lanjut, sehingga melahirkan kreatifitas
dan karya-karya inovatif.
8. Penggunaan media dapat meningkatkan efisiensi proses
pembelajaran, karena dengan menggunakan media dapat
menjangkau peserta didik di tempat yang berbeda-beda,
dan di dalam ruang lingkup yang tak terbatas pada suatu
waktu tertentu. Dengan media, durasi pembelajaran juga
bisa dikurangi.
9. Media pembelajaran dapat memecahkan masalah
pendidikan.

12
M.1.4 Modul
a. Pengertian Modul Pembelajaran
Menurut sukiman (2011 : 131) modul adalah bagian kesatuan
belajar yang terencana yang dirancang untuk membantu peserta didik
secara individual dalam mencapai tujuan belajarnya. Peserta didik
yang memiliki kemampuan tinggi dalam belajar akan lebih cepat
dalam memahami atau menguasai materi, sedangkan peserta didik
yang memiliki kecepatan rendah dalam belajar dapat belajar lagi
dengan mengulang bagian-bagian materi yang belum dipahami. Hal
senada juga diungkapkan oleh Rudy Susilana dan Cepi Riyana (2008 :
14) modul merupakan suatu paket program yang disusun dalam satuan
tertentu dan didesain sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa.
Dalam paket modul biasanya terdapat beberapa komponen antara lain,
petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembar kerja siswa, kunci
lembar kerja, lembaran tes, dan kunci lembar tes. Dalam hal ini Andi
Prastowo (2011 : 106) menyatakan bahwa penggunaan modul dalam
pembelajaran bertujuan agar peserta didik dapat belajar mandiri atau
dengan tenaga pendidik, didalam pembelajaran tenaga pendidik hanya
sebagai fasilitator.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa modul adalah
bahan ajar mandiri yang dapat membantu siswa dalam menguasai
materi dan mencapai tujuan belajar, atau dapat diartikan bahwa suatu
paket program yang disusun dan didesain sedemikian rupa sebagai
bahan belajar mandiri untuk membantu dalam menguasai materi agar
tujuan belajar tercapai sesuai dengan kecepatan pemahaman masing-
masing siswa.
b. Tujuan Modul Dalam Kegiatan Belajar
Menurut B. Suryosubroto (1983 : 18) Tujuan digunakannya
modul dalam kegiatan belajar dan mengajar sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan dapat dicapai secara efisien dan efektif;
2. Murid dapat mengikuti program pendidikan sesuai dengan
kecepatan dan kemampuannya sendiri;

13
3. Murid dapat sebanyak mungkin menghayati dan melakukan
kegiatan belajar sendiri, baik di bawah bimbingan ataupun tanpa
bimbingan pendidik;
4. Murid dapat menilai dan mengetahui hasil belajarnya sendiri secara
berkelanjutan;
5. Murid benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar;
6. Kemajuan peserta didik dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih
tinggi melalui evaluasi yang dilakukan pada setiap modul berakhir;
7. Modul disusun berdasarkan konsep, yang menekankan bahwa
murid harus secara optimal menguasai bahan pelajaran yang
disajikan dalam modul itu. Prinsip ini, mengandung konsekuensi
bahwa seorang murid tidak diperbolehkan mengikuti program
berikutnya sebelum ia menguasai paling sedikit 75% dari bahan
tersebut;
Maka, kesimpulannya adalah pengajaran modul merupakan
pengajaran individual yang memberikan kesempatan kepada masing-
masing peserta didik untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan
sesuai dengan kecepatan pemahaman masing-masing.
c. Karakteristik Modul
Modul merupakan salah satu bahan ajar yang dapat
digunakan oleh peserta didik secara mandiri, dan dapat digunakan
kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Modul yang baik harus disusun berdasarkan kaidah instruksi dan
harus disusun secara sistematis, menarik, dan jelas agar pembelajaran
dengan modul dapat berlangsung lebih efektif dalam hal waktu dan
ketersampaian materi. Dengan adanya modul, tenaga pendidik akan
mempunyai banyak waktu untuk membimbing peserta didik. Adanya
modul juga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pengetahuan yang tidak hanya berasal dari tenaga pendidik. Dan
peserta didik akan mengurangi ketergantungan dengan tenaga
pendidik sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.

14
Modul merupakan salah satu sarana pembelajaran yang berisi
materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang
dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi
yang diharapkan.
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
(2008 : 3-5) mengenai karakteristik modul yang baik, antara lain
sebagai berikut :
1. Self Instructional (Belajar mandiri)
Self Instructional (Belajar mandiri), yaitu melalui modul siswa
mampu belajar mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk
memenuhi karakter tersebut, maka modul harus:
a) Berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas;
b) Berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil/
spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas;
c) Menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan
pemaparan materi pembelajaran;
d) Menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang
memungkinkan pengguna memberikan respond dan mengukur
tingkat penguasaan
e) Konstektual, merupakan materi-materi yang disajikan terkait dengan
suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya;
f) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif
g) Terdapat rangkuman materi pembelajaran;
h) Terdapat instrumen penilaian/ assessment, yang memungkinkan
penggunaan diktat melakukan “Self Assessment”
i) Terdapat instrument yang dapat digunakan penggunanya mengukur/
mengevaluasi tingkat penguasaan materi;
j) Terdapat umpan balik atau penilaian, sehingga penggunanya
mengetahui tingkat penguasaan materi; dan
k) Tersedia informasi tentang rujukan atau pengayaan atau refrensi
yang mendukung materi pembelajaran dimaksud.
2. Self Contained (Utuh)

15
Self Contained (Utuh), merupakan seluruh materi pembelajaran dari
satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari dan terdapat di
dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan
kesempatan bagi pembelajar untuk mempelajari materi pembelajaran
secara tuntas, karna materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh.
Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit
kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan
kelulusan kompetensi yang harus dikuasai.
3. Stand alone (Berdiri Sendiri)
Stand alone (Berdiri Sendiri), merupakan karakteristik modul yang
tidak tergantung pada bahan ajar/ media lain, atau tidak harus digunakan
secara bersamaan dengan bahan ajar/ media lain. Dengan menggunakan
modul, peserta didik tidak perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari
dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika peserta didik
masih menggunakan dan bergantung pada bahan ajar lainselain modul,
maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai modul yang berdiri
sendiri.
4. Adaptive (Dapat Disesuaikan)
Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat
menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta flaksibel atau mudah digunakan. Dengan memperhatikan
percepatan pekembangan ilmu dan teknologi. Pengembangan modul
multimedia hendaknya tetap “up to date” atau terkini. Modul yang
adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai
dengan kurun waktu tertentu.
5. User Friendly (Akrab dengan Pemakainya)
User Friendly (Akrab dengan Pemakainya) memiliki arti bahwa,
Modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan
paparan informasi bersifat membantu dan bersahabat dengan
pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses,
sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah

16
dimengerti serta menggunakan istilah yang umumdigunakan merupakan
salah satu bentuk User Friendly.

17
d. Prinsip Penyusunan Modul
Penulisan modul perlu didasarkan pada prinsip-perinsip
belajar dan bagaimana pengajar/ tenaga pendidik dan peserta didik
menerima pelajaran. Belajar merupakan suatu proses perubahan
prilaku yang disebabkan oleh adanya rangsangan atau stimulus dari
lingkungan.
Menurut Rayandra Asyhar (2012 : 156) Terkait hal tersebut,
penulisan modul dilakukan menggunakan prinsip-prinsip antara lain,
sebagai berikut :
1) Peserta didik perlu diberikan secara jelas hasil belajar yang
menjadi tujuan pembelajaran sehingga mereka dapat menyiapkan
harapan dan dapat menimbang untuk diri sendiri apakah mereka
telah mencapai tujuan tersebut atau belum, pada saat melakukan
pembelajaran menggunakan modul;
2) Peserta didik perlu diuji untuk dapat menentukan apakah mereka
telah mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu, pada penulisan
modul, tes perlu dipadukan dalam pembelajaran supaya dapat
memeriksa ketercapaian tujuan pembelajaran dan memberikan
umpan balik yang sesuai;
3) Bahan ajar perlu diurutkan sedemikian rupa sehingga
memudahkan peserta didik untuk mempelajarinya. Urutan bahan
ajar tersebut adalah dari mudah ke sulit, dari yang diketahui ke
yang belum diketahui, dari pengetahuan ke penerapan;
4) Peserta didik perlu disediakan umpan balik sehingga mereka
dapat memantau proses belajar dan mendapatkan perbaikan
bilamana diperlukan.
e. Langkah-Langkah Dalam Proses Penyusunan Modul.
Menurut Widodo dan Jasmadi ( dalam Rayandra Asyhar, 2012 : 170)
memaparkan beberapa langkah dalam proses penyusunan modul sebagai
berikut :

18
1) Analisis kebutuhan modul, dari hasil analisis akan bisa dirumuskan
jumlah dan judul modul yang akan disusun. Dalam analisi kebutuhan
dapat dilakukan langkah-langkah berikut :
a) Menetapkan kompetensi yang telah dirumuskan pada rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau silabus;
b) Mengidentifikasi/ menentukan ruang lingkup unit kompetensi
atau bagian dari kompetensi utama;
c) Mengidentifikasi dan menentukan pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang dipersyaratkan;
d) Menentukan judul modul yang akan disusun;
2) Penyusunan naskah/ draf modul , tahap ini sesungguhnya merupakan
kegiatan pemilihan, penyusunan, dan pengorganisasian materi
pembelajaran, yaitu mencakup judul media, judul bab, sub bab,
materi pembelajaran yang mencangkup pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang perlu dikuasai oleh pembaca, dan daftar pustaka.
Draf disusun secara sistematis dalam satu kesatuan sehingga
menghasilkan suatu prototype modul yang siap diujikan
3) Uji coba, tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk mengetahui
kemampuan peserta didik dalam memahami media dan mengetahui
efisiensi waktu belajar menggunakan media pembelajaran yang akan
diproduksi. Uji coba pertama dilakukan peserta didik dalam
kelompok terbatas, misalnya 5-10 siswa. Uji coba ini dilakukan agar
mengetahui keterlaksanaan dan manfaat serta efektifitas penggunaan
media dalam pembelajaran untuk bahan revsi atau penyempurnaan
sebelum diproduksi. Uji coba kedua dilaksanakan pada kelompok
siswa yang lebih besar (satu kelas)
4) Validasi, merupakan proses permintaan persetujuan atau pengesahan
terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan
pengakuan kesesuaian tersebut, maka validasi perlu dilakukna
dengan melibatkan pihak praktisi yang ahli sesuai dengan bidang-
bidang terkait dalam modul. Validasi modul bertujuan untuk
memperoleh pengakuan atau pengesahan sesuai modul dengan

19
kebutuhan sehingga modul tersebut layak dan cocok digunakan
dalam pembelajaran. Dari kegiatan validasi draft modul akan
dihasilkan draf modul yang mendapat masukan dan persetujuan dari
para validator, sesuai dengan bidangnya. Masukkan tersebut
digunaakan sebagi bahan penyempurna modul.
5) Revisi dan produksi, masukan-masukan yang diperoleh dari
pengamat (observer) dan pendapat para peserta didik merupakan hal
yang sangat bernilai bagi pengembang modul karna, dengan
masukan-masukan tersebut dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap
media yang dibuat. Setelah disempurnakan, modul tersebut bisa
diproduksi untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran atau
didistribusikan kepada pengguna lain.
f. Kerangka Modul
Dalam pengembangan modul diperlukan sebuah kerangka yang
sederhana agar materi yang disampaikan dapat disajikan secara teratur
dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada.
Menurut Dwi Rahardiyanta (2015 : 10-13) kerangka modul tersusun
sebagai berikut:
Tabel 1. Kerangka modul
Halaman Sampul
Kata pengantar
Daftar isi
Peta kedudukan modul
Glosarium
I. PENDAHULUAN
Deskripsi
Prasyarat
Petunjuk penggunaan modul
Tujuan akhir
Kompetensi inti dan kompetensi dasar
Cek kemampuan awal
II. PEMBELAJARAN

20
A. Rencana Belajar Siswa
B. Kegiatan Belajar
1. Kegiatan belajar 1
a. Tujuan kegiatan pembelajaran
b. Uraian materi
c. Rangkuman
d. Tugas
e. Tes formatif
f. Kunci jawaban tes formatif
g. Lembar kerja
2. Kegiatan belajar 2
3. Kegiatan belajar N
III. EVALUASI
Kognitif Skill
Psikomotor skill
Attitude skill
Produk/ benda kerja sesuai kriteria standar
Batasan waktu yang telah ditetapkan
Kunci jawaban
Daftar pustaka
PENUTUP
Deskripsi Krangka Modul:
Halaman sampul
Memuat label kode modul, label milik Negara, bidang/ program studi
keahlian dan kompetensi keahlian, judul modul, gambar ilustrasi (mewakili
kegiatan yang dilakukan pada pembahasan modul), tulisan lembaga Seperti
Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Direktorat Pembinaan SMK, tahun modul disusun.
Kata pengantar
Memuat informasi tentang peran modul dalam proses pembelajaran.
Daftar isi
Adalah kerangka/ outline modul disertai dengan no halaman.

21
Peta kedudukan modul
Adalah diagram yang menunjukkan kedudukan modul didalam keseluruhan
bidang keahlian.
Glosarium
Berisi kata-kata atau istilah sulit dan asing yang terdapat dalam modul
berikut artinya dan disusun menurut abjad.
I. PENDAHULUAN
A. Standar Kompetensi
Memuat uraian yang akan dipelajari pada modul.
B. Deskripsi
Memuat penjelasan singkat tentang nama dan ruang lingkup isi modul,
kaitan modul dengan modul lainnya, hasil belajar yang akan dicapai setelah
menyelesaikan modul, serta manfaat kompetensi tersebut dalam proses
pembelajaran dan kehidupan secara umum.
C. Waktu
Memuat jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menguasai kompetensi
yang menjadi target belajar.
D. Prasyarat
Memuat petunjuk kemampuan awal yang disyaratkan untuk
mempelajari modul tersebut
E. Petunjuk Penggunaan Modul
Memuat panduan tata cara menggunakan modul yang baik bagi peserta
didik maupun guru
F. Tujuan Akhir
Memuat spesifikasi kinerja setelah mengikuti seluruh kegiatan belajar
harus memenuhi syarat tertentu sesuai dengan prasyarat dunia kerja.
G. Cek Penguasaan Standar Kompetensi
Memuat daftar pertanyaan yang akan mengukur penguasaan
kompetensi peserta didik terhadap kompetensi yang akan diajarkan pada
modul tersebut.
II. PEMBELAJARAN
A. Pembelajaran 1

22
Kompetensi yang hendak dipelajarai.
1. Tujuan
Memuat kemampuan yang harus dikuasai untuk satu kesatuan
kegiatan belajar. Rumusan tujuan kegiatan belajar relatife tidak terikat
dan tidak terlalu rinci
2. Uraian materi
Memuat pengetahuan/ konsep/ prinsip tentang kompetensi yang
sedang dipelajari
3. Rangkuman
Memuat ringkasan pengetahuan/ konsep/ prinsip yang terdapat pada
uraian materi
4. Tugas
Memuat instruksi tugas yang bertujuan untuk penguatan
pemahaman terhadap konsep/ pengetahuan/ prinsip-prinsip penting
yang dipelajari. Bentuk-bentuk tugas dapat berupa:
a. Kegiatan observasi untuk mengenal fakta
b. Studi kasus
c. Kajian materi
d. Latihan-latihan
Setiap tugas yang diberikan perlu dilengkapi dengan lembar tugas,
instrument, observasi, atau bentuk-bentuk instrumen yang lain sesuai
dengan bentuk tugasnya
5. Tes
Memuat tes tertulis sebagai bahan pengecekan bagi peserta didik
dan guru untuk mengetahui sejauh mana penguasaan hasil belajar yang
telah dicapai, sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan berikutnya

6. Lembar kerja praktik


Berisi petunjuk atau prosedur kerja suatu kegiatan praktik yang
harus dilakukan peserta didik dalam rangka penguasaan kemampuan
psikomotorik. Isi lembar kerja antara lain: alat dan bahan yang
digunakan, petunjuk tentang keamanan/keselamatan kerja yang harus

23
diperhatikan, langkah kerja, dan gambar kerja (jika diperlukan) sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai. Lembar kerja perlu dilengkapai
dengan lembar pengamatan yang dirancang sesuai dengan kegiatan
praktik yang dilakukan
B. Pembelajaran 2 s.d n (tata cara sama dengan pembelajaran namun
berbeda topik focus bahasan)
1. Tujuan
2. Uraian materi
3. Rangkuman
4. Tugas
5. Tes
6. Lembar kerja praktik
III. EVALUASI
Teknik atau metode evaluasi harus disesuaikan dengan ranah (domain)
yang dinilai, serta indikator keberhasilan yang diacu.
A. Tes Kognitif
Instrumen penilaian kognitif dirancang untuk mengukur dan
menetapkan tingkat pencapaian kemampuan kognitif (sesuai standar
kompetensi dasar). Soal dikembangkan sesuai dengan karakteristik aspek yang
akan dinilai dan dapat menggunakan jenis-jenis tes tertulis yang dinilai cocok.
B. Tes Psikomotor
Instrumen penilaian psikomotordirancang untuk mengukur dan
menetapkan tingkat pencapaian kemampuan psikomotorik dan perubahan
perilaku (sesuai standar kompetensi/kompetensi dasar). Soal dikembangkan
sesuai dengan karakteristik aspek yang akan dinilai.
C. Penilaian Sikap
Instrumen penilaian sikap dirancang untuk mengukur sikap kerja
(sesuai kompetensi/ standar kompetensi dasar).
D. Kunci Jawaban
Berisi jawaban pertanyaan dari tes yang diberikan pada setiap kegiatan
pembelajaran dan evaluasi pencapaian kompetensi, dilengkapi dengan kritria
penilaian pada setiap item tes.

24
E. Daftar Pustaka
Semua referensi atau pustaka yang digunakan sebagai acuan pada saat
penyusunan modul.
PENUTUP
Memuat kesimpulan dalam pembuatan modul

M.1.5 Pembuatan Hiasan busana


Ernawati, dkk (2008 : 384) menghias dalam bahasa inggris berasal
dari kata “to decorate” yang berarti menghias atau memperindah suatu benda.
Dalam busana menghias berarti memperindah segala sesuatu yang dipakai oleh
manusia baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keperluan rumah tangga.
Benda yang dipakai untuk diri sendiri seperti blus, rok, celana, tas, topi dan
lain-lain, sedangkan untuk keperluan rumah tangga diantaranya yaitu, taplak
meja, bed cover, bantal kursi, gorden dan lain-lain.
Ditinjau dari tekniknya, menghias kain dibedakan atas 2 macam yaitu :
a. Menghias permukaan bahan yang sudah ada dengan bermacam-macam
tusuk hias baik yang menggunakan tangan maupun dengan menggunakan
mesin
b. Dengan cara membuat bahan baru yang berfungsi untuk hiasan benda.
Pengembangan modul yang akan diteliti mulai dari semester 1 atau
semester ganjil. Kompetensi inti dan kompetensi dasar dari mata pelajaran
pembuatan hiasan busana yang sesuai dengan silabus pembuatan hiasan busana
dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Kompetensi Inti Pembuatan Hiasan Busana Kelas XI


KI-3 (Pengetahuan) Memahami, menerapkan, menganalisis, dan
mengevaluasi tentang pengetahuan faktual,
konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai
dengan bidang dan lingkup kerja Tata Busana pada
tingkat teknis, spesifik, detail, dan kompleks,
berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan

25
potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah,
dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan
internasional.
KI-4 (Keterampilan) Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan
alat, informasi, dan prosedur kerja yang lazim
dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan
bidang kerja Tata Busana. menampilkan kinerja di
bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang
terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan
mengaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan
tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan,
meniru, membiasakan, gerak mahir, menjadikan gerak
alami dalam ranah konkret terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah,
serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah
pengawasan langsung.
(Sumber : Silabus Pembuatan Hiasan Busana kelas XI Tata Busana SMK N 2
Singaraja)

Tabel 3. Kompetensi Dasar Pembuatan Hiasan Busana Kelas XI Semester Satu


Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1 Menerapkan tusuk dasar 3.1.1 Menjelaskan pengertian tusuk
hiasan dalam suatu produk dasar hiasan
3.1.2 Menjelaskan macam-macam tusuk
dasar hiasan
3.1.3 Menjelaskan fungsi tusuk dasar
hiasan

26
3.1.4 Menentukan alat dan bahan
pembuatan tusuk dasar hiasan
3.1.5 Menjelaskan cara membuat tusuk
dasar hiasan
3.1.6 Menganalisis pembuatan tusuk
dasar hiasan

3.2 Menganalisis rancangan 3.2.1 Menjelaskan pengertian hiasan


(lab sheet) sulaman bordir sulaman bordir pada busana serta
dalam suatu produk pelengkapannya
3.2.2 Menjelaskan ciri- ciri hiasan
sulaman, hiasan sulaman bordir
pada busana serta pelengkapan nya
3.2.3 Menjelaskan macam-macam
hiasan sulaman, hiasan sulaman
bordir pada busana serta
pelengkapan nya
3.3 Menerapkan sulaman bordir 3.3.1 Menentukan alat dan bahan
dalam suatu produk pembuatan hiasan sulaman bordir
pada busana serta pelengkapannya
3.3.2 Menjelaskan cara membuat hiasan
sulaman border pada busana serta
pelengkapannya
3.3.3 Menganalisis sulaman border pada
busana serta pelengkapannya
3.4 Menganalisis rancangan 3.4.1 Menjelaskan pengertian hiasan
(lab sheet) sulaman Fantasi sulaman warna pada busana serta
dalam suatu produk pelengkapannya
3.4.2 Menjelaskan ciri - ciri hiasan
sulaman warna pada busana serta
pelengkapannya
3.4.3 Menentukan macam-macam hiasan

27
sulaman warna pada busana serta
pelengkapnnya
3.4.4 Menjelaskan pengertian hiasan
sulaman fantasi pada busana serta
pelengkapannya
3.4.5 Menentukan macam-macam
sulaman fantasi dalam suatu
produk
3.5 Menerapkan sulaman 3.5.1 Menjelaskan alat dan bahan
fantasi dalam suatu produk pembuatatan hiasan sulaman
fantasi pada busana serta
pelengkapannya
3.5.2 Menjelaskan cara membuat hiasan
sulaman fantasi pada busana serta
pelengkapannya
3.5.3 Menganalisis hiasan sulaman
fantasi pada busana serta
pelengkapannya
3.6 Menganalisis rancangan 3.6.1 Menjelaskan pengertian hiasan
(lab sheet) sulaman aplikasi sulaman aplikasi pada busana serta
dalamsuatu produk pelengkapannya
3.6.2 Menentukan macam-macam
sulaman aplikasi dalam suatu
produk
3.7 Menerapkan sulaman 3.7.1 Menjelaskan alat dan bahan
aplikasi dalam suatu produk pembuatan hiasan dan
pelengkapannya
3.7.2 Menjelaskan cara membuat hiasan
sulaman aplikasi pada busana serta
pelengkapannya sesuai dengan
kebutuhan
3.7.3 Menganalisis hiasan sulaman

28
aplikasi pada busana serta
pelengkapannya
(Sumber : Silabus Pembuatan Hiasan Busana kelas XI Tata Busana SMK N 2
Singaraja)
M.1.6 Pendekatan Pembelajaran Saintifik
a. Pengertian Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik pertama kali diperkenalkan di Amerika pada
akhir abad ke-19, sebagai penekanan pada pendekatan laboratorium
formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah. Menurut Muhammad
irwansyah (2015 : 16) bahwa pendekatan saintifik ini dapat memudahkan
guru atau pengembang kurikulum untuk memperbaiki proses
pembelajaran, yaitu dengan memecah proses ke dalam langkah-langkah
atau tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat instruksi untuk siswa
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Menurut Abidin (dalam Muhammad irwansyah, 2015 : 16) bahwa
pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang dilandasi
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang diorientasikan guna membina
kemampuan peserta didik memecahkan masalah melalui serangkaian
aktivitas inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berfikir kreatif,
dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan pemahaman peserta didik.

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik


Menurut Muhammad irwansyah (2015 : 17) . Langkah-langkah
pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran antara
lain menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan,
kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi,
dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan dan
mencipta. Langkah-langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut :

29
1) Mengamati (observasi)
Dalam metode ini yang diutamakan adalah kebenaran proses
pembelajaran (meaning learning). Metode ini memiliki keunggulan,
seperti ; menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik merasa senang
dan tertantang, dan dalam pelaksanaanya mudah. Pada metode ini sangat
bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga dalam
proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Pendidik
memberikan fasilitas kepada peserta didik untuk melakukan pengamatan,
dan melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca dan
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun
kompetensi yang diharapkan yaitu melatih kesungguhan, ketelitian dan
mencari informasi.
2) Menanya
Menurut Sani A.R (2015 : 54) dalam kegiatan menanya, pendidik
memberikan kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya
mengenai apa yang sudah dilihat, disimak dan dibaca. Pendidik sangat
dibutuhkan dalam membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan
pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai
kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, ataupun hal
lain yang lebih abstrak.
Kegiatan menanya dalam kegiatan pembelajaran adalah mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang sudah
diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa
yang sudah diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan
yang bersifat hipotetik).
Adapun kompetensi yang diharapkan yaitu mengembangkan
kreatifitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pernyataan, untuk
membentuk fikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar
sepanjang hayat.
3) Mengumpulkan informasi
Kegiatan “mengumpulkan informasi” adalah tindak lanjut dari
bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan berbagai cara yaitu menggali dan

30
mengumpulkan informasi dari berbagi sumber. Maka dari itu peserta didik
dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau
objek dengan lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen.
Adapun kompetensi yang diharapkan yaitu, mengembangkan sikap
teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemapuan
berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui
berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar sepanjang
hayat.
4) Mengasosiasikan/ mengolah informasi/ menalar.
Dalam kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar
merupakan suatu kegiatan memproses informasi yang sudah dikumpulkan
baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/ eksperimen maupun hasil
dari kegiatan mengamati dan mengumpulkan informasi. Pengolahan
informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan
kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari
solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai
kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari
keterkaitan informasi.
Adapun kompetensi yang diharapkan yaitu, mengembangkan sikap
jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan
prosedur dan kemampuan berfikir induktif serta deduktif dalam
menyimpulkan.
Menalar merupakan proses brfikir yang logis dan sistematis atas fakta-
fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan. Aktivitas menalar dalam pembelajaran kurikulum 2013
dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau
pembelajaran asosiatif. Istilah asosiatif dalam pelajara merujuk pada
mengelompokkan berbagai ide dan mengasosiasikan berbagai peristiwa
untuk kemudian dimasukkan menjadi penggalan memori.
5) Mengkomunikasikan

31
Menurut Muhammad irwansyah, (2015:17) Pada pendekatan saintifik
tenaga pendidik diharapkan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini
dapat dilakukan dengan cara menuliskan atau menceritakan apa yang
ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan
menemukan pola. Hasil tersebut kemudian disampaikan di kelas dan dinilai
oleh tenaga pendidik sebagai hasi belajar peserta didik atau kelompok
peserta didik.
Adapun kompetensi yang diharapkan yaitu mengembangkan sikap
jujur, teliti, toleransi, kemampuan berfikir secara sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
M.1 Kajian Penelitian yang Relevan
1. Ria Karlina melakukan penelitian dengan judul “Pembuatan Modul
Ajar Fushion Food Untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum 2013
Bagi Siswa Kelas XII SMK Negeri 2 Singaraja”. Penelitian ini
bertujuan untuk 1) mengetahui kelayakan isi modul ajar fushion food
di SMK Negeri 2 Singaraja melalui uji ahli. 2) Mengetahui kelayakan
isi modul ajar fushion food di SMK Negeri 2 Singaraja melalui uji
subjek sasaran atau siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah
Penelitian dan Pengembangan Research and Development (R & D)
dengan model pengembangan ADDIE. Subjek penelitian ini yaitu
siswa kelas XII Boga 2 di SMK Negeri 2 Singaraja tahun ajaran
2016/2017. Validasi kelayakan modul berdasarkan uji ahli isi
memberikan penilaian dengan rata-rata presentase keseluruhan sebesar
87,36 % sehingga jika dikonversikan presentase tersebut berada dalam
kualifikasi layak. Sedangkan uji subjek sasaran memberikan penilaian
dengan rata-rata presentase keseluruhan sebesar 89,07% sehingga jika
dikoversikan presentase tersebut berada dalam kualifikasi layak.
2. Maharani Oky S melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan
Modul Sulam Pita Pada Pembelajaran Menghias Busana Siswa Kelas
X di SMK Negeri 1 Depok Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan

32
untuk 1) Menghasilkan modul sulam pita pada pembelajaran menghias
busana siswa kelas X di SMK Negeri 1 Depok, 2) Mengetahui tingkat
kelayakan modul hasil pemngembangan dilihat dari pendapat ahli dan
siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan
pengembangan (Research and Development). Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas X Bidang Keahlian Busana Butik sebanyak 32
siswa dan objek penelitian ini adalah modul sulam pita pada
pembelajaran menghias busana di SMK Negeri 1 Depok. Model
pengembangan penelitian ini mengacu pada Borg and Gall. Metode
pengumpulan data dengan observasi,wawancara dan angket.
Penilaian kelayakan modul melibatkan ahli materi dan ahli media
yang kemudian diuji coba kecil terhadap 10 siswa apabila sudah
dinyatakan layak diuji coba besar terhadap 32 siswa kelas X SMK
Negeri 1 Depok. Teknik analisis data menggunakan analisis
deskriptif dengan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kelayakan modul pembelajaran berdasarkan penilaian judgement
expert dengan persentase sebesar 100%, modul ini dinyatakan
layak untuk diujikan ke lapangan. Dari uji coba terbatas/uji kecil
hasilnya 86,38% tergolong dalam kategori sangat layak. Selanjutnya
dilakukan uji luas/uji besar pada 32 siswa hasilnya 81,53%
menyatakan modul hiasan sulam pita sangat layak digunakan untuk
media pembelajaran bagi siswa kelas X di SMK Negeri 1 Depok.
3. Putu Dian Tirtayani melakukan penelitian dengan judul penelitian “
Pengembangan Modul Ajar Fushion Food Hidangan Kesempatan
Khusus Melalui Pendekatan Saintifik Jurusan Jasa Boga Kelas XII di
SMK Pariwisata Triatmajaya Singaraja”. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui 1) kelayakan pengembangan modul ajar Fushion
Food Hidangan Kesempatan Khusus melalui Pendekatan Saintifik
berdasarkan uji ahli is; 2) kelayakan pengembangan modul ajar
Fushion Food Hidangan Kesempatan Khusus melalui Pendekatan
Saintifik berdasarkan uji ahli media; 3) kelayakan pengembangan
modul ajar Fushion Food Hidangan Kesempatan Khusus melalui

33
Pendekatan Saintifik berdasarkan respon siswa. Jenis penelitian yang
digunakan akan Research And Development (R & D) atau penelitian
pengembangan dengan model Dick And Carrey. Instrumen penelitian
berupa angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) hasil review
ahli isi pembelajaran diperoleh hasil 0,88 dari 17 aspek penilaian
dikatakan layak digunakan; (2) hasil review ahli media pembelajaran
diperoleh hasil 0,88 dari 25 aspek penilaian dikatakan layak
digunakan; (3) hasil analisis data respon siswa kecenderungan respon
positif.
4. Luh Apik Resdianti melakukan penelitian dengan judul “
Pengembangan Modul Pembelajaran Pembuatan Pola Dengan
Pendekatan Saintifik Untuk Siswa Kelas X Tata Busana di SMK
Negeri 2 Singaraja”. Penelitian ini bertujuan untuk (1)
mendeskripsikan proses pengembangan modul pembelajaran
pembuatan pola dengan pendekatan saintifik untuk siswa kelas X Tata
Busana di SMK Negeri 2 Singaraja; (2) mendeskripsikan hasil
pengembangan modul pembelajaran pembuatan pola dengan
pendekatan saintifik untuk siswa kelas X Tata Busana di SMK Negeri
2 Singaraja. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian dan
Pengembangan (Research and Development) dengan model
pengembangan ADDIE. Model ADDIE terdiri dari 5 langkah yaitu;
analyze (analisis), design (desain), development (pengembangan),
implementation (implementasi), evaluation (evaluasi). Instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data adalah lembar validasi ahli isi
materi dan lembar validasi ahli desain.. Hasil penelitian
pengembangan menunjukkan bahwa, (1) proses pembuatan modul
melewati tahap anallisis, penyusunan draft, validasi dan revisi. (2)
Modul yang dihasilkan adalah modul dengan pendekatan saintifik
yang mengarahkan peserta didik secara aktif mencari ilmu
pengetahuan melalui 5 langkah pembelajaran yaitu mengamati,
menanya, mengumpulkan data, menganalisis data dan
mengkomunikasikan. Modul memuat 4 komponen utama yaitu

34
pendahuluan, pembelajaran, evaluasi dan penutup serta komponen
pendukung modul yaitu kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, peta
kedudukan modul, glosarium,ruang spasi kosong dan daftar pustaka
dan telah dinyatakan valid dengan validitas 1.
5. Kadek Diah Darmiasih melakukan penelitian dengan judul “
Pengembangan Modul Berbasis Saintifik Untuk Mata Pelajaran
Sanitasi, Hygiene dan Keselamatan Kerja Siswa Kelas X Akomodasi
Perhotelan di SMK Negeri 2 Singaraja. Penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui (1) kelayakan modul berdasarkan uji
coba ahli isi materi pembelajaran; (2) kelayakan modul berdasarkan
uji coba ahli media pembelajaran; (3) kelayakan modul berdasarkan
uji sasaran. Jenis penelitian yang digunakan adalah Research And
Development (R & D) atau penelitian pengembangan dengan model
ADDIE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) hasil analisis ahli
isi materi pembelajaran diperoleh sebesar 89,2% dengan kategori
sangat baik dan tidak perlu revisi ; (2) hasil analisis ahli media
pembelajaran diperoleh sebesar 96,8% dengan kategori sangat baik
dan tidak perlu revisi; (3) hasil analisis uji sasaran berupa respon
siswa diperoleh sebesar 91,1% dengan kategori sangat baik.

M.3 Kerangka Berfikir


Media pembelajaran yang baik adalah yang dapat membangkitkan minat
belajar siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran, menyajikan materi dengan
struktur yang baik, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih dan
memberikan umpan balik, dapat menjelaskan hal-hal yang sulit dimengerti
atau dipahami oleh siswa dan dapat menciptakan komunikasi dua arah atau
diskusi. Siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari materi, hal ini
disebabkan belum adanya media pembelajaran yang dapat mendukung proses
belajar mengajar. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan dengan
melengkapi media pembelajaran salah satunya yaitu modul yang baik dan
layak. Oleh karena itu untuk menghasilkan modul yang baik dan layak harus
melalui beberapa tahap pengembangan diantaranya tahap analisis kebutuhan

35
produk untuk mengetahui perlunya pengembangan modul pembuatan hiasan
busana berbasis saintifik, mengembangkan produk awal, validasi ahli dan
revisi, uji coba lapangan terbatas dan revisi, uji coba luas dan produk akhir.
Modul merupakan media yang dapat mempermudah pembelajaran,
memperjelas penyajian, mengatasi keterbatasan, waktu dan daya indera,
membentuk siswa lebih termotivasi serta materi pelajaran dapat lebih
dipahami. Dengan adanya modul diharapkan mampu meningkatkan prestasi
belajar dan motivasi belajar siswa. Modul dibuat dengan bahasa yang mudah
dimengerti siswa, diberi gambar dan langkah kerja, dibagian akhir
kegiatan belajar juga diberi penugasan untuk siswa dan kata-kata motivasi.
Penggunaan modul yang layak pada pembelajaran pembuatan hiasan busana
diasumsikan dapat mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan
menguasai materi tersebut siswa diharapkan memiliki kompetensi menghias
busana yang baik dan lebih kreatif dan inovatif.
Dengan demikian Pengembangan Modul Pembuatan Hiasan Busana
Berbasis Saintifik untuk siswa kelas XI Tata Busana di SMK Negeri 2
Singaraja diharapkan menghasilkan modul pembuatan hiasan busana yang
layak sebagai media pembelajaran menghias busana.

N. METODE PENELITIAN
N.1 Model Pengembangan
Penelitian pengembangan modul pembuatan hiasan busana berbasis
saintifik untuk siswa kelas XI Tata Busana di SMK Negeri 2 Singaraja
merupakan jenis penelitian pengembangan (Research and Development/ R &
D) yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu dan menguji kelayakan produk. Menurut Borg and Gall (dalam
Sugiono, 2008 : 4) menyatakan bahwa penelitian pengembangan (Research
and Development/ R & D) merupakan suatu proses yang digunakan untuk
mengembangkan atau memvalidasi (mengesahkan) produk-produk yang
digunakan dalam pendidikan pembelajaran. Menurut Sugiyono (2008 : 297)
model penelitian pengembangan merupakan metode penelitian yang

36
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji kelayakan
produk tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa modul
pembelajaran pembuatan hiasan busana berbasis saintifik untuk siswa kelas
XI Tata Busana dan untuk mengetahui kelayakan modul pembelajaran
pembuatan hiasan busana berbasis saintifik untuk siswa kelas XI Tata Busana
di SMK Negeri 2 Singaraja. Data yang diperoleh dengan cara memberi
angket pada ahli materi, ahli media, guru pembimbng mata pelajaran
pembuatan hiasan busana dan siswa kelas XI Tata Busana SMK Negeri 2
Singaraja sebagai pengguna modul pembelajaran.
N.2 Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan akan memaparkan prosedur yang akan
dikebangkan dalam pembuatan produk. Prosedur pengembangan akan
memberikan langkah-langkah untuk sampai keproduk yang akan diproses.
Prosedur pengembangan pada penelitian pengembangan modul
pembelajaran pembuatan hiasan busana berbasis saintifik untuk siswa kelas
XI Tata Busana di SMK Negeri 2 Singaraja ini menggunakan prosedur
pengembangan Borg & Gail yang dikutip oleh Tim Puslitjaknov (2008 : 11).
Adapun prosedur pengembangannya terdiri dari 5 langkah utama yaitu :
1. Analisis kebutuhan produk
2. Pengembangan produk awal
3. Validasi ahli dan revisi
4. Uji coba terbatas dan revisi produk
5. Uji coba luas dan produk akhir

37
Secra sederhana berikut ini digambarkan diagram alir prosedur pengembangan
modul pembuatan menghias busana :

Gambar 1. Skema Prosedur Pengembangan Modul


Berdasarkan skema prosedur pengembangan modul menurut Borg & Gall
maka dapat dijelaskan alur proses pengembangan modul yaitu analisis produk,
tahap pengembangan, validasi ahli dan revisi, uji coba terbatas dan revisi
produk, serta uji coba luas dan produk akhir. Prosedur pengembangan
penelitian ini mengacu pada 5 tahap yang kemudian disesuaikan dengan
pedoman pengembangan penulisan tugas akhir skripsi. Berikut penjelasan dari
prosedur penelitian pengembangan modul pembuatan hiasan busana berbasis
saintifik untuk siswa kelas XI Tata Busana di SMK Negeri 2 Singaraja:

38
1. Analisis Kebutuhan Pokok
Analisis kebutuhan pokok terdiri dari :
a. Mengkaji kurikulum
Mengkaji kurikulum merupakan mempelajari kurikulum yang
ada di SMK Negeri 2 Singaraja. Hal ini dilakukan agar modul yang
dihasilkan tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran yang
terdapat pada standar kompetensi. Standar kompetensi yang
digunakan pada modul ini yaitu pembuatan hiasan busana.
b. Analisis kebutuhan modul
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan yang
digunakan untuk mengetahui perlunya pengembangan modul
pembuatan hiasan busana berbasis saintifik di SMK Negeri 2
Singaraja.
Langkah-langkah dalam analisis kebutuhan modul antara lain :
1) Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada standar
kompetensi;
2) Menetapkan kompetensi dari silabus;
3) Mengidentifikasi dan menentukan pengetahuan, keterampilan ,
dan sikap yang disanrankan;
4) Menentukan judul modul;
5) Mengumpulkan sumber refrensi seperti data dan buku yang dapat
digunakan untuk pembuatan modul.
Analisis kebutuhan modul dilakukan dengan cara observasi
pada saat pelaksanaan pembelajaran pembuatan hiasan busana di
kelas XI Tata Busana SMK Negeri 2 Singaraja dan wawancara
kepada guru pembimbing mata pelajaran hiasan busana serta
kepada siswa.

Analisis kebutuhan yang dilakukan adalah sebagai berikut:


1) Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan kelas yang
dilakukan untuk mengetahui permasalahan pelaksanaan

39
pembelajaran terhadap penggunaan media pembelajaran yang
bermanfaat untuk kemajuan proses belajar mengajar.
2) Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan dengan guru mata pelajaran
pembuatan hiasan busana dan siswa kelas XI Tata Busana di SMK
Negeri 2 Singaraja. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui
ketersediaan media pembelajaran dan kebutuhan terhadap
pengembangan modul pembuatan hiasan busana berbasis saintifik.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dapat diketahui bahwa
keterbatasan media pembelajaran menyebabkan kurang optimalnya
proses dan hasil pembelajaran, sehingga perlu dikembangkan
media pembelajaran berupa modul pembuatan hiasan busana
berbasis saintifik.
2. Pengembangan Produk Awal
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, langkah selanjutnya adalah
pengembangan produk awal, yaitu menyusun draf modul. Penyususnan
draf modul merupakan kegiatan merancang dan menyusun materi
pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
Draf modul disusun berdasarkan silabus yang digunakan di SMK Negeri
2 Singaraja. Draf tersebut disusun agar mempermudah dalam pembuatan
modul menghias busana berbasis saintifik. Langkah-langkah dalam
menyususn draf modul antara lain:
1) Menentukan dan menetapkan judul modul;
2) Menentukan dan menetapkan tujuan akhir modul;
3) Menetapkan kompetensi yang dipersyaratkan untuk menunjang
kompetensi utama;
4) Menetapkan kerangka modul;
5) Mengembangkan materi yang akan dirancang dalam kerangka
modul yang akan dikembangkan;
6) Memeriksa draf modul yang akan dibuat.
Adapun isi draf modul:

40
1) Halaman Sampul, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar
tabel, peta kedudukan modul, glosarium.
2) Pendahuluan: deskripsi, prasyarat, petunjuk penggunaan modul,
tujuan akhir, kompetensi inti dan kompetensi dasar, waktu serta cek
penguasaan kompetensi dasar.
3) Pembelajaran: tujuan pembelajaran, uraian materi dan rangkuman.
4) Evaluasi: tugas, lembar kerja praktik, uji kompetensi.
5) Daftar pustaka
3. Validasi Ahli
Sebelum diterapkan kepada siswa terlebih dahulu divalidasi oleh
para ahli dan guru mata pelajaran hiasan busana di SMK Negeri 2
Singaraja.
Validasi merupakan proses permintaan pengakuan atau persetujuan
terhadap ketersesuaian modul dengan kebutuhan yang didasarkan
pemikiran rasional atau belum fakta lapangan. Validasi yang dibutuhkan
berhubungan dengan materi dan metode yang digunakan, sehingga pihak-
pihak yang diminta untuk memberikan validasi modul pembuatan hiasan
busana ini antara lain, ahli materi, ahli media dan guru sebagai pelaksana
pembelajaran. Validasi dilakukan untuk mengetahui dan mengevaluasi
instrumen dan produk media yang akan dikembangkan sesuai dengan
tujuan. Validator ahli materi bertujuan untuk memberikan informasi/
masukan dan mengevaluasi modul berdasarkan aspek materi pembuatan
hiasan busana, validator ahli media bertujuan untuk memberikan
informasi/ masukan dan mengevaluasi modul berdasarkana aspek kriteria
media dan validasi guru bertujuan untuk memberikan informasi dan
evaluasi ketersesuaian modul dengan kompetensi di SMK Negeri 2
Singaraja.
Setelah validasi dilakukan diharapkan modul pembuatan hiasan
busana berbasis saintifik layak digunakan dalam pembelajaran. Apabila
hasil dari validasi modul direvisi, maka langkah selanjutnya adalah
memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam modul. Validasi dilakukan
dengan memberikan angket kepada para ahli dan guru pembuatan hiasan

41
busana. Hasil validasi dapat digunakan untuk menyempurnakan modul
yang akan diproduksi.
4. Uji Coba Terbatas Dan Revisi
Setelah melakukan validasi terhadap ahli materi, ahli media dan
guru mata pelajaran hiasan busana selanjutnya dilakukan uji coba
terbatas. Uji coba terbatas ini perlu dilakukan untuk mengetahui
pemahaman dan pendapat siswa tentang modul pembuatan hiasan
berbasis saintifik. Dari aspek fungsi dan manfaat, karakteristik tampilan
modul, dan materi pembelajaran sehingga nantinya bisa diterima oleh
siwa. Uji coba terbatas ini dilakukan kepada 6 siswa (subjek) yang dipilih
secara random sampling dari 26 jumlah siswa kelas XI Tata Busana di
SMK Negeri 2 Singaraja. Setelah melakukan uji coba terbatas diperoleh
data untuk dianalisis dan dilakukan revisi produk yaitu untuk
memperbaiki kekurangan produk dari hasil penilaian siswa.
5. Uji Coba Luas Dan Produk Akhir
Uji coba luas yaitu uji coba pemakaian produk berupa modul
pembuatan hiasan busana berbasis saintifik kepada siswa dalam lingkup
yang sebenar-benarnya untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang
telah dibuat. Uji coba luas ini dilakukan kepada siswa kelas XI Tata
Busana SMK Negeri 2 Singaraja yang berjumlah 26 siswa. Hasil data
yang diperoleh dari uji coba luas ini dianalisis dan digunakan untuk
menyempurnakan pengembangan modul pembuatan hiasan busana
berbasis saintifik, sehingga dapat menghasilkan bahan ajar yang efektif,
menarik, dan layak digunakan sebagai sumber belajar oleh siswa kelas XI
tata busana di SMK Negeri 2 Singaraja.
Produk akhir dari hasil pengembangan ini adalah modul pembuatan
hiasan busana berbasis saintifik untuk siswa kelas XI Tata Busana yang
telah diuji coba dan dinyatakan layak dalam proses penelitian dan
pengembangan ini. Karena keterbatasan biaya, jumlah modul yang
diproduksi hanya terbatas untuk kepentingan penelitian.

42
N.3 Uji Coba Produk
Sesuai dengan kebutuhan untuk memastikan modul layak, maka akan
dilakukan uji produk dengan menggunakan instrumen berupa angket yang telah
disusun berdasar tingkat kelayakan modul pembelajaran yang dikembangkan.
N.3.1 Disain Uji Coba
Adapun 3 aspek yang diuji antara lain:
1. Uji coba ahli materi/ isi
Uji coba ahli materi/ isi bertujuan untuk mengetahui materi/ isi yang
terkandung dalam media pembelajaran telah sesuai. Kesesuaian ini
meliputi kesesuaian dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Dalam uji ahli isi penulis langsung melibatkan dosen dan guru terkait
mata pelajaran pembuatan hiasan busana untuk memastikan secara detail
kesesuaian yang dimaksud sebelumnya.
2. Uji coba ahli media
Uji coba ahli media dimaksudkan untuk menjamin media berfungsi
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Pengujian dilakukan
oleh penguji yang memiliki pengalaman pada bidangnya dengan
menggunakan instrumen yang telah disesuaikan dengan kebutuhan
N.3.2 Subjek Uji Coba
Uji coba ini dilakukan pada siswa kelas XI Tata Busana di SMK Negeri 2
Singaraja selaku pengguna media kedepannya.
1. Uji coba terbatas
Uji coba terbatas ini dilakukan kepada 6 siswa (subyek) yang dipilih
secara random sampling dari 26 jumlah siswa kelas XI Tata Busana di
SMK Negeri 2 Singaraja.
2. Uji coba luas
Uji coba luas ini dilakukan kepada siswa kelas XI Tata Busana SMK
Negeri 2 Singaraja yang berjumlah 26 siswa.

N.3.3 Jenis Data


Jenis data yang akan diperoleh dalam proses pengembangan modul
berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kulitatif didapat dari hasil

43
penilaian dan evaluasi dari ahli materi yang hasilnya didapat melalui
pengumpulan angket. Data kuantitatif diperoleh dari data angket yang
dikumpulkan menjadi skor atau nilai.
N.3.4 Instrumen Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2008 : 102), instrument adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam ataupun sosial yang diamati.
Menurut sugiyono (2008 : 121), terdapat 2 jenis intrumen, yaitu,
instrument yang berbentuk tes yang bertujuan untuk mengukur prestasi
belajar dan instrument bukan tes (non test) yang bertujuan untuk
mengukur sikap.
Istrumen yang digunakan pada penelitian pengembangan modul ini
adalah berupa angket atau kuisioner. Tujuan dari penggunaan angket ini
untuk mengetahui tingkat kelayakan modul pembelajaran yang
dikembangkan. Angket ini diberikan kepada ahli materi, ahli media, guru
mata pelajaran pembuatan hiasan busana, dan siswa kelas XI tata busana
SMK Negeri 2 Singaraja sebagai subjek.
1. Instrument Kelayakan Modul
Pengujian kelayakan modul pembelajaran oleh ahli materi dan ahli
media menggunakan angket non tes dengan skala Guttman, yaitu 2
kriteria penilaian ya (layak) dengan nilai satu (1) dan tidak (tidak layak)
dengan nilai nol (0) dalam hal ini skala Guttman dibuat dalam bentuk
checklist () . Pemilihan 2 kriteria ini dilakukan untuk mendapatkan
jawaban yang tegas terhadap tingkat kelayakan modul pembelajaran yang
akan dikembangkan, sehingga media yang dibuat benar-benar dapat
digunakan dalam proses belajar mengajar.
Adapun kriteria penilaian kelayakan modul pembuatan hiasan
busana dapat dilihat pada table berikut ini :

44
Table 4. Kriteria Penilaian Modul Oleh Ahli Materi Dan Ahli Media Menurut
Sugiono (2008 : 96)
Pernyataan
Jawaban Nilai
Layak 1
Tidak Layak 0

Interpretasi / tafsiran dari data instrumen tersebut adalah


Table 5. Interpretasi Kriteria Penilaian Kelayakan Oleh Para Ahli
Kategori Penilaian Interpretasi
Layak Ahli materi dan ahli media
menyatakan modul hiasan busana
berbasis saintifik layak digunakan
sebagai sumber belajar.
Tidak Layak Ahli materi dan ahli media
menyatakan modul hiasan busana
berbasis saintifik tidak layak
digunakan sebagai sumber belajar.

Kisi-kisi instrument untuk validasi kelayakan modul pembelajaran hiasan


busana berbasis saintifik dapat dilihat pada table berikut ini:
1) Instrument Kelayakan Modul Ditinjau Dari Materi
Instrument dari ahli materi berisikan kesesuaian media pembelajaran
dilihat darielevansi materi. Kisi – kisi instrument untuk ahli materi dapat dilihat
pada table berikut :

45
Tabel 6. Kisi-Kisi Instrument Kelayakan Modul Ditinjau Dari Materi
Variable Aspek Yang No.
Indikator
Penelitian Dinilai Item
(1) (2) (3) (4)
1. Ketepatan isi materi dengan 1
silabus
2. Ketepatan tujuan 2,3,4
3. Materi dibagi dalam sub-sub 5
Relevansi Materi bahasan
Materi Pembelajaran 4. Kejelasan materi 6,7,8,9,
10,11
5. Tingkat kesulitan materi 12
6. Ketercapaian materi 13
7. Pemahaman materi 14,15
8. Kejelasan petunjuk penggunaan 16
modul
9. Kesesuaian dengan prosedur 17
Kriteria pengajaran yang ditentukan
Relevansi
Penilaian 10. Kemudahan penggunaan 18
Media
Media 11. Kejelasan bahasa yang 19
digunakan
12. Ketepatan evaluasi materi 20,21
13. Kejelasan sasaran pengguna 22
(Sumber: Maharani Oky,2014)
2) Instrument Kelayakan Modul Ditinjau Dari Media Pembelajaran
Instrument untuk ahli media pembelajaran berisikan kesesuaian modul
media pembelajaran dilihat dari aspek kemanfaatan dan kualitas teknis. Kisi-
kisi instrument untuk ahli media dapat dilihat pada table berikut ini :

46
Table 7. Kisi – Kisi Instrumen Kelayakan Modul Ditinjau Dari Media
Pembelajaran
Variable Aspek Yang No.
Indikator
Penelirian Dinilai Item
(1) (2) (3) (4)
Kriteria 1. Memperjelas penyajian 1
Modul 2. Mempermudah pembelajaran 2
Fungsi Dan
3. Mengatasi keterbatasan ruang 3
Manfaat
4. Membangkitkan motivasi belajar 4
Media
5. Mengatasi sifat pasif siswa 5
6. Meningkatkan pemahaman siswa 6
7. Menarik minat brlajar siswa 7
8. Kesesuaian judul dengan isi modul 8
Karakteristik
9. Bentuk dan ukuran huruf 9
Tampilan
10. Organisasi 10
Cover Dan
11. Daya Tarik 11
Materi Modul
12. Format 12
13. Penggunaan spasi kosong 13
Karakteristik 14. Belajar secara mandiri (self 14
Modul instruction)
Sebagai 15. Materi terdiri dari unit kompetensi 15
Media (self contained))
Pembelajaran 16. Berdiri sendiri (stand alone) 16
17. Memiliki daya adaptif terhadap 17
IPTEK (Adative)
18. Bersahabat dengan penggunanya 18
(user friendly)
19. Guru sebagai fasilitator 19
20. Membangkitkan minat siswa 20
21. Meningkatkan keaktifan siswa 21
22. Perumusan tujuan instruksional jelas 22
23. Urutan pembelajaran secara sistematis 23

47
(Sumber: Maharani Oky,2014)

3) Instrumen Kelayakan Modul Oleh Guru


Instrumen kelayakan modul oleh guru berisikan kesesuaian modul media
pembelajaran dilihat dari aspek materi pembelajaran dan kriteria pemilihan
media. Kisi-kisi instrumen kelayakan modul oleh guru dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Tabel 8. Kisi-Kisi Instrumen Kelayakan Modul Oleh Guru


Variable Aspek Yang No.
Indikator
Penelitian Dinilai Item
(1) (2) (3) (4)
1. Ketepatan isi materi dengan silabus 1
2. Ketepatan tujuan 2,3,4
3. Materi dibagi dalam sub – sub 5
bahasan
4. Kejelasan materi 6,7,8,9,
10,11
5. Tingkat kesulitan materi 12
6. Ketercapaian materi 13
Relevansi Materi
7. Pemahaman materi 14,15
materi pembelajaran
8. Kejelasan petunjuk penggunaan 16
modul
9. Kesesuaian dengan prosedur 17
pengajaran yang ditentukan
10. Kemudahan penggunaan 18
11. Kejelasan bahasa yang digunakan 19
12. Ketepatan evaluasi 20,21
13. Kejelasan sasaran pengguna 22
Relevansi Kriteria 14. Mempertimbangkan tujuan 23
media pemilihan pembelajaran

48
15. Sesuai dengan kondisi siswa 24
16. Karakteristik media 25
media 17. Strategi pembelajaran 26
18. Fungsi media tersebut dalam 27
pembelajaran.
(Sumber: Maharani Oky,2014)

2. Instrument Keterbacaan Modul Oleh Siswa


Untuk mengetahui kelayakan modul pembuatan hiasan busana
berbasis saintifik oleh siswa kelas XI tata busana di SMK Negeri 2
Singaraja menggunakan angket non tes dengan skala (Likert) , yaitu
dengan memberikan 4 alternatif jawaban kriteria penilaian kelayakan
modul pembelajaran. Sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan
sangat tidak setuju (STS).
Skala Likert pada penilaian ini memiliki 4 kategori penilaian untuk
mengurangi subjek menjawab pilihan yang bersifat netral. Dalam hal ini
subjek hanya memberikan tanda checklist () pada jawaban yang sesuai.
Kriteria penilaian modul pembelajaran dikatakan sangat layak digunakan
jika jawaban sangat setuju (SS) dengan nilai 4, setuju (S) dengan nilai 3.
Untuk penilaian modul dikatakan kurang layak jika jawaban tidak setuju
(TS) dengan nilai 2, sedangkan untuk penilaian modul dikatakan tidak
layak jika jawaban sangat tidak setuju (STS) dengan nilai 1.
Berikut ini adalah kriteria penilaian kelayakan modul oleh siswa
dalam bentuk tabel :
Tabel 9. Kriteria Penilaian Kelayakan Modul Oleh Siswa Menurut Sukardi
(2003 : 146)
Pernyataan
Jawaban Nilai
Sangat Setuju (SS) 4
Setuju (S) 3
Tidak Setuju (TS) 2

49
Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Interpretasi / tafsiran dari data instrumen tersebut adalah


Table 10. Interpretasi Kriteria Penilaian Kelayakan Oleh Para Ahli
Kategori Penilaian Interpretasi
Sangat Layak Subjek menyatakan modul pembuatan hiasan busana
berbasis saintifik sangat layak digunakan sebagai sumber
belajar
Layak Subjek menyatakan modul pembuatan hiasan busana
berbasis saintifik layak digunakan sebagai sumber belajar
Tidak Layak Subjek menyatakan modul pembuatan hiasan busana
berbasis saintifik tidak layak digunakan sebagai sumber
belajar
Sangat Tidak Subjek menyatakan modul pembuatan hiasan busana
Layak berbasis saintifik sangat tidak layak digunakan sebagai
sumber belajar

Instrumen untuk siswa berisiskan kesesuaian media pembelajaran


dilihat dari aspek materi, manfaat, dan aspek media pembelajaran. Kisi –
kisi instrument kelayakan modul oleh siswa dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Tabel 11. Kisi – Kisi Instrument Kelayakan Modul Oleh Siswa


Variable Aspek Yang No.
Indikator
Penelitian Dinilai Item
(1) (2) (3) (4)
Kriteria Fungsi dan 1. Memperjelas penyajian 1
modul manfaat 2. Mempermudah pembelajaran 2
media 3. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu 3
dan daya indra
4. Membangkitkan motivasi belajar 4
5. Mengatasi sifat pasif siswa 5

50
6. Meningkatkan pemahaman siswa 6
7. Menarik minat belajar siswa 7
8. Kesesuaian judul dengan isi modul 8
Karakteristik
9. Bentuk dan ukuran huruf 9
Kriteria tampilan
10.Organisasi 10
modul cover dan
11.Daya Tarik 11
materi modul
12.Format 12
13.Penggunaan spasi kosong 13
14.Belajar secara mandiri (self 14
instruction)
15.Materi terdiri dari unit kompetensi 15
(self contained))
16.Berdiri sendiri (stand alone) 16
Karakteristik 17.Memiliki daya adaptif terhadap 17
modul IPTEK (Adative)
Kriteria
sebagai 18.Bersahabat dengan penggunanya 18
modul
media (user friendly)
pembelajaran 19.Guru sebagai fasilitator 19
20.Membangkitkan minat siswa 20
21.Meningkatkan keaktifan siswa 21
22.Perumusan tujuan instruksional jelas 22
23.Urutan pembelajaran secara 23
sistematis
Relevansi Materi 24.Ketepatan isi materi dengan silabus 24
materi pembelajaran 25.Ketepatan tujuan 25,26,2
7
26.Materi dibagi dalam sub – sub 28
bahasan
27.Kejelasan materi 29,30,3
1,32,33
,34
28.Tingkat kesulitan materi 35

51
29.Ketercapaian materi 36
30.Pemahaman materi 37,38
31.Kejelasan petunjuk penggunaan 39
modul
32.Kesesuaian dengan prosedur 40
pengajaran yang ditentukan
33.Kemudahan penggunaan 41
34.Kejelasan bahasa yang digunakan 42
35.Ketepatan evaluasi 43,44
36.Kejelasan sasaran pengguna 45
(Sumber: Maharani Oky,2014)

3. Validitas Dan Reliabilitas


1) Validitas Instrumen
Validitas merupakan ukuran seberapa cermat suatu tes melakukan
fungsi ukurannya. Menurut Sukardi (2003 : 121) suatu instrumen dikatakan
valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Menurut Sugiyono (2008 : 121), instrument yang valid dan reliabel
yaitu syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan
reliabel. Instrumen yang valid menunjukkan bahwa instrument tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Validitas menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 211) merupakan suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen. Suatu instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan
data dari variabel yang diteliti secara tepat. Menurut Sugiyono (2008 : 123)
validitas instrumen berupa tes harus memiliki validitas konstruksi dan
validitas isi, sedangkan validitas untuk instrument berupa non tes digunakan
untuk mengukur sikap cukup memenuhi validitas konstruksi
Dalam penelitian ini jenis validitas yang digunakan adalah validitas
konstruk (construct validity) , karena konstruksi yang dibuat berupa nontes.
Pengujian validitas ini dilakukan dengan meminta pendapat para ahli

52
(Judgment Expert) untuk menguji apakah instrument yang digunakan dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur. Hasil dari penilaian ahli tersebut
kemudian dijadikan acuan untuk menyempurnakan instrumen hingga
mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Judgment Expert yang digunakan minimal 2 ahli, pada penelitian ini
Judgment Expert yang digunakan adalah 2 dosen dengan 1 sebagai ahli
materi dan 1 sebagai ahli media, dan 1 guru pembimbing mata pelajaran
pembuatan hiasan busana SMK Negeri 2 Singaraja sebagai ahli materi dan
media.
Setelah pengujian dari ahli selesai, maka dilakukan uji coba lapangan
dengan sekala kecil yaitu kepada siswa kelas XI tata busana SMK Negeri 2
Singaraja sebanyak 6 orang yang dipilih secara random sampling dari 26
siswa. Setelah uji coba lapangan skala kecil , kemudian dilakukan analisis
factor, yaitu mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan
menggunakan rumus product moment, yaitu dengan mengkorelasi antara
nilai-nilai tiap butir pertanyaan dengan skor total.

Menurut Sugiyono (2010: 356) rumus yang digunakan untuk


menghitung korelasi product moment adalah sebagai beriku :

N ∑ XY −( ∑ X ) ( ∑Y )
r xy =
√ { N ∑ X −( ∑ X ) } { N ∑ Y −( ∑ Y ) }
2 2 2 2

Keterangan :
rxy = Koefision korelasi antara variabel X dan Y
N = Jumlah subjek
∑XY = Jumlah perkalian skor butir dan skor total
∑X = Jumlah skor butir
∑Y = Jumlah skor total
(∑X)2 = Jumlah kuadrat skor butir
(∑Y)2 = Jumlah kuadrat skor total

53
Menurut Sugiyono (2008: 126) bahwa penafsiran harga koefisien
korelasi dilakukan dengan membandingkan harga rxy dengan harga kritis
yaitu 0,3. Apabila rxy bernilai positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor
tersebut merupakan konstruksi yang kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor
dapat disimpulkan bahwa instrument tersebut memiliki validitas konstruksi
yang baik.
2) Reliabilitas instrument
Menurut Suharsini Arikunto (2010 : 221) bahwa realibilitas
merupakan suatu instrument yang cukup dan dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karna instrumen tersebut sudah
baik. Menurut Sukardi (2003 : 127) bahwa suatu instrumen dikatakan
mempunyai realibilitas tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil
yang konsisten dalam mengukur sesuatu hal yang hendak diukur. Uji
realibilitas instrumen bertujuan untuk memperoleh instrumen yang benar-
benar dapat dipercaya atau memberikan hasil yang sama pada ujian atau
percobaan yang berulang.
Uji realibilitas instrumen dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji koefisien Alpha Cronbach. Menurut Sugiyono (2010 :
365) realibilitas koefisien Alpha Cronbach berguna untuk menguji
keandalan instrumen non tes dengan gradasi skor 1-4. Menurut Djemari
Mardapi (2008 : 122) besarnya indeks keandalan instrument sama atau lebih
besar dari 0,70 (≥ 0,70) maka dapat dikatakan reliabel. Pengujian dilakukan
dengan cara mencari butir yang valid dan yang tidak valid pada masing –
masing instrumen terlebih dahulu. Dari hasil pengujian pertama, butir yang
tidak valid dimasukkan dengan pengujian selanjutnya . Dari hasil pengujian
dengan menggunakan bantuan software SPSS 16 maka dapat diketahui
reliabilitas instrumen untuk masing – masing instrument.
Menurut Sugiyono (2010 : 365) rumus pengujian reliabilitas dengan
teknik Alpha Cronbach sebagai berikut :

{ }
2
k ΣS
r i= 1− 2 i
( k −1 ) St

54
Keterangan :
ri = Reliabilitas
k = Mean kuadrat antara subjek
∑St2 = Mean kuadrat kesalahan
St2 = Total Variansi
Perhitungan nilai realibilitas instrumen pada penelitian ini
menggunakan progam SPSS 16 for windows. Menurut Sugiyono (2010 :
231) hasil perhitungan menggunakan program selanjutnya dikorelasi pada
tabel berikut, sebagai patokan untuk mengetahui reliabilitas instrument
berdasarkan pada pedoman interpretasi koefisien :
Tabel 12. Pedoman Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisien (r) Tingkat Hubungan
0,00 sampai dengan 0, 199 Sangat Rendah
0,20 sampai dengan 0, 399 Rendah
0,40 sampai dengan 0, 599 Sedang
0,60 sampai dengan 0, 799 Kuat
0,80 sampai dengan 1, 000 Sangat Kuat

N.3.5 Metode dan Teknik Analisis Data


1. Metode
Metode pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh untuk
memperoleh data sesuai dengan data yang dibutuhkan. Dalam pengumpulan
data dapat digunakan berbagai teknik pengumpulan atau pengukuran yang
sesuai dengan karakteristik data yang akan dikumpulkan sebagai subjek
penelitian. Teknik pengumpulan data harus memperhatikan, jenis data,
pemilihan alat pengambilan data, pengumpulan data dan metode
pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada
penelitian ini adalah
1) Observasi
Menurut Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2008 : 145) bahwa
observasi merupakan suatu proses yang komplek atau tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Kegiatan observasi atau

55
pengamatan kelas dilaksanakan untuk mengetahui permasalahan
pelaksanaan pembelajaran pembuatan hiasan busana di kelas XI Tata
Busana SMK Negeri 2 Singaraja, sebelum pengembangan modul
berbasis saintifik. Aspek yang diamati meliputi penggunaan media
pembelajaran, metode dan sikap siswa pada saat pembelajaran.
Berkaiatan pada teknik pengumpulan data yang digunakan tersebut,
maka instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembar kerja
observasi dan catatan lapangan.
2) Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti dan untuk mengetahui data tentang keadaan
pembelajaran dan kebutuhan terhadap pengembangan modul pembuatan
hiasan busana berbasis saintifik di SMK Negeri 2 Singaraja. Kegiatan
identifikasi masalah dengan wawancara dilakukan kepada 2 sumber,
yaitu guru dan siswa. Menurut Sugiyono (2008 : 137) pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar yang akan
ditanyakan.
3) Angket atau Kuisioner
Menurut Sugiyono (2008 : 142) kuisioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi sperangkat
pertanyaan tertulis kepada subjek. Dalam penelitian pengembangan
modul ini menggunakan pernyataan tertutup atau pernyataan yang
mengharapkan subjek untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari
setiap pernyataan yang telah disediakan. Angket dalam penelitian ini
digunakan untuk memperoleh data tentang pendapat siswa tentang
kelayakan modul pembuatan hiasan busana berbasis saintifik dalam
pembelajaran pembuatan hiasan busana. Instrument dalam penelitian ini
berupa sistem angket yang berisi butir-butir pernyataan untuk diberi
tanggapan oleh subjek.

56
Teknik pengmpulan data dapat dilihat secara rinci dalam tabel berikut:
Tabel 13. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
No Kegiatan Pengumpulan Fungsi Subjek
Data
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Pengumpulan Observasi Mengetahui pelaksanaan  Guru
data tentang pembelajaran sebelum  Siswa
keadaan pengembangan modul
pembelajaran Wawancara Mengetahui keadaan  Guru
dan kesulitan pembelajaran dan  Siswa
yang dialami kebutuhan terhadap
oleh siswa pengembangan modul
2 Validasi Angket Mengetahui penilaian  Ahli
kelayakan kelayakan terhadap materi
modul modul  Ahli
media
 Guru
 Siswa

2. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif . Menurut Sugiyono (2008 : 147) dengan teknik analisis ini maka
peneliti akan mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.
Pada analisis kebutuhan pengembangan modul pembuatan hiasan
busana berbasis saintifik, maka peneliti akan menggambarkan kebutuhan
materi yang harus ada pada pengembangan modul tersebut. Pada tahap
validasi pengembangan produk awal oleh para ahli, peneliti akan
mewujudkan hasil penilaian dan validasi dari para ahli sehingga diketahui
tingkat kelayakan modul pembelajaran pembuatan hiasan busana berbasis

57
saintifik, selain itu peneliti akan mewujudkan hasil penilaian siswa tentang
pengembangan modul pembuatan hiasan busana berbasis saintifik.
Melalui teknik analisis deskriptif peneliti mencari besarnya skor rata-
rata (mean) dan simpangan baku atau Standar Deviasi (SD). Setelah seluruh
data terkumpul, selanjutnya data tersebut dianalisis dengan uraian sebagai
berikut :
1) Mean
Mean merupakan teknik dalam penjelasan kelompok yang didasarkan
atas nilai rata-rata kelompok tersebut. Rata-rata ini diperoleh ddengan
menjumlahkan seluruh individu yang ada dalam kelompok tersebut.
Menurut Sugiyono (2010 : 49) Rumus untuk menghitung mean :

Σ xi
Me=
n
Keterangan :
Me = Mean (rata-rata)
∑Xi = Jumlah nilai X dari I sampai ke n
n = Jumlah individu

2) Standar Deviasi (SD)


Menurut Sugiyono (2010 : 58) Standar deviasi atau simpangan baku
dari data yang telah disusun dapat dihitung dengan rumus


2
Σ ( x 1−x 2 )
S=
( n−1 )

Keterangan :
(x1 – x2) = Simpangan
S = Simpangan baku sampel
n = Jumlah sampel

Menurut Sukardi (2003 : 85) untuk instrument dalam bentuk non tes
kriteria penimaiannya menggunakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan
butir valid dan nilai yang dicapai dari skala nilai yang digunakan. Penilaian

58
untuk validator para ahli dalam penelitian ini disusun dengan cara
mengelompokkan skor atau interval nilai. Setelah diperoleh hasil
pengukuran dari tabulasi skor, maka langkah perhitungannya sebagai
berikut:
1. Menentukan jawaban kelas interval, yakni 2 karna membutuhkan
jawaban yang pasti denggan menggunakan skala Guttman.
2. Menentukan rentang skor, yaitu skor maksimum dikurangi skor
minimum
3. Menentukan panjang kelas (P), yaitu rentang skor dibagi jumlah kelas
4. Menyusun kelas interval dimilai dari skor terkecil sampai terbesar
Dengan demikian dalam penelitian ini dapat mengukur kelayakan
pengembangan modul pembuatan hiasan busana berbasis saintifik oleh para
ahli dibutuhkan skor maksimum yang diperoleh dari perkalian jumlah butir
valid dengan nilai tertinggi, sedangkan skor minimum diperoleh dari
perkalian jumlah butir valid dengan nilai terendah sehingga hasil skor dapat
diperoleh dengan menjumlahkan perkalian kategori dengan nilai yang
diperoleh. Kemudian untuk mewujudkan data klayakan pengembangan
modul pembuatan hiasan busana berbasis saintifik oleh para ahli, maka hasil
skor yang diperoleh yaitu dengan menjumlahkan perkalian kategori dengan
nilai yang diperoleh.
Menurut Sukardi (2003 : 263) tabel penilaian kelayakan modul sebagai
berikut :
Tabel 14. Kriteria Kelayakan Modul Para Ahli
Nilai Kategori Penilaian Interval Nilai
1 Layak (Smin + P) ≤ S ≤ Smaks
0 Tidak Layak Smin ≤ S ≤ (Smin + P – 1)
Keterangan
S = Skor yang diperoleh
Smin = Skor minimum
Smaks = Skor maksimum
P = Panjang kelas interval

59
Tabel 15. Interpretasi Kategori Penilaian Kelayakan Modul Untuk Para Ahli
Kategori penilaian Interpretasi
Layak Ahli materi dan ahli media menyatakan modul
pembuatan hiasan busana berbasis saintifik layak
digunakan sebagai sumber belajar
Tidak layak Ahli materi dan ahli media menyatakan modul
pembuatan hiasan busana berbasis saintifik tidak
layak digunakan sebagai sumber belajar

Sedangkan untuk mengukur keterbacaan modul oleh siswa, maka


langkah – langkah perhitungan sebagai berikut :
1) Menentukan jumlah kelas interval, yakni 4 dengan skala Linkert untuk
memperoleh pendapat siswa
2) Menentukan rentang skor, yaitu skor maksimum dikurangi skor
minimum
3) Menentukan panjang kelas (P), yaitu tentang skor dibagi jumlah kelas
4) Menyusun kelas interval dimulai dari skor terkecil sampai terbesar
Untuk menggambarkan data hasil pengukuran kelayakan modul
pembuatan hiasan busana berbasis saintifik oleh siswa kelas XI Tata Busana
SMK Negeri 2 Singaraja maka dibutuhkan kriteria penilaian.
Menurut Sukardi (2003 : 147) keriteria kelayakan modul oleh siswa
sebagai berikut :
Tabel 16. Kriteria Penilaian Kelayakan Modul Oleh Siswa
Kategori Penilaian Nilai Interval Nilai
Sangat Layak 4 (Smin + 3P) ≤ S ≤ Smaks
Layak 3 (Smin + 2P) ≤ S ≤ (Smin + 3P – 1)
Tidak Layak 2 (Smin + P) ≤ S ≤ (Smin + 2P – 1)
Sangat Tidak Layak 1 Smin ≤ S ≤ (Smin + P – 1)

Keterangan :
S = Skor yang diperoleh
Smin = Skor minimum

60
Smaks = Skor maksimum
P = Panjang kelas interval

Tabel 17. Interpretasi Kriteria Penilaian Kelayakan Modul Oleh Siswa


Kategori Penilaian Interpretasi
Sangat layak Subjek menyatakan modul pembuatan hiasan
busana berbasis saintifik sangat layak
digunakan sebagai sumber belajar
Layak Subjek menyatakan modul pembuatan hiasan
busana berbasis saintifik layak digunakan
sebagai sumber belajar
Tidak layak Subjek menyatakan modul pembuatan hiasan
busana berbasis saintifik kurang layak
digunakan sebagai sumber belajar
Sangat ridak layak Subjek menyatakan modul pembuatan hiasan
busana berbasis saintifik tidak layak digunakan
sebagai sumber belajar

61
DAFTAR RUJUKAN

Anwar, Illham 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah Online.


Bandung: Direktori UPI.

Arikunto, Suharsmi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rieka Citra

Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:


Refrensi Jakarta

Daryanto, (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013.


Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Pedoman Memilih Dan Menyususn


Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Sekolah Menengah Pertama, Direktorat
Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar.


Jakarta: Direktorat Jendral Managemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Direktorat Pembinaan SMK. 2008. Seri Bahan Bimbingan Teknis Implementasi


KTSP SMK (Teknik Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan
Silabus Sekolah Menengah Kejuruan). Dediknas Direktorat Jendral
Manajment Pendidikan Dasar Dan Menengah, Direktorat Pembinaan SMK.

Ernawati, dkk. 2008. Tata Busana Jilid 3. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan

Hamid, Hamdani. 2013. Pengembangan Sistem Pendidikan Di Indonesia.


Bandung: Pustaka Setia

Irwansyah, Muhammad. 2015. Pengembangan lembar Kerja peserta dididk


(LKPD) Berorientasi Pendekatan Pada Mata Pelajaran Biologi Di SMA.
Makassar: Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar

vi
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja rosdakarya

Mardapi, Djmari. 2008. Teknik Penyusunan Instrument Tes Dan Nontes.


Yogyakarta: Mitra Cendikia Press

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Ramaja


Rosdakarya

Musfiqon dan Nurdiansyah. 2015. Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Sidoardjo:


Nizamia Learning Center

Peraturan Perundang-Undangan. Undang-Undang Republik Indonesia No 18


Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, Dan
Penerapan Ilmu Pengtahuan Dan Teknologi

Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Presfektif Rancangan


Penelitian . Jogjakarta: Ar – Ruzz Media.

Rahardiyantata, Dwi. 2015. Teknik Penyusunan Modul. Yogyakarta: Universitas


Negeri Yogyakarta

Sani. 2015. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:


Bumi Aksara

Sudjana, Nana. (2004). Dasar – Dasar Proses Pembelajaran. Bandung: Sinar


Baru Algesindo.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Sugiyono. 2010. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya.


Jakarta: PT. Bumi Aksara

Sukiman. 2011. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia.

Suryosubroto, B. 1983. Sistem Pengajaran Dengan Modul. Yogyakarta: Bina


Aksara

vii
Susliana, Rudi Dan Cepi Riyana. 2008. Media Pembelajaran: Hakikat,
Pengembangan, Pemanfaatan, Dan Penilaaian. Bandung: CV Wacana
Prima.

Syamsudin. 2005. Psikologi Pendidikan Dan Perkembangan. Yogyakarta: Rineka


Cipta 2

Tim Puslitijaknov. 2008. Metode Penelitian Pengembangan . Jakarta: Pusat


Penelitian Kebijakan Dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian Dan
Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

Yunus, Sarifudin. 2018. “Mengkritisi Kualitas Guru”. Terdapat pada halaman


https://m.mediaindonesia.com/read/detail/200182-mengkritisi-kualitas-
guru . Diakses pada tanggal (11/02/2020)

viii

Anda mungkin juga menyukai