Anda di halaman 1dari 33

Desain Pembelajaran Materi Pengukuran Berat untuk

Siswa SD dengan Pendekatan Pendidikan Matematika


Realistik Indonesia

Disusun oleh:
Asroh Laili (2020201001)

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH:

ASROH LAILI
2020201001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH OKU TIMUR
TAHUN 2022
Kata pengantar
Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulilah Kehadirat Allah SWT karena
atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian
ini.

Proposal Penelitian ini merupakan karya tulis utama yang diajukan untuk
memenuhi syarat dalam mendapatkan nilai UAS pada mata kuliah Penelitian
Pendidikan SD, STKIP Muhammadiyah OKU Timur. Proposal Penelitian ini berjudul
“Desain Pembelajaran Materi Pengukuran Berat untuk Siswa SD dengan Pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia”

Dengan selesainya Proposal Penelitian ini penulis mengucapkan terimakasih yang


sebesarbesarnya kepada:

1. Bapak H. Didi Franzhardi,M.Pd selaku Rektor STKIP Muhammadiyah OKU Timur.

2. Bapak EI Pusta Siligar,M.Pd selaku dosen pembimbing proposal yang telah


memberikan bimbingan dan saran kepada peneliti sejak awal sampai diselesaikannya
proposal penelitian ini.

3. Seluruh dosen dan Staf STKIP Muhammadiyah OKU Timur yang telah memberikan
bekal ilmu dan pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.

4. Tusrin,S.Pd,SD. Selaku kepala sekolah SD Negeri 03 Tulung Harapan yang telah


memberi izin penulis untuk melakukan penelitian di SD Negeri 03 Tulung Harapan.

5. Seluruh Dewan Guru SD Negeri 03 Tulung Harapan yang telah memberikan


informasi dan bantuan kepada penulis untuk penyusunan Proposal Penelitian ini.

6. Siswa kelas IV SD Negeri 03 Tulung Harapan yang telah membantu Penelitian ini.

7. Semua pihak yang telah membantu memberikan bantuan kepada penulis sehingga
Proposal Penelitian ini telah dapat tersusun.

Demikian pengantar dari penulis, semoga tugas akhir proposal penelitian ini
dapat bermanfaat untuk semua tertama dalam pengembngan dunia pendidikan. Penulis
menyadari masi banyak terdapat kekurangan dalam penulisan Proposal Penelitian ini ,
maka saran dan kritik yang membangun demi perbaikan selanjutnya.

Oku Timur, 08 Februari 2022

Penulis,

ASROH LAILI
NIM. 2020201001

i
Daftar isi

Kata pengantar....................................................................................................................i
Daftar isi............................................................................................................................ii
Bab I..................................................................................................................................1
Pendahuluan......................................................................................................................1
A. Latar belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penelitian................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................3
E. Batasan Masalah.................................................................................................4
F. Definisi Operasional...............................................................................................4
Bab II.................................................................................................................................5
Kajian Pustaka...................................................................................................................5
A. Penelitian Terdahulu...........................................................................................5
B. Kerangka Teoritis...............................................................................................6
1. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)..................6
2. Pengertian Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) 7
3. Karakteristik PMRI.........................................................................................8
4. Prinsip Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).......................10
5. Langkah Umum Pelaksanaan PMRI.............................................................10
6. Kelebihan dan Kelemahan PMRI..................................................................11
C. Kerangka konseptual.........................................................................................12
1. Desain Pembelajaran.....................................................................................12
2. Pengukuran Berat..........................................................................................14
D. Kerangka Pemikiran.........................................................................................19
E. Hipotesis Penelitian..........................................................................................20
Bab III..............................................................................................................................21
METODE PENELITIAN................................................................................................21
A. Jenis dan Desain Penelitian...............................................................................21
B. Tempat dan Waktu............................................................................................21
C. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian.......................................................21
1. Populasi Penelitian........................................................................................21
2. Sampel Penelitian..........................................................................................22
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian.........................................................22
E. Teknik Pengumpulan Data................................................................................23
F. Instumen Pengumpulan Data................................................................................24
G. Teknik Analisis Data dan Reabilitas Data........................................................28
1. Teknis Analisis Data.....................................................................................28
2. Reliabilitas Data............................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................30

ii
Bab I

Pendahuluan

A. Latar belakang

Salah satu cara dalam memperoleh pembelajaran baik secara formal dan
informal yaitu dengan melibatkan keaktifan peserta didik di dunia pendidikan.
Peranan sebagai pendidik dalam hal ini juga harus diperhatikan pada ilmu
pengetahuan yang ada di sekolah agar mendapatkan peserta didik yang memiliki
keterampilan tidak hanya pengetahuan. Menurut Pane dan Dasopang (2017: 337)
“belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku dan pemahaman,
yang akan terbentuk dalam diri seorang anak”. Jadi belajar tidak hanya menghafal,
melainkan pemahaman seorang anak pada proses berpikir. Agar menuntun anak
pada pemahaman yang bisa dilakukan misalnya pada mata pelajaran matematika
yang harus memahami konsep yang diajarkan.

Untuk dapat memahami konsep matematika yang harus diajarkan, suatu


pengetahuan atau konsep matematika tersebut bermakna bagi siswa. Suatu
pengetahuan akan menjadi bermakna bagi siswa jika proses belajar melibatkan
masalah realistik atau dilaksanakan menggunakan konteks. Oleh karena itu dalam
pembelajaran kita tidak dapat menempatkan matematika sebagai objek yang
terpisah dari realita yang mudah dijangkau oleh siswa. Hal tersebut membuat
pembelajaran matematika memnjadi kurang berarti dan mudah dilupakan oleh
siswa. Salah satu cara yang dapat digunakan agar pembelajaran matematika
menjadi lebih bermakna adalah dengan menempatkan matematika itu sendiri sebagi
bagian dari pengalaman hidup siswa misalnya pada kemampuan dalam melakukan
pengukuran.

Menurut Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengukuran sebagai


kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya
menjadi kuantitatif. Sridadi (2007) pengukuran adalah suatu proses yang dilakukan
secara sistematis untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu objek tertentu
dengan menggunakan alat ukur yang baku. Jadi, Pengukuran adalah suatu kegiatan
yang dilakukan untuk menentukan fakta kuantitatif dengan membandingkan
sesuatu dengan satuan ukur standar yang disesuaikan sesuai dengan obsek yang
akan diukur.

Pengukuran sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari dan ketika


melakukan pengukuran diperlukan alat ukur. Seperti saat kita ingin mengetahui
berat badan menggunakan timbangan badan, untuk mengetahui berat cabai
menggunakan timbangan kodok, untuk mengetahui berat pembuatan minuman kopi
di kafe menggunakan timbangan digital. Pendapat dari Indrajit (2007: 2) “pada saat
melakukan proses pengukuran yang ditetapkan dalam satuan, perlu ada besaran
untuk diukur menggunakan alat ukur dan dipergunakan”. Dalam sistem pengukuran
ada perbedaan berdasarkan dari bentuk obyek benda yang hendak diukur, ukuran

1
2

obyek besarannya, dan dilihat dari tingkat ketelitian suatu obyek benda yang
diukur.

Terkait pembahasan pengukuran menggunakan alat ukur serta peranan di


kehidupan sehari-hari, maka penelitan ini bertema “Desain Pembelajaran Materi
Pengukuran Berat untuk Siswa SD dengan Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia” melakukan wawancara kepada kepala sekolah dan guru.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, mengatakan mengenai


sarana prasarana yang ada di sekolah termasuk media alat pengukuran di SD Negeri
03 Tulung Harapan tidak memiliki alat ukur berat sama sekali. Sekolah tidak
memiliki media alat ukur berat sehingga tidak bisa menggunakan dan pesera didik
tidak bisa mempraktekkannya. Hasil wawancara dengan guru, mengatakan kondisi
sekolah yang kurang memungkinkan dalam pengadaan media termasuk media alat
pengukuran, saat proses pembelajaran pengukuran yang pernah dilakukan hanya
mengubah satuan misalnya dari kg (kilogram) menjadi g (gram) sesuai tangga
satuan panjang. Lalu mengenai hasil pembelajarannya peserta didik hanya mengacu
di ranah kognitif saja dan data nilai ulangan harian materi pengukuran di SD Negeri
03 Tulung Harapan pada kelas IV yaitu hanya sebesar 30% yang tuntas. Hal ini
menunjukkan data nilai tersebut belum mampu menggambarkan kemampuan
mengukur.

Untuk mendukung terlaksananya pembelajaran matematika yang bermakna


diperlukan suatu pendekatan pemebelajaran yang memungkinkan terjadinya kaitan
antara pengalaman hidup siswa dengan pembelajaran matematika, salah satunya
adalah pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah suatu pendekatan yang diadaptasi
dari pendidikan matematika realistik (Realistic Mathematics Education) yang
dikembangkan di Belanda suatu konsep matematika untuk siswa itu sendiri melalui
konteks atau permasalahan yang realistis. Hal tersebut yang merupakan penelitian
untuk mendesain suatu pembelajaran pada jenjang sekolah dasar (SD) dengan
menggunakan pendekatan PMRI.

Melalui konteks atau permasalahan yang realistis, maka peserta didik sudah
memiliki kemampuan atau keterampilan dengan tidak hanya kenal alat ukur namun
juga bisa menerapkan. Melihat adanya kesenjangan antara kenyataan pencapaian
tujuan dengan harapan yang dituangkan dalam tujuan pembelajaran, untuk
meningkatkan kemampuan mengukur satuan berat peserta didik, maka disini
peneliti melakukan penelitian dan mengambil judul “Desain Pembelajaran Materi
Pengukuran Berat untuk Siswa SD dengan Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalah yang telah dideskripsikan pada sub bab
pendahuluan, maka rumusan masalahnya.
3

1. Bagaimana mendesain pembelajaran materi pengukuran berat untuk siswa SD


dengan pendekatan PMRI?

2. Bagaimana mendesain aktivitas pembelajaran materi pengukuran berat untuk


siswa SD dengan pendekatan PMRI?

C. Tujuan Penelitian

Terkait pada rumusan masalah yang diuraikan, maka memiliki tiga tujuan
berikut.

1. Mendesain pembelajaran materi pengukuran berat untuk siswa SD dengan


pendekatan PMRI.

2. Mendesain aktivitas pembelajaran meteri pengukuran berat untuk siswa SD


dengan pendekatan PMRI.

D. Manfaat Penelitian

Berdasar pada tujuan dari penelitian ini, maka manfaat dari penelitian ini
adalah berikut.

1. Bagi Peserta didik

Memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik dengan belajar


menggunakan alat ukur berat untuk mengukur berat benda.

2. Bagi Guru

Penelitian diharapkan agar memperluas aktivitas guru tentang materi alat ukur
berat pada kegiatan belajar mengajar agar mengoptimalkan kemampuan pada
peserta didik.

3. Bagi Pihak Sekolah

Penelitian diharapkan akan menjadi hal positif dalam meningkatkan mutu


pendidikan di Sekolah Dasar khususnya di SD Negeri 1 Tulung Harapan.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan akan menjadi sarana pengembangan wawasan


tentang kemampuan siswa melakukan pengukuran dalam pembelajaran serta
dapat menambah pengetahuan peneliti tentang pendekatan PMRI.

5. Bagi Pembaca

Memberikan pengetahuan bahwa pada pembelajaran pengukuran berat harus


mengajak peserta didik menggunakan alat ukur berat dalam mengukur objek
atau suatu benda yang diukur, pembelajaran tentang besaran dan satuan agar
4

penguasaan konsep pengukuran dan konversi semakin tuntas dan tidak


menimbulkan miskonsepsi.

E. Batasan Masalah

Berdasar latar belakang tersebut, penelitian berfokus pada desain


pembelajaran materi pengukuran berat untuk siswa SD dengan pendekatan PMRI
pada Kompetensi Dasar (KD) yaitu mempraktekkan menimbang berat benda yang
menggunakan alat ukur berat yaitu timbangan kodok dan timbangan digital sebagai
alat ukur baku.

F. Definisi Operasional

Dalam sub bab ini dideskripsikan pengertian digunakan pada penelitian ini
supaya menghindari salah penafsiran atau pemahaman konsep. Adapun istilah
operasional terdapat pada penelitian ini.

Desain : Proses untuk membuat dan menciptakan objek


(aktivitas).

Kemampuan pengukuran : Kemampuan mengukur berat benda yang diukur


dengan menggunakan alat ukur.

Kegiatan pengukuran : Pengukuran berat yang merupakan proses seberapa


berat suatu berat benda dengan alat ukur.

PMRI : Pendekatan yang digunakan dalam proses


pembelajaran dengan menggunakan teori
pembelajaran pada hal-hal yang nyata.
Bab II

Kajian Pustaka

A. Penelitian Terdahulu

Dalam penulisan proposal penelitian ini menggali informasi dari penelitian-


penelitian sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan judul yang digunakan
untuk memperoleh landasan teori dan juga sebagai bahan perbandingan, baik
mengenai kekurangan atau kelebihan yang sudah ada.

1. Penelitian Agustina, fitri (2019) yang berjudul “Pengaruh Pendekatan


Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (Pmri) Terhadap Hasil Belajar
Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas III di MI Najahiyah Palembang”.

Penelitian ini dilatar belakangi masalah rendahnya hasil belajar siswa dalam
pelajaran Matematika kelas III di MI Najahiyah Palembang, adapun judul skripsi
yang akan dibahas ialah “Pengaruh Penerapan Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata
Pelajaran Matematika Kelas III Di MI Najahiyah Palembang” Masalah yang
diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana penerapan Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) mata pelajaran Matematika? Dan
adakah pengaruh penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI) terhadap hasil belajar siswa?. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas III MI Najahiyah Palembang yang berjumlah 60
orang siswa yaitu kelas III A dan III B, dalam penelitian ini semua populasi
dijadikan sampel. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen (experimental
method). Bentuk desain penelitian eksperimen yang peneliti gunakan adalah true
experiment design dengan menggunakan posttest-only control design. teknik
pengumpulan data observasi, dokumentasi, dan tes, dalam penelitian kelas III
yang menjadi sampel penelitian yang berjumlah 60 orang. Hasil penelitian ini
dihitung degan rumus TSR , dan Hasil belajar siswa kelas III A (kelas
eksperimen) yang menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI) yaitu memperoleh nilai rata-rata 79, tergolong tinggi ada 9
orang siswa dengan presentase (31,034%), tergolong sedang ada 15 orang siswa
dengan presentase (51,7%), dan tergolong rendah ada 5 orang siswa dengan
presentase (17,241%). Sedangkan hasil belajar siswa kelas III B (kelas kontrol)
yang tidak menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI) yaitu memperoleh nilai rata-rata 61 tergolong tinggi ada 4
orang siswa dengan presentase (16%), tergolong sedang ada 21 orang siswa
dengan presentase (68%), dan tergolong rendah ada 6 orang siswa dengan
presentase (19%). Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil posttest. Berdasarkan

5
6

analisis data dengan menggunakan rumus uji “T” atau test “T”untuk dua sampel
besar didapatkan Nilai “t “yang kita peroleh dalam perhitungan (yaitu to = 4,96)
adalah lebih besar dari pada tt (baik pada taraf signifikansi 5% maupun taraf
signifikansi 1%), dengan rincian: 1,67 < 4,96 > 2.39 sehingga Ho : ρ > 0 ditolak
dan Ha : ρ > 0 diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dan hasil
belajar kelas kontrol yang tidak menggunakan Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) kelas III pada mata pelajaran
Matematika materi Pengukuran Panjang, Berat dan Waktu di Madrasah
Ibtidaiyah Najahiyah Palembang. Kata Kunci : Pendekatan PMRI, Hasil Belajar
Matematika.

2. Setiawan, Adrianus Danang (2021) Pengembangan Soal Pengukuran Berat


Menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
dalam Konteks Makanan Ringan.

Penelitian ini bertujuan untuk membahas pengembangan soal penimbangan


bobot dengan menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI) dalam konteks snacj sehingga menghasilkan soal yang valid,
praktis, dan efektif (berpotensi efek). Penelitian ini menggunakan desain
penelitian dengan dua tahap studi pengembangan, pendahuluan dan pendahuluan
formatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 siswa pada
tahap one-to-one, 6 siswa pada tahap small group, dan 17 siswa pada tahap field
test. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari dokumen,
walkthrough, observasi, wawancara, dan tes. Pada tahap ini teknik pengumpulan
data yang digunakan berupa analisis dokumen, penelusuran, observasi,
wawancara, dan analisis tes. Penelitian ini menghasilkan 10 pengembangan
masalah yang valid setelah dilakukan expert review dan diujicobakan secara
one-to-one, praktis setelah melewati uji coba pada tahap kelompok kecil, dan
efektif (memiliki potensi efek) setelah lulus uji lapangan.

B. Kerangka Teoritis

1. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

Sejarah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Pendidikan


Matematika Realistik (PMR) tidak dapat dipisahkan dari Institu Fundamenthal.
Institut ini didirikan pada tahun 1971, berada di bawah Universitas Utreth, Belanda.
7

Sejak tahun 1971, Institut Freudenthal berada di bawah Universitas UNRECT,


Belanda. Nama institut diambil dari nama pendirinya, yaitu Profesor Hans
Freudenthal (1905-1990) yang merupakan seorang penulis, pendidik, dan
matematikawan berkebangsaan Jerman/ Belanda.

Institut Freundethal mengembangkan suatu pendekatan teoritis terhadap


pembelajaran matematika yang dikenal dengan RME (Reaistic Mathematics
Education). Menurut Freudenthal pendidikan harus mengarahkan siswa kepada
penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali
matematika dengan cara mereka sendiri (Hadi, 2017: 6). Pemikirian besar RME
kemudian menyebar ke berbagai negara seperti Amerika Serikat dan negara-negara
di benua Afrika (Soedjadi, 2014).

RME dikenal di Indonesia dengan nama “Pendidikan Matematika Realtistik


Indonesia (PMRI)” atau dalam bentuk yang lebih singkat yaitu Pendidikan
Matematika Realistik (PMR). PMR mulai dikenal di Indonesia setelah RK
Sembiring dan Pontas Hutagalung membawa gagasan itu setelah kembali dari
menghadiri Konferensi ICMI (International Conference on Mathematical
Instruction) di Shanghai, China, pada tahun 1994.Gagasan tentang PMR
disampaikan Sembiring kepada sejumlah pakar pendidikan matematika di
Indonesia, yaitu Soedjadi, Suryanto, ET Ruseffendi, dan Yansen Marpaung. Pada
tanggal 20 Agustus 2001, secara resmi dinamakan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) melalui pendekalarasian di Gunung Tangkuban Perahu,
Jawa Barat (Hadi, 2017: 9). Salah satu sebab mengapa PMR diterima di banyak
negara adalah karena konsep PMR iu sendiri. Berdasarkan pemikiran Hans
Fruedenthal, dalam PMR matematika dianggap sebagai aktivitas insani
(mathematic human activites) dan harus diberikan dengan realitas.(Hadi, 2017: 9).

2. Pengertian Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia


(PMRI)

Menurut Soedjadi (2014), pembelajaran matematika realistis (PMR) pada


dasarnya adalah pemanfaatan realistik dan lingkungan yang dipahami peserta didik
untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai
tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari masa lalu. Didalam pendidikan
matematika realistik proses belajar memainkan peranan yang penting. Gravemeijer
(dalam Ratumanan, 2015: 99) mengemukakan rute belajar (learning route) yang
hasil belajarnya ditemukan siswa berdasarkan usaha mereka sendiri, harus
dipetakan. Dengan demikian, dalam PMR guru harus mengembangkan pengajaran
yang interaktif dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif
berpartisipasi dalam proses belajar mereka sendiri.

Menurut Rusman (2017: 208), Pendekatan merupakan langkah awal


pembentukan suatu ide dalam memandang suatu masalah atau objek kajian.
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah pendidikan matematika
sebagai hasil adaptasi dari Realistic Mathematics Education (RME) yang telah
diselaraskan dengan kondisi budaya, geografi dan kehidupan masyarakat Indonesia
8

umumnya dan landasan filosofi yang melekat pada Pendidikan Matematika


Realistik Indonesia (PMRI) adalah Realistic Mathematics Education (RME)
(Soedjadi, 2014). Pada dasarnya ide yang mendasariPMRI adalah situasi ketika
siswa diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide-ide matematika (Shoimin,
2013: 149).

Menurut de Lange (dalam Ratumanan, 2015: 99) PMRI merupakan


pembelajaran metematika yang mengacu pada konstruktivis sosial yang
dikhususkan pada pendidikan matematika. Freudenthal (dalam Wahidin, 2014)
menyatakan bahwa matematika merupakan aktivitas insani dan harus dikaitkan
dengan realitas. Pembelajaran matematika tidak dapat dipisahkan dari sifat
matematika seseorang dalam memecahkan masalah, dan mengorganisasi atau
matematisasi materi pelajaran. Siswa tidak dapat dipandang sebagai penerima pasif
matematika yang sudah jadi. Pendidikan matematika harus diarahkan pada
penggunaan berbagai situasi dan kesempatan yang memungkinkan siswa
menemukan kembali (reinvention) matematika berdasarkan usaha mereka sendiri.
Pada pendekatan matematika realistik, guru berperan sebagai fasilitator, moderator,
atau evaluator sehingga siswa diharapkan lebih banyak berperan dalam
pembelajaran dan aktif untuk berpikir, mengkomunikasikan ide-ide, serta
menghargai pendapat siswa lain.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Pendekatan pendidikan


matematika realistik Indonesia (PMRI) adalah pendekatan pembelajaran
matematika yang dalam proses pembelajaran menekankan kepada siswa untuk
menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan menggunakan konteks
dalam kehidupan nyata yang dapat dibayangkan dalam pikiran siswa, dengan guru
berperan sebagai fasilitator, moderator, dan evaluator.

3. Karakteristik PMRI

Wijaya mengulas lima karakteristik dalam PMRI yang dirumuskan oleh


Treffers. Lima karakteristik PMRI tersebut adalah penggunaan konteks,
penggunaan model, pemanfaatan hasil konstruksi siswa, interaktivitas dan
keterkaitan. Berikut penjelasan dari masing-masing karakteristik yang dirumuskan
oleh Treffers (dalam Wijaya, 2012: 21-23).

a. Penggunaan Konteks

Konteks (permasalahan realistik) digunakan sebagai titik awal pembelajaran


matematika. Penggunaan konteks yang realistik dapat melibatkan siswa secara aktif
dalam mengeksplorasi permasalahan yang dihadapi. Eksplorasi bertujuan untuk
menemukan jawaban dari permasalahan yang diberikan dan untuk mengembangkan
strategi dalam penyelesaian masalah. Konteks realistik tidak harus berupa masalah
dalam kehidupan nyata tetapi dapat berupa permainan, penggunaan alat peraga, dan
situasi lain selama masih bermakna dan dapat dibayangkan oleh siswa.
9

b. Penggunaan model

Model dalam pendekatan PMR1 digunakan dalam melakukan matematisasi


secara progresif. Model berfungsi sebagai jembatan dari pengetahuan dan
matematika tingkat konkret menuju pengetahuan matematika tingkat formal. Model
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu model of (situasi) dan model for
(penyelesaian masalah). Pada model of, model dan strategi yang dikembangkan
oleh siswa sudah merujuk pada konteks realistic (dapat dibayangkan siswa). Siswa
membuat model untuk menggambarkan situasi dari suatu permasalahan realistik.
Sedangkan pada model for siswa sudah mulai fokus pada matematika. Model yang
digunakan siswa untuk menggambarkan situasi dari suatu permasalahan realistik
kemudian dikembangkan untuk mengarahkan siswa pada pencarian solusi secara
matematis. Pencarian solusi untuk suatu masalah dapat mengarahkan siswa ke
pemikiran abstrak atau matematika formal.

c. Pemanfaatan hasil konstruksi siswa

Dalam PMRI, siswa dibebaskan untuk dapat mengembangkan


pengetahuannya dalam memecahkan suatu masalah dengan menggunakan cara
maupun strategi yang bervariasi. Hal ini bermanfaat bagi siswa dalam memahami
konsep matematika dan sekaligus mengembangkan aktivitas dan kreativitas siswa.

d. Interaktivitas

Interaktivitas dalam PMRI bertujuan untuk menjalin komunikasi dengan


sesama agar proses belajar menjadi semakin bermakna dan menjadi lebih singkat.
Manfaat dari interaksi ini adalah supaya siswa dapat mengembangkan kemampuan
kognitif dan afektifnya.

e. Keterkaitan

Konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun banyak konsep


matematika yang memiliki keterkaitan, oleh karena itu konsep matematika tidak
dikenalkan kepada siswa secara terpisah. Melalui keterkaitan, satu pembelajaran
matematika diharapkan bisa mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep
matematika secara bersamaan.

Berdasarkan rumusan karakteristik PMRI yang diungkapkan oleh Treffers,


maka dapat disimpulkan bahwa kelima karakteristik PMRI tersebut dapat
mengakomodasi siswa dalam belajar matematika. Kelima karakteristik PMRI dapat
digunakan dalam membantu siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri
sehingga pelajaran matematika akan semakin bermakna.

4. Prinsip Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)


10

Suryanto (2010) mengungkapkan tiga prinsip yang merupakan dasar teori


PMRI. Ketiga prinsip tersebut adalah guided reinvention dan progressive
mathematization, didactical phenomenology serta self- developed model. Berikut
adalah penjelasan dari ketiga prinsip tersebut menurut Suryanto.

a. Guided Reinvention (Penemuan Kembali secara Terbimbing) dan Progressive


Mathematization (Matematisasi Progresif).

 Prinsip guided reinvention adalah penemuan kembali secara terbimbing. Melalui


masalah kontekstual yang realistis (yang dapat dibayangkan atau dipahami oleh
siswa), yang mengandung topik-topik matematis tertentu yang disajikan, siswa
diberi kesempatan untuk membangun dan menemukan kembali ide-ide dan
konsep matematis.

 Prinsip progressive mathemalization adalah upaya yang mengarah pada


pemikiran yang matematis. Dikatakan progresif karena terdiri alas dua langkah
yang berurutan, yaitu matematisasi horizontal (berawal dari masalah kontekstual
yang diberikan dan berakhir pada matematika yang formal) dan matematisasi
vertikal (dari matematika formal ke matematika formal yang lebih luas atau
lebih tinggi).

b. Didactical Phenomenology (Fenomenologi Didaktis)

Prinsip ini menekankan fenomena pembelajaran yang bersifat mendidik dan


menekankan pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-
topik matematika kepada siswa. Masalah kontekstual dipilih dengan
mempertimbangkan aspek kecocokan aplikasi yang harus diantisipasi dalam
pembelajaran dan kecocokan dalam proses reinvention, yang berarti bahwa
konsep, aturan, cara, atau sifat, termasuk model sistematis, tidak disediakan atau
diberitahukan oleh guru, tetapi siswa perlu berusaha sendiri untuk menemukan
atau membangun sendiri dengan berpangkal pada masalah kontekstual.

c. Self-developed model (Membangun Sendiri Model)

Prinsip self-developed model menunjukkan adanya fungsi “jembatan” yang


berupa model. Pendekatan pembelajaran ini berpangkal pada masalah
kontekstual dan menuju ke matematika formal, serta kebebasan pada siswa,
sehingga siswa akan mengembangkan model sendiri.

5. Langkah Umum Pelaksanaan PMRI

Menurut Soedjadi (2014: 9) langkah-langkah umum pendekatan PMR

yaitu sebagai berikut :

a. Mempersiapkan kelas
11

 Persiapkan sarana dan prasarana pembelajaran yang diperlukan, misalnya buku


siswa, LKS, alat peraga dan lain sebagainya.

 Kelompokkan siswa jika perlu (sesuai dengan rencana).

 Sampaikan tujuan atau kompetensi dasar yang diharapkan dicapai serta cara
belajar yang akan dipakai hari itu.

b. Kegiatan pembelajaran

 Berikan masalah kontekstual atau mungkin berupa soal cerita. (secara lisan atau
tertulis). Masalah tersebut untuk dipahami siswa.

 Berilah penjelasan singkat dan seperlunya saja jika ada siswa yang belum
memahami soal atau masalah kontekstual yang diberikan. Mungkin secara
individual ataupun secara kelompok. Jangan menunjukkan selesaian, boleh
mengajukan pertanyaan pancingan.

 Mintalah siswa secara kelompok ataupun secara individual, untuk mengerjakan


atau menjawab masalah kontekstual yang diberikan dengan caranya sendiri.
Berilah waktu yang cukup siswa untuk mengerjakannya.

c. Penutup

Jika dalam waktu yang dipandang cukup, siswa tidak ada satupun yang dapat
menemukan cara pemecahan, berilah guide atau petunjuk seperluya atau berilah
pertanyaan yang menantang. Petunjuk itu dapat berupa LKS ataupun bentuk
lain.

6. Kelebihan dan Kelemahan PMRI

a. Beberapa kelebihan pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI) menurut


Shoimin (2014: 152) adalah sebagai berikut:

 Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada


siswa tentang kehidupan sehari-hari dan kegunaaan pada umumnya bagi
manusia.

 Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada


siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dikonstruksi dan
dikembangkan sendiri oleh siswa, tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar
dalam bidang tersebut.

 Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada


siswa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak
harus sama antara yang satu dengan orang yang lain. Pembelajaran matematika
12

realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa dalam


mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama
dan harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-
konsep matematika dengan bantuan pihak lain.

b. Sedangkan kekurangan dari pendidikan matematika realitik Indonesia (PMRI)


adalah sebagai berikut:

 Tidak mudah untuk mengubah pandangan yang mendasar tentang berbagai hal.

 Pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut


dalam pembelajaran matematika yang di pelajari siswa, terlebih lebih karena
soal-soal tersebut harus bisa diselesaikan dengan bermacam macam cara.

 Tidak mudah bagi guru untuk mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai
cara dalam menyelesaikan soal atau memecahkan masalah.

 Tidak mudah bagi guru untuk memberi bantuan kepada siswa agar dapat
melakukan penemuan kembali konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika
yang dipelajari.

C. Kerangka konseptual

1. Desain Pembelajaran

Desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala (2005:136)


adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus
teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut
mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai
dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang
digunakan. Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah
praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar
dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik.

Menurut Reigeluth Desain pembelajaran adalah Proses untuk menentukan


metode pembelajaran apa yang paling baik dilaksanakan agar timbul perubahan
pengetahuan dan ketrampilan pada diri pemelajar ke arah yang
dikehendaki. Briggs mengemukakan desain pembelajaran adalah rencana tindakan
yang terintegrasi meliputi komponen tujuan, metode dan penilaian untuk
memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan. MenurutSeels dan Richey Desain
pembelajaran adalah Proses untuk merinci kondisi untuk belajar, dengan tujuan
13

makro untuk menciptakan strategi dan produk, dan tujuan mikro untuk
menghasilkan program pelajaran atau modul.

Morisson, Ross & Kemp (2007) mengartikan desain pembelajaran adalah


suatu proses desain yang sistematis untuk menciptakan pembelajaran yang lebih
efektif dan efisien, serta membuat kegiatan pembelajaran lebih mudah, yang
didasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai teori-teori pembelajaran, teknologi
informasi, sistematika analisis, penelitian dalam bidang pendidikan, dan metode-
metode manajemen.  Sedangkan menurut Herbert Simon (Dick dan Carey, 2006),
mengartikan design sebagai pemecahan masalah. Dan Gagne (1992) menjelaskan
design pembelajaran disusun untuk membantu belajar siswa. Dari pengertian di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran adalah suatu proses
yang dilakukan oleh guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan
peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar serta mencapi tujuan pengajaran
yang telah ditetapkan dengan langkah-langkah penyusunan materi pelajaran,
penggunaan media pengajaran, penggunaan metode dan pendekatan pengajaran,
dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan dalam waktu
tertentu.

Komponen Utama Design Pembelajaran

a. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus), meliputi : karakteristik mereka.

b. Tujuan pembelajaran (umum dan khusus) pembelajaran kompetensi yang akan


dikuasi si pembelajar.

c. Analisis pembelajaran, proses menganalisis atau materi yang akan dipelajari.

d. Strategi pembelajaran.

e. Bahan ajar, format materi yang akan diberikan pada pembelajar.

f. Penilaian belajar, pengukuran kemampuan atau kopetensi yang sudah dikuasi


atau belum.

Fungsi Desain Pembelajaran

a. Meningkatkan kemampuan Pembelajar (instruktur, guru, widyaiswara, dan


dosen).

b. Menghasilkan sumber belajar.

c. Mengembangkan system belajar mengajar.

d. Mengembangkan Organisasi menjadi organisasi belajar.


14

e. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.

f. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun murid.

g. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui
ketetapan dan kelambatan kerja.

h. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.

2. Pengukuran Berat

Sebelum memahami mengenai pengukuran berat, akan dibahas terlebih


dahulu tentang pengertian pengukuran. Pengukuran ialah penentuan sesuatu
besaran, ukuran, ataupun kapasitas, pada biasanya digunakan pada sesuatu standar
ataupun dimensi ataupun satuan ukur. Pengertian dari pengukuran bisa pula
dimaksud bagaikan pemberian angka terhadap sesuatu objek, ataupun perihal
tertentu oleh seorang bagi ketentuan ataupun perumusan yang jelas serta disepakati.

a. Pengertian Pengukuran

Ada beberapa perngertian menurut para ahli sebagai berikut:

 Nunnally & Bernstein, 1994  : Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu


proses pemberian angka atau label terhadap atribut dengan aturan-aturan yang
terstandar atau yang telah disepakati untuk merepresentasikan atribut yang
diukur.

 Mardapi 2004 : Pengukuran pada dasarnya adalah kegiatan penentuan angka


terhadap suatu obyek secara sistematis.

 Lien :  Pengukuran adalah sejumlah data yang dikumpul dengan menggunakan


alat ukur yang objektif untuk keperluan analisis.

 Budi Hatoro : Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau


kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran
lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan
penilaian.

 Akmad Sudrajat : Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka


atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang
peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu.

 Arikunto Suharsimi  : Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu


ukuran.

 Pflanzagl’s : Pengukuran adalah proses menyebutkan dengan pasti angka-angka


tertentu untuk mendiskripsikan suatu atribut empiri dari suatu produk atau
kejadian dengan ketentuan tertentu.
15

 Djemari Mardapi 1999 : Penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau


mendeskripsikan hasil pengukuran.

 Wikipedia : Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas,


biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran .

 Cangelosi (1991) : Pengukuran menurut Cangelosi yaitu suatu proses


pengumpulan data melalui pengamatan empiris yang dipakai untuk
mengumpulkan informasi yang begitu relevan dengan tujuan yang sudah
ditentukan.

 Endang Purwanti (2008) : pengukuran merupakan kegiatan atau upaya untuk


melakukan dalam memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa,
atau benda, sehingga hasil dari pengukuran berupa angka.

 Arikunto dan Jabar (2004) : Pengukuran adalah sebagai kegiatan dalam


membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga menjadi
bersifat kuantitatif.

 Georgia S. Adams (1964) : pengukuran adalah sebagai “nothing more than


carful obseravtions of actual performance under standar conditions”.

 Sridadi (2007) : Pengukuran merupakan suatu proses yang dilakukan secara


sistematis untuk mendapatkan besaan kuantitatif dari suat objek tertentu dengan
memakai alat ukur yang baku.

Dari pengertian para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa


pengertian dari pengukuran yaitu kegiatan mengukur yang dilakukan dengan
membandingkan hasil suatu ukuran tertetnu yang dilakukan secara sistematis, dan
hasil dari pengukuran bersifat kuantitatif serta alat ukur yang digunakan yaitu alat
ukur yang baku.

b. Macam-macam pengukuran

Terdapat 2 tipe pengukuran ialah pengukuran secara langsung serta


pengukuran secara tidak langsung. Pengukuran langsung adalah menyamakan nilai
besaran yang diukur dengan besaran standar yang diterima bagaikan satuan.
Pengukuran tidak langsung adalah pengukuran buat mengukur sesuatu besaran
dengan metode mengukur besaran lain. Seperti contoh pengukuran dikala membeli
beras serta penjual mengukur massa dari beras, yang maksudnya penjual
menyamakan nilai besaran massa dengan satuan massa yang telah ditetapkan.
Semacam satuan Massa kg( kilogram), gr( gram) serta satuan massa yang lain.

Berikut macam-macam pengukuran:

 Pengukuran Panjang
16

Pengukuanr panjang digunakan buat mengukur panjang sesuatu barang.


Terdapat 3 berbagai perlengkapan ukur panjang ialah mistar, jangka sorong serta
mikrometer sekrup. Pemakaian perlengkapan ukur panjang disesuaikan dengan
tingkatan ketelitian yang di inginkan sehingga bisa meminimalisir terbentuknya
kesalahan dalam proses pengukuran.

Contoh alat pengukuran panjang

 Mistar

Mistar merupakan perlengkapan ukur panjang yang mempunyai skala kecil 1mm
ataupun 0, 1 centimeter yang cuma mempunyai panjang dekat 50cm ataupun
100cm.

 Jangka sorong

Jangka sorong digunakan untuk mengukur ketebalan sesuatu plat logam. untuk
mengukur garis tengah bagian luar serta dalam pipa. ada bagian yang terdapat
pada jangka sorong yaitu rahang tetap serta rahang geser. Rahang tetap
mempunyai skala yang disebut dengan skala utama, satu bagian terkecil dari
skala utama mempunyai panjang 1 milimeter.

Sebaliknya rahang geser mempunyai skala yang disebut dengan skala nonius
ataupun diucap dengan skala vernier. Pada skala nonius panjang 20 skalanya
ialah 1 milimeter, bisa dikatakan satu bagian nonius adalah 0, 05 milimeter ialah
skala terkecilnya pula 0, 05 milimeter ataui 0, 005cm.

 Micrometer Skrup

Micrometer Skrup ialah perlengkapan ukur panjang yang mempunyai

tingkatan akurasi yang lebih besar bila dibanding dengan jangka sorong ataupun
mistar. skala terkecil dari Micrometer Skrup menggapai 0, 001cm ataupun 0,
01mm.

 Pengukurkuran Waktu

pengukuran waktu dalam kehidupan adalah semacam jam serta Stopwatch.


Jam terdapat 2 tipe jam yang kerap ditemui dalam kehidupan tiap hari, ialah jam
digital serta jam analog. Stopwatch. Umumnya stopwatch kerap digunakan untuk
menghitung dari skala o, serta mempunyai tingkatan ketelitian yang lebih besar
dibanding dengan jam.

 Pengukur  Arus Listrik

Untuk mengukur suatu rangkaian listrik, ada 2 perlengkapan ukur yang


digunakan yaitu amperemeter analog serta amperemeter digital. Biasanya
perlengkapan ini digunakan oleh para teknisi elektronik bagaikan perlengkapan
multi tester listrik yang disebut dengan avometer ialah gabungan dari amperemeter,
voltmeter serta ohmmeter.
17

 Pengukur Berat (Massa)

Untuk mengukur massa barang umumnya digunakan perlengkapan yang


disebut dengan neraca ataupun kerap diucap dengan timbangan. Neraca mempunyai
sebagian tipe semacam neraca pasar, neraca 2 lengan serta neraca 3 lengan.

 Neraca pasar umumnya kerap digunakan di pasar- pasar tradisional ataupun di


toko toko.

 Neraca 2 lengan umumnya ada di laboratorium. Pemakaian neraca 2 lengan


nyaris sama dengan metode pemakaian nerca pasar.

 Neraca 3 lengan pula umumnya ada di laboratorium. Metode konsumsi neraca


ini sedikit berbeda dengan neraca diatas, pemakaian neraca ini dengan metode
menggeser ketiga penanda ke sisi sangat kiri sampai skala jadi Nol, setelah itu
letakkan barang yang hendak diukur kemudian geser ketiga penanda ke kanan
sampai berat beban balance.

Alat ukur yang biasa digunakan dalam mengukur berat suatu benda adalah
timbangan. Penggunaan timbangan atau neraca disesuaikan menurut besar kecilnya
benda yang timbang. Bentuk dan kegunaan neraca diantaranya adalah:

 Timbangan badan digunakan untuk menimbang berta badan hingga 100kg.

 Timbangan duduk digunakan untuk menimbang berat benda di pasar, pabrik,


tempat penggilingan padi atau barang dalam karung atau peti. Berat benda
maksimum hingga 50 kg.

 Timbangan bayi digunakan untuk menimbang berat badan bayi. Alat ini sering
dijumpai di rumah sakit, puskesmas, posyandu, dan rumah bersalin.

 Timbangan gantung digunakan untuk menimbang berat kotor benda, seperti


padi, beras, tepung, dan benda yang basah seperti minyak kelapa, gabah, dll.
Alat ini mudah dibawa kemana-mana karena dapat diinjak. Berat benda
maksimun hingga 1 kuintal.

 Neraca untuk menimbang benda-benda yang ringan. Misalnya berat emas dan
bahan obat-obatan. Satuan berat neraca dinyatakan dalam gram.

 Timbangan warung digunakan di warung, kios atau di pasar tradisional. Berat


benda maksimum hingga 50 kg.
18

Pengukuran berat:

1 ton = 1.000 kg

1 kg = 10 ons

1 ton = 10 kuintal

1 pon = 0.5 kg = 5 ons

1 kuintal = 100 kg

1 ons = 100 gram

1 kg = 2 pon
19

D. Kerangka Pemikiran

Kerangka Pemikiran Menurut Sugiyono (2010, hlm. 60) Kerangka berfikir


yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan
diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan
dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga
perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan
antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma
penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus
didasarkan pada kerangka berfikir.

Pada sekolah atau tempat saya yang akan melakukan penelitian masih
menunjukkan kekurangan. Dimana siswa masih berfikir bahwa matematika
merupakan mata pelajaran yang sulit dan membosankan sehingga siswa kurang
temotivasi untuk melakukan proses belajar, masih banyak siswa yang belum
mencapai KKM. Kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah sudah menggunakan
model pembelajaran akan tetapi masih kurang menari minat siswa dalam
pembelajaran matematika sehingga hasil belajarnya pun rendah hampir 70% siswa
mendapatkan nilai di bawah rata-rata. Hal ini dilihat dari hasil prasiklus peneliti
menjumpai ketuntasan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 03 Tulung Harapan
sebagai berikut: dari 23 siswa kelas IV yang belum mencapai KKM yang di
tentukan oleh sekolah adalah 16 siswa apabila di persenkan menajdi 69%. Untuk
menanggulangi masalah tersebut dirasa perlunya penggunaan suatu model
pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran matematika. Salah satu alternatif model pembelajaran yang diduga
mampu mengatasi masalah tersebut adalah model Pembelajaran Matematika
Realistik (PMR).

Berdasarkan uraian di atas, bahwa penerapan model Pembelajaran


Matematika Realistik (PMR). ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada pembelajaran matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Tulung
Harapan. Sehingga gambaran pola kerangka berpikir dapat ditunjukkan pada bagan
di bawah ini:

1. Kondisi Awal

Guru masih menggunakan metode konvensional. Guru hanya menggunakan


metode ceramah dimana siswa hanya mencatat dan memperhatikan materi yang
disampaikan oleh guru. Hasil belajar siswa terhadap pelajaran Matematika
masih rendah

a. Siklus I Pendidik mulai menggunakan metode pembelajaran matematika


realistik.

b. Siklus II pendidik menggunakan model Pembelajaran Matematika Realistik


dengan cara mendiskusikan materi yang dipelajari serta siswa mencari dan
menemukan sendiri jawabannya baik melalui bertanya kepada guru, teman,
20

orang-orang yang ada disekitarnya, atau dengan cara mengamati lingkungan


disekitarnya.

c. Siklus III pendidik menggunakan model pembelajaran Matematika Realistik


pada proses pembelajaran dengan perencanaan yang matang setelah siklus I dan
siklus II dilaksanakan.

2. Kondisi akhir

Kondisi akhir disini siswa mengalami peningkatan yang cukup baik pada setiap
siklusnya dari mulai permulaan pada penerapa model pembelajran siklus I,
kemudian kondisi baik siklus II , dan kondisi sangat baik siklus III peningkatan
hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan untuk mengatasi permasalahn
pada metode lama yang sudah digunakan.

E. Hipotesis Penelitian

Menurut Margono (2004, hlm. 80) menyatakan bahwa hipotesis berasal dari
perkataan hipo (hypo) dan tesis (thesis). Hipo berarti kurang dari, sedangkan tesis
berarti pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang
sifatnya masih sementara. Hipotesis merupakan suatu kemungkinan jawaban dari
masalah yang diajukan. Hipotesis timbul sebagai dugaan yang bijaksana dari
peneliti atau diturunkan (deduced) dari teori yang telah ada.

Berdasarkan kerangka berpikir maka hipotesis penelitiannya adalah jika


guru mendesain pembelajaran materi pengukuran berat dengan pendekatan
pembelajaran matematika realistik Indonesia dapat menciptakan aktivitas
pembelajaran materi pengukuran berat dan hasil belajar siswa akan meningkat,
serta meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.
Bab III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen. Penelitian eksperimen digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Suigono: 2010).
Dalam penelitian ini terdapat tiga bentuk penelitian eksperimen yakni true
experimental design, quasy experimental design dan pre-experimental design
(Sugiono 2010). Dari ketiga bentuk penelitian ini yang saya gunakan adalah bentuk
pre-experimental yang merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih
terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terdapat terbentuknya variabel
dependen (sugiono 2010).

Pre-experimental terdapat tiga bentuk penelitian yaitu intact-group


comparison,one-group pretest-posttest design dan one-shoot case study. Dari ketiga
bentuk pre-experimental tersebut yang akan saya gunakan adalah one-shoot case
study (studi kasus satu tembakan), dimana dalam desain penelitian ini terdapat
suatu kelompok diberi tratment (perlakuan) dan selanjutnya dipost-test hasilnya
(treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel
dependen)(Sugiono, 2010). Perlakuan ini menggunakan pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) yang berujuan utuk mendesain
pembelajaran pengukuran berat untuk siswa SD kelas IV di SDN 03 Tunlung
Harapan.

B. Tempat dan Waktu

Tempat Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Tulung Harapan yang


berlokasi di desa Harapan Jaya, kecamatan Semendawai Timur, kabuapaten Ogan
Komering Ulu Timur. Waktu penelitian pada tanggal 02 Februari 2022 sampai 05
Februari 2022.

C. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Menurut Arikunto


(2013:173), bahwa apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam
wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Subjek
Penelitian adalah populasi yang diteliti. Subjek Penelitian juga merupakan sumber
data yang mencakup sifat-sifat atau karakteristik dari sekelompok subjek, gejala,
atau objek. Selaras dengan Sugiyono (2013: 117), mengatakan bahwa populasi

21
22

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi Populasi penelitiannya adalah siswa SD
Negeri 03 Tulung Harapan.

2. Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (2013:174), bahwa sampel adalah sebagian atau wakil


populasi yang diteliti. Sejalan dengan pendapat Sugiono (2014: 118), mengatakan
bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Dari pengertian di atas, dalam menentukan sempel penelitian ini
menggunakan salah satu teknik pengambilan sampel yaitu teknik sampel bertujuan
(purposive sampling). Tujuannya agar penulis

dalam mengambil sampel bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi
didasarkan atas adanya tujuan penelitian. Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah
siswa kelas IV SD Negeri 03 Tulung Harapan.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Menurut Sumadi Suryabrata (1983: 76) definisi operasional adalah definisi


yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Dalam
penelitian ini ada beberapa variabel yang akan diteliti, yaitu aktivitas pembelajaran
materi pengukuran berat dan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia.

Menurut Sugiyono, (2008 : 39) Variabel adalah segala sesuatu yang


berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.Variabel juga dapat
digolongkan menjadi variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat
(dependent variable). Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab
munculnya variabel terikat, sementara variabel terikat adalah variabel yang dapat
berubah karena ada pengaruh dari variabel beebas. Adapun variabel dalam
penelitian ini seperti Variabel bebas (independent variable) meliputi pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia serta Variabel terikat (dependent
variable) meliputi aktivitas pembelajaran materi pengukuran berat. Dengan
indikator: kemampuan peserta didik dalam mengukur satuan berat menggunakan
alat ukur.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik yang digunakan selama proses


pengumpulan data yang terdiri dari wawancara, dokumentasi dan tes. Penjelasan
dari masing-masing teknik sebagai berikut:
23

1. Wawancara

Menurut Riyanto (2010:82) interview atau wawancara merupakan metode


pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik
dengan subyek atau responden. Menurut Afifuddin (2009:131) wawancara
adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada
seseorang yang menjadi informan atau responden. Berdasarkan penjelasan para
ahli dapat disimpulkan bahwa, interview atau wawancara merupakan metode
pengambilan data dengan bertukan informasi dan ide melalui tanya jawab antara
penyelidik dengan subyek atau responden dalam suatu topic tertentu. Pada
penelitian ini wawancara digunakan untuk mencari informasi fasilitas sekolah
mengenai alat ukur berat, aktivitas belajar di kelas pada materi pengukuran
berat.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengambil data dari


catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang di teliti.
Dalam hal ini dokumentasi diperoleh melalui dokumen atau arsip melalui guru
kelas IV, berupa data nilai ulangan harian mata pelajaran matematika materi
pengukuran berat sebelum dilakuan akvitas pembelajaran dengan pendekatan
PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia).

3. Tes

Teknik tes pada penelitian ini menggunakan jenis tes perbuatan (performance
test) dan tes tertulis berupa soal pilihan ganda. Stigins (dalam Arifin, 2013,
hlm.149) mengemukakan bahwa performance test adalah suatu bentuk tes yang
peserta didiknya diminta untuk melakukan kegiatan khusus dibawah
pengawasan penguji yang akan mengobervasi penampilannya dan membuat
keputusan tentang kualitas hasil belajar yang didemonstrasikan. Menurut
Sudjana (2013: 48) tes bentuk essay (Arikunto, 2003: 162) adalah sejenis tes
kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau
uraian kata- kata. Kedua tes belajar ini dilakukan untuk mengukur tingkat
pemahaman peserta didik sesudah melakukan proses belajar mengajar dengan
pendekatan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia). Data yang telah
di dapat dari kedua tes tersebut adalah hasil dari peserta didik menimbang berat
benda menggunakan timbangan secara individu dan mengerjakan soal pilihan
ganda mengenai materi pengukuran berat. Tes ini diberikan pada peserta didik
yang dilakukan di akhir siklus

F. Instumen Pengumpulan Data

Suharsimi Arikunto (2002: 136) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang
digunakan peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
lebih baik. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:
24

1. Wawancara

Instrumen penelitian yang digunakan dalam wawancara ini menggunakan


lembar pertanyaan yang diajukan kepada kepala sekolah dan guru kelas IV SD
Negeri 03 Tulung Harapan. Pertanyaan tersebut meliputi:

a. Apa saja fasilitas alat ukur berat yang ada di sekolah? (kepala sekolah)

b. Bagaimana aktivitas belajar di kelas pada materi pengukuran berat? (guru


kelas IV)

2. Tes

Teknik tes pada penelitian ini menggunakan jenis tes perbuatan (performance
test) dan tes pilihan ganda.

a. Tes Perbuatan

Pada tes ini instrumen penelitiannya menggunakan rubik kegiatan


menimbang benda.

Tabel 3.1

Rubik Kegiatan Menimbang Benda

No Nama Siswa Kriteria 1  Kriteria 2 

Dst.
25

Tabel 3.2

Keterangan Rubik Kegiatan Menimbang Benda

Kriteria Baik Sekali Baik Cukup Kurang

1. Ketepatan Penguuran Hanya 2 Hanya 1 Tidak ada


mengukur tepat, teliti komponen komponen komponen
dan langkah dan yang yang yang
langkah- terpenuhi terpenuhi terpenuhi
langkah
tepat

2. Kemandirian Dilakuan Dilakukan Dibantu >2 Dominan


sendiri dengan kali orang lain
tanpa dibantu < 2 yang
bantuan kali mengerjaka
guru atau n
temannya

b. Tes Terulis

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan


teknik tes tertulis adalah Lembar soal essay. Dalam pembuatan soal Uraian
melalui beberapa tahap berupa kisi-kisi soal, kartu soal dan pedoman
penskoran. Formatnya sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Soal

KD IPK Materi Indikator Soal Bentu Leve Nomo


k l r

4.2 4.2.1 Perhitu Diberikan soal Uraian Seda 1,2,3,4


Mengana Menganali ngan mengenai berat ng dan 5
lisis si berat. benda.
perhitun perhitunga
26

gan n berat Pererta didik


berat. dalam dapat merubah
kilogram satuan berat 30
ke gram. kilo gram
kegram, 200
gram keons, 10
senti gram
kemili gram,
50 deka gram
kegram, 4kilo
gram keons.

Tabel 3.4

Kartu Soal

Kartu Soal NO 1,2,3,4 dan 5 Uraian

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas Semester : IV/2

KD 4.2 Menganalisis perhitungan berat.

Materi Perhitungan berat.

Indikatos Diberikan soal mengenai pengukuran berat.


Soal
Pererta didik dapat merubah satuan berat 30 kilo gram
kegram, 200 gram keons, 10 senti gram kemili gram, 50
deka gram kegram, 4kilo gram keons.

Level Sedang

Butiran Soal

Jawablah soal di bawah ini dengan merubah satuan berat ke satuan berat
lainnya.

1. 30kg=…g

2. 200g=…hg

3. 10cg=…mg
27

4. 50dg=…g

5. 4kg=…hg

Tabel 3.5

Pedoman Penskoran

Nomor Soal Kriteria Penilaian Skor

1 1. Peserta didik dapat 20


menjawab dengan tepat yaitu
30.000gram.

2. Peserta didik menjawab


dengan tidak tepat.
10
3. Peserta didik tidak menjawab
sama sekali
0

2 1. Peserta didik dapat 20


menjawab dengan tepat yaitu
2hg

2. Peserta didik menjawab


dengan tidak tepat.
10
3. Peserta didik tidak menjawab
sama sekali.
0

3 1. Peserta didik dapat 20


menjawab dengan tepat yaitu
100mg.

2. Peserta didik menjawab


dengan tidak tepat.
10
3. Peserta didik tidak menjawab
sama sekali.
0
28

4 1. Peserta didik dapat 20


menjawab dengan tepat yaitu
5gram.

2. Peserta didik menjawab


dengan tidak tepat.
10
3. Peserta didik tidak menjawab
sama sekali.
0

5 1. Peserta didik dapat 20


menjawab dengan tepat yaitu
40hg.

2. Peserta didik menjawab


dengan tidak tepat.
10
3. Peserta didik tidak menjawab
sama sekali.
0

G. Teknik Analisis Data dan Reabilitas Data

1. Teknis Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian dilakukan secara deskriptif kualitatif.


Menurut Doorman (dalam Ariyadi, 2008), hasil penelitian desain bukan hasil kerja
desain yang ada, melainkan berupa prinsip –prinsip mendasar yang menerangkan
bagaimana dan mengapa desain tersebut berjalan. Oleh karena itu, data dalam
penelitian ini dianalisis dengan cara membandingkan antara prediksi yang dibuat
peneliti mengenai reaksi siswa dan jawaban siswa selama proses pembelajaran
berlangsung dengan proses pembelajaran yang sebenarnya. Hal tersebut dilakukan
dengan tujuan menginvestigasi dan menerangkan bagaimana siswa dapat
memahami konsep pengukuran berat. Langkah analisis data yang digunakan
adalah :
29

a. Reduksi data, yaitu berarti merangkum, memilih hal – hal yang pokok,
memfokuskan pada hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu.

b. Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi


kemungkinan adanya penarikan kesimpulan.

c. Kesimpulan atau verifikasi, yaitu dimaksudkan untuk mencari makna data yang
dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan atau perbedaan.

2. Reliabilitas Data

Dalam penelitian ini, reliabilitas data diukur melalui deskripsi dari proses
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Video rekaman pembelajaran serta hasil
pekerjaan siswa merupakan data yang digunakan oleh peneliti untuk
mendeskripsikan proses pembelajaran yang dilakukan berdasarkan desain
pembelajaran yang telah dirancang oleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA

Pane, Aprida, and Muhammad Darwis Dasopang. "Belajar dan


pembelajaran." Fitrah: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman 3.2 (2017): 333-352.

Ilyas, T. (2015). Evaluasi Implementasi Program Bantuan Operasional Sekolah


Dasar (Studi Pada SDN Bulusari Tarokan) (Doctoral dissertation, Brawijaya
University).

AGUSTINA, F. (2019). PENGARUH PENDEKATAN PENDIDIKAN


MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III DI MI NAJAHIYAH
PALEMBANG(Doctoral dissertation, UIN RADEN FATAH PALEMBANG).

Setiawan, A. D. (2021). Pengembangan Soal Pengukuran Berat Menggunakan


Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dalam Konteks
Makanan Ringan(Doctoral dissertation, Universitas Katolik Musi Charitas
Palembang).

Rifa’i, M. (2010). Pengaruh Motivasi Belajar Melalui Pendekatan Matematika


Realistik Terhadap Prestasi Belajar Matematika Pokok Bahasan Bangun Datar
Segiempat Pada Siswa Kelas VII di SMPN 2 Sumbergempol Tulungagung
Tahun Ajaran 2009/2010.

Afsari, S., Safitri, I., Harahap, S. K., & Munthe, L. S. (2021). Systematic
Literature Review: Efektivitas Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
Pada Pembelajaran Matematika. Indonesian Journal of Intellectual
Publication,1(3), 189-197.

Maula, I., & Indra, I. (2019). Pengembangan Bahan Ajar Desain Pembelajaran
PAI Berbasis Kurikulum 2013. Jurnal Penelitian Pendidikan, 11(1), 1595-1603.

Rinaldy, D. A. (2019). PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING


(PBL) BERBANTUAN MEDIA VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
KELAS IV SD (Kuasi Eksperimen di kelas IV SD Negeri 024 Coblong Kota
Bandung Tahun Pelajaran 2019/2020) (Doctoral dissertation, FKIP UNPAS).

Nurfitriani, R. (2017). PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI INFORMASI


PENTING YANG ADA DALAM PROPOSAL KEGIATAN/PENELITIAN DENGAN
MENGGUNAKAN METODE TALKING STICK DI KELAS XI SMA KARTIKA
XIX-1 BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 (Doctoral dissertation, FKIP
UNPAS).

Jojo, I., Simanjuntak, V. G., & Hidasari, F. P. (2019). PENGARUH METODE


PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL
BELAJAR LOMPAT JAUH SISWA SMPK IMMANUEL 2. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Khatulistiwa, 8(3).

30

Anda mungkin juga menyukai