Disusun oleh :
KELOMPOK 1
1. Yesika Makasudede 20 504 014
2. Meikel Yusuf Prang 20 504 034
3. Angelita Virginia Lontaan 20 504 070
4. Agnes Deviane Manaroinsong 20 504 035
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
tuntunan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Prinsip-prinsip PMRI/RME.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan Pembelajaran.............................................................................1
BAB II.....................................................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................................2
(PMRI/RME)......................................................................................................3
BAB III...................................................................................................................8
PENUTUP..............................................................................................................8
A. Kesimpulan..............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembelajaran
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan PMRI
adalah suatu pendekatan matematika yang memandang bahwa
matematika merupakan suatu bentuk aktivitas manusia, sehingga proses
pembelajarannya diawali dengan menggunakan masalah kontekstual
sebagai pondasi dalam membangun konsep matematika.
(PMRI/RME)
3
dibayangkan atau dipahami oleh siswa), yang mengandung topik-
topik matematis tertentu yang disajikan, siswa diberi kesempatan
untuk membangun dan menemukan kembali ide-ide dan konsep
matematis.
Prinsip progressive mathemalization adalah upaya yang
mengarah pada pemikiran yang matematis. Dikatakan progresif
karena terdiri alas dua langkah yang berurutan, yaitu matematisasi
horizontal (berawal dari masalah kontekstual yang diberikan dan
berakhir pada matematika yang formal) dan matematisasi vertikal
(dari matematika formal ke matematika formal yang lebih luas atau
lebih tinggi).
2) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktik
Prinsip ini menekankan fenomena pembelajaran yang
bersifat mendidik dan menekankan pentingnya masalah kontekstual
untuk memperkenalkan topik-topik matematika kepada siswa, atau
dapat dikatakan prinsip ini lebih cenderung menekankan pada
pembelajran matematika yang berorientasi kepada memberi
informasi atau memberitahu siswa dan memakai matematika yang
sudah siap pakai untuk memecahkan masalah, diubah dengan
menjadikan masalah sebagai sarana utama untuk mengawali
pembelajaran sehingga memungkinkan sisswa dengan caranya
sendiri mencoba memecahkannya. Dan dalam memecahkan masalh
tersebut, siswa diharapkan dapat melangkah ke arah matematis
horisontal dan matematis vertikal.
Menurut Hartanto (2008: 4) Matematisasi horizontal adalah
proses penyelesaian soal-soal konstektual dari dunia nyata,
sedangkan matematisasi vertikal adalah proses formalisasi konsep
matematika. Dalam hal ini, siswa diharapkan dalam memecahkan
masalah dapat melangkah kearah pemikiran matematika sehingga
akan mereka temukan atau mereka bangun sendiri sifat-sifat atau
definisi atau teorema matematika tertentu (matematisasi
4
horizontal), kemudian ditingkatkan aspek matematisasinya
(matematisasi vertikal).
De Lange menyebutkan: proses matematisasi horizontal
antara lain meliputi proses atau langkah-langkah informal yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah (soal),
membuat model, membuat skema, menemukan hubungan dan lain-
lain, sedangkan matematisasi vertikal, antara lain meliputi proses
menyatakan suatu hubungan dengan suatu formula (rumus),
membuktikan keteraturan, membuat berbagai model, merumuskan
konsep baru, melakukan generalisasi, dan sebagainya. Dengan
memperhatikan fenomena didaktik yang ada didalam kelas, maka
akan terbentuk proses pembelajaran matematika yang tidak lagi
berorientasi pada guru, tetapi diubah atau beralih kepada
pembelajaran matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan
berorientasi pada masalah
3) Self-delevoped Models atau model dibangun sendiri oleh siswa
Prinsip self-developed models menunjukkan adanya fungsi
“jembatan” yang berupa model. Pendekatan pembelajaran ini
berpangkal pada masalah kontekstual dan menuju ke matematika
formal, serta kebebasan pada siswa, sehingga siswa akan
mengembangkan model sendiri.
Gravemeijer (Supinah, 2008:17) menyebutkan bahwa pada
waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual, siswa
mengembangkan suatu model. Model ini diharapkan dibangun
sendiri oleh siswa, baik dalam proses matematisasi horizontal
ataupun vertikal. Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk
memecahkan masalah secara mandiri atau kelompok, dengan
sendirinya akan memungkinkan munculnya berbagai model
pemecahan masalah buatan siswa.
2. Prinsip Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) menurut
Suryanto.
5
Suryanto (2010) mengungkapkan tiga prinsip yang merupakan dasar
teori PMRI. Ketiga prinsip tersebut yaitu :
1) Guided Reinvention (Penemuan Kembali secara Terbimbing) dan
Progressive Mathematization (Matematisasi Progresif)
Prinsip guided reinvention adalah penemuan kembali secara
terbimbing. Melalui masalah kontekstual yang realistis (yang dapat
dibayangkan atau dipahami oleh siswa), yang mengandung topik-
topik matematis tertentu yang disajikan, siswa diberi kesempatan
untuk membangun dan menemukan kembali ide-ide dan konsep
matematis.
Prinsip progressive mathemalization adalah upaya yang
mengarah pada pemikiran yang matematis. Dikatakan progresif
karena terdiri alas dua langkah yang berurutan, yaitu matematisasi
horizontal (berawal dari masalah kontekstual yang diberikan dan
berakhir pada matematika yang formal) dan matematisasi vertikal
(dari matematika formal ke matematika formal yang lebih luas atau
lebih tinggi).
2) Didactical Phenomenology (Fenomenologi Didaktis)
Prinsip ini menekankan fenomena pembelajaran yang bersifat
mendidik dan menekankan pentingnya masalah kontekstual untuk
memperkenalkan topik-topik matematika kepada siswa. Masalah
kontekstual dipilih dengan mempertimbangkan aspek kecocokan
aplikasi yang harus diantisipasi dalam pembelajaran dan kecocokan
dalam proses reinvention, yang berarti bahwa konsep, aturan, cara,
atau sifat, termasuk model sistematis, tidak disediakan atau
diberitahukan oleh guru, tetapi siswa perlu berusaha sendiri untuk
menemukan atau membangun sendiri dengan berpangkal pada
masalah kontekstual.
3) Self-developed Models (Membangun Sendiri Model)
Prinsip self-developed models menunjukkan adanya fungsi
“jembatan” yang berupa model. Pendekatan pembelajaran ini
berpangkal pada masalah kontekstual dan menuju ke matematika
6
formal, serta kebebasan pada siswa, sehingga siswa akan
mengembangkan model sendiri.
3. Menurut Zulkardi dan Putri (2010: 4), terdapat 3 prinsip pembelajaran
dengan pendekatan PMRI, yaitu:
1) Guided Reinvention (Penemuan Kembali)
Guided reinvention secara terbimbing dapat diartikan bahwa
siswa hendaknya dalam belajar metematika harus diberikan
kesempatan untuk mengalami sendiri proses yang sama saat
matematika ditentukan. Prinsip ini dapat diinspirasikan dengan
menggunakan prosedur secara informal. Upayah ini akan tercapai
jika pengajaran yang dilakukan menggunakan situasi yang berupa
fenomena-fenomena yang mengandung konsep matematika dan
nyata terhadap kehidupan siswa.
2) Progressive Mathematics (Matematisasi Progresif)
Situasi yang berisikan fenomena yang dijadikan bahan dan
area aplikasi dalam pengajaran matematika haruslah berangkat dari
keadaan yang nyata terhadap siswa sebelum mencapai tingkatan
matematika secara formal.
3) Self-develoved Models (Pengembangan Model Sendiri)
Peran self-develoved models merupakan jembatan bagi siswa
dari situasi real ke situasi konkrit atau dari informal matematika ke
formal matematika. Artinya siswa membuat model sendiri dalam
menyelesaikan masalah. Pertama adalah modal suatu situasi yang
dekat dengan alam siswa. Dengan generalisasi dan formalisasi
model tersebut akan menjadi berubah menjadi informal (model-of)
masalah tersebut. model-of akan bergeser menjadi formal (model-
for) masalah yang sejenis. Pada akhirnya akan menjadi model
dalam formal matematika.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scr
ibd.com/embeds/46407307/content?
start_page=1&view_mode=sgulung&access_key=key-
fFexxf7MbzEfWu3HKwf .