Oleh:
Kelompok 1
1.
2.
Arifa Rahmi
( 15205061 )
3.
Arnilawati
( 15205062 )
Dosen Pengampu:
Dr. Edwin Musdi, M.Pd.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Sejalan dengan dinamika bangsa yang terus mencari bentuk yang lebih
baik demi menghasilkan generasi cerdas dan budiman, maka penulis membuat
makalah ini yang berjudul Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
dengan baik. Untuk memenuhi tugas perkuliahan Strategi Pembelajaran Matematika.
Penulis berharap agar semua orang dapat memperoleh berbagai informasi yang
berguna untuk pembaca dari karya tulis ini. Namun, walaupun demikian penulis juga
percaya bahwa tidak ada gading yang tak retak, untuk itu kritikan dan saran maupun
sumbangsih pikiran yang sifatnya constructive dari pembaca akan penulis terima
dengan senang hati. Demi kesempurnaan makalah ini dan untuk perbaikan makalah
yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan, bantuan dan
bimbingan yang telah diberikan oleh bapak Dr. Edwin Musdi, M.Pd. selaku dosen
pengampu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, serta
rekan-rekan yang ikut membantu terselesainya makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 1
D. Manfaat Penulisan .......................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN ................................................................................... 4
A. Pendekatan Realistic Mathematics Education................................ 4
B. Prinsip Realistic Mathematics Education ...................................... 6
C. Karakteristik Realistic Mathematics Education ............................. 8
D. Langkah-langkah Realistic Mathematics Education ..................... 11
E. Kelebihan & Kekurangan Realistic Mathematics Education ........ 15
F. Sintaks dan Implementasi Realistic Mathematics Education ........ 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awalnya sistem pendidikan dikendalikan secara sentralistik, yaitu
kebijaksanaaan pendidikan, kurikulum maupun buku pelajaran ditentukan oleh
para pengambil keputusan di pemerintahan pusat. Hal ini juga berlaku untuk
pelajaran matematika. Kurikulum dan buku pelajaran matematika disusun kaku,
sehingga kesempatan guru untuk mengembangkan kreativitas menjadi sangat
terbatas.
Namun pada saat sekarang ini, mengingat peranan matematika semakin
besar, tentunya banyak pula sarjana matematika atau guru matematika dituntut
untuk terampil, andal, kreatif dan berwawasan luas, baik dalam disiplin ilmunya
sendiri maupun dalam disiplin ilmu lainnya.
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat
abstrak, hal ini dapat menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam
matematika. Biasanya ada sebagian siswa yang menganggap belajar matematika
harus berjuang mati-matian dengan kata lain harus belajar dengan ekstra keras.
Hal ini menjadikan matematika seperti monster yang mesti ditakuti, sehingga
siswa malas mempelajari matematika. Tetapi sadar atau tidaknya, ternyata semua
orang menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari, contohnya jual
beli di pasar.
Oleh karena itu, perlu kiranya seorang guru matematika melakukan upaya
yang dapat membuat proses belajar mengajar menjadi bermakna dan
menyenangkan. Salah satu caranya dengan pendekatan Realistic Mathematics
Education atau yang disingkat dengan RME dimana pelajaran ini mengkaitkan
dan melibatkan lingkungan sekitar, pengalaman nyata yang pernah dialami siswa,
serta menjadikan matematika sebagai aktivitas siswa. Jadi siswa diajak berfikir
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah
1.
2.
3.
4.
5.
Apa
kelebihan
dan
kekurangan
pendekatan
Realistic
Mathematics
Education?
6.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.
2.
3.
Untuk
mengetahui
karakteristik
pendekatan
Realistic
Mathematics
Education
4.
5.
6.
Untuk
mengetahui
sintak
dan
implementasi
pendekatan
Realistic
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Dapat menambah pengetahuan tentang pendekatan Realistic Mathematics
Education dalam pelajaran matematika.
2. Digunakan untuk acuan pada praktik pembuatan karya ilmiah, tugas akhir,
skripsi dan penelitian lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Pendekatan
Pendekatan pembelajaran yaitu cara yang ditempuh guru dalam
pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi
dengan peserta didik.1 Pendekatan pembelajaran dapat dijadikan titik tolak
atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran dengan cakupan suatu
teoretis tertentu. Hal ini berarti bahwa pendekatan pembelajaran dapat
memperjelas arah yang ditetapkan guru agar mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan demikian pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau
sudut pandang terhadap proses pembelajaran melalui cara-cara yang
ditempuh guru agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan peserta
didik guna untuk mempermudah pemahaman atas materi pelajaran yang
diberikan.
2.
dipandang
sebagai
suatu
kegiatan
manusia.
Menurut
yang
dilaksanakan
dengan
menempatkan
realitas
dan
2.
Didactical phenomenology
Prinsip ini terkait dengan suatu gagasan fenomena pembelajaran yang
menghendaki bahwa dalam menentukan masalah kontekstual dapat
menggunakan pendekatan RME. Oleh karena itu, melalui pendekatan RME
dapat
mengungkap
berbagai
macam
aplikasi
suatu
topik
dalam
untuk
memperkenalkan topik-topik
3.
kontekstual
yang
dipecahkan.
Konsekuensinya,
sangat
Penemuan (kembali) secara terbimbing (guided reinvention), melalui topiktopik matematika yang disajikan, siswa diberi kesempatan untuk mengalami
proses yang sama dengan proses yang dilalui oleh para pakar matematika
ketika menemukan konsep-konsep matematika.
2.
3.
2.
3.
4.
5.
Intertwinning (membuat jalinan) antar topik atau antar pokok bahasan atau
strand.
Dari penjelasan prinsip-prinsip pendekatan RME di atas, dapat diketahui
2.
3.
5.
Kegiatan, dalam hal ini siswa dihadapkan dalam situasi masalah yang
memungkinkan siswa membentuk bagian-bagian masalah tersebut dan
dikembangkan secara bertahap.
2.
3.
4.
5.
Interaksi, dalam RME dipandang sebagai kegiatan sosial karena bagian dari
pendidikan yang dapat memberikan kesempatan bagi para siswa untuk saling
berbagi dan strategi serta penemuan mereka.
Sunadi, log.cit,.
10
6.
2.
Siswa menemukan kembali ide, konsep, dan prinsip, atau model matematika
melalui pemecahan masalah kontekstual yang realistik dengan bantuan guru
atau temannya.
3.
4.
5.
6.
7.
Matematika dianggap sebagai kegiatan bukan sebagai produk jadi atau hasil
yang siap pakai. Mempelajari matematika sebagai kegiatan paling cocok
dilakukan melalui learning by doing (belajar dengan mengerjakan).
Pada dasarnya karakteristik RME di atas mengarah pada satu tujuan, yaitu
11
12
Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual, guru harus benar-benar
memahami masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang mungkin
akan ditempuh siswa dalam menyelesaikannya.
2.
Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran
yang dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata. Kemudian
siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka
sendiri.
3.
Proses pembelajaran
Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah sesuai
dengan pengalamannya, dapat dilakukan secara perorangan maupun secara
kelompok. Kemudian setiap siswa atau kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya di depan siswa atau kelompok lain dan siswa atau kelompok lain
memberi tanggapan terhadap hasil kerja siswa atau kelompok penyaji. Guru
mengamati jalannya diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil
mengarahkan siswa untuk mendapatkan strategi terbaik serta menemukan
aturan atau prinsip yang bersifat lebih umum.
4.
Penutup
Setelah mencapai kesepakatan tentang strategi terbaik melalui diskusi
kelas, siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu. Pada akhir
pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk
matematika formal.
13
: Pecahan Senilai
Kegiatan pembelajaran
a) Guru menghubungkan pelajaran dengan materi sebelumnya,
memotivasi/mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan meminta
siswa untuk duduk sesuai kelompoknya
b) Guru meminta siswa untuk membaca masalah kontekstual
Contoh masalah kontekstual:
Enaknya makan coklat! Di atas meja ada 2 buah coklat yang sama
besar (seperti pada gambar)
Jika kamu ingin makan coklat sama banyaknya dengan yang dimakan
Ani, Berapa bagian coklat yang harus kamu ambil?
c) Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum
memahami soal.
14
meminta
siswa
untuk
mendiskusikan/membandingkan
15
2.
Peserta didik terlibat langsung dalam proses doing math sehingga mereka
tidak takut belajar matematika.
3.
4.
5.
16
6.
7.
8.
Karena sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu maka peserta didik
masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawabannya.
2.
Membutuhkan waktu yang lama terutama bagi peserta didik yang lemah.
3.
4.
Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu.
Bila Asep Jihad memaparkan kelebihan dan kelemahan RME, Warli
2.
Pemilihan alat peraga harus lebih cermat dan disesuaikan dengan materi
yang sedang dipelajari.
3.
Siswa yang lebih cepat dalam menyelesaikan soal atau masalah kontekstual
dapat diminta untuk menyelesaikan soal-soal lain dengan tingkat kesulitan
yang sama bahkan lebih sulit.
4.
Guru harus lebih cermat dan kreatif dalam membuat soal atau masalah
realistik.
17
dan
Implementasi
Realistic
Mathematics
Education
dalam
Pembelajaran Matematika
Tabel 1
Sintak Implementasi Matematika Realistik
Aktivitas Guru
Guru memberikan
kontekstual.
Aktivitas Siswa
masalah Siswa secara sendiri atau kelompok
kecil mengerjakan masalah dengan
strategi-strategi informal.
Guru merespon secara positif jawaban Siswa memikirkan strategi yang paling
siswa. Siswa diberikan kesempatan efektif.
untuk memikirkan strategi siswa yang
paling efektif
Guru mengarahkan siswa pada Siswa secara sendiri-sendiri atau
beberapa masalah kontekstual dan berkelompok menyelesaikan masalah
selanjutnya
meminta
siswa tersebut.
mengerjakan
masalah
dengan
menggunakan pengalaman mereka.
Guru menngelilingi siswa sambil Beberapa siswa mengerjakan di papan
memberikan bantuan seperlunya.
tulis. Melalui diskusi kelas, jawaban
siswa dikonfrontasikan.
Guru mengenalkan istilah konsep.
Siswa merumuskan bentuk matematika
formal.
Guru memberikan tugas di rumah, Siswa mengerjakan tugas rumah dan
yaitu mengerjakan soal atau membuat menyerahkannya kepada guru.
masalah cerita serta jawabannya yang
sesuai dengan matematika formal.
siswa
18
Guru Pasif
Guru pasif memulai pembelajaran perkalian bilangan yang hasilnya bilangan
dua angka sebagai berikut.
a.
Langkah 1
Guru menuliskan kalimat penjumlahan di papan tulis, contoh:
4+4+4 = ... .
Guru menanyakan pada siswa: Berapa kali bilangan 4 dituliskan?
Jawaban siswa: 3 kali. Guru kemudian akan melanjutkan: Jadi
penjumlahan tersebut dapat ditulis dalam kalimat perkalian: 34, jadi
34 = 4+4+4=12. Selanjutnya guru menuliskan kembali di papan tulis
bentuk penjumlahan berulang dan bertanya pada siswa:
4+4+4+4 = ... , dapatkah kalian menuliskan bentuk penjumlahan ini
sebagai bentuk perkalian?.
Kalau tidak ada siswa yang dapat menjawab guru kembali menanyakan
pada siswa: Berapa kali bilangan 4 dituliskan?. Maka siswa akan
menjawab 4, guru melanjutkan dengan memberi pernyataan: Kalau
begitu dapat ditulis 44, artinya 44 = 4+4+4+4 = 16.
b. Langkah 2
Guru memberikan beberapa soal pada siswa untuk menuliskan
penjumlahan berulang kedalam bentuk perkalian
2.
Guru Aktif
Guru aktif memulai pembelajaran perkalian bilangan yang hasilnya
bilangan dua angka dengan menggunakan alat peraga, seperti manik-manik,
sedotan minuman, lidi, atau kartu bergambar seperti contoh berikut.
19
a.
Langkah 1
Guru menunjukkan alat peraga yang digunakan, contoh kartu bergambar
seperti berikut.
Pada kegiatan
di
atas
Langkah 3
Guru memberikan beberapa soal pada siswa untuk menuliskan
penjumlahan berulang ke dalam bentuk perkalian
20
3.
Guru Realistik
Guru realistik memulai pembelajaran perkalian bilangan yang hasilnya
bilangan dua angka dengan menggunakan permasalahan sehari-hari yang
dikenal siswa atau permasalahan kontekstual, seperti contoh berikut.
a.
Langkah 1
Guru menanyakan pada siswa: apakah siswa sudah pernah
melihat sapi?, jika siswa menjawab sudah, maka guru menanyakan
pada siswa: berapa kaki yang dimiliki sapi?, maka jawaban siswa
adalah sapi memiliki empat buah kaki. Selanjutnya guru memberikan
permasalahan yang harus diselesaikan siswa secara berkelompok, yaitu:
Ada berapa banyaknya kaki yang ada atau dimiliki pada lima ekor
sapi?
b. Langkah 2
Guru menyiapkan beberapa alat peraga, seperti manik-manik,
sedotan minuman, lidi, atau kartu bergambar dan sebagainya untuk
membantu siswa menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri. Guru
meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan jawaban dengan
memberikan alasan diperolehnya jawaban dengan mengkomunikasikan
dengan siswa yang lain.
21
Alternatif 1
Siswa membilang satu persatu kaki yang dimiliki empat ekor sapi,
diperagakan dengan menggunakan lidi, sedotan minuman, manik-manik,
kartu bergambar atau yang alat peraga yang lain. Peragaan yang
dilakukan siswa ini merupakan kegiatan semi abstrak seperti contoh
berikut.
Alternatif 2
Ada kemungkinan siswa menjawabnya dengan menggunakan garis
bilangan seperti berikut.
Alternatif 3
Ada kemungkinan siswa menyelesaikannya dengan
4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 5 4 =20
Jawaban siswa ini merupakan jawaban formal yang merupakan definisi
matematika
c.
Langkah 3
Guru harus dapat menyikapi jawaban siswa yang salah maupun
yang benar. Apabila jawaban siswa salah guru tidak boleh langsung
menyalahkan tetapi harus melihat alasan jawaban dari siswa, baru dari
jawaban ini siswa diarahkan atau dibimbing atau dimotivasi kepada
jawaban yang benar. Untuk alternatif semua jawaban yang benar seperti
contoh di atas maka guru membenarkan semua jawaban, kemudian guru
22
Langkah 4
Bertitik tolak dari jawaban siswa (jawaban alternatif 1, 2 dan 3), guru
mengajak siswa bagaimana mengubah bentuk penjumlahan berulang ke dalam
bentuk perkalian seperti contoh seperti berikut ini. Formal 4 + 4 + 4 + 4 + 4 =
5 x 4 =20
d.
Langkah 5
Guru dapat memberikan latihan atau soal-soal pada siswa berkaitan
dengan mengubah bentuk penjumlahan berulang ke dalam bentuk perkalian
atau sebaliknya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau sudut pandang terhadap
proses pembelajaran melalui cara-cara yang ditempuh guru agar konsep yang
disajikan bisa beradaptasi dengan peserta didik guna untuk mempermudah
pemahaman atas materi pelajaran yang diberikan. Sedangkan pendekatan RME
adalah metode atau cara yang ditempuh guru dalam pembelajaran matematika
yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman sebagai titik
tolak untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Freudenthal ada tiga unsur prinsip utama dalam pembelajaran
RME yaitu: guided reinvention and progresive mathematizing (penemuan
kembali terbimbing dan pematematikaan progresif), didactical phenomenology,
serta self developed models. Sedangkan menurut Gravemeijer dalam
Yosmarniati dkk, pendekatan RME memiliki tiga prinsip, yaitu: Penemuan
(kembali) secara terbimbing (guided reinvention), Fenomena didaktik (didactical
phenomenology) dan Permodelan (emerging models).
Terdapat lima karakteristik RME yaitu: phenomenological exploration or
the use of contexts, the use of models or bridging by vertical instruments, the use
of students own productions and constructions or students contribution, the
interactive character of the teaching process or interactivity dan the intertwining
of various learning strands.
Secara umum langkah-langkah pembelajaran matematika realistik yaitu
persiapan, pembukaan, proses pembelajaran dan penutup. Berdasarkan beberapa
pendapat yang telah dikemukakan para ahli, dapat diketahui bahwa RME
memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan tersebut hendaknya
menjadi hal yang harus dipertahankan dan dikembangkan, sedangkan
kelemahannya harus diminimalisir. Terdapat beberapa cara untuk dapat
23
24
B. Saran
Demikianlah penyusunan makalah ini, kami sadar bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan
kemampuan kami atau kurangnya referensi. Maka dari itu kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan
makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini berguna bagi para pembacanya
dan bisa menambah ilmu pengetahuan kita semua. Amin
DAFTAR PUSTAKA
Erman Suherman. 2001.Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Fadillah, Syarifah. 2006. Pengenalan Pembelajaran Matematika Realistik dan Contoh
Penerapannya Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan (Nomor
2). Hlm. 344-355.
Muliyardi. 2002.Strategi Pembelajaran Matematika. Padang: FMIPA UNP.
Nila Kesumawati. 2009.Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pendidikan Matematika
Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa Kelas IX SMP, dalam Jurnal Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran
Matematika Sekolah.ISBN: 978-979-16353-4-9.FKIP Universitas PGRI
Palembang.
Romadloni Syukron. 2009. Keefektifan Model Realistic Mathematics Education
(Rme) Dengan Pendekatan Problem Posing Pada Pembelajaran Matematika
Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Balok Kelas Viii Smp Negeri 2
Tanggungharjo Tahun Pelajaran 2009/2010, dalam Skripsi Jurusan
Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Sunadi. 2014.Pembelajaran Matematik Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematik Siswa, dalam Jurnal Pendidikan Matematika.Volume 1.
Tahun. ISSN 2355-0473. STKIP Siliwangi Bandung.
Somakim, Peran Konteks Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Matematik Siswa (Tinjauan Pengembangan Konteks Kesebangunan Berbasis
Matematika Realistik), dalam Jurnal Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran
Matematika Sekolah, ISBN : 978-979-16353-4-9, FMIPA Universitas Negeri
Yogyakara, 2009, h.322.
Wahyudin. 2008. Pembelajaran & Model-Model Pembelajaran. Bandung: UPI
Bandung.
Yosmarniati, Edwin Musdi dan Yusmet Rizal. 2012.Upaya Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa melalui Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik, dalam Jurnal Pendidikan Matematika.Part 3. Vol 1. No
1. FMIPA UNP.
Zulkardi. 2002. Developing a Learning Environment on Realistic Mathamatics
Education for Indonesian Student Teachers. Ph.D Thesis University of Twente,
Enschede, the Netherlands.