Anda di halaman 1dari 35

Tugas Kelompok

Bidang Ilmu dan Kajian Dasar-dasar Ilmu


Pendidikan
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan
Landasan Ilmu Pendidikan

Oleh:
Kelompok 1
1 Arifa Rahmi

(15205061)

2 Siti Zulaika

(15205079)

3 Sri Mardona Noferita

(15205052)

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Nurhizrah Gistituati, M.E.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sejalan
dengan dinamika bangsa yang terus mencari bentuk yang lebih
baik demi menghasilkan generasi cerdas dan budiman, maka
penulis membuat makalah ini yang berjudul Bidang Ilmu dan
Kajian Dasar-dasar Ilmu Pendidikan dengan baik. Untuk
memenuhi tugas perkuliahan Landasan Ilmu Pendidikan.
Penulis berharap agar semua orang dapat memperoleh
berbagai informasi yang berguna untuk pembaca dari karya tulis
ini. Namun, walaupun demikian penulis juga percaya bahwa tidak
ada gading yang tak retak, untuk itu kritikan dan saran maupun
sumbangsih pikiran yang sifatnya constructive dari pembaca
akan penulis terima dengan senang hati. Demi kesempurnaan
makalah ini dan untuk perbaikan makalah yang akan datang.
Akhir

kata,

penulis

mengucapkan

terima

kasih

atas

dukungan, bantuan dan bimbingan yang telah diberikan oleh


Ibuk Prof. Dr. Nurhizrah Gistituati, M.E. selaku dosen pembimbing
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini,
serta rekan-rekan yang ikut membantu terselesainya makalah ini.

Padang,
2016

Agustus

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................ii
BAB I.................................................PENDAHULUAN
.........................................................................1
A Latar Belakang...........................................................1
B Rumusan Masalah......................................................1
C Tujuan Penulisan........................................................2
BAB II.................................................PEMBAHASAN
.........................................................................3
A Bidang Ilmu................................................................3
B Kajian Dasar-dasar Ilmu Pendidikan............................
BAB III.......................................................PENUTUP
.........................................................................
A Kesimpulan.................................................................
B Saran..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang
sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya.
Dasar

pendidikan

Pendidikan

adalah

bertujuan

keseimbangan,

kesatuan,

cita-cita

kemanusiaan

mempersiapkan
organis,

universal.

pribadi

harmonis,

dalam

dinamis

guna

mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Berdasarkan undangundang

sistem

menyatakan
terencana

pendidikan

bahwa

untuk

nasional

pendidikan

No.

adalah

mewujudkan suasana

20

tahun

usaha

sadar

2003
dan

belajar dan proses

pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi


dirinya

untuk

memiliki

kekuatan

spiritual/keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta


keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Peningkatan mutu pendidikan dirasakan sebagai suatu
kebutuhan bangsa yang ingin maju. Dengan keyakinan bahwa
pendidikan yang bermutu

dapat menunjang

pembangunan

disegala bidang. Oleh sebab itu perlu adanya pemahaman


tentang dasar tentang ilmu pendidikan dan tujuan pendidikan

secara

mendalam.

sistematik

selalu

Pendidikan
bertolak

sebagai

dari

usaha

sejumlah

sadar

yang

landasan

serta

mengindahkan sejumlah landasan dan asas-asas tertentu. Tidak


hanya harus memahami dasar dan tujuan dari pendidikan tetapi
juga

harus

memahami

sejumlah

landasan

dan

asas-asas

pendidikan. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena


pendidikan merupakan pilar utama terhadap pengembangan
manusia dari suatu bangsa tertentu. Beberapa diantara landasan
pendidikan tersebut adalah landasan filosofi, sosiologis, dan
cultural,

yang

sangat

memegang

peranan

penting

dalam

menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan


teknologi akan mendorong pendidikan itu dimasa depan. Untuk
lebih memahami tentang ilmu dan ilmu pendidikan tersebut,
maka dalam makalah ini penulis akan menjelaskan materi yang
berjudul bidang ilmu dan kajian dasar-dasar ilmu pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1 Bagaimana kajian dari bidang ilmu?
2 Bagaimana kajian dasar-dasar ilmu pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1 Untuk mengetahui kajian dari bidang ilmu.
2 Untuk mengetahui kajian dasar-dasar ilmu pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Bidang Ilmu
1. Pengertian ilmu
Dalam bahasa Inggris science (ilmu) dan bahasa latin
scientia atau scire sama dengan to know atau to learn
(Supardi, 2009:12). Ada pula kata ilmu dalam bahasa Arab ilm
yang berarti memahami, mengerti atau mengetahui. Dengan
kata

lain

ilmu

digunakan

sebagai

alat

atau

cara

untuk

mendapatkan, memahami atau mengetahui sesuatu. Definisi dari


ilmu berdasarkan KBBI adalah pengetahuan yang disusun secara
sistematis menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu. Marczyk mengemukakan

definisi

ilmu

sebagai

suatu

pendekatan

metodologis

dan

sistematik untuk memperoleh pengetahuan baru. Sprinthall


mendefinisikan ilmu sebagai suatu pengetahuan yang teorganisir
dan

sekumpulan

teknik

sistematik

untuk

memperoleh

pengetahuan ilmiah. Definisi ini memberikan penegasan bahwa


ilmu merupakan pengetahuan yang bersifat sistematik dan tidak
dapat dipisahkan dari metode ilmiah sebagai teknik untuk
memperoleh pengetahuan ilmiah.
Pengertian ilmu bermakna ganda yang mencakup atas
segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai satu
kebulatan,

menunjuk

kepada

masing-masing

bidang

pengetahuan ilmiah yang mempelajari suatu pokok soal tertentu


dan pengetahuan sistematis mengenai dunia fisik atau material.
Dari segi maknanya ilmu terdiri atas pengetahuan, aktivitas dan
metode. Ketiga makna tersebut merupakan kesatuan logis yang
mesti ada secara berurutan. Ilmu harus diusahakan dengan
aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan
metode tertentu dan akhirnya aktivitas metodis itu menghasilkan
pengetahuan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah
rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif sehingga
menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai
gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan atau individu untuk
tujuan

mencapai

kebenaran,

memperoleh

pemahaman,

memberikan penjelasan ataupun melakukan penerapan dengan


berbagai metode prosedur dan langkah-langkah tertentu.
2. Syarat-syarat ilmu
Ilmu

bukan

sekumpulan

sekadar

pengetahuan

pengetahuan,
berdasarkan

tetapi

merangkum

teori-teori

yang

disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat

metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Berbeda dari


sekadar pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus
tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Sifat ilmiah
sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh oleh paradigma
ilmu-ilmu

alam

yang

terlebih

dahulu

ada

(https://id.wikipedia.org).
Persyaratan ilmu tersebut antara lain objektif; ilmu harus
memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah
yang sama sifat hakikatnya. Objeknya dapat bersifat ada atau
mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam
mengkaji objek yang dicari adalah kebenaran yang mencakup
wahyu ilahi, intuisi, ratio/akal sehat, pengalaman serta teori dan
pengalaman.

Metodis;

upaya-upaya

yang

dilakukan

untuk

meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam


mencari kebenaran. Secara umum metodis berarti metode
tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode
ilmiah.
Sistematis; untuk mengetahui dan menjelaskan suatu objek
ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur
dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara
utuh, menyeluruh, terpadu dan mampu menjelaskan rangkaian
sebab

akibat

menyangkut

objeknya.

Kemudian

universal;

kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang


bersifat umum (tidak bersifat tertentu).
3. Peran Ilmu
a. Ilmu sebagai pengetahuan sistematis
Ilmu berarti proses dan prosedur yang berupa pengetahuan
ilmiah (scientific knowledge). Secara sederhana pengetahuan
pada dasarnya merupakan keseluruhan keterangan dan ide
dalam suatu pernyataan-pernyataan yang dibuat mengenai
suatu gejala/peristiwa baik yang bersifat alamiah, sosial ataupun

perseorangan.

Bertrand

Russell

membedakan

pengetahuan

manusia dalam dua jenis yaitu pengetahuan mengenai faktafakta

(knowledge

of

facts)

dan

pengetahuan

mengenai

hubungan-hubungan umum diantara fakta-fakta (knowledge of


the general connections between facts) (Supardi, 2009:18).
Pengetahuan ilmiah mempunyai lima ciri-ciri pokok yaitu
empiris, sistematis, objektif, analitis dan verifikatif. Ciri empiris
dari ilmu mengandung pengertian bahwa pengetahuan yang
diperoleh

berdasarkan

pengamatan

atau

percobaan.

Ciri

sitematis berarti berbagai keterangan dan data yang tersusun


sebagai kumpulan pengetahuan yang mempunyai hubunganhubungan ketergantungan dan teratur. Ciri objektif berarti bebas
dari prasangka perseorangan. Ciri analitis berarti pengetahuan
ilmiah itu berusaha membedakan pokok soalnya ke dalam bagian
yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan dan
peranan dari bagian itu. Kemudian ciri verifikatif berarti ilmu
senantiasa mengarah pada tercapainya kebenaran.
b. Ilmu sebagai aktivitas
Ilmu secara nyata dan khas dari suatu kegiatan manusiawi
yakni

perbuatan

melakukan

sesuatu

yang

dilakukan

oleh

manusia. Ilmu dari sifatnya merupakan serangkaian aktivitas


yang menyertai tindakan. Serangkaian aktivitas tersebut dapat
dikatakan sebagai ilmu ketika diterapkan dengan prinsip dasar
rasional, kognitif dan teleologis (Supardi, 2009:15).
Rasionalitas dari serangkaian aktivitas menyatakan bahwa
setiap tindakan akan disertai penalaran logis. Dengan kata lain
setiap aktivitas mendapatkan telaah sesuai kaidah-kaidah yang
dianggap masuk akal pada umumnya. Rasional juga berarti
norma-norma yang sudah baku di dalam masyarakat dan telah
menjadi suatu hal yang biasa dan permanen. Ilmu yang bersifat

kognitif dapat dijabarkan sebagai aktivitas yang melakukan


operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada
kenyataan.

Kognitif

pemahaman,
penalaran

yang

bertalian

pengenalan,

dan

tanggung

dengan

penerapan,
jawab

pengetahuan,

pengkonsepsian,

memperjelas

kompleksitas

rangkaian aktivitas pengetahuan tentang suatu hal. Kemudian


teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan
segala

kejadian

merupakan

menuju

sebuah

pada

studi

tujuan

tentang

tertentu.

Teleologi

gejala-gejala

yang

memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud,


kecenderungan, sasaran, arah dan bagaimana hal-hal ini dicapai
dalam suatu proses perkembangan.
c. Ilmu sebagai metode ilmiah
Rangkaian cara dan langkah ini dalam dunia keilmuan
disebut metode. Untuk menegaskan bidang keilmuan itu sering
kali dipakai istilah metode ilmiah (scientific method). Metode
ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbagai tindakan
pikiran,

pola

memperoleh

kerja,

tata

langkah

pengetahuan

baru

dan
atau

cara

teknis

untuk

memperkembangkan

pengetahuan yang ada. Prosedur yang merupakan metode ilmiah


meliputi

pengamatan,

percobaan,

analisis,

deskripsi,

penggolongan, pengukuran, perbandingan dan survei. Dengan


demikian metode ilmiah berkaitan erat dengan logika dan
prosedur-prosedur yang tergolong metode logis termasuk dalam
ruang lingkup metode ilmiah.
Sheldon J. Lachman mengurai metode ilmiah menjadi 6
langkah

dalam

perancangan,
pengembangan

perumusan
pengumpulan
generalisasi

dugaan
data,
dan

yaitu

penyelidikan,

penggolongan
pemeriksaan

data,

kebenaran

terhadap hasil (https://afidburhanuddin.files.wordpress.com/).

Dengan demikian metode ilmiah merupakan prosedur yang


mewujudkan pola-pola dan tata langkah dalam pelaksanaan
sesuatu penelitian ilmiah. Pola dan tata langkah prosedural
melibatkan berbagai konsep dalam metode ilmiah. Konsep
adalah ide umum yang mewakili sesuatu himpunan hal yang
biasanya dibedakan dari pencerapan atau persepsi mengenai
suatu hal khusus satu per satu. Sedangkan metode ilmiah adalah
berbagai prosedur yang mewujudkan pola-pola dan tata langkah
dalam pelaksanaan sesuatu penelitian ilmiah. Pola dan tata
langkah prosedural itu dilaksanakan dengan cara operasional dan
teknis yang lebih terinci.
4. Dimensi ilmu
Dari sudut dimensinya ilmu merupakan suatu analisis dari
sudut tinjauan khusus yang bercorak eksternal. Dimensi ilmu
tersebut terkait atas cabang ilmu, pengetahuan reflektif-abstrak
dan aspek realitas. Penelaahan ilmu berasal dari berbagai
cabang ilmu-ilmu yaitu:
a. Dimensi

ekonomik;

ilmu

ekonomi

melahirkan

dimensi

ekonomik yang membahas ilmu sebagai suatu kegiatan


produktif

dalam

mempertahankan

produksi.
b. Dimensi linguistik;

tinjauan

dan

linguistik

mengembangkan
memandang

ilmu

sebagai suatu bahasa.


c. Dimensi matematis; dimensi ini menekankan segi kuantitatif
dan proses kuantifikasi dalam ilmu.
d. Dimensi politik; tinjauan ilmu politik membahas ilmu dari
sudut pandang pemerintahan atau sebagai faktor kekuasaan
negara.
e. Dimensi psikologi; perspektif psikologi melahirkan dimensi
psikologis dari ilmu. C.H. Waddington berpendapat bahwa
ilmu terkait suatu kumpulan suatu sikap terhadap dunia.

f. Dimensi sosiologis; perspektif ilmu ini dianggap sebagai


sebuah social institution, sebagai suatu suatu social activity
atau

suatu

jaringan

kebiasaan

dan

peranan

yang

menghimpun, menguji dan menyebarkan pengetahuan.


Ada dua dimensi yang bersifat reflektif, abstrak dan formal
sejalan dengan bidang pengetahuan yaitu dimensi filsafati dan
dimensi logis. Dari sudut tinjauan filsafat, ilmu dapat dipandang
sebagai pandangan dunia (world view) atau nilai manusiawi
(human value). Tinjauan dari sudut logika dapat membahas
internal

consistency

pada

proposisi-proposisi

ilmu

atau

menekankan hampiran formal. Selanjutnya dimensi ilmu yang


berhubungan dengan aspek realita yaitu:
a. Dimensi

kebudayaan

(cultural

dimension);

kebudayaan

merupakan salah satu segi dari kehidupan manusia.


b. Dimensi sejarah (historical dimension); dari segi sejarah ilmu
sebagai suatu bagian dari proses historis secara keseluruhan
yang berlangsung pada zaman-zaman yang berbeda dan di
tempat-tempat yang berbeda.
c. Dimensi kemanusiaan (humanistic dimension); ilmu sebagai
pengalaman

yang

dihayati

sebagai

suatu

faktor

yang

mencetak seluruh kepribadian manusia ilmiah.


d. Dimensi rekreasi (recreational dimension); ilmu ditinjau dari
segi ini sebagai suatu yang menggembirakan atau hiburan
yang menyenangkan.
e. Dimensi sistem (system dimension);
ilmuekonomik
ditinjau sebagai
Dimensi
linguistik
suatu kebulatan sistem yang terdiriDimensi
dari unsur-unsur
dalam
Dimensi matematis
Dimensi politik
Demikian seluruh paparan mengenai
keluasan
dimensi ilmu,
Dimensi
psikologis
Dimensi sosiologis

Cabang ilmu
suatu interaksi.

berikut ini disajikan bagan mengenai dimensi ilmu adalah


Dimensi ilmuPengetahuan reflektif-abstrak Dimensi filsafati
Dimensi logis

sebagai berikut.

Dimensi
Dimensi
Dimensi
Aspek realita
Dimensi
Dimensi
Dimensi
Bagan 1. Dimensi Ilmu

kebudayaan
sejarah
kemanusiaan
rekreasi
sistem
lainnya

5. Struktur ilmu
Ilmu sebagai sekumpulan pengetahuan sistematik terdiri
dari komponen-komponen yang berkaitan atau dikoordinasikan
agar dapat menjadi dasar teoritis atau memberikan penjelasan.
Setiap cabang ilmu mempunyai objek sebenarnya (poper object)
yang dapat dibedakan menjadi objek material dan objek formal.
objek material adalah fenomena di dunia yang ditelaah oleh ilmu,
sedangkan

objek

penelaahan

formal

ilmuwan

pengelompokkan

yang

adalah

pusat

perhatian

terhadap

fenomena

sistematik

dapat

itu.

dalam
Suatu

mengelompokkan

segenap objek material pengetahuan ilmiah menjadi enam jenis


yaitu ide abstrak, benda fisik, jasad hidup, gejala rohani,
peristiwa sosial dan proses tanda.
Kumpulan pernyataan yang memuat pengetahuan ilmiah
dapat mempunyai empat bentuk yaitu:
a. Deskripsi;

merupakan

kumpulan

penyataan

deskriptif

mengenai bentuk, susunan, peranan dan hal-hal secara


terperinci.
b. Preskripsi;
dengan

merupakan

memberikan

kumpulan

pernyataan

petunjuk-petunjuk

ketentuan mengenai suatu objek.

atau

preskriptif
ketentuan-

c.

Eksposisi

pola;

bentuk

ini

merangkum

pernyataan-

pernyataan yang memaparkan pola-pola dalam sekumpulan


sifat, ciri, kecendrungan atau proses lain dari fenomena yang
ditelaah.
d. Rekonstruksi historis; bentuk ini merangkum pernyataanpernyataan

yang

berusaha

menggambarkan

atau

menceritakan dengan penjelasan atau alasan yang perlukan


pada masa lampau.
Berbagai keterangan mengenai objek sebenarnya yang
dimuat dalam pernyataan-pernyataan, petunjuk-petunjuk atau
ketentuan-ketentuan. Selain empat bentuk pernyataan tersebut
terdapat

pula

proporsisi-proporsisi

yang

dapat

dibedakan

menjadi tiga ragam sebagai asas, kaidah dan teori.


a. Asas ilmiah; merupakan sebuah proporsisi yang mengandung
kebenaran umum berdasarkan fakta-fakta yang telah diamati.
b. Kaidah ilmiah; merupakan suatu proporsisi yang mengungkap
hubungan tertib yang dapat diperiksa kebenarannya diantara
fenomena.
c. Teori ilmiah; merupakan sekumpulan proporsisi yang saling
berkaitan secara logis untuk memberi penjelasan mengenai
sejumlah fenomena.
Selanjutnya

kaidah

ilmiah

harus

dilengkapi

dengan

beberapa ciri-ciri pokok yaitu sistematis, keumuman, rasionalitas,


objektivitas,

verifiabilitas

dan

komunalitas.

Keumuman

(generality) merujuk pada kualitas pengetahuan ilmiah untuk


merangkum fenomena yang semakin luas dengan penentuan
konsep-konsep yang paling umum. Ciri rasionalitas berarti ilmu
sebagai pengetahuan ilmiah bersumber pada pemikiran rasional
yang

mematuhi

kaidah-kaidah

logika.

Ciri

objektivitas

menekankan ilmu sebagai pengetahuan yang bersifat antar


perseorangan (interpersonal knowledge). Ciri verifiabilitas berarti

pengetahuan

ilmiah

harus

dapat

diperiksa

kebenarannya,

diselidiki kembali atau diuji ulang oleh setiap anggota lainnya


dari

masyarakat

ilmuan.

Terakhir

ciri

komunalitas

berarti

menitikberatkan ilmu sebagai pengetahuan yang menjadi milik


umum (public knowledge).
Demikian seluruh paparan mengenai keluasan struktur ilmu,
berikut ini disajikan bagan mengenai struktur pengetahuan
ilmiah adalah sebagai berikut.

Objek material

Ide abstrak
Benda fisis
Jasad hidup
Gejala rohani
Peristiwa sosial
Proses tanda

Objek formal

Pusat perhatian

Objek sebenarnya

Deskripsi
Bentuk pernyataan Preskripsi
Eksposisi pola
Rekonstruksi historis

Pengetahuan ilmiah

Ragam proporsisi

Ciri pokok

Pembagian sistematis

Asas ilmiah
Kaidah ilmiah
Teori ilmiah
Sistematis
Keumuman
Rasionalitas
Objektivitas
Verifiabilitas
Komunalitas

Bagan 2. Struktur Pengetahuan Ilmiah

6. Dasar-dasar ilmu

Kajian ilmu atas dasar-dasar ilmu yaitu secara ontologi,


epistimologi

dan

aksiologi

(http://afidburhanuddin.wordpress.com).
a. Ontologi
Menurut bahasa ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu
on/ontos = being atau ada dan logos = logic atau ilmu. Artinya
teori tentang keberadaan atau ilmu tentang yang ada. Pengertian
menurut istilah ontologi adalah ilmu yang membahas tentang
hakikat yang ada, sesuatu yang merupakan ultimate reality yang
berbentuk jasmani/kongkret maupun rohani/abstrak. Ontologi
merupakan

cabang

dari

metafisika

yang

membicarakan

eksistensi dan ragam-ragam dari suatu kenyataan. Landasan


ontologi membicarakan tentang objek/hakikat yang ditelaah
ilmu, sehingga difersifikasi/penggolongan ilmu terjadi atas dasar
spesifikasi objek telaahannya, maka tiap disiplin ilmu mempunyai
landasan ontologi yang berbeda. Adapun aspek-aspek ontologi
ilmu yaitu:
1) Metodis (menggunakan cara ilmiah)
2) Sistematis (saling berkaitan satu dengan yang lain secara
teratur)
3) Koheren (unsurunsurnya tidak boleh mengandung uraian
yang bertentangan)
4) Rasional (berdasar pada kaidah berpikir yang benar/logis)
5) Komprehensif (melihat objek tidak hanya dari sudut pandang
tapi multidimensional/holistik (keseluruhan))
6) Radikal (diuraikan sampai akar persoalannya)
7) Universal (muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang
berlaku

dimana

saja).

(http://afidburhanuddin.wordpress.com).
Pengkajian objek yang dilakukan ilmuwan tidak boleh
melakukan upaya yang bersifat mengubah kodrat manusia,
merendahkan martabat manusia dan mencampuri permasalahan

kehidupan. Secara ontologi, tanggung jawab ilmuan membatasi


lingkup penelahaan keilmuannya hanya pada daerah yang
berada dalam jangkauan pengalaman manusia.
b. Epistimologi
Menurut bahasa epistimologi berasal dari bahasa Yunani
yaitu episteme = pengetahuan dan logos = logic atau ilmu.
Artinya ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan cara
memperolehnya. Pengertian menurut istilah epistimologi adalah
ilmu yang membahas tentang hakikat dan proses usaha yang
sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran
yang terdapat pada suatu objek.
Menurut

Syam

epistemologi
sumber,

ialah

proses,

(1988:32)

suatu
syarat,

cabang
batas,

mengemukakan
filsafat

yang

validitas

bahwa

membahas

dan

hakekat

pengetahuan.. Sementara itu, Azyumardi Azra menambahkan


bahwa epistemologi sebagai ilmu yang membahas tentang
keaslian,

pengertian,

pengetahuan.
mendalam

struktur,

Landasan

segenap

metode

epistimologi

proses

dalam

dan

validitas

membahas
usaha

ilmu

secara

memperoleh

pengetahuan dan cara yang digunakan sehingga diperoleh ilmu


tersebut.
c. Aksiologis
Menurut bahasa aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu
axios = layak/pantas dan logos = logic atau ilmu. Artinya ilmu
yang membahas tentang nilai. Menurut Syam (1988:34) axiologi
merupakan suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value).
Brameld membedakan tiga bagian di dalam aksiologi, yaitu
sebagai berikut:
1) Moral conduct (tindak moral); bidang ini melahirkan disiplin
khusus yakni ethica (etika)..

2) Esthetic

expression

(ekspresi

keindahan);

melahirkan esthetika atau estetika


3) Socio-political life (kehidupan sosio-politik);

bidang

ini

bidang

ini

melahirkan ilmu filsafat sosio-politik.


Sedangkan Suriasumantri mengartikan aksiologi sebagai
teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang diperoleh. Aksiologi berkaitan dengan kegunaan dari suatu
ilmu, hakekat ilmu sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang
didapat dan berguna untuk kita dalam menjelaskan, meramalkan
dan menganalisa gejala-gejala alam. Dengan kata lain aksiologi
merupakan

ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang

sebenarnya

dari

pengetahuan.

Landasan

aksiologis

membicarakan orientasi atau nilai sebuah kehidupan kemudian


melahirkan teori etika dan estetika.
B. Kajian Dasar-dasar Ilmu Pendidikan
1. Pengertian pendidikan
Pendidikan menurut pengertian Yunani adalah pedagogik
yaitu

ilmu

pendidikan

menuntun
sebagai

anak,

orang

educare

Romawi

yaitu

memandang

mengeluarkan

dan

menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa


dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai
erzichung yaitu membangkitkan kekuatan terpendam atau
mengaktifkan kekuatan/potensi anak (Sofyan Tsauri). Dalam
kamus besar bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata
dasar didik (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan
(ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Dengan

kata

lain

pendidikan

adalah

upaya

menuntun,

membangkitkan dengan cara memelihara dan memberi latihan


demi

merealisasikan

kecerdasan pikiran.

potensi

anak

mengenai

akhlak

dan

Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya


untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar
dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak
yang

selaras

dengan

alam

dan

masyarakatnya

(Achmad,

2005:7). Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pendidikan


adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses
mengembangkan

pembelajaran agar siswa

potensi

dirinya

untuk

secara aktif

memiliki

kekuatan

spititual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,


akhlak

mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.


Selanjutnya

Prof.

Lodge

dalam

Ahmadi

(2014:31)

menyatakan bahwa pendidikan dalam pengertian luas berarti


semua pengalaman. Pendidikan dalam arti luas pada dasarnya
mencakup seluruh peristiwa pendidikan mulai dari peristiwa
pendidikan yang dirancang terprogram secara alami. Dalam
pengertian

lebih

sempit,

pendidikan

dibatasi

pada

fungsi

tertentu. Artinya pendidikan tidak berlangsung di manapun


dalam lingkungan hidup, tetapi di tempat tertentu yang telah
ditentukan dan direkayasa untuk berlangsungnya pendidikan.
Sejalan dengan hal itu, Mudyahardjo (2012:3-6) mendefinisikan
pendidikan yaitu:
a. Definisi maha luas
Jika ditinjau dari definisi maha luas maka pendidikan adalah
hidup. Pendidikan merupakan segala pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.
Segala situasi hidup tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan
individu. Karakteristik khusus pendidikan jika ditinjau dari definisi
ini adalah sebagai berikut:

1) Masa pendidikan; pendidikan berlangsung seumur hidup


dalam setiap saat selama ada pengaruh lingkungan.
2) Lingkungan pendidikan; pendidikan berlangsung

dalam

segala lingkungan hidup, baik yang khusus diciptakan untuk


kepentingan

pendidikan

sendirinya.
3) Bentuk kegiatan;

maupun

pendidikan

yang

berbentuk

ada

dengan

segala

macam

pengalaman belajar dalam hidup dan berlangsung dalam


beraneka ragam bentuk, pola, dan lembaga. Pendidikan
dapat terjadi sembarangan, kapan dan di mana pun dalam
hidup yang lebih berorientasi pada siswa.
Tujuan dari pendidikan ditinjau dari definisi maha luas yaitu
pertumbuhan, sebagai pengalaman belajar yang tidak ditentukan
dari luar. Dengan kata lain tujuan pendidikan adalah sama
dengan tujuan hidup.
b. Definisi sempit
Jika ditinjau dari definisi sempit maka pendidikan adalah
sekolah.

Pendidikan

diselenggarakan

di

merupakan
sekolah

sebagai

pengajaran

yang

pendidikan

formal.

Pendidikan berarti segala pengaruh yang diupayakan sekolah


terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar
mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh
terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.
Karakteristik khusus pendidikan jika diinjau dari definisi ini
adalah sebagai berikut:
1) Masa pendidikan; pendidikan berlangsung dalam waktu
terbatas yaitu masa anak dan remaja.
2) Lingkungan pendidikan; pendidikan
lingkungan

pendidikan

yang

berlangsung

diciptakan

khusus

dalam
untuk

menyelenggarakan pendidikan dengan teknis pendidikan


berlangsung di kelas.

3) Bentuk kegiatan; isi pendidikan tersusun secara terprogram


dalam

bentuk

kurikulum.

Kegiatan

pendidikan

lebih

berorientasi pada kegiatan guru sehingga guru mempunyai


peranan yang sentral dan menentukan. Kegiatan pendidikan
terjadwal, tertentu waktu dan tempatnya.
Tujuan dari pendidikan ditinjau dari definisi sempit yaitu
pendidikan ditentukan oleh pihak luar dan terbatas pada
pengembangan

kemampuan-kemampuan

tertentu,

sehingga

tujuan pendidikan adalah mempersiapkan hidup.


c. Definisi alternatif atau luas terbatas
Pendidikan
keluarga,

adalah

masyarakat,

usaha
dan

sadar

yang

pemerintah

dilakukan

melalui

oleh

kegiatan

bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung di sekolah


dan di luar sekolah. Bertujuan untuk mempersiapkan potensi
siswa dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa
yang akan datang. Pengalaman-pengalaman belajar terprogram
dalam bentuk pendidikan formal, non-formal dan informal di
sekolah dan luar sekolah yang berlangsung seumur hidup
Karakteristik khusus pendidikan jika ditinjau dari definisi ini
adalah sebagai berikut:
1) Masa pendidikan; pendidikan berlangsung seumur hidup
dengan

kegiatan-kegiatannya

sembarangan.
2) Lingkungan pendidikan;
lingkungan

pendidikan

menyelenggarakan

tidak

pendidikan
yang

pendidikan

berlangsung

diciptakan
secara

berlangsung

khusus

teknis

dalam
untuk

pendidikan

berlangsung di kelas.
3) Bentuk kegiatan; pendidikan dapat berbentuk pendidikan
formal, pendidikan informal dan pendidikan non-formal.
Kegiatan pendidikan dapat berbentuk bimbingan, pengajaran

dan latihan. Pendidikan berorientasi kepada komunikasi guru


dan siswa dalam berbentuk kegiatan belajar mengajar.
Tujuan dari pendidikan ditinjau dari definisi alternatif atau
luas terbatas yaitu pendidikan merupakan perpaduan tujuantujuan pendidikan yang bersifat pengembangan kemampuankemampuan pribadi secara optimal dengan tujuan-tujuan sosial
yang bersifat manusia
peranannya

sebagai

persekutuan

hidup

seutuhnya
warga

dan

yang dapat memainkan

dalam

kelompok

berbagai
sosial.

Jenis

lingkungan
kegiatan

pendidikan dapat berupa bimbingan, pengajaran dan latihan.


Dengan kata lain pendidikan bersifat menunjang terhadap
pencapaian tujuan-tujuan hidup.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah

usaha

sadar

dan

terencana

untuk

menuntun,

membangkitkan dan mewujudkan suasana belajar dan proses


pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan
sama dengan tujuan hidup yang ditentukan oleh pihak luar dan
terbatas pada pengembangan kemampuan-kemampuan tertentu
seperti

kegiatan

bimbingan,

pengajaran

dan

latihan

demi

pencapaian tujuan-tujuan hidup.


2. Pengertian ilmu Pendidikan
Secara

historis,

pendidikan

jauh

lebih

tua

dari

ilmu

pendidikan, sebab pendidikan telah ada sejak adanya manusia.


Sedangkan ilmu pendidikan baru lahir kira-kira pada abad ke 19.
Sebelumnya ilmu pendidikan, manusia melakukan tindakan
mendidik didasarkan pengalaman, intuisi dan kebijaksanaan.
Kedudukan ilmu pendidikan itu berada di tengah-tengah
ilmu yang lain. Ilmu pendidikan ialah suatu llmu pengetahuan
yang membahas masalah yang berhubungan dengan pendidikan.

Menurut Driyarkara ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah


tentang realitas yang kita sebut pendidikan (mendidik dan di
didik). Pemikiran ilmiah bersifat kritis, metodis dan sistematis
(http://afniatii.blogspot.co.id).

Selanjutnya

S.

Brodjonagoro

menyatakan bahwa ilmu pendidikan adalah teori pendidikan,


perenungan tentang pendidikan. Menurut Imam Bernadib, ilmu
pendidikan adalah ilmu yang membicarakan masalah-masalah
umum pendidikan secara menyeluruh dan abstrak (Muchlisin,
1973:2).

Kemudian

M.J.

Langeveld

menyatakan

bahwa

paedagogiek (ilmu mendidik atau ilmu pendidikan) adalah suatu


ilmu yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui
betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari
pula

betapa

hendaknya

bertindak

(http://rustamalis.blogs.uny.ac.id).
Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat kita simpulkan
bahwa

ilmu

membicarakan

pendidikan

adalah

masalah-masalah

ilmu

pengetahuan

umum

pendidikan

yang
secara

menyeluruh dan abstrak dengan bersifat kritis, metodis dan


sistematis.
3. Syarat ilmu pendidikan sebagai ilmu
Ilmu pengetahuan mempunyai tiga syarat yaitu memiliki
objek studi (objek material dan objek formal), memiliki sistematis
dan memiliki metode. Objek material ilmu pendidikan adalah
perilaku manusia. Yang membedakan suatu ilmu dengan ilmu
lainnya adalah objeknya. Apabila kebetulan objek materialnya
sama, maka yang membedakan satu ilmu dengan ilmu lainnya
adalah objek formalnya. Objek formal adalah objek material yang
disoroti oleh suatu ilmu, atau sudut pandang tertentu yang
menentukan macam ilmu. Secara teoritik sistematika ilmu
pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga segi tinjauan yaitu (1)

melihat

pendidikan

sebagai

gejala

manusiawi;

melihat

pendidikan sebagai upaya sadar dan melihat pendidikan sebagai


gejala manusiawi. Selanjutnya syarat ketiga bagi disiplin ilmu,
yaitu memiliki metode. Metode dalam bahasa Yunani yaitu
methodos artinya cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya
ilmiah maka dapat memahami dan mengembangkan ilmu yang
bersangkutan.

Adapun metode-metode yang dapat dipakai

untuk ilmu pendidikan sebagai berikut:


a. Metode normatif; berkenaan dengan konsep manusia yang
diidealkan yang ingin dicapai oleh pendidikan.
b. Metode eksplanatori; berkenaan dengan pertanyaan tentang
kondisi dan kekuatan apa yang membuat suatu proses
pendidikan berhasil.
c. Metode teknologis; metode ini mempunyai fungsi untuk
mengungkapkan bagaimana melakukannya dalam menuju
keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan yang diinginkan.
d. Metode deskriptif; metode ini mencoba menguraikan
kenyataan

pendidikan

dan

kemudian

mengklasifikasikan

sehingga ditemukan yang hakiki.


e. Metode hermeneutis; metode ini untuk memahami kenyataan
pendidikan yang kongkrit dan historis untuk menjelaskan
makna dan struktur dari kegiatan pendidikan.
f. Metode analisi kritis (filosofis); metode ini menganalisa
secara kritis tentang istilah-istilah, pernyataan-pernyataan,
konsep-konsep dan teori-teori yang ada atau digunakan
dalam pendidikan. Syarat lain bagi disiplin ilmu pendidikan
adalah memiliki evidensi empiris. Ini sesuai dengan sifat ilmu
pendidikan, yaitu teoritis dan praktis.
4. Sifat-sifat ilmu pendidikan
Pendidikan sebagai ilmu bersifat empiris, rohaniah, normatif,
historis, teoritis dan praktis. Ilmu pendidikan bersifat empiris
karena objeknya (fenomena atau situasi pendidikan) dijumpai

dalam dunia pengalaman. Ilmu pendidikan bersifat rohaniah


karena situasi pendidikan berdasar atas tujuan manusia artinya
memandangnya sebagai makhluk susila dan ingin membawanya
kearah manusia susila yang berbudaya. Ilmu pendidikan bersifat
normatif

karena

mendeskripsikan

ilmu
atau

pendidikan

tak

menjelaskan,

ingin

sekedar

melainkan

ingin

memberitahukan perlunya mencapai suatu cita ideal. Ilmu


pendidikan bersifat historis karena memberikan uraian teoritis
tentang sistem-sistem pendidikan sepanjang zaman dengan
mengingat

latar

belakang

kebudayaan

dan

filsafat

yang

berpengaruh pada zaman tertentu. Ilmu pendidikan bersifat


teoritis karena memberikan pemikiran yang tersusun secara
teratur dan logis (sistematis) tentang masalah-masalah dan
ketentuan-ketentuan pendidikan yang langsung ditujukan kepada
perbuatan yang mendidik.
5. Tujuan dan unsur-unsur pendidikan
Ilmu pendidikan bertujuan memberikan informasi atau
keterangan tentang dasar-dasar pendidikan dalam berbagai
situasi

atau

interaksi

pendidikan.

Jalur

dan

jenis

jenjang

pendidikan dapat membekali siswa mencapai kehidupan yang


berbudaya dan mandiri yang lebih baik di masa depannya.
Selanjutnya proses pendidikan melibatkan banyak unsur-unsur
yaitu:
a
b
c
d
e

Subjek yang dibimbing (siswa).


Orang yang membimbing (guru).
Interaksi antara siswa dengan guru (interaksi edukatif).
Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan).
Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi

pendidikan).
f Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode).
g Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan
pendidikan)

Dengan demikian obyek ilmu pendidikan adalah siswa, guru,


materi pendidikan, metode pengajaran, evaluasi pengajaran,
alat-alat pendidikan, lingkungan dan dasar pendidikan.
6. Landasan pendidikan
Berikut ini merupakan jenis-jenis landasan pendidikan adalah
sebagai berikut.
a Landasan filosofis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan
dalam filsafat pendidikan. Landasan ini menyangkut keyakinan
terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai,
hakekat pengetahuan

dan

tentang kehidupan.

Aliran-aliran

filsafat yang kita kenal selama ini adalah sebagai berikut:


1) Esensialisme; merupakan mazhab filsafat yang merapkan
prinsip idealisme dan realisme secara eklektis. Esensialisme
juga menerapkan mazhab pendidikan yang mengutamakan
pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial.
2) Perenialisme;
merupakan
aliran
pendidikan
yang
megutamakan

bahan

ajaran

konstan

(perenial)

yakni

pengetahuan yang benar (truth) , keindahan (beauty), kecinta


kepada kebaikan (goodness).
3) Pragmatisme dan progresivisme; merupakan aliran filsafat
yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis,
di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme
yang menentang pendidikan tradisional.
4) Rekonstruksionisme; merupakan suatu kelanjutan yang logis
dari

cara

berpikir

Rekonstruksionisme

juga

progresif

dalam

menerapkan

pendidikan.

mazhab

filsafat

pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan


sebagai pelopor perubahan masyarakat.
b Landasan sosiologi
Dasar sosiolagis berkenaan dengan

perkembangan,

kebutuhan dan karakteristik masayarakat. Sosiologi pendidikan

merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola


interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang
dipelajari oleh sosiolagi pendidikan meliputi empat bidang:
1) Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain
yang meliputi:
a).
Fungsi pendidikan dalam kebudayaan.
b).
Hubungan sistem pendidikan dan proses kontrol
sosial dan sistem kekuasaan.
c).
Fungsi sistem pendidikan dalam memelihara dan
mendorong proses sosial dan perubahan kebudayaan.
d).
Hubungan pendidikan dengan kelas sosial atau
sistem status.
e).
Fungsionalisasi

sistem

pendidikan

formal

dalam

hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau kelompokkelompok dalam masyarakat.


2) Hubungan kemanusiaan di sekolah yang meliputi:
a). Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan
kebudayaan di luar sekolah.
b). Pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah.
3) Pengaruh
sekolah
pada
perilaku
anggotanya
yang
mempelajari:
a). Peranan sosial guru.
b). Sifat kepribadian guru.
c). Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa.
d). Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak-anak.
4) Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi
antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam
komunitasnya, yang meliputi:
a). Pelukisan tentang komunitas

seperti

tanpak

dalam

pengaruhnya terhadap organisasi sekolah.


b). Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi
pada sistem sosial komunitas kaum tidak terpelajar.
c). Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi
kependidikannya.
d). Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya
dengan organisasi sekolah.

c Landasan kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal
balik,

sebab

kebudayaan

dapat

dilestarikan/dikembangkan

dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi


penerus dengan jalan pendidikan baik secara informal maupun
secara

formal.

Anggota

perubahan-perubahan

masyarakat

yang

sesuai

berusaha

dengan

melakukan

perkembangan

zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai dan


norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usahausaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan.
Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan
transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya
sekolah dan keluarga.
d Landasan psikologis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip belajar dan
perkembangan anak. Pemahaman yang lebih utama terhadap
siswa berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu
kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu hasil kajian dan
penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam
bidang pendidikan. Sebagai implikasinya guru tidak mungkin
memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun
mereka memiliki kesamaan.
e Landasan ilmiah dan teknologis
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa
tenaga pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai
bidang

teknologi

Pendidikan

ke dalam

berkaitan

erat

penyelenggaraan

pendidikan.

dengan

penyaluran

proses

pengetahuanm sehingga haruslah mendapat perhatian yang


proporsional dalam bahan ajaran. Melalui pendidikan akan dapat

mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan


iptek tersebut.
7. Asas-asas Pendidikan
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau
tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam
merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Beberapa asas tersebut akan
diuraikan yaitu sebagai berikut:
a. Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem among
perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian
dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua
semboyan lagi yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun
Karso.

Keadaan

yang

dapat

ditemukan

dalam

berkaitan dengan asas ini antara lain:


1) Peserta didik mendapat kebebasan

pendidikan

dalam

memilih

pendidikan dan keterampilan yang diminati di semua


jalur, jenis dan jenjang pendidikan yang disediakan sesuai
potensi, bakat, dan kemampuan yang dimiliki.
2) Peserta didik mendapat kebebasan memilih pendidikan
kejuruan yang diminati agar mempersiapkan diri untuk
memasuki lapangan kerja dan bidang yang diinginkan.
3) Peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa
mendapat

kesempatan

untuk

memasuki

program

pendidikan dan keterampilan yang diminati sesuai dengan


gaya dan irama belajarnya.
4) Peserta
didik
yang
memiliki
kekurangan

dalam

fisik

dan

keistimewaan
mental

atau

memperoleh

kesempatan untuk memilih pendidikan dan keterampilan


yang sesuai dengan keadaanya.
5) Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan
memperoleh pendidikan keterampilan yang sesuai dengan
kondisi daerahnya.

6) Peserta didik dari keluarga tidak mampu mendapatkan


kesempatan memperoleh pendidikan dan keterampilan
sesuai dengan minat dan kemampuanya dengan bantuan
dan dari pemerintah masyarakat.
b. Asas belajar sepanjang hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut
pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education).
Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan
dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
1) Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan
kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan
kehidupan peserta didik di masa depan.
2) Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
UNESCO Institute for Education menetapkan suatu definisi kerja yakni
pendidikan seumur hidup adalah pendidikan yang harus :
1) Meliputi seluruh hidup setiap individu.
2) Mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan dan
penyempurnaan secara sistematis pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya.
3) Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfilment)
setiap individu.
4) Meningkatkan kemampuan dan motivasi utnuk belajar mandiri.
5) Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin
terjadi, termasuk yang formal, non formal dan informal.
c. Asas kemandirian dalam belajar
Asas ini tidak dapat dipisahkan dari dua asas tut wuri
handayani dan belajar sepanjang hayat. Implikasi dari asas ini
adalah pendidik harus menjalankan peran komunikator, fasiltator
dan organisator. Pendidik dapat menyediakan dan mengatur
berbagai sumber belajar sedemikian rupa sehingga memudahkan
peserta didik berinteraksi dengan sumber belajar tersebut. Dalam

kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam


belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk
ulur tangan bila diperlukan. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan
menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motifator.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian ilmu bermakna ganda terdiri atas pengetahuan,
aktivitas dan metode. Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia
yang rasional dan kognitif sehingga menghasilkan kumpulan
pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman,
kemasyarakatan atau individu untuk tujuan mencapai kebenaran,
memperoleh

pemahaman,

memberikan

penjelasan

ataupun

melakukan penerapan dengan berbagai metode prosedur dan


langkah-langkah tertentu.
Persyaratan ilmu tersebut antara lain objektif, metodis,
sistematis dan universal. Ilmu berperan sebagai pengetahuan
sistematis, aktivitas dan metode ilmiah. Dari sudut dimensinya
ilmu merupakan suatu analisis dari sudut tinjauan khusus yang

bercorak eksternal. Dimensi ilmu tersebut terkait atas cabang


ilmu, pengetahuan reflektif-abstrak dan aspek realitas. Struktur
ilmu sebagai sekumpulan pengetahuan sistematik terdiri dari
komponen-komponen yang berkaitan atau dikoordinasikan agar
dapat menjadi dasar teoritis atau memberikan penjelasan.
Kemudian dari segi kajian ilmu atas dasar-dasar ilmu yaitu secara
ontologis, epistimologis dan aksiologis.
Pendidikan

adalah

usaha

sadar

dan

terencana

untuk

menuntun, membangkitkan dan mewujudkan suasana belajar


dan

proses

pembelajaran

mengembangkan

potensi

agar

dirinya

siswa
mengenai

secara

aktif

akhlak

dan

kecerdasan pikiran. Pendidikan sama dengan tujuan hidup yang


ditentukan oleh pihak luar dan terbatas pada pengembangan
kemampuan-kemampuan tertentu seperti kegiatan bimbingan,
pengajaran dan latihan demi pencapaian tujuan-tujuan hidup.
Sedangkan ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang
membicarakan

masalah-masalah

umum

pendidikan

secara

menyeluruh dan abstrak dengan bersifat kritis, metodis dan


sistematis.
Terdapat tiga syarat ilmu pendidikan sebagai ilmu yaitu
memiliki objek studi (objek material dan objek formal), memiliki
sistematis dan memiliki metode. Pendidikan sebagai ilmu bersifat
empiris, rohaniah, normatif, historis, teoritis dan praktis. Ilmu
pendidikan bertujuan memberikan informasi atau keterangan
tentang dasar-dasar pendidikan dalam berbagai situasi atau
interaksi pendidikan. Jalur dan jenis jenjang pendidikan dapat
membekali siswa mencapai kehidupan yang berbudaya dan
mandiri yang lebih baik di masa depannya. Obyek yang harus
ada

dalam

ilmu

pendidikan

adalah

siswa,

guru,

materi

pendidikan, metode, evaluasi, alat-alat, lingkungan dan dasar

pendidikan. Sedangkan jenis-jenis landasan pendidikan yaitu


landasan filosofis, landasan sosiologi, landasan kultural, landasan
psikologis dan landasan ilmiah dan teknologis.
B. Saran
Demikianlah penyusunan makalah ini, kami sadar bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,
karena keterbatasan kemampuan kami atau kurangnya referensi.
Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah
kami selanjutnya. Semoga makalah ini berguna bagi para
pembacanya dan bisa menambah ilmu pengetahuan kita semua.
Aamiin.

Daftar Pustaka

Achmad Dardiri. 2005. Ilmu Pendidikan; Bahan Kuliah Semester


Gasal Tahun 2005/2006. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Afid Burhanuddin. Ilmu Sebagai Aktivitas Penelitian dan Metode
Ilmiah.
Diakses
dari
https://afidburhanuddin.files.wordpress.com/ pada tanggal
25 Agustus 2016.
Bambang Pramudono dan Budiyono.___. Dimensi Kajian Filsafat
Ilmu. Semarang: Magister Teknik Kimia Universitas
Diponegoro.
Djunaedi Sajidiman. 2012. Bahan Ajar: Dasar-dasar Ilmu
Pendidikan. Cianjur: Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nurul
Hikmah Cianjur.
Kuntjojo. 2009. Diktat: Filsafat Ilmu. Kediri: Universitas Nusantara
PGRI.
Noor Syam. 1998. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat
Kependidikan Pancasila. Surabaya: USAHA NASIONAL.
Redja Mudyahardjo. 2012. Penghantar Pendidikan; Sebuah Studi
Awal tentang Dasa-dasar Pendidikan pada Umumnya dan
Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO
PERSADA.
Rustamalis. Pendidikan Sebagai Sebuah Ilmu. Diakses dari
http://rustamalis.blogs.uny.ac.id/2015/09/26/pendidikansebagai-sebuah-ilmu/ pada tanggal 26 Agustus 2016.
Rulam Ahmadi. 2014. Penghantar Pendidikan; Asas & Filsafat
Pendidikan. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Supardi. 2009. Filsafat, Ilmu dan Ilmu Sosial. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Sofyan Tsauri. Hakikat Pendidikan. Sekolah Pascasarjana UPI,
(http://rustamalis.blogs.uny.ac.id/2015/09/26/pendidikansebagai-sebuah-ilmu/, diakses tanggal 25 Agustus 2016).
Umar Tirtarahardja. 2008. Penghantar Pendidikan. Jakarta: PT
RINEKA CIPTA.

Wikipedia. Ilmu. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu


pada tanggal 25 Agustus 2016.

Anda mungkin juga menyukai

  • Cover Proposal Ok
    Cover Proposal Ok
    Dokumen1 halaman
    Cover Proposal Ok
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Persamaan Kuadrat
    Persamaan Kuadrat
    Dokumen9 halaman
    Persamaan Kuadrat
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • L. Flowchart Ok
    L. Flowchart Ok
    Dokumen3 halaman
    L. Flowchart Ok
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Seminar Proposal Ok
    Seminar Proposal Ok
    Dokumen24 halaman
    Seminar Proposal Ok
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Cover Proposal Ok
    Cover Proposal Ok
    Dokumen1 halaman
    Cover Proposal Ok
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen16 halaman
    Bab I
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka Okk
    Daftar Pustaka Okk
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka Okk
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Seminar Proposal Ok
    Seminar Proposal Ok
    Dokumen24 halaman
    Seminar Proposal Ok
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen4 halaman
    Bab V
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • BAB I Edit Lagi
    BAB I Edit Lagi
    Dokumen19 halaman
    BAB I Edit Lagi
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen4 halaman
    Bab V
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Ilmu Pendidikan
    Ilmu Pendidikan
    Dokumen14 halaman
    Ilmu Pendidikan
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • L. Flowchart Ok
    L. Flowchart Ok
    Dokumen3 halaman
    L. Flowchart Ok
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen26 halaman
    Bab V
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Arifa Presentasi
    Jurnal Arifa Presentasi
    Dokumen12 halaman
    Jurnal Arifa Presentasi
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • BAB I Edit Lagi
    BAB I Edit Lagi
    Dokumen19 halaman
    BAB I Edit Lagi
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen26 halaman
    Bab V
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Laporan HLT
    Laporan HLT
    Dokumen37 halaman
    Laporan HLT
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Arifa Rahmi
    Arifa Rahmi
    Dokumen8 halaman
    Arifa Rahmi
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Arifa Rahmi
    Arifa Rahmi
    Dokumen8 halaman
    Arifa Rahmi
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Dilatasi
    Presentasi Dilatasi
    Dokumen10 halaman
    Presentasi Dilatasi
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Dilatasi
    Presentasi Dilatasi
    Dokumen10 halaman
    Presentasi Dilatasi
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Arifa Rahmi
    Arifa Rahmi
    Dokumen1 halaman
    Arifa Rahmi
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Aksiologi
    Aksiologi
    Dokumen18 halaman
    Aksiologi
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Filsafat
    Filsafat
    Dokumen14 halaman
    Filsafat
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kelompok 1 OK
    Makalah Kelompok 1 OK
    Dokumen37 halaman
    Makalah Kelompok 1 OK
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • KETERBAGIAN
    KETERBAGIAN
    Dokumen29 halaman
    KETERBAGIAN
    Arifa Rahmi
    Belum ada peringkat
  • Gunung Ess
    Gunung Ess
    Dokumen5 halaman
    Gunung Ess
    Arifa Rahmi
    100% (1)