Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa ,Karna atas berkat dan rahmatnya
saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah strategi pembelajaran matematika ini
tentang pembelajaran realistik.Saya berterima kasih kepada bapak dosen yang bersangkutan yang
sudah memberikan bimbingannya. Saya harap semoga Makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa
dan teman-teman yang membacanya.
Kami sadar bahwa tugas ini memiliki banyak kekurangan dan kekeliruan oleh karena itu
kami minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan ini dan kami juga mengharapkan kritik dan
saran dari bapak dosen juga teman-teman dalam tugas ini agar di lain waktu kami bisa membuat
tugas dengan lebih baik lagi. Akhir kata kami ucapkan terima kasih semoga apa yang kami
kerjakan bisa bermanfaat bagi orang lain.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................1
1.2 Manfaat ........................................................................................................1
1.3 Tujuan ........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran matematika merupakan suatu interaksi antara pendidik dengan peserta didik
yang dilakukan secara sadar dan dilakukan dengan tujuan siswa memahami konteks matematika
yang diajarkan.Pembelajaran matematika ditujukan untuk tercapainya standar
kompetensi/kompetensi inti dan kompetensi dasar pembelajaran dimana pembelajaran harus
dilakukan secara berkesinambungan.Guru juga harus memperhatikan kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dari kegiatan awal sampai akhir pembelajaran. Melakukan evaluasi yang relevan
dan disesuaikan dengan proses dalam pembelajaran. Hal tersebut tidak terlepas dari beberapa
komponen pembelajaran seperti model, pendekatan, strategi dan lain sebagainya.
Guru sebagai pemegang peranan utama dalam pembelajaran matematika tidak hanya
memiliki pengetahuan akan materi matematika yang diajarkan. Akan tetapi guru juga harus
memiliki pengetahuan konseptual dan prosedural yang akan mengantarkan siswa ke topik
pembelajaran, memiliki kecakapan untuk menangani miskonsepsi yang mungkin terjadi dalam
pengajaran matematika dan memahami tahapan bahwa mereka masih memiliki sedikit
pemahaman tentang suatu materi menuju penguasaan materi tertentu. Salah satu pengetahuan
procedural tersebut yakni pengetahuan terhadap konsep dan implementasi pendekatan
pembelajaran.Oleh karena itu guru diharapkan mampu mengetahui dan mengimplementasikan
beberapa pendekatan pembelajaran yang biasa diterapkan dalam pembelajaran matematika
diantaranya yaitu pendekatan realistik atau biasa dikenal dengan (Realistic Mathematic
Education) yang dapat membantu guru dalam menciptakan pembelajaran yang optimal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Teori Belajar Piaget
Berdasarkan teori Piaget, RME dalam kegiatan pembelajaran memfokuskan pada proses
berfikir siswa, bukan sekedar pada hasil. Selain itu dalam pembelajaran ini mengutamakan peran
siswa berinisiatif untuk menemukan jawaban dari soal konstektual yang diberikan guru dengan
caranya sendiri dan siswa didorong untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk
mengonstruksi atau menemukan konsep.
Menurut buku karangan Hartini Purnama, dijelaskan bahwa terdapat 3 prinsip utama dari
pendekatan matematika realistik :
Prinsip ini menghendaki bahwa dalam PMR, dari masalah kontekstual yang diberikan
oleh guru di awal pembelajaran, kemudian dalam menyelesaikan masalah siswa diarahkan dan
diberi bimbingan terbatas, sehingga siswa mengalami proses menemukan kembali konsep,
prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika sebagaimana ketika konsep, prinsip, sifat-sifat
dan rumus-rumus matematika itu ditemukan. Menurut penulis, prinsip penemuan ini mengacu
4
pada pandangan kontruktivisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer atau
diajarkan melalui pemberitahuan dari guru kepada siswa, melainkan siswa sendirilah yang harus
mengkontruksi (membangun) sendiri pengetahuan itu melalui kegiatan aktif dalam belajar.
Prinsip ke-2 PMR ini menekankan pada pentingnya masalah kontekstual untuk
memperkenalkan topik-topik matematika kepada siswa. Hal itu dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek kecocokan masalah kontekstual yang disajikan dengan: (1) topik-topik
matematika yang diajarkan dan (2) konsep, prinsip, rumus dan prosedur matematika yang akan
ditemukan kembali oleh siswa dalam pembelajaran.
Menurut buku Erman Suherman terdapat lima prinsip pembelajaran realistik yang menjiwai
setiap aktivitas pembelajaran matematika.
a. Didominasi oleh masalah-masalah dalam konteks, melayani dua hal yaitu sebagai sumber
dan sebagai terapan konsep matematika.
b. Perhatian diberikan pada pengembangan model-model, situasi, skema, dan simbol-
simbol.
c. Sumbangan dari siswa, sehingga siswa dapat membuat pembelajaran menjadi konstruktif
dan produktif, artinya siswa memproduksi dan mengkonstruksi sendiri (yang mungkin
berupa algoritma, rule, atau aturan), sehingga dapat membimbing para siswa dari level
matematika informal menuju matematika formal.
d. Interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matematika.
e. Intertwining (membuat jalinan) antar topik atau antar pokok bahasan.
Menurut Erman Suherman, kelima prinsip belajar tersebut menjiwai setiap aktivitas
pemelajaran matematika. Dalam pengembangan pendekatan realistik, yang pada umumnya
menggunakan pendekatan developmental research, Freduenthal (1991) menjelaskan bahwa
5
developmental research adalah pengalam proses siklis dari pengembangan dan penelitian secara
sadar, kemudia menjadi seperti pengalaman sendiri.
6
Pembelajaran matematika di awali dengan masalah kontekstual, sehingga memungkinkan
siswa menggunakan pengalaman atau pengetahuan yang telah di miliki sebelumnya secara
langsung.. Masalah kontekstual dalam pembelajaran matematika realistik memiliki empat fungsi
yaitu : ( 1 ) Untuk membantu siswa menggunakan konsep matematika, ( 2 ) Untuk membentuk
model dasar matematika dalam mendukung pola pikir siswabermatematika, ( 3 ) Untuk
memanfaatkan realitas sebagai sumber aplikasi matematika dan ( 4 ) Untuk melatih kemampuan
siswa , khususnya dalam menerapkan matematika pada situasi nyata ( realitas ).
b. Menggunakan berbagai model
Istilah model berkaitan dengan model matematika yang di bangun sendiri oleh siswa dalam
mengaktualisasikan masalah kontekstual kedalam bahasa matematika, yang merupakan jembatan
bagi siswa untuk membuat sendiri model – model dari situasi nyata ke abstrak atau dari situasi
informal ke formal.
c. Konstribusi siswa
Siswa di beri kesempatan seluas – luasnya untuk mengembangkan berbagai strategi informal
yang dapat mengarahkan pada pengkonstruksianberbagai prosedur untuk memecahkan masalah.
Dengan kata lain, konstribusi yang besar dalam proses pembelajaran di harapkan datang dari
siswa , bukan dari guru. Artinya semua pikiran atau pendapat siswa sangat di perhatikan dan di
hargai.
d. Interaktif
Interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, serta siswa dengan perangkat
pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran matematika
realistik.Bentuk – bentuk interaksi seperti negosiasi, penjelasan, pembenaran, persetujuan,
pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk pengetahuan matematika formal dari
bentuk – bentuk pengetahuan matematika informal yang di temukan sendiri oleh siswa.
e. Keterkaitan
Struktur dan konsep matematika saling berkaitan, biasanya pembahasan suatu topik ( unit
pelajaran ) harus dieksplorasiuntuk mendukung terjadinya proses pembelajaran yang lebih
bermakna.
Menurut buku karangan Nur , berdasarkan prinsip dan karakteristik pendekatan matematika
realistic, ada beberapa hal ynag menjadi strategi dari model pembelajaran PMR:
7
a. Pembelajaran dirancang berawal dari pemecahan masalah ynag adadisekitar siswa dan
berbasis pada pengalaman ynag telah dimiliki siswa, sehingga mereka dengan segera
tertarik secara pribadi terhadap aktivitas matematika yang bermakna
b. Urutan pembelajaran haruslah menghadirkan suatu aktivitas atau eksplorasi, yaitu siswa
mwnciptakan dan mengelaborasi model-model simbolik dan aktivitas matematika mereka
yang tidak formal, misalnya menggambar, membuat diagram, membuat tabel atau
mengembangkan notasi informal
c. Pembelajaran matematika tidak semata –mata memberi penekanan pada komputasi dan
hanya mementingkan langkah-langkah algoritma serta keterampilan
d. Memberi penekanan pada pemahaman konsep dan pemecahan masalah
e. Siswa mengalami proses pembelajaran secara bermakna dan memahami matematika
dengan penalaran
f. Siswa belajar matematika dengan pemahaman secara aktif membangun pengetahuan baru
dan pengalaman dari pengetahuan awal
g. Dalam pembelajaran, siswa dilatih untuk mengikuti pola kerja, intuisi-coba- salah-
dengan/spekulasi- hasil
h. Terdapat interaksi yang kuat antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya
i. Memberikan pehatian yang seimbang antara matematisasi horizontal dan matematisasi
vertikal
Menurut buku karangan Ariyadi Wijaya, terdapat suatu ilustrasi untuk menggambarkan 4
level pemodelan.
Ilustrasi : Niko mengundang 48 orang teman untuk menghadiri acara perayaan ulang tahunnya.
Pada acara tersebut setiap 4 orang tamu undangan akan duduk mengelilingi 1 meja. Berapa
banyak meja ynag harus disiapkan Niko untuk 48 orang tamu undangan
1. Level situasional
Level situasional merupakan level paling dasar dari pemodelan dimana pengetahuan dan
model masih berkembang dalam konteks situasi masalah yang digunakan. Pada ilustrasi
diatas siswa yang berada pada level situasional akan melakukan permainan peran konteks
tersebut yaitu dengan menggunakan meja yang ada dikelas. Mereka akan menyelesiakan
8
masalah dengan menghitung banyak kursi ulang tahun dan meja yang ada dalam
kelas(sebagai representasi tempat perayaan ulang tahun).
2. Level referensial
Pada level ini model dan strategi ynag digunakan tidak berada dalam konteks situasi,
melainkan sudah merujuk pada konteks. Pada level ini siswa membuat model untuk
menggambarkan sistuasi konteks sehingga hasil pemodelan dalam level ini disebut sebagai
model dari ( model of) situasi. Pada ilustrasi diatas, siswa yang berada pada level referensial
tidak membutuhkan meja yang sesungguhnya. Mereka akan membuat model untuk
merepresentasikan situasi ulang tahun.
Beberapa model yang mungkin berkembang pada level ini adalah sebagai berkut:
` Atau untuk siswa yang sudah lebih cepat dalam berfikir mugkin akan mengembangkan
model sebagai berikut:
Kedua model tersebut merupakan contoh model yang menggambarkan situasi konteks
ulang tahun, sehingga model tersebut disebut model of pada model pertama, siswa belum
melibatkan bilangan (siswa melakukan pencacahan). Pada model kedua, siswa memiliki level
yang lebih tiggi dari level yang pertama dikarenakan pada model kedua ini siswa sudah
9
melibatkan bilangan atau siswa sudah melakukan operasi penjumlahan. Model yang kedua
sudah mendekati model for .
3. Level general
Model ini merupakan model yang dikembangkan siswa sudah mengarah pada pencarian
solusi secara matematis. Model pada level ini disebut model untuk(model for) penyelesaian
masalah. Pada ilustrasi diatas, siswa berada pada level general apabila siswa sudah mulai
focus pada matematika, bukan lagi pada situasi konteks. Pada level ini, siswa menggunakan
pengurangan berulang dari 48 yaitu:
48 – 4 – 4 – 4 – 4 – 4 - ……. - 4 = 0
Banyaknya bilangan 4 merupakan banyak meja yang digunakan oleh Niko.
Pengurangan berulang merupakan fondasi untuk konsep pembagian bilangan positif.
4. Level formal
Pada level formal, siswa sudah bekerja dengan menggunakan symbol dan representase
matematis.Tahap formal merupakan tahap perumusan dan penegasan konsep matematika
yang dibnagun oleh siswa. Pada ilustrasi diatas, siswa pada level formal membutuhkan
bantuan guru untuk mengembangkan algoritma atau prosedur pembagian bilangan. Dengan
memahami nilai tempat, siswa memahami bahwa mereka focus pada pembagian bilangan
puluhan terlebih dahulu yaitu 40 dibagi 4.Selanjutnya adalah membagi 8 dengan 4.Pada
tahap ini peran guru menyimpulkan konsep matemtika dalam konsep yang sudah dilakukan
oleh siswa.
10
rumus, menghaluskan dan menyesuaikan model matematika, penggunaan model-model
yang berbeda, perumusan model matematika dan penggeneralisasian.
11
c. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban Guru menyediakan waktu dan kesempatan
kepada siswa untuk membandingkan jawaban soal secara berkelompok, untuk
selanjutnya dibandingkan dan didiskusikan di kelas. Di sini siswa dilatih untuk belajar
mengemukakan pendapat.
d. Menyimpulkan Setelah selesai diskusi kelas, guru membimbing siswa untuk mengambil
kesimpulan suatu konsep atau prinsip.
12
pecahan di sekolah dasar (SD). Sebelum mengenalkan pecahan kepada siswa sebaiknya
pembelajaran pecahan dapat diawali dengan pembagian menjadi bilangan yang sama misalnya
pembagian kue, supaya siswa memahami pembagian dalam bentuk yang sederhana dan yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa benar-benar memahami pembagian setelah
siswa memahami pembagian menjadi bagian yang sama, baru diperkenalkan istilah pecahan.
Pembelajaran ini sangat berbeda dengan pembelajaran bukan matematika realistik dimana siswa
sejak awal dicekoki dengan istilah pecahan dan beberapa jenis pecahan.
Pembelajaran matematika realistik diawali dengan dunia nyata, agar dapat memudahkan
siswa dalam belajar matematika, kemudian siswa dengan bantuan guru diberikan kesempatan
untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika. Setelah itu, diaplikasikan dalam masalah
sehari-hari atau dalam bidang lain.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pendekatan pembelajaran matematika realistik merupakan suatu cara ditempuh oleh guru
dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat beradaptasi dengan peserta
didik. Dalam pendekatan pembelajaran matematika realistik ini peserta didik dituntun untuk
terlibat secara aktif dalam pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator. prinsip pembelajaran
realistik merupakan dasar berpikir dan bertindak yang benar dalam pembelajaran realistik. Dalam
pemahaman akan prinsip-prinsip pembelajaran realistik mutlak harus dikuasai oleh seorang guru
yang hendak menggunakan pendekatan pembelajaran ini. Pemahaman terhadap prinsip juga
tentunya agar guru ketika hendak mengemplementasikan pada proses pembelajaran tidak terjadi
kekeliruan atau kesalahan.
Terdapat lima prinsip dalam pendekatan pembelajaran matematika realsitik diantaranya
Interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matematika.Pendekatan pembelajaran
matematika realsitik juga memiliki karakteristik phenomenological exploration or use context,
the use models or bridging by vertical instrument, the use of student own productions and
constructions of students contribution, the interactive character of teaching process or
interactivity, dan intertwining or various learning strand. Selain karakteristik dalam pendekatan
pembelajaran ini juga memiliki tahapan, kelebihan dan kekurangan, serta konsep konteks
pendekatan pembelajaran matematika realistik.
3.2 Saran
Pendekatan pembelajaran matematika realistik merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran berbasis konstruktivisme yang sedang marak diimplementasikan pada
pembelajaran matematika.Oleh karena itu diharapkan guru maupun calon guru dapat memahami
dan mengetahui baik secara konseptual maupun prosedural mengenai pendekatan pembelajaran
matematika realistik yang didasarkan kepada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dengan
memahami pendekatan pembelajaran maka guru dapat mengimplementasikannya dalam
pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berlangsung optimal dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai seefisien mungkin
14
DAFTAR PUSTAKA
15