Anda di halaman 1dari 19

Proyeksi Miring,Relasi Antarunsur, Kesejajaran &

Ketegaklurusan Garis dan Bidang dalam Ruang


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah

Shape & Space Geometry

Dosen Pengampu : Dr. Edy Surya, M.Si.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

Auza Hamdi (4193111009)

Indah Lestari Putri (4191111017)

Royana Chairani (4191111010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA BILINGUAL

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Proyeksi
Miring,Relasi Antarunsur, Kesejajaran & Ketegaklurusan Garis dan Bidang dalam Ruang”
ini dengan baik tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Dr. Edy Surya,
M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan
yang bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak
kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya
baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktu yang telah ditentukan.

Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan


makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang telah kami susun ini
masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta
masukan dari para pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih lagi. Akhir kata, kami
berharap agar makalah ini bisa memberikan banyak manfaat di kehidupan.

Medan, 10 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PEMBAHASAN MATERI
1.1 Pengertian Proyeksi ...................................................................................1
1.2 Proyeksi Miring..........................................................................................1
1.3 Cara Menggambar Bangun Ruang .............................................................2
1.4 Contoh Soal ................................................................................................4
1.5 Relasi antara titik, garis, dan bidang dalam ruang......................................5
1.6 Kesejajaran dan Ketegaklurusan Garis dan Bidang....................................9
1.7 Soal Pemantapan Materi............................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

BAB I
PEMBAHASAN MATERI
1.1 Pengertian Proyeksi
Proyeksi adalah gambar bayangan suatu benda yang berasal dari benda atau imajiner
yang dituangkan dalam bidang gambar menurut cara-cara tertentu.
1.2 Proyeksi Miring
Proyeksi miring adalah semacam proyeksi sejajar, tetapi dengan garis-garis
proyeksinya miring terhadap bidang proyeksi. Gambar yang dihasilkan oleh cara
proyeksi ini disebut gambar proyeksi miring. Pada proyeksi ini bendanya dapat
diletakkan sesukanya, tetapi biasanya permukaan depan dari benda diletakkan sejajar
dengan bidang proyeksi vertikal. Dengan demikian bentuk permukaan depan tergambar
seperti sebenarnya, yang juga terdapat pada gambar proyeksi ortogonal. Sudut yang
menggambarkan kedalamannya biasanya 30°, 45° atau 60° terhadap sumbu horizontal.
Sudut-sudut ini disesuaikan dengan segitiga yang dipakai mempunyai sudut-sudut 30°,
45°dan 60°. Dalamnya dapat ditentukan sembarang, seperti tampak pada Gambar 5.15. Jika
panjang ke dalam sama dengan panjang sebenarnya, gambar demikian disebut gambar
Cavalier. Pada proyeksi ini skala yang sama dapat dipergunakan pada sumbu-sumbu
yang lain. Oleh karena itu sering kali dipergunakan skala perpendekan pada sumbu ke
dalam, misalnya 3/4, 1/2, atau 1/3. Skala perpendekan 1/2 memberikan gambar yang
tidak berubah, dan penggambarannya agak mudah. Gambar demikian disebut
gambar Cabinet. Gambar Cabinet dengan sudut 45° banyak dipakai di beberapa negara.
Pada Proyeksi Miring (Oblique), sumbu X berimpit pada garis mendatar dan sumbu Y
membengtuk sudut 45 derajat terhadap garis mendatar. Skala pada proyeksi miring yaitu
skala pada sumbu X = 1 : 1 dan pada sumbu Y = 1 : 2 sedangkan pada sumbu Z =1 : 1.
Pada prinsipnya, proyeksi miring merupakan suatu proyeksi yang sejajar, akan tetapi
garis proyeksinya berkedudukan miring terhadap bidang proyeksinya. Untuk proyeksi miring
lain, berikut ini adalah besar sudut α dan β tetadap garis horisontal dan perbandingan panjang
garis tiap-tiap sumbu x, y dan z.

1.3 Cara Menggambar Bangun Ruang


Menggambar bangun ruang, ada beberapa hal yang perlu diketahui:
1. Bidang Gambar
Bidang gambar adalah suatu bidang sebagai tempat untuk menggambar atau melukis
bangun ruang. Pada Gb. 2 bidang α merupakan bidang gambar.
2. Bidang Frontal
Bidang frontal adalah bidang gambar atau bidang lain yang sejajar dengan bidang
gambar. Unsur-unsur yang terdapat pada bangun ruang, jika sejajar dengan bidang frontal,
digambarkan sesuai bentuk dan ukuran yang sebenarnya. Misal pada GB. 2 bidang ABFE
merupakan bidang frontal.

3. Bidang Ortogonal
Bidang ortogonal merupakan bidang yang tegak lurus dengan bidang gambar. Bidang
ortogonal digambarkan tidak sesuai dengan ukuran dan bentuk yang sebenarnya. Pada GB. 2
bidang ortogonal diwakili oleh bidang BCGF

4. Garis frontal
Garis frontal adalah garis-garis yang terletak pada bidang frontal. Pada Gb. 2 contoh
garis frontal yaitu AB, AE, CG.

5. Garis Ortogonal
Garis ortogonal adalah garis-garis yang tegak lurus terhadap garis frontal. Panjang
garis frontal tidak sama dengan panjang sebenarnya. Panjang garis ortogonal ditentukan
dengan mengginakan perbandingan ortogonalnya. Garis ortogonal misalnya AD, BC, FG dan
EH.

6. Sudut Surut
Sudut surut adalah sudut dalam gambar yang besarnya ditentukan oleh garis frontal
horisontal ke kanan dengan garis ortogonal ke belakang. Sudut surut menunjukkan
kemiringan garisortogonal terhadap garis frontal. Sudut surut bisa disebut sudut miring atau
sudut menyisi. Sebagai contoh sudut BAD dan sudut ABC pada Gb. 2 yang sebenarnya
merupakan sudut yang besarnya 90o, tetapi dalam gambar dilukiskan sebagai sudut lancip
atau sudut tumpul.

7. Perbandingan Ortogonal
Perbandingan ortogonal merupakan perbandingan antara panjang garis ortogonal yang
dilukiskan dengan panjang garis ortogonal yang sebenarnya.
Perbandingan ortogonal ditentukan dengan:
Sebagai contoh jika panjang BC 3 cm sedangkan panjang BC sebenarnya 5 cm, maka
perbandingan ortogonalnya =

1.4 Contoh Soal


Lukislah kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 3 cm, sudut surut 45 dan perbandingan
ortogonalnya 2/3 .
PEMBAHASAN:
Langkah 1
Gambar bidang ABFE berupa persegi dengan panjang AB = a cm, AE = a cm

Langkah 2 :
Gambar garis AC yang membentuk sudut 45 dengan garis horisontal AB sepanjang

Langkah 3 :
Buat garis BC sejajar AC, CD sejajar AB, CG dan DH sejajar BF(vertikal)
Langkah 4 :
Hubungkan titik E ke H, H ke G dan F ke G. sehingga diperoleh ganbar kubus ABCD.EFGH
yang diminta.

RELASI ANTAR UNSUR RUANG

1.5 Relasi antara titik, garis, dan bidang dalam ruang

 Titik
Sebuah titik hanya dapat ditentukan oleh letaknya, tetapi tidak mempunyai
ukuran (dikatakan tidak berdimensi). Sebuah titik digambarkan dengan memakai
tanda noktah, kemudian dibubuhi dengan nama titik itu. Nama sebuah titik biasanya
menggunakan huruf kapital seperti A, B, C, P, Q atau R.
Ciri – ciri titik:
1)      Tidak mempunyai pangkal
2)      Tidak mempunyai ujung
3)      Panjangnya tidak terhingga
 Garis
Sebuah garis(dimaksudkan adalah garis lurus) dapat diperpanjang. Namun mengingat
terbatasnya bidang tempat gambar, sebuah garis hanya dilukiskan sebagian saja. Bagian dari
garis ini disebut wakil garis. Garis hanya mempunyai ukuran panjang, tetapi tidak mempunyai
ukuran lebar. Nama dari sebuah garis dapat ditentukan dengan menyebutkan nama wakil garis
itu dengan memakai huruf kecil g, h, k, atau menyebutkan nama segmen garis dari titik
pangkal ke titik ujung. Pada gambar diperlihatkan dua buah garis, yaitu garis g dan segmen
garis AB.
Sifat – sifat garis :
1)      Jika diketahui kedua titik sembarang dalam ruang, maka melalui titik itu dapat
dibuat satu garis.
2)      Suatu garis dapat diperpanjang secara tak terbatas dikedua arahnya.
3)      Suatu garis mungkin mempunyai banyak nama.
 Bidang
Sebuah bidang (dimaksudkan adalah bidang datar), dapat diperluas seluas-luasnya.
Pada umumnya, sebuah bidang hanya dilukiskan sebagian saja yang disebut sebagai wakil
bidang. Wakil suatu bidang mempunyai dua ukuran, yaitu panjang dan lebar. Gambar dari
wakil bidang dapat berbentuk persegi atau bujur sangkar, persegi panjang, atau jajargenjang.
Nama wakil bidang dituliskan di daerah pojok bidang dengan memakai huruf α , β, γ atau H,
U, V, W atau dengan menyebutkan titik-titik sudut dari wakil bidang itu.Pada gambar
diperlihatkan beberapa bentuk bidang.

 Relasi antara titik dengan garis

Hubungan antara titik dan garis dapat terjadi dalam dua kondisi. Pertama, titik terletak
pada garis dan kedua, titik terletak di luar garis. Titik disebut terletak pada garis apabila titik
tersebut ada pada garis, atau titik tersebut menjadi bagian dari garis.

 Relasi antara titik dengan bidang

Keadaan di atas berlaku pula untuk hubungan titik dengan bidang. Titik terletak pada
bidang atau titik tersebut menjadi bagian bidang.
 Relasi antara garis dengan bidang
Hubungan antara garis dan bidang dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu garis
terletak pada bidang, garis tidak pada bidang, dan garis memotong/menembus bidang.

Garis Terletak Pada Bidang


Garis terletak pada bidang apabila garis menjadi bagian dari bidang. Letak garis l
pada bidang (gambar i) membagi titik-titik pada bidang menjadi dua bagian bidang. Garis
terletak pada bidang apabila garis menjadi bagian dari bidang. Letak garis l pada bidang
(gambar i) membagi titik-titik pada bidang menjadi dua bagian bidang.

Garis Menembus atau Memotong Bidang


Sebuah garis dikatakan menembus (memotong) bidang, jika garis dan bidang itu hanya
memiliki satu titik tembus (titik potong).

 Relasi antara dua buah garis dengan bidang


Dua garis bersilangan jika kedua garis terletak pada bidang yang berbeda dan kedua garis
tidak sejajar dan tidak berpotongan.
Dua garis dikatakan berpotongan jika dua garis itu mempunyai satu titik persekutuan
(titik potong).

Karakteristik dua garis sejajar adalah kedua garis terletak pada satu bidang datar dan
tidak mempunyai titik persekutuan (titik potong).

 Relasi antara dua buah bidang


 Dua bidang dikatakan berpotongan, jika kedua bidang tersebut mempunyai
sebuah garis persekutuan, seperti gambar di bawah ini.

Dua bidang dikatakan sejajar, jika kedua bidang tersebut tidak mempunyai satu
pun titik persekutuan, seperti gambar di bawah ini.
1.6 Kesejajaran dan Ketegaklurusan Garis dan Bidang

1.6.1 Kesejajaran Garis dan Bidang

 Definisi: Sebuah garis dan sebuah bidang dikatakan sejajar jika garis dan bidang
tersebut tidak mempunyai titik persekutuan.
 Teorema: Sebuah garis dikatakan sejajar dengan sebuah bidang jika garis itu
sejajar dengan salah satu garis yang terletak pada bidang tersebut.

Gambar 2.3.1 Visualisasi Kesejajaran Garis dan Bidang

Diketahui garis k, terletak pada bidang  ,  di luar bidang  dan  // k, seperti


ditunjuk oleh Gambar 1.15. Akan dibuktikan bahwa garis  sejajar bidang , atau  //.
Bagaimana kita membuktikannya? Pada pengertian dua garis sejajar dinyatakan bahwa dua
buah garis itu sejajar jika terletak pada sebuah bidang dan tidak mempunyai titik persekutuan.
Hal itu berarti bahwa melalui dua buah garis yang sejajar dapat dibuat sebuah bidang. Pada
pembuktian ini maka kita dapat membuat sebuah bidang yang melalui garis  dan k.
Namakan bidang itu sebagai bidang β. Bidang β ini memotong bidang  sepanjang garis k,
yang merupakan himpunan semua titik persekutuan bidang  dan bidang  . Andaikan garis 
tidak sejajar bidang  maka garis  akan mempunyai satu titik persekutuan yang terletak pada
, dan juga pada garis k. Tetapi hal itu tidak mungkin karena diketahui bahwa  //k;
perhatikanlah Gambar 1.16. Jadi haruslah  sejajar bidang .
Contoh Soal:

Buatlah gambar dari sebuah balok PQRS dengan bidang alas ABCD dan rusuk-rusk AP, BQ,
CR, dan DS. Selidikilah apakah PR sejajar dengan bidang ABCD?

Jawab:

Gambar 2.3.2 Visualisasi Balok

Untuk menyelidiki apakah PR sejajar dengan bidang ABCD, kita hubungkan P


dengan R dan A dengan C. Karena AP//CR dan AP = CR maka APCR sebuah jajaran
genjang, jadi PR//AC. Karena PR //AC, sedang AC terletak pada bidang ABCD maka
menurut teorema, garis PR letaknya sejajar dengan bidang ABCD.

Soal pemantapan materi:

Buatlah gambar dari sebuah balok PQRS dengan bidang alas ABCD dan rusuk-rusuk
AP, BQ, CR dan DS. Apakah SQ sejajar dengan bidang ABCD?

Jawab:
Gambar 2.3.3 Visualisasi Balok

Untuk menyelidiki apakah SQ sejajar dengan bidang ABCD, kita hubungkan S dengan
Q dan D dengan B. Karena SD//QB dan SD = QB, maka SDBQ sebuah jajaran genjang, jadi
PR//AC. Karena SQ //DB, sedang DB terletak pada bidang ABCD maka menurut teorema,
garis SQ letaknya sejajar dengan bidang ABCD

1.6.2 Ketegaklurusan Garis dan Bidang

 Definisi: Sebuah garis g dan sebuah bidang y dikatakan saling tegak lurus jika dan hanya jika
setiap garis pada y tegak lurus pada g.
 Teorema: Jika sebuah garis tegak lurus pada dua buah garis berpotongan yang terletak pada
bidang maka garis itu akan tegak lurus pada bidang tersebut.
 Pembuktian:

Gambar 2.3.4 Visualisasi Ketegaklurusan Garis dan Bidang

Diketahui : Garis a dan b yang berpotongan di titik P, terletak pada bidang alpha

Maka : Garis g tegak lurus pada a dan b.

Dibuktikan : Garis g tegak lurus pada setiap garis yang terletak pada bidang alpha

Sehingga : Menurut definisi, terbukti g tegak lurus bidang alpha

Dengan kata lain:


Gambar 2.3.5 Kesimpulan Ketegaklurusan Garis dan Bidang

 Contoh Soal: Dalam sebuah kubus dengan bidang alas ABCD dan rusuk-rusuk
tegaknya AE, BF, CG, dan DH. Buktikan bahwa CD tegak lurus AH!

Jawab:

Gambar 2.3.6 Visualisasi Kubus

Karena ABCD sebuah kubus maka setiap sisinya berupa daerah persegi, maka:

 Soal pemantapan materi:

Dalam kubus dengan bidang alas ABCD dan rusuk-rusuk tegaknya AE, BF, CG, dan DH,
buktikan bahwa EH tegak lurus bidang CDHG!

Jawab:
Gambar 2.3.7 Visualisasi Kubus

Karena ABCD sebuah kubus, maka setiap sisinya berupa daerah persegi yang
mengakibatkan:

EH  HG

EH  HD

HG dan HD berpotongan pada bidang GHD

Berdasarkan teorema ketegaklurusan, dapat disimpulkan: EH tegak lurus


bidang CDGH.
SOAL PEMANTAPAN MATERI

1. Diketahui ABCD.EFGH dengan AB=4cm Gambarkan Kubus tersebut jika memenuhi syarat berikut.

a. Bidang ABFE frontal, AB horisontal,sudut surut 150 derajat dan perbandingan proyeksi
2/3

b.Bidang ACGE frontal, AC horisontal,sudut surut 30 derajat dan perbandingan proyeksi ½

2.

Anggap bahwa rusuk AB sebagai wakil dari garis g, maka tentukanlah rusuk kubus :

a. Yang berpotongan dengan garis g


b. Yang sejajar dengan garis g
c. Yang bersilangan dengan garis g
3.

Bidang DCGH sebagai u. maka tentukan rusuk kubus :


a. Yang terletak pada bidang u
b. Yang sejajar pada bidang u
c. Yang memotong/menembus pada bidang u
4. Dalam kubus dengan bidang alas ABCD dan rusuk-rusuk tegaknya AE, BF, CG, dan DH, buktikan
bahwa EH tegak lurus bidang CDHG!

5. Buatlah gambar dari sebuah balok PQRS dengan bidang alas ABCD dan rusuk-rusuk AP, BQ, CR dan
DS. Apakah SQ sejajar dengan bidang ABCD?

DAFTAR PUSTAKA

Iswadji, Djoko.1988. Geometri Ruang. Yogyakarta. IKIP YOGYAKARTA

Iswadji, Djoko dkk. 2010. Geometri . Yogyakarta. Universitas Ahmad Dahlan

http://hairunnisatakengon.blogspot.com/2014/03/geometri-ruang.html diakses pada 12 April


2020
https://furahasekai.files.wordpress.com/2012/01/titik-garis-dan-
bidangfurahasekaiwordpress.pptx diakses pada 12 April 2020
Sardjana, A. 2017. Bangun Ruang dan Unsur-unsurnya. Universitas Negeri Yogyakarta:
Yogyakarta.

Suparno, 2008, Teknik Gambar Bangunan Jilid 1, Direktorat Pembinaan SMK, Jakarta

Kusrini dkk, Matematika (Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP, 2003), 70

Suah, dkk. 2017. Matematika untuk kelas XI. Bandung:PT Sewu.


Sudjatmiko Ponco, Matematika Kreatif  Konsep dan Terapannya (Solo: Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2004), 28

Anda mungkin juga menyukai