Anda di halaman 1dari 26

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN PMRI PADA MATERI LINGKARAN DI MTS


NURUL ULA BURAI

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Penulisan Skripsi

Oleh :

PITRIA MARYANI

NIM 1830206109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS


ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2022
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................ 3
A. Latar Belakang................................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................. 7
A. Pembelajaran Matematika............................................................................................. 7
B. Kemampuan Pemecahan Masalah................................................................................. 8
C. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)............................ 9
D. Materi Lingkaran.......................................................................................................... 11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................................ 15
A. Jenis Penelitian............................................................................................................. 15
B. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................................... 15
C. Subjek Penelitian.......................................................................................................... 15
D. Prosedur Penelitian...................................................................................................... 16
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................................... 18
F. Teknik Analisis Data.................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 23
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dunia pendidikan, matematika merupakan mata pelajaran yang paling


sedikit diminat oleh siswa. Siswa sering kali beranggapan bahwa matematika adalah
mata pelajaran yang sulit dan susah untuk dipahami. Namun pada dasarnya
matematika banyak digunakan dan dimanfaatkan untuk menyelesaikan permasalahan
hampir pada semua mata pelajaran yang ada di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam
kehidupan sehari-hari, seseorang pasti melakukan sesuatu yang berhubungan dengan
matematika tanpa mereka sadari, banyak hal yang ada di sekitar kita yang bisa kita
amati untuk dijadikan media pembelajaran matematika. Mengingat pentingnya mata
pelajaran matematika, maka siswa dituntut untuk mampu menyelesaikan
permasalahan dengan berbagai bentuk pola untuk mempermudah dan mempercepat
dalam memecahkan masalah.
Di era pandemi seperti sekarang ini, semua proses belajar mengajar
dialihkan ke rumah, yang mana merupakan tantangan tersendiri bagi setiap guru
untuk bisa menginovasi proses belajar mengajar agar berjalan dengan baik. Dengan
semua kegiatan pembelajaran yang dilakukan di rumah, maka kita bisa menjadikan
semua yang ada di sekitar sebagai media pembelajaran siswa dalam memecahkan
masalah seperti menceritakan kegiatan yang mereka lakukan di rumah, ada benda
apa saja di sekitarnya dan lain sebagainya. Dengan demikian, siswa dapat terlibat
langsung dalam kehidupan nyata sehingga mempermudah mereka dalam proses
memahami materi yang diberikan dengan baik.
Menurut Sulistiawati, Arsyad & Minggi (2019) Salah satu tujuan
pembelajaran matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan pemecahan
masalah., kemampuan pemecahan masalah yang dimaksud proses yang dilakukan
seseorang untuk mendapatkan solusi dalam menyelesaikan soal yang
didapatkannya yang tidak biasa diselesaikan secara umum (masalah non rutin).
Pemecahan masalah dimiliki setiap orang yang nantinya digunakan siswa dalam
mengaplikasikan konsep ke dalam kehidupan sehari- hari (Gunantara, dkk,
2014). Masalah dalam pembelajaran matematika biasanya ditemukan pada saat
diberikan soal/pertanyaan dikarenakan ketidakmampuan menemukan aturan untuk

3
menyelesaikannya, sehingga hanya sedikit yang paham betul bagaimana cara
memecahkan masalah yang diberikan, masih banyak sekali siswa yang sangat
kurang dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah, mereka bingung dan tidak
tau bagaimana mengerjakannya karna memang kurangnya pemahaman yang
diberikan guru ketika mengajar. Siswa perlu dilatih untuk menyelesaikan soal-
soal pemecahan masalah, karena solusi tersebut membantu siswa untuk
berfikir tingkat tinggi, serta mampu menyelesaikan soal sesuai dengan tahap-
tahap yang baik dan benar (Rio & Pujiastuti, 2020). Pada dasarnya mata pelajaran
matematika diberikan kepada siswa agar mereka mampu berpikir kritis,
memiliki kemampuan pemecahan masalah, dapat bekerja sama, dan mempunyai
kreatifitas (Muchlis, 2012). memecahkan masalah yang diberikan, masih banyak
sekali siswa yang sangat kurang dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah,
mereka bingung dan tidak tau bagaimana mengerjakannya karna memang
kurangnya pemahaman yang diberikan guru ketika mengajar. Siswa perlu dilatih
untuk menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah, karena solusi tersebut
membantu siswa untuk berfikir tingkat tinggi, serta mampu menyelesaikan soal
sesuai dengan tahap-tahap yang baik dan benar (Rio & Pujiastuti, 2020). Pada
dasarnya mata pelajaran matematika diberikan kepada siswa agar mereka
mampu berpikir kritis, memiliki kemampuan pemecahan masalah, dapat bekerja
sama, dan mempunyai kreatifitas (Muchlis, 2012).
Pemecahan masalah adalah usaha mencari jalan keluar dari suatu
kesulitan (Yuwono, 2016). Pemecahan masalah juga dikatagorikan sebagai
kompetensi strategi, terlihat dengan adanya fase dimana siswa dapat memahami,
memilih pendekatan, strategi pemecahan, dan menyelesaikan model untuk
menyelesaikan masalah (Mariam, Rohaeti & Sariningsih, 2018). Ketika proses
pembelajaran guru menjadi fasilitator dan motivator dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar, guru memfasilitasi siswa agar dapat memecahkan masalah matematika
yang berikan. Guru seharusnya tidak hanya fokus pada bagaimana cara menghitung
matematikanya saja, tetapi guru juga mengajarkan dan mengarahkan bagaimana cara
untuk dapat memecahkan suatu permasalahan. Ketika siswa sudah mampu dalam
menyelesaikan permasalahan maka diperoleh pemahaman yang baik di dalam dirinya
dan sudah memiliki potensi untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang
dihadapinya secara nyata. Dibutuhkan metode dan pendekatan yang baik agar

4
terciptanya pembelajaran matematika yang menyenangkan sehingga materi yang
disampaikan dapat tersampaikan dengan baik. Pembelajaran dengan perpaduan
nyata di kehidupan sehari-hari sejalan dengan sebuah pendidikan matematika realistik
yang merupakan perpaduan pembelajaran matematika dengan aktifitas manusia
(Susiana & Suparman 2018).
PMRI adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang akan menggiring
siswa memahami konsep matematika dengan mengkonstruksi sendiri melalui
pengetahuan sebelumnya yang berhubungan dengan kehidupan sehari-harinya,
dengan menemukan sendiri konsep tersebut, maka diharapkan belajar siswa menjadi
bermakna (Putri, 2011). Pendekatan Pendidikan Metematika Realistik Indonesia
(PMRI) pada proses belajar mengajar siswa diharapkan mampu mengaitkan
pengalaman yang mereka miliki dengan konsep matematika yang ada. Penggunaan
pendekatan matematika realistik dapat menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif agar siswa diberikan kesempatan untuk mengelola kemampuan berpikir
dan pemahamannya sendiri, sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan
matematika realistik juga memfasilitasi siswa untuk mengaitkan berbagai konsep
matematika (Haryonik & Bhakti, 2018). Menurut Mangelep (2017) dengan
menggunakan pendekatan PMRI guru dapat mengembangkan soal pada materi
lingkaran secara bervariasi sehingga siswa bisa dibiasakan untuk menjawab soal-saal
dalam bentuk cerita.
Karena kurangnya pemahaman yang diperoleh siswa dan model
pembelajaran yang diberikan oleh guru kurang tepat sehingga mereka mengalami
kesulitan dalam memecahan masalah pada materi lingkaran sehingga di sini peneliti
ingin melakukan penelitian yang berjudul KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN
PENDEKATAN PMRI PADA MATERI LINGKARAN DI MTS NURUL ULA
BURAI.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika dengan matematika


dengan menggunakan pendekatan PMRI pada materi lingkaran di MTs Nurul Ula
Burai?

5
C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan pemecahan


masalah matematika siswa menggunakan pendekatan PMRI pada materi lingkaran di
MTs NurulUla Burai.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. Bagi Siswa

Sebagai salah satu pengalaman pembelajaran yang baru bagi siswa


sehingga dapat memotivasi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah.
b. Bagi Guru

Sebagai salah satu alternative pemilihan pembelajaran menggunakan PMRI


dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling susah untuk
dipelajari oleh siswa. Matematika adalah pelajaran yang konsepnya tersusus secara
sistematis dari konsep yang mudah atau sederhana meningkat ke konsep yang sulit
atau rumit. Jika seseorang siswa belum dapat menguasai atau memahami konsep
yang dasar maka siswa tersebut pasti akan kesusahan untuk menguasai konsep yang
lebih lanjut atau lebih rumit dari konsep sebelumnya. Menurut Gustina, Syahrilfuddin
& Noviana (2019) Suatu konsep disusun berdasarkan konsep-konsep sebelumnya,
dan akan menjadi dasar bagi konsep- konsep sebelumnya, dan akan menjadi dasar
bagi konsep-konsep selanjutnya, sehingga pemahaman yang salah terhadap suatu
konsep, akan berakibat pada kesalahan pemahaman terhadap konsep-konsep
selanjutnya.
Pada umumnya dalam mempelajari pelajaran yang dianggap sulit, siswa
biasanya cendrung menunjukkan minta belajar dan motivasi berprestasi yang rendah
pula. Padahal matematika seharusnya menjadi pelajaran yang sangat menantang
sehingga dapat menarik minta siswa dan rasa ingin tahu yang besar bagi siswa. Dari
hal tersebut memberikan kesan bahwa kualitas pendidikan matematika di Indonesia
masih jauh dari harapan.
Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang
dilakukan guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir siswa dan meningkatkan
kemapuan berfikir siswa dengan memberikan pengetahuan baru terhadap materi
matematika. Ilmu matematika sendiri mengajarkan siswa untuk berpikir logis,
sistematis, analitis, kreatif, dan kritis. Dengan kompetensi tersebut, maka diharapkan
bahwa siswa dapat mengelola setiap infomasi dan memanfaatkannya, serta mampu
memecahkan setiap permasalahan yang ada (Idris & Silalahi, 2016). Pembelajaran
matematika bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berhitung, mengukur, dan
menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

7
Ketika proses belajar mengajar siswa bisa mengaikan konsep yang telah
dipelajarinya dengan konsep-konsep lain yang relevan, mereka juga bisa melakukan
proses belajar memecahkan masalah sebagai bentuk latihan untuk membiasakan
belajar dengan tingkat kognitif tinggi. Pada tahap awal pembelajaran matematika
terbentuk dari pengalaman siswa yang dilihat berdasarkan realitas atau kenyataan
yang ada, karena matematika sebagai aktivitas yang dilakukan manusia kemudian
pengalaman yang diperoleh itu diperoses dengan penalaran, diolah secara analisis
dan sintesis dengan penalaran di dalam pengetahuan sehingga sampailah pada suatu
kesimpulan berupa konsep- konsep matematika.

B. Kemampuan Pemecahan Masalah


Masalah timbul karena adanya suatu kesenjangan antara apa yang telah
diketahui yang berhubungan dangan masalah tertentu dengan apa yang ingin
diketahui dari masalah itu sendiri, antara apa yang diharapkan dengan kenyataan yang
ada, antara apa yang dimiliki dengan apa yang dibutuhkan. Proses mengenai
bagaimana cara mengatasi kesenjangan ini disebut sebagai proses memecahkan
masalah. Menurut Fajrin & Liberna (2020) Pemecahan masalah merupakan jantung
dari matematika sehingga penting bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah matematika dan menemukan solusi dari permasalahan sehari-
hari.
Ketika seseorang mempunyai masalah dan ingin menyelesaikannya, maka
orang tersebut akan menggunakan pikirannya untuk melihat fakta-fakta apa saja yang
mereka temukan di sekitarnya yang berhubungan dengan masalah tersebut, kemudian
orang tersebut bisa menghubungkan fakta-fakta yang ada lalu berfikir dan mencari
artenatif penyelesaian sehingga nantinya didaptkan penyelesaian yang diinginkan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sudiana dan Suparman (2016) bahwa
kemampuan pemecahan masalah siswa masih perlu ditingkatkan, siswa kesulitan
dalam memahami konsep perkalian, penggunaan bahan ajar belum dapat mendukung
siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, guru dan siswa
memerlukan bahan ajar yang dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah.
Adapun indikator kemampuan pemecahan masalah matematika menurut
Hadiansyah, Sudayana & Madio (2016) adalah sebagai berikut:
a) Memahami masalah, yaitu mengidentifikasi kecukupan data untuk
8
menyelesaikan masalah sehingga memperoleh gambaran lengkap apa yang
diketahui dan ditanyakan dalam masalah tersebut.
b) Merencanakan penyelesaian, yaitu menetapkan langkah-langkahpenyelesaian,
pemilihan konsep, persamaan dan teori yang sesuai untuk setiap langkah.
c) Menjalankan rencana, yaitu menjalankan penyelesaian berdasarkan langkah-
langkah yang telah dirancang dengan menggunakan konsep, persamaan
serta teori yang dipilih.
d) Melihat kembali apa yang telah dikerjakan yaitu tahap pemeriksaan, apakah
langkah-langkah penyelesaian telah terealisasikan sesuai rencana sehingga
dapat memeriksa kembali kebenaran jawaban yang pada akhirnya membuat.
Berdasarkan keempat indikator tersebut, diharapkan siswa dapat
mengembangkan kemampuan matematika dalam pemecahan masalah dan
mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram,
dan media lainnya. Walaupun masih ditemukannya siswa yang kurang mampu
menjelaskan atau menuangkan kembali konsep yang mereka dapatkan dan
menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis siswa dalm kemampuan
pemahaman konsep. Namun dengan mengunakan model pembelajaran yang tepat,
maka akan terciptanya proses pembelajaran aktif dan diperolehlah pemahaman yang
baik oleh siswa pada materi yang berikan oleh guru.

C. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)


Model pembelajaran merupakan cara penyajian yang digunakan guru dalam
proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran,
beberapa masalah sering dialami oleh guru. Untuk mengatasi masalah-masalah
dalam pembelajaran, maka perlu adanya model-model pembelajaran yang dipandang
dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar. Dalam mengajarkan suatu
pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai.
PMRI dan RME memiliki prinsip yang merupakan dasar teoretisnya
(Gravemeijer, 1994), diantaranya yaitu:
1. Guided Reinvention (menemukan kembali) melalui matematisasi
progresif
Dalam aktivitas pembelajaran, siswa dipersiapkan untuk melalui suatu
lintasan belajar sedemikian sehingga siswa dapat menemukan
9
penyelesaian masalah dari suatu fenomena secara matematis, melalui
proses seperti yang dialami oleh pakar saat menemukan suatu konsep
matematika pertama kalinya.
2. Didacting Phenomenology (fenomena didaktik)
Dalam mempelajari sifat, teorema, definisi, atau prosedur-prosedur
matematika, siswa harus mengawalinya dari fenomena dan keadaan
dunia nyata sebelum mencapai tingkatan matematika secara formal.
3. Self Developed Models (pengembangan model sendiri)
Siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah, sehingga
seiring dengan proses pembelajaran, siswa dapat mengubah
pemikirannya yang cenderung intuitif menjadi pemikiran dalam bentuk
formal.

Fitra (2018) menjabarkan lima karakteristik PMRI berdasarkan


Gravemeijer (1994) diantaranya:

1. Menggunakan masalah kontekstual


Pembelajaran matematika yang dilakukan dengan menggunakan
pengalaman nyata siswa sebagai titik awal, dan tidak dimulai dari situasi
formal. Siswa dihadapkan dengan keadaan dimana konsep matematika
telah diterapkan dalam kehidupan nyata.
2. Menggunakan model atau jembatan dengan instrumen vertical
Siswa diberi kesempatan untuk menggunakan model yang mereka
temukan sendiri yang kemudian akan dikembangkan menjadi model
matematika sehingga dapat dioperasikan dan dicari penyelesaiannya
untuk memperoleh solusi dari permasalahan yang diberikan.
3. Menggunakan kontribusi siswa
Siswa aktif berperan dalam kegiatan pembelajaran dan bertanggung
jawab terhadap hasil belajarnya dengan guru berperan sebagai fasilitator
yang bertanggung jawab dalam mengadakan kondisi belajar yang
memungkinkan siswa belajar dengan baik.
4. Interaktivitas
Interaksi antarsiswa maupun interaksi antara guru dan siswa merupakan
bagian utama dalam PMRI. Pada PMRI interaksi antara siswa
diutamakan dengan guru sebagai fasilitator dan pembimbing yang

10
menjaga jalannya pembelajaran. Pada saat siswa melakukan kerja sama,
diskusi, maupun tanya-jawabitulah proses pembelajaran berlangsung.
5. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya
Permasalahan yang digunakan dalam PMRI biasanya mengandung lebih
dari satu pokok topik bahasan.

Langkah-langkah Pembelajaran PMRI terdiri dari lima tahapan


menyesuaikan prinsip dan karakteristiknya (Ningsih, 2014):
1. Memahami masalah kontektual
Guru memberikan permasalahan kontekstual dan siswa memahami
permasalahan tersebut
2. Menjelaskan masalah kontektual
Guru memberikan petunjuk terhadap bagian-bagian tertentu yang belum
dipahami siswa seperlunya untuk menjelaskan kondisi soal sampai siswa
mengerti maksud soal.
3. Menyelesaikan masalah kontektual
Siswa menyelesaikan permasalah kontekstual secara individu sesuai
pemahaman mereka sendiri. Guru sesekali memberikan bertanya atau
memberikan petunjuk agar siswa tetap termotivasi.
4. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban
Siswa berdiskusi dan membandingkan jawaban dari permasalahan secara
berkelompok. Selanjutnya jawaban dibandingkan dan didiskusikan
bersama pada diskusi kelas.
5. Menyimpulkan
Guru membimbing siswa menarik kesimpulan berupa prosedur atau
konsep yang dipelajari selama diskusi.
Pengembangan bahan ajar dengan pendekatan pembelajaran matematika
realistik sangat efektif dalam membantu proses pembelajaran matematika yang lebih
mendalam sehingga siswa mampu memahami masalah dengan baik yang
ditunjukkan dengan ketuntasan belajar dan dapat tercapainya tujuan pembelajaran.
PMRI adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang akan menggiring siswa
memahami konsep matematika dengan mengkonstruksi sendiri melalui pengetahuan
sebelumnya yang berhubungan dengan kehidupan sehari-harinya, dengan

11
menemukan sendiri konsep tersebut, maka diharapkan belajar siswa menjadi
bermakna (Putri, 2011).

D. Materi Lingkaran
Lingkaran adalah himpunan semua titik-titik pada bidang datar yang berjarak
sama terhadap suatu titik tertentu, yang disebut titik pusat. Jarak yang sama tersebut
disebut jari-jari. Lingkaran adalah salah satu kurva tutup sederhana yang membagi
bidang menjadi dua bagian, yaitu bagian dalam dan bagian luar lingkran. Nama
lingkaran biasanya sesuai dengan nama titik pusatnya. Pada gambar di bawah ini
bentuk lingkaran 𝑃. Jarak yang tetap antara titik pada lingkaran dengan pusat
lingkaran dinamakan jari-jari, biasanya disimbolkan 𝑟 (Kemendikbud, 2014).

Gambar 1.1 Jari-jari lingkaran

a. Unsur-Unsur Lingkaran
Unsur-unsur lingkaran yang berupa garis dan ciri-cirinya
• Busur
Ciri-ciri
➢ Berupa kurva lengkung
➢ Berhimpit dengan lingkaran
➢ Jika kurang dari setengah lingkaran (busur minor)
➢ Jika lebih dari setengah lingkaran (busur mayor)

12
Gambar 1.2 Busur

• Jari-jari
Ciri-ciri
➢ Berupa ruas garis
➢ Menghubungkan titik pada lingkaran dengan titik pusat
Penulisan simbol : OD, PM, dan SQ

Gambar 1.3 Jari-jari

• Diameter
Ciri-ciri
➢ Berupa ruas garis
➢ Menghubungkan dua titik pada lingkaran
Melalui titik pusat lingkaran

Gambar 1.4 Diameter

• Tali Busur
Ciri-ciri
➢ Berupa ruas garis
➢ Menghubungkan dua titik pada ingkaran

13
Gambar 1.5 Tali Busur
• Apotema
Ciri-ciri
➢ Berupa ruas garis
➢ Menghubungkan titik pusat dengan satu titik di tali busur
➢ Tegak lurus dengan tali busur

Gambar 1.6 Apotema

• Juring
Ciri-ciri
➢ Berupa daerah di dalam lingkaran
➢ Dibatasi oleh dua jari-jari dan satu busur lingkaran
➢ Jari-jari yang membatasi memuat titik ujung busur lingkaran

Gambar 1.7 Juring

• Tembereng
Ciri-ciri
➢ Berupa daerah di dalam lingkaran
➢ Dibatasi oleh tali busur dan busur lingkaran

14
Gambar 1.8 Tembereng

b. Keliling Lingkaran
Keliling lingkaran merupakan busur terpanjang pada suatu lingkaran. Dalam
menghitung keliling lingkaran tidaklah sulit. Anda dapat menggunakan dua
cara untuk menghitung keliling lingkaran, yaitu jika diketahui jari-jari (r) atau
jika diketahui diameter (d).
Rumus dari keliling lingkaran adalah :
𝐾 = 2×𝜋×𝑟
𝐾 =𝜋×𝑑
c. Luas Lingkaran
Luas lingkaran dapat dihitung dengan menggunakan jari-jari lingkaran. Jka
yang diketahui diameternya, maka ubah diameter menjadi jari-jari. Caranya,
bagi diameter dengan 2
Rumus dari luas lingkaran adalah:
𝐿 = 𝜋 × 𝑟2

15
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut


Sukmadinata (2009), metode kualitatif adalah penelitian untuk mendeskripsikan dan
menganalisis tentang fenomena, peristiwa, kepercayaan, sikap, dan aktivitas sosial
secara individu maupun kelompok. Metode kualitatif merupakan kumpulan metode
untuk menganalisis dan memahami lebih dalam mengenai makna beberapa individu
maupun kelompok dianggap sebagai masalah kemanusiaan atau masalah sosial
Creswell (2015).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif untuk dapat


memahami fenomena dalam konteks sosial secara alamiah yang menggambarkan
permasalahan sosial pada seseorang mengenai sudut pandang perilaku. Dalam
penelitian kualitatif peneliti menganalisis dan setelah itu melaporkan fenomena dalam
suatu hasil analisa dalam penelitian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tempat dan waktu yang telah ditentukan sebagai
berikut :

1. Tempat Penelitian
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PMRI matematika dilaksanakan
di MTs Nurul Ula Burai.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2021/2022.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa MTs Nurul Ula Burai kelas VIII. Yang
menjadi sampel subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Nurul Ula Burai.
Siswa akan mengerjakan tes tertulis setelah mengikuti pembelajaran menggunakan

16
LKS dan memberikan tanggapan dan masukan terhadap LKS yang dikembangkan
dengan mengisi angket respon siswa.

D. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perisapan

• Melakukan wawancara terhadap guru matematika dan siswa di sekolah yang


akan menjadi penelitian yaitu MTs Nurul Ula Burai.

• Konsultasi dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan dan dosen


pembimbing.

• Melakukan perizinan tempat untuk penelitian.

• Menentukan dan memilih sampel penelitian.

• Menyusun instrumen penelitian kemudian dikonsultasikan dengan dosen


pembimbing. Instrumen penelitian ini diantaranya Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), soal pretest dan posttest, pedoman wawancara, lembar
observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas belajar siswa serta lain
sebagainya sesuai kebutuhanpenelitian.

• Setelah menyusun instrumen penelitian (RPP, lembar kerja siswa (LKS), soal test
(pretest dan posttest), dan lembar observasi disusun, maka dilanjutkan dengan
melakukan validasi pakar kepada para ahli yang dilibatkan meliputi: ahli dalam
bidang evaluasi pembelajaran matematika dan guru matematika disekolah MTs
Nurul Ula Burai.

• Analisis perangkat pembelajaran dan instumen pengumpulan data.Perangkat


pembelajaran dan instrumen pengumpulan data di validasi menggunakan
validitas konstrak (Construct Validity). Menurut Sugiyono (2013:177), untuk
menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari para ahli (judgment
experts), yang disebut dengan validator. Adapun beberapa aspek kevalidan terdiri
dari isi, muka dan konstruk. Pada ketiga aspek tersebut memuat beberapa
indikator yang akan diberi skor oleh validator. Adapun ketentuan pemberian skor
pada lembar validasi, adalah sebagai berikut:

17
Tabel 4 Ketentuan Pemberian Skor Validasi
Skor Indikator Kategori Indikator
1 Indikator sangat tidak valid
2 Indikator tidak valid
3 Indikator valid
4 Indikator sangat valid
(Modifikasi dari Sugiyono, 2013:135)

2. Tahap Pelaksanaan

• Pelaksanaan penelitian ini dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan dengan


alokasi waktu 2 x 45 menit.

• Sebelum menerapkan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik


Indonesia, para siswa diberikan pretest terlebih dahulu di setiap
pertemuannya.

• Melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pada pertemuan pertama sampai


pertemuan ke enam kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan
pembelajaran konvensional pada kelas kontrol dan menggunakan
pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada
kelas eksperimen. Adapun langkah- langkah pembelajaran realistik
sebagai berikut:

➢ Kegiatan awal atau Pembukaan

❖ Penyampaian tujuan pembelajaran

❖ Pemberian motivasi dan melakukan apersepsi.

❖ Penjelasan tentang pembagian kelompok dan cara belajar.

➢ Kegiatan inti

❖ Dimulai dengan masalah realistik.

❖ Guru memfasilitasi, antara lain dengan menyiapkan media yang


lain seperti lembar kerja siswa.

18
❖ Siswa diberi kesempatan menyelesaikan masalah dengan cara
mereka sendiri secara berkelompok.

❖ Guru mengawasi semua siswa dan membimbing setiap siswa


yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya.

❖ Setelah itu, guru membimbing perwakilan kelompok untuk


mempresentasikan hasil diskusinya.

❖ Guru secara perlahan membawa siswa kematematika formal.

➢ Kegiatan akhir atau penutup

❖ Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran yang


telah dipelajari hari ini.

❖ Guru memberikan tes kemampuan kepada siswa.

3. Tahap Penyelesaian

Setelah diperoleh data hasil tes lalu dihitung meannya untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Kemudian perbedaan
antara hasil pretest dan posttest masing-masing kelas dihitung dengan
menggunakan uji t untuk menentukan pengaruh yang timbul pada pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Agar penelitian ini mencapai sasaran yang tepat dan memperoleh informasi
yang digunakan penulis untuk mendapatkan informasi, teknik yang digunakan
penulis dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara kepada guru matematika digunakan untuk mengetahui


informasi mengenai kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika

19
sedangkan wawancara kepada siswa untuk mengetahui bagaimana
pembelajaran yang digunakan pada pelajaran matematika di MTs Nurul Ula
Burai. Teknik wawancara ini juga digunakan untuk mengetahui tanggapan awal
atau respon guru dan siswa terhadap proses pembelajaran yang berlangsung
dengan pendekatan PMRI terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas VII MTs Nurul Ula Burai.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang


berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274). Dokumentasi digunakan
untuk mengetahui pembelajaran yang digunakan oleh guru matematika di MTs
Nurul Ula Burai yang dilihat dari RPP sekolah tersebut, sebagai penguat data
yang diperoleh selama penelitian. Selain itu, metode ini digunakan untuk
mendapatkan daftar nama-nama siswa yang akan menjadi populasi dan subjek
penelitian serta sebagai bukti nyata berupa foto-foto pelaksanaan proses
pembelajaran.

3. Observasi

Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu


proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis
dan psikhologis (Sugiyono, 2013:203). Observasi dilakukan dengan mengamati
dan mencatat kegiatan pembelajaran dikelas dengan melihat aktivitas guru dan
aktivitas belajar siswa dengan menggunakan skala likert. Ketentuan pemberian
skor pada lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas belajar siswa adalah
sebagai berikut:

Tabel 5 Skor Data Observasi


Skor Deskriptor
1 Jika tidak ada deskriptor muncul
2 Jika hanya satu deskriptor muncul
3 Jika ada dua deskriptor muncul
4 Jika semua deskriptor muncul
(Modifikasi dari Hadi, 2005:107)

20
4. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,2010: 193).
Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes tertulis dengan soal
berbentuk essay untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa sebelum dan setelah pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).

F. Teknik Analisis Data


1. Analisis Observasi
Observasi dilakukan terhadap siswa pada saat proses pembelajaran
matematika menggunakan LKS Lingkaran berbasis pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
• Menentukan skor untuk masing-masing indikator.
• Menentukan skor total untuk setiap subjek dengan cara.
• Menentukan Tingkat keaktifan aktivitas belajar siswa per-indikator
dengan cara.
Dari data analisis tersebut dikategorikan pada penilaian skor aktivitas
belajar akan dikelompokkan dalam kategori sebagai berikut:

Tabel 6 Kategori Aktivitas Belajar Siswa


Skor Kategori
91-100 Sangat aktif
75-90 Aktif
60-74 Cukup aktif
41-59 Kurang aktif
0-40 Tidak aktif
(Modifikasi dari Arikunto, 2013 : 281)

21
2. Analisis Tes
• Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat


kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010:211). Validator
dalam penelitian ini adalah dosen ahli dalam bidang evaluasi pembelajaran
matematika dan guru praktisi matematika.Validator memberi penilaian
terhadap Lembar Kerja Siswa (LKS) PMRI, lembar observasi, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Soal tes Pretest dan Posttest serta
memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap semua instrumen sebelum
diuji cobakan di sekolah.

Kevalidan data dianalisis kualitatif dan kuantitatif. Pada analisis


kualitatif, instrumen disusun berdasarkan hasil masukan, kritikan dan
perbaikan dari validator. Data yang dianalisis berupa komentar dan saran
para pakar serta data berupa hasil skor lembar validasi. Data berupa
komentar dan saran digunakan untuk bahan refisisedangkan data berupa skor
validasi untuk melihat valid atau tidaknya instrumen. Pada analisis
kuantitatif , peneliti mengambil rumus V Aiken untuk menghitung hasil
validasi dari ketiga validator yang telah memberikan skor pada setiap
indikator lembar validasi.

V = ∑ / [n(c-1)], dimana S = r-lo (Hendryadi,


3:2014)Keterangan :
V = indeks validitas dari Aiken
r = Angka yang diberikan oleh seorang
penilailo = Angka penilaian validasi yang
terendah
n = jumlah semua validator
c = Angka penilaian validasi yang tertinggi

22
Tabel 7 Interpretas Validasi
Interval Keterangan
0,00 ≤ Rata-rata < 0,50 Tidak valid
0,50 ≤ Rata-rata ≤ 1 Valid
(Modifikasi Arikunto, 2010 : 271)

• Menghitung Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika


Siswa
Menghitung hasil tes kemampuan, pretest dan posttest yang sistem
penilaiannya menggunakan sistem penilaian standar yang dirumuskan :
❖ Membuat tabel pedoman penskoran.

❖ Memeriksa dan memberi skor pada jawaban siswa sesuai dengan

rubrik penskoran.

❖ Menghitung nilai perolehan siswa.

❖ Menentukan tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa


per-butir soal dan per-indikator.

Untuk menentukan tingkat kemampuan pemecahan masalah


matematika siswa dalam menyelesaikan soal tes maka hasil tes
siswa dikelompokan berdasarkan kategori kemampuan
pemecahan masalah matematika pada tabel berikut:

Tabel 8 Kategori Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika


Skor Kategori
81 – 100 Sangat Tinggi
61 – 80 Tinggi
41-60 Sedang
21-40 Rendah
0-20 Sangat Rendah
(Modifikasi dari Djaali “dalam” Ririn, 2013:31)

23
Selanjutnya, Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji statistik terhadap hasil data pretest, posttest Dengan
menggunakan indeks gain (Normalized gain) dari kelompok kelas
eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Indeks gain ini dihitung dengan
rumus indeks gain dari (Meltzer dalam Herlanti, Yanti, 2006: 71)

24
DAFTAR PUSTAKA

Fajrin, H. S., & Liberna, H. 2020. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Kelas VIII Pada Pokok Bahasan Pola Bilangan Barisan dan Deret. Prosiding Seminar
Nasional dan Diskusi Panel Nasional Pendidikan Matematika Universitas Indraprasta
PGRI, Jakarta, 15-28.

Fitra, Dian. (2018). Penerapan pendidikan matematika realistik indonesia (PMRI) dalam
pembelajaran matematika. Journal of Research in Education. 1(1): 1-7.

Gravemeijer, Koeno. (1994). Educational Development and Developmental Research in


Mathematics Education. Journal for Research in Mathematics Education. 25(5): 443–
471.

Gunantara, dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V. Jurnal
Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD, 2(1).
Gustina, H. T., Syahrilfuddin., & Noviana, E. 2019. Pengaruh Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas II SD Negeri 144 Pekanbaru. Jurnal Tunjuk Ajar, 2(1), 30-39.

Hadiansyah, D., Sudayana, R., & Madio, S. S. 2016. Perbandingan Kemampuan Proses Pemecahan
Masalah Matematis Antara Implementasi Strategi Konflik Kognitif Dengan Model
Pembelajaran Discovery Learning. Jurnal riset pendidikan, 2(2), 119-128.

Haryonik, Y., & Bhakti, Y. B. 2018. Pengembangan Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa Dengan
Pendekatan Matematika Realistik. Jurnal Matematika dan Pembelajaran, 6(1), 40-55.

Idris, I., & Silalahi, D. K. 2016. Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) untuk Meningkatkan Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita pada Kelas VII A SMP
UTY. Jurnal EduMatSains, 1(1), 73-82

Mariam, S., Rohaeti, E. E., & Sariningsih, R. 2018. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Madrasah Aliyah Pada Materi Pola Bilangan. Jurnal On Education, 1(2),
156-162.

25
Putri, R. I. I., 2011. Pembelajaran Materi Bangun Datar melalui Cerita menggunakan Pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, 18(2), 234-239.

Rio, M., & Pujiastuti, H. 2020. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa
SMP Pada Materi Bilangan Bulat. Jurnal matematika dan pendidikan matematika,
11(1), 70-81.

Sulistiawati, I., Arsyad, N., & Minggi, I. 2019. Deskripsi Penalaran Siswa dalam Pemecahan
Masalah Matematika pada Pokok Bahasan Barisan dan Deret Ditinjau dari Kemampan Awal.
Jurnal matematika, 3(2), 111-118.

Susiana, & Suparman. (2018). Deskripsi Kebutuhan Bahan Ajar Matematika untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa Tunagrahita SMPLB.
Seminar Nasional Pendidikan Matematika Ahmad Dahlan. 631-642.

26

Anda mungkin juga menyukai