Anda di halaman 1dari 8

BAB LIMA

Pendahuluan

Setelah menentukan jenis pendekatan penelitian (kualitatif, kuantitatif, atau metode campuran),
tinjauan pustaka sementara, serta format proposal, langkah selanjutnya adalah merancang atau
merencanakan penelitian. Langkah ini diawali dengan membuat pendahuluan proposal sebagai
proses mengatur dan menulis gagasan-gagasan awal. Bab ini membahas komposisi dan penulisan
pendahuluan serta menjelaskan perbedaan-perbedaan dalam menulis pendahuluan untuk tiga
jenis rancangan yang berbeda. Kemudian, pembahasan beralih pada lima komponen dalam
menulis pendahuluan, antara lain: (a) menjelaskan masalah yang dapat menuntun pada
penelitian; (b) mereviu literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah tersebut; (c)
menunjukkan sejumlah kekurangan dalam literatur-literatur itu; (d) menyatakan pentingnya
penelitian bagi pembaca-pembaca tertentu; dan (e) mengidentifikasi tujuan penelitian. Peneliti
juga perlu menerapkan model defisiensi ketika menulis pendahuluan karena komponen utama
dalam pendahuluan adalah menunjukkan kekurangan-kekurangan (defisiensi- defisiensi) dalam
penelitian-penelitian sebelumnya. Untuk mengilustrasikan model ini, saya sudah menyajikan
satu tulisan pendahuluan yang utuh (lengkap dengan analisisnya) dari salah satu artikel jurnal
yang pernah dipublikasikan.

PENTINGNYA PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan bagian pertama dalam artikel jurnal, disertasi, atau penelitian akademis.
Pendahuluan inilah yang menentukan tahap-tahap selanjutnya dalam penelitian. Seperti yang
dijelaskan Wilkinson (1991: 96):

Pendahuluan merupakan bagian tulisan yang memberikan informasi awal kepada pembaca
tentang penelitian yang ditulis. Tujuannya untuk membangun kerangka penelitian sehingga
pembaca dapat memahami bagaimana penelitian tersebut berhubungan dengan penelitian-
penelitian yang lain.

Pendahuluan menjelaskan suatu isu atau concern yang dapat menuntun pada penelitian. Oleh
karena pendahuluan merupakan bagian awal dalam proposal atau penelitian maka diperlukan
perhatian khusus dalam proses penulisannya.
ABSTRAK UNTUK PENELITIAN

Abstrak adalah rangkuman singkat dari isi penelitian, dan memungkinkan pembaca cepat
menyurvei unsur-unsur penting proyek penelitian. Abstrak ditempatkan di awal penelitian, dan
berguna untuk proposal penelitian dan untuk tesis akhir atau disertasi.

Saya melihat beberapa komponen utama sebagai bagian dari abstrak yang akan sama untuk pro-
posal penelitian kuantitatif, kualitatif, dan metode campuran. Saya juga mengurutkan komponen-
komponen tersebut sebagai berikut:

1. Mulailah dengan isu atau masalah yang mengarah ke perlunya dilakukan penelitian.

2 . Sebutkan tujuan penelitian.

3. Kemudian sebutkan apa data yang akan dikumpulkan untuk me nyelesaikan tujuan ini.

4. Setelah itu, sebutkan tema atau hasil statistik yang mungkin akan di- hasilkan dalam penelitian
Anda.

5. Akhiri abstrak dengan menyebutkan implikasi praktis penelitian

Berikut adalah sebuah contoh abstrak singkat untuk penelitian kualitatif yang berisi kelima
elemen tersebut di atas.

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah kurangnya jumlah kaum perempuan yang
bertanding dalam seni beladiri. Untuk membahas masalah ini, tujuan penelitian ini akan
menggali motivasi para atlet perempuan da- lam kompetisi Tae Kwon Do. Untuk mendapatkan
data, wawancara-wa- wancara dengan 4 atlet perempuan turnamen Tae Kwon Do dilakukan. Wa-
wancara dicatat dan dianalisis. Data ini mengarah ke 3 tema: dukungan so sial, efikasi-diri, dan
orientasi tujuan. Tema-tema tersebut akan bermanfaat untuk memahami cara optimal
meningkatkan motivasi para perempuan terhadap seni beladiri. (Witte, 2011, komunikasi
pribadi)

PENDAHULUAN DALAM PENELITIAN KUALITATIĘ, KUANTITATIFE, DAN METODE


CAMPURAN
Setelah melakukan tinjauan umum pada beberapa pendahuluan yang terda- pat dalam banyak
penelitian, saya menemukan bahwa pendahuluan pada umumnya selalu mengikuti pola yang
sama, yaitu, menyatakan suatu ma- salah, lalu menjustifikasi mengapa masalah tersebut harus
diteliti.Saya ju- ga sudah menegaskan bahwa penelitian kualitatif bersifat eksploratoris, dan
peneliti memanfaatkan pendahuluan untuk mengeksplorasi suatu topik yang tidak bisa
diidentifikasi variabel-variabel ataupun teorinya. Morse (1991:120), misalnya, pernah
menyatakan:

Karakteristik-karakteristik masalah penelitian kualitatif antara lain: (a) kon- sepnya belum
matang (immature) karena teori dan penelitian sebelumnya yang membahas konsep tersebut
tidak terlalu banyak dan menonjol; (b) gagasan yang ditawarkan suatu teori bisa saja belum
akurat, tidak cocok, tidak benar, atau mengandung bias; (c) adanya keharusan untuk meng-
eksplorasi dan mendeskripsikan fenomena dan mengembangkan suatu teo- ri; atau (d) sifat
fenomena yang ingin diteliti tidak sesuai jika dianalisis se- cara kuantitatif.

Misalnya, meningkatnya urbanisasi (sebagai masalah penelitian) harus dieksplorasi karena


masalah tersebut belum pernah diteliti dalam kawasan- kawasan tertentu di suatu negara.

Sejumlah peneliti kualitatif terkadang memiliki perspektif teoretis tentang masalah apa yang
akan diteliti (seperti, ketidakadilan dalam pembagian upah antara perempuan dan laki-laki atau
sikap-sikap rasial yang sering kali mun- cul saat membuat sketsa biografis sopir-sopir di jalan
raya).

Selain itu, dalam beberapa penelitian kualitatif yang lebih berfokus pada perspektif partisipan,
pendahuluannya bisa saja tidak ditulis secara induktif, tetapi deduktif, misalnya penelitian
etnografi.

Untuk pendahuluan kuantitatif, masih jarang ada variasi. Dalam proyek kuantitatif, masalah
penelitian dijelaskan dengan cara mengidentifikasi, me mahami, dan menemukan faktor-faktor
atau variabel-variabel apa saja yang memengaruhi suatu outcome.

Dalam dua situasi ini, masalah penelitian merupakan masalah pema- haman faktor-faktor yang
menjelaskan atau berhubungan dengan hasil dan menjadi sangat penting karena membantu
peneliti menjelaskan masalah ter- sebut dengan baik.
Peneliti dengan metode campuran dapat menerapkan pendekatan kua- litatif atau kuantitatif
terlebih dahulu (atau dikombinasikan sekaligus) dalam pendahuluannya.

Proyek metode campuran bisa terlebih dahulu menjelaskan hubungan antara perilaku merokok
dan depresi dalam lingkungan remaja, kemudian mengeksplorasi pandangan-pandangan dari para
remaja untuk dapat me- nampilkan berbagai pola/tema yang berbeda tentang merokok dan
depresi tersebut.

SALAH SATU MODEL PENDAHULUAN

Menulis pendahuluan untuk tiga penelitian yang berbeda-seperti yang su- dah dijelaskan di atas
memang tidak terlalu jelas perbedaannya. Kom- ponen utama yang perlu dimasukkan ke dalam
pendahuluan pada umumnya berhubungan dengan jenis-jenis masalah yang dibahas, baik itu
penelitian kualitatif, kuantitatif, maupun metode campuran.

Model defisiensi pendahuluan (deficiency model of an introduction) merupakan salah satu pola
umum dalam menulis pendahuluan yang baik. Model ini terdiri dari lima bagian yang masing-
masing dari kelimanya dapat ditulis, dalam satu paragraf sehingga secara keseluruhan bisa
mencapai maksimal dua halaman. Lima bagian tersebut antara lain:

1. Masalah penelitian.

2. Penelitian sebelumnya yang membahas masalah tersebut.

3. Kekurangan (deficiencies) dalam penelitian sebelumnya.

4. Pentingnya penelitian untuk audiens tertentu.

5. Tujuan penelitian.

SEBUAH ILUSTRASI

Sebelum menjelaskan lima bagian tersebut, berikut ini ada contoh pen- dahuluan kualitatif yang
ditulis oleh Terenzini, Cabrera, Colbeck, Bjorklund, dan Parente (2001) dalam The Journal of
Higher Education dengan judul penelitiannya "Racial and Ethnic Diversity in the Classroom"
(ditulis kembali atas izin penerbit). Berdasarkan lima komponen penting pendahuluan yang
sudah dijelaskan di atas, maka beberapa pernyataan yang menurut saya- berkaitan dengan
masing-masing komponen sudah saya tandai dengan jelas.

MASALAH PENELITIAN

Dalam pendahuluan artikel Terenzini et al. (2001) di atas, kalimat pertama sudah menunjukkan
dua komponen utama pendahuluan yang baik, yaitu menunjukkan bahwa penelitian tersebut
menarik dan memperlihatkan bahwa masalah atau isu yang diangkat benar-benar berbeda.
Pengaruh seperti apa yang dimunculkan dari kalimat ini? Apakah kalimat tersebut memancing
pembaca untuk membacanya lebih lanjut? Apakah kalimat tersebut harus ditulis dalam level
tertentu sehingga pembaca dapat memahaminya? Perta- nyaan-pertanyaan ini penting dijawab
untuk menulis kalimat pembuka pen- dahuluan. Kalimat ini sering kali dikenal dengan istilah
narrative hook, suatu istilah yang diambil dari bahasa Inggris, yang berarti "kata-kata yang dapat
menggambarkan, melibatkan, atau menghubungkan (hook) pembaca dengan/ dalam penelitian."
Untuk mempelajari bagaimana menulis narrative hook yang baik, perhatikan kalimat-kalimat
pembuka dalam artikel-artikel jurnal kenamaan atau koran-koran penting. Sering kali, para
jurnalis menyajikan contoh-contoh yang menarik di awal kalimatnya.

Dalam ilmu sosial terapan, masalah penelitian bisa saja muncul dari isu.

isu, kesulitan-kesulitan, dan perilaku-perilaku masa kini. Masalah penelitian ini akan menjadi
jelas jika peneliti bersedia mengidentifikasi dengan meng. ajukan sejumlah pertanyaan, seperti:
"Apa kepentingan atau motivasi diada- kannya penelitian ini?"

ingatlah tip-tip penelitian berikut ini:

Tulislah kalimat pembuka yang dapat menstimulasi ketertarikan pembaca dan mampu
menampilkan masalah yang dapat dipahami secara relasional oleh pembaca pada umumnya.

Sebagai aturan umum, hindari penggunaan kutipan-kutipan, khu- susnya kutipan yang terlalu
panjang, dalam kalimat pembuka. Ku- tipan-kutipan hanya akan memunculkan banyak
kemungkinan penafsiran, bahkan dapat membuat topik penelitian menjadi tidak jelas. Akan
tetapi, dalam beberapa penelitian kualitatif, kutipan-ku- tipan seperti ini juga dapat menarik
perhatian pembaca. Untuk itu, gunakan kutipan secara layak dan tepat.

Hindari ekspresi idiomatis atau frasa klise (kalimat membingung kan).

Pertimbangkan pengaruh informasi yang menggunakan angka-ang- ka (misalnya, "Setiap tahun,


sekitar 5 juta orang Amerika mengalami kematian anggota keluarga secara tiba-tiba").

Tunjukkan secara jelas masalah yang diangkat (misalnya, dilema, isu) yang dapat menuntun pada
penelitian. Cobalah bertanya pada diri sendiri: "Adakah kalimat yang bisa mewakili masalah
penelitian yang saya angkat ini?"

Tunjukkan mengapa masalah tersebut penting diteliti dengan ca- ra mengutip berbagai referensi
yang membenarkan kelayakan pe- nelitian akan masalah tersebut. Sekadar intermezo: saya selalu
me- ngatakan kepada para mahasiswa saya: "Jika kalian tidak memiliki banyak referensi pada
halaman-halaman pertama proposal kalian maka penelitian kalian tidak akan bernilai akademis."

Pastikan bahwa masalah sudah dijelaskan dalam konstruksi yang konsisten dengan jenis
pendekatan penelitian (misalnya, eksplora- toris dalam kualitatif, pengujian hubungan atau
prediktor-prediktor dalam kuantitatif, dan pendekatan keduanya dalam metode cam- puran).

Tulislah, apakah ada satu atau banyak masalah yang terlibat dalam penelitian sehingga
mengharuskan Anda untuk menelitinya? Sering kali, dalam beberapa penelitian, ada banyak
masalah yang perlu di- bahas. Bukan hanya satu masalah saja.

PENELITIAN-PENELITIAN SEBELUMNYA

Setelah menulis paragraf pembuka yang membahas masalah penelitian, peneliti selanjutnya perlu
mereviu penelitian/literatur sebelumnya yang pernah membahas masalah tersebut. Saya harus
berhati-hati ketika berbicara tentang "mereviu penelitian" di sini karena saya tidak bermaksud
bahwa Anda harus memasukkan tinjauan pustaka utuh dalam bagian pendahuluan. Tinjauan
pustaka ditempatkan di bagian khusus yang terpisah dari bagian pendahuluan. Meskipun
demikian, peneliti bukan berarti tidak boleh mela- kukan tinjauan pustaka/penelitian dalam
pendahuluan ini. Hanya saja, ia harus lebih meringkas sebagian besar penelitian yang nantinya
akan diperinci kembali pada bagian khusus. Saya selalu meminta mahasiswa saya untuk
merefleksikan peta pustaka (seperti yang pernah dibahas dalam Bab 2), lalu di bagian atas
tinjauan pustaka, mereka diminta untuk meringkas kategori- kategori penting dari berbagai
pustaka yang ditinjaunya. Menyebutkan kategori-kategori penting inilah yang saya maksudkan
dengan meninjau pustaka atau mereviu penelitian-penelitian di bagian pendahuluan.

KEKURANGAN (DEFISIENSI) DALAM LITERATUR SEBELUMNYA

Setelah menjabarkan masalah penelitian dan mereviu sejumlah literatur/penelitian lain yang
relevan, peneliti kemudian mengidentifikasi kekurangan- kekurangan (deficiencies) yang
terdapat dalam literatur/penelitian tersebut. Identifikasi semacam ini sering dikenal dengan
istilah model defisiensi. Sifat defisiensi ini bervariasi dari satu penelitian ke penelitian lain.
Defisiensi dalam literatur atau penelitian sebelumnya (deficiencies in past literature) bisa saja
muncul karena topik-topik yang diangkat di dalamnya tidak di- eksplorasi berdasarkan
kelompok, sampel, atau populasi tertentu; literatur/ penelitian tersebut mungkin perlu dikaji
kembali untuk melihat adakah kesamaan dalam hal penemuan, sampel, ataupun tempat yang
diteliti, atau komunitas yang termarginalkan tidak direpresentasikan secara memadai da- lam
literatur/penelitian tersebut.

Singkatnya, untuk menunjukkan kekurangan (deficiency) dalam literatur sebelumnya, peneliti


perlu menerapkan tip-tip penelitian berikut ini:

Kutiplah sejumlah kekurangan dalam literatur tersebut untuk mem- perkuat alasan
dibutuhkannya penelitian terhadap topik tertentu.

Tunjukkan secara spesifik kekurangan dalam penelitian yang sudah ada (misalnya, kesalahan
metodologis atau variabel yang terabai- kan).

Tulislah bidang atau ranah tertentu yang terabaikan oleh penelitian sebelumnya, termasuk topik,
proses statistik, implikasi penting, dan sebagainya.
Jelaskan bagaimana penelitian Anda akan mengoreksi kekurangan ini dan memberikan
kontribusi yang berbeda pada literatur/peneli tian akademis.

SIGNIFIKANSI PENELITIAN BAGI PEMBACA

Dalam disertasi, peneliti sering kali menyertakan bagian khusus yang mendes- kripsikan
signifikansi penelitian bagi pembaca tertentu. Hal ini dilakukan untuk mendukung pentingnya
analisis topik penelitian bagi kelompok-ke- lompok tertentu yang mungkin saja dapat
memperoleh manfaat dengan membaca dan menggunakan penelitian tersebut. Dalam bagian ini,
peneliti hendaknya menulis alasan/rasionalisasi tentang pentingnya penelitian yang diajukan.
Semakin banyak pembaca yang ditargetkan, semakin besar signi- fikansi penelitian tersebut bagi
mereka; begitu pula potensi penelitian ter- sebut akan semakin kuat untuk diterapkan di dunia
nyata.

Pada akhirnya, pendahuluan yang baik untuk penelitian selalu diakhiri dengan pernyataan
tentang tujuan atau maksud penelitian. Terenzini et al. (2001) mengakhiri pendahuluannya
dengan menyatakan secara tegas bahwa penelitiannya ditujukan untuk membahas pengaruh
keragaman struktural terhadap keterampilan intelektual mahasiswa dalam kelas.

Anda mungkin juga menyukai