MENULIS PROPOSAL
Bagian-Bagian dalam Proposal
Salah satu syarat utama yang harus dipenuhi sebelum menulis proposal adalah
mempertimbangkan topik-topik apa saja yang akan dimasukkan dalam proposal tersebut.
Semua topik harus saling berhubungan dan memberikan gambaran kohesif mengenai proyek
penelitian secara keseluruhan. Untuk itulah, diperlukan sejenis outline atau draft meskipun
topik-topik ini akan bervariasi bergantung pada jenis proposal yang diajukan, apakah
kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran. Dalam bab ini, saya menyajikan outline topik-
topik proposal, sejenis draf tentang bagian-bagian yang perlu dimasukkan dalam proposal
penelitian. Dalam bab-bab selanjutnva, saya akan menjelaskan bagian-bagian ini secara lebih
detail.
Yang jelas, secara keseluruhan, suatu proposal penelitian di-bentuk oleh beberapa
argumentasi utama. Maxwell (2005) menyebut sembilan argumentasi inti yang harus
diperhatikan peneliti untuk menulis proposal penelitian. Berikutini saya sajikan sembilan
argumentasi tersebut dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
1. Apa yang dibutuhkan pembaca untuk memahami topik Anda dengan lebih mudah?
2. Apa yang sudah sedikit-banyak diketahui pembaca mengenuitopik Anda?
1
3. Apa yang Anda harapkan dari penelitian Anda?
4. Rancangan seperti apa dan siapa saja orang-orang yang ingin Anda teliti?
5. Metode-metode apa yang ingin Anda gunakan untukmenyajikan data?
6. Bagaimana Anda akan menganalisis data?
7. Bagaimana Anda akan menvalidasi penemuan-penemuanAnda?
8. Masalah-masalah etis apa saja yang akan Anda sajikan?
9. Apakah hasil-hasil sementara sudah menunjukkan bahwa penelitianyang Anda ajukan
ini bermanfaat dan bisa diterapkan?
Sembilan pertanyaan ini, jika masing-masing disajikan secara tepat dalam satu bagian
proposal, akan membentuk fondasi penelitian yang baik dan sangat membantu proses
penyusunan proposal secara keseluruhan. Yang menarik dari sembilan pertanyaan di atas
adalah disertakannya verifikasi penemuan, pertimbangan-pertimbangan etis, hasil-hasil
sementara, dan bukti manfaat atau tidaknya sebuah proposal. Komponen-komponen ini dapat
memfokuskan perhatian pembaca pada elemen-elemen kunci yang sering kali diabaikan
dalam proposal penelitian.
Pendahuluan
Latar belakang masalah (mencakup literatuMiteratur yang ber-hubungan dengan
rnasalah tersebut dan pentingnya penelitian). Tujuan penelitian dan batasan masalah.
Rumusan masalah.
Prosedur-Prosedur
Asumsi-asumsi filosofis tentang penelitian kualitatif.
Strategi penelitian kualitatif.
Peran peneliti.
Prosedur-prosedur pengumpulan data,
Strategi-strategi menvalidasi hasil
penelitian. Susunan naratif penelitian.
Masalah-masalah etis yang mungkin muncul, Hasil-hasil sementara (jika ada). Outcomes
yang diharapkan.
Lampiran: pertanyaan-pertanyaan wawancara, bukti observasi, catatan waktu, dan
anggaran yang diajukan.
Pada contoh di atas, peneliti hanya menyertakan dua bagian utama, yaitu pendahuluan
dan prosedur-prosedur. Tinjauan pustaka bisa saja dimasukkan, tetapi hanya bersifat optional
saja; lagi pula, sebagaimana yang sudah dijelaskan pada Bab 3, tinjauan pustaka bisa
dimasukkan di akhir penelitian atau di bagian outcomes yang diharapkan. Selain itu, saya
juga sudah menambah bagian-bagian yang mungkin pada awalnya tampak tidak lazim.
Misalnya, denganmembuat catatan waktu dan menyajikan anggaran yang diajukan peneliti
setidak-tidaknya sudah memberikan informasi yang berguna bagi pihak perguran tinggi
meskipun bagian-bagian ini biasanya tidak dijumpai dalam outline proposal.
Format proposal di atas tadi sama dengan format sebelumnya (konstruktivis/interpretivis)
kecuali dalam hal bahwa dalam format proposal ini, peneliti mengidentifikasi isu-isu
advokasi/partisipatoris tertentu yaing akan dieksplorasi dalam penelitian (sepertimarginalisasi
dan pemberdayaan), berkolaborasi dengan para partisipan dalam pengumpulan data, dan
menyatakan perubahan-perubahan yang dapat ditawarkan oleh penelitian ini.
Pendahuluan
Latar belakang masalah (meliputi isu-isu advokasi/partisipatoris yang akan
dieksplorasi, literatur-literatur yang berhubungan dengan isu tersebut, dan pentingnya
penelitian). Tujuan penelitian dan batasan masalah. Rumusan masalah.
Prosedur-Prosedur- ,
Asumsi-asumsi filosofis tentang penelitian kualitatif.
Strategi penelitian kualitatif.
Peran peneliti,
Prosedur-prosedur pengumpulan data (meliputi pendekatan-pendekatan pengumpulan
data secara kolaboratif bersama para partisipan).
Prosedur-proseedur pencatatan/perekaman data. Prosedur-prose*dur analisis data.
Strategi-stratecgi menvaiidasi hasif penelitian.
Susunan naratif.
Masalah-masalsh etis yang mungkin muncul.
Pentingnya penelitian.
Hasil-hasil semwentara (jika ada).
Perubahan-perubahan advokasi/partisipatoris yang diharapkan.
Pendahuluan
Latar belakang masalah (meliputi pembahasan mengenai masalah yang diangkat dan
pentingnya penelitian). Tujuan penelitian dan batasan masalah. Perspektif teoretis.
Rumusan masalah atau hipotesis.
Tinjauan Pustaka
Metode Penelitian
3enis rancangan penelitian.
Populasi, sampel, dan partisipan.
Instrumen-instrumen pengumpulan data, vartabel-variabel,
dan materi-rnateri.
Prosedur-prosedur analisis data.
Pendahuluan
Latar belakang masalah.
Penelitian-penelitian sebelumnya yang juga mernbahas masalahtersebut.
Kekurangan-kekurangan dalam penelitian-penelitian sebelumnyadan satu kekurangan yang
membuat Anda merasa perlu mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara
bersamaan untukmenutupi kekurangan ini.
Para pembaca yang dapat mengambil manfaat dari penetitian ini.
Tujuan Penelitian
Tujuan atau manfaat peneiitian dan rasionalisasi digunakannyametode campuran.
Rumusan masalah dan hipotesis (rumusan masalah atau hipotesiskuantitatif, rumusan
masalah kualitatif, rumusan masalah metodecampuran).
Landasan-landasan filosofis tentang peneiitian metode campuran.
Tinjauan pustaka (tinjauan kuantitatif, tinjauan kualitatif, dantinjauan metode campuran}.
Metode Campuran
Definisi peneiitian metode campuran.
Jenis rancangan yang digunakan dan definisinya.
Tantangan-tantangan menggunakan rancangan ini dan bagaimanamenghadapi tantangan-
tantangan tersebut.
Contoh-contoh penerapan rancangan tersebut.
Referensi dan penyertaan diagram visual.
Pengumpulan dan analisis data kuantitatif.
Pengumpulan dan analisis data kualitatif.
Prosedur-prosedur analisis data metode campuran.
Pendekatan-pendekatan dalam menvalidasi data kuantitatif dankualitatif.
Menulis Gagasan
Setiap tahun, saya selalu mengumpulkan berbagai buku tentang teknik menulis yang
baik. Saya biasanya membeli satu buku baru tentang teknik-teknik menulis setiap kali saya
mengerjakan proposal penelitian. Ketika buku Research Design ini saya tulis untuk edisi
yang ketiga, saya waktu itu sedang membaca Reading Like a Writer-nya Francine Prose
(Prose, 2006). Setiap kali saya membaca buku-buku seperti ini, saya terus teringat dengan
prinsip-prinsip menulis yang baik yang harus saya terapkan pada penelitian saya. Hingga saat
ini, penelitian-penelitian saya sudah menjangkau berbagai spektrum yang luas, mulai dari
buku-buku profesional hingga buku-buku akademik. Semua ini tentu saja didukung, salah
satunya, oleh hasil pembacaan saya pada buku-buku panduan menulis tersebut. Untukitu,
pada bagian ini, saya akan memberikan pada Anda gagasan-gagasan kunci yang saya
dapatkan dari buku-buku favorit yang pernah saya baca.
Kebiasaan Menulis
Cobalah untuk berdisiplin dan membiasakan diri menulis proposal secara reguler dan
terus-menerus. Merancang draf yang benar-benar utuh dalam satu waktu memang dapat
memberikan Anda perspektif awal ketika mereview hasil tulisan sebelum dilakukan
pengeditan yang sebenarnya, namun proses menulis yang tidak konsisten ini (sebentar-
sebentar berhenti, sebentar-sebentar memulai lagi) sering kali menghambat rampungnya
penulisan. Bahkan, cara seperti ini dapat mengubah seorang penulis yang awalnya memiliki
bakat menulis yang baik, menjadi seorang penulis mingguan, yaitu penulis yang hanya
memiliki waktu untuk mengerjakan penelitian-nya pada akhir-akhir pekan setelah semua
pekerjaan "penting" hariannya terselesaikan. Menulis proposal secara kontinu yang saya
maksudkan adalah menulis beberapa paragraf setiap hari atau se-tidak-tidaknya libatkan
pikiran kita setiap hari dalam proses berpikir, mengumpulkan informasi, dan mereview
beberapa hal yang sudah ditulis dalam proposal penelitian.
Pilihlah waktu-waktu khusus dalam satu hari untuk menggarap proyek penelitian Anda, lalu
cobalah untuk berdisiplin dalam menulis pada momen-momen itu setiap harinya. Pilihlah
tempat yang bebas dari gangguan. Boice (1990:77-78) menawarkan ide tentang bagaimana
Anda membangun kebiasaan menulis yang baik:
Dengan prioritas yang sudah Anda miliki, tulislah aktivitas keseharian Anda, baik ketika
siap maupun belum siap untuk menulis.
Jika Anda merasa tidak memiliki waktu untuk menulis secara reguler, cobalah memetakan
aktivitas keseharian Anda dalam momen-momen setengah-jam-an selama satu sampai
dua minggu. Ini akan membantu Anda menemukan waktu yang tepat buat menulis.
Menulislah ketika Anda sedang fresh.
Jangan menulis ketika Anda kekenyangan.
Menulislah secara reguler meski hanya sebentar.
Buatlah jadwal aktivitas menulis sehingga Anda dapat merencana-kan kapan harus
mengerjakan unit-unit tulisan tertentu dalam setiap sesi.
Cobalah menaati kartu harian Anda. Tulislah setidak-tidaknya tiga hal: (a) waktu yang
digunakan untuk menulis, (b) jumlahhalaman yang dapat diselesaikan, dan (c) perkiraan
kapan tugas dapat selesai secara keseluruhan.
Rencanakan tujuan-tujuan harian Anda. ; .ni
Diskusikan tulisan Anda dengan teman-teman yang suportif dan konstruktif sehingga
Anda merasa siap untuk go public.
Cobalah menulis dua atau tiga proyek penulisan secara serempak sehingga Anda tidak
overload dengan satu proyek saja.
Yang juga penting diketahui, proses menulis itu berlangsung secara perlahan-lahan
danbahwa penulis harus merasa mudah ketika menulis. Layaknya pembalap yang selalu
menggeliat sebelum balapan dimulai, penulis juga harus menghangatkan pikiran dan jari-jari
terlebih dahulu sebelum benar-benar menulis. Aktivitas menulis yang tidak tergesa-gesa,
seperti menulis sebuah surat kepada seorang teman, brainstorming di depan komputer,
membaca tulisan-tulisan di komputer, atau merenungkan sebuah syair, dapat membuat tugas
menulis lebih mudah. Saya teringat konsep "masa-pemanasan"-nya John Steinbeck (1969:42)
yang dideskripsikan secara detail dalam Journal of a Novel: The East of Eden Letters.
Steinbeck selalu memulai aktivitas menulisnya setiap hari dengan membuat satu surat kepada
editor sekaligus teman dekatnya, Pascal Covici, di sebuah notebook.
Ada banyak pemanasan lain yang bisa dilakukan. Carrol (1990) memberikan contoh
latihan untuk memperbaiki kontrol seorang penulis yang ingin membuat tulisan yang
deskriptif dan emotif:
Deskripsikan suatu objek, lengkap dengan bagian-bagian dan dimensi-dimensinya, tanpa
terlebih dahulu menceritakan nama objek tersebut kepada pembaca.
Tulislah sebuah percakapan dramatis di antara dua orang yang sekiranya dapat membuat
pembaca penasaran.
Tulislah serangkaian petunjuk sederhana untuk tulisan-tulisan yang diperkirakan sangat
rumit untuk dimengerti.
Carilah satu tema pokok, lalu tulislah dengan tiga cara yang ber-beda-beda (him. 113-
116).
Latihan yang terakhir ini tampaknya cocok bagi para peneliti kualitatif yang menganalisis
data mereka dengan kode-kode dantema-tema yang beragam (lihat Bab 9 mengenai
analisis data kuali-tatif).
Selain itu, pertimbangkan pula instrumen-instrumen penulisan dan tempat fisik yang
membantu proses penulisan Anda berjalan baik dan disiplin. Instrumen-instrumen tersebut
seperti komputer, keypad yang nyaman dipakai, pena kesayangan, pensil, bahkan kopi dan
snack (Wolcott, 2001) memberikan banyak opsi kepada Anda untuk dapat comfortable
ketika menulis. Setting fisik juga turut membantu. Annie Dillard, seorang novelis pemenang
penghargaan Pulitzer, justru menghindari tempat-tempat yang menarik perhatian:
Seseorang ingin ruangannya tanpa pemandangan, sehingga imajinasi dapat muncul
dari kegelapan. Ketika saya menggarap pekerjaan ini tujuh tahun lalu, saya
mendorong meja panjang saya ke dinding kosong sehingga saya tidak dapat melihat
dari jendela mana pun. Suatu hari, lima belas tahun lalu, saya juga menulis di dekat
perapian di area parkir. Saya tak mau berada di atas aspal dan kerikil. Di sana ada
banyak pohon pinus yang tidak berhenti berguguran daunnya sehingga membuat saya
merasa bahwa pekerjaan di dekat bara api ini lebih baik, dan pekerjaan saya pun
terselesaikan (Dillard, 1989:26-27).
Keterbacaan Tulisan
Sebelum mulai menulis proposal, cobalah berpikir tentang bagaimana Anda
meningkatkan keterbacaan proposal Anda. Publication Manual APA (2001) membahas
tentang bagaimana menyajikan tulisan yang rapi dengan cara menunjukkan hubungan
antargagasan dan menggunakan kata transisional. Selain itu, penting juga meng-gunakan
istilah-istilah yang konsisten dan terus membangun kohe-rensi dalam proposal penelitian
Anda.
Gunakan istilah-istilah yang konsisten di sepanjang proposal Anda. Pakailah istilah-
istilah yang sama setiap kali variabel disebutkan dalam penelitian kuantitatif atau
fenomena utama dalam penelitian kualitatif. Jangan menggunakan sinonim-sinonim dari
istilah-istilah tersebut. Hal ini hanya akan membuat pembaca bingung memahami makna
setiap gagasan dalam proposal penelitian Anda.
Pertimbangkan pula seberapa naratif gaya pemikiran yang Anda terapkan agar pembaca
dapat memahami proposal Anda. Konsep ini pernah dikemukakan oleh Tarshis (1982)
yang merekomendasi-kan agar penulis membuat tahapan pemikiran untuk membim-bing
pembaca. Ada empat jenis gaya pemikiran yang bisa diper-timbangkan:
1. Umbrella thoughts gagasan-gagasan umum atau inti yang disilangkan satu sama
lain.
2. Big thoughts gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran tertentu yang berada
dalam ranah umbrella thought untuk memperkuat, mengklarifikasi, atau menjelaskan
umbrella thought.
3. Little thoughts gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran yang fungsi utamanya
adalah memperkuat big thoughts.
4. Attention or interest thoughts gagasan-gagasan yang tujuan-nya adalah
mengorganisasi pemikiran-pemikiran lain dan menjaga perhatian pembaca agar tetap
berada dalam satu jalur pemikiran/konsep tulisan.
Para peneliti pemula pada umumnya selalu berputar-putar dalam umbrella thought
dan attention thought. Akibatnya, proposal mereka dipenuhi dengan gagasan umbrella yang
sangat banyak, namun tidak didukung oleh isi yang detail untuk memperjelas gagasan-
gagasan besar tersebut. Hal ini biasa muncul dalam tinjauan pustaka yang di dalamnya
peneliti perlu menyediakan bagian-bagian besar yang lebih banyak untuk mengikat dan
menyimpulkan semua literatur secara bersama-sama. Salah satu gejala masalah ini adalah
terlalu cepatnya peralihan gagasan secara terus-menerus dari satu gagasan umum ke gagasan
umum yang lain dalam satu naskah. Bahkan, suatu gagasan umum tidak jarang ditulis dalam
satu para-graf yang sangat pendek dalam pendahuluan proposal, seperti yang sering ditulis
oleh para jurnalis dalam artikel-artikel koran. Untuk itulah, peneliti diharapkan dapat berpikir
dalam konteks narasi yang detail agar gagasan-gagasan umbrella dapat tersampaikan dengan
jelas.
Attention thoughts, yang merupakan statemen-statemen ter-organisir untuk memandu
pembaca, juga dibutuhkan. Pembaca membutuhkan rambu-rambu dan petunjuk-petunjuk agar
mereka dapat memahami peralihan dari satu gagasan umum ke gagasan umum selanjutnya
(Bab 6 dan 7 akan membahas rambu-rambu dalam penelitian, seperti tujuan penelitian,
rumusan masalah, dan hipo-tesis). Paragraf yang terorganisir utamanya sangat dibutuhkan di
awal dan akhir tinjauan pustaka. Pembaca harus melihat secara ke-seluruhan susunan
gagasan-gagasan melalui paragraf-paragraf awal dan harus diberi tahu mengenai poin-poin
terpenting di bagian akhir yang nantinya dapat mereka ingat.
Terapkanlah koherensi untuk menambah keterbacaan naskah. Koherensi dalam tulisan
berarti bahwa gagasan-gagasan Anda terikat bersama dan mengalir secara logis dari satu
kalimat ke kalimat lain dan dari satu paragraf ke paragraf lain. Konsistensi nama-nama
variabel dalam judul, tujuan penelitian, rumusan masalah, dan tinjauan pustaka (yang
banyak muncul dalam proyek kuantitatif), misalnya, menggambarkan dengan jelas
bagaimana koherensi ini bekerja. Konsistensi ini akan turut mem-bangun koherensi dalam
penelitian. Begitu pula, menekankan urutan yang konsisten kapan pun variabel bebas dan
terikat disebutkan juga merupakan teknik yang dapat digunakan untuk membangun
koherensi.
Pada level yang lebih detail, koherensi dapat dibangun dengan menghubungkan
kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf dalam naskah. Zinsser (1983) menyarankan agar setiap
kalimat ditulis secarabersambung dan logis. Latihan hook and eye-nya Wilkinson
(1991)tampaknya dapat diterapkan untuk menghubungkan gagasan-gagasan dari kalimat satu
ke kalimat lain dan dari paragraf satu keparagraf yang lain pula.
Contoh 4.5 yang dikutip dari proposal salah seorang mahasiswa berikut ini akan
menunjukkan kepada Anda bagaimana level tinggi koherensi tersebut terjadi. Kutipan ini
diambil dari bagian pen-dahuluan proyek disertasi kualitatif seorang mahasiswa yang
membahas tentang siswa-siswa yang berisiko gagal. Dalam kutipan ini, saya sudah
menerapkan pola hook and eye untuk menghubungkan gagasan-gagasan dari kalimat satu ke
kalimat lain dan dari paragraf satu ke paragraf lain. Seperti yang sudah dijelaskan, tujuan
latihan hook and eye ini (Wilkinson, 1991) adalah untuk menghubungkan gagasan-gagasan di
setiap kalimat dan paragraf. Jika hubungan semacam ini tidak dibuat mudah, berarti sebuah
tulisan tidak mampu menghubungkan peralihan gagasan-gagasan dan topik-topik secara
koheren. Untuk itu, penulis perlu menambah kata-kata, frasa-frasa, atau kalimat-kalimat
transisional untuk membangun koherensi yang jelas.
Pada mata kuliah pengembangan proposal yang saya ampu, saya sering menyediakan
satu kutipan dari pendahuluan sebuah proposal dan meminta mahasiswa untuk
menghubungkan kalimat-kalimat di dalamnya dengan melingkari dan menggaris gagasan-
gagasan inti untuk menghubungkan gagasan-gagasan tersebut dari kalimat satu ke kalimat
yang lain. Teknik ini diterapkan agar para mahasiswa dapat menemukan koherensi dalam
proposal penelitian, sejak dari halaman pertama. Pertama-tama, saya memberikan kutipan
yang tidak diberi tanda apa pun kepada para mahasiswa, kemudian setelah latihan usai, baru
saya memberikan kutipan yang lengkap dengan tanda-tandanya. Karena gagasan inti suatu
kalimat seharusnya terhubung pada gagasan inti pada kalimat selanjutnya maka mereka harus
menandai hubungan ini. Jika kalimat-kalimat tersebut tidak terhubung, berarti ada kata-kata
transisional yang hilang, dan untuk itu perlu dibumbui. Saya juga meminta para mahasiswa
untuk memastikan bahwa antarparagraf dan antarkalimat sudah terhubung dengan teknik
hook and eye.
Kalimat Aktif, Kata Kerja, dan "Berlebih-lebihan"
Setelah belajar bagaimana mengekspresikan pemikiran-pemikiran dan paragraf-
paragraf, kini saatnya Anda belajar menulis kalimat-kalimat dan kata-kata. Persoalan tata
bahasa dan konstruksi kalimat sebenarnya sudah dijabarkan dalam Publication Manual
APA(2001), akan tetapi saya tetap menyertakan bagian ini untuk me-nyoroti beberapa
masalah tata bahasa yang sering kali saya lihat dalam proposal-proposal mahasiswa saya dan
tulisan-tulisan saya pribadi.
Dalam bagian ini, Anda tidak akan diajari untuk menulis dari tahap paling dasar
(seperti merangkai kalimat, menemukan gagasan, dan sebagainya), melainkan dari tahap
meminjam istilah Franklin (1986) memoles tulisan. Inilah tahap yang harus dilalui terakhir
kali dalam proses penulisan. Ada banyak buku yang membahas tentang bagaimana menulis
penelitian atau menulis kesusastraan dengan aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang harus
diikuti terkait dengan konstruksi kalimat dan diksi yang tepat. Wolcott (2001), se-orang
peneliti etnografi, misalnya, berbicara tentang bagaimana mengasah kemampuan editing
dengan cara mengurangi kata-kata yang tidak perlu, menghilangkan kalimat pasif, mengukur
diksi, meminimalisir frasa-frasa yang sering diulang, dan mereduksi kutip-an-kutipan yang
berlebihan, kata-kata yang digaris miring (italic), dan pernyataan-pernyataan yang dikurawal.
Selain gagasan dari Wolcott di atas, gagasan saya tentang kalimat aktif, kata kerja, dan
"berlebih-lebihan" dalam bagian ini sebenarnya juga bisa Anda gunakan untuk menyegarkan
dan memperkuat tulisan akademik Anda selama ini.
Untuk tulisan-tulisan akademik, gunakanlah kalimat aktif se-banyak mungkin (APA,
2001). Menurut penulis sastra, Ross-Larson (1982), "kalimat aktif jika subjeknya
melakukan tindakan. Kalimat pasif jika subjeknya dikenai tindakan" (him. 29). Jika harus
menggunakan konstruksi pasif, cobalah untuk menvariasi-kan auxiliary verb, seperti was.
Contoh-contohnya meliputi will be, have been, dan is being. Penulis dapat menggunakan
konstruksi pasif dengan variasi ini ketika subjek yang bertindak dapat secara logis
diletakkan di kiri kalimat dan ketika apa yang dilakukan subjek tersebut dapat diletakkan
sesudahnya (Ross-Larson, 1982). Misalnya, daripada konstruksi proposal yang diajukan
oleh peneliti, lebih baik menerapkan konstruksi proposal yang peneliti ajukan (penj.).
Gunakanlah verba-verba yang kuat, bersemangat, dan sesuai dengan bidang tulisan yang
disusun. Verba-verba yang kurang kuat biasanya adalah verba-verba yang minim-aksi (is
atau was, misalnya) atau verba-verba yang berfungsi sebagai adjektiva atau adverbia.
Banyak peneliti menggunakan past tense dalam menulis tinjauan pustaka dan melaporkan
hasil penelitian. Padahal, yang seharus-nya diterapkan adalah future tense. Verba ini
setidak-tidaknya dapat mendukung semua waktu yang tersaji secara implisit dalam
proposal penelitian. Untuk penelitian-penelitian yang sudah di-lakukan, gunakanlah
present tense untuk menambah kesegaran dalam penelitian, khususnya di bagian
pendahuluan. Publication Manual APA (2001) hanya merekomendasikan past tense
(seperti, "Jones telah melaporkan") atau present perfect tense (seperti, "Peneliti baru saja
melaporkan") untuk tinjauan pustaka dan pro-sediir-prosedur yang berdasarkan pada
peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi, past tense untuk mendeskripsikan hasil penelitian
(seperti, "diketahui bahwa stres telah menurunkan harga diri"), dan present tense (seperti,
"penemuan kualitatif tersebut me-nunjukkan") untuk membahas hasil penelitian dan
menyajikan kesimpulan. Saya melihat semua ini bukanlah sebagai aturan yang rumit dan
berat, melainkan justru sebagai petunjuk yang sangat bermanfaat.
Berusahalah mengedit dan merevisi draf-draf naskah Anda agar hal-hal yang sekiranya
terkesan "berlebihan" dapat terkurangi. "Sesuatu yang berlebihan" di sini merujuk pada
kata-kata yang tidak terlalu penting dalam menjelaskan makna suatu gagasan. Untuk
menghindari hal ini, para penulis sebaiknya membuat banyak draf untuk satu
naskah/tulisan. Proses ini biasanya me-liputi tindakan menulis, mereview, dan mengedit
tulisan. Dalam proses editing, kurangilah kata-kata yang berlebihan, seperti modi-fikasi-
modifikasi yang terlalu banyak, preposisi-preposisi yang terlalu sering muncul, dan
konstruksi "the-of" misalnya, the study of yang hanya akan menambah kata-kata
yang tidak terlalu penting (Ross-Larson, 1982). Saya jadi teringat dengan prosa lucu
yang ditulis oleh Bunge (1985):
Sekarang, Anda bisa melihat orang-orang pintar yang berusaha mem-buat kalimat
yang rumit. Seorang rekan yang saat ini menjadi staf administrasi universitas, setiap
harinya hampir selalu mengatakan kalimat yang rumit, yang sering kali dimulai
dengan kata-kata seperti ini, "Saya hanya akan bisa berharap bahwa kita akan bisa...."
Pada awalnya, dia tidak pernah mengucapkan kalimat-kalimat seperti itu, tetapi di
umurnya yang sekarang, dengan pergaulan yang jauh dari krisis kehidupan anak-anak
muda, dia justru sangat sulit mengucapkan kalimat-kalimat yang mudah (Bunge,
1985:172).
109
Mulailah mempelajari bagaimana menulis penelitian kualitatif, kuantitatif, dan
metode campuran dengan baik. Salah satu ciri tulisan yang baik adalah mata dan pikiran ini
tidak akan terhenti dan ter-sendat tiba-tiba dalam sebuah kutipan atau kalimat tertentu.
Tulisan yang baik adalah tulisan yang ide-idenya mengalir hingga titik akhir. Dalam buku ini,
saya telah mencoba menggambarkan contoh tulisan-tulisan yang baik dari beberapa jurnal
ilmu sosial-humaniora, seperti American Journal of Sociology, Journal of Applied
Psychology, Administrative Science Quarterly, American Educational Research Journal,
Sociology of Education, dan Image: Journal of Nursing Scholarship. Dalam ranah kualitatif,
literatur yang baik akan menyajikan tulisan yang jelas dan kalimat-kalimat yang detail. Para
pengajar yang membimbing penelitian kualitatif setidak-tidaknya perlu menugaskan pada
maha-siswa untuk membaca buku-buku terkenal, seperti Moby Dick, The Scarlet Letter, dan
The Bonfire of the Vanities (Webb &; Glesne, 1992). Selain itu, Qualitative Inquiry,
Qualitative Research, Symbolic Interaction, Qualitative Family Research, dan Journal of
Contemporary Ethnography merupakan jurnal-jurnal akademik yang juga layak dipelajari.
Jika ingin melakukan penelitian dengan metode campuran, cobalah mempelajari jurnal-jurnal
yang melaporkan penelitian dengan kombinasi data kualitatif dan kuantitatif, termasuk pula
jurnal-jurnal ilmu sosial, seperti Journal of Mixed Methods Research, Field Methods, dan
Quality and Quantity. Baca pula artikel-artikel lain yang dikutip dalam Handboox of Mixed
Methods in the Social and Behavioral Sciences (Tashakkori & Teddlie, 2003).
110
laporan penelitian, peran peneliti dalam konteks lintas-budaya, hingga masalah-masalah
privasi dari data-data internet (Isreal & Hay, 2006).
Dalam literatur, masalah-masalah etis biasanya dibahas di bagian kode-kode etik
profesi dan di bagian respons-respons mereka terhadap dilema-dilema etis serta solusi-
solusinya (Punch, 2005). Banyak organisasi nasional memublikasikan standar atau kode-kode
etik dalam website profesional mereka sesuai, dengan bidang yang mereka garap. Sebagai
contoh, lihatlah:
"Ethical Principles of Psychologists and Code of Conduct," dalam www.apa.org/ethics,
tahun 2002.
"The American Sociological Association Code of Ethics," dalam www.asanet.org, tahun
1997.
"The American Anthropological Association's Code of Ethics," dalam www.aaanet.org,
Juni 1998.
"The American Educational Research Association Ethical Standars of the American
Educational Research Association," dalam www.aera.net, tahun 2002.
The American Nurses Association Code of Ethics for Nurses Provisions, dalam
www.ana.org, Juni 2001
Praktik-praktik etis melibatkan lebih dari sekedar mengikuti seperangkat pedoman statis,
seperti pedoman-pedoman yang disajikan oleh organisasi-organisasi professional di atas.
Lebih dari itu, peneliti juga perlu mengantisipasi dan menyampaikan masalah-masalah
etis yang mungkin saja muncul dalam penelitian mereka (seperti, lihat Berg, 2001; Punch,
2005; dan Sieber, 1998). Masalah-masalah etis ini bisa saja muncul dalam penelitian
kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran, serta semua tahap dalam tiga penelitian
tersebut. Dalam bab-bab selanjutnya, saya sudah menjelaskan beberapa masalah etis
dalam banyak tahapan penelitian. Dengan menyajikan masalah-masalah ini, saya
berharap para peneliti dapat terdorong untuk lebih hati-hati merancang bagian-bagian
proposal mereka. Meskipun pembahasan dalam buku ini tidak secara komprehensif
mencakup semua masalah etis, setidaknya saya sudah menyajikan masalah-masalah etis
yang paling sering muncul. Masalah-masalah tersebut sering kali muncul ketika peneliti
tengah membatasi masalah penelitian (Bab 5); mengidentifikasi tujuan penelitian dan
rumusan masalah (Bab 6 dan 7); dan mengumpulkan, menganalisis, dan menulis data
penelitian (Bab 8,9, 10).
Masalah-masalah Etis dalam Masalah Penelitian.
Hesse-Biber dan Leavy (2006:86) mengajukan pertanyaan: Bagaimana masalah-
masalah etis masuk kedalam bagian latar belakang masalah penelitian? Dalam pendahuluan
proposal, peneliti mengidentifikasi satu masalah atau isu yang penting untuk diteliti dan
menyajikan rasionalisasi atas pentingnya penelitian tersebut. Selain itu peneliti juga perlu
mengidentifikasi satu masalah yang akan menguntungkan individu-individu yang akan
diteliti, satu masalah yang nantinya berguna bagi orang lain selain peneliti itu sendiri (Punch,
2005). Gagasan inti penelitian aksi/partisipatoris adalah: peneliti tidak boleh memarginalisasi
atau melemahkan partisipan-partisipan yang ditelitinya. Masalahnya, tidak jarang identifikasi
masalah penelitian justru semakin meminggirkan para partisipan yang diteliti. Untuk
mrncegah hal ini terjadi, peneliti terlebih dahulu harus membuat proyek-proyek utama agar
kepercayaan partisipan dapat terbangun sehingga peneliti dapat mendeteksi marginalisasi apa
saja yang tidak boleh dilakukan sebelum ia benar-benar menggarap penelitian.
Salah satu masalah yang harus diantisipasi terkait dengan jaminan kerahasiaan adalah
bahwa beberapa partisipan bisa saja identitas mereka dirahasiakan. Jika demikian Ihwalnya,
peneliti sebaiknya meminta mereka untuk menjaga sendiri pendapat mereka dan
membebaskan mereka untuk mengambil keputusan. Akan tetapi, mereka juga harus
diberitahu mengenai resiko ketidakrahasiaan tersebut, seperti kemungkinan terbongkarnya
data dalam laporan akhir yang mungkin tidak mereka harapkan, informasi yang mungkin
melampaui batas hak-hak orang lain seharusnya disembunyikan, dan sebagainya (Giardano,
OReilly, Taylor, & Dogra, 2007).
Selain, itu prosedur etis lain yang harus dipenuhi peneliti selama pengumpulan data
adalah persetujuan dari individu-individu yang berwenang (seperti, satpam) untuk
memberikan akses bagi para peneliti untuk melakukan penelitiannya. Prosedur seperti
ini seringkali mengharuskan penelti untuk menulis sebuah surat yang menjelaskan
jangka waktu penelitian, dampak potensial, dan hasil-hasil penelitian. Begitu pula,
pemerolehan data melalui interview atau survey elektronik juga harus disertai ijin dari
partisipan. Hal ini dilakukan, pertama-pertama dengan mengirimkan email
permohonan, baru kemudian melakukan survey dan wawancara.
Peneliti juga harus respek pada lokasi-lokasi yang diteliti agar mereka tidak
mendapat gangguan setelah melakukan penelitian. Tugas ini mengharuskan peneliti,
khususnya dalam penelitian kualitatif, untuk terlibat dalam observasi atau wawancara
berkelanjutan di lokasi tersebut, sadar akan konsekuensinya, dan tidak boleh merusak
tatanan fisik lokasi itu. Misalnya, jika punya waktu berkunjung, peneliti juga bisa
menyusup ke dalam aktivitas-aktivitas partisipan. Jika tidak, peneliti harus meminta
izin terlebih dahulu. Apalagi, beberapa organisasi saat ini sudah memiliki aturan
tersendiri bagi orang-orang yang ingin melakukan penelitian agar tidak terjadi
perusakan di tempat mereka.
Dalam penelitian-penelitian eksperimen, yang sering kali memperoleh keuntungan
dari penelitian hanyalah kelompok yang ditreatment (atau sering kali dengan
dengan kelompok eksperimen). Sedangkan kelompok control tidak mendapatkan
apa-apa. Untuk menghindari hal ini, peneliti perlu melakukan beberapa
eksperimentasi bagi semua kelompok dalam satu waktu atau secara bertahap
sehingga kelompok- kelompok ini bisa mengambil secara merata.
Masalah etis juga muncul ketika tidak ada mutualitas antara peneliti dan partisipan.
Baik peneliti maupun partisipan seharusnya sama-sama dapat mengambil keuntungan
dari penelitian. Akan tetapi, yang sering terjadi justru sebaliknya: kekuasaan disalah-
gunakan dan partisipan dipaksa untuk terlibat dalam proyek tersebut. Untuk itulah,
melibatkan para partisipan secara kolaboratif dalam penelitian mungkin dapat
memunculkan muatlitas tersebut. Penelitian-penelitian yang benar-benar kolaboratif,
seperti dalam beberapa penelitian kualitatif, dapat melibatkan partisipan sebagai co-
researcher dalam proses penelitian, seperti merancang penelitian, mengumpulkan dan
menganalisis data, menulis laporan penelitian , dan menyebarkan hasil penelitian
(Patton, 2002).
Wawancara dalam penelitian kualitatif tampaknya sudah semakin banyak dipandang
sebagai penelitian moral (Kvale, 2007). Untuk itu, pewawancara harus memastikan
beberapa hal penting, seperti apakah wawancaranya dapat memperbaiki situasi
manusia
(serta meningkatkan pengetahuan saintifik), seberapa sensitive interaksi wawancara
pagi partisipan, apakah partisipan pernah berkata tentang bagaimana statemen mereka
harus ditafsirkan, seberapa kritis pertanyaan-pertanyaan yang harus diajukan, dan apa
saja akibat-akibat yang akan diterima pewawancara dan partisipan dari hasil wawancara
tersebut.
Peneliti juga perlu mengantisipasi kemungkinan informasi yang berbahaya dan intim
yang diungkapkan selama proses pengumpulan data. Sulit mengantisipasi dan
merencanakan dampak dari informasi ini selama atau setelah wawancara (Patton, 2002).
Misalnya, siswa bisa saja membicarakan pelecehan orang tuanya: atau para napi
berbicara tentang pelolosan dirinya dari penjara. Dalam situasi seperti ini, biasanya
kode etik bagi peneliti (yang bisa saja berbeda satu sama lain) dapat memproteksi
privasi partisipan-partisipan tersebut, dan tugas penelitian adalah menyampaikan
proteksi ini kepada semua partisipan yang juga terlibat dalam penelitian.
RINGKASAN
Peneliti perlu memikirkan bagaimana menulis proposal penelitian dengan baik
sebelum benar-benar terlibat dalam proses penelitian. Pertimbangkan Sembilan argumentasi
yang ditawarkan Maxwell (2005) sebagai elemen-elemen kunci yang perlu dimasukkan
dalam proposal, kemudian gunakanlah salah satu dari empat outline topic atau format
penelitian-yang sudah dijelaskan dalam bab ini-untuk membuat proposal kualitatif,
kuantitatif, atau metode campuran.
Dalam pembuatan proposal, mulailah merangkai kata-kata di atas kertas berdasarkan
gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran Anda; cobalah membangun kebiasaan membangun
menulis secara regular; dan terapkan strategi-straregi penulisan yang baik, seperti
menggunakan istilah-istilah yang konsisten,menunjukkan level gagasan naratif yang berbeda-
beda, dan menciptakan koherensi untuk meningkatkan kekuatan tulisan. Sejumlah langkah
yang dapat dilakukan antara lain menggunakan kalimat aktif dan verba-verba yang kuat dan
tegas, serta merevisi dan mengedit kembali tulisan Anda.
Sebelum menulis proposal, peneliti juga perlu memikirkan masalah-masalah etis yang
perlu diantisipasi dan dideskripsikan dalam proposal. Masalah-masalah ini berhubungan
dengan semua tahap proses penelitian. Dengan mempetimbangkan keberadaan partisipan,
lokasi penelitian, dan pembaca potensial, penelitian bisa menjadi sejenis studi yang benar-
benar dirancang berdasarkan praktik-praktik etis yang sesungguhnya.
LATIHAN MENULIS
Latihan Menulis
1. Buatlah satu outline topic-topik atau draft bagian-bagian untuk proposal
kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran. Masukkan topic-topik utama seperti
yang telah dijelaskan dalam bab ini.
2. Carilah artikel jurnal yang didalamnya melaporkan penelitian kualitatif,
kuantitatif, atau metoe campuran. Cobalah melatih diri anda dengan membaca
pendahuluan artikel tersebut dan gunakan metode hook and eye yamh telah
dijelaskan dalam bab ini. Identifikasikanlah aliran gagasan dari kalimat satu ke
kalimat yang lain dan dari paragraph satu ke paragraph yang lain, serta
kekurangan-kekurangan di dalamnya.
3. Pertimbangkanlah salah satu dilema etis berikut ini yang anggap saja- pernah
anda hadapi ketika melakukan penelitian. Gambarkan cara-cara yang bisa anda
terapkan untuk mengantisipasi masalah tersebut dan membahasnya dalam
proposal penelitian Anda.
a. Seorang narapidana yang tengah Anda wawancarai bercerita tentang kesempatan
melarikan diri pada malah hari. Apa yang akan anda lakukan?
b. Salah seorang peneliti dalam tim Anda menduplikasi kalimat dari penelitian lain dan
memasukkannya dalam laporan akhir penelitian. Apa yang anda lakukan?
c. Seorang mahasiswa melakukan beberapa kali wawancara pada sekelompok individu
di tempat anda. Setelah wawancara keempat, mahasiswa tersebut bercerita kepada
Anda bahwa Institutional Review Board sebenarnya tidak menyetujui proyek
penelitian tersebut. Apa yang anda lakukan?
BACAAN TAMBAHAN
Maxwell, J. (2005). Qualitative Research Design: An Interactive Approach. Edisi kedua.
Thousand Oaks, CA:Sage
Joe Maxwell menyajikan ringkasan menarik mengenai proses pembuatan proposal
untuk penelitian kualitatif yang juga dapat diterapkan dalam penelitian kuantitatif dan metode
campuran. Dia kemudian menyajikan Sembilan langkah membuat proposal dan contoh-
contohnya. Selain itu, dia juga menganalisis dan menyajikan satu contoh proposal kualitatif -
yang menurutnya- layak untuk diikuti.
Sieber, J.E. (1998). Planning Ethically Responsible Research. Dalam L. Bickman & D. J.
Rog (Ed). Handbook of Applied Social Research Methods. Thousand Oaks, CA:Sage.
(hlm. 127-156)
Joan Sieber membahas pentingnya perencanaan etis sebagai bagian integral dalam
merancang penelitian. Dalam bab ini, diamenyajikan review komprehensif mengenai
beragam topic yang berhubungan dengan masalah-masalah etis, seperti IRB, formulir
perizinan, privasi, kerahasiaan, dan anonimitas, serta beberapa resiko penelitian dan
komunitas yang rawan kekerasan. Pembahasannya sangat luas, dan strategi-strategi yang ia
rekomendasikan juga sangat melimpah.
Israel, M., & Hay, L. (2006). Research Ethics for Social Scientists: Between Ethical Conduct
and Regulatory Compliance. London: Sage
Mark Israel dan Lain Hay menyajikan analisis kritis tentang manfaat berfikir serius
dan sistematis mengenai apa saja yang membentuk prilaku etis dalam ilmu social. Mereka
mereview beragam teori etika, seperti pendekatan konsekuensialis dan non-konsekuensialis,
viriue ethics, dan pendekatan normative berorientasi-kepedulian. Mereka juga menjelaskan
sejarah perilaku etis di berbagai Negara di dunia ini. Sepanjang buku ini, mereka
menawarkan contoh-contoh kasus etis yang sebenarnya dan cara-cara yang bisa ditempuh
peneliti untuk menghadapi kasus-kasus tersebut secara etis. Dalam lampiran buku ini, mereka
120
menyajikan tiga contoh kasus dan mengajak para sarjana untuk berkomentar mengenai
bagaimana mereka akan mendekati ketiga kasus tersebut.
121
Wolcott, H.F. (2001). Writing up Qualitative research. Edisi kedua. Thousand Oaks,
CA: Sage
Harry Wolcott, seorang ahli etnografi pendidikan, mengumpulkan sumber-sumber
berharga terkait dengan proses penulisan penelitian kualitatif. Dia menyurvei teknik-teknik
ampuh bagaimana seseorang memulai menulis, mengembangkan detail, menghubungkan
literature, teori, dan metode; merevisi dan mengedit; dan merampungkan proses penulisan
dengan menghadirkan aspek-aspek ini sebgai judul dan lampiran. Bagi para penulis, buku
ini sangat penting, baik untuk keperluan penelitian kualitatif, kuantitatif, maupun metode
campuran.
Bagian Dua
Merancang Penelitian
BaB 5
Pendahuluan
Bab 6
Tujuan Penelitian
Bab 7
Rumusan masalah dan hipotesis penelitian
Bab 8
Metode-metode kuantitatif
Bab 9
Prosedur-prosedur kualitatif
Bab 10
Prosedur-prosedur Metode Campuran
Bagian kedua ini menghubungkan tiga rancangan kuantitatif, kualitatif, dan metode
campuran- masing-masing dengan langkah-langkah penelitiannya. Setiap bab dalam bagian
kedua ini akan membahas satu langkah terpisah dalam proses penelitian ini.
BAB LIMA
PENDAHULUAN
PENTINGNYA PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan bagian pertama dalam artikel jurnal, disertasi, atau penelitian
akademik. Pendahuluan inilah yang menentukan tahap-tahap selanjutnya dalam penelitian.
Seperti yang dijelaskan Wilkinson (1991:96):
Pendahuluan merupakan bagian tulisan yang memberikan informasi awal kepada
pembaca tentang penelitian yang ditulis. Tujuannya untuk membangun kerangka penelitian
sehingga pembaca dapat memahami bagaimana penelitian tersebut berhubungan dengan
penelitian-penelitian yang lain.
Pendahuluan menjelaskan suatu isu atau concern yang dapat menuntun pada
penelitian. Karena pendahuluan merupakan bagian awal dalam proposal atau penelitian maka
diperlukan perhatian khusus dalam proses penelitiannya. Pendahuluan harus membuat
pembaca tertarik pada topic penelitian, menjabarkan masalah yang dapat menuntun pada
penelitian, meletakkan penelitian dalam konteks literature yang lebih luas, dan menjangkau
audien tertentu. Semua unsur ini ditulis secara singkat dalam beberapa halaman. Karena ada
pesan-pesan yang harus disampaikan sedangkan ruang yang tersedia sangat terbatas maka
pendahuluan bisa menjadi tantangan tersendiri untuk ditulis dan dipahami.
Masalah penelitian merupakan masalah atau isu yang menuntun pada keharusan
dilaksanakannya penelitian tersebut. Ia bisa bersumber dari pengalaman yang pernah
dirasakan peneliti dalam kehidupan pribadi atau tempat kerjanya. Ia juga bisa berasal dari
perdebatan ekstensif dalam literature-literatur. Ia juga bisa muncul dari perdebatan kebijakan
di pemerintahan atau antara para eksekutif kenamaan. Intinya, sumber-sumber masalah
penelitian bisa jadi sangat beragam. Masalahnya mengidentifikasi dan menjabarkan masalah
penelitian yang menggarisbawahi penelitian bukanlah tugas mudah. Misalnya, untuk
mengidentifikasi isu kehamilan anak remaja, kita masih perlu memunculkan terlebih dahulu
masalah yang terkait dengan kehidupan wanita dan social secara umum. Sayangnya, terlalu
banyak pengarang tidak secara jelas mengidentifikasi masalah penelitian, membiarkan
pembaca menentukan masalah tersebut. Ketika masalah tidak jelas, signifikansi penelitian
menjadi sulit dipahami. Apalagi, masalah penelitian seringkali dikacaukan dengan rumusan
masalah-pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab peneliti untuk memahami atau
menjelaskan masalah tersebut. Belum lagi kompleksitas ini ditambah dengan keharusan
peneliti untuk mendorong audiens agar mau lebih jauh membaca dan melihat pentingnya
penelitian.
Untungnya, ada satu model yang bisa ditiru tentang bagaimana menulis pendahuluan
yang baik untuk penelitian ilmu social. Namun, sebelum memperkenalkan model ini, saya
terlebih dahulu perlu menjelaskan perbedaan-perbedaan subtil antara pendahuluan untuk
penelitian kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran.
Menulis pendahuluan untuk tiga penelitian yang berbeda - seperti yang sudash
dijelaskan di atas memang tidak terlalu jelas perbedaannya. Komponen utama yang perlu
dimasukkan ke dalam pendahuluan pada umumnya berhubungan dengan jenis jenis
masalah yang dibahas, baik itu penelitian kualitatif, kuantitatif, maupun metode campuran.
Untuk itu, diperlukan satu model ilustratif tentang bagaimana menulis pendahuluan yang baik
tanpa perlu memandang pendekatan pendekatan dan komponen komponen yang harus
disertakan.
Model defisiensi pendahuluan (deficiency model an introduction) merupakan salah
sastu pola umum dalam menulis pendahuluan yang baik. Model ini merupakan pendekatan
popular yang banyak digunakan dalam ilmu ilmu social. Jika struktur model ini dirinci,
Anda akan menemukan banyak sekali penelitian dewasa ini yang telah menggunakan model
tersebut. Model ini terdiri dari lima bagian yang masing masing dari kelimanya dapat
ditulis dalam satu paragrap sehingga secara keseluruhan bisa mencapai maksimal dua
halaman. Lima bagian tersebut antara lain :
1. Masalah penelitian
2. Penelitian penelitian sebelumnya yang membahas masalah tersebut
3. Kekurangan kekurangan (deficiencies) dalam penelitian penelitian sebelumnya
4. Pentingnya penelitian untuk audiens tertentu.
5. Tujuan penelitian
Sebuah ilustrasi
Sebelum menjelaskan lima bagian tersebut, berikut ini ada contoh pendahuluan
kualitatif yang ditulis oleh Terezainni, Cabrera, Colbeck, Bjorklund, dan Parente (2001)
dalam The Journal of Higher Education dengan judul penelitiannya Racial and Ethnic
Diversity in the Classroom (ditulis kembali atas izin penerbit). Berdasarkan lima komponen
penting pendahuluan yang sudah dijelaskan di atas maka beberapa pernyataan yang
menurut saya- berkaitan dengan masing masing komponen sudah saya tandai dengan jelas.
Sejak diterbitkannya Civil Right Act tahun 1964 dan Higher Education Act tahun
1965, universitas universitas di Amerika berusaha meningkatkan keragaman ras dan etnik
para mahasiswa dan dosennya. Tindakan afirmatif kemudian diambil sebagai
kebijakan untuk merealisasikan heterogenitas ini ( di sini, penulis menyatakan dengan teknik
hook naratif). Akan tetapi, kebijakan tersebut sampai saat ini mash menjadi topic perdebatan
nasional yang hangat. Persoalan hokum terkait dengan tindakan afirmatif tersebut bermula
dari kasus Regents of the University of California versus Bakke tahun 1978, yang di
dalamnya Justice William Powell menyatakan bahwa ras ini sudah dipertimbangkan
berdasarkan keputusan keputusan admisi. Akan tetapi, yang lebih terkini, U.S. Court of
Appeals for the Fifth Circuit, yang menangani kasus Hopwood vs. states of Texas,
menemukan argumentasi Powell ini bermasalah. Keputusan courth untuk menolak tindakan
afirmatif ini didasarkan pada referenda Negara, perundang undangan, dan tindakan
tindakan terkait melarang pengakuan yang sensitive ras atau sewa menyewa di California,
Florida, Lousiana, Maine, Massachusetts, Michigan, Mississippi, New Hampshire, Rhode
Island dan Puerto Rico (Healy, 1998a, 1998b, 1999).
Dalam merespons hal ini, para pendidik lalu mengemukakan argumentasi mereka
untuk mendukung tindakan afirmatif ini dengan klaim bahwa siswa siswa heterogen, dalam
konteks pendidikan, lebih efektif ketimbang siswa siswa yang lebih homogen. Presiden
Harvard University, Neil Rudenstine, mengklaim bahwa alasan utama diterimanya
keragaman siswa di perguruan tinggi adalah karena nilai pendidikannya (Rudenstine,
1999:1). Lee Bollinger, rekan Rudenstine di University of Michigan, juga menyatakan :
Sebuah kelas yang tidak mempresentasikan anggota anggota ras yang berbeda
akan melahirkan diskusi yang miskin wawasan (Schmidt, 1998 : A32). Dua presiden ini
tidak sendirian. Di belakang mereka ada Assiciation of American Universities yang terdiri
dari para rector dari 26 universitas yang mengusung argumentasi yang sama, dengan
menegaskan
: Pertama-tama, perlu kami sampaikan bahwa kami berbicara atas nama pendidik.
Kami percaya bahwa mahasiswa kami dapat memperoleh keuntungan dari pendidikan yang
berbasis keragaman (On the importance of Diversity in University Adminissions, The
New York Times, 24 April 1997:A27) (Di sini, penulis mengidentifikasi masalah penelitian).
Ada banyak penelitian yang membahas mengenai pengaruh keragaman terhadap
outcomes mahasiswa. Penelitian penelitian ini dapat dibagi ke dalam tiga kecenderungan
utama. Pertama, penelitian penelitian yang menganalisis hubungan mahasiswa dengan
keragaman secara umum sebagai salah satu implikasi percampuran mahasiswa secara
kuantitas, ras/etnis, atau gender dalam satu kampus (lihat, misalnya, Chang, 1996, 1999a;
Kanter, 1997; Sax, 1996). Kedua, penelitian penelitian yang memandang keragaman
structural sebagai suatu yang ilmiah, dan lebih berpijak pada perjumpaan antara mahasiswa
dan keragaman dengan cara mengamati frekuensi atau sifat interaksi mereka dengan rekan
rekannya secara ras/etnis berbeda. Ketiga, penelitian penelitian yang meneliti secara
institusional usaha usaha programatik yang terstruktur untuk membanu mahasiswa terlibat
dalam keragaman ras/etnis dan/atau gender dalam kaitannya dengan gagasan gagasan dan
kemanusiaan.
Intinya, ada banyak pendekatan yang telah diterapkan untuk meneliti pengaruh
keragaman terhadap outcomes mahasiswa. Bukti bukti yang dimunculkan pada umumnya
tidak jauh berbeda bahwa para mahasiswa dalam komunitas yang lintas gender atau ras/etnis
atau yang terlibat dalam aktivitas yang berhubungan dengan keragaman, sering kali
130
memperoleh manfaat dan makna edukatif yang lebih positif (Disini, penulis menyebutkan
penelitian penelitian yang pernah membahas masalah tersebut).
Hanya sedikit sekali penelitian (seperti, Chang, 1996, 1999a; Sax, 1996) yang secara
spesifik meneliti apakah komposisi ras/etnis atau gender para mahasiswa dalam sebuah
kampus, dalam satu komunitas akademik atau dalam kelas (seperti, keragaman structural)
memiliki manfaat manfaat akademik yang diklaim..Begitu pula, isu isu, seperti apakah
tingkat keragaman rasial dalam satu kampus atau kelas berpengaruh langsung terhadap hasil
belajar ataukah tidak, hal ini masih menyisakan banyak pertanyaan (Di sini, penulis
menunjukkan kekurangan atau defisiensi dalam penelitian penelitian sebelumnya).
Langkanya informasi tentang manfaat akademik dari keragaman structural di sebuah
kampus atau kelas, tentu saja sangat disayangkan. Padahal informasi inilah yang bisa menjadi
bukti para hakim untuk mendukung kebijakan keputusan yang sensitive ras (Di sini, penulis
menunjukkan pentingnya penelitian pada audiens tertentu, yakni hakim, peneliti, dan para
pendidik).
Penelitian ini berusaha memberikan kontribusi pengetahuan dengan mengekspolrasi
pengaruh keragaman structural kelas terhadap perkembangan akademik dan skill intelektual
mahasiswa. Penelitian ini menganalisis pengaruh langsung keragaman kelas terhadap
outcome akademik/intelektual dan apakah ada dari pengaruh pengaruh tersebut yang
ditindaklanjuti menjadi pendekatan pendekatan instruksional aktif dan kolaboratif dalam
konteks pembelajaran (Di sini, penulis mengidentifikasi tujuan penelitian) (hlm. 510 512,
ditulis kembali atas izin The Journal of higher Education).
Masalah Penelitian
Dalam pendahuluan artikel Terenzini et al. (2001) di atas, kalimat pertama sudah
menunjukkan dua komponen utama pendahuluan yang baik, yaitu menunjukkan dua
komponen utama pendahuluan yang baik, yaitu menunjukkan bahwa penelitian tersebut
menarik dan memperlihatkan bahwa masalah atau isu yang diangkat benar benar berbeda.
Pengaruh seperti apa yang dimunculkan dari kalimat ini? Apakah kalimat tersebut
memancing pembaca untuk membacanya lebih lanjut? Apakah kalimat tersebut harus ditulis
dalam level tertentu sehingga pembaca dapat memahaminya? Pertanyaan pertanyaan ini
penting dijawab untuk menulis kalimat pembuka pendahuluan. Kalimat ini sering kali dikenal
dengan istilah narrative hook, suatu istilah yang diambil dari bahasa inggris, yang berarti
kata kata yang dapat menggambarkan, melibatkan, atau menghubungkan (hook) pembaca
dengan/dalam penelitian. untuk mempelajari bagaimana menulis narrative hook yang baik,
perhatikan Koran Koran penting. Sering kali, para jurnalis menyajikan contoh contoh
yang menarik di awal kalimatnya. Berikut ini, contoh contoh kalimat pembuka dalam jurnal
jurnal ilmu social.
selebriti transeksual dan tnometodologis, Agnes, telah mengubah identitasnya tiga tahun
lalu sebelum pada akhirnya ia menjalani kembali pembedahan jenis kelamin (Cahlil,
1989:281).
Siapa yang mengendalikan proses pencalonan wakil DPR? (Boeker, 1992:400).
Ada banyak literature yang menel,iti garis kartografis (salah satunya, artikel ringkas baru
baru ini, Buttenfield:1985), dan generalisasi garis garis tersebut (salah satunya,
McMaster:1987) (Carstensen, 1989:181).
Tiga contoh di atas menyajikan informasi yang mudah dipahami oleh pembaca. Dua
contoh pertama yang menjadi pendahuluan dalam penelitian kualitatif menunjukkan
bagaimana pembada di tarik perhatiannya dengan merujuk pada satu partisipan (di contoh
pertama) dan mengajukan satu pertanyaan (di contoh kedua). Contoh ketiga, yang menjadi
pendahuluan dalam penelitian kuantitatif, menunjukkan bagaimana pembaca dapat
mengawali bacaanhya dengan memahami beberapa literature terlebih dahulu. Yang jelas,
ketika contoh di atas sudah menggambarkan bagaimana menulis kalimat pembuka dengan
baik agar pembaca tidak dipaksa masuk ke dalam pemikiran yang terlalu detail, tetapi
digiring perlahan lahan ke dalam topic penelitian.
Untuk menggambarkan lebih jauh bagaimana proses menulis pendahuluan ini, saya
menggunakan metaphor seseorang yang sedang menurunkan seubah tong ke dalam sumur.
Penulis pemula menceburkan tong (pembaca) langsung ke kedalaman sumur (artikel).
Pembaca pun hanya akan melihat materi yang tidak biasa dan aneh. Sementara itu, penulis
yang berpengalaman menurunkan tong (pembaca) sedara perlahan lahan, seraya
membiarkannya beradaptasi dengan kedalaman (penelitian). Penurunan tong ini diawali
dengan narrative hook, yakni menceritakan contoh kasus umum terlebih dahulu sehingga
pembada dapat memahami dan menghubungkannya dengan topic penelitian.
Setelah itu, peneliti perlu menunjukkan masalah atau isu yang dapat menuntun pada
signifikansi penelitian. Artikel terezini et al.(2001) membahas problem yang unik, yaitu
perjuangan untuk meningkatkan keragaman ras dan etnik di universitas universitas AS.
Mereka mencatat bahwa kebijakan kebijakan untuk meningkatkan keragaman ini sedang
menjadi topic perdebatan nasional yang hangat (hlm.509).
Dalam ilmu social terapan, masalah penelitian bisa saja muncul dari isu isu,
kesulitan kesulitan, dan perilaku perilaku masa kini. Masalah penelitian ini akan menjadi
jelas jika peneliti mau mengidentifikasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan, seperti :
Apa kepentingan atau motivasi diadakannya penelitian ini? Atau Masalah apa yang
memengaruhi untuk melakukan penelitian ini? jawaban atas dua pertanyaan ini bisa
bermacam macam. Misalnya : karena sekolah masih belum menerapkan pedoman
pedoman multi cultural; karena ada kebutuhan dari para dosen yang harus dipenuhi agar
mereka terlibat dalam aktivitas pengembangan professional di jurusan jurusan mereka;
karena siswa siswa minoritas membutuhkan akses yang lebih baik ke universitas; atau
karena suatu masyarakat tidak boleh melupakan kontribusi para pelopor wanitanya. Semua
jawaban ini merupakan masalah =- masalah penting yang memerlukan penelitian
lebih jauh. Ketika merancang paragraph paragraph pembuka, yang tentu saja meliputi
masalah penelitian, ingatlah tips tips penelitian berikut ini :
Tulislah kalimat pembuka yang dapat menstimulasi ketertarikan pembaca dan mampu
menampilkan masalah yang dapat dipahami secara relasional oleh pembaca pada
umumnya.
Sebagai aturan umum, hindari penggunaan kutipan kutipan, khususnya kutipan yang
terlalu panjang, dalam kalimat pembuka. Kutipan kutipan hanya akan memunculkan
banyak kemungkinan penafsiran, bahkan dapa membuat topic penelitian menjadi tidak
jelas. Akan tetapi, dalam beberapa penelitian kualitatif, kutipan kutipan seperti ini juga
dapat menarik perhatian membaca. Untuk itu, gunakan kutipan secara layak dan tepat.
Hindari ekspresi ekspresi idiomatic (kalimat kalimat membingungkan).
Pertimbangkan pengaruh informasi yang menggunakan angka angka (seperti,
Setiap tahun, sekitar 5 juta orang Amerika mengalami kematian anggota keluarga secara
tiba tiba).
Tunjukkan secara jelas masalah yang diangkat (seperti, dilemma, isu) yang dapat
menuntun pada penelitian. Cobalah bertanya pada diri sendiri : Adakah kalimat
yang bisa mewakili masalah penelitian yang saya angkat ini?
Tunjukkan mengapa masalah tersebut penting diteliti dengan cara mengutip berbagai
referensi yang membenarkan kelayakan penelitian akan masalah tersebut. Sekadar
intermezzo : saya selalu mengatakan kepada para mahasiswa saya : Jika kalian
tidak memiliki banyak referensi pada halaman halaman pertama proposal kalian maka
penelitian kialian tidak akan bernilai akademik.
Pastikan bahwa masalah sudah dijelaskan dalam konstruksi yang konsisten dengan jenis
pendekatan penelitian (seperti, eksploratoris daslam kualitatif, pengujian hubungan
hubungan atau predictor predictor dalam kuantitatif, dan pendekatan keduanya dalam
metode campuran).
Tuliskah, apakah ada satu atau banyak masalah yang terlibat dalam penelitian sehingga
mengharuskan anda untuk menelitinya? Seringkali, dalam beberapa penelitian, ada
banyak masalah yang perlu dibahas. Bukan hanya satu masalah saja.
Berdasarkan rasionalisasi inilah, tidak sedikit ilmuwan sosial yang berusaha meneliti
makna perang dan kedamaian (Cooper, 1965; Alvik, 1968; Rosell, 1968; Svancarova&
Svancarova, 1967-1968; Haavedsrud, 1970). Sayangnya, dari sekian banyak analisis ini,
ada satu masalah yang belum dianalisis, yaitu tentang bagaimana bekas pejuang masa lalu
memberikan reaksi terhadap perang masa kini.
(Ziller, 1990 :85-86)
Meskipun ada minat yang sangat tinggi terhadap persoalan mikro-politik, anehnya sangat
sedikit penelitian empiris yang berusaha menganalisis isu tersebut, khususnya dari
perspektif subordinasi. Penelitian politik dalam ranah pendidikan, misalnya, begitu langka.
Sedikit sekali penelitian yang difokuskan pada bagaimana guru menggunakan
kekuasannya untuk berinteraksi secara strategis dengan kepala sekolah, dan apa makna
semua ini secara deskriptif dan konseptual (Ball, 1987; Hoyle, 1986; Pratt, 1984)
(Blase, 1989 :381)
Tulislah paragraph pendek untuk menjelaskan tiga atau empat kekurangan dari
penelitian sebelumnya atau fokuslan pada satu kekurangan paling pokok, seperti yang pernah
dicontohkan dalam pendahuluan Terenzini et al. (2000).
Pada contoh tulisan berikut ini, Anda bisa melihat bagaimana penulisnya menyatakan
pentingnya penelitian pada paragraph pembuka. Penelitian yang dilakuka noleh Mascarenhas
(1989) ini meneliti kepemilikan perusahaan perusahaan industri. Dia secara jelas
menunjukkan bahwa para pengambil keputusan, anggota organisasi, dan para peneliti adalah
target pembacanya yang diharapkan akan membaca hasl penelitiannya.
Contoh 5.3 Signifikansi Penelitian yang Dinyatakan
dalam Pendaluluan Studi Kuantitatif
RINGKASAN
Bab ini menyajikan cara cara bagaimana menyusun dan menulis pendahuluan untuk
penelitian penelitian akademik. Untuk menulis pendahuluan yang baik, pertama tama
peneliti perlu mendeskripsikan masalah penelitian yang berhubungan dengan penelitian
kuantitatif, kualitatif, atau metode campurannya. Kemudian, peneliti disarankan untuk
menggunakan model pendahuluan lima bagian yang sudah dijelaskan dalam bab ini. Model
yang sering kali dikenal dengan istilah model defisiensi ini diterapkan, salah satunya, dengan
cara mengidentifikasi terlebih dahulu kasus kasus umum (dengan teknik narrative hook)
yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Selain itu, peneliti juga perlu menyertakan secara singkat tinjauan psutaka/literature
lain yang relevan, seraya menunjukkan satu atau lebih kekurangan (defisiensi) dalam
literature literature tersebut dan menegaskan bagaimana penelitian yang diajukan dapat
mengoreksi kekurangan kekurangan itu. Peneliti kemudian mulai memerinci secara implicit
atau eksplisit pembaca pembaca tertentu yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari
penelitiannya. Akhirnya, peneliti dapat menutup pendahuluannya dengan menyatakan
setidaknya- tiga atau empat tujuan diadakannya penelitian.
Latihan Menulis
LATIHAN MENNULIS
BACAAN TAMBAHAN
Bem, D.J. (1987). Writing the Empirical Journal Article. Dalam M. P.Zanna&J.M Darley
(ed.). The Compleat Academic : A Practical Guide for the Beginning Social Scients.
New York : Random House. (hlm. 171-201).
Daryl Bern menekankan pentingnya statemen/paragraph pembuka dalam suatu
penelitian. Dia menyajikan sederet aturan tentang paragraph pembuka ini, yang menurutnya
harus menekankan pada kejelasan, keterbacaan, dan struktur yang dapat menuntun pembaca
langkah demi langkah untuk sampai pada rumusan masalah. Bern juga menyajikan contoh
140
contoh paragraph pembuka, baik yang memuaskan maupun yang tidak. Menurut Bern,
paragraph pembuka yang baik adalah paragraph yang dapat dimengerti bahkan oleh
seseorang yang bukan ahli sekalipun, dan juga tidak membosankan lantaran terlalu banyak
bahasa teknis.
TUJUAN PENELITIAN
Bagian terakhir dari pendahuluan, sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam bab 5,
adalah menyajikan tujuan penelitian. Inilah bagian terpenting dari keseluruhan penelitian.
Untuk itu, tujuan penelitian harus ditulis dengan jelas dan spesifik. Dari tujuan inilah semua
asfek penelitian ditentukan. Dalam artikel-artikel jurnal, peneliti biasanya menulis tujuan
penelitian dibagian pendahuluan. Namun, dalam disertasi atau proposal disertasi, tujuan
penelitian sering kali ditulis secara terpisah.
Dalam bab yang khususnya untuk tujuan penelitian ini, saya membahas alasan-
alasan/rasionalisasi ditulisnya tujuan penelitian, prinsip-prinsip kunci, dan contoh-contoh
tujuan penelitian yang biasa anda modifikasi untuk proyek proposal anda.
Kos (1991) melakukan beberapa kali studi kasus tentang siswa-siswa SMP
yang tidak bisa membaca. Studi kasus ini berfokus pada faktor-faktor yang
menghalangi para siswa SMP berkembang dalam skill membacanya. Tujuan
penelitiannya adalah sebagai berikut:
Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi faktor-faktor afektif, sosial, dan
edukatif yang mempengaruhi empat anak remaja (siswa) tidak mampu
membaca. Penelitian ini juga berusaha menjelaskan mengapa siswa-siswa
tersebut tetap saj tidak bisa membaca meskipus sudah bertahun-bertahun
sekolah. Penelitia ini bukanlah intervensi, meskipun beberapa siswa
mungkin telah mampu mengembangkan skill membaca mereka, bukan
berarti fokus penelitian ini pada usaha peningkatan skill membaca.
faktor tersebut, seperti afektif, sosial, edukatif. Dia juga menulis pernyataan di atas dengan
judul Tujuan Penelitian untuk membuat pembaca fokus pada tujuan penelitiannya. Tidak
hanya itu, dia juga menyebutkan para partisipannya secara jelas. Pada bagian selanjutnya,
diartikel tersebut, khususnya dibagian abstraksi dan metodologi, pembaca akan menemukan
bahwa penelitian Kos ini menggunakan strategi penelitian studi kasus yang dilakukan dalam
suatu ruang kelas.
Karena tujuanya adalah untuk meningkatkan iklim kampus maka penelitian
kualitaitf diatas termmasuk ke dalam jenis penelitian advokasi, seperti yang telah dijelaska
dalam Bab 1. Uniknya, tujuan penelitian ini muncul di bagian awal artikel, yang memang
menjadi cirri umum untuk artikel-artikel jurnal. Kebutuhan mahasiswa yang gay dan
biseksual menjadi fenomena utama yang diteliti.
Contoh 6.3 Tujuan Penelitian Dalam Etnografi
Peneliti beusaha untuk mengeksplorasi fenomena terssebut, dan pembaca akan memahami
bahwa partisipannya adalah para wanita yang bekerja di tempat berbeda-beda. Grounded
Theory sebagai strategi penelitian disebutkan pada bagian abstraksi dan dijelaskan lebih
lanjut pada bagian prosedur penelitian.
Gunakan kata-kata untuk menandai tujuan penelitian anda, seperti tujuan, maksud,
atau sasaran. Mulailah dengan kata-kata seperti tujuan (atau maksud atau
sasaran) penelitian ini adalah......
Tunjukkan teori, model, atau kerangka konseptual yang anda gunakan. Dalam hal ini,
Anda tidak perlu mendeskripsikannya secara detail karena--- seperti yang sudah saya
jelaskan pada Bab 3--- ada kemungkinan bagian Perspektif Teoritis ditulis
secara terpisah untuk keperluan ini. Mendeskripsikan teori secara sederhana di bagian
tujuan penelitian akan memberikan penekanan pada pentingnya teori itu dalam
penelitian tersebut.
Tunjukkanlah varibel bebas dan varibel terikat, serta varibel-variabel lain, seperti
mediate, moderate,atau control, yang digunakan dalam penelitian.
Gunakan kata-kata yang dapat menghubungkan varibel bebas dan varibel terikat
untuk emnunjukkan bahwa kedua jenis varibel ini benar-benar saling berhubungan,
seperti hubungan antara dua atau lebih varibel, atau perbandingan antara dua
atau lebih kelompok. Kebanyaka penelitian kuantitatif menggunakan dalah satu dari
dua opsi ini untuk menghubungkan varibel-varibel dalam tujuan penelitian. Tetapi ada
juga peneliti yang menggunaka kombinasi antara membandingkan (comparing) dan
menghubungkan (relating), misalnya, penelitian eksperimen dua faktor yang
didalamnya peneliti memiliki dua atau lebih kelompok treatment dan satu varibel
bebas. Meskipun peneliti kebanyakan menggunakan teknik menghubungkan dua atau
lebih kelompok dalam penelitian eksperimen, tidak menutup kemungkinan mereka
juga menggunakan teknik tersebut dalam penelitian survei.
Tempatkanlah dan susunlah varibel-varibel ini dari kiri ke kanan, dengan varibel
bebas (di bagain kiri) yang diikuti oleh varibel terikat (di bagian kanan). Letakkan
varibel-variabel intervening antara varibel bebas dan varibel terikat. Banyak peniliti
juga meletakkan varibel-varibel moderating antara varibel bebas dan varibel terikat.
150
Bahkan, varibel control juga tidak jarang diletakkan secara tiba-tiba mengikuti varibel
terikat, misalnya dalam frasa yang juga dipengaruhi oleh...... atau dengan varibel
kontrol....... Dalam penelitian eksperimen, varibel bebas selalu menjadi varibel yang
dimanipulsi.
Sebutkan jenis strategi penelitian (seperti strategi survei atau eksperimen) yang
digunakan dalam penelitian. Dengan menyatakan informasi tentang strategi
penelitian, peneliti setidaknya sudah mengantisipasi diri untuk tidak membahas detail
metodologi penelitian (yang biasanya di tulis dibagian khusus) dan memungkinkan
pembaca untuk mengasosiasikan hubungan antarvaribel dengan strategi penelitian.
Tunjukkan sedcara jelas partisipan (atau unit analisis) dan lokasi penelitian tersebut.
Definisikanlah secara umum masing-masing varibel kunci, misalnya dengan
menggunakan definidi-definisi yang sudah diterima secara umum yang berasal dari
literatur-literatur. Disertakannya definisi umum ini adalah untuk membantu pembaca
lebih memahami tujuan penelitian. Meski demikian, peneliti tidak boleh memberikan
terlalu detail memberikan definisi secara operasional karena definisi semacam ini
biasanya ditulis dalam bagian khusus Definisi Istilah (yang menjelaskan
secara rigid bagaimana varibel-varibel diukur). Selain itu, berikan batasan pada ruang
lingkup penelitian, seperti ruang lingkup pengumpulan data atau ruang lingkup
partisipan penelitian.
Berdasarkan poin-poin di atas, tujuan penelitian kuantitatif dapat ditulis sebagai
berikut:
Tujuan penelitian....... (eksperimen? survei?) ini adalah untuk menguji teori....... yang .....
(membandingkan? emnghubungkan?)...... dengan (varibel terikat), yang juga
dipengaruhi/dikontrol oleh....... (varibel kontrol), terhadap..... (partisipan penelitian)
di...... (lokasi penelitian). Varibel-(varibel) bebas....... dalam hal in didefinisikan
sebagai....... (sajikan suatu definisi umum), dan varibel(-varibel) control dan
intervening..... (tunjukkan varibel control dan intervening) didefinisikan sebagai.......
(sajikan definisi umum).
Contoh-contoh berikut ini akan mengilustrasikan elemen-elemen di atas. Dua
penelitian pertama adalah penelitian survey, satu penelitian terakhir adalah penelitian
eksperimen.
Contoh 6.5 Tujuan Penelitian Dalam Studi Survei
Meskipun Kalof (2000) tidak menyebutkan teori yang dia gunakan, setidak-tidaknya
dia telah mengidentifikasi varibel bebas (perilaku seks) dan varibel terikat (pelecehan
seksual) dalam penelitiannya. Dia juga menggunakan kata-kata hubungan antara untuk
menunjukkan relasi antarvaribel. Tujuan penelitian di atas juga telah mengidentifikasi secara
jelas para partisipan (wanita) dan lokasi penelitian (Universitas) . Selanjutnya, pada bagian
metodologi penelitian, Kalof menyebutkan bahwa penelitiannya menggunakan metode survei
mailed. Selain itu, meskipun Kalof tidak mendefinisikan varibel-varibel utama dalam tujuan
penelitian di atas setidaknya dia sudah menyajikan ukuran-ukuran spesifik pada varibel-
varibel tersebut dalam rumusan masalah.
Kutipan di atas mencakup beberapa komponen tujuan penelitian yang baik. Selain
ditulis pada bagian terpisah (Pernyataan Masalah), kutipan di atas telah menggunakan kata
hubungan, istilah-istilah yang didefinisikan, populasi dan sebagainya. Lebih jauh, dari
susunan varibel yang dijelaskan, pembaca akan mudah mengidentifikasi varibel bebas dan
varibel terikatnya.
Contoh 6.6 Tujuan Penelitian Dalam Studi Survei Disertasi
1. Penelitian sekuensial dengan tahap kuantitatif di urutan kedua yang didasarkan pada tahap
kualitatif di urutan pertama:
Tujuan penelitian metode campuran sekuensial dua-tahap ini adalah untuk....
(sebutkan tujuan penelitian berdasarkan konten). Tahap pertama adalah eksplorasi
kualitatif terhadap ...(fenomena utama) dengan mengumpulkan (jenis-jenis data) dari(para
partisipan) di(lokasi penelitian). Penemuan- penemuan dari tahap kualitaiif ini kemudian
digunakan untuk menguji (suatu teori, rumusan masalah, atau
hipotesis)yang(menghubungkan? membandingkan?) (variabel bebas) dengan(variabel
terikat) terhadap(sampel dari populasi) di(lokasi penelitian). Alasan didahulukannya
pengumpulan data kualitatif disebabkan(seperti, instrumen - instrumennya tidak sesuai atau
tidak tersedia, variabel variabel-nya tidak diketahui, ada sedikit teori atau taksonomi yang
dapat dijadikan panduan rigorus).
2. Penelitian sekuensial dengan tahap kualitatif tindak-lanjut (di urutan kedua) yang turut
membantu menjelaskan tahap kuantitatif sebelumnya (di urutan pertama):
Tujuan dari penelitian metode campuran sekuensial dua- tahap ini adalah untuk
(sebutkan tujuan penelitian berdasarkan konten). Pada tahap pertama, rumusan masalah
atau hipotesis penelitian kuantitatif akan menjelaskanhubungan atau
perbandingan(variabel bebas) dan (variabel terikat) dengan melibatkan(partisipan
penelitian) di(lokasi penelitian). Informasi dari tahap pertama akan dieksplorasi lebih lanjut
pada tahap kedua, yaitu tahap kualitatif. Pada tahap kedua ini, wawancara atau observasi
kualitatif digunakan untuk memeriksa kembali(hasil-hasil kuantitatif) dengan
mengeksplorasi aspek-aspek ................................................... (fenomena utama)
dengan melibatkan(para partisipan) di(lokasi penelitian). Alasan ditindaklanjutinya
metode kuantitatif ini dengan metode kualitatif adalah untuk(seperti, lebih memahami dan
menjelaskan hasil-hasil kuantitatif yang diperoleh sebelumnya).
3. Penelitian konkuren dengan mengumpulkan data kuantitatif dan data kualitatif sekaligus
dalam satu waktu, lalu memadukan keduanya untuk dapat memahami masalah penelitian
dengan lebih baik :
Tujuan penelitian metode campuran konkuren ini adalah untuk..:.. (sebutkan tujuan
penelitian berdasarkan konten). Dalam penelitian ini,.... (instrumen instrumen kuantitatif)
akan digunakan untuk mengukur hubungan antara (variabel bebas) dan (variabel
terikat). Pada waktu bersamaan, (fenomena utama) akan dieksplorasi dengan
menggunakan (wawancara atau observasi kualitatif) dengan/terhada (para partisipan)
di (lokasi penelitian). Asalan mengombinasikan data kuantitatif dan data kualitatif
ini adalah agar lebih memahami masalah penelitian tersebut dengan mengon vergensi data
kualitatif (berupa angka-angka) dan data kuantitatif (berupa pandangan-pandangan
deskriptif).
4. Contoh terakhir adalah penelitian metode campuran dengan strategi transfofiriatif.
Contoh ini ditulis berdasarkan penelitian konkuren, tetapi yang namanya proyek metode
campuran bisa saja menggunakan strategi konkuren (data kuantitatif dan data kualitatif
dikumpulkan dalam waktu bersamaan) ataupun strategi sekuensial (dua jenis data yang
dikumpulkan secara ber-tahap). Dikatakan strategi tranformatif karena tujuan dari
penelitian ini adalah untuk membahas isu utama yang berhubungan dengan kelompok-
kelompok atau individu-individu yang ter-marjinalkan. Selain itu, hasil dari penelitian
semacam ini biasa- nya untuk mengadvojcasi kebutuhan-kebutuhan kelompok atau individu
tersebut sehingga dalam tujuan penelitiannya diserta-kan pula penjelasan mengenai
usaha/harapan transformasi (perubahan) dalam tujuan penelitian. Tujuan penelitian
metode campuran konkuren ini adalah untuk (sebutkan isu-isu yang perlu dibahas terkait
dengan kelompok atau individu-individu yang termarjinalkan). Dalam penelitian ini, .....
(instrumen- instrumen kuantitatif) akan digunakan untuk mengukur hubungan antara
(variabel- variabel bebas) dan(variabel-variabel terikat). Pada waktubersamaan,
(fenomena utama) akan dieksplorasi jugadengan menggunakan(wawancara
atau observasi kualitatif)dengan/terhadap (para partisipan)
di (lokasi penelitian).Alasan dikombinasikannya data kuantitatif dan data
kualitatif iri adalah untuk lebih memahami masalah penelitian dengan cara
mengonvergensi data kuantitatif (berupa angka-angka) dan
data kualitatif (berupa pandangan-pandangan rinci),dan untuk mengadvokasi
perubahan/transformasi bagi (kelompok-kelompok atau individu-individu).
Hossler dan Vesper (1993) meneliti sikap/kecehderungan anak-anak dan prang tua, khususnya
yang terkait dengart pengbernatan orang tuauntuk pendicfikan S2 bag] anak-a.nak rriereka.
Pajarrr penejitian yang diiaksariakan selama tig a tahun, mereka rnengideritiftkasi taktpf-
faktof yang sangat berhubufigari dengan p'enghematart orang tua dan data kuantitatif-
kualitatif yang mereka kurhpulkan. Tujuan penelitian mereka adalah sebagai perikut:
Karya tulis ini berusaha meneliti perilaku-perilaku pengtiernatan (saving) orang tua,
Dengan menggunakan data anak-anak dan orang tua yang diperoleh dari penelitian
longitudinal dengan metode survei selama tiga tahun, kami memilih regresi logistik untuk
mengidentifikasifaktor-faktor yang berhubungan dengan pehghematan prang tua bagi
pendidikan S2 anak-anak mereka. fidakhanya itu, kami juga berusaha menggali
pengetahuan lain dari hasil wawancara kami dengan beberapa sampel mahasiswa dan orang
tua mereka selama lima kali dalam jangka waktu tiga tahun. Pengetahuan ini
diharapkan dapat mernbantu mengekSplorasi lebih jauh isu teritang penghematan orang
tua.
Dalam teks aslinya, tujuanpenelitian di atas ditulis denganjudul "Tujuan." Tujuan tersebut juga
sudah mengindikasikan bahwa ada data kuantitatif (seperti, survei) dan data kualitatif (seperti,
wawan-cara) yang dicampur dalam penelitian. Kedua jenis data ini di-kumpulkan selama
periode tiga tahun. Artinya, penelitian ini dapat digolongkan ke dalam penelitian triangulasi atau
konkuren. Alasan dipilihnya metode triangulasi atau konkuren ini memang tidak di-sertakan
dalam tujuan penelitian di atas, namun ia telah disajikan pada bagian selanjutnya, dalam
pembahasan metode survei dan wawancara. Dalam bagian metode survei dan wawancara inilah
di-dapati pernyataan bahwa "wawancara juga digunakan untuk meng-eksplorasi lebih detail
variabel-variabel yang sudah dianalisis dan untuk mengtriangulasi hasil penelitian berdasarkan
data kuantitatif dan data kualitatif" (Hossler & Vesper, 1993:146)
Contoh 6.9 Tujuan Penelitian Metode Campuran Sekuensial
Ansorge, Creswell, Swidler, dan Gutmann (2001) meneliti penggunaan laptop
iBook di tiga kelas Metoae Pendidikan Guru. Laptop ini memungkinkan mahasiswa untuk
belajar di meja mereka masing-masing dan mernanfaatkannya untuk login secara langsung
ke dalam website-website yang direkomendasikan oleh instruktur. Tujuan
penelitiannya adalah sebagai berikut :
Tujuan penelitian metode campuran sekuensial ini adalah per-tama-tama untuk
mengeksplorasi dan membuat tema-tema utama tentang penggunaan laptop
iBook di kelas Metode Pendidikan Guru dengan melakukan observasi lapangan
dan wawancara langsung. Kemudian, dari tema-tema tersebut, dibuatlah
instrumen penelitian untuk menyurvei cara penggunaan laptop oleh para mahasiswa
dalam beberapa kondisi. Alasan digunakannya data kualitatif dan ddta kuantitatif
ini disebabkan survei terhadap.pengalaman mahasiswa dapat dilakukan dengan lebih
baik hanya jika eksplorasi terhadap cara penggunaan laptop oleh mahasiswa terlebih
dahulu diterapkan.
Tujuan penelitian di atas ditulis dengan judul "Tujuan." Tujuan penelitian tersebut
sudah menyebutkan jenis rancangan metode campuran yang digunakan (rancangan
sekuensial). Hal ini diperkuat karena di dalamnya berisi elemen-elemen dasar dari tahap
pertama ' (kualitatif) yang ditindaklanjuti oleh tahap kedua (kuantitatif). Tujuan penelitian di
atas juga menyertakan informasi mengenai dua strategi pengumpulan data dan diakhiri
dengan alasan digunakannya dua bentuk data dalam rancangan metode campuran
sekuensial.
RINGKASAN
Bab ini menjelaskan pentingnya tujuan penelitian yang menjadi gagasan utama
dilakukannya suatu penelitian atau studi. Dalam menulis tujuan penelitian kualitatif, peneliti
perlu menegaskan feno-mena utama yang diteliti dan menyajikan definisi tentatif ten tang
fenomena tersebut. Selain itu, peneliti juga perlu menggunakan kata-kata tindakan seperti
mengamati, mengetribangkan, atau mernahami, menggunakan bahasa tidak langsung, dan
memperjelas strategi penelitian, para partisipan penelitian, dan lokasi penelitian.
Dalam tujuan penelitian kuantitatif, peneliti menegaskan teori yang akan diuji dan
variabel-variabel yang akan dihubungkan atau diperbandingkannya. Peneliti juga perlu
menempatkan variabel bebas di urutan pertama (bagian kiri) dan variabel terikat di urutan
160
kedua (bagian kanan). Selain itu, peneliti harus menyatakan secara jelas strategi penelitian
yang
161
hendak diterapkan serta para partisipan dan lokasi penelitiannya. Dalam beberapa hal,
peneliti juga dapat mendefinisikan variabel-variabel kunci yang digunakan dalam
penelitian.
Dalam tujuan penelitian metode campuran, jenis strategi harus dinyatakan secara
jelas: apakah data penelitian dikumpulkan secara konkuren atau sekuensial, dan
alasan/rasionalisasi dignnakannya strategi tersebut. Selebihnya, karena ini penelitian
metode campuran maka beberapa elemen dalam tujuan penelitian kuantitatif dan kuali-tatif
juga harus disertakan.
Latihan Menulis
LATIHAN MENULIS
BACAAN TAMBAHAN
Marshall, C, & Rossman, G.B. (2006). Designing Qualitative Research. Edisi keempat.
Thousand Oaks, CA: Sage.
Dalam buku ini, Catherine Marshall dan Gretchen Rossman membahas di antaranya
mengenai tujuan penelitian. Tujuan penelitian, menurut Marshall dan Rossman, lazimnya
disertai dengan pembahasan singkat mengenai topik penelitian dan sering kali ditulis dalam satu
atau dua kalimat. Tujuan penelitian menjelaskan kepada pembaca hasil-ttasil apa saja yang ingin
dicapai oleh peneliti. Peneliti harus menulis tujuan penelitian secara eksploratif, ekplanatoris,
deskriptif, dan emansipatoris. Peneliti juga perlu menyertakan unit analisis (seperti, individu-
individu atau kelompok-kelompok) dalam tujuan penelitiannya.
Creswell, J.W., & Piano Clark, V.L. (2007). Designing and Conducting Mixed Methods Research.
Thousand Oaks, CA: Sage.
John W. Creswell dan Vicki L. Piano Clark menulis buku peng-antar tentang penelitian
metode campuran. Di dalamnya, mereka membahas proses-proses penelitian dengan metode
campuran; mulai dari menulis pendaehuhian, mengumpulkan data, menganalisis data, menafsirkan
data, serta menulis hasil penelitian. Mereka juga me-nyajikan empat cqntdh jenis penelitian
metode campuran serta panduan-panduan umum dalam menulis tujuan penelitian berdasar-kan
contoh-contph tersebut.
Wilkinson, AJNC (1991).; The Scientist's Handbook for Writing Papers andfiissertatkms.
Englewood Cliff, NJ: Prentice Hall.
Antoinette Wilkinson menyebut tujuan penelitian dengan istilah "sasaran langsung penelitian"
(immediate objective of the study). Dia menyatakanbahwa tujuan penelitian ditulis untuk menjawab
rumus-an masalah. Lebih lanjut, tujuan penelitian harus disajikan dalam bagian pendabAiluan,
meskipun tujuan ini bisa saja secara implisit dinyatakan di bagian mana pun. Jika ditulis secara
eksplisit, tujuan penelitian sbaiknya ditulis di bagian akhir pendahuluan saja, atau diletakkan
berdampingan atau di pertengahan pendahuluan, tergantung pada bagaimana bagian
pendahuluan itu disusun oleh peneliti.