Anda di halaman 1dari 72

Bab Empat

Strategi-strategi Menulis dan


Pertimbangan-Pertimbangan Etis
Sebelum menulis proposal, peneliti perlu memiliki gagasan umum tentang struktur
penelitian yang akan sajikan, utamanya tentang 'format bagian-bagian dan outline topik-topik
di dalamnya. Struktur proposal ini akan berbeda tergantung pada apakah proyek yang ditulis
adalah kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran. Hal lain yang perlu dipertimbangkan
adalah kesadaran akan tulisan yang baik dan benar, yang akan turut memastikan konsistenst
dan keterbacaan proposal tersebut. Sepanjang penggarapan proposal, peneliti juga perlu
mematuhi aturan-aturan etis dan mengantisipasi masalah-masalah etis yang sering kali
muncul. Bab ini akan menjelaskan garis-garis besar susunan proposal penelitian secara
keseluruhan, praktik-praktik penulisan proposal agar mudah dibaca, dan masalah-masalah
etis yang harus dipertimbangkan saat proposal tersebut ditulis.

MENULIS PROPOSAL
Bagian-Bagian dalam Proposal
Salah satu syarat utama yang harus dipenuhi sebelum menulis proposal adalah
mempertimbangkan topik-topik apa saja yang akan dimasukkan dalam proposal tersebut.
Semua topik harus saling berhubungan dan memberikan gambaran kohesif mengenai proyek
penelitian secara keseluruhan. Untuk itulah, diperlukan sejenis outline atau draft meskipun
topik-topik ini akan bervariasi bergantung pada jenis proposal yang diajukan, apakah
kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran. Dalam bab ini, saya menyajikan outline topik-
topik proposal, sejenis draf tentang bagian-bagian yang perlu dimasukkan dalam proposal
penelitian. Dalam bab-bab selanjutnva, saya akan menjelaskan bagian-bagian ini secara lebih
detail.
Yang jelas, secara keseluruhan, suatu proposal penelitian di-bentuk oleh beberapa
argumentasi utama. Maxwell (2005) menyebut sembilan argumentasi inti yang harus
diperhatikan peneliti untuk menulis proposal penelitian. Berikutini saya sajikan sembilan
argumentasi tersebut dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
1. Apa yang dibutuhkan pembaca untuk memahami topik Anda dengan lebih mudah?
2. Apa yang sudah sedikit-banyak diketahui pembaca mengenuitopik Anda?

1
3. Apa yang Anda harapkan dari penelitian Anda?
4. Rancangan seperti apa dan siapa saja orang-orang yang ingin Anda teliti?
5. Metode-metode apa yang ingin Anda gunakan untukmenyajikan data?
6. Bagaimana Anda akan menganalisis data?
7. Bagaimana Anda akan menvalidasi penemuan-penemuanAnda?
8. Masalah-masalah etis apa saja yang akan Anda sajikan?
9. Apakah hasil-hasil sementara sudah menunjukkan bahwa penelitianyang Anda ajukan
ini bermanfaat dan bisa diterapkan?
Sembilan pertanyaan ini, jika masing-masing disajikan secara tepat dalam satu bagian
proposal, akan membentuk fondasi penelitian yang baik dan sangat membantu proses
penyusunan proposal secara keseluruhan. Yang menarik dari sembilan pertanyaan di atas
adalah disertakannya verifikasi penemuan, pertimbangan-pertimbangan etis, hasil-hasil
sementara, dan bukti manfaat atau tidaknya sebuah proposal. Komponen-komponen ini dapat
memfokuskan perhatian pembaca pada elemen-elemen kunci yang sering kali diabaikan
dalam proposal penelitian.

Format Proposal Kualitatif


Mengenai format proposal kualitatif, saya menawarkan dua model alternatif. Contoh
4.1 didasarkan pada perspektif konstruk-tivis/interpretivis, sedangkan Contoh 4.2 didasarkan
pada perspektif advokasi/partisipatoris.

Contoh 4.1 Format Konstruktivis/Interpret!vis Kualitatif

Pendahuluan
Latar belakang masalah (mencakup literatuMiteratur yang ber-hubungan dengan
rnasalah tersebut dan pentingnya penelitian). Tujuan penelitian dan batasan masalah.
Rumusan masalah.
Prosedur-Prosedur
Asumsi-asumsi filosofis tentang penelitian kualitatif.
Strategi penelitian kualitatif.
Peran peneliti.
Prosedur-prosedur pengumpulan data,
Strategi-strategi menvalidasi hasil
penelitian. Susunan naratif penelitian.
Masalah-masalah etis yang mungkin muncul, Hasil-hasil sementara (jika ada). Outcomes
yang diharapkan.
Lampiran: pertanyaan-pertanyaan wawancara, bukti observasi, catatan waktu, dan
anggaran yang diajukan.
Pada contoh di atas, peneliti hanya menyertakan dua bagian utama, yaitu pendahuluan
dan prosedur-prosedur. Tinjauan pustaka bisa saja dimasukkan, tetapi hanya bersifat optional
saja; lagi pula, sebagaimana yang sudah dijelaskan pada Bab 3, tinjauan pustaka bisa
dimasukkan di akhir penelitian atau di bagian outcomes yang diharapkan. Selain itu, saya
juga sudah menambah bagian-bagian yang mungkin pada awalnya tampak tidak lazim.
Misalnya, denganmembuat catatan waktu dan menyajikan anggaran yang diajukan peneliti
setidak-tidaknya sudah memberikan informasi yang berguna bagi pihak perguran tinggi
meskipun bagian-bagian ini biasanya tidak dijumpai dalam outline proposal.
Format proposal di atas tadi sama dengan format sebelumnya (konstruktivis/interpretivis)
kecuali dalam hal bahwa dalam format proposal ini, peneliti mengidentifikasi isu-isu
advokasi/partisipatoris tertentu yaing akan dieksplorasi dalam penelitian (sepertimarginalisasi
dan pemberdayaan), berkolaborasi dengan para partisipan dalam pengumpulan data, dan
menyatakan perubahan-perubahan yang dapat ditawarkan oleh penelitian ini.

Contoh 4.2 Format Advokasi/Partisipatoris Kualitatif

Pendahuluan
Latar belakang masalah (meliputi isu-isu advokasi/partisipatoris yang akan
dieksplorasi, literatur-literatur yang berhubungan dengan isu tersebut, dan pentingnya
penelitian). Tujuan penelitian dan batasan masalah. Rumusan masalah.

Prosedur-Prosedur- ,
Asumsi-asumsi filosofis tentang penelitian kualitatif.
Strategi penelitian kualitatif.
Peran peneliti,
Prosedur-prosedur pengumpulan data (meliputi pendekatan-pendekatan pengumpulan
data secara kolaboratif bersama para partisipan).
Prosedur-proseedur pencatatan/perekaman data. Prosedur-prose*dur analisis data.
Strategi-stratecgi menvaiidasi hasif penelitian.

Susunan naratif.
Masalah-masalsh etis yang mungkin muncul.
Pentingnya penelitian.
Hasil-hasil semwentara (jika ada).
Perubahan-perubahan advokasi/partisipatoris yang diharapkan.

Lampiran: pertanyaan-pertanyaan wawancara, bukti observasi, catatan waktu, dan


anggaran yang diajukan.
Format Proposal Kuantitatif
Untuk penelitian kuantitatif, formatnya disesuaikan dengan bagian-bagian yang
biasanya terdapat dalam artikel-artikel jurnal kuantitatif. Format tersebut pada umumnya
terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil, dan pembahasan. Dalam
merencanakan penelitian kuantitatif atau proposal disertasi, pertimbangkanlah format berikut
ini sebagai panduan menulis (lihatContoh 4.3).
Contoh 4.3 merupakan format standar untuk penelitian ilmu sosial meskipun susunan
bagian-bagiannya, khususnya dalam pendahuluan, bisa jadi bermacam-macam antarmasing-
masing penelitian (lihat, misalnya, Miller, 1991; Rudestam & Newton, 2007). Contoh ini juga
sangat berguna bagi para peneliti yang ingin merancang bagian-bagian penelitian untuk
disertasi atau membuat kerangka topik-topik untuk penelitian-penelitian akademik yang lain.

Format Proposal Metode Campuran


Untuk proposal metode campuran, peneliti dapat menggabungkan format kuantitatif
dan kualitatif (lihat Creswell & Piano Clark, 2007). Ilustrasi untuk format proposal metode
campuran ini dapat dilihat pada Contoh 4.4 (yang diadaptasi dari buku Creswell & Piano
Clark, 2007).
Format ini menunjukkan bahwa peneliti menerapkan komponen-komponen kuantitatif dan
kualitatif (khususnya, tujuan pe-nelitian dan rumusan masalah) sebagai komponen-komponen
Metode campuran. Untuk itu, sangat penting menjelaskan sejak awal alasan-alasan
diterapkannya pendekatan metode campuran dan mengidentifikasi elemen-elemen kunci dari
rancangan ini, seperti metode campuran, gambaran visual prosedur-prosedurpenelitian secara
umum, dan prosedur-prosedur pengumpulan dan analisis data kuantitatif dan kualitatif.
Contoh 4.3 Format Kuantitatif

Pendahuluan
Latar belakang masalah (meliputi pembahasan mengenai masalah yang diangkat dan
pentingnya penelitian). Tujuan penelitian dan batasan masalah. Perspektif teoretis.
Rumusan masalah atau hipotesis.

Tinjauan Pustaka
Metode Penelitian
3enis rancangan penelitian.
Populasi, sampel, dan partisipan.
Instrumen-instrumen pengumpulan data, vartabel-variabel,
dan materi-rnateri.
Prosedur-prosedur analisis data.

Isu-isu etis yang mungkin


muncul. Hasil-hasil sementara.

Lampiran: instrumen, catatan waktu, dan anggaran yang diajukan.

Merancang Bagian-Bagian dalam Proposal Penelitian


Di sini, ada beberapa tips penelitian yang sering kali saya sampaikan kepada para
mahasiswa, terkait dengan bagaimana merancang struktur keseluruhan proposal penelitian.
Merinci terlebih dahulu bagian-bagian dalam rancangan proposal. Mengerjakan satu
bagian akan mendorong munculnya gagasan-gagasan baru ketika merancang bagian-
bagian proposal yang lain. Pertama-tama, buatlah satu draft atau outline bagian-bagian
proposal, lalu tulislah sesuatu dalam setiap bagian tersebut. Kemudian,saringlah kembali
ke bagian-bagian tersebut dengan mempertimbangkan secara lebih detail informasi-
informasi lain yang mungkin perlu dimasukkan ke dalam setiap bagian.
Contoh 4.4 Format Metode Campuran

Pendahuluan
Latar belakang masalah.
Penelitian-penelitian sebelumnya yang juga mernbahas masalahtersebut.
Kekurangan-kekurangan dalam penelitian-penelitian sebelumnyadan satu kekurangan yang
membuat Anda merasa perlu mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara
bersamaan untukmenutupi kekurangan ini.
Para pembaca yang dapat mengambil manfaat dari penetitian ini.

Tujuan Penelitian
Tujuan atau manfaat peneiitian dan rasionalisasi digunakannyametode campuran.
Rumusan masalah dan hipotesis (rumusan masalah atau hipotesiskuantitatif, rumusan
masalah kualitatif, rumusan masalah metodecampuran).
Landasan-landasan filosofis tentang peneiitian metode campuran.
Tinjauan pustaka (tinjauan kuantitatif, tinjauan kualitatif, dantinjauan metode campuran}.

Metode Campuran
Definisi peneiitian metode campuran.
Jenis rancangan yang digunakan dan definisinya.
Tantangan-tantangan menggunakan rancangan ini dan bagaimanamenghadapi tantangan-
tantangan tersebut.
Contoh-contoh penerapan rancangan tersebut.
Referensi dan penyertaan diagram visual.
Pengumpulan dan analisis data kuantitatif.
Pengumpulan dan analisis data kualitatif.
Prosedur-prosedur analisis data metode campuran.
Pendekatan-pendekatan dalam menvalidasi data kuantitatif dankualitatif.

Sumber-sumber dan skill-skill


peneliti. Isu-isu etis yang mungkin
muncul.
Catatan waktu dalam menyelesaikan penelitian.
Referensi dan lampiran-lampiran, seperti instrumen penelitian,protokol penelitian, dan bentuk-
bentuk visual lain.
Pelajari proposal-proposal dari mahasiswa lain yang juga dipandu oleh pembimbing
Anda dan perhatikan proposal-proposal tersebut dengan seksama. Gandakan proposal-
proposal yang me-nurut pembimbing Anda paling layak diajukan pada pihak perguruan
tinggi. Pelajari topik-topik yang dibahas dan susunan di dalamnya hingga ke tahap yang
lebih detail.
Pastikan apakah program atau institusi Anda menawarkan sejenis kursus tentang
pembuatan proposal atau topik-topik lain yang sejenis. Kelas-kelas seperti ini sering kali
membantu Anda dalam menyusun proyek penelitian dan membantu pembaca memahami
dan merespons gagasan-gagasan dalam proposal tersebut.
Mintalah pertimbangan dari pembimbing Anda tentang format proposal yang ia
harapkan. Jangan terlalu mengandalkan artikel jurnal sebagai panduan penyusunan.
Susunan bagian-bagian proposal yang terdapat dalam artikel-artikel jurnal bisa saja tidak
memberikan banyak informasi yang diinginkan oleh pembimbing atau pihak perguruan
tinggi.

Menulis Gagasan
Setiap tahun, saya selalu mengumpulkan berbagai buku tentang teknik menulis yang
baik. Saya biasanya membeli satu buku baru tentang teknik-teknik menulis setiap kali saya
mengerjakan proposal penelitian. Ketika buku Research Design ini saya tulis untuk edisi
yang ketiga, saya waktu itu sedang membaca Reading Like a Writer-nya Francine Prose
(Prose, 2006). Setiap kali saya membaca buku-buku seperti ini, saya terus teringat dengan
prinsip-prinsip menulis yang baik yang harus saya terapkan pada penelitian saya. Hingga saat
ini, penelitian-penelitian saya sudah menjangkau berbagai spektrum yang luas, mulai dari
buku-buku profesional hingga buku-buku akademik. Semua ini tentu saja didukung, salah
satunya, oleh hasil pembacaan saya pada buku-buku panduan menulis tersebut. Untukitu,
pada bagian ini, saya akan memberikan pada Anda gagasan-gagasan kunci yang saya
dapatkan dari buku-buku favorit yang pernah saya baca.

Menulis seperti Berpikir


Salah satu tanda penulis yang kurang berpengalaman adalah ia lebih suka
mendiskusikan penelitian yang diajukan ketimbang me-nulis tentangnya. Untuk mengatasi
masalah ini, saya merekomen-dasikan beberapa langkah berikut:
Di awal proses penelitian, cobalah untuk benar-benar menulis gagasan-gagasan Anda,
dan bukan membicarakannya. Para penulis ahli me-mandang proses menulis layaknya
100
berpikir (Bailey, 1984). Zinsser (1983) membahas pentingnya mengekspresikan kata-kata
(gagas-an-gagasan) di kepala ke atas kertas. Pembimbing akan memberikan respons yang
lebih baik ketika mereka membaca gagasan-gagasan di atas kertas daripada ketika mereka
mendengar dan mendiskusikan topik penelitian dengan mahasiswa atau rekannya. Ketika
peneliti berusaha menuliskan gagasan-gagasannya di atas kertas, pembaca akan mampu
menvisualisasi hasil akhir-nya, lebih tepatnya melihat bagaimana hasil akhir itu tampak
ke permukaan, dan pada akhirnya pun juga mampu mengklarifikasi gagasan-gagasan di
dalamnya. Konsep tentang menulis gagasan-gagasan di atas kertas ini sudah banyak
membantu orang dalam merangkai tulisan yang baik. Sebelum merancang proposal,
buatlah draf ringkas sebanyak satu hingga dua halaman tentang proyek Anda dan biarkan
pembimbing Anda memberikan arahan atas penelitian yang Anda ajukan. Draf ini dapat
berisi sejumlah informasi penting: masalah penelitian yang akan dianalisis, tujuan
penelitian, rumusan masalah yang akan diajukan, sumber data, dan pentingnya proyek
tersebut bagi para pembaca. Selain itu, penting juga membuat draf untuk topik-topik yang
berbeda sebanyak satu sampai dua halaman, lalu melihat topik mana yang lebih disukai
pembimbing Anda dan memberikan kontribusi besar bagi bidang yang tengah Anda geluti
saat ini.
Lebih baik menulis beberapa draf proposal ketimbang mencoba memoles drafpertama.
Setidak-tidaknya, cara ini akan membuat gagasan-gagasan di kepala Anda'segera
tercurahkan. Zinsser (1983) meng-identifikasi dua jenis penulis: "tukang batu"
(bricklayer), yang ber-usaha membuat satu paragraf yang benar-benar baik sebelum
beralih pada paragraf selanjutnya, dan penulis yang "membiarkan semuanya
menggelantung pada draf pertama", yang menulis draf pertama secara keseluruhan tanpa
peduli terlebih dahulu betapa buruknya draf tersebut. Yang berada di antara kedua jenis
ini adalah Peter Elbow (Elbow, 1973) yang lebih merekomendasikan agar seseorang
melewati proses literatif, yakni: mulai dari menulis, mereview, lalu menulis kembali.
Kata Elbow: jika Anda punya satu jam untuk membuat sebuah tulisan, lebih baik menulis
empat draf (masing-masing 15 menit) daripada menulis satu draf (yang harus dihabiskan
selama 15 menit). Peneliti yang berpengalaman akan menulis draf pertama dengan sangat
hati-hati tetapi ia tidak menulis draf yang benar-benar sudah dipoles: pemolesan ini
hanya akan membuat proses penulisan menjadi lamban.
Jangan mengedit proposal Anda pada tahap-tahap awal. Lebih baik, Anda
mempertimbangkan model tiga-tahapnya Franklin (1986) yang saya pandang sangat
bermanfaat dalam membuat proposal awal dan penulisan penelitian akademik yang saya
lakukan selama ini:
1. Pertama-tama, buatlah sebuah outline; outline ini dapat berupa kalimat-kalimat atau
kata-kata, atau dapat berupa peta visual.
2. Tulislah satu draf utuh, lengkap dengan gagasan-gagasan pokoknya, lalu nyatakan
gagasan-gagasan tersebut dalam bentuk paragraf-paragraf.
3. Akhirnya, edit dan poleslah setiap kalimat yang sudah Anda tulis.

Kebiasaan Menulis
Cobalah untuk berdisiplin dan membiasakan diri menulis proposal secara reguler dan
terus-menerus. Merancang draf yang benar-benar utuh dalam satu waktu memang dapat
memberikan Anda perspektif awal ketika mereview hasil tulisan sebelum dilakukan
pengeditan yang sebenarnya, namun proses menulis yang tidak konsisten ini (sebentar-
sebentar berhenti, sebentar-sebentar memulai lagi) sering kali menghambat rampungnya
penulisan. Bahkan, cara seperti ini dapat mengubah seorang penulis yang awalnya memiliki
bakat menulis yang baik, menjadi seorang penulis mingguan, yaitu penulis yang hanya
memiliki waktu untuk mengerjakan penelitian-nya pada akhir-akhir pekan setelah semua
pekerjaan "penting" hariannya terselesaikan. Menulis proposal secara kontinu yang saya
maksudkan adalah menulis beberapa paragraf setiap hari atau se-tidak-tidaknya libatkan
pikiran kita setiap hari dalam proses berpikir, mengumpulkan informasi, dan mereview
beberapa hal yang sudah ditulis dalam proposal penelitian.
Pilihlah waktu-waktu khusus dalam satu hari untuk menggarap proyek penelitian Anda, lalu
cobalah untuk berdisiplin dalam menulis pada momen-momen itu setiap harinya. Pilihlah
tempat yang bebas dari gangguan. Boice (1990:77-78) menawarkan ide tentang bagaimana
Anda membangun kebiasaan menulis yang baik:
Dengan prioritas yang sudah Anda miliki, tulislah aktivitas keseharian Anda, baik ketika
siap maupun belum siap untuk menulis.
Jika Anda merasa tidak memiliki waktu untuk menulis secara reguler, cobalah memetakan
aktivitas keseharian Anda dalam momen-momen setengah-jam-an selama satu sampai
dua minggu. Ini akan membantu Anda menemukan waktu yang tepat buat menulis.
Menulislah ketika Anda sedang fresh.
Jangan menulis ketika Anda kekenyangan.
Menulislah secara reguler meski hanya sebentar.
Buatlah jadwal aktivitas menulis sehingga Anda dapat merencana-kan kapan harus
mengerjakan unit-unit tulisan tertentu dalam setiap sesi.
Cobalah menaati kartu harian Anda. Tulislah setidak-tidaknya tiga hal: (a) waktu yang
digunakan untuk menulis, (b) jumlahhalaman yang dapat diselesaikan, dan (c) perkiraan
kapan tugas dapat selesai secara keseluruhan.
Rencanakan tujuan-tujuan harian Anda. ; .ni
Diskusikan tulisan Anda dengan teman-teman yang suportif dan konstruktif sehingga
Anda merasa siap untuk go public.
Cobalah menulis dua atau tiga proyek penulisan secara serempak sehingga Anda tidak
overload dengan satu proyek saja.
Yang juga penting diketahui, proses menulis itu berlangsung secara perlahan-lahan
danbahwa penulis harus merasa mudah ketika menulis. Layaknya pembalap yang selalu
menggeliat sebelum balapan dimulai, penulis juga harus menghangatkan pikiran dan jari-jari
terlebih dahulu sebelum benar-benar menulis. Aktivitas menulis yang tidak tergesa-gesa,
seperti menulis sebuah surat kepada seorang teman, brainstorming di depan komputer,
membaca tulisan-tulisan di komputer, atau merenungkan sebuah syair, dapat membuat tugas
menulis lebih mudah. Saya teringat konsep "masa-pemanasan"-nya John Steinbeck (1969:42)
yang dideskripsikan secara detail dalam Journal of a Novel: The East of Eden Letters.
Steinbeck selalu memulai aktivitas menulisnya setiap hari dengan membuat satu surat kepada
editor sekaligus teman dekatnya, Pascal Covici, di sebuah notebook.
Ada banyak pemanasan lain yang bisa dilakukan. Carrol (1990) memberikan contoh
latihan untuk memperbaiki kontrol seorang penulis yang ingin membuat tulisan yang
deskriptif dan emotif:
Deskripsikan suatu objek, lengkap dengan bagian-bagian dan dimensi-dimensinya, tanpa
terlebih dahulu menceritakan nama objek tersebut kepada pembaca.
Tulislah sebuah percakapan dramatis di antara dua orang yang sekiranya dapat membuat
pembaca penasaran.
Tulislah serangkaian petunjuk sederhana untuk tulisan-tulisan yang diperkirakan sangat
rumit untuk dimengerti.
Carilah satu tema pokok, lalu tulislah dengan tiga cara yang ber-beda-beda (him. 113-
116).
Latihan yang terakhir ini tampaknya cocok bagi para peneliti kualitatif yang menganalisis
data mereka dengan kode-kode dantema-tema yang beragam (lihat Bab 9 mengenai
analisis data kuali-tatif).
Selain itu, pertimbangkan pula instrumen-instrumen penulisan dan tempat fisik yang
membantu proses penulisan Anda berjalan baik dan disiplin. Instrumen-instrumen tersebut
seperti komputer, keypad yang nyaman dipakai, pena kesayangan, pensil, bahkan kopi dan
snack (Wolcott, 2001) memberikan banyak opsi kepada Anda untuk dapat comfortable
ketika menulis. Setting fisik juga turut membantu. Annie Dillard, seorang novelis pemenang
penghargaan Pulitzer, justru menghindari tempat-tempat yang menarik perhatian:
Seseorang ingin ruangannya tanpa pemandangan, sehingga imajinasi dapat muncul
dari kegelapan. Ketika saya menggarap pekerjaan ini tujuh tahun lalu, saya
mendorong meja panjang saya ke dinding kosong sehingga saya tidak dapat melihat
dari jendela mana pun. Suatu hari, lima belas tahun lalu, saya juga menulis di dekat
perapian di area parkir. Saya tak mau berada di atas aspal dan kerikil. Di sana ada
banyak pohon pinus yang tidak berhenti berguguran daunnya sehingga membuat saya
merasa bahwa pekerjaan di dekat bara api ini lebih baik, dan pekerjaan saya pun
terselesaikan (Dillard, 1989:26-27).

Keterbacaan Tulisan
Sebelum mulai menulis proposal, cobalah berpikir tentang bagaimana Anda
meningkatkan keterbacaan proposal Anda. Publication Manual APA (2001) membahas
tentang bagaimana menyajikan tulisan yang rapi dengan cara menunjukkan hubungan
antargagasan dan menggunakan kata transisional. Selain itu, penting juga meng-gunakan
istilah-istilah yang konsisten dan terus membangun kohe-rensi dalam proposal penelitian
Anda.
Gunakan istilah-istilah yang konsisten di sepanjang proposal Anda. Pakailah istilah-
istilah yang sama setiap kali variabel disebutkan dalam penelitian kuantitatif atau
fenomena utama dalam penelitian kualitatif. Jangan menggunakan sinonim-sinonim dari
istilah-istilah tersebut. Hal ini hanya akan membuat pembaca bingung memahami makna
setiap gagasan dalam proposal penelitian Anda.
Pertimbangkan pula seberapa naratif gaya pemikiran yang Anda terapkan agar pembaca
dapat memahami proposal Anda. Konsep ini pernah dikemukakan oleh Tarshis (1982)
yang merekomendasi-kan agar penulis membuat tahapan pemikiran untuk membim-bing
pembaca. Ada empat jenis gaya pemikiran yang bisa diper-timbangkan:
1. Umbrella thoughts gagasan-gagasan umum atau inti yang disilangkan satu sama
lain.
2. Big thoughts gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran tertentu yang berada
dalam ranah umbrella thought untuk memperkuat, mengklarifikasi, atau menjelaskan
umbrella thought.
3. Little thoughts gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran yang fungsi utamanya
adalah memperkuat big thoughts.
4. Attention or interest thoughts gagasan-gagasan yang tujuan-nya adalah
mengorganisasi pemikiran-pemikiran lain dan menjaga perhatian pembaca agar tetap
berada dalam satu jalur pemikiran/konsep tulisan.

Para peneliti pemula pada umumnya selalu berputar-putar dalam umbrella thought
dan attention thought. Akibatnya, proposal mereka dipenuhi dengan gagasan umbrella yang
sangat banyak, namun tidak didukung oleh isi yang detail untuk memperjelas gagasan-
gagasan besar tersebut. Hal ini biasa muncul dalam tinjauan pustaka yang di dalamnya
peneliti perlu menyediakan bagian-bagian besar yang lebih banyak untuk mengikat dan
menyimpulkan semua literatur secara bersama-sama. Salah satu gejala masalah ini adalah
terlalu cepatnya peralihan gagasan secara terus-menerus dari satu gagasan umum ke gagasan
umum yang lain dalam satu naskah. Bahkan, suatu gagasan umum tidak jarang ditulis dalam
satu para-graf yang sangat pendek dalam pendahuluan proposal, seperti yang sering ditulis
oleh para jurnalis dalam artikel-artikel koran. Untuk itulah, peneliti diharapkan dapat berpikir
dalam konteks narasi yang detail agar gagasan-gagasan umbrella dapat tersampaikan dengan
jelas.
Attention thoughts, yang merupakan statemen-statemen ter-organisir untuk memandu
pembaca, juga dibutuhkan. Pembaca membutuhkan rambu-rambu dan petunjuk-petunjuk agar
mereka dapat memahami peralihan dari satu gagasan umum ke gagasan umum selanjutnya
(Bab 6 dan 7 akan membahas rambu-rambu dalam penelitian, seperti tujuan penelitian,
rumusan masalah, dan hipo-tesis). Paragraf yang terorganisir utamanya sangat dibutuhkan di
awal dan akhir tinjauan pustaka. Pembaca harus melihat secara ke-seluruhan susunan
gagasan-gagasan melalui paragraf-paragraf awal dan harus diberi tahu mengenai poin-poin
terpenting di bagian akhir yang nantinya dapat mereka ingat.
Terapkanlah koherensi untuk menambah keterbacaan naskah. Koherensi dalam tulisan
berarti bahwa gagasan-gagasan Anda terikat bersama dan mengalir secara logis dari satu
kalimat ke kalimat lain dan dari satu paragraf ke paragraf lain. Konsistensi nama-nama
variabel dalam judul, tujuan penelitian, rumusan masalah, dan tinjauan pustaka (yang
banyak muncul dalam proyek kuantitatif), misalnya, menggambarkan dengan jelas
bagaimana koherensi ini bekerja. Konsistensi ini akan turut mem-bangun koherensi dalam
penelitian. Begitu pula, menekankan urutan yang konsisten kapan pun variabel bebas dan
terikat disebutkan juga merupakan teknik yang dapat digunakan untuk membangun
koherensi.
Pada level yang lebih detail, koherensi dapat dibangun dengan menghubungkan
kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf dalam naskah. Zinsser (1983) menyarankan agar setiap
kalimat ditulis secarabersambung dan logis. Latihan hook and eye-nya Wilkinson
(1991)tampaknya dapat diterapkan untuk menghubungkan gagasan-gagasan dari kalimat satu
ke kalimat lain dan dari paragraf satu keparagraf yang lain pula.
Contoh 4.5 yang dikutip dari proposal salah seorang mahasiswa berikut ini akan
menunjukkan kepada Anda bagaimana level tinggi koherensi tersebut terjadi. Kutipan ini
diambil dari bagian pen-dahuluan proyek disertasi kualitatif seorang mahasiswa yang
membahas tentang siswa-siswa yang berisiko gagal. Dalam kutipan ini, saya sudah
menerapkan pola hook and eye untuk menghubungkan gagasan-gagasan dari kalimat satu ke
kalimat lain dan dari paragraf satu ke paragraf lain. Seperti yang sudah dijelaskan, tujuan
latihan hook and eye ini (Wilkinson, 1991) adalah untuk menghubungkan gagasan-gagasan di
setiap kalimat dan paragraf. Jika hubungan semacam ini tidak dibuat mudah, berarti sebuah
tulisan tidak mampu menghubungkan peralihan gagasan-gagasan dan topik-topik secara
koheren. Untuk itu, penulis perlu menambah kata-kata, frasa-frasa, atau kalimat-kalimat
transisional untuk membangun koherensi yang jelas.
Pada mata kuliah pengembangan proposal yang saya ampu, saya sering menyediakan
satu kutipan dari pendahuluan sebuah proposal dan meminta mahasiswa untuk
menghubungkan kalimat-kalimat di dalamnya dengan melingkari dan menggaris gagasan-
gagasan inti untuk menghubungkan gagasan-gagasan tersebut dari kalimat satu ke kalimat
yang lain. Teknik ini diterapkan agar para mahasiswa dapat menemukan koherensi dalam
proposal penelitian, sejak dari halaman pertama. Pertama-tama, saya memberikan kutipan
yang tidak diberi tanda apa pun kepada para mahasiswa, kemudian setelah latihan usai, baru
saya memberikan kutipan yang lengkap dengan tanda-tandanya. Karena gagasan inti suatu
kalimat seharusnya terhubung pada gagasan inti pada kalimat selanjutnya maka mereka harus
menandai hubungan ini. Jika kalimat-kalimat tersebut tidak terhubung, berarti ada kata-kata
transisional yang hilang, dan untuk itu perlu dibumbui. Saya juga meminta para mahasiswa
untuk memastikan bahwa antarparagraf dan antarkalimat sudah terhubung dengan teknik
hook and eye.
Kalimat Aktif, Kata Kerja, dan "Berlebih-lebihan"
Setelah belajar bagaimana mengekspresikan pemikiran-pemikiran dan paragraf-
paragraf, kini saatnya Anda belajar menulis kalimat-kalimat dan kata-kata. Persoalan tata
bahasa dan konstruksi kalimat sebenarnya sudah dijabarkan dalam Publication Manual
APA(2001), akan tetapi saya tetap menyertakan bagian ini untuk me-nyoroti beberapa
masalah tata bahasa yang sering kali saya lihat dalam proposal-proposal mahasiswa saya dan
tulisan-tulisan saya pribadi.
Dalam bagian ini, Anda tidak akan diajari untuk menulis dari tahap paling dasar
(seperti merangkai kalimat, menemukan gagasan, dan sebagainya), melainkan dari tahap
meminjam istilah Franklin (1986) memoles tulisan. Inilah tahap yang harus dilalui terakhir
kali dalam proses penulisan. Ada banyak buku yang membahas tentang bagaimana menulis
penelitian atau menulis kesusastraan dengan aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang harus
diikuti terkait dengan konstruksi kalimat dan diksi yang tepat. Wolcott (2001), se-orang
peneliti etnografi, misalnya, berbicara tentang bagaimana mengasah kemampuan editing
dengan cara mengurangi kata-kata yang tidak perlu, menghilangkan kalimat pasif, mengukur
diksi, meminimalisir frasa-frasa yang sering diulang, dan mereduksi kutip-an-kutipan yang
berlebihan, kata-kata yang digaris miring (italic), dan pernyataan-pernyataan yang dikurawal.
Selain gagasan dari Wolcott di atas, gagasan saya tentang kalimat aktif, kata kerja, dan
"berlebih-lebihan" dalam bagian ini sebenarnya juga bisa Anda gunakan untuk menyegarkan
dan memperkuat tulisan akademik Anda selama ini.
Untuk tulisan-tulisan akademik, gunakanlah kalimat aktif se-banyak mungkin (APA,
2001). Menurut penulis sastra, Ross-Larson (1982), "kalimat aktif jika subjeknya
melakukan tindakan. Kalimat pasif jika subjeknya dikenai tindakan" (him. 29). Jika harus
menggunakan konstruksi pasif, cobalah untuk menvariasi-kan auxiliary verb, seperti was.
Contoh-contohnya meliputi will be, have been, dan is being. Penulis dapat menggunakan
konstruksi pasif dengan variasi ini ketika subjek yang bertindak dapat secara logis
diletakkan di kiri kalimat dan ketika apa yang dilakukan subjek tersebut dapat diletakkan
sesudahnya (Ross-Larson, 1982). Misalnya, daripada konstruksi proposal yang diajukan
oleh peneliti, lebih baik menerapkan konstruksi proposal yang peneliti ajukan (penj.).
Gunakanlah verba-verba yang kuat, bersemangat, dan sesuai dengan bidang tulisan yang
disusun. Verba-verba yang kurang kuat biasanya adalah verba-verba yang minim-aksi (is
atau was, misalnya) atau verba-verba yang berfungsi sebagai adjektiva atau adverbia.
Banyak peneliti menggunakan past tense dalam menulis tinjauan pustaka dan melaporkan
hasil penelitian. Padahal, yang seharus-nya diterapkan adalah future tense. Verba ini
setidak-tidaknya dapat mendukung semua waktu yang tersaji secara implisit dalam
proposal penelitian. Untuk penelitian-penelitian yang sudah di-lakukan, gunakanlah
present tense untuk menambah kesegaran dalam penelitian, khususnya di bagian
pendahuluan. Publication Manual APA (2001) hanya merekomendasikan past tense
(seperti, "Jones telah melaporkan") atau present perfect tense (seperti, "Peneliti baru saja
melaporkan") untuk tinjauan pustaka dan pro-sediir-prosedur yang berdasarkan pada
peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi, past tense untuk mendeskripsikan hasil penelitian
(seperti, "diketahui bahwa stres telah menurunkan harga diri"), dan present tense (seperti,
"penemuan kualitatif tersebut me-nunjukkan") untuk membahas hasil penelitian dan
menyajikan kesimpulan. Saya melihat semua ini bukanlah sebagai aturan yang rumit dan
berat, melainkan justru sebagai petunjuk yang sangat bermanfaat.
Berusahalah mengedit dan merevisi draf-draf naskah Anda agar hal-hal yang sekiranya
terkesan "berlebihan" dapat terkurangi. "Sesuatu yang berlebihan" di sini merujuk pada
kata-kata yang tidak terlalu penting dalam menjelaskan makna suatu gagasan. Untuk
menghindari hal ini, para penulis sebaiknya membuat banyak draf untuk satu
naskah/tulisan. Proses ini biasanya me-liputi tindakan menulis, mereview, dan mengedit
tulisan. Dalam proses editing, kurangilah kata-kata yang berlebihan, seperti modi-fikasi-
modifikasi yang terlalu banyak, preposisi-preposisi yang terlalu sering muncul, dan
konstruksi "the-of" misalnya, the study of yang hanya akan menambah kata-kata
yang tidak terlalu penting (Ross-Larson, 1982). Saya jadi teringat dengan prosa lucu
yang ditulis oleh Bunge (1985):
Sekarang, Anda bisa melihat orang-orang pintar yang berusaha mem-buat kalimat
yang rumit. Seorang rekan yang saat ini menjadi staf administrasi universitas, setiap
harinya hampir selalu mengatakan kalimat yang rumit, yang sering kali dimulai
dengan kata-kata seperti ini, "Saya hanya akan bisa berharap bahwa kita akan bisa...."
Pada awalnya, dia tidak pernah mengucapkan kalimat-kalimat seperti itu, tetapi di
umurnya yang sekarang, dengan pergaulan yang jauh dari krisis kehidupan anak-anak
muda, dia justru sangat sulit mengucapkan kalimat-kalimat yang mudah (Bunge,
1985:172).

109
Mulailah mempelajari bagaimana menulis penelitian kualitatif, kuantitatif, dan
metode campuran dengan baik. Salah satu ciri tulisan yang baik adalah mata dan pikiran ini
tidak akan terhenti dan ter-sendat tiba-tiba dalam sebuah kutipan atau kalimat tertentu.
Tulisan yang baik adalah tulisan yang ide-idenya mengalir hingga titik akhir. Dalam buku ini,
saya telah mencoba menggambarkan contoh tulisan-tulisan yang baik dari beberapa jurnal
ilmu sosial-humaniora, seperti American Journal of Sociology, Journal of Applied
Psychology, Administrative Science Quarterly, American Educational Research Journal,
Sociology of Education, dan Image: Journal of Nursing Scholarship. Dalam ranah kualitatif,
literatur yang baik akan menyajikan tulisan yang jelas dan kalimat-kalimat yang detail. Para
pengajar yang membimbing penelitian kualitatif setidak-tidaknya perlu menugaskan pada
maha-siswa untuk membaca buku-buku terkenal, seperti Moby Dick, The Scarlet Letter, dan
The Bonfire of the Vanities (Webb &; Glesne, 1992). Selain itu, Qualitative Inquiry,
Qualitative Research, Symbolic Interaction, Qualitative Family Research, dan Journal of
Contemporary Ethnography merupakan jurnal-jurnal akademik yang juga layak dipelajari.
Jika ingin melakukan penelitian dengan metode campuran, cobalah mempelajari jurnal-jurnal
yang melaporkan penelitian dengan kombinasi data kualitatif dan kuantitatif, termasuk pula
jurnal-jurnal ilmu sosial, seperti Journal of Mixed Methods Research, Field Methods, dan
Quality and Quantity. Baca pula artikel-artikel lain yang dikutip dalam Handboox of Mixed
Methods in the Social and Behavioral Sciences (Tashakkori & Teddlie, 2003).

MASALAH-MASALAH ETIS YANG PERLU DIANTISIPASI


Selain mengkonseptualisasi proses penulisan bagian-bagian proposal, peneliti juga
perlu mengantisipasi masalah-masalah etis yang bisa saja muncul dalam penelitian mereka
(Hesse-Bieber & Leavey, 2006). Untuk mengetahui masalah-masalah etis ini, peneliti perlu
terlibat langsung dalam pengumpulan data dari atau tentang orang lain (Punch, 2006). Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, menulis masalah-masalah etis seperti ini sangat
dibutuhkan, utamanya untuk membangun argumentasi dalam penelitian dan menetapkan satu
topik penting untuk format proposal. Peneliti juga harus mempro-teksi para partisipan
mereka; membangun kepercayaan (pada) mereka; berusaha jujur dalam penelitian; mencegah
kelalaian dan kecerobohan yang dapat mencemari nama baik organisasi atau insti-tusinya;
dan berupaya mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dengan sikap arif dan bijaksana
(Isreal & Hay, 2006). Pertanyaan-pertanyaan etis saat ini sudah mulai bermunculan, mulai
dari masalah-masalah seperti pembocoran rahasia individu, autentisitas dan kredibilitas

110
laporan penelitian, peran peneliti dalam konteks lintas-budaya, hingga masalah-masalah
privasi dari data-data internet (Isreal & Hay, 2006).
Dalam literatur, masalah-masalah etis biasanya dibahas di bagian kode-kode etik
profesi dan di bagian respons-respons mereka terhadap dilema-dilema etis serta solusi-
solusinya (Punch, 2005). Banyak organisasi nasional memublikasikan standar atau kode-kode
etik dalam website profesional mereka sesuai, dengan bidang yang mereka garap. Sebagai
contoh, lihatlah:
"Ethical Principles of Psychologists and Code of Conduct," dalam www.apa.org/ethics,
tahun 2002.
"The American Sociological Association Code of Ethics," dalam www.asanet.org, tahun
1997.
"The American Anthropological Association's Code of Ethics," dalam www.aaanet.org,
Juni 1998.
"The American Educational Research Association Ethical Standars of the American
Educational Research Association," dalam www.aera.net, tahun 2002.
The American Nurses Association Code of Ethics for Nurses Provisions, dalam
www.ana.org, Juni 2001
Praktik-praktik etis melibatkan lebih dari sekedar mengikuti seperangkat pedoman statis,
seperti pedoman-pedoman yang disajikan oleh organisasi-organisasi professional di atas.
Lebih dari itu, peneliti juga perlu mengantisipasi dan menyampaikan masalah-masalah
etis yang mungkin saja muncul dalam penelitian mereka (seperti, lihat Berg, 2001; Punch,
2005; dan Sieber, 1998). Masalah-masalah etis ini bisa saja muncul dalam penelitian
kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran, serta semua tahap dalam tiga penelitian
tersebut. Dalam bab-bab selanjutnya, saya sudah menjelaskan beberapa masalah etis
dalam banyak tahapan penelitian. Dengan menyajikan masalah-masalah ini, saya
berharap para peneliti dapat terdorong untuk lebih hati-hati merancang bagian-bagian
proposal mereka. Meskipun pembahasan dalam buku ini tidak secara komprehensif
mencakup semua masalah etis, setidaknya saya sudah menyajikan masalah-masalah etis
yang paling sering muncul. Masalah-masalah tersebut sering kali muncul ketika peneliti
tengah membatasi masalah penelitian (Bab 5); mengidentifikasi tujuan penelitian dan
rumusan masalah (Bab 6 dan 7); dan mengumpulkan, menganalisis, dan menulis data
penelitian (Bab 8,9, 10).
Masalah-masalah Etis dalam Masalah Penelitian.
Hesse-Biber dan Leavy (2006:86) mengajukan pertanyaan: Bagaimana masalah-
masalah etis masuk kedalam bagian latar belakang masalah penelitian? Dalam pendahuluan
proposal, peneliti mengidentifikasi satu masalah atau isu yang penting untuk diteliti dan
menyajikan rasionalisasi atas pentingnya penelitian tersebut. Selain itu peneliti juga perlu
mengidentifikasi satu masalah yang akan menguntungkan individu-individu yang akan
diteliti, satu masalah yang nantinya berguna bagi orang lain selain peneliti itu sendiri (Punch,
2005). Gagasan inti penelitian aksi/partisipatoris adalah: peneliti tidak boleh memarginalisasi
atau melemahkan partisipan-partisipan yang ditelitinya. Masalahnya, tidak jarang identifikasi
masalah penelitian justru semakin meminggirkan para partisipan yang diteliti. Untuk
mrncegah hal ini terjadi, peneliti terlebih dahulu harus membuat proyek-proyek utama agar
kepercayaan partisipan dapat terbangun sehingga peneliti dapat mendeteksi marginalisasi apa
saja yang tidak boleh dilakukan sebelum ia benar-benar menggarap penelitian.

Masalah-masalah Etis dalam Tujuan Penelitian dan Rumusan Masalah


Dalam merancang tujuan penelitian atau rumusan masalah, peneliti perlu menjelaskan
tujuan penelitian kepada para partisipan (Sarantakos,2005). Penipuan sering kali muncul
ketika partisipan memahami satu tujuan, tetapi penelitian memiliki tujuan lain yang berbeda.
Untuk mengatasi masalah ini, peneliti perlu menentukan sponsorship atas penelitian mereka.
Misalnya, dalam merancang surat-surat pendahuluan untuk penelitian survey, sponsorship
merupakan elemen penting yang dapat membangun kepercayaan dan kredibilitas instrument
survey yang disebarkan peneliti.

Masalah-masalah Etis dalam Pengumpulan Data


Selain mempersiapkan data apa saja akan dikumpulkan, peneliti juga perlu respek
terhadap para partisipan dan tempat-tempat yang akan diteliti. Banyak masalah etis muncul
selama tahap pengumpulan data.
Jangan membahayakan Partisipan, dan hargailah kelompok-kelompok yang rawan
kekerasan. Proposal openelitian yang diajukan sebaiknya sudah direview oleh Dewan
Peninjau Institusi/Instutional Review Board (IRB) atau lembaga-lembaga sejenis diperguruan
tinggi mereka. Komite IRB ini dibangun atas dasar peraturan pemrintah untuk mencagah
adanya kekerasan atau pelanggaran HAM. Bagi seorang peneliti, IRB dibutuhkan untuk
meninjau kemungkinan terjadinya resiko-resiko penelitian, seperti resiko fisik, psikologis,
sosial, ekonomi, atau hukum (Sieber,1998), yang mungkin saja muncul tiba-tiba. Selain itu,
peneliti juga mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan tertentu bagi komunitas yang rawan
kekerasan, seperti anak-anak kecil (di bawah umur 19 tahun), partisipan-partisipan yang
lemah mental, korban-korban kekerasan atau bencana, para napi, dan individu-individu yang
terserang AIDS. Penelti juga harus menyimpan proposal penelitian yang berisi prosedur-
prosedur dan informasi mengenai partisipan di komite IRB kampus mereka yang komite ini
dapat meninjau sejauh mana proposal proposal tersebut menjangkau subjek-subjek atau
partisipan-partisipan yang berada dalam resiko. Selain Proposal ini, peneliti juga harus
membuat formulir izin tertulis yang ditandatangani oleh partisipan sebelum mereka terlibat
dalam penelitian. Formulir ini menjelaskan bahwa hak-hak partisipan akan dijaga selama
pengumpulan data. Elemen-elemen dalam formulir tersebut dapat meliputi beberapa
informasi sebagai berikut (Sarantakos, 2005):
Informasi mengenai peneliti
Informasi mengenai institusi yang mensponsori
Informasi mengenai prosedur-prosedur pemilihan partisipan
Informasi mengenai tujuan penelitian
Informasi mengenai keuntungan-keuntungan bagi partisipan
Informasi mengenai tingkatan dan jenis keterlibatan partisipan
Natation of Risks bagi partisipan
Jaminan kerahasiaan bagi partisipan
Jaminan bahwa partisipan dapat mundur kapan saja
Klausula nama-nama person yang dapat dihubungi jika ada pertanyaan

Salah satu masalah yang harus diantisipasi terkait dengan jaminan kerahasiaan adalah
bahwa beberapa partisipan bisa saja identitas mereka dirahasiakan. Jika demikian Ihwalnya,
peneliti sebaiknya meminta mereka untuk menjaga sendiri pendapat mereka dan
membebaskan mereka untuk mengambil keputusan. Akan tetapi, mereka juga harus
diberitahu mengenai resiko ketidakrahasiaan tersebut, seperti kemungkinan terbongkarnya
data dalam laporan akhir yang mungkin tidak mereka harapkan, informasi yang mungkin
melampaui batas hak-hak orang lain seharusnya disembunyikan, dan sebagainya (Giardano,
OReilly, Taylor, & Dogra, 2007).
Selain, itu prosedur etis lain yang harus dipenuhi peneliti selama pengumpulan data
adalah persetujuan dari individu-individu yang berwenang (seperti, satpam) untuk
memberikan akses bagi para peneliti untuk melakukan penelitiannya. Prosedur seperti
ini seringkali mengharuskan penelti untuk menulis sebuah surat yang menjelaskan
jangka waktu penelitian, dampak potensial, dan hasil-hasil penelitian. Begitu pula,
pemerolehan data melalui interview atau survey elektronik juga harus disertai ijin dari
partisipan. Hal ini dilakukan, pertama-pertama dengan mengirimkan email
permohonan, baru kemudian melakukan survey dan wawancara.
Peneliti juga harus respek pada lokasi-lokasi yang diteliti agar mereka tidak
mendapat gangguan setelah melakukan penelitian. Tugas ini mengharuskan peneliti,
khususnya dalam penelitian kualitatif, untuk terlibat dalam observasi atau wawancara
berkelanjutan di lokasi tersebut, sadar akan konsekuensinya, dan tidak boleh merusak
tatanan fisik lokasi itu. Misalnya, jika punya waktu berkunjung, peneliti juga bisa
menyusup ke dalam aktivitas-aktivitas partisipan. Jika tidak, peneliti harus meminta
izin terlebih dahulu. Apalagi, beberapa organisasi saat ini sudah memiliki aturan
tersendiri bagi orang-orang yang ingin melakukan penelitian agar tidak terjadi
perusakan di tempat mereka.
Dalam penelitian-penelitian eksperimen, yang sering kali memperoleh keuntungan
dari penelitian hanyalah kelompok yang ditreatment (atau sering kali dengan
dengan kelompok eksperimen). Sedangkan kelompok control tidak mendapatkan
apa-apa. Untuk menghindari hal ini, peneliti perlu melakukan beberapa
eksperimentasi bagi semua kelompok dalam satu waktu atau secara bertahap
sehingga kelompok- kelompok ini bisa mengambil secara merata.
Masalah etis juga muncul ketika tidak ada mutualitas antara peneliti dan partisipan.
Baik peneliti maupun partisipan seharusnya sama-sama dapat mengambil keuntungan
dari penelitian. Akan tetapi, yang sering terjadi justru sebaliknya: kekuasaan disalah-
gunakan dan partisipan dipaksa untuk terlibat dalam proyek tersebut. Untuk itulah,
melibatkan para partisipan secara kolaboratif dalam penelitian mungkin dapat
memunculkan muatlitas tersebut. Penelitian-penelitian yang benar-benar kolaboratif,
seperti dalam beberapa penelitian kualitatif, dapat melibatkan partisipan sebagai co-
researcher dalam proses penelitian, seperti merancang penelitian, mengumpulkan dan
menganalisis data, menulis laporan penelitian , dan menyebarkan hasil penelitian
(Patton, 2002).
Wawancara dalam penelitian kualitatif tampaknya sudah semakin banyak dipandang
sebagai penelitian moral (Kvale, 2007). Untuk itu, pewawancara harus memastikan
beberapa hal penting, seperti apakah wawancaranya dapat memperbaiki situasi
manusia
(serta meningkatkan pengetahuan saintifik), seberapa sensitive interaksi wawancara
pagi partisipan, apakah partisipan pernah berkata tentang bagaimana statemen mereka
harus ditafsirkan, seberapa kritis pertanyaan-pertanyaan yang harus diajukan, dan apa
saja akibat-akibat yang akan diterima pewawancara dan partisipan dari hasil wawancara
tersebut.
Peneliti juga perlu mengantisipasi kemungkinan informasi yang berbahaya dan intim
yang diungkapkan selama proses pengumpulan data. Sulit mengantisipasi dan
merencanakan dampak dari informasi ini selama atau setelah wawancara (Patton, 2002).
Misalnya, siswa bisa saja membicarakan pelecehan orang tuanya: atau para napi
berbicara tentang pelolosan dirinya dari penjara. Dalam situasi seperti ini, biasanya
kode etik bagi peneliti (yang bisa saja berbeda satu sama lain) dapat memproteksi
privasi partisipan-partisipan tersebut, dan tugas penelitian adalah menyampaikan
proteksi ini kepada semua partisipan yang juga terlibat dalam penelitian.

Masalah-masalah Etis dalam analisis dan Interpretasi Data


Ketika peneliti menganalisis dan menginterpretasi data kuantitatif ataupun kualitatif,
tidak jarang masalah-masalah muncul yang mengharuskan peneliti untuk membuat keputusan
etis yang tepat.
Dalam mengantisipasi masalah-masalah etis ini, mempertimbangkan beberapa hal berikut:

Bagaimana peneliti memproteksi anonimitas individu-individu, peran-peran, dan


peristiwa-peristiwa yang diteliti dalam proyek penelitiannya? Misalnya, dalam
penelitian survey, peneliti tidak memasukkan nama-nama partisipan selama proses
coding dan perekaman. Dalam penelitian kualitatif, peneliti menggunakan nama
alias atau nama samaran dari para partisipan atau tempat-tempat tertentu, untuk
memproteksi identitas mereka.
Data, setelah dianalisis, harus dijaga selama dalam jangka waktu tertentu (misalnya,
Sieber, 1998, merekomendasikan jangka waktu 5-10 tahun). Setelah itu peneliti
sebaiknya membuang data tersebut agar tidak jatuh ke tangan peneliti-peneliti lain
yang ingin ,enyalahgunakannya.
Pertanyaan tentang siapa yang memiliki data tersebut setelah proses pengumpulan dan
analisis data juga menjadi masalah yang sering kali memecah belah tim penelitian dan
membuat mereka bertengkar satu sama lain. Dalam hal ini, proposal peneliti
seharusnya juga mengidentifikasi masalah kepemilikan ini dan membahas bagaimana
solusinya, seperti melalui proses saling memahami antara antara peneliti, partisipan,
dan pihak fakultas (Punch, 2005). Berg (2001) merekomendasikan agar digunakan
persetujuan personal untuk menunjuk siapa pemilik pemilik data penelitian tersebut.
Hal ini dilakukan agar data dapat terjaga dari individu-individu yang tidak terlibat
dalam penelitian.
Dalam interpretasi data, peneliti perlu memastikan bahwa informasi yang diperoleh
benar-benar akurat. Untuk mengetahui akurasi ini, dalam penelitian kuantitatif,
peneliti dapat bernegosiasi dan berinterogasi dengan para partisipan (berg, 2001).
Untuk penelitian kualitatif langkah tersebut dapat diterapkan dengan cara
menerapkan satu atau beberapa strategi validasi data bersama para partisipan atau
dengan cara membandingkan data tersebut dengan sumber-sumber data lain yang
relevan (lihat strategi-strategi validasi kualitatif pada Bab 9).

Masalah-Masalah Etis dalam Menulis dan Menyebarluaskan Hasil Penelitian


Masalah-masalah etis tidak berhenti dalam pengumpulan dan analisis data saja.
Masalah-masalah tersebut juga bisa terjadi dalam proses penulisan dan penyebaran laporan
penelitian final. Untuk mengantisipasinya, Anda bisa menerapkan beberapa langkah berikut:
Jelaskan bagaimana penelitian Anda tidak akan menggunakan bahasa atau kata-kata yang
mengandung bias pada orang-orang tertentu, baik itu bias gender, orientasi social, ras,
etnis, ketidakmampuan, maupun usia. Publication Manual APA (2001) memberikan tiga
saran. Pertama, sajikan bahasa yang tidak bias pada tingkat spesifisitas yang sesuai
(seperti, daripada menulis prilaku pelanggan tersebut biasanya adalah para lelaki,
lebih baik menulis, perilaku pelanggan tersebut(jelaskan) ). Kedua, untuk
keperluan melabeli atau sejenisnya, gunakan bahasa yang tegas dan peka (seperti,
daripada menulis 400 Hispanik, lebih baik menulis 400 orang yang terdiri dari
penduduk meksiko, Spanyol, dan Puerto Rico). Ketiga, cobalah untuk benar-benar
mengenali identitas para partisipan dalam penelitian (seperti, daripada menulis subjek
lebih baik menggunakan kata-kata partisipan, daripada menulis dokter perempuan
lebih baik menggunakan dokter atau ahli medis saja, tanpa ada identifikasi jenis
kelamin).
Masalah-masalah etis lainnya dalam menulis penelitian bisa saja meliputi usaha-usaha
untuk menekan, memalsukan, atau mengkreasikan penemuan-penemuan baru untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan peneliti atau audiens. Praktik-praktik curang seperti ini
tidak diterima dalam komunitas penelitian professional, dan tindakan tersebut
biasanya akan membentuk sifat atau prilaku saintifik yang buruk (Neuman, 2000).
Proposal penelitian seharusnya mengendalikan kesempatan peneliti untuk tidak
terlibat dalam praktik-praktik seperti ini.
Dalam merencanakan penelitian, peneliti perlu mengantisipasi konsekuensi-konsekuensi
dilaksanakannya penelitian tersebut pada partisipan-partisipan tertentu dan tidak
menyalahgunakan hasil-hasil penelitian untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
Peneliti harus memberikan gandaan publikasi penelitian tersebut pada pihak-pihak yang
pernah ditelitinya (Creswell, 2007).
Masalah lain etis yang sering dijumpai dalam tulisan-tulisan akademik adalah praktik
eksploitasi terhadap sejumlah pegawai universitas dan disertakannya nama individu-
individu yang secara substansial tidak berkontribusi atas penelitian. Israel dan hay (2006)
membahas praktik tidak etis yang disebutnya sebagai hadiah kepengarangannya bagi
individu yang tidak berkontribusi pada penelitian dan hantu kepenarangan bagi staf-staf
yunior yang membuat kontribusi penting, namun namanya tidak dimasukkan dalam
daftar contributor.
Pada akhirnya, peneliti juga perlu mengekspos detail-detail penelitiannya agar pembaca
dapat mengetahui kredibilitas penelitian tersebut (Neuman, 2000). Prosedur-prosedur
dalam penelitian kuantitatif, kualitatif, dan metode campuran harus disajikan secara rinci
dalam setiap bab. Begitu pula, peneliti seharusnya tidak melakukan duplikasi secara
berlebihan dengan menyajikan secara persis data, pembahasan, dan kesimpulan yang
sama dari makalah seseorang, sementara peneliti tidak menawarkan materi yang baru.
Beberapa jurnal biomedis mengharuskan pengarang untuk menyatakan apakah mereka
telah atau sedang memublikasikan makalahnya pada media-media lain ataukah tidak
(Israel & Hay, 2006).

RINGKASAN
Peneliti perlu memikirkan bagaimana menulis proposal penelitian dengan baik
sebelum benar-benar terlibat dalam proses penelitian. Pertimbangkan Sembilan argumentasi
yang ditawarkan Maxwell (2005) sebagai elemen-elemen kunci yang perlu dimasukkan
dalam proposal, kemudian gunakanlah salah satu dari empat outline topic atau format
penelitian-yang sudah dijelaskan dalam bab ini-untuk membuat proposal kualitatif,
kuantitatif, atau metode campuran.
Dalam pembuatan proposal, mulailah merangkai kata-kata di atas kertas berdasarkan
gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran Anda; cobalah membangun kebiasaan membangun
menulis secara regular; dan terapkan strategi-straregi penulisan yang baik, seperti
menggunakan istilah-istilah yang konsisten,menunjukkan level gagasan naratif yang berbeda-
beda, dan menciptakan koherensi untuk meningkatkan kekuatan tulisan. Sejumlah langkah
yang dapat dilakukan antara lain menggunakan kalimat aktif dan verba-verba yang kuat dan
tegas, serta merevisi dan mengedit kembali tulisan Anda.
Sebelum menulis proposal, peneliti juga perlu memikirkan masalah-masalah etis yang
perlu diantisipasi dan dideskripsikan dalam proposal. Masalah-masalah ini berhubungan
dengan semua tahap proses penelitian. Dengan mempetimbangkan keberadaan partisipan,
lokasi penelitian, dan pembaca potensial, penelitian bisa menjadi sejenis studi yang benar-
benar dirancang berdasarkan praktik-praktik etis yang sesungguhnya.
LATIHAN MENULIS

Latihan Menulis
1. Buatlah satu outline topic-topik atau draft bagian-bagian untuk proposal
kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran. Masukkan topic-topik utama seperti
yang telah dijelaskan dalam bab ini.
2. Carilah artikel jurnal yang didalamnya melaporkan penelitian kualitatif,
kuantitatif, atau metoe campuran. Cobalah melatih diri anda dengan membaca
pendahuluan artikel tersebut dan gunakan metode hook and eye yamh telah
dijelaskan dalam bab ini. Identifikasikanlah aliran gagasan dari kalimat satu ke
kalimat yang lain dan dari paragraph satu ke paragraph yang lain, serta
kekurangan-kekurangan di dalamnya.
3. Pertimbangkanlah salah satu dilema etis berikut ini yang anggap saja- pernah
anda hadapi ketika melakukan penelitian. Gambarkan cara-cara yang bisa anda
terapkan untuk mengantisipasi masalah tersebut dan membahasnya dalam
proposal penelitian Anda.
a. Seorang narapidana yang tengah Anda wawancarai bercerita tentang kesempatan
melarikan diri pada malah hari. Apa yang akan anda lakukan?
b. Salah seorang peneliti dalam tim Anda menduplikasi kalimat dari penelitian lain dan
memasukkannya dalam laporan akhir penelitian. Apa yang anda lakukan?
c. Seorang mahasiswa melakukan beberapa kali wawancara pada sekelompok individu
di tempat anda. Setelah wawancara keempat, mahasiswa tersebut bercerita kepada
Anda bahwa Institutional Review Board sebenarnya tidak menyetujui proyek
penelitian tersebut. Apa yang anda lakukan?

BACAAN TAMBAHAN
Maxwell, J. (2005). Qualitative Research Design: An Interactive Approach. Edisi kedua.
Thousand Oaks, CA:Sage
Joe Maxwell menyajikan ringkasan menarik mengenai proses pembuatan proposal
untuk penelitian kualitatif yang juga dapat diterapkan dalam penelitian kuantitatif dan metode
campuran. Dia kemudian menyajikan Sembilan langkah membuat proposal dan contoh-
contohnya. Selain itu, dia juga menganalisis dan menyajikan satu contoh proposal kualitatif -
yang menurutnya- layak untuk diikuti.

Sieber, J.E. (1998). Planning Ethically Responsible Research. Dalam L. Bickman & D. J.
Rog (Ed). Handbook of Applied Social Research Methods. Thousand Oaks, CA:Sage.
(hlm. 127-156)
Joan Sieber membahas pentingnya perencanaan etis sebagai bagian integral dalam
merancang penelitian. Dalam bab ini, diamenyajikan review komprehensif mengenai
beragam topic yang berhubungan dengan masalah-masalah etis, seperti IRB, formulir
perizinan, privasi, kerahasiaan, dan anonimitas, serta beberapa resiko penelitian dan
komunitas yang rawan kekerasan. Pembahasannya sangat luas, dan strategi-strategi yang ia
rekomendasikan juga sangat melimpah.

Israel, M., & Hay, L. (2006). Research Ethics for Social Scientists: Between Ethical Conduct
and Regulatory Compliance. London: Sage
Mark Israel dan Lain Hay menyajikan analisis kritis tentang manfaat berfikir serius
dan sistematis mengenai apa saja yang membentuk prilaku etis dalam ilmu social. Mereka
mereview beragam teori etika, seperti pendekatan konsekuensialis dan non-konsekuensialis,
viriue ethics, dan pendekatan normative berorientasi-kepedulian. Mereka juga menjelaskan
sejarah perilaku etis di berbagai Negara di dunia ini. Sepanjang buku ini, mereka
menawarkan contoh-contoh kasus etis yang sebenarnya dan cara-cara yang bisa ditempuh
peneliti untuk menghadapi kasus-kasus tersebut secara etis. Dalam lampiran buku ini, mereka

120
menyajikan tiga contoh kasus dan mengajak para sarjana untuk berkomentar mengenai
bagaimana mereka akan mendekati ketiga kasus tersebut.

121
Wolcott, H.F. (2001). Writing up Qualitative research. Edisi kedua. Thousand Oaks,
CA: Sage
Harry Wolcott, seorang ahli etnografi pendidikan, mengumpulkan sumber-sumber
berharga terkait dengan proses penulisan penelitian kualitatif. Dia menyurvei teknik-teknik
ampuh bagaimana seseorang memulai menulis, mengembangkan detail, menghubungkan
literature, teori, dan metode; merevisi dan mengedit; dan merampungkan proses penulisan
dengan menghadirkan aspek-aspek ini sebgai judul dan lampiran. Bagi para penulis, buku
ini sangat penting, baik untuk keperluan penelitian kualitatif, kuantitatif, maupun metode
campuran.

Bagian Dua

Merancang Penelitian
BaB 5
Pendahuluan
Bab 6
Tujuan Penelitian
Bab 7
Rumusan masalah dan hipotesis penelitian
Bab 8
Metode-metode kuantitatif
Bab 9
Prosedur-prosedur kualitatif
Bab 10
Prosedur-prosedur Metode Campuran
Bagian kedua ini menghubungkan tiga rancangan kuantitatif, kualitatif, dan metode
campuran- masing-masing dengan langkah-langkah penelitiannya. Setiap bab dalam bagian
kedua ini akan membahas satu langkah terpisah dalam proses penelitian ini.
BAB LIMA

PENDAHULUAN

Setelah menentukan jenis pendekatan penelitian (kualitatif, kuantitatif, atau metode


campuran), tinjauan pustaka sementara, serta format proposal, langkah selanjutnya adalah
merancang atau merencanakan penelitian. Langkah ini diawali dengan membuat pendahuluan
proposal sebagai proses mengatur dan menulis gagasan-gagasan awal. Bab ini membahas
komposisi dan penulisan pendahuluan serta menjelaskan perbedaan-perbedaan dalam menulis
pendahuluan untuk tiga jenis rancangan yang berbeda. Kemudian pembahasan beralih pada
lima komponen dalam menulis pendahuluan, antara lain: a. menjelaskan masalah yang dapat
menuntun pada penelitian, b. mereview literature-literatur yang berhubungan dengan masalah
tersebut, c. menunjukkan sejumlah kekurangan dalam literature-literatur itu, d. menyatakan
pentingnya penelitian bagi pembaca-pembaca tertentu, dan e. mengidentifikasi tujuan
penelitian. Peneliti juga perlu menerapkan model defisiensi ketika menulis pendahuluan
karena komponen utama dalam pendahuluan adalah menunjukkan kekurangan-kekurangan
(defisiensi-defisiensi) dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Untuk mengilustrasikan
model ini, saya sudah menyajikan satu tulisan pendahuluan yang utuh (lengkap dengan
analisisnya) dari salah satu artikel jurnal yang pernah dipublikasikan.

PENTINGNYA PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan bagian pertama dalam artikel jurnal, disertasi, atau penelitian
akademik. Pendahuluan inilah yang menentukan tahap-tahap selanjutnya dalam penelitian.
Seperti yang dijelaskan Wilkinson (1991:96):
Pendahuluan merupakan bagian tulisan yang memberikan informasi awal kepada
pembaca tentang penelitian yang ditulis. Tujuannya untuk membangun kerangka penelitian
sehingga pembaca dapat memahami bagaimana penelitian tersebut berhubungan dengan
penelitian-penelitian yang lain.
Pendahuluan menjelaskan suatu isu atau concern yang dapat menuntun pada
penelitian. Karena pendahuluan merupakan bagian awal dalam proposal atau penelitian maka
diperlukan perhatian khusus dalam proses penelitiannya. Pendahuluan harus membuat
pembaca tertarik pada topic penelitian, menjabarkan masalah yang dapat menuntun pada
penelitian, meletakkan penelitian dalam konteks literature yang lebih luas, dan menjangkau
audien tertentu. Semua unsur ini ditulis secara singkat dalam beberapa halaman. Karena ada
pesan-pesan yang harus disampaikan sedangkan ruang yang tersedia sangat terbatas maka
pendahuluan bisa menjadi tantangan tersendiri untuk ditulis dan dipahami.
Masalah penelitian merupakan masalah atau isu yang menuntun pada keharusan
dilaksanakannya penelitian tersebut. Ia bisa bersumber dari pengalaman yang pernah
dirasakan peneliti dalam kehidupan pribadi atau tempat kerjanya. Ia juga bisa berasal dari
perdebatan ekstensif dalam literature-literatur. Ia juga bisa muncul dari perdebatan kebijakan
di pemerintahan atau antara para eksekutif kenamaan. Intinya, sumber-sumber masalah
penelitian bisa jadi sangat beragam. Masalahnya mengidentifikasi dan menjabarkan masalah
penelitian yang menggarisbawahi penelitian bukanlah tugas mudah. Misalnya, untuk
mengidentifikasi isu kehamilan anak remaja, kita masih perlu memunculkan terlebih dahulu
masalah yang terkait dengan kehidupan wanita dan social secara umum. Sayangnya, terlalu
banyak pengarang tidak secara jelas mengidentifikasi masalah penelitian, membiarkan
pembaca menentukan masalah tersebut. Ketika masalah tidak jelas, signifikansi penelitian
menjadi sulit dipahami. Apalagi, masalah penelitian seringkali dikacaukan dengan rumusan
masalah-pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab peneliti untuk memahami atau
menjelaskan masalah tersebut. Belum lagi kompleksitas ini ditambah dengan keharusan
peneliti untuk mendorong audiens agar mau lebih jauh membaca dan melihat pentingnya
penelitian.
Untungnya, ada satu model yang bisa ditiru tentang bagaimana menulis pendahuluan
yang baik untuk penelitian ilmu social. Namun, sebelum memperkenalkan model ini, saya
terlebih dahulu perlu menjelaskan perbedaan-perbedaan subtil antara pendahuluan untuk
penelitian kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran.

PENDAHULUAN DALAM PENELITIAN KUALITATIF, KUANTITATIF, DAN


METODE CAMPURAN
Setelah melakukan tinjauan umum pada beberapa pendahuluan yang terdapat dalam
banyak penelitian, saya menemukan bahwa pendahuluan pada umumnya selalu mengikuti
pola yang sama, yaitu: menyatakan suatu masalah, lalu menjustifikasi mengapa masalah
tersebut harus diteliti. Jenis masalah yang disajikan dalam pendahuluan sangat beragam
tergantung pada pendekatan yang digunakan (lihat Bab 1). Dalam proyek kualitatif, peneliti
mendeskribsikan masalah penelitian yang benar-benar mudah dipahami dengan cara
mengeksplorasi suatu konsep atau fenomena tertentu. Saya juga sudah menegaskan bahwa
penelitian kualitatif bersifat eksploratoris, dan peneliti memanfaatkan pendahuluan untuk
mengeksplorasi suatu topic yang tidak bisa diidentifikasi variable-variabel ataupun teorinya.
Morse (1991:120), misalnya, pernah menyatakan:
Karakteristik-karakteristik masalah penelitian kualitatif antara lain: a. konsepnya
belum matang (immature) karena teori dan penelitian sebelumnya yang membahas
konsep tersebut tidak terlalu banyak dan menonjol, b. gagasan yang ditawarkan suatu
teori bisa saja belum akurat, tidak cocok, tidak benar, atau mengandung bias; c. adanya
keharusan untuk mengeksplorasi dan mendeskripsikan fenomena dan mengembangkan
suatu teori; atau d. sifat fenomena yang ingin diteliti tidak sesuai jika dianalisis secara
kuantitatif.

Misalnya, meningkatnya urbanisasi (sebagai masalah penelitian) harus dieksplorasi


karena masalah tersebut pelum pernah diteliti dalam kawasan-kawasan tertentu di suatu
Negara. Misalnya lagi,anak-anak SD sering kali gelisah dan mengganggu proses belajar
(sebagai masalah penelitian), dan cara terbaik untuk mengeksplorasi masalah ini adalah
dengan pergi ke sekolah dan mengunjungi mereka dan para guru secara langsung.
Sejumlah peneliti kualitatif terkadang memiliki perspektif teoritis tentang masalah apa
yang akan diteliti (seperti, ketidakadilan dalam pembagian upah antara wanita dan laki-laki
atau sikap-sikap rasial yang sering kali muncul saat membuat sketsa biografis sopir-sopir di
jalan raya). Thomas (1993:9) mengatakan bahwa seorang peneliti kritis selalu berangkat dari
premis bahwa semua kehidupan kultural merupakan ketegangan konstan antara control dan
resistensi. Orientasi teoritis inilah yang kemudian membentuk struktur pendahuluan. Beisel
(1990), misalnya meneliti bagaimana teori politik kelas menjelaskan ketidaksuksesan
kampanye anti-vice di salah satu dari tiga kota besar di Amerika.
Selain itu, dalam beberapa penelitian kualitatif yang lebih berfokus pada perspektif
partisipan, pendahuluannya bisa saja tidak ditulis secara induktif, tetapi deduktif, seperti
penelitian etnografi. Pendahuluan kualitatif juga bisa dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan
personal dari peneliti tentang pengalaman pribadi memandang suatu fenomena secara
substansial, seperti yang sering dijumpai dalam penelitian-penelitian fenomenologis
(Moustakas, 1994). Bahkan pendahuluan kualitatif juga dapat ditulis dari sudut pandang
subjektif, pribadi, orang pertama, yang didalamnya peneliti memosisikan diri mereka secara
naratif dalam penelitian, seperti dalam penelitian naratif.
Untuk pendahuluan kuantitatif, masih jarang ada variasi. Dalam proyek kuantitatif,
masalah penelitian dijelaskan dengan cara mengidentifikasi, memahami, dan menemukan
factor-faktor atau variable-variabel apa saja yang mempengaruhi suatu outcome. Misalnya,
dalam merespon pengurangan jumlah kerja (sebagai masalah penelitian), seorang peneliti
kuantitatif harus berusaha menemukan factor-faktor apa saja yang mempengaruhi
menurunnya bisnis-bisnis besar. Contoh lain, peneliti kuantitatif perlu memahami tingginya
rata-rata perceraian (sebagai suatu masalah) dan menelti apakah salah satufaktor yang
menyebabkan perceraian itu adalah masalah financial.
Dalam dua situasi ini, masalah penelitian merupakan masalah yang darinya
pemahaman mengenai faktor - faktor yang menjelaskan atau berhubungan dengan hasil
menjadi sangat penting karena membantu peneliti menjelaskan masalah tersebut dengan baik.
Selain itu, dalam pendahulian kuantitatif, peneliti bisa saja menguji suatu teori terlebih
dahulu dan melakukan tinjauan pustaka singkat untuk mengidentifikasi rumusan masalah
yang nantinya harus dijawab. Bahkan, pendahuluan kuantitatif juga dapat ditulis dari sudut
pandang interpersonal dan dalam kalimat pasif, untuk meningkatkan objektivitas.
Peneliti dengan metode campuran dapat menerapkan pendekatan kualitatif atau
kuantitatif terlebih dahulu (atau kombinasikan sekaligus) dalam pendahuluannya. Dalam
penelitian metode campuran, peneliti bisa memprioritaskan salah satu diantara pendekatan
kuantitatif atau pendekatan kalitatif, dan pendahuluan harus mencerminkan prioritas tersebut.
Meski demikian, prioritas ini bisa saja setara antara penelitian kualitatif atau kuantitatif, yang
berarti bahwa pendahuluannya harus menjelaskan suata masalah yang di dalamnya
diperlukan pemahaman antara variable variable dan eksplorasi terhadap suatu
topic/fenomenda secara mendalam.
Proyek metode campuran bisa terlebih dahulu menjelaskan hubungan antara perilaku
merokok dan depresi dalam lingkungan remaja, kemudian mengeksplorasi pandangan
pandangan dari para remaja untuk dapat menampilkan pola pola / tema tema yang
berbeda tentang merokok dan depresi tersebut. Jika tahap pertama proyek ini bersifat
kuantitatif, pendahuluan dapat menekankan pada pendekatan kuantitatif dengan menyertakan
terlebih dahulu suatu teori yang dapat memprediksi hubungan antara perokok dan depresi,
lalu melakukan tinjauan pustaka secara mendalam.

SALAH SATU MODEL PENDAHULUAN

Menulis pendahuluan untuk tiga penelitian yang berbeda - seperti yang sudash
dijelaskan di atas memang tidak terlalu jelas perbedaannya. Komponen utama yang perlu
dimasukkan ke dalam pendahuluan pada umumnya berhubungan dengan jenis jenis
masalah yang dibahas, baik itu penelitian kualitatif, kuantitatif, maupun metode campuran.
Untuk itu, diperlukan satu model ilustratif tentang bagaimana menulis pendahuluan yang baik
tanpa perlu memandang pendekatan pendekatan dan komponen komponen yang harus
disertakan.
Model defisiensi pendahuluan (deficiency model an introduction) merupakan salah
sastu pola umum dalam menulis pendahuluan yang baik. Model ini merupakan pendekatan
popular yang banyak digunakan dalam ilmu ilmu social. Jika struktur model ini dirinci,
Anda akan menemukan banyak sekali penelitian dewasa ini yang telah menggunakan model
tersebut. Model ini terdiri dari lima bagian yang masing masing dari kelimanya dapat
ditulis dalam satu paragrap sehingga secara keseluruhan bisa mencapai maksimal dua
halaman. Lima bagian tersebut antara lain :
1. Masalah penelitian
2. Penelitian penelitian sebelumnya yang membahas masalah tersebut
3. Kekurangan kekurangan (deficiencies) dalam penelitian penelitian sebelumnya
4. Pentingnya penelitian untuk audiens tertentu.
5. Tujuan penelitian

Sebuah ilustrasi

Sebelum menjelaskan lima bagian tersebut, berikut ini ada contoh pendahuluan
kualitatif yang ditulis oleh Terezainni, Cabrera, Colbeck, Bjorklund, dan Parente (2001)
dalam The Journal of Higher Education dengan judul penelitiannya Racial and Ethnic
Diversity in the Classroom (ditulis kembali atas izin penerbit). Berdasarkan lima komponen
penting pendahuluan yang sudah dijelaskan di atas maka beberapa pernyataan yang
menurut saya- berkaitan dengan masing masing komponen sudah saya tandai dengan jelas.
Sejak diterbitkannya Civil Right Act tahun 1964 dan Higher Education Act tahun
1965, universitas universitas di Amerika berusaha meningkatkan keragaman ras dan etnik
para mahasiswa dan dosennya. Tindakan afirmatif kemudian diambil sebagai
kebijakan untuk merealisasikan heterogenitas ini ( di sini, penulis menyatakan dengan teknik
hook naratif). Akan tetapi, kebijakan tersebut sampai saat ini mash menjadi topic perdebatan
nasional yang hangat. Persoalan hokum terkait dengan tindakan afirmatif tersebut bermula
dari kasus Regents of the University of California versus Bakke tahun 1978, yang di
dalamnya Justice William Powell menyatakan bahwa ras ini sudah dipertimbangkan
berdasarkan keputusan keputusan admisi. Akan tetapi, yang lebih terkini, U.S. Court of
Appeals for the Fifth Circuit, yang menangani kasus Hopwood vs. states of Texas,
menemukan argumentasi Powell ini bermasalah. Keputusan courth untuk menolak tindakan
afirmatif ini didasarkan pada referenda Negara, perundang undangan, dan tindakan
tindakan terkait melarang pengakuan yang sensitive ras atau sewa menyewa di California,
Florida, Lousiana, Maine, Massachusetts, Michigan, Mississippi, New Hampshire, Rhode
Island dan Puerto Rico (Healy, 1998a, 1998b, 1999).
Dalam merespons hal ini, para pendidik lalu mengemukakan argumentasi mereka
untuk mendukung tindakan afirmatif ini dengan klaim bahwa siswa siswa heterogen, dalam
konteks pendidikan, lebih efektif ketimbang siswa siswa yang lebih homogen. Presiden
Harvard University, Neil Rudenstine, mengklaim bahwa alasan utama diterimanya
keragaman siswa di perguruan tinggi adalah karena nilai pendidikannya (Rudenstine,
1999:1). Lee Bollinger, rekan Rudenstine di University of Michigan, juga menyatakan :
Sebuah kelas yang tidak mempresentasikan anggota anggota ras yang berbeda
akan melahirkan diskusi yang miskin wawasan (Schmidt, 1998 : A32). Dua presiden ini
tidak sendirian. Di belakang mereka ada Assiciation of American Universities yang terdiri
dari para rector dari 26 universitas yang mengusung argumentasi yang sama, dengan
menegaskan
: Pertama-tama, perlu kami sampaikan bahwa kami berbicara atas nama pendidik.
Kami percaya bahwa mahasiswa kami dapat memperoleh keuntungan dari pendidikan yang
berbasis keragaman (On the importance of Diversity in University Adminissions, The
New York Times, 24 April 1997:A27) (Di sini, penulis mengidentifikasi masalah penelitian).
Ada banyak penelitian yang membahas mengenai pengaruh keragaman terhadap
outcomes mahasiswa. Penelitian penelitian ini dapat dibagi ke dalam tiga kecenderungan
utama. Pertama, penelitian penelitian yang menganalisis hubungan mahasiswa dengan
keragaman secara umum sebagai salah satu implikasi percampuran mahasiswa secara
kuantitas, ras/etnis, atau gender dalam satu kampus (lihat, misalnya, Chang, 1996, 1999a;
Kanter, 1997; Sax, 1996). Kedua, penelitian penelitian yang memandang keragaman
structural sebagai suatu yang ilmiah, dan lebih berpijak pada perjumpaan antara mahasiswa
dan keragaman dengan cara mengamati frekuensi atau sifat interaksi mereka dengan rekan
rekannya secara ras/etnis berbeda. Ketiga, penelitian penelitian yang meneliti secara
institusional usaha usaha programatik yang terstruktur untuk membanu mahasiswa terlibat
dalam keragaman ras/etnis dan/atau gender dalam kaitannya dengan gagasan gagasan dan
kemanusiaan.
Intinya, ada banyak pendekatan yang telah diterapkan untuk meneliti pengaruh
keragaman terhadap outcomes mahasiswa. Bukti bukti yang dimunculkan pada umumnya
tidak jauh berbeda bahwa para mahasiswa dalam komunitas yang lintas gender atau ras/etnis
atau yang terlibat dalam aktivitas yang berhubungan dengan keragaman, sering kali

130
memperoleh manfaat dan makna edukatif yang lebih positif (Disini, penulis menyebutkan
penelitian penelitian yang pernah membahas masalah tersebut).
Hanya sedikit sekali penelitian (seperti, Chang, 1996, 1999a; Sax, 1996) yang secara
spesifik meneliti apakah komposisi ras/etnis atau gender para mahasiswa dalam sebuah
kampus, dalam satu komunitas akademik atau dalam kelas (seperti, keragaman structural)
memiliki manfaat manfaat akademik yang diklaim..Begitu pula, isu isu, seperti apakah
tingkat keragaman rasial dalam satu kampus atau kelas berpengaruh langsung terhadap hasil
belajar ataukah tidak, hal ini masih menyisakan banyak pertanyaan (Di sini, penulis
menunjukkan kekurangan atau defisiensi dalam penelitian penelitian sebelumnya).
Langkanya informasi tentang manfaat akademik dari keragaman structural di sebuah
kampus atau kelas, tentu saja sangat disayangkan. Padahal informasi inilah yang bisa menjadi
bukti para hakim untuk mendukung kebijakan keputusan yang sensitive ras (Di sini, penulis
menunjukkan pentingnya penelitian pada audiens tertentu, yakni hakim, peneliti, dan para
pendidik).
Penelitian ini berusaha memberikan kontribusi pengetahuan dengan mengekspolrasi
pengaruh keragaman structural kelas terhadap perkembangan akademik dan skill intelektual
mahasiswa. Penelitian ini menganalisis pengaruh langsung keragaman kelas terhadap
outcome akademik/intelektual dan apakah ada dari pengaruh pengaruh tersebut yang
ditindaklanjuti menjadi pendekatan pendekatan instruksional aktif dan kolaboratif dalam
konteks pembelajaran (Di sini, penulis mengidentifikasi tujuan penelitian) (hlm. 510 512,
ditulis kembali atas izin The Journal of higher Education).

Masalah Penelitian

Dalam pendahuluan artikel Terenzini et al. (2001) di atas, kalimat pertama sudah
menunjukkan dua komponen utama pendahuluan yang baik, yaitu menunjukkan dua
komponen utama pendahuluan yang baik, yaitu menunjukkan bahwa penelitian tersebut
menarik dan memperlihatkan bahwa masalah atau isu yang diangkat benar benar berbeda.
Pengaruh seperti apa yang dimunculkan dari kalimat ini? Apakah kalimat tersebut
memancing pembaca untuk membacanya lebih lanjut? Apakah kalimat tersebut harus ditulis
dalam level tertentu sehingga pembaca dapat memahaminya? Pertanyaan pertanyaan ini
penting dijawab untuk menulis kalimat pembuka pendahuluan. Kalimat ini sering kali dikenal
dengan istilah narrative hook, suatu istilah yang diambil dari bahasa inggris, yang berarti
kata kata yang dapat menggambarkan, melibatkan, atau menghubungkan (hook) pembaca
dengan/dalam penelitian. untuk mempelajari bagaimana menulis narrative hook yang baik,
perhatikan Koran Koran penting. Sering kali, para jurnalis menyajikan contoh contoh
yang menarik di awal kalimatnya. Berikut ini, contoh contoh kalimat pembuka dalam jurnal
jurnal ilmu social.

selebriti transeksual dan tnometodologis, Agnes, telah mengubah identitasnya tiga tahun
lalu sebelum pada akhirnya ia menjalani kembali pembedahan jenis kelamin (Cahlil,
1989:281).
Siapa yang mengendalikan proses pencalonan wakil DPR? (Boeker, 1992:400).
Ada banyak literature yang menel,iti garis kartografis (salah satunya, artikel ringkas baru
baru ini, Buttenfield:1985), dan generalisasi garis garis tersebut (salah satunya,
McMaster:1987) (Carstensen, 1989:181).

Tiga contoh di atas menyajikan informasi yang mudah dipahami oleh pembaca. Dua
contoh pertama yang menjadi pendahuluan dalam penelitian kualitatif menunjukkan
bagaimana pembada di tarik perhatiannya dengan merujuk pada satu partisipan (di contoh
pertama) dan mengajukan satu pertanyaan (di contoh kedua). Contoh ketiga, yang menjadi
pendahuluan dalam penelitian kuantitatif, menunjukkan bagaimana pembaca dapat
mengawali bacaanhya dengan memahami beberapa literature terlebih dahulu. Yang jelas,
ketika contoh di atas sudah menggambarkan bagaimana menulis kalimat pembuka dengan
baik agar pembaca tidak dipaksa masuk ke dalam pemikiran yang terlalu detail, tetapi
digiring perlahan lahan ke dalam topic penelitian.
Untuk menggambarkan lebih jauh bagaimana proses menulis pendahuluan ini, saya
menggunakan metaphor seseorang yang sedang menurunkan seubah tong ke dalam sumur.
Penulis pemula menceburkan tong (pembaca) langsung ke kedalaman sumur (artikel).
Pembaca pun hanya akan melihat materi yang tidak biasa dan aneh. Sementara itu, penulis
yang berpengalaman menurunkan tong (pembaca) sedara perlahan lahan, seraya
membiarkannya beradaptasi dengan kedalaman (penelitian). Penurunan tong ini diawali
dengan narrative hook, yakni menceritakan contoh kasus umum terlebih dahulu sehingga
pembada dapat memahami dan menghubungkannya dengan topic penelitian.
Setelah itu, peneliti perlu menunjukkan masalah atau isu yang dapat menuntun pada
signifikansi penelitian. Artikel terezini et al.(2001) membahas problem yang unik, yaitu
perjuangan untuk meningkatkan keragaman ras dan etnik di universitas universitas AS.
Mereka mencatat bahwa kebijakan kebijakan untuk meningkatkan keragaman ini sedang
menjadi topic perdebatan nasional yang hangat (hlm.509).
Dalam ilmu social terapan, masalah penelitian bisa saja muncul dari isu isu,
kesulitan kesulitan, dan perilaku perilaku masa kini. Masalah penelitian ini akan menjadi
jelas jika peneliti mau mengidentifikasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan, seperti :
Apa kepentingan atau motivasi diadakannya penelitian ini? Atau Masalah apa yang
memengaruhi untuk melakukan penelitian ini? jawaban atas dua pertanyaan ini bisa
bermacam macam. Misalnya : karena sekolah masih belum menerapkan pedoman
pedoman multi cultural; karena ada kebutuhan dari para dosen yang harus dipenuhi agar
mereka terlibat dalam aktivitas pengembangan professional di jurusan jurusan mereka;
karena siswa siswa minoritas membutuhkan akses yang lebih baik ke universitas; atau
karena suatu masyarakat tidak boleh melupakan kontribusi para pelopor wanitanya. Semua
jawaban ini merupakan masalah =- masalah penting yang memerlukan penelitian
lebih jauh. Ketika merancang paragraph paragraph pembuka, yang tentu saja meliputi
masalah penelitian, ingatlah tips tips penelitian berikut ini :
Tulislah kalimat pembuka yang dapat menstimulasi ketertarikan pembaca dan mampu
menampilkan masalah yang dapat dipahami secara relasional oleh pembaca pada
umumnya.
Sebagai aturan umum, hindari penggunaan kutipan kutipan, khususnya kutipan yang
terlalu panjang, dalam kalimat pembuka. Kutipan kutipan hanya akan memunculkan
banyak kemungkinan penafsiran, bahkan dapa membuat topic penelitian menjadi tidak
jelas. Akan tetapi, dalam beberapa penelitian kualitatif, kutipan kutipan seperti ini juga
dapat menarik perhatian membaca. Untuk itu, gunakan kutipan secara layak dan tepat.
Hindari ekspresi ekspresi idiomatic (kalimat kalimat membingungkan).
Pertimbangkan pengaruh informasi yang menggunakan angka angka (seperti,
Setiap tahun, sekitar 5 juta orang Amerika mengalami kematian anggota keluarga secara
tiba tiba).
Tunjukkan secara jelas masalah yang diangkat (seperti, dilemma, isu) yang dapat
menuntun pada penelitian. Cobalah bertanya pada diri sendiri : Adakah kalimat
yang bisa mewakili masalah penelitian yang saya angkat ini?
Tunjukkan mengapa masalah tersebut penting diteliti dengan cara mengutip berbagai
referensi yang membenarkan kelayakan penelitian akan masalah tersebut. Sekadar
intermezzo : saya selalu mengatakan kepada para mahasiswa saya : Jika kalian
tidak memiliki banyak referensi pada halaman halaman pertama proposal kalian maka
penelitian kialian tidak akan bernilai akademik.
Pastikan bahwa masalah sudah dijelaskan dalam konstruksi yang konsisten dengan jenis
pendekatan penelitian (seperti, eksploratoris daslam kualitatif, pengujian hubungan
hubungan atau predictor predictor dalam kuantitatif, dan pendekatan keduanya dalam
metode campuran).
Tuliskah, apakah ada satu atau banyak masalah yang terlibat dalam penelitian sehingga
mengharuskan anda untuk menelitinya? Seringkali, dalam beberapa penelitian, ada
banyak masalah yang perlu dibahas. Bukan hanya satu masalah saja.

Penelitan penelitian sebelumnya

Setelah menulis paragraph paragraph pembuka yang membahas penelitian, penelti


selanjutnya perlu mereview penelitian-penelitian/literature-literatur sebelumnya yang pernah
membahas masalah penelitian tersebut. Saya harus berhati hati ketika berbicara tentang
mereview penelitian di sini karena saya tidak bermaksud bahwa Anda harus memasukkan
tinjauan pustaka utuh dalam bagian pendahuluan. Tinjauan pustaka ditempatkan di bagian
khusus yang terpisah dari bagian pendahuluan. Meski demikian, peneliti bukan berarti tidak
boleh melakukan tinjauan pustaka/penelitian dalam pendahuluan ini. Hanya saja, ia harus
lebih meringkas sebagian besar penelitian penelitian yang nantinya akan dirinci kembali
pada bagian khusus. Saya selalu meminta mahasiswa saya untuk merefleksikan peta pustaka
(seperti yang pernah dibahas dalam Bab 2), lalu di bagian atas tinjauan psutaka, mereka
diminta untuk meringkas kategori kategori penting dari berbagai pustaka yang ditinjaunya.
Menyebutkan katergori kategori penting inilah yang saya maksudkan dengan meninjau
psutaka atau mereview penelitian penelitian di bagian pendahuluan.
Peneliti perlu mereview penelitian penelitian relevean sebelumnya dan menaruhnya
di bagian pendahuluan dengan tujuan : (1) untuk menjustifikasi pentingnya penelitian yang ia
ajukan; dan (2) untuk menjelaskan perbedaan antara penelitian penelitian sebelumya
dengan penelitian yang sedang ia ajukan. Artinya, peneliti seyogianya berusaha
merancang penelitiannya dalam satu dialog berkelanjutan dengan literature literature /
penelitian penelitian lain yang relevan. Peneliti tentu tidak dakan melaksanakan penelitian
yang sekedar meniru apa yang telah diteliti orang lain. Untuk itu diperlukan penelitian
penelitian baru untuk memperkaya literature literature yang relevan atau untuk memperluas
dan bahkan menguji kembali penelitian penelitian yang sudah ada sebelumnya.
Marshall dan Rossman (2006) memandang bahwa tinjauan pustaka dalam
pendahuluan ini adalah cara untuk merancang penelitian dalam konteks penelitian
penelitian lain yang berhubungan. Kemampuan membingkai penelitian dengan cara inilah
yang membedakan peneliti pemula dengan peneliti berpengalaman. Peneliti yang
berpengalaman akan mereview dan memahami tulisan tulisan sebelumnya yang membahas
topic atau masalah serupa yang menjadi garapan penelitiannya. Pemahaman ini tentu saja
tidak muncul dengan sendirinya, tetapi berasal dari keterlibatan peneliti selama bertahun
tahun dalam mengikuti perkembangan masalah penelitiannya dan literature literature yang
terkait.
Pertanyaan lain yang sering kali muncul adalah : Jenis literature seperti apa yang
harus direview oleh seorang peneliti? Saya menyarankan agar peneliti merevie penelitian
penelitian sebelumnya yang memiliki rumusah masalah dan data data untuk menjawab
rumusan tersebut. Penelitian penelitian ini bisa saja berupa penelitian kuantitatif, kualitatif,
atau metode campuran. Intinya adalah : literature literature atau penelitian penelitian
sebelumnya akan memberikan sumbangsih pemikiran dalam menganalisis rumusan masalah
yang akan dibahas dalam proposal. Peneliti penula seringkali bertanya : Apa yang
harus saya lakukan sekarang? Tidak ada satu pun penelitian / literature yang pernah
membahas topi ini. Tentu saja, jika tinjauan pustaka diartikan secara sempit maka tidak ada
satupun literature yang mendokumentasikan atau menjabarkan secara komprehensif dan
precise masalah penelitian yang kita bahas.
Untuk itu, saya sering kali menyarankan agar peneliti memandang literature dengan
pola piker segitiga terbalik. Pada ujung segitiga itu terdapat penelitian yang diajukan.
Penelitian ini haruslah sempit dan terfokus (tidak boleh ada satu pun penelitian yang serupa).
Jika seseorang melihat tinjauan pustaka ini terus ke bagian atas segitiga, ada beberapa
literature yang bisa dijumpai meskipun agak sedikit berbeda dengan penelitian yang diajukan.
Misanya, topic mengenai siswa siswa Amerika Afrika yang beresiko gagal di SD
mungkin tidak pernah diteliti. Namun, secara umum, topic mengenai siswa siswa yang
beresiko gagal di SD atau di jenjang jenjang pendidikan lain sudah banyak diteliti. Artinya,
peneliti terlebih dahulu harus mengabstraksikan literature literature / penelitian penelitian
yang membahas topic yang lebih umum (seperti, siswa siswa yang berisiko gagal di SD atau
di jenjang jenjang pendidikan lain), baru kemudian mengakhiri abstraksinya secara spesifik
dengan menegaskan pentingnya penelitiannya yang diajukan (misalnya, tentang siswa
siswa Afrika Amerika yang berisiko gagal di tingkat SD).
Untuk mereview literature literature / penelitian penelitian yang relevan di bagian
pendahulan proposal, pertimbangkan tips tips penelitian berikut ini :
Reviewlah sejumlah literature dengan meringkasnya secara komunal, bukan secara
individual (tidak seperti dalam Tinjauan Pustaka yang biasanya terdapat dalam bagian
khusus dan terpisah). Tujuannya adalah untuk membangun wilayah penelitian yang lebih
luas.
Agar tidak sekedar menekankan pada literature literature secara individual, letakkan
referensi referensi in text di akhir paragraph atau di akhir review mengenai literature
literature tersebut.
Tinjaulah penelitan penelitian lain yang menggunakan pendekatan kuantitatif, kualitatif,
atau metode campuran.
Carilah literature literature terbaru untuk direview dan diabstraksikan, seperti literature
literature yang dipublikasikan tidak lebih dari 10 tahun lalu. Kutiplah penelitian
penelitian sebelumnya jika memang ada karena penelitian penelitian seperti itu basanya
banyak dijadikan referensi oleh orang lain.

Kekurangan (Defisiensi) dalam Literatur Sebelumnya

Setelah menjabarkan masalah penelitian dan mereview sejumlah literature/penelitian


lain yang relevan, peneliti kemudian mengidentifikasi kekurangan kekurangan
(deficiencies) yang terdapat dalam literature/penelitian tersebut. Identifikasi semacam ini
sering dikenal dengan istilah model defisiensi. Sifat defisiensi ini bervariasi dasi satu
penelitian ke penelitian lain. Defisiensi dalam literature atau penelitian sebelumnya bisa saja
muncul karena topic topic yang diangkat di dalamnya tidak dieksplorasi berdasarkan
kelompok, sampel, atau populasi tertentu; literature/penelitian tersebut mungkin perlu dikaji
kembali untuk melihat adakah kesamaan-kesamaan dalam hal penemuan-penemuan, sampel
sampel, ataupun tempat-tempat yang diteliti; atau komunitas yang termarjinalkan tidak
direpresentasikan secara memadai dalam literature/penelitian tersebut.
Untuk literature/penelitian mana pun, peneliti seyogianya dapat menjelaskan satu atau
lebih defisiensi ini dalam bagian pendahuluan proposal mereka. Untuk mencari defisiensi ini,
caranya sangat mudah. Dalam artikel artikel jurnal, defisiensi ini basanya ada di bagian
saran-saran untuk penelitian selanjutnya yang sering kali disampaikan secara implicit
maupun eksplisit. Peneliti tinggal merujuk gagasan gagasn defisiensi ini untuk dijadikan
topic penelitiannya.
Selain menyebutkan defisiensi defisiensi, peneliti juga perlu menjabarkan
bagaimana penelitiannya akan mengoreksi atau menutupi defisiensi tersebut. Misalnya,
karena penelitian penelitian sebelumnya telah mengesampingkan satu variable penting
maka penelitian anda bisa memasukkan variable tersebut dan menganalisis pengaruh
pengaruhnya. Sebagai contoh, karena penelitian sebelumnya mengabaikan keberadaan
penduduk asli Amerika sebagai komunitas cultural maka Anda dapat menyertakan mereka
sebagai paratisipan dalam proyek penelitian anda.
Pada dua contoh tulisan berikut, Anda dapat melihat bagaimana para penulisnya
menunjukkan kelemahan kelemahan atau kekurangan kekurangan dalam beberapa
literature sebelumnya. Perhatikan pula bagaimana mereka menggunakan frasa frasa kunci
untuk menunjukkan defisiensi defisiensi ini, seperti yang belum dianalisis, sangat sedikit
penelitian empiris, sedikit sekali penelitian, dan sebagainya.

Contoh 5.1 Defisiensi Defisiensi dalam Literatur :


Dibutuhkan Penelitian Penelitian Lanjutan

Berdasarkan rasionalisasi inilah, tidak sedikit ilmuwan sosial yang berusaha meneliti
makna perang dan kedamaian (Cooper, 1965; Alvik, 1968; Rosell, 1968; Svancarova&
Svancarova, 1967-1968; Haavedsrud, 1970). Sayangnya, dari sekian banyak analisis ini,
ada satu masalah yang belum dianalisis, yaitu tentang bagaimana bekas pejuang masa lalu
memberikan reaksi terhadap perang masa kini.
(Ziller, 1990 :85-86)

Contoh 5.2 Defisiensi Defisiensi dalam Literatur :


Sedikitnya Penelitian Penelitian yang dilakukan

Meskipun ada minat yang sangat tinggi terhadap persoalan mikro-politik, anehnya sangat
sedikit penelitian empiris yang berusaha menganalisis isu tersebut, khususnya dari
perspektif subordinasi. Penelitian politik dalam ranah pendidikan, misalnya, begitu langka.
Sedikit sekali penelitian yang difokuskan pada bagaimana guru menggunakan
kekuasannya untuk berinteraksi secara strategis dengan kepala sekolah, dan apa makna
semua ini secara deskriptif dan konseptual (Ball, 1987; Hoyle, 1986; Pratt, 1984)
(Blase, 1989 :381)

Singkatnya, untuk menunjukkan kekurangan kekurangan (deficiencies) dalam


literature sebelumnya, peneliti perlu menerapkan tips tips penelitian berikut ini :
Kutiplah sejumlah kekurangan dalam literature tersebut untuk memperkuat alasan
dibutuhkannya penelitian terhadap topic tertentu.
Tunjukkan secara spesifik kekurangan kekurangan dalam penelitian penelitian yang
sudah ada (seperti, kesalahan metodologis atau variable variable yang terabaikan).
Tulislah bidang bidang atau ranah ranah tertentu yang terabaikan oleh penelitian
penelitian sebelumnya, termasuk topic, proses statistic, implikasi implikasi penting, dan
sebagainya.
Jelaskan bagaimana peneltian Anda akan mengoreksi kekurangan kekurangan ini dan
memberkan kontribusi yang berbeda pada literature/penelitian akademik.

Tulislah paragraph pendek untuk menjelaskan tiga atau empat kekurangan dari
penelitian sebelumnya atau fokuslan pada satu kekurangan paling pokok, seperti yang pernah
dicontohkan dalam pendahuluan Terenzini et al. (2000).

Signifikansi Penelitian bagi Pembaca

Dalam disertasi, peneliti sering kali menyertakan bagian khusus yang


mendeskripsikan signifikansi penelitian bagi pembaca tertentu. Hal ini dilakukan untuk
mendukung pentingnya analisis topic penelitian bagi kelompok kelompok tertentu yang
mungkin saja dapat memperoleh manfaat dengan membaca dan menggunakan penelitian
tersebut. Dalam bagian ini, peneliti hendaknya menulis alasan/rasionalisasi tentang
pentingnya penelitiannya yang diajukan. Semakin banyak pembaca yang ditargetkan,
semakin besar signifikansi penelitian tersebut bagi mereka; begitu pula potensi penelitian
tersebut akan semakin kuat untuk diterapkan di dunia nyata. Dalam bagian ini pula, peneliti
juga dapat menjelaskan beberapa hal berikut :
Tiga atau empat alasan/rasionalisasi tentang bagaimana penelitian Anda dapat menambah
penelitian akademik dan literature dalam bidang bidang tertentu.
Tiga atau empat alasan/rasionalisasi tentang bagaimana penelitan Anda dapat membantu
memperbaiki atau meningkatkan praktik praktik tertentu.
Tiga atau empat alasan/rasionalisasi tentang bagaimana penelitian Anda akan
memperbaiki atau meningkatkan kebijakan tertentu.
Tiga atau empat alasan/rasionalisasi tentang bagaimana penelitian Anda akan
memperbaiki atau meningkatkan kebijakan tertentu.

Pada contoh tulisan berikut ini, Anda bisa melihat bagaimana penulisnya menyatakan
pentingnya penelitian pada paragraph pembuka. Penelitian yang dilakuka noleh Mascarenhas
(1989) ini meneliti kepemilikan perusahaan perusahaan industri. Dia secara jelas
menunjukkan bahwa para pengambil keputusan, anggota organisasi, dan para peneliti adalah
target pembacanya yang diharapkan akan membaca hasl penelitiannya.
Contoh 5.3 Signifikansi Penelitian yang Dinyatakan
dalam Pendaluluan Studi Kuantitatif

penelitian tentang kepemilikan organisasi dan ranah ranah di dalammya, seperti


costumer service, jangkauan produk, orientasi pembeli, dan pemanfaatan teknologi (Abeli
dan Hammond, 1979; Abell, 1980; Peny dan Rainey, 1988), sangat penting dilakukan
karena sejumlah alasan. Pertama, memahami hubungan antara kepemilikan dan ranah
ranahnya akan membantu menyingkap logika dasar aktivitas organisasi dan dapat
membantu anggota organisasi tersebut mengevaluasi strategi strategi. Kedua, dibutuhkan
keputusan mendasar yang dapat menjangkau semua lapisan masyarakat demi
terlaksananya aktivitas organisasi ini. Pengertahuan mengenai ranah ranah dalam
kepemilikan organisasi yang berbeda dapat menjadi input penting atas keputusan tersebut.
Ketiga, ada begitu banyak pakar yang meneliti organisasi organisasi yang merefleksikan
satu atau dua jenis kepemilikan, namun penemuan penemuan mereka pada umumnya
terlalu digeneralisasi untuk semua organisasi.
(Mascarenhas, 1989 : 582)

Terenzini et al. (2001) mengakhiri pendahuluannya dengan menyatakan bahwa


pengadilan / hakim (court) dapat menggunakan informasi dari penelitian penelitian yang
ada untuk meminta perguruan tingi dan universitas universitas mendukung
kebijakan admisi yang sensitive-ras (hlm.512). Selain itu, mereka juga menyatakan
pentingnya penelitian ini bagi para staf kantor admisi, para mahasiswa yang menuntut admisi,
dan para anggota dewan yang mereview admisi admisi tersebut.
Pada akhirnya, pendahuluan yang baik untuk penelitian selalu diakhiri dengan
pernyataan tentang tujuan atau maksud penelitian. Terenzial et al. (2001) mengakhiri
pendahuluannya dengan meyatakan secara tegas bahwa penelitiannya ditujukan untuk
membahas pengaruh keragaman structural terhadap skill intelektual mahasiswa.

RINGKASAN
Bab ini menyajikan cara cara bagaimana menyusun dan menulis pendahuluan untuk
penelitian penelitian akademik. Untuk menulis pendahuluan yang baik, pertama tama
peneliti perlu mendeskripsikan masalah penelitian yang berhubungan dengan penelitian
kuantitatif, kualitatif, atau metode campurannya. Kemudian, peneliti disarankan untuk
menggunakan model pendahuluan lima bagian yang sudah dijelaskan dalam bab ini. Model
yang sering kali dikenal dengan istilah model defisiensi ini diterapkan, salah satunya, dengan
cara mengidentifikasi terlebih dahulu kasus kasus umum (dengan teknik narrative hook)
yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Selain itu, peneliti juga perlu menyertakan secara singkat tinjauan psutaka/literature
lain yang relevan, seraya menunjukkan satu atau lebih kekurangan (defisiensi) dalam
literature literature tersebut dan menegaskan bagaimana penelitian yang diajukan dapat
mengoreksi kekurangan kekurangan itu. Peneliti kemudian mulai memerinci secara implicit
atau eksplisit pembaca pembaca tertentu yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari
penelitiannya. Akhirnya, peneliti dapat menutup pendahuluannya dengan menyatakan
setidaknya- tiga atau empat tujuan diadakannya penelitian.

Latihan Menulis
LATIHAN MENNULIS

1. Cobalah menulis pendahuluan dengan teknik narrative hook. Setelah itu,


diskusikan tulisan Anda ini dengan rekan rekan Anda, apakah teknik yang Anda
gunakan berhasil menarik perhatian pembaca, meyakinkan pembaca tentang
uniknya penelitian Anda, dan mampu menghubungkan pembaca dengan topic yang
diangkat.
2. Tulislah pendahuluan untuk suatu penelitian tertentu. Buatlah masing masing
satu paragraph mengenai masalah penelitian, literature literature yang terkait
dengan masalah tersebut, kekurangan kekurangan dalam literature, dan pembaca
pembaca yang secara potensial dapat mengambil manfaat dari penelitian ini.
3. Carilah beberapa penelitian bidang bidang tertentu yang dipublikaskan dalam
jurnal jurnal akademik. Amatilah pendahuluannya, lalu carilah kalimat kalimat
yang menunjukkan bahwa penulisnya tengah membahas satu masalah atau isu
tertentu.

BACAAN TAMBAHAN
Bem, D.J. (1987). Writing the Empirical Journal Article. Dalam M. P.Zanna&J.M Darley
(ed.). The Compleat Academic : A Practical Guide for the Beginning Social Scients.
New York : Random House. (hlm. 171-201).
Daryl Bern menekankan pentingnya statemen/paragraph pembuka dalam suatu
penelitian. Dia menyajikan sederet aturan tentang paragraph pembuka ini, yang menurutnya
harus menekankan pada kejelasan, keterbacaan, dan struktur yang dapat menuntun pembaca
langkah demi langkah untuk sampai pada rumusan masalah. Bern juga menyajikan contoh
140
contoh paragraph pembuka, baik yang memuaskan maupun yang tidak. Menurut Bern,
paragraph pembuka yang baik adalah paragraph yang dapat dimengerti bahkan oleh
seseorang yang bukan ahli sekalipun, dan juga tidak membosankan lantaran terlalu banyak
bahasa teknis.

Maxwell, J.A. (2005). Qualitative Research Design : An Interakctive Approach. Edisi


kedua. Thousand Oaks, CA : Sage.
Joe Maxwell menulis tentang tujuan penelitan untuk proposal disertasi kualitatif.
Menurut Maxwell, salah astu aspek mendasar dalam proposal adalah menjustifikasi bahwa
proyek yang diajukan dapat membantu pembaca memahami, tidak hanya tentang apa yang
Anda rencanakan, tetapi juga mengapa Anda merencakanannya. Dia juga menyatakan
pentingnya mengidentifikasi isu isu yang ingin Anda teliti dan pentingnya menunjukkan
mengapa isu isu tersebut penting untuk diteliti. Pada satu contoh proposal disertasi
mahasisaw s2 yang disajikan, Maxwell membahas isu isu utama yang harus dieksplorasi
mahasiswa untuk membuat argument proposal penelitiannya efektif dan efisien.
Wilkinson, A.M. (1991). The Scientists Handbook for Writing Papers and Dissertations.
Englewood Cliffs, NJ : Prentice Hall.
Antoinette Wilkinson membahas tiga aspek utama dalam pendahuluan : (1)
Pernyataan mengenai suatu masalah dan sifat sifatnya; (2) pembahasan mengenai
latar belakang dari masalah tersebut; dan (3) pernyataan mengenai rumusan masalah.
Wilkinson juga menyajikan banyak contoh dari tiga aspek tersebut, yang disertai
dengan penjelasan tentang bagaimana menulis dan menyusun sebuah pendahuluan
yang baik. Dia menekankan bahwa pendahuluan harus menuntun secara logis dan
runtut pada rumusah masalah.
Bab Enam

TUJUAN PENELITIAN

Bagian terakhir dari pendahuluan, sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam bab 5,
adalah menyajikan tujuan penelitian. Inilah bagian terpenting dari keseluruhan penelitian.
Untuk itu, tujuan penelitian harus ditulis dengan jelas dan spesifik. Dari tujuan inilah semua
asfek penelitian ditentukan. Dalam artikel-artikel jurnal, peneliti biasanya menulis tujuan
penelitian dibagian pendahuluan. Namun, dalam disertasi atau proposal disertasi, tujuan
penelitian sering kali ditulis secara terpisah.
Dalam bab yang khususnya untuk tujuan penelitian ini, saya membahas alasan-
alasan/rasionalisasi ditulisnya tujuan penelitian, prinsip-prinsip kunci, dan contoh-contoh
tujuan penelitian yang biasa anda modifikasi untuk proyek proposal anda.

SIGNIFIKANSI DAN MAKNA TUJUAN PENELITIAN


Menurut Locke et al. (2007: 9), tujuan penelitian berarti menunjukkan mengapa
anda ingin melakukan penelitian dan apa yang ingin anda capai. Sayangnya proposal-
proposal penelitian saat ini jarang sekali yang memperhatikan tujuan penelitian. Para penlulis
metodologi penelitianpun sering memasukkan tujuan penelitian ini kedalam bagian-bagian
lain, seperti rumusan masalah atau hipotesis. Wilkinson (1991), misalnya, menjelaskan tujuan
dalam konteks rumusan masalah dan sasaran penelitian. Penulis lain merujuknya sebagai
salah satu aspek dari masalah penelitian (Casstetter & Heisler, 1997). Akan tetapi,
pembahasan mereka pada umumnya tetap menunjukkan bahwa tujuan penelitian merupakan
gagasan inti dari suatu penelitian.
Dikenal dengan istilah tujuan penelitian karena ia menggambarkan tujuan-
tujuan/maksud-maksud dilakukannya penelitian dalam satu atau beberapa kalimat. Dalam
proposal, peneliti haruslah membedakan secara jelas antara tujua penelitian , masalah
penelitian, dan rumusan penelitian. Tujuan penelitian mengindikasikan maksud penelitian,
dan bukan masalah atau isu yang dapat menuntun pada keharusan diadakannya penelitian
(lihat Bab 5). Tujuan penelitian bukanlah rumusan masalah yang di dalamnya terdapat
sejumlah pertanyaan yang nantinya dijawab berdasarkan data-data penelitian yang telah
dikumpulkan (lihat Bab 7). Akan tetapi, tujuan penelitian adalah kumpulan pernyataan yang
menjelaskan sasaran-sasaran, maksud-maksud, atau gagasan-gagasn umum diadakannya
suatu penelitian. Gagasan ini dibangun berdasarkan suatu kebutuhan (masalah penelitian) dan
diperhalus kembali dalam pertanyaan-pertanyaan spesifik (rumusan masalah).
Begitu pentingnya tujuan penelitian ini, sehingga peneliti perlu menulisnya secara
terpisah dari aspek-aspek lain dalam proposal penelitiannya da ia juga perlu membingkainya
dalam satu kalimat atau paragraph yang mudah dipahami oleh pembaca. Meslipun tujuan
penelitian untuk studi kualitatif, kuantitatif, atau metode campuran ditulis dengan konten
yang sama, masing-masing tujuan penelitian untuk tiga penelitian ini sebenarnya tetap
memiliki sifat-sifat dan cara penulisannya sendiri yang berbeda-beda, seperti yang akan
digambarkan dalam paragraf-paragraf berikut ini.

Tujuan Penelitian Kualitatif


Tujuan penelitian kualitatif pada umumnya mencakup informasi tentang fenomena
utama yang dieksplorasi dalam penelitian, partisipan penelitian, dan lokasi penelitian. Tujuan
penelitian kualitatif juga bisa menyatakan rancangan penelitian yang dipilih. Tujuan ini
ditulis dengan istilah-istilah teknis penelitian yang bersumber dari bahasa
penelitian kualitatif (Schwandt,2007). Untuk itulah, Peneliti perlu memperhatikan beberapa
hal mendasar dalam menulis tujuan penelitian kualitatif, seperti berikut ini:
Gunakanlah kata-kata seperti tujuan, maksud, atau sasaran untuk menandai tujuan
penelitian yang anda tulis. Tulislah tujuan penelitian ini dalam kalimat atau paragraph
terpisah, dan gunakanlah bahasa-bahasa penelitian, seperti tujuan (maksud
atau sasaran) penelitian ini adalah.... Para peneliti biasanya menggunakan verba masa
kini (present verb tense) dan verb masa lampau (past verb tense) untuk proposal
penelitian karena proposal mereka tengah menyajikan rencan penelitian yang akan
bukan yang belumdikerjakan.
Fokuslah pada satu fenomena (atau konsep atau gagasan) utama. Persempitlah
penelitian anda menjadi satu gagasan untuk dieksplorasi dan dipahami. Fokus ini
berarti bahwa tujuan penelitian kualitatif tidak boleh menunjukkan dua atau lebuh
variable yang salin berelasi, atau justru membandingkan dua atau lebih kategori
tertentu, seperti yang sering dijumpai dalam penelitian kuantitatif. Untuk itu, jelaskan
satu fenomena saja, namun tetap tunjukkan bahwa penelitian anda bisa saja
berkembang untuk mengeksplorasi hubungan atau perbandingan antargagasan dalam
fenomena tersebut. Misalnya suatu penelitian bisa saja dimulai dengan mengeksplorasi
peran ketua jurusan dalam usaha pemberdayaan kualitas akademik para dosen
(Creswell & Brown, 1992), atau dengan mengeksplorasi identitas guru dan
marginalisasi atas identitas ini disekolah tertentu (Huber & Whelan,1999), atau dengan
menjelaskan makna kebudayaan bisbol dalam hubungannya dengan pekerja studion
(Trujillo,1992), atau menunjukkan bagaimana individu-individu tertentu secara kognitif
mencirikan penyakit AIDS yang dideritanya (Anderson & Spencer, 2002). Contoh-
contoh ini semua mengiliustrasikan bahwa ada satu gagasan utama yang dijadikan
focus dalam tujuan penelitian kualitaitf.
Gunakanlah verb-verb tindakan untuk menunjukkan bahwa ada proses learning dalam
penelitian anda. Verb-verb atau frasa-frasa tindakan, seperti mendeskripsikan,
memahami, mengembangkan, meneliti makna, atau mengamati, akan membuat
penelitian anda terbuka atas kemungkinan-kemungkinan lain: suatu cirri yang
menunjukkan bahwa penelitian anda adalah penelitian kualitatif.
Gunakan kata-kata dan frasa-frasa yang netral ---bahasa tidak langsung ---seperti , dari
pada menggunakan kata-kata pengalaman sukses individu-individu. Lebih
baik memakai kata-kata pengalamn individu-individu jangan terlalu sering
menggunakan atau frasa-frasa yang problematik, seperti berguna, positif, dan
informatif ---kata-kata yang seolah-olah memiliki makna yang bisa saja nuncul atau
tidak muncul. McCracken (1998) mengatakan bahwa dalam wawancara kualitatif,
pewawancara seharusnya mengajak responden untuk mendeskripsikan pengalamannya.
Dengan demikian, pewawancara (peniliti) ini dapat dengan mudah
mengutak-atik atturan ketidaklangsungan (McCracken, 1998: 21) tersebut dengan
menggunaka kata-kata yang seolah-olah berorientasi langsung.
Sajikan definisi umum mengenai fenomena atau gagasan utama, khususnya jika
fenomena tersebut merupakan istilah yang tidak dipahami oleh pembaca luas. Karena
termasuk dalam retorika penelitian kualitatif, definisi ini tidak boleh rigid, melainkan
tentatif dan berkembang selama pemelitian berdasarkan informasi dari para partisipan.
Untuk itu, peneliti kualitatif setidak-tidaknya harus menggunakan kata-kata seperti:
untuk semintara ini, definisi..... (fenomena utama) adalah .... selain itu peneliti juga
perlu memperhatikan bahwa definisi ini tidak boleh dicampur-baurkan dengan definisi
yang lebih detail, spesifik, teoritis dan teknis yang biasanya ada pada bagian khusus,
definisi istilah, seperti yang telah saya jelaskan dalam Bab 2. Tujuan disajikannya
definisi umum ini adalah untuk menunjukkan kepada pembaca makna general dari
fenomena yang dijabarkan dalam penelitian.
Gunakan kata-kata teknis strategis/teori penelitian yang digunakan ketika sampai pada
bagian pengumpulan data, analisis data, dan proses penelitian, seperti: apakah
penelitian tersebut menggunakan teori etnografi, grounded theory, studi kasus,
fenomenologi, pendekatan naratif, atau strategi-stragi lainnya. Gunakan kata-kata yang
sering digunakan dalam teori-teori diatas.
Jelaskan para partisipan yang terlibat dalam penelitian, seperti: apakah partisipan
penelitian anda terdiri dari satu atau lebih individu, atau sekelompok orang, atau suatu
organisasi.
Tunjukkan lokasi dilakukannya penelitian, seperti rumah, kelas, organisasi, program,
atau peristiwa tertentu. Gambarkan tempat ini secara detail sehingga pembaca benar-
benar mengetahui dimana penelitian itu dilaksanakan.
Sebagai langkah akhir dalam tujuan penelitian kualitatif, gunakan beberapa bahasa
yang membatasi ruang lingkup partisispan atau lokasi penenlitian. Misalnya, penelitian
bisa saja terbatas pada wanita saja, atau satu wilayah geografis tertentu. Fenomena
utama dapat dibatasi pada individu-individu dalam suatu organisasi bisnis, lebih khusus
mereka yang menjadi anggota tim kreatif. Pembatasan-pembaasan semacam ini aka
membantu peneliti untuk lebih jauh menjabarkan parameter penelitiannya.
Meskipun ada banyak variasi dalam mencantumkan poin-poin di atas pada tujuan
penelitian, proposal disertasi atau tesis kualitatif yang baik, setidak-tidaknya harus mencakup
beberapa diantara poin-poin itu.
Untuk membantu anda, di sini saya menyajikan sejumlah catatan yang mungkin
berguna dalam menulis tujuan penelitian kualitatif. Seperti catatan-catatan (scripts)
sebelumnya dalam buku ini, saya sudah menyediakan ruang agar anda bisa menyisipkan
informasi yang sesuai.
Tujuan penelitian..... (strategi/teori penelitian, seperti etnografi, studi kasus, atau
sejenisnya) ini adalah untuk..... (memahami? mendeskripsikan? mengembangka?
meneliti?) ...... (fenomena utama yang diteliti) pada...... (para partisipan, seperti
individu, kelompok, atau organisasi) di...... (lokasi penelitian). Dalam penelitian
ini....... (fenomena utama yang diteliti) secara umum dapat didefinisikan
sebagai.... (sajikan definisi umum).
Conto-contoh di bawah ini mungkin tidak secara sempurna mengilustrasikan semua
elemen yang telah saya jelaskan, tetapi setidaknya contoh-contoh berikut ini telah berhasil
menyajikan model-model yang layak ditiru dan dipelajari.
Saya memperoleh tujuan penelitia yang ditulis oleh Lauterbach (1993) ini disebuah artikel
jurnaldi bagian pembukanya yang berjudul tujuan penelitian. Judul inilah yang secara
jelas mengajak pembaca untuk focus pada tujuan penelitian. pengalaman kehidupan
para ibu menjadi fenomena utama dan penulis menggunakankata kerja mengartikulasikan
untuk membahas makna (kata yang netral) dari pengalaman-pengalaman ini. Penulis lalu
mendifinisikan pengalaman-pengalaman apa saja yang ditelitinya terkait dengan
memori dan pengalaman hidup ini. Di sepanjang tulisannya, jelas Leuterbach telah
menggunakan strategi fenomenologi. selain itu, tulisan Leuterbach juga secara jelas
menunjukkan bahwa partisipannya hanya para ibu, dan bagianbagian selanjutnya di artikel
itu, pembaca akan melihat bagaimana Leuterbach melakukan interviw pada lima sampel ibu
(yang masing- masing telah mengalami keguguran) dirumah mereka.

Contoh 6.1 Tujuan Penelitian Dalam Studi Fenomenologi Kualitatif

Leuterbach (1993) meneliti lima wanita yang kehilangan bayinya ketika


sedang hamil (keguguran), dan memori serta pengalaman-pengalaman mereka atas
peristiwa itu. Tujuan penelitian Leuterbach adalah sebagai berikut:
Sebagai upaya menyingkap makana substantif suatu fenomenalogi,
penelitian fenomenologi ini berusaha mengartikulasikan esensi-esensi
makna dalam pengalaman kehidupan para ibu ketika bayi yang mereka
sayangi meninggal dunia. Dengan menggunakan persfektif feminis, focus
penelitian ini adalah pada memori para ibu dan pengalaman kehidupan
mereka. Perspektif ini mempermudah usaha menyingkap pengalaman-
pengalaman tersebut yang tertutup selama ini. perspektif ini juga
membantu mengartikulasikan dan menyuarakan memori para ibu dan cerita
kehilangan mereka. Metode yang digunakan dalam penelitia ini meliputi
refleksi fenomenologis atas data-data yang ada berdasarkan investigasi
pada pengalaman para ibu, dan investigasi atas fenomena tersebut dalam
konteks seni kreatif.
(Leuterbach, 1993: 134)
Kos (1991) menegaskan bahwa penelitiannya bukanlah penelitian kuantitatif yang
mengukur besarnya perubahan skill membaca dalam diri siswa. Kos justru meletakkan
penelitiannya dalam pendekatan kualitatif dengan menggunakan kata-kata seperti
mengeksplorasi. Dia berfokus pada faktor-faktor sebagai fenomena utama dan menyajikan
definisi tentative dengan menyebutkan contoh

Contoh 6.2 Tujuan Penelitian Dalam Studi Kasus

Kos (1991) melakukan beberapa kali studi kasus tentang siswa-siswa SMP
yang tidak bisa membaca. Studi kasus ini berfokus pada faktor-faktor yang
menghalangi para siswa SMP berkembang dalam skill membacanya. Tujuan
penelitiannya adalah sebagai berikut:
Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi faktor-faktor afektif, sosial, dan
edukatif yang mempengaruhi empat anak remaja (siswa) tidak mampu
membaca. Penelitian ini juga berusaha menjelaskan mengapa siswa-siswa
tersebut tetap saj tidak bisa membaca meskipus sudah bertahun-bertahun
sekolah. Penelitia ini bukanlah intervensi, meskipun beberapa siswa
mungkin telah mampu mengembangkan skill membaca mereka, bukan
berarti fokus penelitian ini pada usaha peningkatan skill membaca.

(Kos, 1991: 876-877)

faktor tersebut, seperti afektif, sosial, edukatif. Dia juga menulis pernyataan di atas dengan
judul Tujuan Penelitian untuk membuat pembaca fokus pada tujuan penelitiannya. Tidak
hanya itu, dia juga menyebutkan para partisipannya secara jelas. Pada bagian selanjutnya,
diartikel tersebut, khususnya dibagian abstraksi dan metodologi, pembaca akan menemukan
bahwa penelitian Kos ini menggunakan strategi penelitian studi kasus yang dilakukan dalam
suatu ruang kelas.
Karena tujuanya adalah untuk meningkatkan iklim kampus maka penelitian
kualitaitf diatas termmasuk ke dalam jenis penelitian advokasi, seperti yang telah dijelaska
dalam Bab 1. Uniknya, tujuan penelitian ini muncul di bagian awal artikel, yang memang
menjadi cirri umum untuk artikel-artikel jurnal. Kebutuhan mahasiswa yang gay dan
biseksual menjadi fenomena utama yang diteliti.
Contoh 6.3 Tujuan Penelitian Dalam Etnografi

Rhoads (1997) melakukan penelitian etnografi selama dua tahun disebuah


Universitas kenamaan. Dia berusaha mengeksplorasi bagaimana iklim kampus
dapat ditingkatkan bagi laki-laki gay yang biseksual. Tujuan penelitian, yang ia
sertakan pada bagain awal tulisannya adalah sebagai berikut:
Artikel ini berusaha memberikan sumbangsih tambahan pada literatur-
literatur yang membahas tentang kebutuhan mahasiswa gay yang biseksual
dengan mengidentifikasi sejumlah kawasan yang sekiranya dapat
meningkatkan iklim kampus bagi mereka. Tulisan ini sebenarnya berasal
dari penelitian etnografis yang pernah penulis lakukan duaa tahun terhadap
suatu subkultur mahasiswa yang terdiri dari laki-laki gay yang biseksual
disebuah Universitas kenamaan. Penelitian ini hanya dibatasi pada laki-laki
gay dan biseksual saja, yang berarti secara langsung merefleksikan bahwa
wanita lesbian dan biseksual merupakan komonitas berbeda yang
membentuk subkultur tersendiri di Universitas tersebut.

(Rhoads, 1997: 278)

juga berusaha mengidentifikasi kawasan-kawasan yang dapat meningkatkan iklim kampus


bagi laki-laki gay dan biseksual. Selain itu, Rhoads juga telah menyebutkan bahwa strategi
penelitian yang digunakan adalah etnografi, dan bahwa penelitian ini hanya akan melibatkan
laki-laki saja (partisipan) di sebuah Universitas kenamaan (lokasi penelitian). Sayangnya,
Rhoads tidak memberikan informasi tambahan mengenai sifat utama kebutuhan para
mahasiswa ini atau definisi umum dari kebutuhan tersebut. Akan tetapi, dib again terpisah,
dia sudah berusaha mengidentifikasi dan menyajikan makna tentative atas istilah-istilah
penting tersebut.
Pada pernyataan di atas, fenomena utamanya adalah perkembangan karier, da
pembaca juga akan mengetahui bahwa fenomena tersebut didefinisikan sebagai pengaruh-
pengaruh penting dalam kesuksesan karir 18 wanita tersebut. Dalam penelitian ini memang
digunakan kata langsung, seperti kesuksesan. Akan tetapi, kata ini lebih dimaksudkan untuk
mendefinisikan sampel individu yang diteliti dan bukan untuk membatasi tentang fenomena
utama.
Contoh 6.4 Tujuan Penelitian Dalam Studi Grounded Theory

Richie et al. (1997) melakukan penelitian kualitatif untuk


mengembangkan suatu teori tentang perkembangan karier 18 wanita Amerika-
Afrika (kulit putih dan hitam) yang memiliki prestasi tinggi Ameriaka Serikat
yang masing-masing dalam bidang profesi yang berbeda-beda. Pada paragraph
kedua penelitiannya, mereka menyatakan tujuan diadakannya penelitian tersebut:
Artikel ini ---yang didasarkan pada penelitian kualitatif--- berusaha
meneliti perkembangan karier 18 wanita Amerika-Afrika (kulit putih
dan hitam) yang memiliki prestasi tinggi di Amerika Seriakat dalam 8
bidang profesi yang berbeda-beda. Secara keseluruhan, tujuan kami
melakukan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi factor-faktor
penting yang mempengaruhi perkembangan karier para wanita ini,
khusunya pengaruh-pengaruh yang berhubungan dengan kesuksesan
karier mereka.

(Richie et al. 1997: 133)

Peneliti beusaha untuk mengeksplorasi fenomena terssebut, dan pembaca akan memahami
bahwa partisipannya adalah para wanita yang bekerja di tempat berbeda-beda. Grounded
Theory sebagai strategi penelitian disebutkan pada bagian abstraksi dan dijelaskan lebih
lanjut pada bagian prosedur penelitian.

Tujuan Penelitian Kuantitatif


Tujuan penelitian kuantitatif sangat berbeda dengan model tujuan penelitian
kualitatif, baik dalam hal bahasa maupun fokusnya dalam menghubungkan atau
membandingkan varibel-varibel. Ingatklah kembali Bab 3 yang menjelaskan jenis-jenis
variable utama dalam penelitian kuantitatif, yaitu varibel bebas, varibel mediate, varibel
moderate, dan varibel terikat.
Tujuan penelitian kuantitatif meliputi varibel-varibel dalam penelitian dan hubungan
antar varibel tersebut, para partisipan, dan lokasi penelitian. Tujuan ini ditulis dengan bahasa-
bahasa yang berhubungan dengan penelitian kuantitatif, dan terkadang juga mencakup
pengujian deduktif atas hubungan-hubungan atau teori-teori tertentu. Tujuan penelitian
kuantitatif biasanya dimulai dengan mengidentifikasikan varibel-varibel utama dalam
penekitian (bebas, intervening, atau terikat) beserta model visualnya, lalu mencari dan dan
menentukan bagaimana varibel-varibel itu akan diukur atau diamati. Pada akhirnya, tujuan
digunakannya variable-varibel secara kuantitatif adalah untuk menghubungkan varibel-
varibel tersebut, seperti yang bisa ditemukan dalam penelitian survei, atau untuk
membandingkan sampel-sampel atau kelompok-kelompok tertentu dalm kaitannya dengan
hasil penelitian, seperti yang sering dijumpai dalam penelitian eksperimen.
Untuk menulis tujuan penelitian kuantitatif, ada sejumlah hal yang perlu diperhatika:

Gunakan kata-kata untuk menandai tujuan penelitian anda, seperti tujuan, maksud,
atau sasaran. Mulailah dengan kata-kata seperti tujuan (atau maksud atau
sasaran) penelitian ini adalah......
Tunjukkan teori, model, atau kerangka konseptual yang anda gunakan. Dalam hal ini,
Anda tidak perlu mendeskripsikannya secara detail karena--- seperti yang sudah saya
jelaskan pada Bab 3--- ada kemungkinan bagian Perspektif Teoritis ditulis
secara terpisah untuk keperluan ini. Mendeskripsikan teori secara sederhana di bagian
tujuan penelitian akan memberikan penekanan pada pentingnya teori itu dalam
penelitian tersebut.
Tunjukkanlah varibel bebas dan varibel terikat, serta varibel-variabel lain, seperti
mediate, moderate,atau control, yang digunakan dalam penelitian.
Gunakan kata-kata yang dapat menghubungkan varibel bebas dan varibel terikat
untuk emnunjukkan bahwa kedua jenis varibel ini benar-benar saling berhubungan,
seperti hubungan antara dua atau lebih varibel, atau perbandingan antara dua
atau lebih kelompok. Kebanyaka penelitian kuantitatif menggunakan dalah satu dari
dua opsi ini untuk menghubungkan varibel-varibel dalam tujuan penelitian. Tetapi ada
juga peneliti yang menggunaka kombinasi antara membandingkan (comparing) dan
menghubungkan (relating), misalnya, penelitian eksperimen dua faktor yang
didalamnya peneliti memiliki dua atau lebih kelompok treatment dan satu varibel
bebas. Meskipun peneliti kebanyakan menggunakan teknik menghubungkan dua atau
lebih kelompok dalam penelitian eksperimen, tidak menutup kemungkinan mereka
juga menggunakan teknik tersebut dalam penelitian survei.
Tempatkanlah dan susunlah varibel-varibel ini dari kiri ke kanan, dengan varibel
bebas (di bagain kiri) yang diikuti oleh varibel terikat (di bagian kanan). Letakkan
varibel-variabel intervening antara varibel bebas dan varibel terikat. Banyak peniliti
juga meletakkan varibel-varibel moderating antara varibel bebas dan varibel terikat.

150
Bahkan, varibel control juga tidak jarang diletakkan secara tiba-tiba mengikuti varibel
terikat, misalnya dalam frasa yang juga dipengaruhi oleh...... atau dengan varibel
kontrol....... Dalam penelitian eksperimen, varibel bebas selalu menjadi varibel yang
dimanipulsi.
Sebutkan jenis strategi penelitian (seperti strategi survei atau eksperimen) yang
digunakan dalam penelitian. Dengan menyatakan informasi tentang strategi
penelitian, peneliti setidaknya sudah mengantisipasi diri untuk tidak membahas detail
metodologi penelitian (yang biasanya di tulis dibagian khusus) dan memungkinkan
pembaca untuk mengasosiasikan hubungan antarvaribel dengan strategi penelitian.
Tunjukkan sedcara jelas partisipan (atau unit analisis) dan lokasi penelitian tersebut.
Definisikanlah secara umum masing-masing varibel kunci, misalnya dengan
menggunakan definidi-definisi yang sudah diterima secara umum yang berasal dari
literatur-literatur. Disertakannya definisi umum ini adalah untuk membantu pembaca
lebih memahami tujuan penelitian. Meski demikian, peneliti tidak boleh memberikan
terlalu detail memberikan definisi secara operasional karena definisi semacam ini
biasanya ditulis dalam bagian khusus Definisi Istilah (yang menjelaskan
secara rigid bagaimana varibel-varibel diukur). Selain itu, berikan batasan pada ruang
lingkup penelitian, seperti ruang lingkup pengumpulan data atau ruang lingkup
partisipan penelitian.
Berdasarkan poin-poin di atas, tujuan penelitian kuantitatif dapat ditulis sebagai
berikut:
Tujuan penelitian....... (eksperimen? survei?) ini adalah untuk menguji teori....... yang .....
(membandingkan? emnghubungkan?)...... dengan (varibel terikat), yang juga
dipengaruhi/dikontrol oleh....... (varibel kontrol), terhadap..... (partisipan penelitian)
di...... (lokasi penelitian). Varibel-(varibel) bebas....... dalam hal in didefinisikan
sebagai....... (sajikan suatu definisi umum), dan varibel(-varibel) control dan
intervening..... (tunjukkan varibel control dan intervening) didefinisikan sebagai.......
(sajikan definisi umum).
Contoh-contoh berikut ini akan mengilustrasikan elemen-elemen di atas. Dua
penelitian pertama adalah penelitian survey, satu penelitian terakhir adalah penelitian
eksperimen.
Contoh 6.5 Tujuan Penelitian Dalam Studi Survei

Kalof (2000) melakukan penelitian selama dua tahun pada 54


mahasiswi, terkait oerilaku-perilaku dan pengalaman-pengalaman mereka
terhadap pelecehan seksual. Mahsiswi ini memberikan responnya masing-masing
pada dua instrumen survei yang disebarkan secar terpisah selama dua tahun.
Kalof menggabungkan tujuan penelitian dengan rumusan masalah sebagai
berikut:
Penelitian ini berusaha mengelaborasikan dan mengklarifikasi hubungan
antara perilaku seksual wanita dan pengalaman-pengalaman mereka
terhadap pelecehan seksual. Saya memanfaatkan data yang diperoleh
selama dua tahun dari 54 mahasiswi untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut ini: (1) Apakah perilaku-perilaku wanita mempengaruhi
pelecehan seksual terhadap mereka dua tahun ini? (2) Apakah sikap-sikap
wanita berubah setelah mengalami pelecehan seksual? (3) Apakah
pelecehan seksual sebelumnya mengurangi atau justru meningkatkan
resiko pelecehan-pelecehan seksual selanjutnya?

(Kalof, 2000: 24)

Meskipun Kalof (2000) tidak menyebutkan teori yang dia gunakan, setidak-tidaknya
dia telah mengidentifikasi varibel bebas (perilaku seks) dan varibel terikat (pelecehan
seksual) dalam penelitiannya. Dia juga menggunakan kata-kata hubungan antara untuk
menunjukkan relasi antarvaribel. Tujuan penelitian di atas juga telah mengidentifikasi secara
jelas para partisipan (wanita) dan lokasi penelitian (Universitas) . Selanjutnya, pada bagian
metodologi penelitian, Kalof menyebutkan bahwa penelitiannya menggunakan metode survei
mailed. Selain itu, meskipun Kalof tidak mendefinisikan varibel-varibel utama dalam tujuan
penelitian di atas setidaknya dia sudah menyajikan ukuran-ukuran spesifik pada varibel-
varibel tersebut dalam rumusan masalah.
Kutipan di atas mencakup beberapa komponen tujuan penelitian yang baik. Selain
ditulis pada bagian terpisah (Pernyataan Masalah), kutipan di atas telah menggunakan kata
hubungan, istilah-istilah yang didefinisikan, populasi dan sebagainya. Lebih jauh, dari
susunan varibel yang dijelaskan, pembaca akan mudah mengidentifikasi varibel bebas dan
varibel terikatnya.
Contoh 6.6 Tujuan Penelitian Dalam Studi Survei Disertasi

DeGraw (1984) menyelsaikan disertasi doktoralnya dalam bidang


pendidikan. Disertasi itu membahas topik tentang para pendidik yang bertugas
pada institusi-institusi perbaikan remaja. Dalam salah satu subjudul disertasinya
Pernyataan Masalah dia menjelaskan tujuan penelitian sebagai berikut:
Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan antara karakristik-
karakristik pribadi dan motivasi pekerjaan bagi para pendidik yang
mengajar dilembaga-lembaga negeri perbaikan remaja di Amerika Serikat.
karakristik-karakristik dibagi ke dalam dua informasi penting, yaitu
informasi tentang latar belakang responden (seperti informasi institusional,
tingkat pendidikan, pelatihan sebelumnya, dan sebagainya) dan informasi
tentang pemikiran responden terhadap pekerjaannya yang berubah-ubah.
Penelitian terhadap latar belakang responden sangat penting dalam
disertasi ini karena penelitian semacam ini diharapkan dapat
mengidentifikasi karakristik-karakristik dan faktor-faktor yang
mempengaruhi mobilitas dan motivasi. Bagian kedua penelitian ini
meminta responden untuk mengidentifikasi faktor-faktor motivasional ini
yang berhubungan dengan mereka. Motivasi pekerjaan didefinisikan
sebagai enam faktor utama, sebagaimana yang terdapat dalam kuesioner
penelitian komponen kerja pendidikan (educational work components
study/EWCS) (Miskel & Heller, 1973). Enam faktor ini antara lain: potensi
perubahan dan perkembangan diri, daya saing, keinginan dan penghargaan
akan kesuksesan, kesabaran terhadap tekanan pekeerjaan, keamanan
konservatif, da kesediaan untuk mencari reward meski berada diantara
ketidakpastian dan penyangkalan.

(DeGrew, 1984: 4-5)

Kutipan di atas juga merefleksikan komponen-komponen tujuan penelitian


kuantitatif yang baik. Selain ditulis dengan terpisah, tujuan penelitian di atas juga
menjelaskan adanya perbandingan antarvaribel. Para penulisnya juga telah menunjukkan para
partisipan yang terlibat dalam penelitian eksperimennya. Dalam hal susunan varibel, mereka
menyusunnya dengan meletakkan varibel terikat diurutan pertama an varibel bebasnya di
bagian ke dua (Note: cara penulisan ini berbeda dengan apa yang sayasarankan agar varibel
bebas ditulis terlebih dahulu---- dari kiri--- kemudian varibel terikat---- kekanan). Meski
demikian, kelompok-kelompok dalam masing-masing varibel telah diidentifikasi secara jelas.
Begitu pula, meskipun dalam tujuan penelitian diatas par apenulisnya tidak menyebutkan
dasar teori yang digunakan, dalam pararaf-paragraf sebelumnya mereka sebenarnya sudah
mereview beberapa penemuan dari teori sebelumnya.
Contoh 6.7 Tujuan Penelitian Dalam Studi Eksperimen

Booth-Kewley, Edwards, dan Rosenfeld (1992) membandingkan antara


daya tarik sosial terhadap penggunaan computer dan daya tarik pribadi terhadap
pensil dan kertas. Mereka melanjutkan penelitian inventaris yang telah dilakukan
sejumlah mahasiswa sebelumnya dengan menggunaka Balanced Inventory of
Desirable Responding (BIRD), yang menawarkan dua skala, yaitu impression
management (IM) dan Self-Deception (SD). Dalam paragraf terakhir di bagaian
pendahhuluan, mereka mengemukakan tujuan penelitiannya:
Kami merancang penelitian ini untuk membandingkan respon-respon para
calon Angkata Laut terhadap skala IM dan SD, yang dikumpulkan dalam
tiga kondisi, yaitu: (1) kertas---dan----pensil, (2) komputer dengan
backtracking (3) komputer tanpa backtracking. Kurang lebih separu dari
calon AL ini menjawab kuesioner-kuesioner yang diberikan secara anonym
(tanpa nama/identitas jelas) dan separuh lainnya menjawab dengan
identitas yang jelas.

(Booth-Kewley et al. 1992: 563)

Tujuan Penelitian Metode Campuran


Tujuan penelitian metode campuran berisi tujuan penetian secara keseluruhan,
informasi mengenai unsure-unsur penelitian kuantitatif dan kualitaif, dan alasan/rasionalisasi
mencampur dua unsur tersebut untuk meneliti masalah penelitian. Tujuan penelitian metode
campuran biasanya ditunjukkan terlebih dahulu, dalam pendahuluan, untuk memberikan
panduan awal bagi pembaca dalam memahami bagian-bagian penelitian kuantitatif dan
kualitatif di dalamnya. Berikut ini saya sajikan beberapa petunjuk bagaimana menyusun dan
menyajikan tujuan penelitian metode campuran.
Mulailah dengan menulis kata-kata yang menunjukkan secara jelas tujuan penelitian
yang akan dijabarkan, seperti Tujuan..... atau Maksud....
Jelaskan tujuan penelitian dari perspektif konten, seperti Tujuannya adalah
untuk mempelajari efektivitas organisasi atau Tujuannya adalah untuk
mengamati keluarga-keluarga yang anak tiri untuk memahami keseluruhan maksud
penelitian tersebut terlebih dahulu sebelum peneliti membagi penelitiannya ke dalam
bagian kuantitatif dan kualitatif.
Tunjukka jenis rancangan metode campuran yang digunakan, apakah itu sekuensial,
konkuren, atau transformasional.
Jelaskan alasan/rasionalisasi dikombinasikannya data kuantitatif dan kualitatif.
Alasan ini dapat berupa salah satu dari yang berikut ini (lihat Bab 10 untuk lebih
detailnya):
1. Untuk lebih memahami masalah penelitian dengan mengonvergensikan
(atau mentrianggulasi) data kuantitatif yang berupa angka-angka dan data
kualitatif yang berupa rincian-rincian deskreptif.
2. Untuk mengeksplorasi pandangan partisipan (kualitatif) untuk kemudian
dianalisis berdasarkan sampel yang luas (kuantitatif).
3. Untuk memperoleh hasil-hasil statistic kuantitatif dari suatu sampel,
kemudian menindaklanjutinya denga mewawancarai atau mengobservasi
sejumlah individu untuk membantu menjelaskan lebih jauh hasil statistik
yang sudah diperoleh (lihat juga OCathain, Murphy & Nicholl, 2007).
4. Untuk mengungkap kecenderungan-kecenderungan dan hak-hak dari
kelompok atau individu-individu yang tertindas.
Terapkan karakristik-karakristik tujuan penelitian kualitatif yang baik, seperti
berfokus pada satu fenomena utama, menggunakan kata-kata tindakan dan bahasa
tidak langsung, menyebutkan strategi penelitian, dan menjelaskan para partisipan
dan lokasi penelitian.
Terapkan pula karakristik-karakristik tujuan penelitian kuantitatif yang baik, seperti
menyebutkan suatu teori dan varibel-varibel, menghubungkan varibel-varibel atau
membandingkan kelompok-kelompok varibel, menyusun varibel-variabel ini mulai
dari varibel bebas terlebih dahulu lalu varibel terikat, menyebutkan strategi
penelitian dan memerinci para partisipan dan lokasi penelitian.
Pertimbangkan pula informasi-informasi tambahan mengenai jenis-jenis/strategi-
strategi pengumpilan data kualitatif dan kuantitatif.
Berdasarkan elemen-elemen di atas, berikut ini disajikan empat contoh tujuan
penelitian metode campuran (Creswell & Plano Clark, 2007). Dua contoh pertama adalah
penelitian sekuensial dengan satu strategi pengumpulan data yang turut membangun strategi
pengumpulan data yang lain. Contoh ketiga adalah penelitian konkuren dengan menerapkan
dua strategi pengumpulan data dalam satu waktu lalu dibawa secara bersama-sama dalam
analisis data. Contoh keempat adalah penelitian metode campuran transformative yang
didasarkan pada rancangan konkuren.

1. Penelitian sekuensial dengan tahap kuantitatif di urutan kedua yang didasarkan pada tahap
kualitatif di urutan pertama:
Tujuan penelitian metode campuran sekuensial dua-tahap ini adalah untuk....
(sebutkan tujuan penelitian berdasarkan konten). Tahap pertama adalah eksplorasi
kualitatif terhadap ...(fenomena utama) dengan mengumpulkan (jenis-jenis data) dari(para
partisipan) di(lokasi penelitian). Penemuan- penemuan dari tahap kualitaiif ini kemudian
digunakan untuk menguji (suatu teori, rumusan masalah, atau
hipotesis)yang(menghubungkan? membandingkan?) (variabel bebas) dengan(variabel
terikat) terhadap(sampel dari populasi) di(lokasi penelitian). Alasan didahulukannya
pengumpulan data kualitatif disebabkan(seperti, instrumen - instrumennya tidak sesuai atau
tidak tersedia, variabel variabel-nya tidak diketahui, ada sedikit teori atau taksonomi yang
dapat dijadikan panduan rigorus).
2. Penelitian sekuensial dengan tahap kualitatif tindak-lanjut (di urutan kedua) yang turut
membantu menjelaskan tahap kuantitatif sebelumnya (di urutan pertama):
Tujuan dari penelitian metode campuran sekuensial dua- tahap ini adalah untuk
(sebutkan tujuan penelitian berdasarkan konten). Pada tahap pertama, rumusan masalah
atau hipotesis penelitian kuantitatif akan menjelaskanhubungan atau
perbandingan(variabel bebas) dan (variabel terikat) dengan melibatkan(partisipan
penelitian) di(lokasi penelitian). Informasi dari tahap pertama akan dieksplorasi lebih lanjut
pada tahap kedua, yaitu tahap kualitatif. Pada tahap kedua ini, wawancara atau observasi
kualitatif digunakan untuk memeriksa kembali(hasil-hasil kuantitatif) dengan
mengeksplorasi aspek-aspek ................................................... (fenomena utama)
dengan melibatkan(para partisipan) di(lokasi penelitian). Alasan ditindaklanjutinya
metode kuantitatif ini dengan metode kualitatif adalah untuk(seperti, lebih memahami dan
menjelaskan hasil-hasil kuantitatif yang diperoleh sebelumnya).
3. Penelitian konkuren dengan mengumpulkan data kuantitatif dan data kualitatif sekaligus
dalam satu waktu, lalu memadukan keduanya untuk dapat memahami masalah penelitian
dengan lebih baik :
Tujuan penelitian metode campuran konkuren ini adalah untuk..:.. (sebutkan tujuan
penelitian berdasarkan konten). Dalam penelitian ini,.... (instrumen instrumen kuantitatif)
akan digunakan untuk mengukur hubungan antara (variabel bebas) dan (variabel
terikat). Pada waktu bersamaan, (fenomena utama) akan dieksplorasi dengan
menggunakan (wawancara atau observasi kualitatif) dengan/terhada (para partisipan)
di (lokasi penelitian). Asalan mengombinasikan data kuantitatif dan data kualitatif
ini adalah agar lebih memahami masalah penelitian tersebut dengan mengon vergensi data
kualitatif (berupa angka-angka) dan data kuantitatif (berupa pandangan-pandangan
deskriptif).
4. Contoh terakhir adalah penelitian metode campuran dengan strategi transfofiriatif.
Contoh ini ditulis berdasarkan penelitian konkuren, tetapi yang namanya proyek metode
campuran bisa saja menggunakan strategi konkuren (data kuantitatif dan data kualitatif
dikumpulkan dalam waktu bersamaan) ataupun strategi sekuensial (dua jenis data yang
dikumpulkan secara ber-tahap). Dikatakan strategi tranformatif karena tujuan dari
penelitian ini adalah untuk membahas isu utama yang berhubungan dengan kelompok-
kelompok atau individu-individu yang ter-marjinalkan. Selain itu, hasil dari penelitian
semacam ini biasa- nya untuk mengadvojcasi kebutuhan-kebutuhan kelompok atau individu
tersebut sehingga dalam tujuan penelitiannya diserta-kan pula penjelasan mengenai
usaha/harapan transformasi (perubahan) dalam tujuan penelitian. Tujuan penelitian
metode campuran konkuren ini adalah untuk (sebutkan isu-isu yang perlu dibahas terkait
dengan kelompok atau individu-individu yang termarjinalkan). Dalam penelitian ini, .....
(instrumen- instrumen kuantitatif) akan digunakan untuk mengukur hubungan antara
(variabel- variabel bebas) dan(variabel-variabel terikat). Pada waktubersamaan,
(fenomena utama) akan dieksplorasi jugadengan menggunakan(wawancara
atau observasi kualitatif)dengan/terhadap (para partisipan)
di (lokasi penelitian).Alasan dikombinasikannya data kuantitatif dan data
kualitatif iri adalah untuk lebih memahami masalah penelitian dengan cara
mengonvergensi data kuantitatif (berupa angka-angka) dan
data kualitatif (berupa pandangan-pandangan rinci),dan untuk mengadvokasi
perubahan/transformasi bagi (kelompok-kelompok atau individu-individu).

Contoh 6.8 Tujuan Penelitian Metode Campuran Konkuren

Hossler dan Vesper (1993) meneliti sikap/kecehderungan anak-anak dan prang tua, khususnya
yang terkait dengart pengbernatan orang tuauntuk pendicfikan S2 bag] anak-a.nak rriereka.
Pajarrr penejitian yang diiaksariakan selama tig a tahun, mereka rnengideritiftkasi taktpf-
faktof yang sangat berhubufigari dengan p'enghematart orang tua dan data kuantitatif-
kualitatif yang mereka kurhpulkan. Tujuan penelitian mereka adalah sebagai perikut:
Karya tulis ini berusaha meneliti perilaku-perilaku pengtiernatan (saving) orang tua,
Dengan menggunakan data anak-anak dan orang tua yang diperoleh dari penelitian
longitudinal dengan metode survei selama tiga tahun, kami memilih regresi logistik untuk
mengidentifikasifaktor-faktor yang berhubungan dengan pehghematan prang tua bagi
pendidikan S2 anak-anak mereka. fidakhanya itu, kami juga berusaha menggali
pengetahuan lain dari hasil wawancara kami dengan beberapa sampel mahasiswa dan orang
tua mereka selama lima kali dalam jangka waktu tiga tahun. Pengetahuan ini
diharapkan dapat mernbantu mengekSplorasi lebih jauh isu teritang penghematan orang
tua.

Dalam teks aslinya, tujuanpenelitian di atas ditulis denganjudul "Tujuan." Tujuan tersebut juga
sudah mengindikasikan bahwa ada data kuantitatif (seperti, survei) dan data kualitatif (seperti,
wawan-cara) yang dicampur dalam penelitian. Kedua jenis data ini di-kumpulkan selama
periode tiga tahun. Artinya, penelitian ini dapat digolongkan ke dalam penelitian triangulasi atau
konkuren. Alasan dipilihnya metode triangulasi atau konkuren ini memang tidak di-sertakan
dalam tujuan penelitian di atas, namun ia telah disajikan pada bagian selanjutnya, dalam
pembahasan metode survei dan wawancara. Dalam bagian metode survei dan wawancara inilah
di-dapati pernyataan bahwa "wawancara juga digunakan untuk meng-eksplorasi lebih detail
variabel-variabel yang sudah dianalisis dan untuk mengtriangulasi hasil penelitian berdasarkan
data kuantitatif dan data kualitatif" (Hossler & Vesper, 1993:146)
Contoh 6.9 Tujuan Penelitian Metode Campuran Sekuensial
Ansorge, Creswell, Swidler, dan Gutmann (2001) meneliti penggunaan laptop
iBook di tiga kelas Metoae Pendidikan Guru. Laptop ini memungkinkan mahasiswa untuk
belajar di meja mereka masing-masing dan mernanfaatkannya untuk login secara langsung
ke dalam website-website yang direkomendasikan oleh instruktur. Tujuan
penelitiannya adalah sebagai berikut :
Tujuan penelitian metode campuran sekuensial ini adalah per-tama-tama untuk
mengeksplorasi dan membuat tema-tema utama tentang penggunaan laptop
iBook di kelas Metode Pendidikan Guru dengan melakukan observasi lapangan
dan wawancara langsung. Kemudian, dari tema-tema tersebut, dibuatlah
instrumen penelitian untuk menyurvei cara penggunaan laptop oleh para mahasiswa
dalam beberapa kondisi. Alasan digunakannya data kualitatif dan ddta kuantitatif
ini disebabkan survei terhadap.pengalaman mahasiswa dapat dilakukan dengan lebih
baik hanya jika eksplorasi terhadap cara penggunaan laptop oleh mahasiswa terlebih
dahulu diterapkan.

Tujuan penelitian di atas ditulis dengan judul "Tujuan." Tujuan penelitian tersebut
sudah menyebutkan jenis rancangan metode campuran yang digunakan (rancangan
sekuensial). Hal ini diperkuat karena di dalamnya berisi elemen-elemen dasar dari tahap
pertama ' (kualitatif) yang ditindaklanjuti oleh tahap kedua (kuantitatif). Tujuan penelitian di
atas juga menyertakan informasi mengenai dua strategi pengumpulan data dan diakhiri
dengan alasan digunakannya dua bentuk data dalam rancangan metode campuran
sekuensial.

Contoh 6.10 Tujuan Penelitian Metode Campuran


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman umum tentang bagaimana keadilan dan
kesetaraan gender dipersepsikan oleh perernpuan dan laki-laki Swedia. Tujuan karya tulis ini
adalah untuk rneneliti pentingnya pemanfaatan waktu, surnber daya-surnber daya individu,
keadilan distributif, dan ideologi gender bagi terbentuknya persepsi positif masyarakat Swedia
tentang kejadilan dan kesetaraan gender.
(Nordenmark & Nyman, 2003: 185)
Seperti yang sudah kita baca, kutipan di atas diawali dengan pernyataan tentang
maksud penelitian dan ditulis di akhir pen-dahuluan. Kutipan tersebut mengetengahkan
persoalan kesetaraan gender sebagai isu utama. Sebelum kutipan di atas, pembaca di-
sajikan satu informasi bahwa orang-orang Swedia ternyata memiliki tujuan politis terkait
dengan kesetaraan gender ini, di mana "ke-seimbangan kerja dan kekuasaan antara pria
dan wanita seolah-olah dieliminasi" (Nordenmark & Nyman, 2003: 182). Para penulisnya
juga menunjukkan dua jenis data yang dikumpulkan (yaitu, survei dan wawancara), dan
setelah kutipan di atas, mereka juga menjelaskan mengapa dua jenis data ini digabungkan
(yaitu, untuk saling melengkapi satu sama lain). Artinya, penelitian metode campuran ini
dilaksanakan berdasarkan strategi konkuren. Selain itu, tujuan penelitian di atas juga sudah
menyebutkan variabel-variabel kuanti-tatif yang saling berhubungan dalam penelitian. Uniknya, di
bagian-bagian selanjutnya dalam artikel ini, pembaca akan mengetahui bahwa variabel-
variabel ini ternyata ditulis dalam bentuk pertanya-an-pertanyaan kualitatif.
1
Meski demikian, para pen llisnya bisa saja lebih eksplisit dalam menjelaskan prosedur-
prosedur kuantitatif dan kualitatifnya, serta jenis strategi metode campuran yang digunakan.
Dalam kutipan di atas juga tidak disebutkan bagaimana penelitian ini akan turut mem-bantu
menciptakan kesetaraan gender di lingkungan masyarakat Swedia. Meski demikian, di bagian
akhir karya tulisnya, mereka sudah menegaskan bahwa tidak menu tup kemungkinan muncul
tujuan-tujuan, pemikiran-pemikiran, dan perilaku-perilaku yang saling kontradiktif yang
berimplikasi terhadap kesetaraan gender di Swedia, dan karena inilah mereka mengharapkan
adanya penelitian lanjutan terhadap keadilan dan kesetaraan gender dengan metode survei
skala-luas.

RINGKASAN
Bab ini menjelaskan pentingnya tujuan penelitian yang menjadi gagasan utama
dilakukannya suatu penelitian atau studi. Dalam menulis tujuan penelitian kualitatif, peneliti
perlu menegaskan feno-mena utama yang diteliti dan menyajikan definisi tentatif ten tang
fenomena tersebut. Selain itu, peneliti juga perlu menggunakan kata-kata tindakan seperti
mengamati, mengetribangkan, atau mernahami, menggunakan bahasa tidak langsung, dan
memperjelas strategi penelitian, para partisipan penelitian, dan lokasi penelitian.
Dalam tujuan penelitian kuantitatif, peneliti menegaskan teori yang akan diuji dan
variabel-variabel yang akan dihubungkan atau diperbandingkannya. Peneliti juga perlu
menempatkan variabel bebas di urutan pertama (bagian kiri) dan variabel terikat di urutan

160
kedua (bagian kanan). Selain itu, peneliti harus menyatakan secara jelas strategi penelitian
yang

161
hendak diterapkan serta para partisipan dan lokasi penelitiannya. Dalam beberapa hal,
peneliti juga dapat mendefinisikan variabel-variabel kunci yang digunakan dalam
penelitian.
Dalam tujuan penelitian metode campuran, jenis strategi harus dinyatakan secara
jelas: apakah data penelitian dikumpulkan secara konkuren atau sekuensial, dan
alasan/rasionalisasi dignnakannya strategi tersebut. Selebihnya, karena ini penelitian
metode campuran maka beberapa elemen dalam tujuan penelitian kuantitatif dan kuali-tatif
juga harus disertakan.
Latihan Menulis
LATIHAN MENULIS

1. Dengan merujuk pada sejumlah contoh tujuan penelitian kualitatif yang


sudah disajikan dalam bab ini, buatlah satu tujuan penelitian dengan
mengisi ruang-ruang kosong di dalamnya. Pastikan tujuan ini ringkas
dan jelas. Tulislah tidak lebih dari sepertiga halaman.
2. Dengan merujuk pada beberapa contoh tujuan penelitian kuantitatif, tulislah
satu saja tujuan penelitian. Seperti biasa, pastikan tulisan Anda singkat,
tidak lebih dari sepertiga halaman
3. Dengan merujuk pada beberapa contoh tujuan penelitian metode campuran,
tulislah satu saja tujuan penelitian. Pastikan Anda menyertakan alasan
dicampurnya data kuantitatif dan data kualitatif, selebihnya Anda bisa
menerapkan elemen-elemen kunci dalam tujuan penelitian kuantitatif dan
kualitatif sebagaimana yang telah
dijelas- kan sebelumnya.

BACAAN TAMBAHAN

Marshall, C, & Rossman, G.B. (2006). Designing Qualitative Research. Edisi keempat.
Thousand Oaks, CA: Sage.
Dalam buku ini, Catherine Marshall dan Gretchen Rossman membahas di antaranya
mengenai tujuan penelitian. Tujuan penelitian, menurut Marshall dan Rossman, lazimnya
disertai dengan pembahasan singkat mengenai topik penelitian dan sering kali ditulis dalam satu
atau dua kalimat. Tujuan penelitian menjelaskan kepada pembaca hasil-ttasil apa saja yang ingin
dicapai oleh peneliti. Peneliti harus menulis tujuan penelitian secara eksploratif, ekplanatoris,
deskriptif, dan emansipatoris. Peneliti juga perlu menyertakan unit analisis (seperti, individu-
individu atau kelompok-kelompok) dalam tujuan penelitiannya.
Creswell, J.W., & Piano Clark, V.L. (2007). Designing and Conducting Mixed Methods Research.
Thousand Oaks, CA: Sage.

John W. Creswell dan Vicki L. Piano Clark menulis buku peng-antar tentang penelitian
metode campuran. Di dalamnya, mereka membahas proses-proses penelitian dengan metode
campuran; mulai dari menulis pendaehuhian, mengumpulkan data, menganalisis data, menafsirkan
data, serta menulis hasil penelitian. Mereka juga me-nyajikan empat cqntdh jenis penelitian
metode campuran serta panduan-panduan umum dalam menulis tujuan penelitian berdasar-kan
contoh-contph tersebut.

Wilkinson, AJNC (1991).; The Scientist's Handbook for Writing Papers andfiissertatkms.
Englewood Cliff, NJ: Prentice Hall.
Antoinette Wilkinson menyebut tujuan penelitian dengan istilah "sasaran langsung penelitian"
(immediate objective of the study). Dia menyatakanbahwa tujuan penelitian ditulis untuk menjawab
rumus-an masalah. Lebih lanjut, tujuan penelitian harus disajikan dalam bagian pendabAiluan,
meskipun tujuan ini bisa saja secara implisit dinyatakan di bagian mana pun. Jika ditulis secara
eksplisit, tujuan penelitian sbaiknya ditulis di bagian akhir pendahuluan saja, atau diletakkan
berdampingan atau di pertengahan pendahuluan, tergantung pada bagaimana bagian
pendahuluan itu disusun oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai