Oleh :
FIKRI HUSNIZAL
NIM. 13DA277013
INTISARI
iv
DESRCTIPTION URINE MICROSCOPIC BASED ON SAMPLE
MIDSTREAM AND NON MIDSTREAM (FIRST STREAM)
IN PATIENT DIABETES MELLITUS
ABSTRACT
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Urinalisa adalah pemeriksaan cairan tubuh berupaurin.
Urinalisa merupakan pemeriksaan laboratorium yang penting
karena hasil pemeriksaannya dapat memberikan nilai diagnostik
yang tinggi. Urin merupakan produk dari sistem saluran kemih
(tractus urinarius) yang terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih
(vesica urinarius) dan uretra (Priyana 2010).
Tujuan dari urinalisa yaitu untuk mendiagnosis penyakit,
skrining populasi asimptomatik seperti kongenital atau penyakit
herediter, dan monitor efektivitasatau komplikasi dari suatu terapi
(Sukorini, 2010).
Urinalisa meliputi beberapa pemeriksaanyang meliputi
Makroskopik, fisik, mikroskopik, dan kimiawi.Cakupan pemeriksaan
makroskopik meliputi warna, kejernihan dan bau. Pengukuran fisik
meliputi volume urin. Pemeriksaan kimiawi dengan reagen carik
celup meliputi pH berat jenis (BJ), protein, glukosa, keton, bilirubin,
urobilinogen, darah samar, nitrit, dan esterase. Pemeriksaan
mikroskopik berupa pemeriksaan sedimen urin yang meliputi
leukosit, eritrosit, kristal, silinder, bakteri, jamur, dan epitel
(Sukorini, 2010).
Pemeriksaan mikroskopik adalah pemeriksaan sedimen
urin yang terdiri dari unsur organik dan anorganik. Yang termasuk
unsur organik adalah epitel, leukosit, eritrosit, silinder, bakteri,
parasit, spora dan hypha. Yang termasuk unsur anorganik adalah
kristal normal seperti kristal urat, kalsium oksalat, triple fosfat, dan
kalsium karbonat sedangkan kristal abnormal seperti kristal
leusin,sistin, tirosin, kolestrerol, dan kristal bilirubin (Priyana, 2010).
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka didapat rumusan
masalah sebagai berikut bagaimana gambaran mikroskopik urin
berdasarkan sampel urin aliran tengah dan bukanaliran
tengah(aliran pertama) pada pasien diabetes mellitus ?
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui gambaran mikroskopik berdasarkan sampel
urin aliran tengah dan bukan aliran tengah (aliran pertama) pada
pasien diabetes mellitus.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang
gambaran mikroskopik urin berdasarkan sampel urin aliran
tengah dan bukan aliran tengah pada pasien diabetes mellitus.
E. Keaslian Penelitian
Peneliti yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah penelitian yang dilakukan oleh Shresta(2013) tentang
Effect of Urogenital Cleaning with Paper Soap on Bacterial
Contamination Rate While Collecting Midstream Urine Specimens.
Penelitian ini dan penelitian sebelumnya menggunakan variabel
yang sama namun pada penelitian ini yang diberikan perlakuan
adalah sampel urinnya yaitu jenis alirannya dan bukan proses
pembersihannya. Dalam penelitian ini bukan hanya bakteri
melainkan gambaran mikroskopik lain khusus nya yang dicurigai
sebagaisel kontaminan. Serta subjek yang digunakan pada
penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Urinalisa
Urinalisa merupakan pemeriksaan laboratorium yang
penting karena hasil pemeriksaan dapat memberikan nilai
diagnostik yang tinggi. Urin merupakan produk dari sistem
saluran kemih (tractus urinarius) yang terdiri dari ginjal, ureter,
kandung kemih (vesika urinarius) dan uretra. Pemeriksaan
terhadap urin ini selain menggambarkan keadaan sistem
saluran kemih tetapi juga menggambarkan keadaan lain seperti
pankreas (glukosa urin), hati, saluran dan kandung empedu
(urobilinogen, urobilin dan bilirubin) (Priyana, 2010).
Urinalisa merupakan pemeriksaan urin sederhana
(urinalisa rutin) atau urinalisa yang lebih lengkap (urinalisa
lengkap). Urinalisa rutin terdiri dari makroskopik, pH, berat jenis,
protein, glukosa dan mikroskopik (pemeriksaan sedimen).
Urinalisa lengkap terdiri dari urinalisa rutin ditambah
urobilinogen, urobilin, bilirubin, darah samar, leukosit esterase
dan nitrit (Priyana, 2010).
Untuk lebih sederhana pemeriksaan urin dikelompokan
secara makroskopis, fisik, mikrosopis, dan kimiawi. Yang
termasuk pemeriksaan makroskopik meliputi warna, kejernihan
dan bau. Yang termasuk pemeriksaan fisik meliputi volume.
Yang termasuk pemeriksaan kimiawi dengan menggunakan
metode reagen carik celup meliputi pH berat jenis (BJ), protein,
glukosa, keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar, nitrit,
esterase leukosit. Dan yang termasuk pemeriksaan mikroskopik
berupa pemeriksaan sedimen urin yang meliputi leukosit,
6
7
1. Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mata
telanjang dan tidak menggunakan alat bantu untuk
mengidentifikasinya melainkan hanya mengandalkan alat
indra seperti penglihatan dan penciuman. Hal yang dilihat
pada pemeriksaan makroskopik ini antara lain :
a. Bau Urin
Pemeriksaan bau urin tidak disebut sebagai
pemeriksaan penyaring, namun bau urin selalu
diperhatikan dan dilaporkan jika ada bau abnormal.
Dalam hal ini harus dibedakan bau yang semula ada (bau
normal urin) dari bau yang terjadi dalam urin yang
dibiarkan tanpa pengawet. Biasanya hanya bau yang dari
semula ada yang bermakna.
Bau urin yang normal disebabkan oleh asam-
asam organik yang mudah menguap menghasilkan bau
yang berlainan dari yang normal antara lain:
1) Makanan yang mengandung zat-zat atsiri, seperti
jengkol, petai, durian, asperse, dll.
2) Obat-obatan seperti: terpentin, menthol dsb.
3) Bau Amoniak oleh perombakan bakteri dari ureum
4) Bau pada ketonuria yang menyerupai buah-buahan
atau bunga setengah layu.
5) Bau busuk kalau dari mula-mula mungkin berasal dari
perombakan zat-zat protein. Mungkin pula terjadi oleh
pembusukan urin yang mengandung banyak protein
dari luar badan.
8
b. Warna Urin
Memperhatikan warna urin bermakna karena
kadang-kadang didapat kelainan yang berarti untuk
diagnosa klinik. Warna urin diuji pada tebal lapisan 7-10
cm dengan cahaya tembus, tindakan ini dapat dilakukan
dengan mengisi tabung reaksi sampai penuh dan
dilihat di tempat yang terang.
Nyatakan warna urin dengan: tidak berwarna,
kuning muda, kuning tua, kuning bercampur merah,
merah bercampur kuning, merah, coklat kekuningan
bercampur hijau, putih serupa susu, dsb.
c. Kejernihan
Cara menguji kejernihan sama seperti menguji
warna. Nyatakan sebagai: jernih, agak keruh, keruh,
sangat keruh. Harus di cermati juga kejernihan ini terjadi
ketika urin itu telah keruh pada saat baru dikeluarkan
atau telah lama dibiarkan.
Tidak semua macam kekeruhan bersifat
abnormal. Urin normalpun akan menjadi agak keruh jika
dibiarkan atau didinginkan, kekeruhan ringan itu disebut
nubecula dan terjadi dari lendir, sel-sel epitel dan leukosit
yang lambat laun mengendap (Gandasoebrata, 2011).
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan volume urin.
Mengukur volume urin bermanfaat untuk menentukan
adanya gangguan faal ginjal, kelainan dalam kesetimbangan
cairan badan (Gandasoebrata, 2011).
9
3. Pemeriksaan kimiawi
Untuk pemeriksaan kimiawi pada urin rutin dapat
menggunakan carik celup. Banyak jenis pemeriksaan
penyaring dilakukan dengan menggunakan carik celup (dip-
and-read test strip, reagent strip). Pemeriksaan yang
memakai carik celup biasanya sangat cepat, mudah dan
spesifikasi carik celup berupa secarik plastik kaku yang
sebelah sisinya dilekati dengan satu sampai sembilan kertas
hisap atau bahan penyerap lain yang masing-masing
mengandung reagen-reagen spesifik terhadap salah satu zat
yang mungkin ada dalam urin. Adanya dan banyaknya zat
yang dicari ditandai oleh perubahan warna tertentu pada
bagian yang mengandung reagen spesifik, skala warna yang
menyertai carik celup memungkinkan penilaian
semikuantitatif (Gandasoebrata, 2011).
4. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik yaitu pemeriksaan
sedimen. Urin yang dipakai adalah urin segar, atau urin
dengan pengawet sebaiknya formalin. Yang paling baik
untuk pemeriksaan sediment adalah urin pekat, yaitu urin
yang mempunyai berat jenis 1023 atau lebih tinggi, urin yang
pekat lebih mudah didapatkan pada urin pagi.
Prosedur umum pemeriksaan mikroskopik sebagai berikut :
1) Kocoklah wadah urin supaya sedimen bercampur dengan
cairan atas.
a. Jika urin itu mengandung banyak sekali sedimen
fosfat dalam lingkungan lindi, urin itu boleh
diberikan sedikit asam asetat encer untuk
melarutkan sebagian fosfat.
10
2. Unsur-unsur sedimen
Unsur-unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu
organik dan non organik (Gandasoebrata, 2011) :
11
1. Organik
a. Sel epitel
Sel ini berinti satu, ukurannya lebih besar
dari leukosit, dan bentuknya berbeda menurut
tempat asalnya. Sel epitel gepeng arau skuamosa
lebih banyak dilihat pada urin wanita dan berasal
dari vulva atau dari uretra bagian distal. Sel epitel
gepeng mempunyai bentuk yang berbeda-beda,
besarnya sering 2-3x leukosit sedangkan
sitoplasma biasanya tanpa struktur tertentu. Sel-
sel epitel yang berasal dari kandung kencing
sering mempunyai tonjolan dan kadang-kadang
diberi nama sel transisional. Untuk dapat
membedakan sel epitel gepeng dari sel
transisional tidak selalu mudah dan memerlukan
pengalaman serta kejujuran yang mendalam sel-
sel yang berasal dari pelvis ginjal dan dari tubuli
ginjal lebih bulat dan lebih kecil dari sel epitel
gepeng. Dalam laporan mengenai sedimen urin
hendaknya diusahakan membedakan sel epitel
gepeng dari yang bulat karena implikasinya
mengenai tempat asalnya.
2. Non organik
a. Bahan amorf : adalah urat-urat dalam urin asam
dan pospat-pospat dalam urin basa.
b. Kristal-kristal dalam urin normal
16
1) Persiapan Pasien
Pasien yang akan diperiksa urin diberi edukasi
tentang pengambilan sampel urin yang benar supaya
sampel yang di ambil adalah sampel yang baik.
2) Pengambilan Spesimen
Pengambilan spesimen yang ideal adalah dengan
teknik aliran tengah. Teknik aliran tengah ini memberi
peluang yang kecil dari kontaminasi sel-sel epitel dan
bakteri dan mencerminkan urin sebenarnya. Pasien
harus diberi alat dan bahan yang sesuai untuk proses
pembersihan/clean-catch, wadah yang bersih dan kering,
dan edukasi untuk proses pembersihan dan
berkemih. Pasien laki-laki harus membersihkan kelenjar
yang dimulai pada uretra, dan menarik kulup, jika perlu.
19
b. Analitk
Tahap analitik pada pemeriksaan mikroskopik urin ini
meliputi:
a) Pencahayaan mikroskop yang bagus.
b) Objek glass harus bersih dan bagus.
c) Kaca penutupnya juga harus bagus dan bersih
c. Pos Analitik
Tahap post analitik urinalisis meliputi pencatatan dari
pelaporan hasil pemeriksaan urin diantaranya :
1. Pencatatan waktu pelaporan.
2. Identitas laboran yang mencatat atau melaporkan hasil.
3. Pengecekan identitas pasien antara hasil pemeriksaan
dengan blanko pemeriksaan.
2. Prosedur
a. Gunakan wadah yang dianjurkan khusus
menampung urin.
b. Cuci tangan.
c. Buka tutup wadah dan letakkan tutup dengan
bagian dalam tutup menghadap ke atas, pastikan
tangan tidak meyentuh bagian dalam wadah.
d. Bersihan sekitar genital dengan menggunakan
swab atau handuk bersih.
Laki-laki harus menarik kulit penis ke belakang
jika ada, lalu bersihkan.
Wanita harus membuka lipatan labia (vagina)
dan bersihkan dari depan ke belakang.
e. Kencingkan ke toilet selama beberapa detik.
f. Lanjutkan kencing ke dalam wadah sampai
terkumpul jumlah urin yang dibutuhkan.
g. Lanjutkan berkemih urin hingga selesai ke toilet
h. Tutup penampung urin dengan hati-hati dan tulis
nama dengan jelas pada label.
i. Jika sampel tidak diperiksa segera simpam di
lemari pendingin
j. Selalu memakai sarung tangan jika membantu
pasien mengumpulkan urin (Sukorini, 2010).
B. Kerangka Konsep
Urinalisa
Faktor yang
mempengaruhi hasil
Keterangan :
38
Septiningsih, M.(2012) Determinan Infeksi Saluran Kemih Pasien Diabetes
Melitus Perempuan Di RSB Bandung [internet]. Tersedia dalam :
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20303830-
Tesis%20Monica%20Saptiningsih%20(1006748715).pdf
Strasinger, S.K. (2008) Urinalysis and Body Fluids. Cetakan ke 10. United
States of America : F.A. Davis Company
39