Anda di halaman 1dari 30

GAMBARAN MIKROSKOPIK URIN BERDASARKAN

SAMPEL ALIRAN TENGAH DAN BUKAN


ALIRAN TENGAH (ALIRAN PERTAMA)
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan
Pada Program Studi D3 Analis Kesehatan

Oleh :

FIKRI HUSNIZAL

NIM. 13DA277013

PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2016
GAMBARAN MIKROSKOPIK URIN BERDASARKAN SAMPEL ALIRAN
TENGAH DAN BUKAN ALIRAN TENGAH (ALIRAN PERTAMA)
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS1

Fikri Husnizal2 Atun Farihatun3 dr. Dewi Kania Sp. PK.4

INTISARI

Urinalisa adalah analisa atau pemeriksaan cairan urin. Tujuan dari


urinalisa yaitu untuk mendiagnosis penyakit, skrining populasi
asimptomatik seperti kongenital atau penyakit herediter, dan monitor
efektivitas atau komplikasi dari suatu terapi. Urinalisa meliputi beberapa
pemeriksaan yang meliputi Makroskopik, fisik, mikroskopik, dan kimiawi.
Pemeriksaan mikroskopik adalah pemeriksaan sedimen urin yang terdiri
dari unsur organik dan anorganik. Yang termasuk unsur organik adalah
epitel, leukosit, eritrosit, silinder, bakteri, parasit, spora dan hypha. Yang
termasuk unsur anorganik adalah kristal normal seperti kristal urat,
kalsium oksalat, triple fosfat, dan kalsium karbonat. Kristal abnormal
adalah kristal leusin, sistin, tirosin, kolestrerol, dan kristal bilirubin.
Pengambilan sampel urin yang paling ideal yaitu sampel urin aliran
tengah, aliran pertama urin dibuang dan aliran urin selanjutnya ditampung
dalam wadah yang telah disediakan dan aliran terakhir dibuang. Aliran
pertama urine berfungsi untuk menyiram sel-sel dan mikroba dari luar
uretra agar tidak mencemari spesimen urin.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dari
urin aliran pertengahan dan urin aliran bukan pertengahan (aliran
pertama) di Laboratorium Patologi Klinik RSUD Ciamis pada bulan Juli
2016 dengan jumlah 30 responden yang merupakan pasien diabetes
mellitus rawat jalan yang melakukan pemeriksaan gula pada darah dan
pemeriksaan urin. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, data yang
digunakan merupakan data primer yang disajikan dalam bentuk tabel yang
dilengkapi dengan narasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 30
responden adanya sel-sel kontaminan ditandai dengan lebih banyaknya
jumlah sel pada aliran bukan pertengahan (aliran pertama) dari pada
aliran pertengahan. Sel tersebut antara lain epitel, leukosit, bakteri, dan
spermatozoa. Dan dapat disimpulkan bahwa aliran pertengahan lebih
bersih dari kontaminasi ketimbang aliran bukan pertengahan (aliran
pertama).

Kata Kunci : Mikroskopik Urin, Aliran Pertengahan


Kepustakaan : 13, 2008-2013
Keterangan : 1 Judul, 2 nama mahasiswa, 3 nama pembimbing I, 4 nama
pembimbing II

iv
DESRCTIPTION URINE MICROSCOPIC BASED ON SAMPLE
MIDSTREAM AND NON MIDSTREAM (FIRST STREAM)
IN PATIENT DIABETES MELLITUS

Fikri Husnizal2 Atun Farihatun3 dr. Dewi Kania Sp. PK.4

ABSTRACT

Urinalisa is analysis urine fluid examination. The purpose of


urinalisa that is to diagnose the deases, screening asimptomatic
population such as congenitalor hereditary diseases, and effectiveness
monitoring or complication of medition. Urinalisa includes several check
such as macroscopic, physical, microscopic , and chemical. Mikroscopic
examination is exmination of urine sediment consists of organic element
and anorganic. Which include organic element is ephitellium, leukocytes,
erytrocytes, cylinders, bacteria, parasites, spores, and hyphae. Which
include organic element is normal crystal like urates, calsium oxalat, triple
phosphat, and calcium carbonate. Abnormal crystal is leucine cystyne,
tyrosine, cholesterol, and biliubin crystal.
Sampling urine most ideal that the midstream urine sample, the first
stream of urine discarded and the next urine stream accomodated in
container that have been provided and the last stream discard. The first
stream of urine function on the flush the cells and microbes from the
outside of urehtra so as not to pollute urine specimen.
The purpose of this study to describe from midstream urine and non
midstream (first stream) in clinical pathology laboratories hospitals ciamis
in july 2016 with the number of 30 respondent which is an outpatient
diabetes mellitus patient who do blood glucose chects and urine chets.
This study was a descriptive study the used are primary file presented in
table form incorporation narration.
Based on research results which has been done in 30 respondens
their cell s contaminant marked by over many amount of cells on non
mistream (firs stream) than midstream. The cells include epithelium,
leucocytes, bacteria, and spermatozoa. And it can be conclude that the
midstream cleaner from contamination than the non midstream first
stream).

Key word : Microscopic Urine, Midstream


Biliography : 13, 2008-2013
Description : 1 Title, 2 name of student, 3 name of preceptor I, 4 name of
preceptor II

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Urinalisa adalah pemeriksaan cairan tubuh berupaurin.
Urinalisa merupakan pemeriksaan laboratorium yang penting
karena hasil pemeriksaannya dapat memberikan nilai diagnostik
yang tinggi. Urin merupakan produk dari sistem saluran kemih
(tractus urinarius) yang terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih
(vesica urinarius) dan uretra (Priyana 2010).
Tujuan dari urinalisa yaitu untuk mendiagnosis penyakit,
skrining populasi asimptomatik seperti kongenital atau penyakit
herediter, dan monitor efektivitasatau komplikasi dari suatu terapi
(Sukorini, 2010).
Urinalisa meliputi beberapa pemeriksaanyang meliputi
Makroskopik, fisik, mikroskopik, dan kimiawi.Cakupan pemeriksaan
makroskopik meliputi warna, kejernihan dan bau. Pengukuran fisik
meliputi volume urin. Pemeriksaan kimiawi dengan reagen carik
celup meliputi pH berat jenis (BJ), protein, glukosa, keton, bilirubin,
urobilinogen, darah samar, nitrit, dan esterase. Pemeriksaan
mikroskopik berupa pemeriksaan sedimen urin yang meliputi
leukosit, eritrosit, kristal, silinder, bakteri, jamur, dan epitel
(Sukorini, 2010).
Pemeriksaan mikroskopik adalah pemeriksaan sedimen
urin yang terdiri dari unsur organik dan anorganik. Yang termasuk
unsur organik adalah epitel, leukosit, eritrosit, silinder, bakteri,
parasit, spora dan hypha. Yang termasuk unsur anorganik adalah
kristal normal seperti kristal urat, kalsium oksalat, triple fosfat, dan
kalsium karbonat sedangkan kristal abnormal seperti kristal
leusin,sistin, tirosin, kolestrerol, dan kristal bilirubin (Priyana, 2010).

1
2

Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan urin


daritahap pra analitik, analitik, sampai post analitik. Menurut
Riswanto(2010a) sebagian besar kesalahan terjadi pada tahap pra
analitik sekitar 61 %. Faktor pra analitik yang dapat mempengaruhi
hasil diantaranya persiapan pasien dan pengambilan
spesimen.Pengambilan sampel urin ada beberapa cara namun
cara yang paling ideal yaitu pengambilan sampel urin aliran tengah
(midstream), di mana aliran pertama dibuang dan aliran selanjutnya
ditampung dalam wadah yang telah disediakan dan aliran
selanjutnya dibuang. Aliran pertama urin berfungsi untuk menyiram
sel-sel dan mikroba dari luar uretra agar tidak mencemari spesimen
urin (Riswanto, 2010a)
Sel-sel kontaminan pada urin yang mungkin hadir adalah sel
epitel, sel leukosit, sel spermatozoa dan sel bakteri. Sel epitel biasa
hadir dalam urin normal dalam jumlah yang sedikit karena berasal
dari pengelupasan sel-sel lama genitouria, sel-sel ini berasal dari
lapisan vagina dan uretra wanita dan bagian bawah uretra laki-laki,
sel epitel ini tidak memiliki signifikansi patologis, namun dengan
peningkatan jumlah yang signifikan dapat merupakan indikasi dari
nekrosis tubulus ginjal. Sel leukosit dapat meningkat pada wanita
yang sedang mengalami keputihan. Sel spermatozoa bisa
ditemukan pada laki-laki yang telah melakukan pengeluaran
sperma dan dapat mengotori lapang pandang pada mikroskop. Sel
bakteri dapat ditemukan pada pasien yang tidak melakukan
pembersihan alat kelamin terlebih dulu sebelum pengeluaran urin.
Maka dari itu untuk menghindari kontaminasi dari sel-sel
kontaminan, sampel yang digunakan adalah urin aliran
tengah(Strasinger, 2008).
Aliran tengah merupakan aliran yang keluar setelah aliran
awal dan sebelum aliran akhir.Cara pengeluarannya pasien diberi
alat dan bahan yang sesuai untuk proses pembersihan/clean-catch,
3

menggunakan wadah yang bersih dan diberi edukasi untuk proses


pembersihan dan berkemih. Pasien laki-laki harus membersihkan
kelenjar yang dimulai pada uretra, dan menarik kulup jika perlu.
Pasien wanita harus memisahkanlabiadan membersihkan meatus
kemih dan sekitarnya. Ketika pembersihan selesai, pasien harus
membuang aliran pertama, kemudian mengumpulkan jumlah yang
cukup dalam wadah bersih dan kering, dan membuang aliran akhir
(Strasinger, 2008).
Aliran bukan pertengahan adalah aliran yang keluar pertama
ataupun terakhir pada saat berkemih. Menurut Sukorini(2010)
bahwa aliran pertamaadalah cara pengambilan sampel yang
optimal untuk pemeriksaan Chlamyda trachomatis dengan
menggunakan nucleid acid amplification. Aliran ini tidak dianjurkan
untuk kultur mikrobiologi rutin oleh karena kontaminasi bakteri dari
uretra. Jadi untuk aliran pertama ini tidak dianjurkan untuk
pemeriksaan urin rutin maupun kultur.
Menurut Riswanto, (2010b) bahwa aliran yang berpeluang
besar terhadap kontaminasi urin adalah aliran urin pertama jadi
dapat diartikan aliran pertama mendukung sampel urin aliran bukan
pertengahan, sedangkan urin aliran ketiga dibuang supaya wadah
urin tidak terlalu penuh.
Berdasarkan pengalaman magang di RSHS dan di RSU
Banjar dan sekaligus wawancara kepada tenaga Analis Kesehatan
di RSU Banjar bahwa pasien yang akan melakukan pemeriksaan
urin rutin terkadang tidak diberikan edukasi tentang cara
pengambilan sampel urin yang ideal yaitu dengan cara mencuci
alat kelamin terlebih dulu dan mengambil sampel urin pertengahan.
Maka dari itu peneliti ingin mengetahui gambaran mikroskopik
sampel urin aliran pertama dan aliran pertengahan.
Untuk mempermudah proses penelitian yang bertujuan
melihat apakah ada perbedaan gambaran sedimen urin pada
4

sampel aliran pertama dan aliran pertengahandengan melihat ada


tidaknya kenaikan atau penurunan sedimen urinpeneliti
menggunakan pasien diabetes melitus yang bersedia untuk
diperiksa urin karena menurut Septiningsih(2012) bahwa pasien
diabetes mellitusberesiko mengalami infeksi yang umumnya
terlokalisir di saluran kemih. Ini disebabkan oleh beberepa faktor
yaitu faktor imunitas, perubahan faal, dan perlekatan bakteri pada
sel ureopitelum.

Menurut penelitian Purwaning, (2012) yang dilakukan pada


25 sampel di RS Umum Purwodadi pada bulan Maret sampai
dengan Mei 2012.Bahwa gambaran sedimen urin pada pasien
diabetes mellitusdiantaranya eritrosit sebagian besar abnormal
yakni sebanyak 16 orang (54%), leukosit mununjukkan sebagian
besar abnormal yakni sebanyak 22 orang (88%), dan bakteri
mununjukkan bahwa sebagian besar abnormal sebanyak 16 orang
(64%). Jadi dapat disimpulkan bahwa pasien diabetes melitus
akan lebih variatif gambaran sedimen urinnya sehingga
mempermudah penelitian.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka didapat rumusan
masalah sebagai berikut bagaimana gambaran mikroskopik urin
berdasarkan sampel urin aliran tengah dan bukanaliran
tengah(aliran pertama) pada pasien diabetes mellitus ?

C. Tujuan Penelitian
Mengetahui gambaran mikroskopik berdasarkan sampel
urin aliran tengah dan bukan aliran tengah (aliran pertama) pada
pasien diabetes mellitus.
5

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang
gambaran mikroskopik urin berdasarkan sampel urin aliran
tengah dan bukan aliran tengah pada pasien diabetes mellitus.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya


Dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang
berkaitan dengan penelitian urinalisa.

3. Bagi Tenaga kesehatan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi tentang pentingnya melakukan tehap pra analitik
dengan benar terutama dalam pengambilan sampel untuk
memperoleh hasil yang akurat, sehingga sampel urin yang di
teliti adalah sampel urin yang sebenarnya tidak terpengaruh
oleh kontaminasi.

E. Keaslian Penelitian
Peneliti yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah penelitian yang dilakukan oleh Shresta(2013) tentang
Effect of Urogenital Cleaning with Paper Soap on Bacterial
Contamination Rate While Collecting Midstream Urine Specimens.
Penelitian ini dan penelitian sebelumnya menggunakan variabel
yang sama namun pada penelitian ini yang diberikan perlakuan
adalah sampel urinnya yaitu jenis alirannya dan bukan proses
pembersihannya. Dalam penelitian ini bukan hanya bakteri
melainkan gambaran mikroskopik lain khusus nya yang dicurigai
sebagaisel kontaminan. Serta subjek yang digunakan pada
penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Urinalisa
Urinalisa merupakan pemeriksaan laboratorium yang
penting karena hasil pemeriksaan dapat memberikan nilai
diagnostik yang tinggi. Urin merupakan produk dari sistem
saluran kemih (tractus urinarius) yang terdiri dari ginjal, ureter,
kandung kemih (vesika urinarius) dan uretra. Pemeriksaan
terhadap urin ini selain menggambarkan keadaan sistem
saluran kemih tetapi juga menggambarkan keadaan lain seperti
pankreas (glukosa urin), hati, saluran dan kandung empedu
(urobilinogen, urobilin dan bilirubin) (Priyana, 2010).
Urinalisa merupakan pemeriksaan urin sederhana
(urinalisa rutin) atau urinalisa yang lebih lengkap (urinalisa
lengkap). Urinalisa rutin terdiri dari makroskopik, pH, berat jenis,
protein, glukosa dan mikroskopik (pemeriksaan sedimen).
Urinalisa lengkap terdiri dari urinalisa rutin ditambah
urobilinogen, urobilin, bilirubin, darah samar, leukosit esterase
dan nitrit (Priyana, 2010).
Untuk lebih sederhana pemeriksaan urin dikelompokan
secara makroskopis, fisik, mikrosopis, dan kimiawi. Yang
termasuk pemeriksaan makroskopik meliputi warna, kejernihan
dan bau. Yang termasuk pemeriksaan fisik meliputi volume.
Yang termasuk pemeriksaan kimiawi dengan menggunakan
metode reagen carik celup meliputi pH berat jenis (BJ), protein,
glukosa, keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar, nitrit,
esterase leukosit. Dan yang termasuk pemeriksaan mikroskopik
berupa pemeriksaan sedimen urin yang meliputi leukosit,

6
7

eritrosit, kristal, silinder, bakteri, jamur, dan epitel (Sukorini,


2010).

1. Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mata
telanjang dan tidak menggunakan alat bantu untuk
mengidentifikasinya melainkan hanya mengandalkan alat
indra seperti penglihatan dan penciuman. Hal yang dilihat
pada pemeriksaan makroskopik ini antara lain :

a. Bau Urin
Pemeriksaan bau urin tidak disebut sebagai
pemeriksaan penyaring, namun bau urin selalu
diperhatikan dan dilaporkan jika ada bau abnormal.
Dalam hal ini harus dibedakan bau yang semula ada (bau
normal urin) dari bau yang terjadi dalam urin yang
dibiarkan tanpa pengawet. Biasanya hanya bau yang dari
semula ada yang bermakna.
Bau urin yang normal disebabkan oleh asam-
asam organik yang mudah menguap menghasilkan bau
yang berlainan dari yang normal antara lain:
1) Makanan yang mengandung zat-zat atsiri, seperti
jengkol, petai, durian, asperse, dll.
2) Obat-obatan seperti: terpentin, menthol dsb.
3) Bau Amoniak oleh perombakan bakteri dari ureum
4) Bau pada ketonuria yang menyerupai buah-buahan
atau bunga setengah layu.
5) Bau busuk kalau dari mula-mula mungkin berasal dari
perombakan zat-zat protein. Mungkin pula terjadi oleh
pembusukan urin yang mengandung banyak protein
dari luar badan.
8

b. Warna Urin
Memperhatikan warna urin bermakna karena
kadang-kadang didapat kelainan yang berarti untuk
diagnosa klinik. Warna urin diuji pada tebal lapisan 7-10
cm dengan cahaya tembus, tindakan ini dapat dilakukan
dengan mengisi tabung reaksi sampai penuh dan
dilihat di tempat yang terang.
Nyatakan warna urin dengan: tidak berwarna,
kuning muda, kuning tua, kuning bercampur merah,
merah bercampur kuning, merah, coklat kekuningan
bercampur hijau, putih serupa susu, dsb.

c. Kejernihan
Cara menguji kejernihan sama seperti menguji
warna. Nyatakan sebagai: jernih, agak keruh, keruh,
sangat keruh. Harus di cermati juga kejernihan ini terjadi
ketika urin itu telah keruh pada saat baru dikeluarkan
atau telah lama dibiarkan.
Tidak semua macam kekeruhan bersifat
abnormal. Urin normalpun akan menjadi agak keruh jika
dibiarkan atau didinginkan, kekeruhan ringan itu disebut
nubecula dan terjadi dari lendir, sel-sel epitel dan leukosit
yang lambat laun mengendap (Gandasoebrata, 2011).

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan volume urin.
Mengukur volume urin bermanfaat untuk menentukan
adanya gangguan faal ginjal, kelainan dalam kesetimbangan
cairan badan (Gandasoebrata, 2011).
9

3. Pemeriksaan kimiawi
Untuk pemeriksaan kimiawi pada urin rutin dapat
menggunakan carik celup. Banyak jenis pemeriksaan
penyaring dilakukan dengan menggunakan carik celup (dip-
and-read test strip, reagent strip). Pemeriksaan yang
memakai carik celup biasanya sangat cepat, mudah dan
spesifikasi carik celup berupa secarik plastik kaku yang
sebelah sisinya dilekati dengan satu sampai sembilan kertas
hisap atau bahan penyerap lain yang masing-masing
mengandung reagen-reagen spesifik terhadap salah satu zat
yang mungkin ada dalam urin. Adanya dan banyaknya zat
yang dicari ditandai oleh perubahan warna tertentu pada
bagian yang mengandung reagen spesifik, skala warna yang
menyertai carik celup memungkinkan penilaian
semikuantitatif (Gandasoebrata, 2011).

4. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik yaitu pemeriksaan
sedimen. Urin yang dipakai adalah urin segar, atau urin
dengan pengawet sebaiknya formalin. Yang paling baik
untuk pemeriksaan sediment adalah urin pekat, yaitu urin
yang mempunyai berat jenis 1023 atau lebih tinggi, urin yang
pekat lebih mudah didapatkan pada urin pagi.
Prosedur umum pemeriksaan mikroskopik sebagai berikut :
1) Kocoklah wadah urin supaya sedimen bercampur dengan
cairan atas.
a. Jika urin itu mengandung banyak sekali sedimen
fosfat dalam lingkungan lindi, urin itu boleh
diberikan sedikit asam asetat encer untuk
melarutkan sebagian fosfat.
10

b. jika terdapat terlalu banyak sedimen urat dalam


lingkungan asam, urin boleh dipanaskan sedikit
agar sebagian urat larut.
2) Masukkanlah 7-8 ml dari urin yang sudah dihomogenkan
ke tabung sentrifuge dan putar selama 5 menit pada
kecepatan 1500-2000 rpm.
3) Tuangkan cairan atas keluar dari tabung dengan satu
gerakan yang agak cepat tetapi luwes, kemudian
tegakkan lagi tabung hingga cairan yang masih melekat
pada dinding mengalir kembali kedasar tabung. Volume
sedimen dan cairan kira-kira menjadi ml.
4) Kocoklah tabung untuk meresuspensikan.
5) Dengan menggunakan pipet pasteur taruhlah 2 tetes dari
sedimen itu terpisah keatas sebuah kaca objek dan
tutuplah dengan kaca penutup.
6) Turunkan kondensor mikroskop atau kecilkan
diafragmanya, kemudian periksalah sedimen itu dengan
lensa objektif kecil (10 x).
7) Kemudian periksalah sedimen itu dengan memakai lensa
objektif besar (40 x).
8) Laporkanlah hasilnya (Gandasoebrata, 2011).
Jumlah unsur sedimen yang nampak dilaporkan
secara semikuantitatif, yaitu jumlah rata-ratanya per LPK
atau per LPB. jumlah silinder dilaporkan rata-ratanya per
LPB, Jumlah rata-rata leukosit dan eritrosit dilaporkan per
LPK (Gandasoebrata, 2011).

2. Unsur-unsur sedimen
Unsur-unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu
organik dan non organik (Gandasoebrata, 2011) :
11

1. Organik
a. Sel epitel
Sel ini berinti satu, ukurannya lebih besar
dari leukosit, dan bentuknya berbeda menurut
tempat asalnya. Sel epitel gepeng arau skuamosa
lebih banyak dilihat pada urin wanita dan berasal
dari vulva atau dari uretra bagian distal. Sel epitel
gepeng mempunyai bentuk yang berbeda-beda,
besarnya sering 2-3x leukosit sedangkan
sitoplasma biasanya tanpa struktur tertentu. Sel-
sel epitel yang berasal dari kandung kencing
sering mempunyai tonjolan dan kadang-kadang
diberi nama sel transisional. Untuk dapat
membedakan sel epitel gepeng dari sel
transisional tidak selalu mudah dan memerlukan
pengalaman serta kejujuran yang mendalam sel-
sel yang berasal dari pelvis ginjal dan dari tubuli
ginjal lebih bulat dan lebih kecil dari sel epitel
gepeng. Dalam laporan mengenai sedimen urin
hendaknya diusahakan membedakan sel epitel
gepeng dari yang bulat karena implikasinya
mengenai tempat asalnya.

Gambar 2.1 Epitel Skuamosa


Sumber : Riswanto, 2010c
12

b. Leukosit : nampak seperti benda bulat yang


biasanya berbutir halus. Initinya lebih jelas
nampak jika sedimen diberikan setetes larutan
asam asetat 10% untuk mengetahui asal leukosit
sedimen diberikan pewarnaan sternheimer-malbin.

Gambar 2.2 Leukosit


Sumber : Riswanto, 2010c

c. Eritrosit : bentuk eritrosit berbeda menurut


lingkungannya dalam urin pekat mengerut, dalam
urin encer bengkak dan hampir tidak berwarna,
dalam urin lindi mengecil sekali. Eritrosit sering
terlihat bulat tanpa struktur yang mempunyai
warna kehijau-hijauan. Jika ragu-ragu tambahlah
setetes asam asetat pada sedimen, eritrosit akan
pecah karena itu.

Gambar 2.3 Eritrosit


13

Sumber : Riswanto, 2010c

d. Silinder : silinder ada bermacam macam yaitu


1) Silinder hialin : silinder yang sisi-sisinya pararel
dan ujung-ujungnya membulat homogen dan
tidak berwarna.

Gambar 2.4 Silinder Hialin


Sumber : Riswanto, 2010c

2) Silinder berbutir : ada dua bentuk yaitu dengan


butir halus dan kasar. Yang butir halus seperti
silinder hialin, yang berbutir kasar sering lebih
pendek dan lebih tebal.

Gambar 2.5 Silinder berbutir


Sumber : Riswanto, 2010cc

3) Silinder him : tak berwarna atau sedikit abu-


abu, lebih lebar dari silinder hialin, mempunyai
14

kilauan seperti permukaan lilin, pinggirnya


sering tidak rata karena adanya lekukan-
lekukan sedangkan ujung-ujungnya sering
bersudut.
4) Silinder fibrin
5) Silinder eritrosit : pada permukaan terlihat
eritrosit-eritrosit.

Gambar 2.6 Silinder Eritrosit


Sumber : Riswanto, 2010

6) Silinder leukosit : silinder yang tersusun dari


leukosit atau yang permukaannya dilapisi oleh
leukosit.

Gambar 2.7 Silinder Leukosit


Sumber : Riswanto, 2010

7) Silinder lemak : silinder yang mengandung butir


butir lemak.
15

e. Oval fat bodies : sel epitel yang mengalami


degenarasi lemak, bentuknya membulat. Sifat
lemak dapat dinyatakan dengan memberikan
sudan III pada sedimen. Lemak mungkin berkias
ganda, sifat itu dapat dipastikan dengan
menggunakan mikroskop polarisasasi.

Gambar 2.8 Oval Fat Bodies


Sumber : Riswanto, 2010

f. Benang lendir : bentuknya panjang, sempit, dan


berombak-ombak.
g. Silindroid : hampir semua silinder hialin, tapi
lambat laun menyempit menjadi halus serupa
benang.
h. Spermatozoa.
i. Potongan-potongan jaringan.
j. Parasit-parasit : seperti Trichomonas vaginalis.
atau schistosomum haematobium.
k. Bakteri-bakteri (Gandasoebrata, 2011).

2. Non organik
a. Bahan amorf : adalah urat-urat dalam urin asam
dan pospat-pospat dalam urin basa.
b. Kristal-kristal dalam urin normal
16

1. Dalam urin asam : asam urat, natrium urat, dan


kalsium sulfat. Kristal asam urat biasanya
berwarna kuning.
2. Dalam urin asam atau netral atau yang agak
basa : kalsium oksalat dan asam hipurat.
3. Dalam urin basa atau kadang-kadang netral :
amonium-magnesium phospat (triple phospat)
dan dikalsium fosfat.
4. Dalam urin basa : kalsium karbonat, amonium
biurat dan kalsium fosfat.

Gambar 2.9 Kalsium oxalat


Sumber : Riswanto, 2010

Gambar 2.10 Triple fosfat


Sumber : Riswanto, 2010
17

Gambar 2.11 Asam Urat


Sumber : Riswanto, 2010

c. Kristal-kristal dalam urin abnormal : cystine,


leucyne, tirosine, cholesterol, bilirubin,dan
hematoidin.

Gambar 2.12 Cystine


Sumber : Riswanto, 2010

Gambar 2.13 Tyrosin dan Leucine


Sumber : Riswanto, 2010
18

d. Kristal-kristal yang berasal dari obat seperti


bermacam-macam sulfinanid.
e. Bahan lemak (Gandasoebrata, 2011).

3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Mikroskopik Urin


a. Pra Analitik
Menurut (Riswanto, 2010a), sebagian besar
kesalahan terjadi pada tahap pra analitik sekitar 61 %. Faktor
pra analitik yang dapat mempengaruhi hasil diantaranya
persiapan pasien, pengambilan spesimen, dan waktu
pemeriksaan. Pada penelitian ini peneliti akan meneliti
tentang gambaran hasil pemeriksaan mikroskopik urin
berdasarkan pengambilan sampel aliran tengah dan bukan
aliran tengah (aliran pertama).Tahapan dari pra analitik ini
antara lain :

1) Persiapan Pasien
Pasien yang akan diperiksa urin diberi edukasi
tentang pengambilan sampel urin yang benar supaya
sampel yang di ambil adalah sampel yang baik.

2) Pengambilan Spesimen
Pengambilan spesimen yang ideal adalah dengan
teknik aliran tengah. Teknik aliran tengah ini memberi
peluang yang kecil dari kontaminasi sel-sel epitel dan
bakteri dan mencerminkan urin sebenarnya. Pasien
harus diberi alat dan bahan yang sesuai untuk proses
pembersihan/clean-catch, wadah yang bersih dan kering,
dan edukasi untuk proses pembersihan dan
berkemih. Pasien laki-laki harus membersihkan kelenjar
yang dimulai pada uretra, dan menarik kulup, jika perlu.
19

Pasien wanita harus memisahkan labia dan


membersihkan meatus kemih dan sekitarnya. Ketika
pembersihan selesai, pasien harus membuang aliran
pertama, kemudian mengumpulkan jumlah yang cukup
urin dalam wadah steril, dan membuang aliran akhir
(Strasinger, 2008).
Kebersihan sangatlah di utamakan pada semua
tahapan proses praktikum atau penelitian ini
sebagaimana kebersihan dalam islam juga sangat
diutamakan sesuai dengan firman Alloh SWT dalam QS
Al- Baqoroh : 222:

222. Mereka bertanya kepadamu tentang haidh.


Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran." Oleh sebab
itu hendaklah kamu menjauhkan diri[137] dari wanita di
waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka,
sebelum mereka suci[138]. Apabila mereka telah suci,
maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan
Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri.
*[137] Maksudnya menyetubuhi wanita di waktu haidh.

*[138] Ialah sesudah mandi. Adapula yang menafsirkan sesudah berhenti


darah keluar.

Disebutkan juga dalam QS Al-Maidah Ayat 6 mengenai


kebersihan:
20

6. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak


mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan
jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau
dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air
(kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah
yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur.
3) Waktu Pemeriksaan urin
Urin yang diperiksa tidak segar membuat
sebagian unsur sedimen menjadi rusak. Kalau akan
memeriksa urin dalam waktu tidak segera maka sampel
urin harus ditambahkan pengawet (Gandasoebrata,
2011).
21

b. Analitk
Tahap analitik pada pemeriksaan mikroskopik urin ini
meliputi:
a) Pencahayaan mikroskop yang bagus.
b) Objek glass harus bersih dan bagus.
c) Kaca penutupnya juga harus bagus dan bersih

c. Pos Analitik
Tahap post analitik urinalisis meliputi pencatatan dari
pelaporan hasil pemeriksaan urin diantaranya :
1. Pencatatan waktu pelaporan.
2. Identitas laboran yang mencatat atau melaporkan hasil.
3. Pengecekan identitas pasien antara hasil pemeriksaan
dengan blanko pemeriksaan.

4. Pengambilan Sampel Urin


1. Prosedur pengambilan sampel urin berdasarkan jenis
spesimen
a. Urin porsi tengah (mid-stream urine/clean-catch
urine)
Urin pertama tidak ditampung karena
terkontaminasi oleh flora normal uretra.. Sangat penting
untuk membersihkan introitus disekitar urethra pada
wanita dan glans laki-laki dengan air sebelum miksi. Hal
ini akan mengurangi 20% atau lebih kejadian false positif
kultur urin. Penggunaan antiseptik dan sabun (dengan
berbagai aditif) tidak dianjurkan oleh karena akan
memperngaruhi valliditas bakteri.
b. Urin tampung pertama (first-void urine)
porsi pertama urin yang dikeluarkan ditampung.
Sampel ini optimal untuk pemeriksaan Chlamyda
22

trachomatis dengan menggunakan nucleid acid


amplification. Cara ini tidak dianjurkan untuk kultur
mikrobiologi rutin oleh karena kontaminasi bakteri dari
uretra.

c. Urin kateterisasi single catheter urine/in-and-out


catheterization)
Urin ditampung setelah kateter steril dimasukan
ke dalam kandung kemih melalui uretra. Pada anak-anak
yang tidak dapat mengontrol berkemih, metode ini
merupakan suatu metode yang mengkonfirmasi atau
menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi saluran
kemih.

d. Urin kateterisasi (indwelling catheter urine)


Urin ditampung pada waktu penggantian kateter
atau pungsi steril dari kateter indwelling. Spesimen untuk
urinalisis tidak boleh diambil dari tampungan bag urine
dari kateter indwelling yang permanenen.

2. Prosedur pengambilan urin porsi tengah (mid-stream


urine/clean-catch urine)
1. Persiapan
a. Hindari aktivitas fisik yang berat (lari, sepak bola)
dalam waktu 72 jam sebelum pengambilan urin
untuk menghindari proteinuria atau hematuria
atau silinderuria yang dipacu oleh aktivitas fisik
b. Hindari pengambilan urin pada saat menstruasi
karena akan terjadi kontaminasi darah yang akan
diinterpretasikan hematuria.
23

c. Pada kasus leucorrhea, dapat menggunakan


tampon untuk menghindari kontaminasi.

2. Prosedur
a. Gunakan wadah yang dianjurkan khusus
menampung urin.
b. Cuci tangan.
c. Buka tutup wadah dan letakkan tutup dengan
bagian dalam tutup menghadap ke atas, pastikan
tangan tidak meyentuh bagian dalam wadah.
d. Bersihan sekitar genital dengan menggunakan
swab atau handuk bersih.
Laki-laki harus menarik kulit penis ke belakang
jika ada, lalu bersihkan.
Wanita harus membuka lipatan labia (vagina)
dan bersihkan dari depan ke belakang.
e. Kencingkan ke toilet selama beberapa detik.
f. Lanjutkan kencing ke dalam wadah sampai
terkumpul jumlah urin yang dibutuhkan.
g. Lanjutkan berkemih urin hingga selesai ke toilet
h. Tutup penampung urin dengan hati-hati dan tulis
nama dengan jelas pada label.
i. Jika sampel tidak diperiksa segera simpam di
lemari pendingin
j. Selalu memakai sarung tangan jika membantu
pasien mengumpulkan urin (Sukorini, 2010).

5. Gambaran Mikroskopik Urin pada Pasien Diabetes Melitus


Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia terjadi karena kelainan sekresi insuin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Pasien diabetes melitus
24

beresiko mengalami infeksi yang umumnya terlokalisir di saluran


kemih. Mekanisme yang berhubungan dengan kerentanan
pasien DM terhadap infeksi saluran kemih adalah faktor
imunitas, perubahan faal, dan perlekatan bakteri pada sel
uroepitelium. Faktor imunitas yaitu berupa gangguan leukosit
polimorfonuklear dalam migrasi, fagositosis, peghancuran
intraseluller dan kemotaksis. Perubahan faal saluran kemih
akibat neuropati otonom (neurogenic bladder) menyebabkan
pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, sehingga
memudahkan terjadinya kolonisasi mikroorganisme. Konsentrasi
gula yang tinggi dalam urine (glukosauria) juga dapat
menghambat aktivitas leukosit polimorfonuklear dan media
pertumbuhan mikroorganisme patogenik. Faktor peningkatan
perlekatan bakteri terutama Escherichia coli fimbrae tipe 1 pada
sel uroepitelium pasien perempuan DM juga berperan dalam
mekanisme ISK khususnya jika diabetes tidak terkontrol dengan
baik (Septianingsih, 2012).
Menurut penelitian Purwaning, (2012) yang dilakukan
pada 25 sampel di RS Umum Purwodadi pada bulan Maret
sampai dengan Mei 2012. Bahwa gambaran sedimen urin pada
pasien diabetes melitus diantaranya eritrosit sebagian besar
abnormal yakni sebanyak 16 orang (54%), leukosit
mununjukkan sebagian besar abnormal yakni sebanyak 22
orang (88%), dan bakteri mununjukkan bahwa sebagian besar
abnormal sebanyak 16 orang (64%).
25

B. Kerangka Konsep

Urinalisa

Pemeriksaan Makroskopis Mikroskopis Kimiawi


Fisik

Faktor yang
mempengaruhi hasil

Pre Analitik Analitik Post Analitik

Persiapan Pengambilan Waktu


Pasien Sampel Penundaan

Urin Aliran Urin Bukan Aliran tengah


Tengah (aliran pertama)

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.13 Kerangka Konsep Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M., Muhidin, S.A. dan Somantri, A. (2011). Dasar-dasar


Metode Statistik Untuk Peneltian. Bandung: CV Pustaka Setia.

Alquran Dan Terjemahannya. (2005). Jakarta: Departemen Agama RI

Dinda, dkk., (2011) Urolithiasis (batu saluran kemih) [internet]. Tersedia


dalam : http://www.itokindo.org/?wpfb_dl=206 [diakses 1 agustus
2016]

Gandasoebrata R. (2011) Penuntuntun Laboratorium Klinik. Cetakan ke


15. Jakarta: Dian rakyat

Priyana, A. (2010) Patologi Klinik Untuk Kurikulum Pendidikan Dokter


Berbasis Kompetensi. cetakan ke 3. Jakarta : Universitas Trisakti

Purwaning, D.S. (2012) Gambaran Unsur Organik Sedimen Urin pada


Penderita Diabetes Melitus [internet]. Tersedia dalam :
http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptuni
mus-gdl-dewisaktip-7708 [dikses 15 Januari 2016]

Riswanto. (2010a) Pemantapan Mutu Pra Analitik Pemeriksaan


Laboratorium [internet]. Tersedia dalam
http:isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/1209629.pdf [diakses 15 Januari
2016]

Riswanto. (2010b) Urinalisis 1 [internet]. Tersedia dalam : http://


labkesehatan.blogspot.co.id/2010/02/urinalisis-1-analisis-
mikroskopik.html [diakses 15 Januari 2016].

Riswanto. (2010c) Urinalisis 2 [internet]. Tersedia dalam : http://


labkesehatan.blogspot.co.id/2010/02/urinalisis-2-analisis-
mikroskopik.html [diakses 15 Januari 2016].

38
Septiningsih, M.(2012) Determinan Infeksi Saluran Kemih Pasien Diabetes
Melitus Perempuan Di RSB Bandung [internet]. Tersedia dalam :
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20303830-
Tesis%20Monica%20Saptiningsih%20(1006748715).pdf

Shrestha. (2013) Effect of Urogenital Cleaning with Paper Soap on


Bacterial Contamination Rate While Collecting Midstream Urine
Specimens [internet]. Tersedia dalam
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3758698/ [diakses 15
Januari 2016].

Strasinger, S.K. (2008) Urinalysis and Body Fluids. Cetakan ke 10. United
States of America : F.A. Davis Company

Sukorini U., Dwi, KN., Mohammad, R., Bambang, H. ( 2010) Pemantapan


Mutu Internal Laboratorium. cetakan 1. Yogyakarta: Alfa Media

39

Anda mungkin juga menyukai