BAB I
PENDAHULUAN
Urin atau air seni adalah cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisasi. Eksresi
urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang di
saring oleh ginjal. Sekresi urin bermanfaat untuk menjaga homeostatis cairan
tubuh. pemeriksaan urin digunakan untuk mendeteksi kelainan ginjal, dan saluran
kemih.1
UNIVERSITAS BINAWAN
2
Sedimen urin adalah unsur-unsur yang tidak larut di dalam urin yang berasal
dari darah, ginjal, dan saluran kemih seperti eritrosit, leukosit, sel epitel, torak,
bakteri, kristal, jamur dan parasit.3 Tes sedimen urin atau tes mikroskopis
dipergunakan untuk mengetahui ada nya kelainan pada ginjal dan saluran kemih
serta berat ringan nya penyakit. Pemeriksaan sedimen bisa menggunakan urin pagi
atau urin sewaktu, setelah mengumpulkan urin sebaiknya diberikan pengawet
karena akan terjadi perubahan pada komposisi zat dan hasil yang dikeluarkan
seperti terjadi nya pertumbuhan bakteri, kadar glukosa menurun, pH menjadi
alkalis, dekomposisi silinder, lisis nya eritrosit, perubahan bentuk leukosit/rusak,
urin menjadi makin keruh, perubahan warna bau, serta nitrit menjadi positif.4
Eritrosit pada sedimen urin normal dengan jumlah 0-5 sel/LPB dapat
ditemukan. Jumlah lebih dari 5/LPB harus di selidiki secara menyeluruh dan
penyebab hematuria harus dicari. Dalam pemeriksaan mikroskopik eritrosit
terlihat mirip dengan yang ditemukan pada darah perifer. Urin berwarna merah
pada wanita disebabkan karena ada nya kontaminasi oleh menstruasi, hematuria
oleh sel-sel eritrosit, hemoglobinuria dan myoglobinuria.4
Pada kondisi tertentu misalnya pada saat Medical Check Up Onsite ( Di luar
kantor ) ampel urin datang ke laboratorium sudah tidak segar lagi dan telah
dikeluarkan beberapa jam sebelum nya. Sampel urin yang terbaik adalah urin
segar kurang dari 1 jam setelah dikeluarkan. Analisis harus dilakukan tidak lebih
UNIVERSITAS BINAWAN
3
dari 4 jam setelah pengambilan sampel. Urin yang dibiarkan dalam waktu lama
pada suhu kamar akan menyebabkan perubahan pada urin. Unsur-unsur berbentuk
di urin (sedimen) mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam.3
Untuk mengetahui perubahan sel eritrosit dalam urin segar dan urin yang
tertunda pemeriksaan nya.
Untuk mengetahui perbandingan hasil jumlah sel eritrosit dalam urin segar
dan urin yang tertunda pemeriksaan nya.
UNIVERSITAS BINAWAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Urin
2.1.1. Definisi Urin
Urin atau air seni adalah cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisasi.
Eksresi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah
yang disaring oleh ginjal. Sekresi urin bermanfaat untuk menjaga homeostatis
cairan tubuh. Peranan urin sangat penting dalam mempertahankan homeostatis
tubuh, karena sebagian pembuangan cairan tubuh adalah melalui sekresi urin.
Pemeriksaan makroskopik dilakukan untuk menilai warna, kejernihan, bau,
berat jenis dan pH. Analisis kimiawi dilakukan terhadap protein, glukosa, dan
keton. Pemeriksaan mikroskopik untuk melihat adanya sedimen urin seperti
eritrosit, leukosit, sel epitel, torak, bakteri, kristal, jamur dan parasit.1
Eritrosit pada sedimen urin normal dengan jumlah 0-5 sel/LPB dapat
ditemukan. Jumlah lebih dari 5/LPB harus di selidiki secara menyeluruh dan
penyebab hematuria harus dicari. Dalam pemeriksaan mikroskopik eritrosit
terlihat mirip dengan yang ditemukan pada darah perifer. 4 Urin berwarna merah
pada wanita disebabkan karena ada nya kontaminasi oleh menstruasi,
hematuria oleh sel-sel eritrosit, hemoglobinuria dan myoglobinuria. Bisa juga
urin berwarna merah disebabkan oleh obat-obatan yang di minum atau pewarna
untuk pemeriksaan diagnostik seperti phenolsulfonphthalein untuk menilai
fungsi ginjal dimana urin yang alkalis akan berwarna merah.5
2.1.2. Urinalisis
UNIVERSITAS BINAWAN
5
1. Pemeriksaan makroskopik :
2. Pemeriksaan mikroskopis :
3. Pemeriksaan kimia
UNIVERSITAS BINAWAN
6
UNIVERSITAS BINAWAN
7
Spesimen urin sewaktu adalah spesimen yang paling umum diterima karena
mudah dikumpulkan dan nyaman bagi pasien. Spesimen urin sewaktu dapat
dikumpulkan setiap saat tetapi waktu aktual berkemih harus dicatat pada wadah.
UNIVERSITAS BINAWAN
8
Urin pagi diperlukan untuk pemeriksaan hormon HCG biasanya terdapat pada
ibu hamil.
Urin post parandial adalah 2 jam setelah untuk pemeriksaan glukosa dalam
urine bagi penderita DM
Urin Nuchter atau urine puasa digunakan untuk pemeriksaan glukosa bagi
penderita DM
4. Urin 24 jam
jam 7 pagi pasien mengeluarkan urin nya, urin pertama dibuang, semua urin
yang dikeluarkan kemudian termasuk juga urin jam 7 pagi esok hari nya. Urin
yang terkumpul harus di tampung dalam wadah yang tersedia.
UNIVERSITAS BINAWAN
9
Urine 24 jam digunakan untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam urin misal
nya ureum, kreatinin, natrium. urine tersebut di tampung selama 24 jam oleh
karena itu diperlukan pengawet tholuen atau thymol.
UNIVERSITAS BINAWAN
10
Seringkali sampel urin datang ke laboratorium sudah tidak segar lagi dan
telah dikeluarkan beberapa jam sebelum nya, misalnya pada saat medical check
up Onsite. Klinisi sering mengalami kesulitan untuk tepat mengirim sampel urin
sehingga hasil yang diharapkan banyak tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien.
Padahal tes urin dapat memberikan informasi tentang disfungsi ginjal. Bahan tes
yang terbaik adalah urin segar ≤1 jam setelah dikeluarkan. Penundaan antara
berkemih dan urinalisis akan mengurangi validitas hasil, analisis harus dilakukan
tidak lebih dari 4 jam setelah setelah pengambilan sampel. Apabila dilakukan
penundaan tes dalam 4 jam maka disimpan dalam lemari es pada suhu 2-4 oc.
Kerusakan Urin yang dibiarkan dalam waktu lama pada suhu kamar akan
menyebabkan perubahan pada eritrosit.4
Faktor yang
mempengaruhi
hasil urin :
- Waktu Spesimen Urin
- Bakteri
- Sentrifuge
UNIVERSITAS BINAWAN
11
Parameter Pemeriksaan
Urin
Mikroskopik :
- Eritrosit
- Leukosit
Makroskopik :
- Sel Epitel
- Warna - Torak Kimia Urin
- Kejernihan - Bakteri
- Bau - Kristal
- Jamur
- Parasit
2.4. Hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan hasil jumlah sel eritrosit dalam urin segar dan urin
yang tertunda pemeriksaan nya
HI : Ada perbandingan hasil jumlah sel eritrosit dalam urin segar dan urin
yang tertunda pemeriksaan nya
UNIVERSITAS BINAWAN
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
UNIVERSITAS BINAWAN
13
3.3.2. Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel urin pada pasien
normal
1. Kriteria inklusi :
Pasien yang bersedia di ambil urin nya
Sampel urin yang digunakan adalah urin midstream (urin pancaran tengah)
2. Kriteria ekslusi :
Pasien yang tidak bersedia melakukan pemeriksaan
Pengambilan spesimen
urin
Urin Tunda
Urin segar
(Di baca pada menit ke
(langsung periksa)
240/4 jam)
Variabel terikat
Jumlah Eritrosit
3.4.2. Variabel
1. Variabel Independent
Dalam penelitian ini yang dimaksud variabel independent adalah urin
segar dan urin tunda
2. Variabel Dependent
Dalam penelitian ini yang dimaksud variabel Dependent adalah jumlah
eritosit
UNIVERSITAS BINAWAN
15
UNIVERSITAS BINAWAN
16
juta/µL
Eritrosit
normal pada
pria yaitu
4,7-6,1
juta/µL.
Sedangkan
eritrosit
normal pada
wanita yaitu
4,2-5,4
juta/µL
UNIVERSITAS BINAWAN
17
Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh hasil pengisian
informed consent dan juga hasil pemeriksaan laboratorium dengan parameter
pemeriksaan urinalisa yang fokus terhadap eritrosit, urin segar dan urin tunda.
UNIVERSITAS BINAWAN
18
Data primer yang didapatkan dilakukan pengkodean data entri dan editing.
Program komputer yang digunakan untuk pembuatan data base dan penyimpanan
dengan miscrosoft exel. Kemudian di uji dengan analisis statistik menggunakan
program SPSS. Pengolahan data penelitian dilakukan secara deskriptif. Uji
statistik yang digunakan yaitu kolmogrov-smirnof test dan uji paire. Hasil
signifikan bila p <0,05.
Tabung Reaksi
Object Glass
Cover Glass
Mikroskop
Sampel Urin
UNIVERSITAS BINAWAN
19
Ambil 1-2 tetes dengan pipet tetes ke objek glass dan di tutup dengan
objek glass
BAB IV
4.1. Hasil
Dari hasil penelitian pada bab IV ini terdiri dari analisa dan bivariat.
Analisa univariat adalah analisa yang dipergunakan untuk menganalisis
UNIVERSITAS BINAWAN
20
UNIVERSITAS BINAWAN
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Ariyadi tulus, sukeksi andri, dkk. Pengaruh pengawet formalin terhadap
jumlah eritrosit pada urin dengan penundaan 0 jam, 2 jam, dan 3 jam.
Program studi D IV analis kesehatan fakultas ilmu keperawatan dan
kesehatan universitas muhammadiyah semarang. 2018
2. Almahdaly hanifah, mangerangi fitriani, dkk. Pengaruh penundaan waktu
terhadap hasil urinalisis sedimen urin. Fakultas farmasi universitas
hasanuddin makassar. Vol 06 (02) : hal. 212-219, Desember 2014
3. Wiwin Maruni, Inayati Nurul, dkk. Jenis dan jumlah sedimen urin
menggunakan viriasi konsentrasi pengawet formalin. Jurusan analis
kesehatan, poltekkes kemenkes Mataram, Indonesia. Jurnal kesehatan vil. 11
no. 2, November 2017
4. Mangiri Susi, Supiati, dkk. Gambaran Sedimen Urin Pada Masyarakat Yang
Mengkonsumsi Air Pegunungan Di Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari.
Jurnal Teknologi Laboratorium. 2017
5. Titi Purnama, Suhartina. Gambaran hasil pemeriksaan eritrosit dan leukosit
pada sampel urin dengan metode dipstick dan mikroskopis di RSUD
bahteramas provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal MediLab Mandala Waluya
Kendari Vol.2 No. 1 juli, 2018
6. Gopala Janwarsa. Pengaruh kecepatan sentrifugasi terhadap hasil
pemeriksaan sedimen urin pagi metode konvensional (skripsi). Program studi
D IV analis kesehatan fakultas ilmu keperawatan dan kesehatan universitas
Muhammadiyah 2016
7. Urinalisis dan cairan tubuh. Susan king strasinger & Marjorie Schaub di
Lorenzo ; alih bahasa, dian ramadhani, nike budhi subekti ; editor penyelaras,
eka anisa mardella, dwi widiarti, barrarah bariid. Ed. 6. Jakarta : EGC, 2016
UNIVERSITAS BINAWAN
22
UNIVERSITAS BINAWAN