Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemeriksaan laboratorium berperan penting dalam penegakan diagnosa


penyakit sebagai penentu tindakan medis. Pemeriksaan laboratorium yang sering
dibutuhkan salah satunya adalah pemeriksaan urine atau urinalisis. Urinalisis
dapat membantu memberi informasi mengenai fungsi organ dan metabolisme
tubuh, mengidentifikasi kelainan asimptomatik, serta mengikuti perjalanan
penyakit dan pengobatan. Hasil pemeriksaan urine yang teliti, cepat dan tepat
sangat diperlukan (Hardjoeno dan Fitriani, 2007). Urinalisis dilakukan guna
mengidentifikasi adanya zat-zat yang seharusnya tidak ada dalam urine pada
umumnya, atau mengidentifikasi perubahan kadar zat yang terkandung dalam
urine (Almahdaly, 2012). Urinalisis mencakup pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik (sedimen) dan kimia urine (Hardjoeno dkk, 2006).

Urin atau air seni adalah cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisasi. Eksresi
urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang di
saring oleh ginjal. Sekresi urin bermanfaat untuk menjaga homeostatis cairan
tubuh. pemeriksaan urin digunakan untuk mendeteksi kelainan ginjal, dan saluran
kemih.1

urinalisis atau pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan yang paling sering


dan paling banyak dilakukan untuk membantu menegak kan diagnosa suatu
penyakit. Hal ini disebabkan karena sampel urin mudah di dapat dan teknik
pemeriksaan nya juga tidak begitu sulit. Sehingga dapat dilakukan secara rutin.
Tes urin terdiri dari pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, dan pemeriksaan
kimia urin.2 Tes mikroskopik untuk melihat eritrosit, leukosit, sel epitel, torak,
bakteri, kristal, jamur dan parasit.2

UNIVERSITAS BINAWAN
2

Pemeriksaan makroskopik adalah untuk menilai warna, kejernihan, dan bau.


Analisis makroskopik secara fisik meliputi tes warna, kejernihan, bau, berat jenis,
dan pH. Analisis kimiawi meliputi tes protein, glukosa, keton, darah, bilirubin,
urobilinogen, nitrit, dan leukosit esterase.2

Sedimen urin adalah unsur-unsur yang tidak larut di dalam urin yang berasal
dari darah, ginjal, dan saluran kemih seperti eritrosit, leukosit, sel epitel, torak,
bakteri, kristal, jamur dan parasit.3 Tes sedimen urin atau tes mikroskopis
dipergunakan untuk mengetahui ada nya kelainan pada ginjal dan saluran kemih
serta berat ringan nya penyakit. Pemeriksaan sedimen bisa menggunakan urin pagi
atau urin sewaktu, setelah mengumpulkan urin sebaiknya diberikan pengawet
karena akan terjadi perubahan pada komposisi zat dan hasil yang dikeluarkan
seperti terjadi nya pertumbuhan bakteri, kadar glukosa menurun, pH menjadi
alkalis, dekomposisi silinder, lisis nya eritrosit, perubahan bentuk leukosit/rusak,
urin menjadi makin keruh, perubahan warna bau, serta nitrit menjadi positif.4

Prinsip pemeriksaan sedimen urin yaitu mengandung elemen sisa hasil


metabolisme di dalam tubuh. Elemen tersebut ada yang secara normal dikeluarkan
secara bersama-sama urin tetapi ada pula yang dikeluarkan pada keadaan tertentu.
Elemen tersebut dapat dipisahkan dari urin dengan cara dicentrifuge. Elemen akan
mengendap dan endapan dilihat di bawah mikroskop.5

Eritrosit pada sedimen urin normal dengan jumlah 0-5 sel/LPB dapat
ditemukan. Jumlah lebih dari 5/LPB harus di selidiki secara menyeluruh dan
penyebab hematuria harus dicari. Dalam pemeriksaan mikroskopik eritrosit
terlihat mirip dengan yang ditemukan pada darah perifer. Urin berwarna merah
pada wanita disebabkan karena ada nya kontaminasi oleh menstruasi, hematuria
oleh sel-sel eritrosit, hemoglobinuria dan myoglobinuria.4

Pada kondisi tertentu misalnya pada saat Medical Check Up Onsite ( Di luar
kantor ) ampel urin datang ke laboratorium sudah tidak segar lagi dan telah
dikeluarkan beberapa jam sebelum nya. Sampel urin yang terbaik adalah urin
segar kurang dari 1 jam setelah dikeluarkan. Analisis harus dilakukan tidak lebih

UNIVERSITAS BINAWAN
3

dari 4 jam setelah pengambilan sampel. Urin yang dibiarkan dalam waktu lama
pada suhu kamar akan menyebabkan perubahan pada urin. Unsur-unsur berbentuk
di urin (sedimen) mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam.3

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis menuliskan rumusan


masalah sebagai berikut “Bagaimanakah perbandingan hasil jumlah sel eritrosit
dalam urin segar dan urin yang tertunda pemeriksaan nya”.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penundaan pengamatan terhadap


perbandingan hasil jumlah sel eritrosit dalam urin segar dann urin yang tertunda
pemeriksaan nya.

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui perubahan sel eritrosit dalam urin segar dan urin yang
tertunda pemeriksaan nya.

Untuk mengetahui perbandingan hasil jumlah sel eritrosit dalam urin segar
dan urin yang tertunda pemeriksaan nya.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi yang bermanfaat dan akurat untuk perbandingan


hasil jumlah sel eritrosit dalam urin segar dan urin yang ditunda pemeriksaan nya
serta dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi semua pihak.

1.4.2. Bagi Klinisi

Membantu memberikan informasi kepada para klinisi untuk perbandingan


hasil jumlah sel eritrosit dalam urin segar dan urin yang ditunda pemeriksaan nya.

UNIVERSITAS BINAWAN
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Urin
2.1.1. Definisi Urin

Urin atau air seni adalah cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisasi.
Eksresi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah
yang disaring oleh ginjal. Sekresi urin bermanfaat untuk menjaga homeostatis
cairan tubuh. Peranan urin sangat penting dalam mempertahankan homeostatis
tubuh, karena sebagian pembuangan cairan tubuh adalah melalui sekresi urin.
Pemeriksaan makroskopik dilakukan untuk menilai warna, kejernihan, bau,
berat jenis dan pH. Analisis kimiawi dilakukan terhadap protein, glukosa, dan
keton. Pemeriksaan mikroskopik untuk melihat adanya sedimen urin seperti
eritrosit, leukosit, sel epitel, torak, bakteri, kristal, jamur dan parasit.1

Eritrosit pada sedimen urin normal dengan jumlah 0-5 sel/LPB dapat
ditemukan. Jumlah lebih dari 5/LPB harus di selidiki secara menyeluruh dan
penyebab hematuria harus dicari. Dalam pemeriksaan mikroskopik eritrosit
terlihat mirip dengan yang ditemukan pada darah perifer. 4 Urin berwarna merah
pada wanita disebabkan karena ada nya kontaminasi oleh menstruasi,
hematuria oleh sel-sel eritrosit, hemoglobinuria dan myoglobinuria. Bisa juga
urin berwarna merah disebabkan oleh obat-obatan yang di minum atau pewarna
untuk pemeriksaan diagnostik seperti phenolsulfonphthalein untuk menilai
fungsi ginjal dimana urin yang alkalis akan berwarna merah.5

2.1.2. Urinalisis

Urinalisis adalah pemeriksaan urin secara makroskopis, kimia, dan


mikroskopis. Tes makroskopis meliputi warna, kejernihan, pH, berat jenis, bau,
dan pengukuran volume. Tes mikroskopis yang diperiksa adalah sedimen urin
yang menggunakan mikroskop. Sedangkan tes kimia dilakukan dengan

UNIVERSITAS BINAWAN
5

menggunakan carik celup yang dilakukan dengan cara manual


maupunmenggunakan alat urin analyzer.8

Parameter Pemeriksaan Urin :

1. Pemeriksaan makroskopik :

Pada pemeriksaan makroskopik adalah volume urin yang berguna untuk


menetukan hasil pemeriksaan pemeriksaan kuantitatif atau semi kualitatif suatu
zatdalam urin, volume urin dalam 24 jam antara 800-1300 ml untk orang dewasa.
Warna urin di pengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang di makan, maupun
makanan. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang
disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin, dan
porphyrin, biasa nya urin segar pada orang normal jernih.

2. Pemeriksaan mikroskopis :

Pemeriksaan mikroskopis urin adalah pemeriksaan sedimen urin. Disaran


kan urin yang di periksa adalah urin pagi karena kepekatan nya tinggi hasil yang
ditemukan dapat berupa unsur-unsur organik seperti sel epitel, leukosit,
eritrosit,spermatozoa, dan mikroorganisme

3. Pemeriksaan kimia

Pemeriksaan kimia urin mencakup pemeriksaan glukosa, protein (albumin),


bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah (hemoglobin), benda keton (asam
asetat/aseton), nitrit, dan leukosit esterase. Dengan perkembangan teknologi,
semua parameter tersebut telah dapat diperiksa dengan menggunakan strip reagen
atau dipstick.

2.2. Pemeriksaan Sedimen Urin

UNIVERSITAS BINAWAN
6

Sedimen urin adalah unsur-


unsur yang tidak larut di dalam urin.
Yang berasal dari darah, ginjal, dan
saluran kemih seperti eritrosit,
leukosit, sel epitel, torak, bakteri,
kristal, jamur, dan parasit. Tes
sedimen urin atau tes mikroskopis
digunakan mengidentifikasi unsur-
unsur sedimen sehingga di pakai
untuk mendeteksi kelainan ginjal
dan saluran kemih. Selain itu, tes sedimen urin dapat juga dipakai untuk
memantau perjalanan penyakit ginjal dan saluran kemih setelah pengobatan.3

Pemeriksaan mikroskopis bertujuan untuk menentukan jumlah eritrosit,


leukosit, sel epitel, silinder, parasit, kristal, spermatozoa, dan bakteri dalam urin.
Eritrosit, leukosit, dan sel epitel dapat dilaporkan sebagai jumlah rata-rata dalam
pembacaan 10-15 lapang pandang besar/LPB (400x). Prinsip pemeriksaan
sedimen urin yaitu mengandung elemen-elemen sisa metabolisme di dalam tubuh.
Elemen tersebut ada yang secara normal dikeluarkan secara bersama-sama urin,
tetapi ada pula yang dikeluarkan pada keadaan tertentu. Elemen tersebut dapat
dipisahkan dari urin dengan cara dicentrifuge. Elemen akan mengendap dan
endapan dilihat di bawah mikroskop.5

Untuk Memaksimalkan pada pembacaan sedimen urin sebaiknya alat yang


digunakan harus Dalam keadaan baik seperti kaca objek, dan mikroskop. Kaca
objek yang kotor tidak bisa Digunakan untuk pembacaan sedimen urin
dikarenakan adanya kotoran atau jamur yang Menyerupai sel darah. Mikroskop
merupakan alat utama dalam penelitian sedimen urin Ini. Mikroskop yang
digunakan harus dengan lensa yang bersih bebas dari debu maupun Jamur karena
dapat mempengaruhi lapangan pandang pada saat pemeriksaan sedimen Urin di
bawah mikroskop.6

UNIVERSITAS BINAWAN
7

Pemeriksaan sedimen urin segar dengan jumlah volume Spesimen 10 mL,


memiliki stabilitas pada suhu kamar yaitu selama 1 jam. Jika urin Didiamkan
lama maka bakteri akan berkembangbiak banyak sehingga dapat menguraikan
NH3 (amoniak) yang bersifat basa. Pada kondisi basa, pH dalam urin akan
meningkat. Hal Ini dapat mempengaruhi komponen sedimen dalam urin menjadi
cepat lisis sehingga Jumlah nya akan berkurang. Faktor yang mempengaruhi
pemeriksaan sedimen dalam urin adalah adanya kelainan ginjal, penundaan
pemeriksan sedimen urin tersebut karena dapat mengakibatkan perubahan
kandungan sedimen oleh bakteri, waktu dalam proses pemutaran dan kecepatan
pemutaran sentrifuge terhadap pemeriksaan sedimen urin.6

2.2.1. Tipe Spesimen

Keakuratan hasil urinalisis bergantung pada pemilihan jenis spesimen, cara


pengumpulan spesimen, pengiriman spesimen, jenis wadah yang digunakan,
penanganan spesimen, dan ketepatan waktu pengujian untuk mencegah
multiplikasi bakteri dan kerusakan komponen

Untuk mendapatkan spesimen yang mewakili status metabolik pasien,


peraturan mengenai aspek tertentu pengambilan spesimen sering kali diperlukan.
Kondisi khusus tersebut dapat mencakup waktu, selang waktu, dan metode
pengambilan spesimen. Penting mengintruksikan pasien bila mana mereka harus
mengikuti prosedur pengambilan khusus.7

1. Spesimen Urin Sewaktu :

Spesimen urin sewaktu adalah spesimen yang paling umum diterima karena
mudah dikumpulkan dan nyaman bagi pasien. Spesimen urin sewaktu dapat
dikumpulkan setiap saat tetapi waktu aktual berkemih harus dicatat pada wadah.

Spesimen urin sewaktu digunakan untuk melakukan pemeriksaan gula dengan


dengan kondisi pasien dalam keadaan tidak puasa.

2. Spesimen Urin Pagi

UNIVERSITAS BINAWAN
8

Walaupun mengharuskan pasien untuk berjalan ke laboratorium, spesimen


pertama saat bangun pagi merupakan spesimen skrining yang ideal. Spesimen
tersebut juga penting untuk mencegah pemeriksaan kehamilan negatif-palsu dan
untuk mengevaluasi proteinuria ortostatik. Spesimen pertama saat bangun pagi
adalah spesimen pekat yang memastikan deteksi zat kimia. Pasien harus
diintruksikan untuk mengambil spesimen.

Urin pagi diperlukan untuk pemeriksaan hormon HCG biasanya terdapat pada
ibu hamil.

3. Urin post parandial

Urin post parandial adalah 2 jam setelah untuk pemeriksaan glukosa dalam
urine bagi penderita DM

Urin Nuchter atau urine puasa digunakan untuk pemeriksaan glukosa bagi
penderita DM

Sampel urin ini berguna untuk pemeriksaan terhadap glukosaria yang


merupakan urin pertama kali dikeluarkan 1 1/2 – 3 jam sehabis makan. Urin pagi
tidak baik untuk pemeriksaan penyaring terhadap ada nya glukosaria.

4. Urin 24 jam

Urin sewaktu sama sekali tidak bermakna dalam menafsirkan Proses-proses


metabolik dalam tubuh. Angka analisis dapat Diandali, di pakai urin 24 jam.
1/2
Mengumpulkan urin 24 jam di Perlukan wadah besar bervolume 1 liter atau
lebih yang dapat Ditutup dengan baik. Wadah ini harus bersih dan biasa nya
Memerlukan sesuatu zat pengawet. Prosedur pengumpulan urine 24 jam dilakukan
sebagai berikut :

jam 7 pagi pasien mengeluarkan urin nya, urin pertama dibuang, semua urin
yang dikeluarkan kemudian termasuk juga urin jam 7 pagi esok hari nya. Urin
yang terkumpul harus di tampung dalam wadah yang tersedia.

UNIVERSITAS BINAWAN
9

Urine 24 jam digunakan untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam urin misal
nya ureum, kreatinin, natrium. urine tersebut di tampung selama 24 jam oleh
karena itu diperlukan pengawet tholuen atau thymol.

2.2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Sedimen Urin

Prinsip pemeriksaan sedimen urin yaitu mengandung elemen-elemen sisa


metabolisme di dalam tubuh. Elemen tersebut ada yang secara normal dikeluarkan
bersama-sama urin, tetapi ada pula yang dikeluarkan pada keadaan tertentu. 5 Tes
sedimen urin atau tes mikroskopis digunakan untuk mengidentifikasi unsur-unsur
sedimen sehingga dapat mendeteksi kelainan ginjal dan saluran kemih.8

Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan sedimen dalam urin adalah


adanya kelainan. Penundaan pemeriksaan sedimen urine tersebut karena dapat
mengakibatkan perubahan kandungan sedimen oleh bakteri, waktu dalam proses
pemutaran sentrifuge terhadap pemeriksaan sedimen urin. Adanya pengaruh
kecepatan pemutaran pada urin mengakibatkan proses endapan pada sedimen akan
berbeda karena semakin besar putaran sentrifuge, maka akan mengakibatkan
struktur sedimen kemudian pecah. Sedangkan semakin lambat pemutaran
sentrifuge maka sedimen urin akan lama mengendap.6

2.2.3. Melaporkan Hasil

Terminologi dan metode pelaporan mungkin sedikit berbeda diantara


beberapa laboratorium, namun kita harus konsisten dengan sistem laboratorium
yang khusus. Biasanya, silinder dilaporkan sebagai jumlah rata-rata per-lapang
pandang kecil (LPK) sesudah pemeriksaan terhadap 10 lapang, SDM dan SDP
sebagai jumlah rata-rata per 10 lapang pandang besar (LPB) sel epitel, kristal, dan
elemen lain nya sering dilaporkan dalam istilah semikuantitatif seperti jarang,
sedikit, sedang, dan banyak atau sebagai 1+, 2+, 3+, dan 4+, mengikuti format
laboratorium berdasarkan pemakaian LPK atau LPB. Laboratorium juga harus
menentukan nilai rujukan khusus nya berdasarkan faktor konsentrasi sedimen
yang digunakan. Misalnya, urisystem dengan faktor konsentrasi 30, menyatakan
nilai rujukan untuk SDP besar 0 hingga 8 per-LPB dibandingkan dengan nilai

UNIVERSITAS BINAWAN
10

konvensional sebesar 0 hingga 5 per-LPB yang digunakan dengan faktor


konsentrasi 12.7

2.2.4. Pengaruh Penundaan Urin

Seringkali sampel urin datang ke laboratorium sudah tidak segar lagi dan
telah dikeluarkan beberapa jam sebelum nya, misalnya pada saat medical check
up Onsite. Klinisi sering mengalami kesulitan untuk tepat mengirim sampel urin
sehingga hasil yang diharapkan banyak tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien.
Padahal tes urin dapat memberikan informasi tentang disfungsi ginjal. Bahan tes
yang terbaik adalah urin segar ≤1 jam setelah dikeluarkan. Penundaan antara
berkemih dan urinalisis akan mengurangi validitas hasil, analisis harus dilakukan
tidak lebih dari 4 jam setelah setelah pengambilan sampel. Apabila dilakukan
penundaan tes dalam 4 jam maka disimpan dalam lemari es pada suhu 2-4 oc.
Kerusakan Urin yang dibiarkan dalam waktu lama pada suhu kamar akan
menyebabkan perubahan pada eritrosit.4

2.3. Kerangka Teori

Di bawah ini diberikan penjelasan mengenai kerangka teori variabel yang


akan diteliti dan variabel yang tidak diteliti. Dari teori teori yang sudah di
paparkan sebelum nya dan sebagai landasan berfikir untuk melakukan penelitian
mengenai perbandingan hasil jumlah sel eritrosit dalam urin segar dan urin yang
tertunda pemeriksaan nya.

Faktor yang
mempengaruhi
hasil urin :
- Waktu Spesimen Urin
- Bakteri
- Sentrifuge

UNIVERSITAS BINAWAN
11

Parameter Pemeriksaan
Urin

Mikroskopik :
- Eritrosit
- Leukosit
Makroskopik :
- Sel Epitel
- Warna - Torak Kimia Urin
- Kejernihan - Bakteri
- Bau - Kristal
- Jamur
- Parasit

Keterangan : Variabel yang diteliti


Variabel yang tidak diteliti

2.4. Hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan hasil jumlah sel eritrosit dalam urin segar dan urin
yang tertunda pemeriksaan nya
HI : Ada perbandingan hasil jumlah sel eritrosit dalam urin segar dan urin
yang tertunda pemeriksaan nya

UNIVERSITAS BINAWAN
12

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi


analitik dengan pendekatan cross sectional dengan tujuan untuk melihat ada nya
perbandingan hasil antara jumlah sel eritrosit pada sedimen urin segar dan urin
yang tertunda pemeriksaan nya.

3.2. Tempat Dan Waktu Penelitian

UNIVERSITAS BINAWAN
13

Tempat penelitian dilakukan di universitas binawan dan Laboratorium


patologi universitas binawan yang dilakukan pada bulan Juli 2020 – Agustus 2020

3.3. Populasi Dan Sampel


3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti.


Populasi target dalam penelitian ini adalah staff universitas binawan dengan
jumlah 30 sampel. diambil dengan teknik pengambilan sampel non-probability
pendekatan purposive sampel. Purposive sampel adalah pengambilan sampel
berdasarkan tujuan pengambilan yang disesuaikan dengan kriteria inklusi dan
kriteria ekslusi.

3.3.2. Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel urin pada pasien
normal

1. Kriteria inklusi :
Pasien yang bersedia di ambil urin nya
Sampel urin yang digunakan adalah urin midstream (urin pancaran tengah)
2. Kriteria ekslusi :
Pasien yang tidak bersedia melakukan pemeriksaan

3.4. Kerangka Konsep Dan Variabel Penelitian


3.4.1. Kerangka Konsep

Pengambilan spesimen
urin

Variabel bebas 1 Variabel bebas 2


UNIVERSITAS BINAWAN
14

Urin Tunda
Urin segar
(Di baca pada menit ke
(langsung periksa)
240/4 jam)

Variabel terikat

Jumlah Eritrosit

Dari kerangka konsep diatas, menjelaskan bahwa ada perlakuan yang


dilakukan untuk menghitung jumlah eritrosit pada spesimen urin. Yang mana urin
yang harus nya segera diperiksa dilakukan penundaan selama 4 jam dan dilakukan
pengamatan pada eitrosit, apakah ada perbandingan hasil antara jumlah eritrosit
yang diperiksa langsung dengan urin yang ditunda.

3.4.2. Variabel
1. Variabel Independent
Dalam penelitian ini yang dimaksud variabel independent adalah urin
segar dan urin tunda
2. Variabel Dependent
Dalam penelitian ini yang dimaksud variabel Dependent adalah jumlah
eritosit

UNIVERSITAS BINAWAN
15

3.5 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Metode Satuan Hasil Skala


operasional
Eritrosit Eritrosit pada Mikroskop Mikroskopik Juta/µL Perhitungan Ordinal
sedimen urin jumlah
normal dengan eritrosit
jumlah 0-5 yang
sel/LPB dapat dinyatakan
ditemukan. dalam

UNIVERSITAS BINAWAN
16

juta/µL

Eritrosit
normal pada
pria yaitu
4,7-6,1
juta/µL.
Sedangkan
eritrosit
normal pada
wanita yaitu
4,2-5,4
juta/µL

Urin Urin segar Mikroskop Mikroskopik µL/mikr Interval


segar adalah urin oliter
yang dikemih
kan,
ditampung,
dan diperiksa
tidak lebih dari
2 jam.

UNIVERSITAS BINAWAN
17

Urin Urin yang Mikroskop Mikroskopik µL/mikr Interval


tunda dilakukan oliter
penundaan
pemeriksaan
dengan waktu
pembacaan
selama 4 jam
setelah urin
dikeluar kan

3.6 Metode Analisa Data


3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian di universitas binawan dengan


beberapa tahapan berikut : membuat surat permohonan izin penelitian dan
meminta tanda tangan persetujuan kepada pembimbing I. Setelah disetujui oleh
pembimbing I, Kemudian membuat surat permohonan izin penelitian di
universitas binawan yang akan di tujukan kepada ketua dekan fakultas sains
teknologi dan ketua prodi teknologi laboratorium medik. Setelah membuat surat
permohonan kemudian meminta izin kepada ketua dekan dan ketua prodi. Setelah
surat permohonan sudah di setujui oleh ketua dekan dan ketua prodi, kemudian
menunggu surat keluar persetujuan dari ketua dekan. Setelah surat dari dekan
sudah keluar dan sudah di tanda tangani, kemudian mencari target data staff
binawan sebagai pasien untuk penelitian data primer.

Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh hasil pengisian
informed consent dan juga hasil pemeriksaan laboratorium dengan parameter
pemeriksaan urinalisa yang fokus terhadap eritrosit, urin segar dan urin tunda.

3.6.2 Pengolahan Data

UNIVERSITAS BINAWAN
18

Data primer yang didapatkan dilakukan pengkodean data entri dan editing.
Program komputer yang digunakan untuk pembuatan data base dan penyimpanan
dengan miscrosoft exel. Kemudian di uji dengan analisis statistik menggunakan
program SPSS. Pengolahan data penelitian dilakukan secara deskriptif. Uji
statistik yang digunakan yaitu kolmogrov-smirnof test dan uji paire. Hasil
signifikan bila p <0,05.

3.7 Alat Dan Bahan


3.7.1 Alat Dan Bahan Sedimen Urin

Tabung Reaksi

Object Glass

Cover Glass

Mikroskop

Centrifuge (+Tabung Centrifuge)

Sampel Urin

3.8 Prosedur Kerja


3.8.1 Pra Analitik Menampung Sedimen Urin

Disiapkan alat dan bahan

Memberikan wadah penampung urin dan menjelaskan cara menampung


urin dengan baik dan benar

Urin yang di tampung adalah urin sewaktu

3.8.2 Analitik Menampung Sedimen Urin

Homogenkan terlebih dahulu sampel urin

Masukan 10 mL urin kedalam tabung sentrifuge dan diputar selama 5


menit dengan kecepatan 1500-2000 rpm

UNIVERSITAS BINAWAN
19

Setelah di sentrifuge, tuangkan supernatan dengan gerakan cepat lalu


tabung sentrifuge ditegakan kembali sehingga di dapatkan sedimen urin

Kocok tabung untuk mensuspensikan sedimen

Ambil 1-2 tetes dengan pipet tetes ke objek glass dan di tutup dengan
objek glass

Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran awal 10x dan dilanjutkan


dengan pembesaran 40x

3.8.3 Pasca Analitik


Dicatat hasil penelitian

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Dari hasil penelitian pada bab IV ini terdiri dari analisa dan bivariat.
Analisa univariat adalah analisa yang dipergunakan untuk menganalisis

UNIVERSITAS BINAWAN
20

UNIVERSITAS BINAWAN
21

DAFTAR PUSTAKA
1. Ariyadi tulus, sukeksi andri, dkk. Pengaruh pengawet formalin terhadap
jumlah eritrosit pada urin dengan penundaan 0 jam, 2 jam, dan 3 jam.
Program studi D IV analis kesehatan fakultas ilmu keperawatan dan
kesehatan universitas muhammadiyah semarang. 2018
2. Almahdaly hanifah, mangerangi fitriani, dkk. Pengaruh penundaan waktu
terhadap hasil urinalisis sedimen urin. Fakultas farmasi universitas
hasanuddin makassar. Vol 06 (02) : hal. 212-219, Desember 2014
3. Wiwin Maruni, Inayati Nurul, dkk. Jenis dan jumlah sedimen urin
menggunakan viriasi konsentrasi pengawet formalin. Jurusan analis
kesehatan, poltekkes kemenkes Mataram, Indonesia. Jurnal kesehatan vil. 11
no. 2, November 2017
4. Mangiri Susi, Supiati, dkk. Gambaran Sedimen Urin Pada Masyarakat Yang
Mengkonsumsi Air Pegunungan Di Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari.
Jurnal Teknologi Laboratorium. 2017
5. Titi Purnama, Suhartina. Gambaran hasil pemeriksaan eritrosit dan leukosit
pada sampel urin dengan metode dipstick dan mikroskopis di RSUD
bahteramas provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal MediLab Mandala Waluya
Kendari Vol.2 No. 1 juli, 2018
6. Gopala Janwarsa. Pengaruh kecepatan sentrifugasi terhadap hasil
pemeriksaan sedimen urin pagi metode konvensional (skripsi). Program studi
D IV analis kesehatan fakultas ilmu keperawatan dan kesehatan universitas
Muhammadiyah 2016
7. Urinalisis dan cairan tubuh. Susan king strasinger & Marjorie Schaub di
Lorenzo ; alih bahasa, dian ramadhani, nike budhi subekti ; editor penyelaras,
eka anisa mardella, dwi widiarti, barrarah bariid. Ed. 6. Jakarta : EGC, 2016

UNIVERSITAS BINAWAN
22

8. Arsyad Muldhaniah, Mangerangi Fitriani, dkk. Pengaruh volume urin


terhadap pemeriksaan sedimen urin pada pasien infeksi saluran kemih (ISK).
Fakultas farmasi universitas hasanudin Makassar. Vol 07 (01) : Hal. 1-9, Juli
2015

UNIVERSITAS BINAWAN

Anda mungkin juga menyukai