Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM URINALISIS DAN CAIRAN TUBUH

PEMERIKSAAN URINALISIS

Disusun oleh :
SURYANING PAMBUDI PUTRO PRASOJO
414221051
KELOMPOK 2 (B1)

PRODI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum


Pemeriksaan Urinalisis

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana metode analisa urin secara sederhana, melakukan
analisis sampel urin dalam bentuk pemeriksaan fisik, pemeriksaan kimia, dan
pemeriksaan mikroskopis serta menganalisis hasil pemeriksaannya juga.

1.3 Dasar Teori


1.3.1 Urinalisis

A. Pengertian Urinalisis

Urinalisis berasal dari bahasa Inggris urinalysis yang merupakan gabungan


dari kata urine dan analysis. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) mengartikan
urinalisis sebagai “pemeriksaan secara kimiawi dan dengan mikroskopis terhadap
air kencing” (p. 1252). Urinalisis adalah pemeriksaan sampel urine secara fisik,
kimia dan mikroskopik (Gandasoebrata, 2013).

Tujuan urinalisis biasanya untuk mendeteksi kelainan pada ginjal, saluran


kemih, dan kelainan pada banyak organ lain seperti hati, saluran empedu,
pankreas dan lain-lain. Studi ini juga berguna untuk menegakkan diagnosis; untuk
skrining penyakit asimtomatik, bawaan atau keturunan; mempromosikan
perkembangan penyakit; dan memantau kinerja pengobatan atau
komplikasi. Persyaratan urinalisis adalah untuk pasien dengan evaluasi kesehatan
umum, ketidakseimbangan hormon, penyakit ginjal atau saluran kemih,
pemantauan diabetes, kehamilan, kasus toksikologi atau overdosis obat.

Pemeriksaan urine secara kualitatif bertujuan untuk mengidentifikasi zat-


zat yang secara normal ada dalam urine dan zat-zat yang seharusnya tidak ada
dalam urine. Secara kuantitatif (atau semi-kuantitatif) pemeriksaan urine
bertujuan untuk mengetahui jumlah zat-zat tersebut di dalam urine (Riswanto dan
Rizki, 2015).

B. Jenis Urinalisis

Pemeriksaan urin terdiri dari pemeriksaan makroskopis, mikroskopis, dan


kimiawi urin. Analisis fisik atau makroskopis mencakup pengujian warna,
kejernihan, dan berat jenis. Analisis mikroskopis untuk memeriksa sedimen urin
seperti eritrosit, leukosit, sel epitel, kristal, dll. Analisis kimia meliputi protein,
glukosa, keton, darah, bilirubin, urobilinogen, nitrit dan leukosit esterase.

1.) Pemeriksaan Makroskopik


Pemeriksaan makroskopik dimulai dengan penampakan warna dan
kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit
berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas
warna urine sesuai dengan konsentrasi urine. Urine yang encer hampir tidak
berwarna, urin yang pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Kekeruhan
biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine asam)
atau fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan
seluler berlebihan atau protein dalam urine (Riswanto dan Rizki, 2015).

2.) Pemeriksaan Mikroskopik


Pemeriksaan mikroskopis atau pemeriksaan sedimen urin meliputi
pemeriksaan rutin yang tujuannya untuk mengidentifikasi kelainan pada ginjal
dan saluran kemih serta memantau hasil pengobatan. Pemeriksaan
mikroskopis diperlukan untuk mendeteksi sel dan partikel lainnya.

3.) Pemeriksaan Kimia


Kimia urin meliputi glukosa, protein (albumin), bilirubin, urobilinogen,
pH, berat jenis, darah (hemoglobin), badan keton (asam asetat dan/atau
aseton), nitrit, dan leukosit esterase. Seiring kemajuan teknologi, semua
parameter ini dapat diperiksa dengan strip reagen. Prinsip pemeriksaan urine
kimia dengan menggunakan strip tes urine adalah dengan mencelupkan strip
ke dalam sampel urine. Hingga terjadi reaksi kimia yang berubah warna dalam
hitungan detik atau menit. Warna yang dihasilkan dibandingkan dengan bagan
warna untuk setiap strip untuk menentukan hasil tes. Jenis dan tingkat
perubahan warna memberikan informasi tentang jenis dan tingkat bahan kimia
tertentu dalam urin.

C. Jenis Spesimen Urin

Keakuratan hasil urin tergantung pada pilihan jenis sampel, metode


pengambilan sampel, pengiriman sampel, jenis wadah yang digunakan,
penanganan sampel, dan ketepatan waktu pengujian untuk mencegah
pertumbuhan bakteri. dan kerusakan.

Konstituen seperti elemen seluler dan bilirubin.

1.) Spesimen urin pagi pertama


Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama,
sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Urine pagi baik
untuk pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan
(Strasinger dan Lorenzo, 2016).
Urin pagi pertama lebih pekat dibandingkan dengan urin yang dikeluarkan
pada siang hari, sehingga urin ini baik untuk mempelajari sedimen, berat jenis,
protein, dll., dan juga cocok untuk tes kehamilan berdasarkan adanya human
chorionic gonadotropin. (HCG).
2.) Spesimen urin pagi kedua

Spesimen urine ini dikumpulkan 2 – 4 jam setelah urine pagi pertama.


Spesimen ini dipengaruhi oleh makanan dan minuman, dan aktivitas tubuh.
Spesimen ini lebih praktis untuk pasien rawat jalan (Strasinger dan Lorenzo,
2016).

3.) Spesimen urin sementara (acak)


Urine sementara adalah urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu dan tidak ada
prosedur khusus atau pantangan makanan untuk pengambilan sampel. Sampel
ini dapat digunakan untuk berbagai tes, tetapi biasanya cukup baik untuk tes
urine rutin.

4.) Spesimenn urin berdasarkan waktu


a.) Urin 24 jam
Spesimen ini adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terus-menerus
dan kemudian dikumpulkan dalam satu wadah (Strasinger dan Lorenzo,
2016). Terkadang juga ditempatkan di wadah yang berbeda dengan
maksud tertentu.
b.) Urin post prandial
Urine dikeluarkan pertama kali 1,5-3 jam setelah makan. Spesimen ini
baik digunakan dalam penelitian glukosa.

1.3.2 Berat Jenis

Berat jenis (specific gravity) atau densitas relatif urine didefinisikan sebagai rasio
kepadatan urine dibandingkan dengan kepadatan air suling pada volume dan suhu yang
sama. Pada dasarnya urine adalah air yang mengandung bahan kimia terlarut, maka
berat jenis urine merupakan indikator dari konsentrasi bahan yang terlarut dalam urine
(fosfat, natrium, klorida, sulfat, kreatinin, asam urat, urea, protein dan glukosa) yang
tidak hanya tergantung pada jumlah partikel, tetapi juga berat partikel dalan larutan
(Strasinger dan Lorenzo, 2016).

Berat jenis digunakan untuk mengukur kemampuan ginjal dalam pemekatan dan
pengenceran urine sebagai upaya mempertahankan homoeostasis dalam tubuh.
Kemampuan pemekatan ginjal merupakan salah satu fungsi pertama yang akan hilang
apabila terjadi kerusakan tubular (Strasinger dan Lorenzo, 2016).

Kisaran normal berat jenis untuk sampel urin acak adalah antara 1,003 dan 1035,
meskipun dalam kasus dehidrasi pembacaan dapat turun serendah 1,001 (berat jenis air
1,000). Nilai berat jenis sangat bervariasi dengan status hidrasi dan volume urin. Secara
umum, berat jenis meningkat ketika asupan cairan sedikit dan menurun ketika asupan
cairan banyak. Orang dewasa normal meminum cairan selama periode 24 jam.
Kemampuan ginjal untuk memekatkan urin paling baik diukur dengan mengukur berat
jenis sampel urin pagi hari, karena pasien biasanya tidak minum air saat tidur.

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur berat jenis urin antara
lain urinometer, refraktometer, tetesan jatuh, dan strip reagen. Menggunakan urinometer
dan refraktometer adalah cara umum untuk menentukan berat jenis urin. Penentuan
berat jenis kimia dengan menggunakan strip reagen adalah metode yang banyak
digunakan untuk menentukan berat jenis urin karena lebih nyaman, lebih cepat dan
lebih akurat. Strip berisi tiga komponen utama, yaitu polielektrolit, indikator, dan
buffer. Prinsip metode ini didasarkan pada perubahan pKa polielektrolit sebagai fungsi
dari konsentrasi ion dalam urin. Polielektrolit mengionisasi dan melepaskan ion
hidrogen sebanding dengan jumlah larutan. Semakin tinggi konsentrasi ion dalam urin,
semakin banyak ion hidrogen yang dilepaskan, yang menurunkan pH.

Berat jenis urin yang tergolong tinggi adalah berat jenis urin yang lebih besar dari
1,025, karena berat jenis urin orang dewasa dalam kondisi normal dengan asupan cairan
yang cukup tampak berat jenis 1,015 hingga 1,025 selama periode 24 jam. Sampel
terbaik untuk penelitian sedimen adalah urin pekat, yaitu H. Urine dengan berat jenis
1023 atau lebih, urine pekat lebih mudah didapatkan bila menggunakan urine pagi
sebagai bahan penelitian.

1.3.3 Pemeriksaan Mikroskopis

Pemeriksaan mikroskopis atau pemeriksaan sedimen urin meliputi pemeriksaan


rutin yang tujuannya untuk mengidentifikasi kelainan pada ginjal dan saluran kemih
serta memantau hasil pengobatan. Pemeriksaan mikroskopis diperlukan untuk
mendeteksi sel dan partikel lainnya. Ada banyak elemen mikroskopis yang berbeda,
baik yang berhubungan dengan infeksi (bakteri, virus) maupun yang tidak berhubungan
dengan infeksi, seperti perdarahan, disfungsi endotel dan gagal ginjal.

Urin yang digunakan dalam uji sedimen harus berupa urin segar. Jika sampel
urin tertunda, harus dikumpulkan dengan formalin sebagai pengawet. Tes sedimen urin
dilakukan dengan mengendapkan elemen sedimen menggunakan sentrifugal. Endapan
kemudian ditempatkan pada slide kaca dan ditutup dengan kaca penutup. Pemeriksaan
sedimen urin dengan cara manual (mikroskopik) merupakan standar pemeriksaan
mikroskopis urin yang sampai saat ini masih dilakukan di laboratorium.
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu Dan Tempat Praktikum


Dilakukan pada tanggal 8 Februari 2023 dan 22 Februari 2023 di laboratorium hematologi,
gedung vokasi C, Universitas Airlangga kampus B

2.2 Alat Dan Reagen


2.2.1 Pemeriksaan fisik
a. Jumlah
- Urine container - Urin
- Pipet Pasteur - Gelas ukur
b. Bau
- Urine container - Tabung reaksi
- Sampel urin
c. Buih
- Urine container - Tabung reaksi
- Sampel urin
d. Warna
- Sampel urin
- Tabung reaksi
e. Kejernihan
- Sampel urin
- Tabung reaksi
f. Berat jenis
 Refraktrometer
- Refraktometer
- Larutan Aquades/NaCl
- Tissue
 Carik celup
- Sampel urin
- Strip carik celup
- Standar pembanding
- Tissue
g. Urin analyzer
- Urin analyzer
- Strip carik celup yang sudah dicelup urin
2.2.2 Pemeriksaan kimia
a. pH
- Urine container
- pH paper
b. Glukosa
- Urine container - Penjepit kayu tabung
- Pipet pasteur 3ml reaksi
- Tabung reaksi - Larutan fehling A
- Bunsen - Larutan fehling B
c. Protein
 Tes protein rebus (Semi kuantitatif)
- Urin - Bunsen
- Tabung venoject - Sentrifuge
- Asam cuka - Pipet tetes

 Tes Esbach (Kuantitatif)


- Urin - Aquades 1000 ml
- Tabung Esbach - Alat saring
- Gabus - Reagen Esbach
- Asam sitrat - Asam pikrat
d. Bilirubin
- Urin - Reagen Fouchet
- Tabung reaksi - Kertas saring
- Corong - Gelas ukur
- BaCl 10%

e. Urobilin
- Ammoniak - Reagen schlesinger
- Filiat Harrison - Kertas saring
- Pipet tetes - Kotak urobilin
f. Urobilinogen
- Reagen erlich
- Urin

2.2.3 Pemeriksaan mikroskopis


 Sedimen urin
- Tabung reaksi - Mikroskop
- Objektif glass - Urin
- Cover glass - Sentrifuge + tabung

2.3 Bahan Pemeriksaan


 Sample urin
2.4 Cara Kerja
2.4.1 Pemeriksaan fisik
a. Jumlah

Tampung urin yang Jumlah diukur


akan diperiksa dalam sesuai dengan
tabung container instruksi
b. Bau
Pindahkan urin ke Kibaskan tangan pada Amati baunya dan
tabung reaksi (isi ¾) ujung atas tabung reaksi catat hasilnya.

c. Buih

Pindahkan urin ke Amati adanya buih pada cahaya


tabung reaksi (isi ¾) yang cukup, lalu catat hasilnya.

d, Warna

Pindahkan urin ke Amati warna pada cahaya yang


tabung reaksi (isi ¾) cukup, lalu catat hasilnya.

e. Kejernihan

Amati adanya kejenuhan /


Pindahkan urin ke kejernihan pada cahaya yang
tabung reaksi (isi ¾) cukup, lalu catat hasilnya.
f. Berat jenis
- Refraktometer

Pastikan refractometer dalam Lakukan kalibrasi pada


kondisi bersih terutama pada bagian prisma dengan
bagian prisma larutan aquades / NaCl

Pindah ke tempat Bersihkan kembali bagian


Tetesi lagi sampel cairan
bercahaya untuk prisma dengan
yang akan diuji 1-2 tetes
melihat skala menggunakan tissue

- Carik celup
Keluarkan strip carik Homogenkan urin Angkat urin dan letakkan
celup, lalu cocokkan sebelum diperiksa, lalu diatas tisu, lalu baca
warna dengan pita yg celupkan strip dalam warna dengan standar
negatif urin pembanding.

g. urin analyzer

Hubungkan urin analyzer ke Letakkan strip uji yang sudah


sumber listrik, lalu tekan dicelup urin diatas baki, kemudian
tombol on/off otomatis baki tekan tombol “enter” maka alat
akan bergeser keluar. akan mulai membaca strip uji

Jika sudah selesai, hasil akan


keluar melalui printer built-in.
setelah itu bersihkan alat dan
2.4.2 Pemeriksaan kimia bahan yang sudah digunakan.
a. pH

Siapkan kertas pH, lalu Bandingkan hasil


celupkan pada sampel urin dengan standar
yang telah di homogenkan. pembanding.
b. Glukosa

Kontrol reagen dengan Ambil tabung denga nisi 2 ml Fehling A & B yang
mencampurkan 2ml baru, tambahkan 1 ml urin. Lalu dipanaskan
fehling A & B lalu dibakar. selama 2 menit.

c. Protein
o Tes protein rebus (Semi kuantitatif)
dipanaskan

Cek pH urin lalu lakukan Jika sudah selesai, baca hasil lalu
sentrifuge. Setelah itu ambil bandingkan dengan sebelumnya
supernatant pada sampel. dan supernatant dipanaskan.

o Tes Esbach (Kuantitatif)

Tamping urin selama 24 jam, lalu Isi tabung esbach dengan urin
ukur volume urin dan dan tambahkan reagen esbach
homogenkan.jika berikutnya tetesi hingga tanda R. Tutup dengan
dengan asam cuka lalu saring. gabus, lalu homogenkan.
Setelah itu diamkan selama 24
jam. Jika sudah baca dan catat
hasil penelitian.

d. Bilirubin

Urin 3 ml ditambahkan Tambahkan reagen fouchet,


dengan 3 ml BaCl2, lalu lalu amati perubahan warna
saring endapan. dan catat hasilnya.

e. Urobilin

3 ml fitrat Harrison Tambahkan 1-2 tetes


dicampur dengan 3 ml amoniak lalu saring hingga
reagen Schlesinger. jernih. dan catat hasilnya.

f. Urobilinogen

5 cc urin ditambah dengan 0,5


cc erlich dan diamkan selama 5
menit. Lalu, amati hasilnya.

2.4.3 Pemeriksaan mikroskopis


Sedimen urin

Isi tabung sentrifuge Buang supernatan


Urin dihomogenkan dan
dengan urin 7-8 ml, lalu lalu kocok. Tabung
ukur pH pada urin.
lakukan sentrifuge. untuk resmipensi.

1 tetes urin diletakkan pada


objek glass, lalu catat dan
amati hasilnya.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Pemeriksaan fisik
a. Jumlah
⮚ Hasil : 250 ml
⮚ Interpretasi Hasil : 1200 – 1500 ml
b. Bau
⮚ Hasil : Normal
⮚ Interpretasi Hasil : Bau tidak menyengat
c. Buih : Ada
d. Warna : Kuning
e. Kejernihan : Sedikit keruh
f. Berat jenis : 1,29
g. Urin analyzer : Verivy urine analyzer

3.1.2 Pemeriksaan kimia


a. pH

⮚ Hasil :6
⮚ Interpretasi Hasil : 4,5 – 8,0 (Normal)
b. Glukosa

⮚ Hasil : Positif 2 (++)


⮚ Interpretasi hasil :
1. Negatif (-) : Tidak terjadi perubahan warna (kadar glukosa <5%)
2. Positif 1 (+) : Terjadi warna hijau kekuningan (glukosa 0,5% - 1%)
3. Positif 2 (++) : Terjadi warna kuning keruh (glukosa 1% - 1,5%)
4. Posyif 3 (+++) : Terjadi warna jingga (glukosa 2% - 3,5%)
5. Positif 4 (++++): Terjadi warna merah bata (glukosa >3,5%)
c. Protein
- Tes protein rebus (Semi kuantitatif) :

 Hasil : Positif 4 (++++)


 Interpretasi hasil :
1. Positif 1 (+) : Terjadi kekeruhan (0,001 – 0,005 g/dl)
2. Positif 2 (++) : Terjadi kekeruhan nyata ada butir-butir halus
3. Positif 3 (+++): Terjadi gumpalan besar atau bekuan (>0,5 g/dl)
4. Positif 4 (++++) : Terjadi gumpalan besar atau bekuan

- Tes Esbach (Kuantitatif)

 Hasil : Positif (+)


Proteinuria : V urine 24 jam (L) x hasil esbach (g/dl)
: 1.500 x 0,8 : 1.200 gr/24 jam
 Interpretasi hasil
1. Negatif (-) : Tetap jernih
2. Positif (+) : Terjadi kekeruhan dan ada endapan

d. Bilirubin

 Hasil : Negatif (-)


 Interpretasi hasil
1. Negatif (-) : Tidak terjadi perubahan warna
2. Positif (+) : Tampak hijau yang seiring waktu semakin jelas
e. Urobilin

 Hasil : Negatif (-)


 Interpretasi hasil
1. Negatif (-) : Bila tidak terjadi fluorensi hijau
2. Positif (+) : Bila terjadi fluorensi (berpendar) hijau.
f. Urobilinogen

 Hasil : Negatif (-)


 Interpretasi hasil
1. Negatif (-) : Agak merah muda
2. Positif (+) : Cherry red (merah)

3.1.3 Pemeriksaan mikroskopis


Sedimen urin

Hasil : Ditemukan crystal oxalat


Interpretasi hasil :
- Eritrosit : 0,1 per LB
- Leukosit : 1-5 per LB
- Epitel : Negatif
- Silinder : 0-1 per LPK

3.2 Pembahasan
3.2.1 Pemeriksaan fisik
a. Jumlah
Ukur dan catat hasil pungsi

b. Bau
Baik transudat maupun eksudat tidak mempunyai bau bermakna kecuali kalau
terjadi pembusukkan protein. Timbulnya bau mengarah pada eksudat.
c. Buih
Suatu kondisi yang sering ditandai dengan urin berbusa adalah disfungsi ginjal.
Hal ini dikarenakan ginjal tidak bekerja dengan normal sehingga penyaringan
urin tidak maksimal.

d. Warna
Warna transudat biasanya kekuningan, sedangkan cairan yang keluar dapat
bervariasi dari putih kekuningan hingga merah darah, tergantung dari sumber
infeksi dan tingkat keparahan infeksi.

e. Kejernihan
Transudat kelihatan jernih sedangkan eksudat biasanya ada kekeruhan.

f. Berat jenis
Harus ditentukan segera sebelum kemungkinan pembentukan bekuan. Jika
cairan cukup, penentuan dapat dilakukan dengan urinometer, jika sedikit perlu
menggunakan refraktometer. Nilai berat tertentu dapat memberikan indikasi
apakah cairan tersebut memiliki sifat transudat atau sekresi.

g. Urin analyzer
Alat yang digunakan dalam pengaturan klinis untuk melakukan pengujian urin
dengan system otomatis

3.2.2 Pemeriksaan kimia


a. pH
- Pra analitik
Menyiapkan kertas pH dan sampel urin yang akan diperiksa, dengan
meminta pasien untuk mengisi pot urin sebanyak ¾ nya.
- Analitik
Celupkan kertas pH ke dalam urine lalu tunggu beberapa saat hingga
warnanya berubah. Setelah itu lakukan pembandingan dengan warna ph pada
kertas ph.
- Pasca analitik
Setelah dilakukan pembandingan dengan ph indicator, dapat dilakukan
pembacaan hasil. Pada percobaan, pH yang terdapat pada sampel urin adalah
6, yang menandakan bahwa pH urin termasuk normal.
- Kesalahan
Tidak terjadi kesalahan pada saat proses praktikum.
b. Glukosa
- Pra analitik
Menyiapkan alat dan bahan seperti reagen fehling A dan B, sampel urin,
tabung reaksi, korek api, Bunsen, penjepit tabung, dan rak tabung reaksi.
- Analitik
Tahap pertama yaitu melakukan uji reagen untuk mengetahui apakah reagen
tersebut masih layak digunakan, dengan cara mencampurkan 2 ml reagen
fehling A dan B dalam tabung reaksi, lalu dipanaskan diatas Bunsen, bila
reagen tidak terjadi perubahan warna, maka reagen tersebut dapat digunakan.
Untuk memeriksa glukosa pada urin dapat dilakukan dengan cara
memasukkan 2 ml reagen fehling A dan B, serta 1 ml sampel urin ke dalam
tabung reaksi, tak lupa untuk memasangkan penjepit tabung pada tabung
reaksi. Lalu panaskan larutan tersebut diatas bunsen kurang lebih selama 2
menit. Jika sudah selesai, dapat dilakukan pembacaan hasil dengan
memperhatikan perubahan warna pada larutan tersebut.
- Pasca analitik
Hasil dari percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil positif 1 (+) dengan
ditandai warna hijau kekuningan dalam larutan yang telah dipanaskan diatas
bunsen.
- Kesalahan
Sedikit kesalahan yang dilakukan pada saat praktikum yaitu tidak
memperhatikan jarak anatara tabung dengan bunsen pada saat proses
pembakaran larutan diatas bunsen.
c. Protein
● Tes protein rebus (Semi kuantitatif)
- Pra analitik
Sebelum memeriksa protein yang dimasak, perlu dilakukan
pemeriksaan pH urin. Mengukur pH sangat penting saat terjadi
ketidakseimbangan asam basa karena dapat memberikan gambaran
kondisi tubuh. PH normal urin adalah 4,5-8,0. Selain itu, menentukan
nilai pH pada infeksi saluran kemih dapat memberikan petunjuk
etiologi. Infeksi yang disebabkan oleh Escherichia coli biasanya
membuat urin menjadi asam, sedangkan infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Proteus, yang dapat memecah urea menjadi amonia, membuat
urin menjadi basa. Pengukuran pH juga memastikan bahwa pH urin
berada pada titik isoelektrik, sehingga pengendapan dapat dilakukan
dengan mudah.
- Analitik
Tes protein matang ini menggunakan asam asetat. Protein dalam
komposisi asam lemah mengalami denaturasi saat dipanaskan.
Pemberian asam asetat cenderung mencapai titik isoelektrik protein,
pemanasan lebih lanjut mendenaturasinya dan akhirnya terjadi
pengendapan. Hasil positif diperoleh bila larutan uji mendingin dan
menjadi keruh atau mengendap. Pemanasan mendenaturasi protein
sampel, mengurangi kemampuannya untuk mengikat air. Hal ini terjadi
karena energi panas memutus interaksi non kovalen yang terjadi pada
struktur alami protein tetapi tidak memutus ikatan non kovalen berupa
ikatan peptida. Proses ini biasanya berlangsung dalam kisaran suhu
yang sempit. Setelah ± 2 menit tabung reaksi dilepas dan setelah
pengamatan tabung reaksi dikocok.
- Pasca analitik
Hasil yang didapatkan pada praktikum yang telah dilakukan adalah
positif 4 (++++) yang mana terjadi gumpalan besar serta bekuan pada
sampel urin yang telah diuji.

- Kesalahan
Kehadiran protein dalam urin dalam jumlah kecil tidak selalu
menunjukkan kondisi patologis, misalnya albuminuria fisiologis,
albuminuria palsu, dan albuminuria postural.
● Tes Esbach (Kuantitatif)
- Pra analitik
Tes Esbach adalah metode kuantitatif untuk memeriksa protein urin.
Prinsip uji Esbach adalah protein urin (albumin) direaksikan dengan
asam pikrat dalam media atau suasana asam membentuk albumin pikrat,
yang mengendap. Pereaksi Esbach yang digunakan biasanya bersifat
asam karena terdiri dari campuran asam pikrat dan asam sitrat dalam
air. Selain itu, pH sampel urin harus diperhatikan, karena
mempengaruhi proses akumulasi protein dalam urin. Presipitasi protein
terjadi selama penggaraman.
- Analitik
Sampel urin yang digunakan adalah sampel urin 24 jam yang
dikumpulkan dan diukur volumenya. Awalnya, pH sampel urin diukur
dengan menggunakan kertas lakmus merah. Tes Esbach pH urin <6
diharapkan. Jika pH di atas 6, asam asetat ditambahkan untuk membuat
pH urine menjadi asam (pH < 6). Sampel urin harus bersifat asam
dengan pH sekitar <6. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
perubahan kestabilan reagen Esbach yang digunakan. Sampel urin yang
telah diperiksa sifat asam-basanya dimasukkan ke dalam tabung dan
ditambahkan reagen Esbach, setelah itu tabung dibalik beberapa kali.
Tujuan dari metode ini, yang melibatkan pengocokan campuran sampel
dengan inversi, adalah untuk membentuk campuran yang homogen
untuk meminimalkan kesalahan hasil.
- Pasca analitik
Tujuan penggunaan asam pikrat dalam pereaksi Esbach adalah
untuk membentuk kristal garam dari basa organik (pikrat). Akibatnya,
kandungan garam pada sampel tinggi dan jumlah molekul air juga
berkurang. Molekul air kemudian berikatan dengan permukaan
hidrofobik protein. Peristiwa ini menyebabkan protein yang sebelumnya
terlarut membentuk endapan. Penambahan asam sitrat pada pereaksi
dilakukan karena asam sitrat dapat berupa kristal anhidrat, anhidrat atau
kristal yang mengandung monohidrat.molekul air untuk setiap molekul.
Endapan protein mudah terbentuk dengan sedikit molekul air.
Dan Presipitasi (pengendapan) protein tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti B. garam anorganik, pelarut organik, polietilen
glikol, perubahan pH atau suhu. PH larutan kemungkinan akan
mempengaruhi kelarutan protein. Pada pH netral, protein mengandung
jumlah muatan maksimum dan oleh karena itu protein larut dalam
larutan.
- Kesalahan
Akan terjadi beberapa kesalahan jika pada proses pelaksanaan
terdapat satu atau dua hal yang terlupakan. Seperti salah dalam
pengukuran cairan, dan salah dalam waktu pembacaan hasil dari esbach
(kurang dari 24 jam 30 menit).

d. Bilirubin
- Pra analitik
Sampel urin yang digunakan untuk tes bilirubin harus segar atau
dapat disimpan kurang dari 4 jam. Untuk tes bilirubin urin dalam mode
pelatihan, sampel urin segar yang berumur kurang dari 4 jam harus
digunakan. Ini karena bilirubin teroksidasi ketika terpapar cahaya terlalu
lama, menghasilkan pembacaan negatif palsu. Sampel urin harus
dikumpulkan dalam wadah urin berwarna gelap untuk menghindari
paparan cahaya/oksidasi untuk mencegah bilirubin teroksidasi menjadi
biliverdin.
- Analitik
Prinsip penentuan bilirubin dengan metode Harrison adalah bilirubin
dalam urin diendapkan dengan larutan barium klorida 10% kemudian
dioksidasi menjadi biliverdin hijau dengan besi klorida dalam media asam.
Sensitivitas tes hormon untuk bilirubin urin adalah 0,005-0,1 mg/dl.
Urine disaring lalu diambil sebanyak 3 ml dan ditambahkan 3 ml BaCl2
10%. Bilirubin kemudian diendapkan menggunakan 10% BaCl 2 .
Endapan yang terbentuk diberi dengan 1-2 tetes reagen Fouchet. Bilirubin
dapat mereduksi ferri klorida menjadi senyawa dengan kompleks warna
hijau. Oleh karena itu, jika endapan berubah menjadi hijau setelah
penambahan ferri klorida, maka terdapat sejumlah bilirubin dalam urin.
Besi klorida dalam pereaksi Fouchet mengoksidasi bilirubin pewarna
kuning, dan triklorin dalam cuka bereaksi dengan biliverdin pewarna
hijau. Jadi, terbentuknya biliverdin yang berwarna hijau menandakan
adanya bilirubin dalam urin.
Komposisi reagen Fouchet adalah 25 gram asam trikloroasetat yang
digunakan untuk mengendapkan protein dalam sampel urin, larutan FeCl3
10% hingga 10 mL, yang digunakan untuk mengoksidasi bilirubin menjadi
biliverdin, dan 100 mL air suling yang digunakan. . sebagai pengencer.
- Pasca analitik
Hasilnya dianggap positif jika warna hijau semakin terang seiring
waktu. Hasilnya disebut negatif jika tidak terjadi perubahan warna pada
campuran sedimen dan pereaksi Fouchet.

- Kesalahan
Penyebab (+) palsu pemeriksaan horizon dapat disebabkan karena
konsentrasi urobilin tinggi dan obat-obatan (acriflavin dan pyridium).
Sedangkan penyebab (-) palsu pemeriksaan horizon adalah penyimpanan
urine yang lama sehingga bilirubin sudah teroksidasi menjadi biliverdin,
sehingga hasil menjadi (-) palsu, Kertas saring belum kering sehingga
bilirubin tidak dapat bereaksi dengan fouchet, maka bilirubin tidak dapat
teroksidasi menjadi biliverdin, sehingga terjadi (-) palsu, pengaruh cahaya
/ sinar yang disebabkan karena botol penampung urin tidak gelap,
sehingga bilirubin akan teroksidasi menjadi biliverdin sehingga
menyebabkan hasil (-) palsu.

e. Urobilin
- Pra analitik
pemeriksaan urobilin dengan metode Schlezinger. Urobilin adalah pigmen
alami dalam urin yang menghasilkan warna kuning. Ketika urin kental,
urobilin dapat membuat tampilan warna oranye-kemerahan yang
intensitasnya bervariasi dengan derajat oksidasi, dan kadang-kadang
menyebabkan kencing terlihat merah atau berdarah.
- Analitik
Filtrat metode uji bilirubin Harrison ditepatkan sebanyak 3 mL, kemudian
ditambahkan 3 mL pereaksi Schlezinger, kemudian diteteskan 1-2 tetes
amoniak dan dikocok, kemudian disaring hingga jernih.
- Pasca analitik
Pengamatan menunjukkan fluoresensi hijau dimana hal tersebut menandakan
adanya urobilin dalam sampel yang diperiksa.

- Kesalahan
Tes harus segera dilaksanakan ketika sudah mendapatkan sampel urin, jika
tidak akan mempengaruhi hasil akhir.

f. Urobilinogen
- Pra analitik
pemeriksaan urobilinogen dengan metode erlich. Prinsip pemeriksaan ini
adalah urobilinogen dalam urine bereaksi dengan reagen erlich
(paradimethylaminobenzaldehyde, serta HCl 50%) akan membentuk warna
jingga – merah.
- Analitik
Sampel urin sebanyak 5 ml diambil lalu ditambahkan 10-12 tetes pereaksi
erlich dikocok dan dibiarkan selama 5 menit.
- Pasca analitik
Hasil pengamatannya, larutan berubah menjadi merah, artinya sampel positif
mengandung urobilinogen.
- Kesalahan
Pada urine yang terlalu basa, kadar urobilinogennya lebih tinggi, sedangkan
pada urine yang terlalu asam, kadar urobilinogennya lebih rendah dari
seharusnya. Tingkat nitrit yang tinggi juga dapat menyebabkan hasil negatif
palsu.

3.2.3 Pemeriksaan mikroskopis


● Sedimen urin
- Pra analitik
Tahapan pengumpulan sampel urin adalah mengumpulkan,
mendistribusikan, dan menyimpan sampel. Kondisi sampel urine sangat
mempengaruhi hasil tes sedimen, maka sebaiknya urine yang diuji adalah
yang segar. Jika urin harus disimpan sebelum pemeriksaan, ditambahkan
bahan pengawet untuk mencegah perubahan komposisinya.
Mempertahankan sedimen dengan baik penting jika penilaian kuantitatif
terhadap komponen sedimen akan dilakukan.
Tahapan persiapan sedimen urin meliputi sentrifugasi. Untuk
mendapatkan sedimen, sampel urin harus disentrifugasi. Sampel urin
pertama-tama dihomogenkan, kemudian ditempatkan dalam tabung sentrifus
dan disentrifugasi. kecepatandan lamanya waktu sentrifugasi harus
konsisten. Sentrifugasi dilakukan selama 5 menit dengan kecepatan 1500-
2000 revolutions per minute (rpm) atau 400-500 relative centrifugal force
(rcf) untuk menghasilkan sedimen optimal dengan minimum elemen.
Selanjutnya langkah persiapan untuk slide mikroskopis yaitu sampel yang
disentrifugasi dihilangkan dengan membuang supernatan dengan cepat
membalikkan tabung (menuangkan), meninggalkan sekitar 0,2-0,5 mL
sedimen. Sedimen yang terakumulasi dalam tabung dicampur dengan
gerakan lembut, pencampuran yang kuat harus dihindari karena dapat
mengganggu beberapa elemen sel. Jika perlu, teteskan larutan Sternheimer-
Malbin untuk menodai sedimen dan aduk rata. Kumpulkan jumlah sedimen
yang disarankan sebanyak 20 µL (0,02 mL) pada kaca objek yang bersih dan
tutup dengan cover glass.
- Analitik
Penelitian sedimen dilakukan dengan mengamati preparat
mikroskopis menggunakan lensa objektif kecil (10X) yang disebut small
field of view (LPK). Selain itu, lensa objektif besar (40X) yang disebut
bidang pandang besar (LPB) digunakan.
Sedimen pertama kali dilihat dengan tujuan 10x untuk mengamati elemen
atau struktur besar seperti silinder, kristal dan komposisi umum sedimen.
Sedimen setidaknya terbukti 10-15 di bidang pandang dalam cahaya redup
dan hitung jumlah rata-rata partikel untuk LPK. Gunakan lensa pembesaran
40x untuk mengidentifikasi dan memotret fitur atau struktur yang kecil atau
sulit dilihat seperti silinder. Sel epitel, leukosit, sel darah merah dan elemen
lain yang terlihat. Lensa dengan perbesaran 100x (minyak imersi) tidak
digunakan untuk mengamati sedimen.

- Pasca analitik
Tahap pasca urinalisis meliputi pelaporan hasil urinalisis, meliputi:
Penulisan waktu pelaporan, identitas teknisi laboratorium yang mencatat atau
melaporkan hasil, konfirmasi identitas pasien di antara hasil pemeriksaan dan
cek kosong.
Pada tahap pelaporan hasil survei sedimen, tujuannya adalah untuk
mengungkapkan hasil survei secara semi-kuantitatif dengan melaporkan
jumlah elemen sedimen yang signifikan per lapang pandang. Elemen
sedimen dilaporkan sebagai rata-rata 10 bidang pandang besar (LPB) atau
bidang pandang kecil (LPK).

- Kesalahan
Saat memeriksa sedimen urin, kesalahan paling sering terjadi (32-75%)
pada fase pra-analitik. Faktor pra-analitik yang dapat mempengaruhi hasil
termasuk persiapan pasien, pengambilan spesimen, waktu pemeriksaan dan
termasuk persiapan spesimen.
BAB IV
KESIMPULAN

Hasil dari pemeriksaan yang telah dilakukan, kami mendapatkan hasil


pemeriksaan urinalisis makroskopis yaitu warna kuning dengan jumlah 250 ml, bau tidak
keras, buih sedikit, sedikit keruh, bj urin refraktometer 1,022 sedangkan pada carik celup
1,030. Pada pemeriksaan makroskopis beberapa parameter pemeriksaan ada yang
menunjukkan nilai abnormal. Pemeriksaan kimia urin didapatkan pH 6, protein rebus
positif 4 atau terjadi gumpalan besar dan bekuan, esbach positif 1 yang ditandai dengan
kekeruhan dan endapan dengan proteinuria 1.200 gr/24 jam, glukosa positif 2 karena
terjadi perubahan warna menjadi hijau kekuningan, horison negatif karena tidak terjadi
perubahan warna, urobilin negatif karena tidak terjadi fluorensi hijau, serta urobilinogen
yang normal dengan warna agak merah muda atau pink. sedangkan pada sedimen urin
ditemui banyak crystal oxalat didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Strasinger, S.K. dan Di Lorenzo, M.S. 2016. Urinalisis dan Cairan Tubuh. Alih
Bahasa: D. Ramadhani, N. B. Subekti. Jakarta: EGC.
Riswanto dan Rizki, M. 2015. Urinalisis: Menerjemahkan Pesan Klinis Urine.
Yogyakarta: Pustaka Rasmedia.
Lembar, S., Zuwanda, T., Wiryanto, G.A. 2013. Urinalisis dan Pemeriksaan
Cairan Tubuh Sederhana. Jakarta: WIMI.

Anda mungkin juga menyukai