Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahan pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia di samping


pendidikan, kesehatan dan sandang lainnya yang akan terus meningkat sesuai
dengan laju pertumbuhan penduduk. Namun, bahan pangan tersebut mudah
mengalami perubahan yang tidak diinginkan seperti pembusukan dan ketengikan
(Barus, 2009). Kerusakan bahan pangan ini umumnya disebabkan oleh
mikroorganisme melalui proses enzimatis dan oksidasi, terutama yang
mengandung protein dan lemak sementara karbohidrat mengalami dekomposisi.
Dalam rangka menghambat proses kerusakan pangan digunakan bahan pengawet
dan antioksidan sintetis seperti formalin, asam benzoat (Tranggono, 1990).
Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain yaitu bahan pengawet yang
bersumber dari bahan alam (Barus, 2009). Salah satu tanaman yang berpotensi
sebagai pengawet alami adalah kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.
Smith), yang merupakan tanaman rempah asli Indonesia yang secara tradisional
telah lama digunakan masyarakat (Hidayat dan Hutapea, 1991).
Hasil penelitian oleh Jaafar et al. (2007) pada daun, batang, bunga dan
rimpang tanaman ini menunjukkan adanya beberapa jenis minyak esensial yang
kemungkinan bersifat bioaktif. Penelitian Chan et al. (2007) ekstrak etanol dan
metanol dari daun tanaman ini memiliki aktivitas antioksidan dengan cara
mengukur Ferric-Reducting Antioxidant Power (FRAP) dan Abrorbic Acid
Equivalent Capacity (AEAC). McKeen et al. (1997) melaporkan ekstrak etanol
dari daun tanaman kecombrang ini memiliki kemampuan membunuh mikroba
secara kualitatif dengan metode disc diffusion dan secara kuantitatif dengan
metode tube dilution terhadap bakteri gram positif dan gram negatif.
Andayani et al. (2008) dan Hanani (2005) menguji aktifitas antioksidan
dengan menggunakan metode DPPH. Metode uji antioksidan dengan DPPH
dipilih karena metode ini adalah metode yang sederhana untuk evaluasi aktifitas
antioksidan dari senyawa bahan alam (Fraglino, 1999).
Naufain (2005) menguji aktivitas bunga keombrang dengan menggunakan
metode difusi cakram sebagai pendahuluan adanya aktifitas ekstrak terhadap
bakteri uji. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri yang biasa
mengkontaminasi bahan pangan yaitu Escherchia coli dan Staphyloccocus areus.
Selain itu, kedua bakteri ini adalah perwakilan bakteri gram positif dan negatif.
Berkaitan dengan pangan fungsional, dalam proses ekstraksi rempah-
rempah, komposisi, warna, aroma dan rendaman yang dihasilkan akan
dipengaruhi oleh jenis, ukuran dan tingkat kematangan bahan baku, jenis pelarut,
suhu dan waktu ekstraksi serta metode ekstraksi (Farrel, 1990). Persyaratan yang
harus dipenuhi oeh pelarut untuk mengekstraksi rempah-rempah antara lain : tidak
berbau dan tidak berasa, sehingga tidak mempengaruhi mutu produk akhir
(Moyler, 1994). Untuk itu perlu dilakukan kajian menggunakan pelarut air
terhadap kemampuannya sebagai antioksidan dan antibakteri.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak air daun kecombrang (E.elatior) memiliki kemampuan
sebagai antioksidan sebagai bahan pangan fungsional ?
2. Apakah ekstrak air daun kecombrang (E.elatior) memiliki kemampuan
sebagai antibakteri terhadap S. Aureus dan E. coli?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui senyawa aktif antioksidan yang terkandung dalam ekstrak air


daun kecombrang (E. Elatior)
2. Mengetahui kemampuan antibakteri ekstrak air bunga kecombrang (E.
elatior) terhadap S. aureus dan E. coli.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan bukti yang terkait tentang


ekstrak air daun kecombrang yang berpotensi sebagai penangkal radikal bebas dan
sebagai antibakteri yang dapat mengobati infeksi.

Anda mungkin juga menyukai