Bahan pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia di samping
pendidikan, kesehatan dan sandang lainnya yang akan terus meningkat sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk. Namun, bahan pangan tersebut mudah mengalami perubahan yang tidak diinginkan seperti pembusukan dan ketengikan (Barus, 2009). Kerusakan bahan pangan ini umumnya disebabkan oleh mikroorganisme melalui proses enzimatis dan oksidasi, terutama yang mengandung protein dan lemak sementara karbohidrat mengalami dekomposisi. Dalam rangka menghambat proses kerusakan pangan digunakan bahan pengawet dan antioksidan sintetis seperti formalin, asam benzoat (Tranggono, 1990). Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain yaitu bahan pengawet yang bersumber dari bahan alam (Barus, 2009). Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai pengawet alami adalah kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M. Smith), yang merupakan tanaman rempah asli Indonesia yang secara tradisional telah lama digunakan masyarakat (Hidayat dan Hutapea, 1991). Hasil penelitian oleh Jaafar et al. (2007) pada daun, batang, bunga dan rimpang tanaman ini menunjukkan adanya beberapa jenis minyak esensial yang kemungkinan bersifat bioaktif. Penelitian Chan et al. (2007) ekstrak etanol dan metanol dari daun tanaman ini memiliki aktivitas antioksidan dengan cara mengukur Ferric-Reducting Antioxidant Power (FRAP) dan Abrorbic Acid Equivalent Capacity (AEAC). McKeen et al. (1997) melaporkan ekstrak etanol dari daun tanaman kecombrang ini memiliki kemampuan membunuh mikroba secara kualitatif dengan metode disc diffusion dan secara kuantitatif dengan metode tube dilution terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Andayani et al. (2008) dan Hanani (2005) menguji aktifitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH. Metode uji antioksidan dengan DPPH dipilih karena metode ini adalah metode yang sederhana untuk evaluasi aktifitas antioksidan dari senyawa bahan alam (Fraglino, 1999). Naufain (2005) menguji aktivitas bunga keombrang dengan menggunakan metode difusi cakram sebagai pendahuluan adanya aktifitas ekstrak terhadap bakteri uji. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri yang biasa mengkontaminasi bahan pangan yaitu Escherchia coli dan Staphyloccocus areus. Selain itu, kedua bakteri ini adalah perwakilan bakteri gram positif dan negatif. Berkaitan dengan pangan fungsional, dalam proses ekstraksi rempah- rempah, komposisi, warna, aroma dan rendaman yang dihasilkan akan dipengaruhi oleh jenis, ukuran dan tingkat kematangan bahan baku, jenis pelarut, suhu dan waktu ekstraksi serta metode ekstraksi (Farrel, 1990). Persyaratan yang harus dipenuhi oeh pelarut untuk mengekstraksi rempah-rempah antara lain : tidak berbau dan tidak berasa, sehingga tidak mempengaruhi mutu produk akhir (Moyler, 1994). Untuk itu perlu dilakukan kajian menggunakan pelarut air terhadap kemampuannya sebagai antioksidan dan antibakteri. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apakah ekstrak air daun kecombrang (E.elatior) memiliki kemampuan sebagai antioksidan sebagai bahan pangan fungsional ? 2. Apakah ekstrak air daun kecombrang (E.elatior) memiliki kemampuan sebagai antibakteri terhadap S. Aureus dan E. coli?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui senyawa aktif antioksidan yang terkandung dalam ekstrak air
daun kecombrang (E. Elatior) 2. Mengetahui kemampuan antibakteri ekstrak air bunga kecombrang (E. elatior) terhadap S. aureus dan E. coli.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan bukti yang terkait tentang
ekstrak air daun kecombrang yang berpotensi sebagai penangkal radikal bebas dan sebagai antibakteri yang dapat mengobati infeksi.