Anda di halaman 1dari 4

MEMBUAT RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN

Oleh : Dr. Yenrizal, S.Sos., M.Si.


(Dosen Metodologi Penelitian pada FISIP UIN Raden Fatah Palembang)

PENGANTAR : Tulisan dibuat sebagai sebuah rangkaian dalam proses pembelajaran di


FISIP UIN Raden Fatah. Sejatinya, ini diperuntukkan untuk mahasiswa FISIP yang
mengambil mata kuliah tersebut. Hanya saja, karena sifat materi ini lintas disiplin bagi
keilmuan sosial, maka siapapun boleh-boleh saja ikut membaca tulisan ini. Sekiranya
bermanfaat tentu itu hal yang positif. Dikarenakan ini adalah rangkaian materi kuliah, maka
struktur penyajiannya juga mengikuti gaya perkuliahan. Sekali lagi ini bukan makalah ataupun
artikel lepas, tapi sajian khusus untuk mempermudah proses penyampaian materi kuliah
dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Pada pertemuan kali ini kita akan bahas mengenai bagaimana membuat rumusan masalah dan
tujuan penelitian. Hal ini tentunya didasarkan pada latar belakang masalah penelitian yang
sudah dibahas sebelumnya. Kelanjutannya adalah membuat perumusan masalah dalam
penelitian.

Rumusan masalah dalam sebuah proposal penelitian adalah hal paling mendasar. Rumusan
masalah akan menjadi penentu apa bahasan yang akan dilakukan dalam penelitian tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam perumusan masalah, kemudian akan dijawab
dalam proses penelitian dan tertuang secara sistematis dalam laporan penelitian. Semua
bahasan dalam laporan penelitian, termasuk juga semua bahasan mengenai kerangka teori dan
metodologi yang digunakan, semuanya mengacu pada perumusan masalah. Oleh karena itu, ia
menjadi titik sentral. Disinilah fokus utama yang akan menentukan arah penelitian.

Dikarenakan pentingnya rumusan masalah, maka seorang peneliti harus bisa membuat
pertanyaan-pertanyaan dalam perumusan masalah sebaik mungkin, seringkas mungkin, dan
jelas.

Perumusan masalah pada dasarnya adalah “sub bagian proposal yang berisi pertanyaan-
pertanyaan mendasar, dimana pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijawab dalam proses
penelitian nantinya”. Dengan ini bisa dilihat bahwa perjalanan penelitian selanjutnya akan
tergantung kepada rumusan masalah yang dibuat.

Kesalahan Umum

Seringkali, bagi peneliti pemula, timbul kesulitan dalam membuat rumusan masalah ini.
Peneliti sering bingung, bagaimana membuat rumusan masalah yang baik. Terkadang,
pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu ditanyakan, karena
jawaban pertanyaan tersebut sudah harus diketahui peneliti, sebelum melakukan penelitian.
Beberapa masalah yang sering terjadi, berdasarkan pengalaman selama membimbing
mahasiswa selama ini adalah sebagai berikut :

1. Pertanyaan yang diajukan bersifat jawaban konsep ataupun jawaban teoritis.


Fenomena seperti ini cukup banyak ditemukan. Misalnya, judul penelitian tersebut
adalah “Pola Komunikasi Antar Budaya Masyarakat di Kelurahan A”. Ketika membuat
perumusan masalah, pertanyaan yang diajukan adalah “Apa yang dimaksud dengan
Komunikasi Antar Budaya?”
Contoh di atas adalah kesalahan fatal. Logikanya, ketika seseorang akan melakukan
penelitian tersebut, ia seharusnya sudah memiliki konsep mengenai komunikasi antar
budaya, tidak perlu dipertanyakan lagi. Di dalam Kerangka Teori (bagian dari
proposal), hal itu sudah seharusnya di bahas. Ingat, pertanyaan dalam perumusan
masalah adalah pertanyaan yang akan dijawab/dicarikan jawaban pada saat
melakukan penelitian nanti.

2. Pertanyaan yang terlalu luas, tidak konkrit.


Misalnya, judul penelitian tersebut adalah “Pola Komunikasi Antar Budaya Masyarakat
di Kelurahan A”. Ketika membuat perumusan masalah, pertanyaan yang diajukan
adalah, “Bagaimana Pola Komunikasi Antara Budaya di Kelurahan A?” Pertanyaan
seperti ini tidak dianjurkan untuk dibuat. Memang penelitian ini ingin menjawab
pertanyaan tersebut, namun ketika membuat rumusan masalah, yang dimunculkan
harusnya adalah aspek yang lebih rinci untuk menjelaskan judul tersebut. Misalnya,
membuat pertanyaan dengan kalimat, “Bagaimanakah pandangan masyarakat A
terhadap budaya B di kelurahan A?”

3. Pertanyaan yang keluar dari topik penelitian


Misalnya, judul penelitian tersebut adalah “Pola Komunikasi Antar Budaya Masyarakat
di Kelurahan A”. Ketika membuat perumusan masalah, salah satu pertanyaan yang
diajukan adalah, Bagaimanakah peran media massa dalam memberitakan budaya
masyarakat?” Ini kedengarannya aneh, tapi faktanya beberapa peneliti pemula yang
masih mencantumkan hal tersebut. Kesalahan pada pertanyaan penelitian tersebut,
adalah mempertanyakan media massa. Memang, ada kemungkinan ketika membahas
judul di atas, keberadaan media massa mungkin berpengaruh. Tetapi, titik tekan judul
di atas bukan pada media massa. Kalaupun aspek media akan terbahas juga, ia tidak
perlu dimunculkan dalam pertanyaan penelitian.

4. Pertanyaan yang tidak berurutan dan tidak memiliki hubungan satu sama lain.
Misalnya, judul penelitian tersebut adalah “Pola Komunikasi Antar Budaya Masyarakat
di Kelurahan A”. Ketika membuat perumusan masalah, pertanyaan yang diajukan
adalah: (a) Bagaimana pandangan masyarakat dari Budaya A terhadap masyarakat
budaya B di kelurahan A? (b) Bagaimana pemerintah daerah setempat memandang
keragaman budaya yang ada? (c) Bagaimana perbedaan budaya bisa menghambat
kerukunan umat beragama?
Pertanyaan penelitian di atas menunjukkan tidak sinkronnya antara pertanyaan pertama,
kedua dan ketiga. Kelemahannya juga terlihat dari pertanyaan yang sudah keluar dari
judul penelitian.
Oleh karena itu, seorang peneliti harus berhati-hati dalam merumuskan pertanyaan
penelitian. Sekali lagi, kesalahan dalam menyusun pertanyaan penelitian, akan
berdampak pada tidak jelasnya pembahasan nanti. Pedoman dalam pembahasan, akan
mengacu pada pertanyaan penelitian yang disusun.

Pertanyaan Penelitian Yang Dianjurkan

Beberapa aspek berikut bisa dijadikan pedoman ringkas dalam menyusun pertanyaan
penelitian.

1. Pahami bahwa pertanyaan penelitian adalah ingin menjawab dan menjelaskan judul
yang sudah dibuat.
Ini hal pertama, bahwa pertanyaan penelitian yang dibuat dalam perumusan masalah,
berasal dari judul penelitian. Anda tidak boleh keluar dari wilayah judul tersebut,
karena disitulah alur penelitian dimulai. Apabila anda keluar dari judul, berarti anda
sudah membuat penelitian baru.
2. Agar memudahkan, buatlah terlebih dahulu rincian-rincian kecil dari judul yang sudah
dibuat.
Anda bisa menyusun beberapa hal penting dari judul, buat rincian-rincian sebanyak-
banyaknya. Selanjutnya anda tinggal pilih, rincian yang mana yang paling pas untuk
menjawab judul tersebut.

3. Pergunakanlah pertanyaan yang spesifik, konkrit dan jelas.


Tidak perlu menggunakan kalimat yang bertele-tele, langsung saja terfokus pada
pertanyaan yang akan anda ajukan. Misalnya, judul penelitian tersebut adalah “Pola
Komunikasi Antar Budaya Masyarakat di Kelurahan A”. Ketika membuat perumusan
masalah, pertanyaan yang diajukan adalah, anda bisa buat salah satu pertanyaannya
adalah, “Bagaimana simbol-simbol budaya yang berbeda dipahami oleh masyarakat di
kelurahan A?” Ini pertanyaan yang sudah spesifik, yaitu langsung pada pemahaman
terhadap simbol budaya yang berbeda.

4. Hati-hati dengan menggunakan kalimat tanya, konsistenlah dengan judul dan


metodologi yang akan dibuat.
Ini penting sekali, karena dalam sebuah proposal penelitian, kata tanya akan
berhubungan dengan metode yang dipakai. Hati-hati pada tahap ini. Misalnya, judul
penelitian tersebut adalah “Pola Komunikasi Antar Budaya Masyarakat di Kelurahan
A”. Ketika membuat perumusan masalah, pertanyaan yang diajukan adalah, “Seberapa
besar tingkat kerukunan masyarakat berbeda budaya di kelurahan A?” Atau ada
pertanyaan “Apakah ada hubungan perbedaan budaya dengan konflik yang terjadi di
kelurahan A?” Dua pertanyaan di atas, adalah pertanyaan yang harus dijawab dengan
metode Kuantitatif, ini tampak dari kata-kata “Seberapa besar tingkat...” dan “Apakah
ada hubungan...” Hal ini akan bertolak belakang dengan judul sebelumnya yang
bernuansa Kualitatif. Akan bertambah keliru lagi, jika pertanyaan ketiga adalah,
“Bagaimanakah pemahaman masyarakat terhadap perbedaan budaya yang ada?”
Pertanyaan ketiga ini adalah pertanyaan yang harus dibahas dengan Kualitatif.

Beberapa hal di atas bisa dijadikan panduan awal dalam membuat rumusan masalah penelitian.
Memang tidak ada patokan baku, tetapi sekali lagi dikatakan bahwa, perumusan masalah
adalah uraian atau daftar pertanyaan yang ingin menjawab judul penelitian yang sudah dibuat.
Tidak ada juga batasan berapa banyak jumlah pertanyaan yang harus diajukan. Umumnya
orang membuat 3 atau 4 pertanyaan, tetapi anda bisa saja membuat lebih atau mungkin hanya
dua pertanyaan, itu bisa saja. Anda bisa menilai sendiri, apakah pertanyaan yang dibuat sudah
bisa menjawab/menjelaskan judul penelitian yang dibuat secara lengkap. Penilaian anda
menjadi faktor penentu.

Setelah perumusan masalah dibuat, maka langkah selanjutnya adalah membuat Tujuan
Penelitian. Bagian ini tidak sulit, karena ia berhubungan langsung dengan Pertanyaan
Penelitian. Aspek yang dimunculkan dalam Tujuan Penelitian adalah keinginan jawaban dari
pertanyaan penelitian. Gampangnya, anda tinggal merubah kalimat dalam pertanyaan
penelitian, dari kalimat pertanyaan menjadi kalimat harapan. Jumlah kalimat pertanyaan
penelitian akan sama dengan jumlah tujuan penelitian. Keduanya akan seperti gayung
bersambut. Misalnya, pertanyaan penelitian adalah “Bagaimanakah pemahaman masyarakat
terhadap perbedaan budaya yang ada?” Maka dalam bagian Tujuan Penelitian, kalimatnya
menjadi “Untuk mengetahui pemahaman masyarakat terhadap perbedaan budaya yang ada.”

Anda mungkin juga menyukai