Anda di halaman 1dari 11

Makalah

KEJENUHAN DALAM BELAJAR MATEMATIKA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penulisan Karya Tulis Ilmiah
yang diampuh oleh Bapak Khardiyawan A. Y. Pauweni M.Pd

Oleh:
Wahid Mohamad
411418009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan suatu hal
yang sangat penting karena pendidikan merupakan suatu hal penentu kemajuan suatu
bangsa, dan satu penentu kemampuan sumber daya manusia di suatu Negara. Dimana
pada masa saat ini kemajuan suatu bangsa tidak dilihat dari kekayaan sumber daya
alamnya saja tetapi pada saat ini juga dilihat dari kemampuan sumber daya manusianya
sendiri bagaimana memanfaatkan suatu sumber daya alam yang ada di negaranya.
Namun permasalahannya saat ini ialah banyak siswa-siswi yang kurang mencintai
pendidikan terutama yang paling disorot ialah pelajaran Matematika. Kebanyakan Siswa-
siswi sekolah jenuh terhadap pelajaran Matematika disebabkan karena belum ada sesuatu
hal yang mampu membangkitkan minat para siswa-siswi sekolah untuk menyukai mata
pelajaran matematika bahkan untuk sekedar membaca dan membolak-balik buku yang
bersangkutan dengan Matematika.

Belajar matematika sebenarnya tidaklah terlalu susah, karena sebenarnya setiap


pelajaran yang memang kita mau pelajari pasti semuanya akan mudah diterima dan
dimengerti, tetapi kebanyakan dari siswa selalu menganggap matematika itu ialah
sebagai momok yang sangat menakutkan.

Terkait dengan rasa apriori berlebihan terhadap matematika ditemukan beberapa


penyebab siswa-siswi jenuh matematika di antaranya adalah yang mencakup penekanan
belebihan pada penghafalan semata, penekanan pada kecepatan atau berhitung,
pengajaran otoriter, kurangnya variasi dalam proses belajar-mengajar matematika, dan
penekanan berlebihan pada prestasi individu. Oleh sebab itu, untuk mengatasi hal ini,
peran guru sangat penting. Karena begitu pentingnya peran guru dalam mengatasi siswa-
siswi jenuh matematika, maka pengajaran matematika pun harus dirubah. Jika
sebelumnya, pengajaran matematika terfokus pada hitungan aritmetika saja, maka saat
ini, guru-guru harus meningkatkan kemampuan siswa dalam bernalar dengan
menggunakan logika matematis. Karena itu, materi matematika bukan lagi sekadar
aritmetika tetapi beragam jenis topik dan persoalan yang akrab dengan kehidupan sehari-
hari.

B. Masalah Penelitian
Masalah Penelitian yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah ini ialah:

1. Mengatasi Kejenuhan Mempelajari Mata Pelajaran Matematika.


2. Faktor-faktor Penyebab Kejenuhan Mempelajari Mata Pelajaran Matematika.
C. Tujuan Penulisan

Kegiatan Penyusunan Karya Ilmiah ini mempunyai Tujuan yang sangat penting
yaitu :

Tujuan Umum: Membangkitkan minat siswa-siswa dalam menekuni dunia


pendidikan khususnya mata pelajaran matematika, menghilangkan kejenuhan siswa-siswi
dalam mempelajari pelajaran matematika, dan menyadarkan bahwa matematika bukan
hanya sekadar aktivitas penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian karena
bermatematika di zaman sekarang harus aplikatif dan sesuai dengan kebutuhan hidup
modern.
D. Landasan Teori
 Siswa dibawa untuk mengamati dan memahami persoalan terlebih dahulu.
Selanjutnya perkenalkan beberapa definisi penting yang harus dipahami agar siswa
memiliki bekal untuk memahami fenomena-fenomena yang mereka temukan di
lapangan.
 Ajak siswa untuk melakukan eksplorasi, mencoba-coba, dan biarkan mereka melihat
apa yang terjadi. Di sini akan ada proses memunculkan ide-ide kreatif yang boleh
jadi diluar dugaan guru. Di sinilah ruang kreatifitas terbentuk. Siswa akan lebih
menikmati proses pembelajaran yang dilakukan.
 Biarkan siswa membuat hipotesis/dugaan atas apa yang mereka lakukan.
 Guru bersama siswa membahas kegiatan yang dilakukan. Berikan kesempatan pada
para siswa untuk mempresentasikan hasil pengamatan mereka. Kemudian baru
dilakukan proses verifikasi, meluruskan apa yang sudah dilakukan sehingga muncul
formula atau rumus atau model yang dapat dijadikan rujukan ketika siswa
menemukan persoalan serupa.
 Satu hal yang juga tidak kalah penting adalah proses mengapresiasi. Seandainya
hipotesis yang diambil oleh siswa ternyata kurang tepat maka guru hendaknya tetap
memberi apresiasi. Dengan seperti itu, maka siswa akan tetap terpacu motivasinya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengatasi Kejenuhan Dalam Belajar Matematika


Belajar adalah proses perubahan tingkah laku secara sadar sebagai akibat dari
interaksi antara peserta didik dengan sumber-sumber atau objek belajar, baik yang
sengaja dirancang. ataupun tidak sengaja dirancang namun dimanfaatkan. Proses belajar
tidak hanya terjadi karena adanya interaksi antara peserta didik dengan guru, tetapi dapat
pula diperoleh lewat interaksi antara peserta didik dengan sumber-sumber belajar
lainnya.
Pembelajaran matematika, salah satu diantara tujuannya adalah membekali peserta
didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Untuk mencapai tujuan tersebut memang tidaklah mudah.
Berbagai persepsi awal yang dimiliki siswa terhadap pelajaran matematika, telah
membentuk sikap yang beragam. Ada yang memiliki minat yang tinggi terhadap
matematika, namun tidak sedikit yang bersikap jenuh terhadap matematika. Hal ini tentu
dikarenakan pengalaman belajar yang pernah mereka rasakan.
Salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap persepsi negatif siswa terhadap
matematika adalah karena kejenuhan yang mereka alami selama belajar matematika. Sikap
jenuh yang mereka rasakan bisa disebabkan karena ketidakmampuan mereka mengerjakan
setiap soal yang diberikan, atau juga karena mereka sukar untuk memahami materi yang
diajarkan. Kejenuhan ini juga sering ditimbulkan oleh guru pengajarnya. Karena guru
kurang memiliki kemampuan dan tidak menguasai metoda, strategi dan pendekatan belajar
yang dapat membuat suasana belajar menjadi menyenangkan dan membangkitkan minat.

Adapun Langkah-langkah untuk menyiasati kejenuhan belajar Matematika


ialah:

1. Pemberian Motivasi
Peranan guru yang sangat mendasar adalah membangkitkan motivasi dalam
diri peserta didiknya agar semakin aktif belajar. Ada dua jenis motivasi, yakni motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik, ialah motivasi atau dorongan serta
gairah yang timbul dari dalam peserta didik itu sendiri, misalnya ingin mendapat
manfaat praktis dari pelajaran, ingin mendapat penghargaan dari teman terutama dari
guru, ingin mendapat nilai yang baik sebagai bukti “mampu berbuat”. Motivasi
ekstrinsik mengacu kepada faktor-faktor luar yang turut mendorong munculnya gairah
belajar, seperti lingkungan sosial yang membangun dalam kelompok, lingkungan fisik
yang memberi suasana nyaman, tekanan, kompetisi, termasuk fasilitas belajar yang
memedai dan membangkitkan minat. Dalam pembelajaran matematika, motivasi itu
sangat penting. Untuk membangkitkan motivasi intrinsik, siswa diingatkan akan
pentingnya belajar matematika untuk memecahkan persoalan hidup sehari-hari, seperti
perhitungan, pengukuran dan sebagainya. Apalagi bila siswa berkeinginan untuk
melanjutkan belajar ke jenjang lebih tinggi lagi, maka pelajaran matematika akan terus
diperoleh, sehingga pemahaman dan penguasaan materi pada tahap-tahap awal akan
membantu untuk tahap-tahap selanjutnya. Motivasi ekstrinsik dapat dikondisi oleh
guru, seperti dengan memberi pujian, hadiah dan sebagainya. Langkah-langkah berikut
ini juga merupakan bentuk motivasi ekstrinsik.
2. Menciptakan Suasana Belajar Yang Menyenangkan

Suasana belajarn yang menyenangkan dapat diciptakan oleh guru diantarnya


menghindarkan suasana kaku, tegang apalagi menakutkan dalam belajar,
menyisipkan humor-humor yang segar dan mendidik, tidak memberikan soal-soal
yang terlalu sukar, dan lain-lain.

3. Membuat Lingkungan Belajar Yang Nyaman


Lingkungan belajar yang menyenangkan dpat mempengaruhi sikap belajar
siswa. Ciptakan suasana kelas yang nyaman, meja belajar dihiasi dengan sesuatu yang
menyegarkan dan memberi semangat kepada siswa, dinding kelas ditempeli dengan
gambar-gambar atau hiasan-hiasan yang mereka minati.
4. Mengadakan Refresing
Untuk menghilangkan rasa jenuh, bosan dan penat dalam belajar, siswa
diberikan suasana refreshing, caranya bisa dengan menyertakan musik dalam ruangan
belajar, memberikan permainan-permainan simulasi-simulasi yangterjait dengan
materi belajar. Pada saat-saat tertentu, ajak siswa belajar diluar kelas, seperti di taman,
di lapangan dan lain sebagainya.
B. Penyebab Kejenuhan Belajar Matematika
Pembelajaran matematika secara formal umumnya diawali di bangku sekolah.
Sementara itu, matematika di sekolah masih menjadi pelajaran yang menakutkan bagi para
siswa. Di antara berbagai faktor yang memicu hal ini adalah proses pembelajaran yang
kurang asyik dan menarik. Model pembelajaran yang sering di temui pada pembelajaran
matematika adalah proses pembelajaran bercorak “teacher centered”, yaitu pembelajaran
yang berpusat pada guru. Sehingga guru menjadi pemeran utama dan kehadirannya
menjadi sangat menentukan. Pembelajaran menjadi tak dapat dilakukan tanpa kehadiran
guru. Siswa cenderung pasif dan tidak berperan selama proses pembelajaran. Sehingga
proses yang muncul adalah “take and give”. Dalam merangkai pembelajaran, guru pada
umumnya terbiasa dengan model standar, yakni pembelajaran yang bermula dari rumus,
menghapalnya, kemudian diterapkan dalam contoh soal. Model pembelajaran yang
demikian tidak memberi ruang bagi siswa untuk melakukan observasi (mengamati),
eksplorasi (menggali), inkuiri (menyelidiki), dan aktivitas-aktivitas lain yang
memungkinkan mereka terlibat dan memahami permasalahan yang sesungguhnya. Model
seperti ini yang mengakibatkan matematika bak kumpulan rumus yang menyeramkan,
sulit dipelajari, dan nampak abstrak.

C. Bagaimana Sebaiknya Matematika Diajarkan?


Sebagai contoh dalam pembelajaran mengenai perbandingan trigonometri .
Pembelajaran trigonometri sering kali ditakuti karena yang nampak ke permukaan adalah
simbol-simbol dan rumus-rumus yang abstrak. Adapun maknanya jarang diangkat dan
dipahamkan kepada para siswa. Perbandingan trigonometri sesungguhnya berawal dari
persoalan nyata. Berikut salah satu alternatif pengajaran yang dapat dilakukan:
1. Guru terlebih dahulu menjelaskan definisi-definisi penting sebagai bekal bagi mereka
untuk melakukan observasi dilapangan.
2. Selanjutnya minta para siswa untuk mengukur tinggi benda-benda seperti tiang
bendera, pohon, bangunan kelas, dan lain-lain. Biarkan mereka berekslporasi
menemukan caranya sendiri. Dari sisni tentu akan ada beragam cara yang diusulkan
siswa agar dapat mengukur tinggi benda-benda tersebut. Dalam hal ini guru bertugas
mengakomodir berbagai respon yang muncul, membimbing, dan mencoba
mengarahkan para siswa agar tidak terlalu keluar dari wilayah yang dijadikan tujuan.
3. Berikutnya guru dapat mengarahkan siswa untuk menerapkan perbandingan
trigonometri dalam permasalahan tersebut. Misalnya akan diukur tinggi pohon P.
Minta salah seorang siswa, katakanlah siswa A, berdiri dalam jarak tertentu terhadap
benda yang ingin diukur ketinggiannya. Misalkan jaraknya x meter. Dengan bantuan
klinometer dapat diketahui besarnya sudut yang dibentuk oleh siswa A dengan pohon
P, katakanlah sudut yang dibentuk adalah ?. Dengan menggunakan aturan tangent,
dengan mudah akan diperoleh tinggi pohon P. yakni: Tinggi pohon P = x tan(?)
4. Ajak siswa membandingkan efektifitas dan tingkat kemudahan berbagai macam cara
yang diperoleh melalui kegiatan tersebut. Dari sini akan diperoleh gambaran bahwa
matematika khususnya perbandingan trigonometri dapat mempermudah
menyelesaikan permasalahan yang ada.
5. Kegiatan pembelajaran dapat diakhiri dengan meminta siswa menuliskan rangkaian
kegiatan yang dilakukan hingga hasil akhir yang dicapai. Dengan ini, kemungkinan
besar siswa dapat lebih memahami konsep perbandingan trigonometri.
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Matematika adalah ilmu realitas, dalam artian ilmu yang bermula dari kehidupan
nyata. Selayaknya pembelajarannya dimulai dari sesuatu yang nyata, dari ilustrasi yang
dekat dan mampu dijangkau siswa, dan kemudian disederhanakan dalam formulasi
matematis. Mengajarkan matematika bukan sekedar menyampaikan aturan-aturan,
definisi-definisi, ataupun rumus-rumus yang sudah jadi. Konsep matematika seharusnya
disampaikan bermula pada kondisi atau permasalahan nyata. Berikut tahapan pengajaran
yang dapat dilakukan:
1. Siswa dibawa untuk mengamati dan memahami persoalan terlebih dahulu.
Selanjutnya perkenalkan beberapa definisi penting yang harus dipahami agar siswa
memiliki bekal untuk memahami fenomena-fenomena yang mereka temukan di
lapangan.
2. Ajak siswa untuk melakukan eksplorasi, mencoba-coba, dan biarkan mereka melihat
apa yang terjadi. Di sini akan ada proses memunculkan ide-ide kreatif yang boleh jadi
diluar dugaan guru. Di sinilah ruang kreatifitas terbentuk. Siswa akan lebih
menikmati proses pembelajaran yang dilakukan.
3. Biarkan siswa membuat hipotesis/dugaan atas apa yang mereka lakukan.
4. Guru bersama siswa membahas kegiatan yang dilakukan. Berikan kesempatan pada
para siswa untuk mempresentasikan hasil pengamatan mereka. Kemudian baru
dilakukan proses verifikasi, meluruskan apa yang sudah dilakukan sehingga muncul
formula atau rumus atau model yang dapat dijadikan rujukan ketika siswa
menemukan persoalan serupa.
5. Satu hal yang juga tidak kalah penting adalah proses mengapresiasi. Seandainya
hipotesis yang diambil oleh siswa ternyata kurang tepat maka guru hendaknya tetap
memberi apresiasi. Dengan seperti itu, maka siswa akan tetap terpacu motivasinya.

B. Saran
Setelah berhasil mengatasi segala suatu tentang kejenuhan mempelajari
matematika, maka siswa-siswi sebaiknya di tuntut untuk selalu memotivasi dirinya
sendiri, mulai menyukai guru yang mengajar matematika maka dengan begitu
diharapkan siswa-siswi juga menyukai pelajarannya, dan mulailah buat suatu kelompok
belajar agar lebih banyak masukan-masukan yang bisa di dapat dari teman yang lain.
Demikian saran dan kritik yang penulis harapkan agar bisa lebih baik untuk menulis
karya ilmiah selanjutnya.
Daftar Pustaka

Dini R. 2005. Pengantar Dasar Matematika. Diktat Program Studi


Matematika STKIP PGRI Blitar.

Djuweni. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah disajikan dalam


acara peningkatan Profesionalisme Guru, Dikda Kota Blitar, SMP / SMA se
Kota Blitar, Maret 2005

Dimyati, Mudjiono. 1998. Belajar Pembelajaran. Jakarta : Asdi Mahasatya.


Milyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004 ( Panduan Pembelajaran KBK ).
Bandung : Rosdakarya.

Nurhadi, Yasin BY, Senduk AG. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan


Penerapan dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang.

PPGM. 1999. Pembelajaran Matematika Yang Aktif dan


Efektif. Yogyakarta : Pusat Pengembangan Penataran Guru

Anda mungkin juga menyukai