DISUSUN OLEH :
MUJIBURRAHMAN
H011231052
DOSEN PENGAMPU:
ITA ROSVITA DAHRI, S.S, M.Hum.
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah tentang
‘’METODE PENGEMBANGAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN
MATA PELAJARAN MATEMATIKA’’. Karya tulis ilmiah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan Karya tulis ilmiah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki Karya tulis
ilmiah ini. Akhir kata saya berharap semoga karya tulis ilmiah ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca. Atas segala perhatiannya kami mengucapkan banyak terima
kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan suatu hal yang sangat
penting karena pendidikan merupakan suatu hal penentu kemajuan suatu bangsa, dan satu
penentu kemampuan sumber daya manusia di suatu negara. Dimana pada masa saat ini
kemajuan suatu bangsa tidak dilihat dari kekayaan sumber daya alamnya saja tetapi pada saat
ini juga dilihat dari kemampuan sumber daya manusianya sendiri bagaimana memanfaatkan
suatu sumber daya alam yang ada di negaranya. Namun permasalahannya saat ini ialah
banyak siswa-siswi yang kurang mencintai pendidikan terutama yang paling disorot ialah
pelajaran Matematika. Kebanyakan Siswa-siswi sekolah jenuh terhadap pelajaran
Matematika disebabkan karena belum ada sesuatu hal yang mampu membangkitkan minat
para siswa-siswi sekolah untuk menyukai mata pelajaran matematika bahkan untuk sekedar
membaca dan membolak-balik buku yang bersangkutan dengan Matematika.
Belajar matematika sebenarnya tidaklah terlalu susah, karena sebenarnya setiap pelajaran
yang memang kita mau pelajari pasti semuanya akan mudah diterima dan dimengerti, tetapi
kebanyakan dari siswa selalu menganggap matematika itu ialah sebagai momok yang sangat
menakutkan.Terkait dengan rasa apriori berlebihan terhadap matematika ditemukan. beberapa
penyebab siswa-siswi jenuh matematika di antaranya adalah yang mencakup penekanan
belebihan pada penghafalan semata, penekanan pada kecepatan atau berhitung, pengajaran
otoriter, kurangnya variasi dalam proses belajar-mengajar matematika, dan penekanan
berlebihan pada prestasi individu. Oleh sebab itu, untuk mengatasi hal ini, peran guru sangat
penting. Karena begitu pentingnya peran guru dalam mengatasi siswa-siswi jenuh
matematika, maka pengajaran matematika pun harus dirubah. Jika sebelumnya, pengajaran
matematika terfokus pada hitungan aritmetika saja, maka saat ini, guru-guru harus
meningkatkan kemampuan siswa dalam bernalar dengan menggunakan logika matematis.
Karena itu, materi matematika bukan lagi sekadar aritmetika tetapi beragam jenis topik dan
persoalan yang akrab dengan kehidupan sehari-hari.
B. MASALAH PENELITIAN
Masalah Penelitian yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah ini ialah:
C. TUJUAN PENULISAN
Kegiatan Penyusunan Karya Ilmiah ini mempunyai Tujuan yang sangat penting yaitu:
D. LANDASAN TEORI
Ajak siswa untuk melakukan eksplorasi, mencoba-coba, dan biarkan mereka melihat
apa yang terjadi. Di sini akan ada proses memunculkan ide-ide kreatif yang boleh jadi
diluar dugaan guru. Disinilah ruang kreatifitas terbentuk. Siswa akan lebih menikmati
proses pembelajaran yang dilakukan.
Biarkan siswa membuat hipotesis/dugaan atas apa yang mereka lakukan. Guru
bersama siswa membahas kegiatan yang dilakukan. Berikan kesempatan pada para
siswa untuk mempresentasikan hasil pengamatan mereka. Kemudian baru dilakukan
proses verifikasi, meluruskan apa yang sudah dilakukan sehingga muncul formula
atau rumus atau model yang dapat dijadikan rujukan ketika siswa menemukan
persoalan serupa.
Satu hal yang juga tidak kalah penting adalah proses mengapresiasi. Seandainya
hipotesis yang diambil oleh siswa ternyata kurang tepat maka guru hendaknya tetap
memberi apresiasi. Dengan seperti itu, maka siswa akan tetap terpacu motivasinya.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku secara sadar sebagai akibat dari interaksi antara
peserta didik dengan sumber-sumber atau objek belajar, baik yang sengaja dirancang.
ataupun tidak sengaja dirancang namun dimanfaatkan. Proses belajar tidak hanya terjadi
karena adanya interaksi antara peserta didik dengan guru, tetapi dapat pula diperoleh lewat
interaksi antara peserta didik dengan sumber-sumber belajar lainnya.
Pembelajaran matematika, salah satu diantara tujuannya adalah membekali peserta didik
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Untuk mencapai tujuan tersebut memang tidaklah mudah. Berbagai persepsi
awal yang dimiliki siswa terhadap pelajaran matematika, telah membentuk sikap yang
beragam. Ada yang memiliki minat yang tinggi terhadap matematika, namun tidak sedikit
yang bersikap jenuh terhadap matematika. Hal ini tentu dikarenakan pengalaman belajar yang
Pernah mereka rasakan.
Salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap persepsi negatif siswa terhadap
matematika adalah karena kejenuhan yang mereka alami selama belajar matematika. Sikap
jenuh yang mereka rasakan bisa disebabkan karena ketidakmampuan mereka mengerjakan
setiap soal yang diberikan, atau juga karena mereka sukar untuk memahami materi yang
diajarkan. Kejenuhan ini juga sering ditimbulkan oleh guru pengajarnya. Karena guru kurang
memiliki kemampuan dan tidak menguasai metoda, strategi dan pendekatan belajar yang
dapat membuat suasana belajar menjadi menyenangkan dan membangkitkan minat. Adapun
Langkah-langkah untuk menyiasati kejenuhan belajar Matematika ialah:
1. PEMBERIAN MOTIVASI
Peranan guru yang sangat mendasar adalah membangkitkan motivasi dalam diri peserta
didiknya agar semakin aktif belajar. Ada dua jenis motivasi, yakni motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik, ialah motivasi atau dorongan serta gairah yang timbul
dari dalam peserta didik itu sendiri, misalnya ingin mendapat manfaat praktis dari pelajaran,
ingin mendapat penghargaan dari teman terutama dari guru, ingin mendapat nilai yang baik
sebagai bukti "mampu berbuat". Motivasi ekstrinsik mengacu kepada faktor-faktor luar yang
turut mendorong munculnya gairah belajar, seperti lingkungan sosial yang membangun
dalam kelompok, lingkungan fisik yang memberi suasana nyaman, tekanan, kompetisi,
termasuk fasilitas belajar yang memadai dan membangkitkan minat.. Dalam pembelajaran
matematika, motivasi itu sangat penting. Untuk membangkitkan motivasi intrinsik, siswa
diingatkan akan pentingnya belajar matematika untuk memecahkan persoalan hidup sehari-
hari, seperti perhitungan, pengukuran dan sebagainya. Apalagi bila siswa berkeinginan untuk
melanjutkan belajar ke jenjang lebih tinggi lagi, maka pelajaran matematika akan terus
diperoleh, sehingga pemahaman dan penguasaan materi pada tahap-tahap awal akan
membantu untuk tahap-tahap selanjutnya. Motivasi ekstrinsik dapat dikondisi oleh guru,
seperti dengan memberi pujian, hadiah dan sebagainya. Langkah-langkah berikut ini juga
merupakan bentuk motivasi ekstrinsik.
Lingkungan belajar yang menyenangkan dpat mempengaruhi sikap belajar siswa. Ciptakan
suasana kelas yang nyaman, meja belajar dihiasi dengan sesuatu yang menyegarkan dan
memberi semangat kepada siswa, dinding kelas ditempeli dengan gambar-gambar atau
hiasan-hiasan yang mereka minati.
4. MENGADAKAN REFRESHING
Untuk menghilangkan rasa jenuh, bosan dan penat dalam belajar, siswa diberikan suasana
refreshing, caranya bisa dengan menyertakan musik dalam ruangan belajar, memberikan
permainan-permainan simulasi-simulasi yangterjait dengan materi belajar. Pada saat-saat
tertentu, ajak siswa belajar diluar kelas, seperti di taman, di lapangan dan lain sebagainya.
Pembelajaran matematika secara formal umumnya diawali di bangku sekolah. Sementara itu,
matematika di sekolah masih menjadi pelajaran yang menakutkan bagi para siswa. Di antara
berbagai faktor yang memicu hal ini adalah proses pembelajaran yang kurang asyik dan
menarik. Model pembelajaran yang sering di temui pada pembelajaran matematika adalah
proses pembelajaran bercorak "teacher centered", yaitu pembelajaran yang berpusat pada
guru. Sehingga guru menjadi pemeran utama dan kehadirannya menjadi sangat menentukan.
Pembelajaran menjadi tak dapat dilakukan tanpa kehadiran guru. Siswa cenderung pasif dan
tidak berperan selama proses pembelajaran. Sehingga proses yang muncul adalah "take and
give". Dalam merangkai pembelajaran, guru pada umumnya terbiasa dengan model standar,
yakni pembelajaran yang bermula dari rumus, menghapalnya, kemudian diterapkan dalam
contoh soal. Model pembelajaran yang demikian tidak memberi ruang bagi siswa untuk
melakukan observasi (mengamati), eksplorasi (menggali), inkuiri (menyelidiki), dan
aktivitas-aktivitas lain yang memungkinkan mereka terlibat dan memahami permasalahan
yang sesungguhnya. Model seperti ini yang mengakibatkan matematika bak kumpulan rumus
yang menyeramkan, sulit dipelajari, dan nampak abstrak.
1. Guru terlebih dahulu menjelaskan definisi-definisi penting sebagai bekal bagi mereka
untuk melakukan observasi dilapangan.
2. Selanjutnya minta para siswa untuk mengukur tinggi benda-benda seperti tiang
bendera, pohon, bangunan kelas, dan lain-lain. Biarkan mereka berekslporasi
menemukan caranya sendiri. Dari sisni tentu akan ada beragam cara yang diusulkan
siswa agar dapat mengukur tinggi benda-benda tersebut. Dalam hal ini guru bertugas
mengakomodir berbagai respon yang muncul, membimbing, dan mencoba
mengarahkan para siswa agar tidak terlalu keluar dari wilayah yang dijadikan tujuan.
4. Ajak siswa membandingkan efektifitas dan tingkat kemudahan berbagai macam cara
yang diperoleh melalui kegiatan tersebut. Dari sini akan diperoleh gambaran bahwa
matematika khususnya perbandingan trigonometri dapat mempermudah
menyelesaikan permasalahan yang ada.
5. Kegiatan pembelajaran dapat diakhiri dengan meminta siswa menuliskan. rangkaian
kegiatan yang dilakukan hingga hasil akhir yang dicapai. Dengan ini, kemungkinan
besar siswa dapat lebih memahami konsep perbandingan trigonometri.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Matematika adalah ilmu realitas, dalam artian ilmu yang bermula dari kehidupan nyata.
Selayaknya pembelajarannya dimulai dari sesuatu yang nyata, dari ilustrasi yang dekat dan
mampu dijangkau siswa, dan kemudian disederhanakan dalam formulasi matematis.
Mengajarkan matematika bukan sekedar menyampaikan aturan-aturan, definisi-definisi,
ataupun rumus-rumus yang sudah jadi. Konsep matematika seharusnya disampaikan bermula
pada kondisi atau permasalahan nyata. Berikut tahapan pengajaran yang dapat dilakukan:
2. Ajak siswa untuk melakukan eksplorasi, mencoba-coba, dan biarkan mereka. melihat
apa yang terjadi. Di sini akan ada proses memunculkan ide-ide kreatif yang boleh jadi
diluar dugaan guru. Di sinilah ruang kreatifitas terbentuk. Siswa akan lebih menikmati
proses pembelajaran yang dilakukan.
3. Biarkan siswa membuat hipotesis/dugaan atas apa yang mereka lakukan. Guru
bersama siswa membahas kegiatan yang dilakukan.
5. Satu hal yang juga tidak kalah penting adalah proses mengapresiasi. Seandainya
hipotesis yang diambil oleh siswa ternyata kurang tepat maka guru hendaknya tetap
memberi apresiasi. Dengan seperti itu, maka siswa akan tetap terpacu motivasinya.
B. SARAN
Setelah berhasil mengatasi segala suatu tentang kejenuhan mempelajari matematika, maka
siswa-siswi sebaiknya di tuntut untuk selalu memotivasi dirinya. sendiri, mulai menyukai
guru yang mengajar matematika maka dengan begitu diharapkan siswa-siswi juga menyukai
pelajarannya, dan mulailah buat suatu kelompok belajar agar lebih banyak masukan-masukan
yang bisa di dapat dari teman yang lain. Demikian saran dan kritik yang penulis harapkan
agar bisa lebih baik untuk menulis karya ilmiah selanjutnya.
C. DAFTAR PUSTAKA