BAB I
PENDAHULUAN
B. MASALAH PENELITIAN
Masalah Penelitian yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah ini ialah:
Mengatasi Kejenuhan Mempelajari Mata Pelajaran Matematika.
Faktor-faktor Penyebab Kejenuhan Mempelajari Mata Pelajaran Matematika.
C. TUJUAN PENULISAN
Kegiatan Penyusunan Karya Ilmiah ini mempunyai Tujuan yang sangat penting yaitu :
Tujuan Umum: Membangkitkan minat siswa-siswa dalam menekuni dunia pendidikan khususnya mata
pelajaran matematika, menghilangkan kejenuhan siswa-siswi dalam mempelajari pelajaran matematika,
dan menyadarkan bahwa matematika bukan hanya sekadar aktivitas penjumlahan, pengurangan,
pembagian, dan perkalian karena bermatematika di zaman sekarang harus aplikatif dan sesuai dengan
kebutuhan hidup modern.
D. LANDASAN TEORI
Siswa dibawa untuk mengamati dan memahami persoalan terlebih dahulu. Selanjutnya perkenalkan
beberapa definisi penting yang harus dipahami agar siswa memiliki bekal untuk memahami fenomena-
fenomena yang mereka temukan di lapangan.
Ajak siswa untuk melakukan eksplorasi, mencoba-coba, dan biarkan mereka melihat apa yang terjadi. Di sini
akan ada proses memunculkan ide-ide kreatif yang boleh jadi diluar dugaan guru. Di sinilah ruang kreatifitas
terbentuk. Siswa akan lebih menikmati proses pembelajaran yang dilakukan.
Biarkan siswa membuat hipotesis/dugaan atas apa yang mereka lakukan.
Guru bersama siswa membahas kegiatan yang dilakukan. Berikan kesempatan pada para siswa untuk
mempresentasikan hasil pengamatan mereka. Kemudian baru dilakukan proses verifikasi, meluruskan apa
yang sudah dilakukan sehingga muncul formula atau rumus atau model yang dapat dijadikan rujukan ketika
siswa menemukan persoalan serupa.
Satu hal yang juga tidak kalah penting adalah proses mengapresiasi. Seandainya hipotesis yang diambil
oleh siswa ternyata kurang tepat maka guru hendaknya tetap memberi apresiasi. Dengan seperti itu, maka
siswa akan tetap terpacu motivasinya.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku secara sadar sebagai akibat dari interaksi antara
peserta didik dengan sumber-sumber atau objek belajar, baik yang sengaja dirancang. ataupun tidak
sengaja dirancang namun dimanfaatkan. Proses belajar tidak hanya terjadi karena adanya interaksi antara
peserta didik dengan guru, tetapi dapat pula diperoleh lewat interaksi antara peserta didik dengan sumber-
sumber belajar lainnya.
Pembelajaran matematika, salah satu diantara tujuannya adalah membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Untuk mencapai tujuan tersebut memang tidaklah mudah. Berbagai persepsi awal yang dimiliki siswa
terhadap pelajaran matematika, telah membentuk sikap yang beragam. Ada yang memiliki minat yang tinggi
terhadap matematika, namun tidak sedikit yang bersikap jenuh terhadap matematika. Hal ini tentu
dikarenakan pengalaman belajar yang pernah mereka rasakan.
Salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap persepsi negatif siswa terhadap matematika adalah
karena kejenuhan yang mereka alami selama belajar matematika. Sikap jenuh yang mereka rasakan bisa
disebabkan karena ketidakmampuan mereka mengerjakan setiap soal yang diberikan, atau juga karena
mereka sukar untuk memahami materi yang diajarkan. Kejenuhan ini juga sering ditimbulkan oleh guru
pengajarnya. Karena guru kurang memiliki kemampuan dan tidak menguasai metoda, strategi dan
pendekatan belajar yang dapat membuat suasana belajar menjadi menyenangkan dan membangkitkan
minat.
Peranan guru yang sangat mendasar adalah membangkitkan motivasi dalam diri peserta didiknya agar
semakin aktif belajar. Ada dua jenis motivasi, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsik, ialah motivasi atau dorongan serta gairah yang timbul dari dalam peserta didik itu sendiri,
misalnya ingin mendapat manfaat praktis dari pelajaran, ingin mendapat penghargaan dari teman terutama
dari guru, ingin mendapat nilai yang baik sebagai bukti “mampu berbuat”. Motivasi ekstrinsik mengacu
kepada faktor-faktor luar yang turut mendorong munculnya gairah belajar, seperti lingkungan sosial yang
membangun dalam kelompok, lingkungan fisik yang memberi suasana nyaman, tekanan, kompetisi,
termasuk fasilitas belajar yang memadai dan membangkitkan minat.
Dalam pembelajaran matematika, motivasi itu sangat penting. Untuk membangkitkan motivasi intrinsik,
siswa diingatkan akan pentingnya belajar matematika untuk memecahkan persoalan hidup sehari-hari,
seperti perhitungan, pengukuran dan sebagainya. Apalagi bila siswa berkeinginan untuk melanjutkan
belajar ke jenjang lebih tinggi lagi, maka pelajaran matematika akan terus diperoleh, sehingga pemahaman
dan penguasaan materi pada tahap-tahap awal akan membantu untuk tahap-tahap selanjutnya. Motivasi
ekstrinsik dapat dikondisi oleh guru, seperti dengan memberi pujian, hadiah dan sebagainya. Langkah-
langkah berikut ini juga merupakan bentuk motivasi ekstrinsik.
2. MENCIPTAKAN SUASANA BELAJAR YANG MENYENANGKAN
Suasana belajarn yang menyenangkan dapat diciptakan oleh guru diantarnya menghindarkan suasana kaku,
tegang apalagi menakutkan dalam belajar, menyisipkan humor-humor yang segar dan mendidik, tidak
memberikan soal-soal yang terlalu sukar, dan lain-lain.
3. MEMBUAT LINGKUNGAN BELAJAR YANG NYAMAN
Lingkungan belajar yang menyenangkan dpat mempengaruhi sikap belajar siswa. Ciptakan suasana kelas
yang nyaman, meja belajar dihiasi dengan sesuatu yang menyegarkan dan memberi semangat kepada
siswa, dinding kelas ditempeli dengan gambar-gambar atau hiasan-hiasan yang mereka minati.
4. MENGADAKAN REFRESHING
Untuk menghilangkan rasa jenuh, bosan dan penat dalam belajar, siswa diberikan suasana refreshing,
caranya bisa dengan menyertakan musik dalam ruangan belajar, memberikan permainan-permainan
simulasi-simulasi yangterjait dengan materi belajar. Pada saat-saat tertentu, ajak siswa belajar diluar kelas,
seperti di taman, di lapangan dan lain sebagainya.
B. PENYEBAB KEJENUHAN BELAJAR MATEMATIKA
Pembelajaran matematika secara formal umumnya diawali di bangku sekolah. Sementara itu,
matematika di sekolah masih menjadi pelajaran yang menakutkan bagi para siswa. Di antara berbagai faktor
yang memicu hal ini adalah proses pembelajaran yang kurang asyik dan menarik. Model pembelajaran yang
sering di temui pada pembelajaran matematika adalah proses pembelajaran bercorak “teacher centered”,
yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Sehingga guru menjadi pemeran utama dan kehadirannya
menjadi sangat menentukan. Pembelajaran menjadi tak dapat dilakukan tanpa kehadiran guru. Siswa
cenderung pasif dan tidak berperan selama proses pembelajaran. Sehingga proses yang muncul adalah
“take and give”. Dalam merangkai pembelajaran, guru pada umumnya terbiasa dengan model standar, yakni
pembelajaran yang bermula dari rumus, menghapalnya, kemudian diterapkan dalam contoh soal. Model
pembelajaran yang demikian tidak memberi ruang bagi siswa untuk melakukan observasi (mengamati),
eksplorasi (menggali), inkuiri (menyelidiki), dan aktivitas-aktivitas lain yang memungkinkan mereka terlibat
dan memahami permasalahan yang sesungguhnya. Model seperti ini yang mengakibatkan matematika bak
kumpulan rumus yang menyeramkan, sulit dipelajari, dan nampak abstrak.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Matematika adalah ilmu realitas, dalam artian ilmu yang bermula dari kehidupan nyata. Selayaknya
pembelajarannya dimulai dari sesuatu yang nyata, dari ilustrasi yang dekat dan mampu dijangkau siswa, dan
kemudian disederhanakan dalam formulasi matematis. Mengajarkan matematika bukan sekedar
menyampaikan aturan-aturan, definisi-definisi, ataupun rumus-rumus yang sudah jadi. Konsep matematika
seharusnya disampaikan bermula pada kondisi atau permasalahan nyata. Berikut tahapan pengajaran yang
dapat dilakukan:
1. Siswa dibawa untuk mengamati dan memahami persoalan terlebih dahulu. Selanjutnya perkenalkan
beberapa definisi penting yang harus dipahami agar siswa memiliki bekal untuk memahami fenomena-
fenomena yang mereka temukan di lapangan.
2. Ajak siswa untuk melakukan eksplorasi, mencoba-coba, dan biarkan mereka melihat apa yang terjadi. Di sini
akan ada proses memunculkan ide-ide kreatif yang boleh jadi diluar dugaan guru. Di sinilah ruang kreatifitas
terbentuk. Siswa akan lebih menikmati proses pembelajaran yang dilakukan.
3. Biarkan siswa membuat hipotesis/dugaan atas apa yang mereka lakukan.
4. Guru bersama siswa membahas kegiatan yang dilakukan. Berikan kesempatan pada para siswa untuk
mempresentasikan hasil pengamatan mereka. Kemudian baru dilakukan proses verifikasi, meluruskan apa
yang sudah dilakukan sehingga muncul formula atau rumus atau model yang dapat dijadikan rujukan ketika
siswa menemukan persoalan serupa.
5. Satu hal yang juga tidak kalah penting adalah proses mengapresiasi. Seandainya hipotesis yang diambil
oleh siswa ternyata kurang tepat maka guru hendaknya tetap memberi apresiasi. Dengan seperti itu, maka
siswa akan tetap terpacu motivasinya.
B. SARAN
Setelah berhasil mengatasi segala suatu tentang kejenuhan mempelajari matematika, maka siswa-
siswi sebaiknya di tuntut untuk selalu memotivasi dirinya sendiri, mulai menyukai guru yang mengajar
matematika maka dengan begitu diharapkan siswa-siswi juga menyukai pelajarannya, dan mulailah buat
suatu kelompok belajar agar lebih banyak masukan-masukan yang bisa di dapat dari teman yang lain.
Demikian saran dan kritik yang penulis harapkan agar bisa lebih baik untuk menulis karya ilmiah
selanjutnya.
C. DAFTAR PUSTAKA
Wordpress.com, www.idblognetwork.com, http:/id.wikipedia.org
MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran matematika perlu dicarikan upaya-upaya yang
tepat dan efektif serta efisien. Salah satu upayanya adalah pemilihan strategi pembelajaran yang lebih menekankan
pada aktivitas belajar siswa dan bukan pada aktifitas mengajar guru. Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran matematika. Salah satunya adalah Problem-Based Learning. Dalam pembelajaran
matematika, khususnya dalam penyelesaian soal-soal logika dibanding dengan strategi pembelajaran lainnya,
strategi Problem-Based Learning memiliki beberapa keunggulan, diantaranya siswa lebih aktif untuk berdiskusi dan
berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal – soal pada pokok
bahasan Logika Matematika. (2) mengetahui prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Logika Matematika. (3)
mengetahui dampak metode Problem-Based Learning dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok
bahasan Logika Matematika.
Sedangkan manfaat hasil penelitian diharapkan antara lain bagi siswa: (1) Meningkatkan minat siswa dalam
memahami Logika Matematika. (2) Memiliki rasa setia kawan, kerjasama dan tanggung jawab. (3) Memotifasi
siswa untuk lebih mantap dalam belajar matematika terutama pada pokok bahasan Logika Matematika. (4) Siswa
mengerti akan pentingnya belajar berkelompok. (5) Siswa dapat saling berinteraksi dalam kelompok untuk
menyampaikan pendapat atau mendiskusikan setiap soal pada pokok bahasan Logika Matematika. (6) Siswa dapat
berfikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah melalui pemberian tugas secara berkelompok. Bagi guru: (1)
Mendorong untuk meningkatkan profesionalisme guru. (2) Memperbaiki kinerja guru. (3) Menumbuhkan wawasan
berfikir ilmiah. (4) Mempermudah pelaksanaan pembelajaran. Bagi sekolah (1) Hasil pembelajaran sebagai umpan
balik untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. (2) Meningkatkan kualitas atau mutu sekolah
melalui peningkatan prestasi siswa dan kinerja guru
Waktu penelitian dilaksanakan mulai tanggal 3 April s/d 18 April 2007. penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2
siklus dan setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan
dan refleksi tindakan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes prestasi belajar, angket dan
observasi. Untuk penyajian data disajikan dalam bentuk tabel agar lebih mudah untuk dibaca dengan teknik analisa
diskriptif.
Pada akhir pelaksanaan tindakan pada setiap siklus tampak ada peningkatan rasa senang, antusias dan keaktifan
siswa selama pembelajaran dan hasil pembelajaran disetiap siklus meningkat pula yaitu nilai rata-rata sebelum
diadakan penelitian 42,8, pada siklus I 69,4 dan pada siklus II 74,4 dengan prosentase kenaikan nilai rata-rata
ulangan harian sebelum diadakan PTK ke siklus I naik 62,15% dari siklus I ke siklus II naik 7,20 %. Jadi dapat
disimpulkan bahwa penggunaan metode Problem-Based Learning dalam pembelajaran matematika pada pokok
bahasan logika matematika dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar
Tahun Pelajaran 2006-2007.
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, segala puji bagi Allah Tuhan semesta
alam, karena bimbinganNyalah penelitian ini dapat diselesaikan.
Dalam penyusunan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Dengan Metode Problem-
Based Learning Pada Pokok Bahasan Logika Matematika di Kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Pelajaran 2006 /
2007” Peneliti sadari masih jauh dari sempurna, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan koreksi, kritik dan
saran dari berbagai pihak untuk perbaikan dan penyempurnaannya.
Pada kesempatan yang baik ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Drs. Pratignyo Yitno Sutomo, M.Pd selaku Kepala Dinas Pendidikan Daerah Tingkat II Kota Blitar.
2. Bapak dan Ibu Guru Matematika SMA Negeri 3 Blitar.
3. Semua pihak yang telah ikut membantu dan mendukung kegiatan penelitian ini.
Harapan Peneliti semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi para pembaca.
Blitar, 25 April 2007
Peneliti
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
E. Batasan Masalah 7
F. Penegasan Istilah 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hakekat Belajar dan Pembelajaran 9
B. Prinsip-prinsip Belajar 10
C. Motivasi Belajar 11
D. Pendekatan Belajar 13
E. Masalah-masalah Belajar 14
F. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) 18
G. Logika Matematika 20
H. Penelitian Tindakan Kelas 25
I. Hipotesis 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Seting Penelitian 29
B. Siklus Penelitian 29
C. Instrumen Penelitian 33
D. Teknik analisa data 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Siklus I 38
1. Perencanaan 38
2. Pelaksanaan 38
3. Pengamatan 41
4. Refleksi Perbaikan dan Pengayaan 49
B. Siklus II 49
1. Perencanaan 49
2. Pelaksanaan 50
3. Pengamatan 52
4. Refleksi Perbaikan dan Pengayaan 59
C. Pembahasan Hasil Penelitian 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 66
B. Saran 67
DAFTAR PUSTAKA 68
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Data Nilai Ulangan Harian PRA PTK Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 3
Blitar Tahun Pelajaran 2006-2007 39
Tabel 11. Hasil Angket tentang Metode Pembelajaran dengan Metode Problem-
Based Learning (yang ditujukan dalam bentuk proses) 60
Tabel 14. Data Hasil Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai dari Siklus I dan Siklus
II 62
Tabel 15. Data Hasil Kreatifitas Siswa Mencatat Materi Pelajaran Siklus I dan
Siklus II 63
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus 69
2. Tes Evaluasi Siklus I 71
3. Kunci Jawaban Tes Evaluasi Siklus I 72
4. Tabel Monitoring Kolaborator Siklus I 74
5. Tes Evaluasi Siklus II 75
6. Kunci Jawaban Tes Evaluasi Siklus II 77
7. Tabel Monitoring Kolaborator Siklus II 79
8. Angket 80
9. Foto-Foto Pelaksanaan 81
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pembelajaran matematika banyak guru yang mengeluhkan rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan
konsep matematika. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam memahami konsep matematika sehingga
mengakibatkan kesalahan – kesalahan dalam mengerjakan soal sehingga mengakibatkan rendahnya prestasi belajar
siswa (skor) baik dalam ulangan harian, ulangan semester, maupun ujian akhir sekolah, padahal dalam pelaksanaan
proses pembelajaran di kelas biasanya guru memberikan tugas (pemantapan) secara kontinu berupa latihan soal.
Kondisi riil dalam pelaksanaannya latihan yang diberikan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menerapkan konsep matematika. Rendahnya mutu pembelajaran dapat diartikan kurang efektifnya proses
pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang ada, minat dan
motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang rendah, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai akan
menyebabkan pembelajaran menjadi kurang efektif. Saat sekarang ini sistem pembelajaran harus sesuai dengan
kurikulum yang menggunakan sistem KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Jadi pendidikan tidak hanya
ditekankan pada aspek kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotorik.
Metode pembelajaran yang kurang efektif dan efisien, menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik, misalnya pembelajaran yang monoton dari waktu ke waktu, guru yang bersifat otoriter dan
kurang bersahabat dengan siswa, sehingga siswa merasa bosan dan kurang minat belajar. Untuk mengatasi hal
tersebut maka guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu meningkatkan kualitas profesionalismenya
yaitu dengan cara memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa secara efektif dalam
proses pembelajaran. Juga mengupayakan siswa untuk memiliki hubungan yang erat dengan guru, dengan teman –
temannya dan juga dengan lingkungan sekitarnya.
Keberhasilan pembelajaran dalam arti tercapainya standar kompetensi, sangat bergantung pada kemampuan guru
mengolah pembelajaran yang dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sehingga merupakan
titik awal berhasilnya pembelajaran (Semiawan, 1985).Banyaknya teori dan hasil penelitian para ahli pendidikan
yang menunjukkan bahwa pembelajaran akan berhasil bila siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Atas dasar ini munculah istilah Cara Belajar Siswa Aktif ( CBSA ). Salah satu pendekatan pembelajaran yang
mengakomodasi CBSA adalah pembelajaran dengan pemberian tugas secara berkelompok.
Pembelajaran Berbasis Masalah dikembangkan dari pemikiran nilai – nilai demokrasi, belajar efektif perilaku kerja
sama dan menghargai keanekaragaman dimasyarakat. Dalam pembelajaran guru harus dapat menciptakan
lingkungan belajar sebagai suatu sistem sosial yang memiliki ciri proses demokrasi dan proses ilmiah. Pembelajaran
berbasis masalah merupakan jawaban terhadap praktek pembelajaran kompetensi serta merespon perkembangan
dinamika sosial masyarakat. Selain itu pembelajaran berbasis masalah pada dasarnya merupakan pengembangan
lebih lanjut dari pembelajaran kelompok. Dengan demikian, metode pembelajaran berbasis masalah memiliki
karakteristik yang khas yaitu menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks belajar bagi siswa untuk belajar
tentang berpikir kritis dan ketrampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
esensial dari materi pelajaran.
Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dengan situasi berorientasi pada
masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Menurut Ibrahim dan Nur (2000:2 dalam Nurhadi
dkk,2004), “ Pembelajaran berbasis masalah dikenal dengan nama lain seperti Project-Based Learning
(Pembelajaran Proyek), Eksperience-Based Education (Pendidikan Berdasarkan Pengalaman), Authentic learning
(Pembelajaran Autentik), dan Anchored instruction (Pembelajaran berakar pada dunia nyata)”. Peran guru dalam
pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan
dan dialog. Pembelajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas
yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka secara garis besar pembelajaran berbasis masalah
terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan
kemudahan kepada mereka untuk melakukankan penyelidikan secara inkuiri.
Terkait dengan kurikulum 2004, pembelajaran dengan pemberian tugas secaraberkelompok menjadi salah satu
pendekatan yang sebaiknya di kuasai oleh guru baik secara teoritis maupun praktis. Berangkat dari pemikiran
tersebut Peneliti memilih judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Dengan Metoda Problem-
Based Learning Pada Pokok Bahasan Logika Matematika Di Kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 –
2007”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah dengan metode Problem-Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan
soal – soal latihan pada pokok bahasan Logika Matematika di kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 –
2007?
2. Apakah dengan metode Problem-Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas pada pokok
bahasan Logika Matematika di kelas X-1 SMA Negeri 3 Tahun Ajaran 2006 – 2007?
3. Bagaimanakah dampak metode Problem-Based Learning dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada
pokok bahasan Logika Matematika siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 – 2007?
C. Tujuan Penelitian
Untuk memberi arah yang jelas tentang maksud dari penelitian ini dan berdasar pada rumusan masalah yang
diajukan, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal – soal pada pokok bahasan Logika
Matematika di kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 – 2007 yang diajarkan dengan metode Problem-
Based Learning.
2. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Logika Matematika di kelas X-1
SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 – 2007 yang diajarkan dengan metode Problem-Based Learning..
3. Untuk mengetahui dampak metode Problem-Based Learning dalam meningkatkan prestasi belajar siswa X-1
SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 – 2007 pada pokok bahasan Logika Matematika.
D. Manfaat Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat memberikan mamfaat bagi :
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan minat siswa dalam memahami Pokok Bahasan Logika Matematika.
b. Memiliki rasa setia kawan, kerjasama dan tanggung jawab.
c. Memotivasi siswa untuk lebih mantap dalam belajar matematika terutama pada pokok bahasan Logika
Matematika.
d. Siswa mengerti akan pentingnya belajar berkelompok.
e. Siswa dapat saling berinteraksi dalam kelompok untuk menyampaikan pendapat atau mendiskusikan setiap soal
pada pokok bahasan Logika Matematika.
f. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah melalui pemberian tugas secara berkelompok
2. Bagi Guru
a. Mendorong untuk meningkatkan profesionalisme guru.
b. Memperbaiki kinerja guru
c. Menumbuhkan wawasan berfikir ilmiah
d. Meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
a. Hasil pembelajaran sebagai umpan balik untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran.
b. Meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui peningkatan prestasi siswa dan kinerja guru.
E. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran matematika dengan metode Problem-Based Learning untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika dilaksanakan di kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar semester genap tahun pelajaran 2006 / 2007
2. Materi yang diajarkan adalah pada pokok bahasan Logika Matematika
F. Penegasan Istilah
Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang ada dan untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka diberikan
penegasan istilah sebagai berikut :
1. Prestasi belajar
“ Prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil tertinggi dalam belajar yang dicapai menurut
kemampuan anak dalam mengerjakan sesuatu pada saat tertentu pula”. (Sumartono, 1971). Dalam penelitian ini
yang dimaksud mengerjakan sesuatu adalah menyelesaikan soal – soal pokok bahasan Logika Matematika. Sedang
yang dimaksud pada saat tertentu adalah pada saat dilakukan ulangan harian.
2. Logika Matematika
Logika Matematika adalah Pokok bahasan dalam pelajaran matematika yang diajarkan di kelas X SMA pada
semester genap.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakekat Belajar dan Pembelajaran
Belajar pada prinsipnya adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan
sumber-sumber atau obyek belajar baik secara sengaja dirancang atau tanpa sengaja dirancang (Suliana,2005).
Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar. Selain itu kegiatan belajar juga
dapat di amati oleh orang lain. Belajar yang di hayati oleh seorang pebelajar (siswa) ada hubungannya dengan usaha
pembelajaran, yang dilakukan oleh pembelajar (guru). Pada satu sisi, belajar yang di alami oleh pebelajar terkait
dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi lain, kegiatan belajar yang juga berupa
perkembangan mental tersebut juga didorong oleh tindakan pendidikan atau pembelajaran. Dengan kata lain, belajar
ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar. Dari segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan
pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai dampak pengiring,
selanjutnya, dampak pengiring tersebut akan menghasilkan program belajar sendiri sebagai perwujudan emansipasi
siswa menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau
pembelajaran. Proses belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku yang dikehendaki, suatu hasil belajar sebagai
dampak pengajaran. (Dimyati & Mudjiono, 2002)
B. Prinsip-prinsip Belajar
Para ahli meneliti gejala-gejala dari berbagai sudut pandang ilmu. Mereka telah menemukan teori-teori dan prinsip-
prinsip belajar. Diantara prinsip-prinsip belajar yang penting berkenaan dengan :
1. Perhatian dan motivasi belajar siswa
2. Keaktifan belajar
3. Keterlibatan dalam belajar
4. Pengulangan belajar
5. Tantangan semangat belajar
6. Pemberian balikan dan penguatan belajar
7. Adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar
Perhatian dapat memperkuat kegiatan belajar, menggiatkan perilaku untuk mencapai sasaran belajar. Perhatian
berhubungan dengan motivasi sebagai tenaga penggerak belajar. Motivasi dapat bersifat internal atau eksternal,
maupun intrinsik atau ekstrinsik.
Yang dimaksud dengan motivasi yang bersifat internal adalah motivasi yang datang dari diri sendiri. Motivasi yang
bersifat eksternal adalah motivasi yang datang dari orang lain. Yang dimaksud dengan motivasi yang bersifat
intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa
yang dengan sungguh-sungguh mempelajari matapelajaran disekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang
dipelajarinya. Sedang motivasi ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya
tetapi menjadi penyertanya. Sebagai contoh, seorang siswa belajar sungguh-sungguh bukan disebabkan karena ingin
memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan untuk naik kelas atau mendapatkan ijazah.
Naik kelas dan mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar.
Dewasa ini para ahli memandang siswa adalah seorang individu yang aktif. Oleh karena itu, peran guru bukan
sebagai satu-satunya pembelajar, tetapi sebagai pembimbing, fasilitator dan pengarah. Belajar memang bersifat
individual, oleh karena itu belajar berarti suatu keterlibatan langsung atau pemerolehan pengalaman individual yang
unik. Belajar tidak terjadi sekaligus, tetapi akan berlangsung penuh pengulangan berkali-kali, bersinambungan,
tanpa henti. Belajar yang berarti bila bahan belajar tersebut menantang siswa. Belajar juga akan menjadi terarah bila
ada balikan dan penguatan dari pembelajar. Betapapun pembelajaran yang telah direkayasa secara pedagogis oleh
guru, hasil belajar akan terpengaruh oleh karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifat individual pebelajar.
C. Motivasi Belajar
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian atau cita-
cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada sebagian ahli psikologi pendidikan yang
menyebut kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang
sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam
motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap
dan perilaku pada individu belajar (Koeswara, 1989; Siagia, 1989; Sehein, 1991; Biggs & Telfer, 1987 dalam
Dimyati & Mudjiono, 2002 ). Sebagai kekuatan mental, motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Motivasi Primer
Motivasi Primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya
berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. (Dimyati & Mudjiono, 2002)
2. Motivasi Sekunder
Motivasi Sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda dengan motivasi primer. Sebagai ilustrasi
seorang yang lapar akan tertarik pada makan dibanding belajar. Untuk memperoleh makanan tersebut orang harus
bekerja terlebih dahulu. Agar dapat bekerja dengan baik, orang harus belajar bekerja. “Bekerja dengan baik”
merupakan motivasi sekunder. Bila orang bekerja dengan baik, maka ia akan memperoleh gaji berupa uang. Uang
tersebut merupakan penguat motivasi sekunder. Uang merupakan penguat umum, agar orang bekerja dengan baik.
Bila orang memiliki uang setelah ia bekerja dengan baik, maka ia dapat membeli makanan untuk menghilangkan
rasa lapar.(Jalaludin Rahmad, 1991; Sumadi Suryabrata, 1991 dalam Dimyati & Mudjiono, 2002)
Berdasarkan sifatnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang dikarenakan orang tersebut senang melakukannya.(Dimyati & Mudjiono,
2002)
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya.
Orang berbuat sesuatu, karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman.(Dimyati &
Mudjiono, 2002)
D. Pendekatan Belajar
Belajar dapat dilakukan di sembarang tempat, kondisi, dan waktu. Cepatnya informasi lewat radio, televisi, film,
internet, surat kabar, majalah, dapat mempermudah belajar. Meskipun informasi dapat dengan mudah diperoleh,
tidak dengan sendirinya seseorang terdorong untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, pengetahuan dan
ketrampilan daripadanya. Guru profesional memperlukan pengetahuan dan keterampilan pendekatan pembelajaran
agar mampu mengelola berbagai pesan sehingga siswa terbiasa belajar sepanjang hayat.
Pendekatan pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Dalam belajar
tentang pendekatan belajar tersebut, orang dapat melihat pengorganisasian siswa, posisi guru-siswa dalam
pengolahan pesan, dan pemerolehan kemampuan dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dengan
pengorganisasian siswa dapat dilakukan dengan pembelajaran secara individual, pembelajaran secara kelompok, dan
pembelajaran secara klasikal. (Dimyati & Mudjiono, 2002)
E. Masalah-masalah Belajar
Dari sisi siswa yang bertindak belajar akan menimbulkan masalah-masalah internal belajar. Dari sisi guru, yang
memusatkan perhatian pada pebelajar yang belajar maka akan muncul faktor-faktor eksternal yang memungkinkan
terjadinya belajar.
Faktor internal yang dialamai oleh siswa meliputi hal-hal seperti; sikap terhadap belajar, motivasi belajar,
konsentrasi belajar, kemampuan mengolah bahan belajar, kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar,
kemampuan menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, rasa percaya
diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar dan cita-cita siswa. Faktor-faktor internal ini akan
menjadi masalah sejauh siswa tidak dapat menghasilkan tindak belajar yang menghasilkan hasil belajar yang baik.
(Dimyati & Mudjiono, 2002)
Faktor eksternal meliputi hal-hal sebagai berikut; guru sebagai pembimbing belajar, prasarana dan sarana
pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan siswa di sekolah, dan kurikulum sekolah. Dari sisi guru sebagai
pembelajar maka peranan guru dalam mengatasi masalah-masalah eksternal belajar merupakan prasyarat
terlaksanannya siswa dapat belajar.(Dimyati & Mudjiono, 2002)
Sumadi Suryabrata (1984) mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi digolongkan menjadi dua golongan, yaitu :
a. Faktor-faktor non-sosial
Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga tidak terbilang jumlahnya, seperti misalnya : keadaan suhu, suhu
udara, cuaca, waktu (pagi, siang atau malam), tempat (letaknya, pergedungannya), alat-alat yang dipakai untuk
belajar (alat tulis, buku, alat peraga, dan sebagainya yang dapat kita sebut sebagai alat pelajaran).
b. Faktor-faktor sosial
Yang dimaksud dengan faktor sosial disini adalah faktor manusia (semua manusia), baik manusia itu hadir maupun
kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran orang atau orang-orang lain pada waktu
seseorang sedang belajar, banyak kali mengganggu belajar itu; misalnya kalau satu kelas murid sedang
melaksanakan ujian, lalu banyak anak-anak lain bercakap-cakap di samping kelas, atau seseorang sedang belajar di
kamar, satu atau dua orang hilir mudik keluar masuk kamar belajar itu dan sebagainya.
Selain kehadiran yang langsung seperti yang dikemukakan di atas, mungkin juga orang lain itu hadir tidak secara
langsung atau dapat disimpulkan kehadirannya; misalnya saja potret dapat merupakan representasi dari seseorang,
suara nyanyian yang dihidangkan lewat radio maupun tape recorder juga dapat merupakan representasi bagi
kehadiran seseorang.
2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, dan ini pun dapat lagi digolongkan menjadi dua golongan
yaitu :
a. Faktor-faktor fisiologi
Faktor-faktor fisiologi ini masih dapat lagi dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya
Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatar belakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani
yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan jasmani yang lelah lain
pengaruhnya dari pada yang tidak lelah. Dalam hubungannya dengan hal ini ada dua hal yang perlu dikemukakan
yaitu :
(a) Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang
pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah dan lain sebagainya.
(b) Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar itu.
2) Keadaan fungsi-fungsi fisiologi tertentu terutama fungsi-fungsi alat indra.
b. Faktor-faktor psikologi
Arden N. Frandsen (dalam S. Suryabrata, 1984) mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar
adalah sebagai berikut:
1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
2) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman.
3) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kooperasi
maupun kompetensi
4) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran
5) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.
G. Logika Matematika
1. Pernyataan
Pernyataan adalah suatu kalimat yang deklaratif yang bernilai benar saja atau salah saja, tetapi tidak sekaligus benar
dan salah. Yang dimaksud benar atau salah adalah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Setiap pernyataan
adalah kalimat tetapi tidak semua kalimat adalah pernyataan.
)Ù4. Konjungsi (
Konjungsi adalah dua pernyataan bernilai benar jika kedua komponennya bernilai benar. Konjungsi adalah kata lain
dari perangkai “dan”. Tabel kebenarannya adalah sebagai berikut:
qÙP Q p
B B B
B S S
S B S
S S S
)Ú5. Disjungsi (
Disjungsi adalah dua pernyataan bernilai benar jika salah satu komponennya bernilai benar atau bernilai salah bila
kedua komponennya bernilai salah. Disjungsi adalah kata lain dari perangkai atau. Tabel kebenarannya adalah
sebagai berikut:
p q pvq
B B B
B S B
S B B
S S S
)Þ6. Implikasi (
Implikasi adalah dua pernyataan majemuk yang disusun dari dua buah pernyataan p q) pernyataan tersebut
bernilaiÞdan q dengan bentuk jika p maka q (p salah jika p bernilai benar dan q bernilai salah dan yang lainnya
bernilai benar. Tabel kebenarannya adalah sebagai berikut:
qÞp q p
B B B
B S S
S B B
S S B
)Û7. Biimplikasi (
Biimplikasi adalah pernyataan yang dibentuk dari dua pernyataan p dan q dengan menggunakan kata hubung “jika
dan hanya jika”. Biimplikasi dua pernyataan akan bernilai benar jika komponen-komponennya memiliki kebenaran
yang sama. Tabel kebenarannya adalah sebagai berikut:
qÛp q p
B B B
B S S
S B S
S S B
8. Pernyataan Majemuk
Pernyataan majemuk adalah pernyataan yang dibentuk dari beberapa pernyataan tunggal (komponen) yang dirangkai
dengan menggunakan kata hubung logika.
~q) !ÚContoh : tunjukkan dengan nilai kebenaran pernyataan majemuk ~(p
~q)ÚJawab : tabel kebenaran ~(p
~q)Ú~q) ~(pÚp q ~q (p
B B S B S
B S B B S
S B S S B
S S B B S
9. Tautologi
Tautologi adalah suatu pernyataan majemuk yang selalu selalu benar untuk semua kemungkinan nilai kebenaran dari
pernyataan-pernyataan komponennya.
10. Ekuivalen
Dua buah pernyataan dikatakah ekuivalen jika kedua pernyataan majemuk itu mempunyai nilai kebenaran yang
sama.
11. Kuantor Universal
Kuantor universal adalah pernyataan yang menggunakan kata semua atau setiap pernyataan yang berkuantor
universal “semua A adalah B”
12. Kuantor Eksistensi
Kuantor Ekstensial adalah pernyataan yang menggunakan kata “ada atau beberapa”.
I. Hipotesis
Keberhasilan pembelajaran, dalam arti tercapainya tujuan–tujuan pembelajaran, sangat bergantung pada kemampuan
guru dalam mengolah Pembelajaran. Pembelajaran yang baik dapat menciptakan situasi yang memungkinkan anak
belajar sehingga merupakan awal keberhasilan pembelajaran. Didalam kurikulum 2004 yaitu KBK siswa dituntut
untuk lebih kreatif, imajinatif, mandiri, bekerja sama dan solider.
Pengalaman dan kegiatan pembelajaran menunjukkan aktifitas belajar yang perlu dilakukan siswa dalam rangka
mencapai penguasaan standart kompetensi. Pengalaman belajar yang diciptakan harus mampu mengembangkan
ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik, Oleh karena itu keahlian guru dalam memilih model pembelajaran
yang sesuai dengan standart kompetensi yang akan dicapai sangat diperlukan. Model pembelajaran yang mungkin
digunakan guru diantaranya adalah pembelajaran dengan metode Problem-Based Learning. Dimana didalam
pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk lebih kreatif, bertanggungjawab terhadap diri, kelompok dan
lingkungannya.
Berdasarkan kerangka teoritik diatas, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dengan metode Problem-Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan
soal – soal latihan pada pokok bahasan Logika Matematika di kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 –
2007?
2. Dengan metode Problem-Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas pada pokok bahasan
Logika Matematika di kelas X-1 SMA Negeri 3 Tahun Ajaran 2006 – 2007?
3. Dampak metode Problem-Based Learning sangat baik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok
bahasan Logika Matematika siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 – 2007?
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Seting Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 3 Blitar pada kelas X-1 semester genap tahun pelajara
2006/2007 dengan pokok bahasan Logika Matematika dengan Metode Problem-Based Learning.
SMA Negeri 3 Blitar adalah salah satu sekolah negeri yang berada dibawah Dinas Pendidikan
Daerah Kota Blitar yang beralamatkan di Jl. Ahmad Yani No. 94A Telp (0342) 801525 Blitar.
Jumlah siswa sebanyak 411 siswa terdiri dari 11 kelas yang terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu
tingkat X, XI dan XII adapun dari masing-maisng tingkat terbagi menjadi 4 kelas dan 3 kelas
yaitu kelas X-1, X-2, X-3, X-4, XI-IA, XI IS-1, XI IS-2, XI IS-3,XII IA,XII IS-1 dan XII IS-2
jumlah guru sebanyak 37 orang.
Sebagai obyek dalam penelitian ini adalah kelas X-1 yang berjumlah 40 siswa dimana Peneliti
mengajar pada kelas tersebut.
B. Siklus Penelitian
Setelah persiapan dianggap cukup baru penelitian dimulai, Peneliti membagi penelitian menjadi
dua siklus. Sedangkan waktunya mulai tanggal 3 April s/d 18 April 2007. Langkah – langkah
yang di tempuh dalam penelitian ini adalah :
1. Siklus I
1. Perencanaan ( Planing )
Dalam tahap Perancanaan Peneliti bersama Kolaborator mempersiapkan :
SilabusØ
Soal – soal ulangan harianØ
Instrumen penelitianØ
Materi pelajaran yaitu Logika MatematikaØ
2. Pelaksanaan ( Acting )
Tahap pelaksanaan dilaksanakan didalam kelas dengan melakukan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan silabus yang telah disediakan. Peneliti membimbing siswa dalam menyelesaikan soal
Logika Matematika dengan pendekatan Problem-Based Learning membentuk suatu diskusi
kelompok kecil. Peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, Sementara
Kolaborator mengamati proses pembelajaran sebagai bahan diskusi selanjutnya.
3. Pengamatan ( Observing )
Kolaborator melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa, baik tentang sikap maupun tingkah
laku selama kegiatan pembelajaran
4. Refleksi ( Reflecting )
Dalam tahap ini merupakan kegiatan menganalisa, mensintesa dari hasil pengamatan selama
proses pembelajaran pada siklus I berlangsung dan diadakan ulangan harian yang digunakan
untuk mengetahui hasil belajar baik secara individu maupun klasikal.
Bila ternyata pada tahap ini seluruh siswa telah mencapai standart ketuntasan minimal, maka
langsung dilanjutkan dengan siklus II.
e. Perbaikan dan Pengayaan
Jika pengamatan dan penilaian dari hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan hasilnya kurang
sesuai dengan yang diharapkan, dengan pedoman ketuntasan belajar secara klasikal maupun
individu maka dicari penyebab dan penyelesaian untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi,
kemudian dilakukan perbaikan dengan mengadakan ulangan kembali sebagai remedial dan
pengayaan bagi siswa yang telah mendapat standart ketuntasan minimal.
2. Siklus II
Pada siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I dengan memperhatikan hasil observasi, dan
hasil diskusi dengan Kolaborator serta hasil belajar siswa juga mengetahui ketuntasan belajar
siswa secara individu maupun klasikal, maka Peneliti bersama Kolaborator merencanakan proses
pembelajaran selanjutnya. Adapun langkah – langkah pada siklus II adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
Menyiapkan silabusØ
Menyiapkan soal – soal evaluasi IIØ
Instrumen penelitianØ
Materi pelajaran yaitu Logika MatematikaØ
2. Pelaksanan Tindakan
Siswa melaksanakan kegiatan belajar sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang telah
ditentukan. Pada siklus II pelaksanaan pembelajaran perlu dimodofikasi sedikit, ini diharapkan
akan lebih memberi motivasi dan semangat siswa dalam belajar.
3. Pengamatan ( Observasi )
Ketika siswa melakukan kegiatan belajar pada siklus II, Kolaborator mengamati perubahan sikap
dengan memberikan instrumen (angket) yang harus diisi oleh siswa dan juga diamati
pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan memperlihatkan hasil nilai ulangan II.
4. Refleksi
Dalam tahap ini merupakan kegiatan menganalisa, mensintesa dari hasil pengamatan selama
proses pembelajaran pada siklus II berlangsung, dan diadakan ulangan harian yang digunakan
untuk mengetahui hasil belajar baik secara individu maupun klasikal
e. Perbaikan
Jika dari hasil pengamatan dan penilaian dari hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan
hasilnya kurang sesuai dengan yang diharapkan, sesuai dengan pedoman ketuntasan belajar
secara klasikal maupun individu, maka dicari penyebab dan penyelesaian untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi, kemudian dilakukan perbaikan dengan mengadakan ulangan
kembali sebagai remedial dan pengayaan bagi siswa yang telah mencapai standart ketuntasan
minimal.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan pada waktu melaksanakan penelitian dalam
upaya mencari dan mengumpulkan data penelitian dalam masalah ini hasil ulangan harian pada
pokok bahasan Logika Matematika pada kelas X-1 semester genap SMA Negeri 3 Blitar tahun
pelajaran 2006 / 2007 dan respon kondisi pembelajaran dari siswa.
Untuk mencapai maksud tersebut di atas, peneliti dalam hal ini menggunakan metode
pengumpulan data, yaitu :
• Metode Test
• Metode Angket
• Metode Observasi
Penjelasan.
a. Metode Test
Yang dimaksud dengan metode tes adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui
pengetahuan yang dimiliki seseorang dengan menggunakan soal – soal isian dengan batasan
tertentu.
Tes digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok dan sebagainya yang telah dipilih dengan sempurna
dan standart tertentu.
Metode tes yang digunakan pada ini adalah ulangan harian yang dilakukan pada akhir siklus guna
memperoleh data yang diinginkan.
b. Metode Angket
Metode angket adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan mengajukan suatu daftar
pertanyaan tertulis kepada sejumlah individu dan individu yang diberi daftar pertanyaan tersebut
diminta untuk memberikan jawaban secara tertulis pula. Pada penelitian ini digunakan sejumlah
angket langsung dan tertutup. Dikatakan angket langsung, karena individu yang diberi agket
tersebut adalah orang yang diinginkan langsung datanya yaitu siswa. Dikatakan angket tertutup,
karena pertanyaan – pertanyaan dalam angket sudah disediakan alternatif – alternatif jawaban dan
siswa tinggal memilih salah satu jawaban tersebut. Pada penelitian ini metode angket digunakan
untuk mengetahui pendapat siswa terhadap pelajaran matematika terutama pada pokok bahasan
Logika Matematika. Sedang angket yang digunakan adalah angket langsung dan tertutup Metode
Observasi.
Didalam pengertian psikologi, observasi atau yang disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap obyek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi
adalah pengamatan langsung melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan
pengecap. Disini guru sebagai peneliti melakukan pengamatan terhadap segala fenomena yang
muncul dalam setiap siklus. Kehadiran guru sebagai penelitidan kolaborator tidak diketahui
obyek penelitian, karena observasi yang dilakukan adalah obserasi partisipasif dalam bentuk team
teaching.
Teknik observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi dengan menggunakan
format yang sudah disiapkan (check list) pada lembarÖsehingga kolaborator tinggal memberi
tanda observasi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Agar dalam penelitian ini Peneliti mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka Peneliti menggunakan
metode siklus. Adapun pelaksanaan dari siklus-siklus tersebut adalah sebagai berikut :
A. Siklus I
1. Perencanaan
a. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai yang direncanakan dengan Kolaborator dengan bentuk
klasikal.
b. Siswa duduk berkelompok sesuai dengan tempat duduk yang berdekatan dalam satu garis bangku dengan
anggota 4 – 5 orang.
c. Guru memberikan tugas secara berkelompok dan individu.
d. Guru mengamati proses berlangsungnya belajar kelompok.
e. Kolaborator membuat catatan pribadi (catatan lapangan).
f. Guru memberikan tes kepada siswa.
2. Pelaksanaan
Siklus I ini merupakan tahap awal dari penelitian yaitu dengan mengambil data ulangan harian siswa yang terakhir
sebelum diadakan penelitian, hal ini digunakan sebagai pembanding. Data ulangan harian kelas X-1 yang terakhir
adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Data nilai ulangan harian PRA PTK siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Pelajaran 2006 – 2007.
No Nama Siswa Nilai Ulangan
1 Beny Purbo W. 50
2 Benny Candra Irawan 30
3 Adiwena Nugroho 30
4 Agiek Donaya 50
5 Ajeng Maretya Nur Utami 60
6 Aknes Dwi Anggraini 70
7 Andri Wibisono 70
8 Andry Wahyu Saputra 30
9 Anik Imama 40
10 Apris Novita 30
11 Aulia Sintya Puspaningrum 40
12 Burhanuddin Auza’I 50
13 Dea Rianingtyas 40
14 Dezery Natalia 20
15 Arfan Arie Noorcahya 20
16 Evik Dwi Priagung 70
17 Fahmi Kurniawan 50
18 Fisiko Riski Saputra 20
19 Frischa Santoso 50
20 Gatut Bayu Kurniawan 30
21 Gita Rizki Permatasari 30
22 Hendra Dwi Ary Wardana 50
23 Heni Aprianiningsih 60
24 Indriani Fitria Ningrum 70
25 Irvan Hendra Sukmawan 70
26 Kurnia Margajaya 30
27 Linda Rulias Diana 40
28 Lucky Novitasari 30
29 M. Ignatia Desti Dwitia Warkadiany 40
30 Meiska Susi Andry Astuti 50
31 N. Yesy Gustami 40
32 Nene Yulieka Hariati 20
33 Nina Yuli Kurnianingtyas 20
34 Oscar Dhiaz Wahyu Pamungkas 70
35 R.rr. Ken Berlian Kautsari 50
36 Riadhini Febrianty 20
37 Romi Asmoro 50
38 Vitria Devianti 40
39 Eka Dian Rahmawati 40
40 Wydha Mustika Maharani 40
Rata-rata 42,8
Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada tanggal 3 April 2007 yang pelaksanaannya sebagai berikut :
Setelah tanda pelajaran dimulai Peneliti masuk ke kelas X-1 yang dipilih untuk obyek penelitian. Peneliti
mengucapkan salam kemudian dibahas tentang pernyataan dan kalimat terbuka. Peneliti memberikan pertanyaan-
pertanyaan tentang pernyataan dan kalimat terbuka dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa
tentang pernyataan dan kalimat terbuka. Selain diharapkan dapat membangkitkan kreativitas siswa dalam
mengungkapkan pendapat dan apa yang siswa ketahui tentang pernyataan dan kalimat terbuka. Kemudian siswa
disuruh menyebutkan contoh-contoh pernyataan dan kalimat terbuka dalam kehidupan sehari-hari.
Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang apa yang belum difahami. Kemudian Peneliti
menerangkan apa yang belum dimengerti oleh siswa sehingga siswa menjadi faham. Apabila siswa telah paham,
maka Peneliti memberikan soal-soal untuk dikerjakan. Terlebih dahulu siswa disuruh membentuk kelompok secara
heterogen yang beranggotakan 4 – 5 orang dan soal tersebut dikerjakan secara berkelompok. Peneliti mengamati dan
berkeliling untuk memberikan bimbingan bagi siswa yang masih mengalami kesulitan. Selanjutnya Peneliti
menunjuk siswa untuk mengerjakan kedepan dari hasil pekerjaan yang telah dikerjakan.
Sebelum kegiatan pembelajaran pertama berakhir, Peneliti memberikan soal-soal latihan (evaluasi 1) yang harus
dikerjakan siswa dan selanjutnya dikumpulkan. Dari hasil latihan ini dijadikan sebagai sumber data pertama. Pada
kegiatan ini soal yang Peneliti berikan berjumlah 2 butir soal dengan nomor 1 (a sampai dengan e) dan nomor 2 (a
sampai dengan e) dengan alokasi waktu 30 menit.
3. Pengamatan
Berdasarkan dari catatan lapangan, pada saat berlangsungnya belajar kelompok ada diantara salah satu kelompok
yang dua anggotanya bercengkerama sendiri tentang hal diluar materi diskusi. Peneliti menegur dan menyuruh untuk
aktif berinteraksi dengan kelompoknya dalam mendiskusikan masalah yang telah diberikan oleh Peneliti. Sementara
itu ada seorang siswa yang makan makanan ringan didalam kelas kemudian ditegur oleh Peneliti. Pada setiap
kelompok yang antusias membahas tugas yang diberikan rata-rata 2 atau 3 orang sedang anggota lain cukup aktif.
Pengamatan diluar proses belajar kelompok yaitu Peneliti memeriksa buku catatan masing-masing siswa setelah
penyajian materi. Ternyata ada beberapa siswa yang tidak mencatat dengan berbagai alasan.
No Nama Skor yang diperoleh tiap item soal Jml % pencapaian ketuntasan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Beny Purbo W. 10 10 10 0 10 10 10 0 0 10 70 70% Tuntas
2 Benny Candra Irawan 10 0 10 10 0 10 10 0 0 10 60 60% Tuntas
3 Adiwena Nugroho 10 0 10 0 0 10 10 10 10 0 60 60% Tuntas
4 Agiek Donaya 10 10 10 10 10 0 10 0 10 0 70 70% Tuntas
5 Ajeng Maretya Nur Utami 10 10 10 10 10 10 10 0 0 0 70 70% Tuntas
6 Aknes Dwi Anggraini 10 10 10 10 10 10 10 0 10 10 90 90% Tuntas
7 Andri Wibisono 10 10 10 0 10 10 10 10 10 10 90 90% Tuntas
8 Andry Wahyu Saputra 10 10 10 0 10 0 10 0 0 10 60 60% Tuntas
9 Anik Imama 10 10 10 0 0 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas
10 Apris Novita 10 10 10 0 0 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas
11 Aulia Sintya Puspaningrum 10 0 10 0 10 10 10 10 10 10 80 80% Tuntas
12 Burhanuddin Auza’I 10 10 10 10 0 10 0 0 10 10 70 70% Tuntas
13 Dea Rianingtyas 10 0 0 0 10 10 10 10 0 10 60 60% Tuntas
14 Dezery Natalia 10 10 10 0 0 10 0 0 10 10 60 60% Tuntas
15 Erfan Arie Noorcahya 10 0 10 0 0 10 10 0 10 10 60 60% Tuntas
16 Evik Dwi Priagung 10 0 10 10 10 10 10 10 10 10 90 90% Tuntas
17 Fahmi Kurniawan 10 0 10 0 0 0 10 10 10 10 60 60% Tuntas
18 Fisiko Riski Saputra 10 10 10 0 0 10 0 0 10 10 60 60% Tuntas
19 Frischa Santoso 10 10 10 0 10 10 10 0 0 10 70 70% Tuntas
20 Gatut Bayu Kurniawan 10 0 10 10 0 10 10 0 0 10 60 60% Tuntas
21 Gita Rizki Permatasari 10 0 10 0 0 10 10 10 10 0 60 60% Tuntas
22 Hendra Dwi Ary Wardana 10 10 10 10 10 0 10 0 10 0 70 70% Tuntas
23 Heni Aprianiningsih 10 10 10 10 10 10 10 0 0 0 70 70% Tuntas
24 Indriani Fitria Ningrum 10 10 10 10 10 10 10 0 10 10 90 90% Tuntas
25 Irvan Hendra Sukmawan 10 10 10 0 10 10 10 10 10 10 90 90% Tuntas
26 Kurnia Margajaya 10 10 10 0 10 0 10 0 0 10 60 60% Tuntas
27 Linda Rulias Diana 10 10 10 0 0 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas
28 Lucky Novitasari 10 10 10 0 0 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas
29 M. Ignatia Desti Dwitia W 10 0 10 0 10 10 10 10 10 10 80 80% Tuntas
30 Meiska Susi Andry Astuti 10 10 10 10 0 10 0 0 10 10 70 70% Tuntas
31 N. Yesy Gustami 10 0 0 0 10 10 10 10 0 10 60 60% Tuntas
32 Nene Yulieka Hariati 10 10 10 0 0 10 0 0 10 10 60 60% Tuntas
33 Nina Yuli Kurnianingtyas 10 0 10 0 0 10 10 0 10 10 60 60% Tuntas
34 Oscar Dhiaz Wahyu P 10 0 10 10 10 10 10 10 10 10 90 90% Tuntas
35 R.rr. Ken Berlian Kautsari 10 0 10 0 0 0 10 10 10 10 60 60% Tuntas
36 Riadhini Febrianty 10 10 10 0 0 10 0 0 10 10 60 60% Tuntas
37 Romi Asmoro 10 0 10 0 0 10 10 0 10 10 60 60% Tuntas
38 Vitria Devianti 10 0 10 10 10 10 10 10 10 10 90 90% Tuntas
39 Eka Dian Rahmawati 10 0 10 0 0 0 10 10 10 10 60 60% Tuntas
40 Wydha Mustika Maharani 10 10 10 0 0 10 0 0 10 10 60 60% Tuntas
Jumlah skor 400 230 380 130 190 330 380 140 300 340 2770
Jumlah skor maks 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 4000
Skor rata-rata 10,0 5,9 9,5 3,3 4,8 8,3 9,5 3,5 7,5 8,5 69,3
Skor tercapai 100% 59% 95% 33% 48% 83% 95% 35% 75% 85% 69,3%
Hasil Analisa
a. Ketuntasan belajar
Banyak siswa seluruhnya 40 siswa
Banyak siswa yang tuntas belajarnya 40 siswa
Prosentase banyaknya siswa yang tuntas 100 %
b. Kesimpulan
1) Tidak perlu diadakan perbaikan karena siswa tuntas semua
2) Perlu perbaikan pengajaran untuk soal no. 4, 5 dan 8
Dari analisa diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan telah berhasil
sebab prosentase siswa yang tuntas belajar mencapari 100 % dari siswa kelas X-1. Suatu kelas dikatakan berhasil
jika mencapai ketuntasan belajar minimal 85% dari jumlah siswa dalam kelas tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
kegiatan pembelajaran telah berhasil dan dapat dilajutkan ketahap pembelajaran berikutnya. Sedangkan dari soal
yang diberikan, ternyata soal no. 4, 5 dan 8 perlu mendapatkan perbaikan karena dari skor yang tercapai ada 33%
untuk soal no. 4, 48 % untuk soal no. 5 dan 35 % untuk soal no. 8. Nilai rata-rata secara klasikal adalah 69,3
Ditinjau dari perolehan nilai hasil tes datanya dapat dilihat pada tabel 3.
Dari tabel 3. dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang tidak ada.
Ditinjau dari keaktifan siswa mencatat materi pelajaran, datanya dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Keaktifan Siswa Mencatat pada Siklus I
No Keaktifan Siswa Mencatat pada materi pelajaran Siklus I
F %
1 Aktif 33 Orang 83%
2 Tidak Aktif 7 Orang 17%
Jumlah 40 Orang 100%
Ditinjau dari keaktifan siswa dalam belajar kelompok melalui lembar catatan lapangan, datanya dapat dilihat pada
tabel 5.
Tabel 5. Keaktifan Siswa dalam Belajar Kelompok Siklus I
No Keaktifan Siswa Siklus I
F %
1 Aktif 22 Orang 56%
2 Cukup aktif 11 Orang 28%
3 Tidak Aktif 7 Orang 17%
Jumlah 40 Orang 100%
Hasil pengamatan kinerja pada bagian pendahuluan, penutup dan situasi kelas termasuk kategori cukup. Tetapi pada
bagian tertentu misalnya ketrampilan mengarahkan siswa untuk menjawab soal, mengamati cara siswa
menyelesaikan masalah masih perlu ditingkatkan lagi. Dari hasil pengamatan kinerja guru pada siklus I masih
diperlukan upaya dalam memotivasi siswa, menghubungkan dengan pelajaran yang telah lalu dan memberikan
waktu yang cukup kepada siswa yang belum selesai mengerjakan soal. Hasil pengamatan pada siklus I tentang
kinerja dapat dilihat pada tabel berikut :
Table 5. Ringkasan Hasil Pengamatan Kolaborator Pada Siklus I
No Aspek Yang Diamati Penilaian dan pengamatan
Kurang Cukup Baik
1 Pendahuluan
a. Memotivasi minat siswa
b. Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran
Ö
Ö
Ö
2 Kegiatan inti
a. Memberikan masalah Problem-Based Learning
b. Mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban dan cara menjawab soal dengan memberi bantuan seperlunya
c. Mengamati cara siswa menyelesaikan masalah secara bergiliran
d. Mengajak siswa membandingkan / mendiskusikan jawaban dengan jawaban temannya
e. Mendorong siswa untuk mengemukakan pemikirannya atau menanggapi pendapat temannya.
f. Menghargai berbagai pendapat
g. Mengarahkan siswa menarik kesimpulan
h. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan
Ö
Ö
Ö
Ö
3. Penutup
a. Menegaskan kembali kesimpulan materi
b. Memberi tugas pada siswa
Ö
Ö
Ö4. Pengelolaan waktu
Ö5 Penampilan guru (ceria, bersih dan rapi)
6 Suasana kelas
a. Antusias siswa
b. Antusias guru
Ö
Ö
Kolaborator
2. Pelaksanaan
Suklus II dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2007 yang membahas tentang disjungsi dan konjungsi. Adapun
pelaksanaanya sama seperti siklus I tetapi dimodifikasi sedikit lebih menekankan pada kreativitas siswa dalam
belajar. Setelah menyampaikan materi berkenaan dengan disjungsi dan konjungsi kemudian Peneliti memberikan
soal di papan tulis.
Peneliti membagi semua siswa dalam kelompok heterogen yang tediri atas 4 – 5 orang tiap kelompok :
a. Tiap orang dalam masing-masing kelompok membuat soal-soal yang ada hubungannya dengan pokok bahasan
seperti yang dicontohkan di papan tulis.
b. Membicarakan soal yang telah dibuat masing-masing orang dalam kelompok.
c. Mendiskusikan soal yang dipilih sebagai soal kelompoknya
d. Masing-masing anggota kelompok mengerjakan soal berdasarkan pertanyaan hasil kesepakatan.
e. Membandingkan jawaban antar anggota kelompok.
Dengan tugas yang terstuktur tersebut diharapkan mereka belajar bagaimana menggunakan pertanyaan untuk
membantu mereka dalam merencanakan, memantau dan mengevaluasi pemecahan masalah yang mereka hadapi. Hal
serupa dilakukan oleh kelompok-kelompok lain dalam kelas tersebut.
Setelah masing-masing kelompok mendiskusikan kegiatan diatas, masing-masing anggota kelompok berusaha untuk
menjawab soal berdasarkan pertanyaan hasil diskusi kelompok. Sedangkan siswa sedang membuat jawaban soal
secara individu, Peneliti berkeliling memantau kemajuan siswa, antara lain memeriksa apakan siswa sudah bekerja
sesuai dengan rencana atau belum. Jika Peneliti mendapati siswa menemui kesulitan, maka Peneliti perlu memberi
bantuan antara lain mengingatkan langkah-langkah penyelesaiaan soal, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi. Jawaban masing masing kelompok didiskusikan dalam kelompok tersebut.
Secara acak Peneliti menunjuk salah satu anggota kelompok tersebut untuk mempresentasikan penyelesaiaanya dan
menjelaskan kepada semua siswa tentang proses penyelesaian soal yang dikerjakan. Peneliti membantu siswa yang
menemui kesulitan dalam menyelesaikan soal.Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, peneliti memberikan soal-
soal latihan (evaluasi 2) yang harus dikerjakan siswa dan selanjutnya diberikan angket untuk diisi oleh siswa.
3. Pengamatan
Berdasarkan catatan lapangan, pada saat berlangsungnya belajar kelompok pada awalnya setiap siswa kelihatan aktif
dalam kelompoknya masing-masing. Hal ini disebabkan karena Peneliti berkeliling melihat-lihat cara kerja masing-
masing kelompok, secara bergantian Peneliti membimbing bagai mana cara yang benar dalam menyelesaikan soal-
soal logika yang diberikan. Pada saat bersamaan, sewaktu Peneliti memberikan bimbingan kepada kelompok III ada
seorang dari kelompok I sedang makan makanan ringan dan Peneliti menegurnya supaya aktif berinteraksi dengan
kelompoknya.
Adapun pengamatan diluar proses belajar kelompok yaitu Peneliti memeriksa catatan setiap siswa setelah materi
diberikan. Ternyata ada seorang siswa yang tidak mencatat. Ditinjau dari keaktifan siswa dalam belajar kelompok
melalui lembar catatan lapangan, dapat dilihat pada tabel 6.
No Nama Skor yang diperoleh tiap item soal Jml % pencapaian ketuntasan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Beny Purbo W. 10 0 10 0 10 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas
2 Benny Candra Irawan 10 10 10 0 0 10 10 0 0 10 60 60% Tuntas
3 Adiwena Nugroho 10 10 0 10 0 10 10 10 0 0 60 60% Tuntas
4 Agiek Donaya 10 10 10 0 10 0 10 0 10 10 70 70% Tuntas
5 Ajeng Maretya Nur Utami 10 10 10 10 10 10 10 0 10 10 90 90% Tuntas
6 Aknes Dwi Anggraini 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100 100% Tuntas
7 Andri Wibisono 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100 100% Tuntas
8 Andry Wahyu Saputra 10 10 0 0 10 10 10 0 0 10 60 60% Tuntas
9 Anik Imama 10 10 10 10 10 10 10 10 0 0 80 80% Tuntas
10 Apris Novita 10 10 10 10 0 10 10 0 10 0 70 70% Tuntas
11 Aulia Sintya Puspaningrum 10 10 10 10 10 10 10 0 10 10 90 90% Tuntas
12 Burhanuddin Auza’I 10 0 10 0 10 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas
13 Dea Rianingtyas 10 10 0 10 10 10 10 0 0 10 70 70% Tuntas
14 Dezery Natalia 10 10 10 0 10 10 0 0 10 0 60 60% Tuntas
15 Erfan Arie Noorcahya 10 10 10 10 0 10 0 10 0 0 60 60% Tuntas
16 Evik Dwi Priagung 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100 100% Tuntas
17 Fahmi Kurniawan 10 0 10 10 0 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas
18 Fisiko Riski Saputra 10 10 10 0 0 10 10 10 0 0 60 60% Tuntas
19 Frischa Santoso 10 0 10 0 10 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas
20 Gatut Bayu Kurniawan 10 10 10 0 0 10 10 0 0 10 60 60% Tuntas
21 Gita Rizki Permatasari 10 10 0 10 0 10 10 10 0 0 60 60% Tuntas
22 Hendra Dwi Ary Wardana 10 10 10 0 10 0 10 0 10 10 70 70% Tuntas
23 Heni Aprianiningsih 10 10 10 10 10 10 10 0 10 10 90 90% Tuntas
24 Indriani Fitria Ningrum 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100 100% Tuntas
25 Irvan Hendra Sukmawan 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100 100% Tuntas
26 Kurnia Margajaya 10 10 0 0 10 10 10 0 0 10 60 60% Tuntas
27 Linda Rulias Diana 10 10 10 10 10 10 10 10 0 0 80 80% Tuntas
28 Lucky Novitasari 10 10 10 10 0 10 10 0 10 0 70 70% Tuntas
29 M. Ignatia Desti Dwitia W 10 10 10 10 10 10 10 0 10 10 90 90% Tuntas
30 Meiska Susi Andry Astuti 10 0 10 0 10 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas
31 N. Yesy Gustami 10 10 0 10 10 10 10 0 0 10 70 70% Tuntas
32 Nene Yulieka Hariati 10 10 10 0 10 10 0 0 10 0 60 60% Tuntas
33 Nina Yuli Kurnianingtyas 10 10 10 10 0 10 0 10 0 0 60 60% Tuntas
34 Oscar Dhiaz Wahyu P 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100 100% Tuntas
35 R.rr. Ken Berlian Kautsari 10 0 10 10 0 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas
36 Riadhini Febrianty 10 10 10 0 0 10 10 10 0 0 60 60% Tuntas
37 Romi Asmoro 10 10 10 10 0 10 0 10 0 0 60 60% Tuntas
38 Vitria Devianti 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100 100% Tuntas
39 Eka Dian Rahmawati 10 0 10 10 0 10 10 0 10 10 70 70% Tuntas
40 Wydha Mustika Maharani 10 10 10 0 0 10 10 10 0 0 60 60% Tuntas
Jumlah skor 400 330 390 250 250 380 350 170 240 260 2970
Jumlah sekor maks 400 400 400 400 400 400 400 400 400 400 4000
Sekor rata-rata 10,0 8,3 9,8 6,3 6,3 9,5 8,8 4,3 6,0 6,5 74,3
Skor tercapai 100% 83% 98% 63% 63% 95% 88% 43% 60% 65% 74,3%
Hasil Analisa
a. Ketuntasan belajar
Banyak siswa seluruhnya 40 siswa
Banyak siswa yang tuntas belajarnya 40 siswa
Prosentase banyaknya siswa yang tuntas 100 %
b. Kesimpulan
1) Pada siklus II Tidak perlu diadakan perbaikan karena siswa tuntas semua.
2) Perlu perbaikan pengajaran untuk soal no 8
3) Dari analisa diatas, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berhasil dengan tuntas sebab prosentase siswa
yang tuntas belajar mencapai 100 % dari jumlah siswa secara keseluruhan. Dalam hal ini menunjukan kegiatan
penilaian yang dilaksanakan telah berhasil. Dan perlu perbaikan pengajaran untuk soal no 8
Ditinjau dari perolehan nilai tes dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Data Perolehan Nilai Siswa
pada Siklus II
Kelompok Nilai Itervsl nilai Siklus II Kualitas Nilai
F %
1 0 – 59 0 0% kurang
2 60 – 89 29 72% cukup
3 90 – 100 11 28% baik
Ditinjau dari keaktifan siswa mencatat materi pelajaran, datanya dapat dilihat pada tabel 8. Dari tabel 8 dapat dilihat
bahwa ada 2 siswa (6%) dari 40 siswa yang tidak aktif mencatat materi.
Tabel 8. Keaktifan Siswa Mencatat pada Siklus II
No Keaktifan Siswa Mencatat pada materi pelajaran Siklus II
F %
1 Aktif 38 Orang 94%
2 Tidak Aktif 2 Orang 6%
Jumlah 40 Orang 100%
Hasil pengamatan kinerja pada bagian pendahuluan, penutup dan situasi kelas termasuk kategori baik. Tetapi pada
bagian tertentu misalnya ketrampilan mengarahkan siswa untuk menjawab soal, mengamati cara siswa
menyelesaikan masalah masih perlu ditingkatkan lagi. Dari hasil pengamatan kinerja pada siklus II masih diperlukan
upaya dalam memotifasi siswa, menghubungkan dengan pelajaran yang telah lalu dan memberikan waktu yang
cukup kepada siswa yang belum selesai mengerjakan soal. Hasil pengamatan pada siklus II tentang kinerja dapat
dilihat pada tabel berikut :
Table 10. Ringkasan Hasil Pengamatan Kolaborator Pada Siklus II
No Aspek Yang Diamati Penilaian dan pengamatan
Kurang Cukup Baik
1 Pendahuluan
a. Memotivasi minat siswa
b. Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran
Ö
Ö
Ö
2 Kegiatan inti
a. Memberikan masalah Problem-Based Learning
b. Mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban dan cara menjawab soal dengan memberi bantuan seperlunya
c. Mengamati cara siswa menyelesaikan masalah secara bergiliran
d. Mengajak siswa membandingkan / mendiskusikan jawaban dengan jawaban temannya
e. Mendorong siswa untuk mengemukakan pemikirannya atau menanggapi pendapat temannya.
f. Menghargai berbagai pendapat
g. Mengarahkan siswa menarik kesimpulan
h. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan
Ö
3. Penutup
a. Menegaskan kembali kesimpulan materi
b. Memberi tugas pada siswa
Ö
Ö
Ö4. Pengelolaan waktu
Ö5 Penampilan guru (ceria, bersih dan rapi)
6 Suasana kelas
a. Antusias siswa
b. Antusias guru
Ö
Ö
Kolaborator
4. Refleksi
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan pengamatan pada siklus II dilihat adanya peningkatan bila dibadingkan dengan
siklus I yaitu :
a. Dilihat dari distribusi frekuensi perolehan nilai adanya peningkatan peningkatan yaitu nilai 90 – 100 sebebanyak
11 siswa (28% dari 40 siswa)
b. Dilihat dari keaktifan mencatat meteri pelajaran yang diberikan, siswa yang tidak aktif mencatat ada 2 siswa
(6%) dari 40 siswa
c. Dilihat dari keaktifan siswa dalam belajar kelompok, siswa yang tidak aktif tidak ada..
d. Dilihat dari nilai tes, yang mendapat nilai kurang (0 – 60) tidak ada.
Meskipun nilai siswa pada siklus I ke siklus II ada yang mengalami peningkatan dan ada yang mengalami
penurunan tetapi semua sudah mencapai ketuntasan. Dengan demikian pelaksanaan siklus II dikatakan berhasil.
Setelah pembelajaran diberikan angket yang hasilnya adalah sebagai berikut :
Table 11. hasil angket tentang metode pembelajaran dengan menggunakan metode Problem-Based Learning
(yang ditunjukkan dalam bentuk proses)
No Hal-hal yang dinilai Sangat Suka Suka Biasa Tidak Suka
1 Mempelajari matematika dengan cara menggunakan Problem-Based Learning 33% 56% 11% 0%
2 Dengan model pembelajaran tersebut lebih mudah dalam memahami soal-soal logika matematika 6% 39%
44% 11%
3 Memudahkan dalam menyelesaikan soal-soal logika matematika 11% 44% 39% 6%
4 Menyukai model pembelajaran dengan cara Problem-Based Learning 17% 50% 22% 11%
5 Sikap terhadap matematika setelah adanya model pembelajaran dengan metode Problem-Based Learning
11% 56% 22% 11%
Hasil Analisa
1. Kenaikan prosentase rata-rata PRA PTK dan siklus I
T = x 100 %
=
= 62,9%
2. Kenaikan prosentase siklus I dan siklus II
T = x 100 %
=
= 7,2 %
Dari hasil analisa diatas diperoleh kenaikan siklus yaitu sebagai berikut :
1. Rata-rata kenaikan siklus I dibanding rata-rata nilai ulangan PRA PTK naik 62,9 %
2. Rata-rata nilai ulangan siklus II dibanding rata-rata nilai ulangan siklus I naik 7,2 %
Dari hasil kenaikan rata-rata diatas juga dapat dilihat kenaikan prosentase secara keseluruhan sebagai berikut :
Tabel 13. Data Hasil Kenaikan Nilai Ulangan Secara Keseluruhan
No Uraian PRA
PTK Siklus I Siklus II Kenaikan keberhasilan
1 Rata-rata kenaikan nilai tiap siklus 42,8 69,3 74,3 31,5
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa penghitungan kenaikan keberhasilan secara keseluruhan diperoleh dari rata-
rata setelah diadakan PTK atau siklus II dikurangi rata-rata sebelum diadakan PTK. Dengan analisa = 74,3 – 42,8 =
31,5. Hasil analisa dari distribusi frekuensi perolehan nilai dari keseluruhan siklus adalah sebagai berikut :
Tabel 14. Data Hasil Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai dari Siklus I dan Siklus II
No Uraian Siklus I Siklus II
1
2 Nilai < 90
Nilai ≥ 90 33
7 29
11
Hasil Analisa
Kenaikan prosentase perolehan nilai siklus I dan siklus II
1. Untuk nilai < 90
T = x 100 %
= x 100 %
= -12,12 %
2. Untuk nilai ≥ 90
T = x 100 %
= x 100 %
= 57,14 %
Dari hasil analisa diatas diperoleh:
1. Untuk nilai < 90 antara siklus I dan siklus II mengalami penurunan yaitu sebesar – 12,12 %
2. Untuk nilai ≥ 90 antara siklus I dan siklus II mengalami kenaikan sebesar 57,14 %
Hasil analisa dari keaktifan siswa mencatat dari keseluruhan siklus adalah sebagai berikut :
Tabel 15. Data Hasil Kreatifitas Siswa Mencatat Materi Pelajaran Siklus I dan Siklus II
No Keaktifan siswa mencatat materi pelajaran Siklus I Siklus II
1
2 Aktif
Cukup Aktif 33
7 38
2
Hasil Analisa
Kanaikan prosentase dalam mencatat materi pelajaran antara siklus I dan siklus II
1. Untuk siswa aktif
T = x 100 %
= x 100 %
= 15,15 %
2. Untuk siswa tidak aktif
T = x 100 %
= x 100 %
= – 71,42 %
Dari hasil analisa diatas diperoleh:
1. Untuk keaktifan siswa dalam mencatat materi pelajaran antara siklus I dan siklus II mengalami kenaikan yaitu
sebesar 15,15 %
2. Untuk siswa tidak aktif dalam mencatat materi pelajaran antara siklus I dan siklus II mengalami penurunan yaitu
sebesar –71,42 %
Hasil analisis keaktifan siswa dalam belajar kelompok antara siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut :
1. Untuk siswa aktif
T = x 100 %
= x 100 %
= 50 %
2. Untuk siswa cukup aktif
T = x 100 %
= x 100 %
= – 36,36 %
3. Untuk siswa tidak aktif
T = x 100 %
= x 100 %
= – 100 %
Dari hasil analisa diatas diperoleh:
3. Untuk keaktifan siswa dalam belajar kelompok antara siklus I dan siklus II mengalami kenaikan yaitu sebesar
50 %
4. Untuk siswa cukup aktif dalam belajar kelompok antara siklus I dan siklus II mengalami penurunan yaitu
sebesar -40 %
5. Untuk siswa tidak aktif dalam belajar kelompok antara siklus I dan siklus II mengalami penurunan yaitu sebesar
-100 %
Meskipun dalam PTK ini dalam siklus I dan siklus II semua siswa tuntas semua, maka PTK tetap dilaksanakan pada
siklus-siklus berikutnya karena untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran
dan untuk mengetahui kesulitan apa yang dihadapi siswa dalam menerima materi pelajaran.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah Peneliti cermati selama dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dari proses sampai hasil maka Peneliti
menyimpulkan sebagai berikut :
1. Dengan metode Problem-Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-
soal latihan pada pokok bahasan logika matematika di kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar Tahun Ajaran 2006 – 2007
2. Dengan menggunakan metode Problem-Based Learning prestasi belajar siswa kelas X-1 SMA Negeri 3 Blitar
Tahun Ajaran 2006 – 2007 pada pokok bahasan Logika Matematika menjadi lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari
perolehan nilai rata-rata ulangan harian yang semula sebelum diadakan penelitian 42,8 dengan ketuntasan 43 % .
pada siklus I 69,3 dengan ketuntasan 69 % dan pada siklus II 74,3 dengan ketuntasan 74 %
3. Problem-Based Learning pada pokok bahasan logika matematika telah memberikan nuansa baru dalam
pembelajaran matematika sehingga pembelajaran lebih efektif. Hal ini terlihat pada saat belajar siswa lebih kreatif,
aktif, bertanggung jawab dan bekerja sama dalam kelompok dan juga dari jawaban terhadap angket tentang metode
pembelajaran Problem-Based Learning yang diisi siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang peneliti laksanakan dapat dikemukakan saran saran yang
bermanfaat bagi peneliti selanjutnya, guru dan sekolah sebagai berikut :
1. Pembelajaran matematika hendaknya bervariasi dan tidak monoton sehingga hasil pembelajaran dapat lebih
maksimal.
2. Agar kegiatan pembelajaran dapat berhasil dengan baik, maka seorang guru hendaknya selalu aktif dalam
melibatkan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
3. Seorang guru hendaknya terampil dan dapat menguasai berbagai metode pembelajaran agar siswa tidak bosan
dan lebih mudah memahami materi pelajaran.
4. Hendaknya guru selalu memotivasi siswa agar membaca dulu dirumah tentang materi yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya, supaya dalam pembelajaran siswa memiliki gambaran materi yang akan dibahas berikutnya.
1 2 3 4 5 8 9
3. menentukan nilai kebenaran dari implikasi, konvers, invers dan kontraposisi beserta
ingkarannya
2 X 45’
2 X 45’
1. Diantara kalimat berikut manakah yang merupakan pernyataan dan manakah yang
merupakan kalimat terbuka? Jika pernyataan tentukan nilai kebenarannya dan jika kalimat
terbuka tentukan nilai variabelnya !
a. Jakarta adalah ibukota Indonesia.
b. 5x – 2 = 13
c. Gunung Merapi terletak di Jawa Barat
d. 3x = 81
e. jumlah sudut dalam segitiga adalah 1800.
2. Tulislah ingkaran / negasi dari pernyataan berikut !
a. p : 9 adalah bilangan prima
b. q : semua orang kaya hidupnya
c. r : 8 > 5
d. s : 5 x 4 = 9
e. t : 100 habis dibagi 5
1. a. pernyataan (B)
b. kalimat terbuka
5x – 2 = 3
5x = 13 + 2
5x = 15
x=3
jadi nilai variabelnya x = 3
c. pernyataan (S)
d. kalimat terbuka
3x = 81
3x = 34
x=4
jadi variabel x = 4 (B)
e. pernyataan (B)
2. a. pernyataan p : adalah bilangan prima
maka ~p : tidak benar bahwa 9 adalah bilangan prima
~p : 9 bukan bilangan prima
b. pernyataan q : semua orang kaya bahagia hidupnya
maka ~q : tidak benar bahwa semua orang kaya bahagia hidupnya
~q : beberapa orang kaya tidak bahagia hidupnya
c. pernyataan r:8>5
maka ~r : 8 < 5
d. pernyataan s:5x4=9
maka ~ s : tidak benar bahwa 5 x 4 = 9
9¹ ~s : 5 x 4
e. pernyataan t : 100 habis dibagi 5
maka ~t : tidak benar bahwa 100 habis dibagi 5
~t : 100 tidak habis dibagi 5
Ö
Ö
Ö
3. Penutup
a. Menegaskan kembali kesimpulan materi
b. Memberi tugas pada siswa
Ö
Ö
Ö4. Pengelolaan waktu
Ö5 Penampilan guru (ceria, bersih dan rapi)
6 Suasana kelas
a. Antusias siswa
b. Antusias guru
Ö
Ö
Ö
2 Kegiatan inti
a. Memberikan masalah Problem-Based Learning
b. Mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban dan cara menjawab soal dengan memberi
bantuan seperlunya
c. Mengamati cara siswa menyelesaikan masalah secara bergiliran
d. Mengajak siswa membandingkan / mendiskusikan jawaban dengan jawaban temannya
e. Mendorong siswa untuk mengemukakan pemikirannya atau menanggapi pendapat temannya.
f. Menghargai berbagai pendapat
g. Mengarahkan siswa menarik kesimpulan
h. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan
Ö
Ö
Ö
3. Penutup
a. Menegaskan kembali kesimpulan materi
b. Memberi tugas pada siswa
Ö
Ö
Ö4. Pengelolaan waktu
Ö5 Penampilan guru (ceria, bersih dan rapi)
6 Suasana kelas
a. Antusias siswa
b. Antusias guru
Ö
Ö
Angket
A. Petunjuk
1. Pilihlah salah satu jawaban yang peling sesuai menurut kalian.
2. Jawaban angket ini tidak mempengaruni nilai matemataika kalian
B. Pertanyaan
1. Bagai manakah sikap kalian dalam mempelajari matematika dengan metode kooperatif ?
a. sangat suka b. suka c. biasa d. tidak suka
2. Dengan model pembelajaran matematika seperti yang baru kalian lakukan apakah kalian
mudah dalam memahami sial – soal logika ?
a. sangat suka b. suka c. biasa d. tidak suka
3. Dengan metode pembelajaran matematika seperti yang baru kalian terima, apakah
mempermudah kalaian dalam menyelasaikan soal – soal logika ?
a. sangat suka b. suka c. biasa d. tidak suka
4. Apakah kalian menyukai model pembelajaran yang baru kalian terima ?
a. sangat suka b. suka c. biasa d. tidak suka
5. Dengan model pembelajaran seperti yang kalian terima, bagaiamanakan sikap kalaian dalam
pembelajaran matematika ?
a. sangat suka b. suka c. biasa d. tidak suka
Angket
A. Petunjuk
1. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesiau menurut anda
2. Dengan model pembelajaran matematika seperti yang baru kalianlakukan, apakah kalian mudah dalam
memahami soal-soal logika matematika ?
3. Dengan metode pembelajaran matematika seperti yang baru kalianterima, apakah memudahkan kaliandalam
menyelesaikan soal-soal logika matematika ?
5. Dengan model pembelajaran seperti yang baru kalianterima, bagai manakan sikap terhadap matematika ?
DAFTAR PUSTAKA
Dini R. 2005. Pengantar Dasar Matematika. Diktat Program Studi Matematika STKIP PGRI Blitar.
Djuweni. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah disajikan dalam acara peningkatan Profesionalisme Guru,
Dikda Kota Blitar, SMP / SMA se Kota Blitar, Maret 2005
Dimyati, Mudjiono. 1998. Belajar Pembelajaran. Jakarta : Asdi Mahasatya.
Milyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004 ( Panduan Pembelajaran KBK ). Bandung : Rosdakarya.
Nurhadi, Yasin BY, Senduk AG. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan dalam KBK. Malang : Universitas
Negeri Malang.
PPGM. 1999. Pembelajaran Matematika Yang Aktif dan Efektif. Yogyakarta : Pusat Pengembangan Penataran Guru
Riki Suliana. 2005. Dasar – dasar dan Proses Pembelajaran. Blitar Program Studi Matematika STKIP PGRI Blitar
Tim Penyusun Intan Pariwara, 2004. Matematika Untuk SMA Jilid 1b. Klaten. Intan Pariwara ( 3 – 32 )
Wirodikusumo, Sartono. 2004. Matematika untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga (123 – 189)
_______________, 2003. Kurikulum 2004. Standart Kompetensi Mata pelajaran Matematika SMA dan MA.
Jakarta: Depdiknas (15)
contoh karya tulis ilmiah
Tasmin
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan pondasi awal manusia untuk dapat berjalan dalam kehidupan ini. Sejak awal
manusia diciptakan, pendidikan telah menjadi bagian dalam kehidupan untuk dapat beradaptasi
dengan lingkungan. Tujuan yang hakiki pendidikan adalah upaya membangun manusia agar dapat
mengembangkan dirinya secara berkelanjutan dan mandiri sebagai seorang manusia seutuhnya.
Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
fleksibel, serta akomodatif terhadap tantangan zaman. Manusia yang diharapkan dari hasil
pendidikan yakni, mereka yang dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya tidak saja mampu
menghadapi masalah yang dialaminya, akan tetapi secara proaktif dapat mengendalikan diri dan
lingkungannya untuk mencapai tujuan hidupnya secara mandiri dan bertanggungjawab.
Matematika merupakan pelajaran pokok yang harus diajarkan dalam pendidikan formal tingkat dasar
dan menengah karena dianggap pelajaran yang esensial. Matematikan merupakan sebuah ilmu yang
selalu berhubungan dengan kehidupan dimana siswa berada. Kegiatan apapun yang siswa lakukan
dalam keseharian tentunya akan berhubungan dengan ilmu matematika, baik pada saat siswa sedang
bermain, membeli makanan, maupun sedang jalan-jalan. Pengalaman yang terbentuk dalam diri siswa
akan ilmu matematika sebenarnya merupakan modal dasar yang baik untuk lebih meningkatkan
pelajaran matematika di sekolah. Matematika merupakan ilmu yang bernilai guna. Kebergunaan
matematika lahir dari kenyataan bahwa matematika menjelma sebagai alat komunikasi yang
tangguh, singkat, padat, dan tidak memiliki keberbedaan nilai ganda.
Saat ini pelajaran matematika masih merupakan pelajaran yang menakutkan bagi banyak siswa,
khususnya bagi anak Sekolah Dasar yang belum sadar akan pentingnya ilmu pengetahuan.
Matematika selalu menjadi bumerang bagi siswa karena biasanya pelajaran ini hanya disajikan dalam
bentuk tulisan yang memerlukan ketajaman nalar karena banyak hal yang bersifat abstrak. Sehingga
hanya anak-anak yang berkategori cerdas yang bisa memahaminya, sedangkan anak-anak berkategori
biasa saja, yang cenderung lebih menyukai hal-hal yang bersifat kongkret, akan lambat memahami
pelajaran ini. Akibatnya, nilai yang diperoleh pada pelajaran matematika tidak bagus. Hal ini akan
menambah ketidaksukaan siswa, bahkan sampai pada tingkatan membencinya. Selain itu, para guru
mengajarkan materi matematika biasanya kurang menarik, sehingga menambah terpuruknya minat
siswa terhadap pelajaran ini.
Penyajian materi matematika yang dianggap membosankan, perlu kiranya diantisipasi dengan
mencari suatu alternatif pembelajaran matematika yang disajikan secara inovatif, menarik, diminati,
dan mampu memotivasi siswa, sehingga nantinya diharapkan bisa meningkatkan prestasi belajar
siswa.
Menyediakan suasana yang menyenangkan selama proses belajar merupakan tugas setiap guru. Guru
harus mampu membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan mengesampingkan ancaman
selama proses pembelajaran. Salah satu cara untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan
adalah dengan menggunakan komik sebagai media pembelajaran. Jika media yang menyenangkan ini
dipakai dalam proses pembelajaran, ia akan membawa suasana menyenangkan selama proses
pembelajaran berlangsung. Jika siswa mendapati suasana yang menyenangkan dalam proses
pembelajaran, mereka akan terlibat total dalam proses pembelajaran itu. Keterlibatan secara total ini
penting untuk melahirkan hasil akhir yang sukses. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran penulis,
untuk menulis karya ilmiah dengan mengangkat judul ”Pemberdayaan Komik Sebagai Media
Pembelajaran Alternatif Dalam Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar.”
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diruskan permasalahan yaitu: Bagaimana
memberdayakan komik sebagai media pembelajaran dalam meningkatkan minat belajar matematika
siswa Sekolah Dasar.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah mengetahui cara pemberdayaan komik sebagai media
pembelajaran untuk meningkatkan minat belajar matematika siswa Sekolah Dasar.
D. Manfaat Penulisan
a. Bagi siswa: Memberikan pengalaman belajar baru yang menyenangkan dan dapat menumbuhkan
minat siswa untuk belajar sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Bagi guru: Dapat membantu dalam penyusunan atau penentuan rencana pembelajaran dan sebagai
pedoman guru dalam proses pembelajaran.
2. Manfaat Teoritis, yaitu:
b. Mendapatkan gambaran umum tentang komik sebagai media alternatif untuk meningkatkan minat
belajar matematika bagi siswa Sekolah Dasar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau
pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber
informasi kepada penerima informasi. Istilah media ini sangat popular dalam bidang komunikasi.
Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang
digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran.
Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan
pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga dapat terdorong
terlibat dalam proses pembelajaran.
Gagne dan Reiser dalam media belajar (2008:15) mendefinisikan media sebagaialat fisik dimana
pesan-pesan instruksional dikomunikasi, jadi seorang instruktur, buku cetak, petunjuk filem atau tape
rekorder dan lain-lain. Semuajenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa
untuk belajar dianggap sebagai media.
Media pembelajaran banyak jenis dan macamnya. Dari yang paling sederhana dan murah hingga yang
canggih dan mahal. Ada yang dapat dibuat sendiri oleh guru dan ada yang diproduksi pabrik.
1. Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan, diagram, kartun, poster, dan komik.
2. Media tiga dimensi yaitu media dalam bentuk model padat, model penampang, model
susun, dan model kerja.
3. Media proyeksi seperti slide, film stips, film, dan OHP
Media mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran karena disamping
memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan juga dapat meningkatkan minat belajar bagi
siswa yang dengan sendirinya tentu akan meningkatkan hasil belajar mereka. Peranan media tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
a. Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran.
b. Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh
para siswa dalam proses belajarnya.
c. Sebagai sumber bagi, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa
baik individu maupun kelompok.
B. Komik
Menurut Eisner dalam bukunya Graphic Storytelling, komik adalah tatanan gambar dan balon kata
yang berurutan. Sedangkan menurut Scott McCloud dalam bukunya Understending Comic, komik
didefenisikan sebagai gambar yang menginformasikan atau menghasilkan respon estetik pada yang
melihatnya.
Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun
sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan
dilengkapi dengan teks biasa atau yang ditempatkan dalam “balon kata”. Komik dapat diterbitkan
dalam berbagai bentuk, mulai dari strip yang dimuat dalam koran atau majalah, hingga berbentuk
buku tersendiri. Buku komik menyediakan ceritera-ceritera yang sederhana, mudah ditangkap dan
dipahami isinya, sehingga sangat digemari baik oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Menurut fungsinya, komik dibedakan atas komik komersial dan komik pendidikan. Komik komersial
jauh lebih diperlukan di pasaran, karena bersifat personal, menyediakan humor yang kasar, dikemas
dengan bahasa percakapan dan bahasa pasaran, memiliki kesederhanaan jiwa dan moral, dan adanya
kecenderungan manusiawi universal terhadap pemujaan pahlawan. Sedangkan komik pendidikan
cerderung menyediakan isi yang bersifat informatif. Komik pendidikan banyak diterbitkan oleh
industri, dinas kesehatan, dan lembaga-lembaga non profit.
Keragaman komik memberikan kesan yang berbeda-beda terhadap masyarakat. Ada sebagian orang
tua dan bahkan guru menganggap komiksebagai cerita anak yang sangat sederhana, miskin seni, dan
bahasa. Seperti komik Crayon Sinchan. Komik ini dianggap sebagai komik yang tidak pantas untuk
anak-anak. Sebetulnya di negeri asalnya Jepang komik Crayon Sinchan adalah porsi bacaan orang
dewasa. Akan tetapi karena ada film kartunnya (dan tokoh utamanya seorang bocah) lantas diimpor
begitu saja dan diterbitkan sebagai bacaan anak. Setelah pendapat miring muncul ke masyarakat,
barulah komik Sinchan ini diberi label oleh penerbitnya ”untuk 15 tahun ke atas”.
Disisi lain komik mempunyai bayak kelebihan jika digunakan sebagai media dalam proses
pembelajaran. Menurut Gene Yang (2003) ada lima kelebihan komik sebagai media dalam proses
pembelajaran.
2. Visual. Komik terdiri dari gambar–gambar yang merupakan media visual. kualitas gambar komik dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Permanen. Komik sebagai media pembelajaran dapat diulang-ulang oleh siswa. Semakin banyak
mengulang akan memberikan libih banyak pengalaman belajar.
4. Perantara. Komik bisa mengarahkan siswa untuk disiplin membaca khususnya mereka yang tidak suka
membaca atau yang memiliki kekhawatiran akan kesalahan.
5. Populer. Kita bisa mengatakan bahwa siswa kita saat ini berada dalam budaya populer. Komik adalah
bagian dari budaya populer. Ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar.
Dari uraian tersebut di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa selain dapat digunakan sebagai
media hiburan komik juga dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang efektif karena mampu
menarik minat belajar siswa. Komik yang digunakan sebagai media pembelajaran tentunya melalui
seleksi oleh guru, komik yang dipilih harus bersifat mendidik, menimbulkan gairah belajar pada anak-
anak, komik yang lucu, dikenal oleh anak-anak, dan tentunya disesuaikan dengan dunianya.
BAB III
METODE PENULISAN
Diagram alir penulisan ini adalah penelitian pustaka (library research), yang bersifat deskriptif dengan
memaparkan dan menggambarkan komik sebagai media belajar alternative untuk meningkatkan
minat belajar.
B. Data dan informasi yang diperlukan
Data dan informasi yang diperlukan dalam karya tulis ini adalah media yang cocok untuk
meningkatkan minat belajar siswa Sekolah Dasar.
Data-data yang yang ada dalam karya tulis ini diperoleh dari berbagai literature untuk mendapat atau
memperoleh dasar dan kerangkah teoritis mengenai masalah yang dibahas atau mencari informasi
yang erat hubungannya dengan rumusan masalah. Seperti data dari internet, artikel, buku, majalah
dan lain-lain.
Penulisan ini diawali dengan pengumpulan data-data yang berkaitan dengan media pembelajaran dan
komik. Kemudian menggunakan data-data tersebut untuk memperjelas permasalahan yang diangkat
dalam rumusan masalah.
BAB IV
Minat belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan yang
disengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan seseorang.
Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih serius dan tidak mudah putus asa dalam
menghadapi tantangan. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti
dan mengingatnya. Minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar karena bila bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan
sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Sedangkan bila bahan pelajaran itu menarik minat
siswa, maka ia akan mudah dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah
kegiatan belajar.
Dalam proses pembelajaran, siswa biasanya sangat kurang perhatian terhadap materi yang disajikan.
Siswa lebih cenderung melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat dan terkadang membuat guru
jengkel dan marah, misalnya bermain-main dalam kelas, bercerita dengan teman pada saat proses
pembelajaran berlangsung, atau malah membaca buku yang tidak ada kaitannya dengan mata
pelajaran yang disajikan. Terkadang seorang siswa pada saat diberikan pelajaran matematika justru
mengalihkan perhatiannya pada komik yang sengaja dibawah dari rumah untuk menghindari
pelajaran matematika yang ditakutinya. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya minat siswa terhadap
pelajaran matematika hanya mempergunakan bahasa-bahasa angka.
Matematika adalah mata pelajaran yang paling sering memancing siswa untuk membuat ulah dalam
kelas, matematika selalu dianggap sebagai mata pelajaran paling sulit dan menakutkan. Padahal
matematika tidaklah sesulit dengan yang dibayangkan seandainya semua guru bidang studi
matematikan bisa menyajikan pelajaran dengan menarik dan menyenangkan.
Banyak hal yang dapat ditempuh oleh seorang guru dalam merubah persepsi peserta didik bahwa
pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan komik
sebagai media pembelajaran. Komik yang sudah digemari oleh siswa sangat bagus jika dijadikan
sebagai media pembelajaran. Komik bisa membantu guru menyulap pelajaran matematika menjadi
pelajaran yang menarik bagi siswa. Anak-anak tidak perlu lagi dipaksa untuk membacanya. Karena
mereka sudah terlanjur menyukainya.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika
Minat belajar tiap-tiap siswa tidak sama, ketidaksamaan itu disebabkan oleh banyak hal
mempengaruhi minat belajar, sehingga ia dapat belajar dengan baik atau sebaliknya gagal sama
sekali. Demikian juga halnya dengan minat siswa terhadap mata pelajaran Matematika, ada siswa
yang minatnya tinggi dan ada juga yang rendah. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi aktivitas
dan hasil belajarnya dalam mata pelajaran Matematika.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa, secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Faktor Intern
Kondisi fisik atau jasmani siswa saat mengikuti pelajaran matematika sangat berpengaruh terhadap
minat dan aktivitas belajarnya. Faktor kesehatan badan, seperti kesehatan yang prima dan tidak
dalam keadaan sakit atau lelah, akan sangat membantu dalam memusatkan perhatian terhadap
pelajaran. Sebab pelajaran Matematika memerlukan kegiatan mental yang tinggi, menuntut banyak
perhatian dan pikiran jernih. Oleh karena itu apa bila siswa mengalami kelelahan atau terganggu
kesehatannya, akan sulit memusatkan perhatiannya dan berpikir jernih.
b. Faktor psikologis
Faktor psikologis yaitu faktor yang berhubungan dengan kejiwaan atau rohani yang berupa
intelegensi, motivasi, perhatian, bakat dan emosi. Faktor ini juga sangat berpengaruh terhadap
pelajaran matematika. Siswa yang terganggu psikologisnya tentu saja tidak bisa mengikuti pelajaran
matematika dengan baik.
2. Faktor Ekstern
Metode dan gaya mengajar guru juga memberi pengaruh terhadap minat siswa dalam belajar
Matematika. Cara penyampaian pelajaran yang kurang menarik menjadikan siswa kurang berminat
dan kurang bersemangat untuk mengikutinya. Oleh karena itu, seorang guru harus bisa memilih
media dan menggunakan gaya mengajar yang menarik agar dapat membangkitkan minat belajar
siswa.
Fasilitas dan alat dalam belajar memiliki peran penting dalam memotivasi minat siswa pada suatu
pelajaran. Tersedianya fasilitas dan alat yang memadai dapat memancing minat siswa pada mata
pelajaran Matematika.
C. Penerapan Media Komik sebagai Media Alternatif untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa
Dalam proses belajar mengajar seorang guru dituntut untuk menyajikan pembelajaran secara menarik
dan efektif. Selain mahir dalam metode dan tekhnik-tekhnik mengajar, seorang guru juga harus
kreatif dalam memilih dan menggunakan media yang sesuai dengan bahan ajar yang akan diajarkan.
Penggunaan suatu media dalam pelaksanaan pengajaran akan sangat membantu kelancaran,
efektifitas dan efesiensi pencapaian tujuan. Bahan pelajaran yang dimanipulasi dalam bentuk media
pengajaran akan menjadikan si anak seolah-olah bermain, asyik dan merasa senang. Hasil
pembelajaran yang mereka peroleh akan benar-benar bermakna. Media merupakan salah satu
komponen yang tidak bisa diabaikan dalam system pengajaran yang sukses.
Hamalik mengatakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar,
selain dapat membangkitkan keinginan dan motivasi untuk belajar, media juga dapat membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi
pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi
pelajaran pada saat itu.
Dalam rangka pembelajaran matematika, para guru seharusnya menggunakan metode dan media
yang konkrit agar murid tidak mengalamai kebosanan dan kejenuhan, agar mata pelajaran ini
menimbulkan rasa suka, dan mampu dipahami oleh siswa.
Bacaan komik banyak digemari anak karena gambar dalam komik menyajikan peristiwa dan latar
belakang secara jelas, dinamis, dan hidup. Media ini menekankan kepada unsur gambar yang
bercerita. Hal inilah yang memberikan inspirasi kepada kita untuk menggunakan media berbentuk
komik sebagai pedoman kegiatan belajar yang dirancang dan disusun secara sistematis untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Media komik merupakan bentuk media grafik dua dimensi, yaitu media yang dipakai menyangkut
indra penglihatan. Pesan akan disampaikan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Media ini akan
memberikan pengaruh terhadap perolehan kemampuan dari hasil belajar dan mampu menarik
perhatian dan minat belajar siswa. Komik mempunyai kemampuan untuk menyediakan asosiasi yang
diperlukan otak untuk memicu daya ingat yang timbul karena adanya gambar-gambar pada komik
tersebut. DePorter, Reardon, dan Nourie menjelaskan, “Sebuah gambar lebih berarti daripada seribu
kata. Jika Anda menggunakan alat peraga atau media dalam situasi belajar, akan terjadi hal yang
menakjubkan.
Pembelajaran dengan menggunakan media komik menjadi salah satu alternatif yang dapat
meningkatkan minat belajar bagi siswa yang akhirnya dapat memberikan pengaruh positif terhadap
pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. Komik ini menjadi pilihan karena adanya kecenderungan
siswa lebih menyenangi bacaan media hiburan seperti komik dibandingkan dengan menggunakan
waktu mereka untuk belajar atau mengerjakan tugas rumah.
Buku-buku pelajaran KTSP Sekolah Dasar saat ini sudah dilengkapi gambar-gambar kartun, namun itu
belum maksimal karena gambar-gambar yang digunakan tidak terlalu populer bagi siswa. Apalagi
dengan Lembar Kerja Siswa (LKS), khususnya pelajaran matematika yang penuh dengan angka-angka
yang tidak mempunyai daya tarik bagi siswa. Matematika sebagai mata pelajaran eksak memerlukan
banyak latihan dan pengulangan untuk menguasainya. Sehingga mata pelajaran ini tidak bisa lepas
dari yang namanya LKS. LKS merupakan kumpulan lembaran pedoman bagi siswa untuk melakukan
sesuatu kegiatan yang telah dirancang dan direncanakan secara sistematis untuk mencapai tujuan
yang diharapkan.
Akan tetapi, siswa sangat kurang yang berminat untuk mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS itu,
sehingga perlu dimodifikasi dalam bentuk komik.Penggunaan LKS berbentuk komik diharapkan dapat
mewujudkan tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum KTSP. Tujuan tersebut
mengharapkan siswa terampil memecahkan masalah dan mengkomunikasikan secara matematika.
Keterampilan mengkomunikasikan secara matematika merupakan salah satu keterampilan yang harus
dimiliki siswa selain keterampilan yang lain.
Ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian oleh para guru dalam mengembangkan LKS
berbentuk komik. Pertama, karakteristik dari LKS berbentuk komik yang dapat menarik perhatian dan
minat, memperjelas ide, serta sederhana dalam penyampaian informasi. Kedua, adalah keterampilan
mengkomunikasikan secara matematika yang dapat ditanamkan pada siswa. Dan ketiga adalah umur
murid yang menjadi sasaran dari media tersebut, komik yang digunakan disini harus sesuai dengan
tingkatan umur siswa.
Satu hal yang perlu diperhatikan disini yaitu, betapa pun baiknya sebuah progran media, bila program
itu tidak dimanfaatkan dengan baik tentu tidak akan banyak gunanya. Karena itu yang perlu dirancang
dengan baik bukan hanya pembuatan media itu sendiri melainkan pemanfaatan media itu pun juga
perlu diatur dan dirancang sebaik-baiknya. LKS yang berbentuk komik haruslah selalu menjadi
perhatian bagi guru agar bisa betul-betul bisa memberikan manfaat bagi siswa.
BAB V
A. Simpulan
Komik merupakan suatu media yang sangat disenangi oleh siswa sekolah dasar. Pemberdayaan komik
sebagai media pembelajaaran dalam LKS matematika merupakan alternatif untuk meningkatkan
minat belajar mereka terhadap pelajaran matematika. Peningkatan minat belajar siswa terhadap
pelajaran matematika akan meningkatkan hasil belajar mereka.
B. Rekomendasi
1. Pelajaran matematika perlu mendapatkan perhatian khusus agar tidak lagi dianggap sulit oleh siswa.
2. Guru perlu mempersiapkan media belajar yang mampu menarik minat dan mempermudah daya
tangkap siswa terhadap pelajaran.
3. Siswa harus mampu memanfaatkan LKS komik dengan baik agar tujuan pembelajaran bisa tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Nanto Dwi. 2009. Komik : Disuka dan Dibenci. Majalah Guruku 09, Oktober.
Sadiman, Arief. 2003. Media pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Sardi Aries Rizal. 2009. Kesulitan Siswa Sekolah Dasar Dalam Menyelesaikan Soal
Matematika. http://www.google.com. Dikutip pada 27 January 2010 jam 08.13