Anda di halaman 1dari 49

A.

JUDUL PENELITIAN PENERAPAN PEMBELAJARAN GAGNE DENGAN METODE SQ5R UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IXB SMP NEGERI 1 SUKASADA B. IDENTITAS PENELITI Nama Nim Jurusan : Putu Yudi Darmawan : 0813011031 : Pendidikan Matematika

Semester : VI

C. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan mempunyai peranan yang amat penting bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi perkembangan bangsa dan negara. Untuk menghadapi era globalisasi, dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing di dunia internasional. Pendidikan merupakan modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sumber daya manusia yang berkualitas akan mampu mengelola sumber daya alam dan memberi layanan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, hampir semua bangsa berusaha meningkatkan kualitas pendidikan yang dimilikinya, termasuk Indonesia. Mutu pendidikan di Indonesia cenderung masih rendah dibandingkan negara-negara lain. Faktor-faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia yakni meliputi faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal meliputi lingkungan belajar, sarana dan prasarana pendukung, guru dan metode mengajar. Sedang faktor internal meliputi tingkat kecerdasan dan kemampuan awal siswa, motivasi dan minat siswa terhadap suatu pelajaran. Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, khususnya peningkatan mutu pendidikan matematika masih terus diupayakan, karena sangat diyakini bahwa matematika merupakan induk dari ilmu pengetahuan.

Salah satu indikator mutu pendidikan matematika yang disinyalir telah tergolong memprihatinkan ditandai dengan nilai rata-rata matematika siswa di sekolah yang masih lebih rendah dibandingkan dengan nilai pelajaran lainnya. Matematika merupakan suatu ilmu yang sangat bermanfaat bagi umat manusia sebab matematika adalah ilmu yang sangat berguna dan mengagumkan, sedikitnya matematika sanggup memecahkan teka-teki dan masalah yang dihadapi oleh manusia (Gita, 2008). Ini berarti matematika memegang peranan yang sangat penting dalam berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam kehidupan sehari-hari, dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), maupun dalam rangka membentuk sikap yang positif pada siswa. Lebih lanjut dikemukakan bahwa dalam perkembangan peradaban moderen, matematika memegang peranan yang sangat penting karena dengan bantuan metematika semua ilmu pengetahuan menjadi lebih sempurna. Matematika merupakan alat yang efisien dan diperlukan oleh semua ilmu pengetahuan dan tanpa bantuan matematika semuanya tidak akan mendapat kemajuan yang berarti (Gita, 2008). Oleh karena peranan matematika yang sangat strategis, maka matematika perlu untuk dipelajari oleh setiap individu. Proses pembelajaran dapat diperoleh siswa melalui pendidikan formal, informal maupun non formal. Untuk jalur formal, siswa dapat mempelajari matematika melalui sekolah, sedangkan untuk jalur informal dan non formal siswa dapat mempelajari metematika melalui lingkungan sekitar maupun bimbingan belajar. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar merupakan mata pelajaran yang wajib diajarkan pada semua jenjang pendidikan. Matematika selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Seiring dengan perkembangan tersebut, tujuan pembelajaran matematika di sekolah juga mengalami perubahan. Pembelajaran matematika di sekolah yang pada awalnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung dan sebagai dasar untuk mempelajari ilmu yang lain, kini bergeser pada empat tujuan utama: (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, (2) mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan

penemuan dengan mengembangkan pemikiran yang divergen, orisinil, dan rasa ingin tahu, (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan (Yuliastiti, 2008). Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki pengaruh yang cukup besar dalam masyarakat. Proses belajar matematika yang baik akan dapat membuat siswa tertarik mempelajari matematika serta memahami matematika itu sendiri. Adanya pemahaman siswa terhadap matematika akan membuat siswa lebih mudah mengaplikasikannya ke situasi baru. Proses belajar tersebut juga dapat membuat siswa mempermudah menyelesaikan suatu permasalahan matematika sekolah maupun ilmu lainnya atau dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya matematika. Pada kenyataannya dalam pelaksanaan proses pembelajaran masih banyak kendala yang dialami. Banyaknya kendala dalam proses pembelajaran juga dihadapi oleh SMP Negeri 1 Sukasada khususnya di kelas IXB. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru matematika (Ibu Ketut Artini, S.Pd), prestasi belajar matematika di SMP Negeri 1 Sukasada khususnya di kelas IXB masih rendah. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut. Pertama, proses pembelajaran di kelas masih kurang berpusat pada siswa. Walaupun sudah ada variasi dalam mengajar, namun dominasi guru masih terlihat. Hal ini disebabkan oleh siswa belum siap untuk mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga sering mengakibatkan guru cenderung menerapkan pembelajaran yang bersifat konvensional yang menekankan pada penyampaian informasi tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep yang dipelajari. Akhirnya, penekanan pada pemahaman konsep siswa cenderung diabaikan. Padahal pemahaman konsep matematika yang baik sangatlah penting karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasyarat pemahaman konsep sebelumnya. Sehingga, kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep materi yang diajarkan mengakibatkan siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami konsep

materi berikutnya. Selain itu, pembelajaran cenderung berorientasi pada target materi, sehingga pembelajaran sering diinterpretasikan sebagai aktivitas utama yang dilakukan guru. Guru berupaya menuangkan materi sesuai dengan target yang telah ditentukan. Kedua, siswa cenderung bersikap pasif saat proses pembelajaran berlangsung. Pada saat siswa diberikan permasalahan yang terkait dengan materi yang diberikan pada pertemuan sebelumnya terdapat beberapa orang siswa tidak dapat menjawab/menyelesaikannya. Kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan diakibatkan siswa hanya menghapal materi yang diberikan dan kurang memahaminya. Kurangnya pemahaman tersebut menyebabkan siswa tidak tahu secara praktis proses penemuan dari suatu informasi yang telah diterima baik dari guru maupun dari hasil membaca buku. Siswa menjadi kurang mampu untuk merefleksi kegiatan kognitif yang telah mereka lakukan dalam proses pembelajaran, belum dapat mengetahui tingkat pemahamannya terhadap materi yang diberikan, dan belum mengetahui apa yang tidak dimengerti terhadap materi yang diberikan. Hal ini mencerminkan proses pengkonstruksian pengetahuan siswa masih lemah. Ketiga, pembelajaran lebih menekankan pada mencari jawaban, tidak menekankan bagaimana memperoleh jawaban tersebut. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, guru tampak sudah mulai berusaha untuk melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran, namun masih ada beberapa hal yang perlu untuk ditindaklanjuti misalnya dalam mengajarkan suatu materi terlihat bahwa guru cenderung lebih menekankan pada mencari jawaban dipandang sebagai satu-satunya tujuan yang ingin dicapai. Siswa masih diarahkan untuk menjawab soal yang bersifat prosedural algoritmis, sehingga pikiran siswa masih terpaku untuk mengikuti bagaimana cara berpikirnya guru. Keempat, selama proses pembelajaran, siswa jarang belajar berkelompok, sehingga kurangnya interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Kurangnya interaksi antara siswa dengan guru terlihat dari enggannya siswa untuk mengemukakan pendapat maupun mengajukan pertanyaan saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa merasa malu dan takut untuk mengemukakan pendapatnya maupun mengajukan

pertanyaan. Rasa malu dan takut yang muncul di diri siswa disebabkan: (1) kecendrungan siswa menertawakan siswa lain yang mengemukakan pendapat yang salah, (2) tidak mau dianggap kurang dalam pembelajaran karena mengajukan pertanyaan terhadap gurunya.banyak terdapat hitungan. Hal ini menyebabkan guru kesulitan mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan dan apakah konsep yang dimiliki siswa sudah benar atau masih menyimpang. Disamping itu siswa tidak berani memberikan umpan balik terhadap apa yang disampaikan guru. Mereka cenderung menerima dan setuju terhadap pernyataan guru. Kelima, siswa menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit dan banyak terdapat hitungan. Anggapan tersebut menyebabkan siswa menjadi malas dan enggan untuk mempelajarinya. Kurangnya kemampuan bernalar siswa yaitu berpikir sistematis, logis, dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan-gagasan atau ide-ide menyebabkan belajar menjadi kurang bermakna. Selain itu, siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang membosankan karena banyak menghafal rumus sehingga menimbulkan rasa jenuh terutama bagi siswa yang memang dari awal kurang menyukai pelajaran matematika. Dari indikasi di atas, terlihat bahwa kegiatan pembelajaran yang selama ini dilakukan cenderung merupakan aktivitas untuk mentransfer informasi dalam pikiran siswa, sehingga siswa tidak dapat secara maksimal menggunakan dan mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk memahami suatu konsep. Kegiatan pembelajaran seperti ini tidak akan

mampu mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran. Terlebih lagi dengan adanya anggapan bahwa pengetahuan dapat dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran siswa mengakibatkan pembelajaran difokuskan pada upaya menuangkan pengetahuan matematika sebanyak mungkin pada siswa. Pembelajaran Matematika konvesional yang selama ini diterapkan guru SMP Negeri 1 Sukasada cenderung menerapkan langkah-langkah: (1) menjelaskan materi, (2) memberikan contoh soal, dan (3) memberikan soal yang biasanya sangat mirip dengan contoh soal sebelumnya. Kegiatan pembelajaran seperti ini cenderung membuat pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki siswa

terbatas. Hal-hal tersebut dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa. Prestasi belajar matematika siswa perlu ditingkatkan dengan melakukan perubahan-perubahan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang selama ini diterapkan guru. Perubahan yang dilakukan antara lain dengan merancang suatu pembelajaran yang dapat membuat siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, bekerja sama, saling menghargai, dan berdiskusi. Proses pembelajaran yang diterapkan seyogyanya dapat menumbuhkembangkan keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat. Salah satu pembelajaran serta metode yang cocok diterapkan adalah pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R. Pembelajaran Gagne merupakan suatu pembelajaran yang memuat sembilan tahapan pembelajaran, yaitu tahap membangkitkan perhatian, tahap memberitahukan tujuan pembelajaran pada siswa, tahap merangsang ingatan pada materi prasyarat, tahap menyajikan bahan perangsang, tahap memberi bimbingan belajar, tahap menampilkan unjuk kerja, tahap memberi umpan balik, tahap menilai unjuk kerja, tahap meningkatkan retensi. Untuk mengintensifkan pembelajaran ini, maka digunakan metode SQ5R. Pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R merupakan bagian dari belajar kontrukstivis dimana siswa aktif terlebih dahulu mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan cara berpikirnya, kemudian mendiskusikan dengan teman dalam kelompoknya maupun dengan guru. Melalui metode ini, siswa akan belajar lebih sistematis, efektif, dan efisien karena siswa berulang-ulang mempelajari materi ajar mulai dari tahap meneliti bacaan atau materi ajar (Survey), bertanya (Question), membaca/mempelajari (Read), menceritakan/ menuliskan kembali (Recite), menuliskan ide-ide pokok (Record), meninjau ulang (Review), dan refleksi (Reflect). Untuk dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran matematika, siswa harus mengetahui dan memahami materi pelajaran yang dibahas. Penerapan pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R merupakan rancangan kegiatan pembelajaran yang mengoptimalkan potensi yang ada dalam diri siswa. Potensi yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam

menemukan ide-ide dari materi yang dipelajari, kemampuan siswa untuk mengungkapkan ide tersebut menjadi sebuah pertanyaan, kemudian menjawabnya, kemampuan siswa untuk mengingat kembali konsep-konsep dengan cara menuliskan ide-ide pokok materi yang dipelajari dan kemampuan siswa untuk meninjau kembali apa yang telah mereka jawab, serta kemampuan siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru diperolehnya. Tujuannya adalah untuk mencapai pemahaman konsep matematika yang lebih baik dengan mereka aktif dalam pembelajaran. Hal tersebut menjadikan kegiatan yang menyenangkan, sistematis, menggugah rasa ingin tahu, dan motivasi yang akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika yang akan berimplikasi pada prestasi belajar matematika siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Pembelajaran Siswa Kelas IXB SMP Negeri 1 Sukasada. D. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Seberapa peningkatan prestasi belajar matematika siswa kelas IXB SMP Negeri 1 Sukasada dapat dicapai melalui penerapan pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R? 2. Bagaimana tanggapan siswa kelas IXB SMP Negeri 1 Sukasada terhadap Penerapan Pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R untuk meningkatkan prestasi belajar matematika? E. TUJUAN PENELITIAN Sejalan dengan rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk : Gagne dengan Metode SQ5R untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika

1. SQ5R. 2.

Meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas IXB SMP

Negeri 1 Sukasada melalui penerapan pembelajaran Gagne dengan metode Mengetahui tanggapan siswa kelas IXB SMP Negeri 1 Sukasada

terhadap Penerapan Pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R untuk meningkatkan prestasi belajar matematika. F. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. a. Bagi Siswa Penerapan pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R dapat membantu atau memudahkan siswa untuk memahami konsep matematika yang sedang dipelajari sehingga prestasi belajar matematika siswa meningkat. b. semua c. 2. a. Siswa semakin termotivasi untuk belajar karena mereka dilibatkan dalam proses pembelajaran. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Bagi Guru Pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam melakukan penelitian lebih lanjut dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru. c. 3. a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran matematika. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat memberikan pengalaman secara langsung kepada peneliti sebagai calon guru dalam mengpenerapankan pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R di Kelas.

b. c.

Peneliti dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan peneliti tentang pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R. Peneliti mendapatkan pengalaman dalam mengembangkan model pembelajaran sehingga merupakan modal yang sangat baik sebagai calon guru matematika yang profesional. 4. Bagi Sekolah Secara tidak langsung akan membantu memperlancar proses belajar mengajar. Dapat mengetahui pengelolaan memberikan dalam masukan rangka untuk

a. b.

pembelajaran

perbaikan

pembelajaran matematika pada khususnya. G. PENJELASAN ISTILAH Untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan perbedaan persepsi mengenai istilah, dalam penelitian ini perlu diberikan penjelasan terhadap beberapa istilah berikut. G.1 Pembelajaran Gagne Pembelajaran Gagne merupakan suatu pembelajaran yang memuat sembilan tahapan pembelajaran, yaitu tahap membangkitkan perhatian, tahap memberitahukan tujuan pembelajaran pada siswa, tahap merangsang ingatan pada materi prasyarat, tahap menyajikan bahan perangsang, tahap memberi bimbingan belajar, tahap menampilkan unjuk kerja, tahap memberi umpan balik, tahap menilai unjuk kerja, tahap meningkatkan retensi. G.2 Metode SQ5R Metode SQ5R adalah metode belajar yang mencankup tujuh kegiatan belajar yaitu Survey (meneliti bacaan atau materi ajar), Question (bertanya), Read (membaca/mempelajari), Recite (menceritakan atau menuliskan kembali), Record (menuliskan ide-ide pokok), Review (meninjau ulang), dan Reflect (refleksi).

G.3 Pembelajaran Gagne dengan Metode SQ5R Pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang dalam pengpenerapanannya menggunakan metode SQ5R dan juga membentuk siswa menjadi beberapa kelompok-kelompok belajar. Dalam penelitian ini penerapan pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R dibantu dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). G.4 Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika. Prestasi belajar matematika merupakan skor yang diperoleh siswa setelah mengerjakan tes prestasi belajar matematika. Tes prestasi belajar matematika berupa tes essay (uraian) yang disusun oleh peneliti yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. G.5 Tanggapan Siswa Tanggapan siswa terhadap pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R merupakan balikan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa akan pembelajaran ini. Dalam penelitian ini tanggapan siswa akan diteliti dengan menggunakan angket/kuesioner, yang dilaksanakan pada akhir siklus terakhir. H. KAJIAN PUSTAKA H.1 Hakikat Belajar Matematika Menurut Fontana (dalam Erman Suherman dkk, 2003), belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan yang memberikan nuansa agar program dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Lebih lanjut, Herman Hadojo (1988) menyatakan bahwa kegiatan belajar merupakan suatu kegiatan yang diasumsikan bahwa di dalam diri seseorang tersebut terjadi proses kegiatan yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku.

10

Dalam hal ini, kegiatan atas usaha untuk mencapai tingkah laku tersebut merupakan proses belajar sedangkan perubahan tingkah laku merupakan tujuan dari pembelajaran. Belajar matematika merupakan proses psikologis berupa kegiatan aktif dalam diri seseorang untuk memahami atau menguasai materi matematika. Pembelajaran matematika harus dapat mengoptimalkan keberadaan siswa sebagai subjek belajar. Siswa dalam belajar matematika seharusnya tidak hanya menerima dan menghafal konsep atau rumus yang ada tetapi siswa harus dapat menemukan sendiri konsep tersebut agar dapat bertahan lama dalam ingatannya. Dalam pembelajaran matematika siswa dituntut untuk mampu mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan fungsi matematika dan taraf kognitif siswa. Adapun tujuan belajar itu sendiri khususnya dalam belajar matematika antara lain : (1) siswa seharusnya belajar berargumentasi yang didalamnya mencakup pendasaran, penyusunan secara logis, dan penataan secara beruntun, (2) siswa seharusnya bersikap kreatif yang didalamnya mencakup kesediaan dan kesiapan siswa untuk menemukan jalan pemecahan masalah, membuat suatu variasi dalam suatu keadaan, dan mengadakan kemungkinan-kemungkinan baru, dan (3) siswa seharusnya belajar untuk mematematiskan situasi yang didalamnya mencakup kemampuan siswa untuk menangkap dan menguraikan situasi, memperoleh data, dan merumuskan hubungan dalam segala situasi. Agar tujuan pembelajaran matematika diatas dapat tercapai dalam pembelajaran matematika, harus diperhatikan hal-hal berikut : 1. Matematika merupakan aktivitas manusia (mathematics is a human activity). Implikasinya adalah pelaksanaan pembelajaran, siswa tidak hanya dipandang sebagai individu yang siap menerima konsep-konsep matematika secara aktif, melainkan juga diperlakukan sebagai partisipan aktif dalam keseluruhan proses pembelajaran. 2. mencakup berbagai tahapan pemahaman. Proses belajar matematika

11

Untuk itu, dalam proses pembelajaran guru harus mulai pada tahap pemahaman yang paling dasar agar anak siap dan mampu untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih kompleks. 3. dipandang sebagai materi yang terpisah-pisah. Hal ini sesuai dengan hakikat matematika sebagai ilmu tentang hubungan, artinya terdapat hubungan atau ketertarikan antara suatu konsep dengan konsep lainnya. Untuk itu dalam pembelajaran guru harus mamu menjalin keterkaitan antara materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. 4. juga dipandang sebagai aktivitas sosial. Ini berarti dalam belajar matematika siswa harus diberikan kesempatan untuk 5. berdiskusi dan berinteraksi sehingga dapat meningkatkan untuk pemahaman mereka mengenai materi yang sedang dipelajari. Guru bereran membimbing siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan. Walaupun siswa diharapkan dapat menemukan sendiri suatu konsep namun bila siswa mengalami kesulitan hendaknya guru memberikan bimbingan agar siswa tidak mengalami keputusasaan. H.2 Pandangan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Matematika Herman Hudojo (2003:78) mengemukakan belajar matematika menurut pandangan konstruktivisme atau adalah memantau siswa untuk dengan membangun konsep-konsep prinsip-prinsip matematika Proses belajar matematika Materi matematika tidak

kemampuannya sendiri melalui proses internalisai, sehingga dengan konsep atau prinsip itu akan terbangun kembali transformasi informasi yang diperoleh menjadi konsep atau prinsip baru. Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan merupakan hasil konstruksi kognitif melalui aktivitas seseorang. Erman Suherman, dkk (2003:45) menyatakan bahwa matematika hanyalah sebagai alat untuk berfikir, fokus utama belajar matematika adalah

12

memberdayakan

siswa

untuk

berfikir

mengkonstruksi

pengetahuan

matematika yang pernah ditemukan oleh ahli-ahli sebelumnya. Semua paham konstruktivis memandang proses pendidikan bukan sebagai upaya mentransfer pengetahuan kepada anak didik, hal itu dikarenakan setiap individu memiliki pengetahuan awal, minat, strategi, dan proses kognitif yang berbeda sehingga suatu informasi yang sama belum tentu dipersepsi sama oleh semua individu. Menurut Slameto (2003:60) mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Ini menunjukkan bahwa yang aktif adalah siswa, yang mengalami proses belajar, sedangkan guru hanya membimbing, Prinsip-prinsip menunjukkan jalan dengan banyak memperhitungkan digunakan dalam kepribadian siswa. konstruktivisme pembelajaran sains dan matematika. Erman Suherman, dkk (2003:79) menyatakan prinsip-prinsip yang diambil adalah : 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial. 2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa itu sendiri untuk menalar. 3. Murid aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah. 4. Guru sekedar membantu penyediaan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus. Menurut Herman Hudojo (1998:7) pembelajaran matematika dalam pandangan konstruktivis antara lain dicirikan sebagai berikut : 1. Siswa harus terlibat aktif dalam belajarnya. Siswa belajar materi matematika secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Siswa belajar bagaimana belajar itu. 2. Informasi baru harus dikaitkan dengan informasi lain sehingga menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa agar pemahaman terhadap materi yang lebih kompleks terjadi. 3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Konsep pembelajaran konstruktivis didasarkan pada kerja akademik para ahli psikologi dan peneliti yang peduli dengan konstruktivisme. Coob (dalam Erman Suherman dkk, 2003), mengatakan bahwa dari perspektifnya konstruktivis, belajar matematika bukanlah suatu proses pengepakan

13

pengetahuan secara hati-hati, melainkan tentang mengorganisir aktivitas, dimana kegiatan ini diinterpretasikan secara luas termasuk aktivitas dan berpikir konseptual. Didefinisikan oleh Coob (dalam Erman Suherman dkk, 2003), bahwa belajar matematika merupakan proses dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika. Pengetahuan bukan sesuatu yang diserap secara pasif oleh seseorang pebelajar, melainkan sesuatu yang diciptakan secara aktif oleh pebelajar. Menurut paradigma baru pendidikan, peran guru harus diubah yaitu tidak sekedar menyampaikan informasi kepada siswa, namun harus mampu menjadi mediator dan fasilitator. Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas: (1) menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggungjawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian. Karena itu memberikan ceramah bukanlah tugas utama seorang guru, (2) menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka mengekspresikan gagasannya dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka. Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang mendukung proses belajar siswa, (3) memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran siswa jalan atau tidak. Jadi, menurut pandangan konstruktivisme, proses pembentukan pengetahuan berawal dari pengalaman-pengalaman yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan belajar adalah tanggung jawab siswa, sedangkan guru hanya bertugas sebagai mediator dan fasilitator, bukan sebagai sumber informasi maupun sebagai instruktur yang memberikan instruksi-instruksi yang bersifat satu arah pada siswa. H.3 Pembelajaran Gagne Menurut Gagne ada sembilan tahap proses kognitif yang terjadi dalam belajar yang kemudian disebut fase-fase belajar (Winataputra, dkk, 2007). Fase-fase belajar ini kemudian digolongkan ke dalam : (1) fase persiapan untuk belajar, (2) fase perolehan dan perbuatan, dan (3) alih belajar. Menurut Yuli Kwartolo (2009) kesembilan tahapan (fase belajar) ini harus dilakukan secara berurutan dan setiap tahap belajar perlu didukung oleh suatu

14

peristiwa pembelajaran tertentu agar pada setiap fase belajar menghasilkan proses belajar yang maksimal dalam diri siswa. Sehingga kesembilan tahapan (fase belajar) dapat dikatakan sebagai sembilan peristiwa pembelajaran Gagne. Sembilan peristiwa pembelajaran adalah aktivitas-aktivitas belajar yang menurut Gagne perlu diterapkan sebagaimana dalam fase-fase belajar (Winataputra, dkk, 2007). Peristiwa pembelajaran diasumsikan sebagai caracara yang perlu diciptakan oleh guru dengan tujuan untuk mendukung prosesproses belajar di dalam diri siswa. Hakikat suatu peristiwa pembelajaran untuk setiap pembelajaran berbeda-beda, bergantung kepada kapabilitas yang diharapkan atau harus dicapai sebagai hasil belajar. Winataputra, dkk (2007) mengemukakan bahwa kesembilan peristiwa pembelajaran yang ada pada setiap fase belajar dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Membangkitkan Perhatian Kegiatan paling awal dalam pembelajaran adalah menarik perhatian siswa agar mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir pelajaran. Perhatian siswa dapat ditingkatkan dengan memberikan berbagai rangsangan sesuai dengan kondisi yang ada, misalnya dengan perubahan gerak badan (berjalan, mendekati siswa, dan lain-lain), perubahan suara, menggunakan berbagai media belajar yang dapat menarik perhatian dan menunjukkan atau menyebutkan contoh-contoh yang ada di dalam kelas atau di luar kelas, dan lain-lain. 2. Memberitahukan Tujuan Pembelajaran Pada Siswa Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa, dengan tujuan agar siswa mempunyai pengharapan dan tujuan selama belajar maka kepada siswa perlu dijelaskan tujuan apa saja yang akan dicapai selama pembelajaran, manfaat materi yang akan dipelajari bagi siswa, dan tugas-tugas yang harus diselesaikan selama pembelajaran. Keuntungan menjelaskan tujuan adalah agar siswa dapat menjawab sendiri pertanyaan, apakah ia telah belajar? Apakah materi yang dipelajari telah dikuasai? Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat membangkitkan harapan dalam diri siswa tentang kemampuan dan upaya yang harus dilakukan agar tujuan tercapai.

15

3.

Merangsang Ingatan Pada Materi Prasyarat Bila siswa telah memiliki perhatian dan pengharapan yang baik pada

pelajaran, guru perlu mengingatkan siswa pada materi apa saja yang telah dikuasai sehubungan dengan materi yang akan diajarkan. Dengan pengetahuan awal yang ada pada memori kerjanya diharapkan siswa siap untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang lama dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari. Ada banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk mengingatkan siswa pada materi yang telah dipelajari, misalnya dengan mengingatkan siswa pada 4. topik-topik yang telah dipelajari dan meminta siswa untuk menjelaskannya secara singkat. Menyajikan Bahan Perangsang Peristiwa pembelajaran yang keempat adalah menyajikan bahan kepada siswa berupa pokok-pokok materi yang penting yang bersifat kunci. Sebelum itu guru harus menentukan bahan apa yang akan disajikan dan dipilih bentuk kegiatan apa yang akan disajikan sehingga proses pembelajaran berjalan lancar. 5. Memberi Bimbingan Belajar Bimbingan belajar diberikan dengan tujuan untuk membantu siswa agar mudah mencapai tujuan pembelajaran atau kemampuan-kemampuan yang harus dicapainya pada akhir pelajaran. Dalam hal ini bimbingan belajar harus diberikan sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa beserta kesulitankesulitannya. 6. Menampilkan Unjuk Kerja Untuk mengetahui apakah siswa telah mencapai kemampuan yang diharapkan, mintalah mereka untuk menampilkan kemampuannya dalam bentuk tindakan yang dapat diamati oleh guru. 7. Memberikan Umpan Balik Memberikan umpan balik merupakan fase belajar yang terpenting. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik umpan balik diberikan secara informatif dengan cara memberikan keterangan tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai siswa. Misalnya, sudah baik, pelajari kembali, atau lengkapi, dan lain-lain.

16

8.

Menilai Unjuk Kerja Merupakan peristiwa pembelajaran yang bertujuan untuk menilai

apakah siswa sudah mencapai tujuan atau belum. Untuk itu perlu dibuat alat penilaian yang relevan dengan tujuan mengukur tingkat pencapaian belajar siswa. 9. Meningkatkan Retensi Peristiwa pembelajaran yang terakhir yang harus dilakukan guru adalah upaya untuk meningkatkan retensi. Guru perlu memberikan latihanlatihan dalam berbagai situasi agar siswanya dapat mengulangi dan menggunakan pengetahuan barunya kapan saja jika diperlukan. Menurut Gagne, yang terpenting dalam pembelajaran adalah menciptakan suatu kondisi pembelajaran (eksternal) yang dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar yang bersifat internal. H.4 Metode SQ5R Metode SQ5R merupakan modifikasi dari metode SQ3R yang awalnya dikembangkan oleh Francis Robinson di Ohio State University pada tahun 1970. Berbeda dengan metode SQ3R, metode SQ5R ditambah dua langkah yaitu merekam dan mencerminkan, yang disarankan oleh Pauk (1997). Metode SQ5R adalah metode belajar yang mencangkup tujuh kegiatan belajar yaitu Survey, Quention, Read, Recite, Record, Review, dan Reflect. Metode ini merupakan salah satu jenis metode membaca yang efektif dan efisien, dimana kelebihan metode SQ5R adalah terdapat tahap record dan reflect. Pada tahap record, siswa mengingat apa yang telah mereka baca dengan menuliskan ide-ide pokok materi. Tahap record ini akan membantu siswa mengingat materi lebih lama karena jika mereka lupa maka dapat melihat ringkasan materi yang telah mereka buat di buku catatan. Sedangkan pada tahap reflect siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang baru diperolehnya dengan pengetahuan sebelumnya. Pada tahap reflect, siswa juga dapat mengaplikasikan konsep-konsep yang telah diketahui pada latihan soal-soal. Metode ini memberikan kemungkinan kepada para siswa untuk belajar secara sistematis dan efisien dalam mengahadapi berbagai materi ajar, karena siswa berulang-ulang mempelajari materi ajar mulai dari

17

tahap meneliti bacaan atau materi ajar (Survey), bertanya (Question), membaca/mempelajari (Read), menceritakan atau menuliskan kembali (Recite), menuliskan ide-ide pokok (Record), meninjau ulang (Review), dan refleksi (Reflect). Secara lebih rinci, kegiatan belajar diatas dapat dipaparkan pada uraian berikut. 1. S = Survey, artinya meneliti. Pada langkah ini, siswa diharapkan meneliti dan menjajaki materi ajar untuk mendapatkan suatu ide atau dasar pemikiran tentang materi tersebut, sehingga siswa dapat meramalkan apa saja yang akan dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi perhatian pada judul (pokok bahasan), dan sub judul (sub pokok bahasan) dalam waktu yang cukup singkat. 2. Q = Question, artinya bertanya. Pada langkah ini, siswa diminta membuat dan mengajukan pertanyaan atau soal kepada dirinya sendiri tentang materi itu pada saat membaca atau mempelajari pokok bahasan tersebut. 3. R1 = Read, artinya membaca. Pada langkah ini, siswa diharapkan belajar dengan membaca materi ajar yang sedang dibahas. Kegiatan membaca pada pembelajaran matematika berbeda dengan kegiatan membaca pada pembelajaran sejarah atau mata pelajaran sejenis lainnya. Pada pembelajaran matematika, siswa dituntut membaca dan mengkaji materi yang dibahas untuk memahami konsep-konsep di dalamnya. Selanjutnya siswa mencoba menjawab soal yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya. 4. R2 = Recite, artinya menceritakan/menuliskan kembali. Pada langkah ini, setelah siswa merasa yakin terhadap soal-soal yang dirumuskan dengan jawaban yang diperoleh, dilanjutkan dengan menuliskan/menceritakan kembali materi ajar dengan kata-kata sendiri. 5. R3 = Record, artinya menuliskan ide-ide pokok materi. Pada langkah ini, siswa diharapkan mengingat konsep-konsep yang sudah dipelajari dengan cara menggaris bawahi dan

18

menuliskan ide-ide pokok materi secara ringkas di buku catatan. Pada langkah ini, siswa akan mengingat materi yang sudah dipelajari pada pelajaran selanjutnya. 6. R4 = Review, artinya meninjau kembali. Pada langkah ini, siswa dapat meninjau kembali materi yang telah dipelajari dan memusatkan diri pada soal-soal dan jawaban serta gagasangagasan yang diperoleh pada langkah sebelumnya. Selanjutnya siswa dapat membaca ulang materi itu jika merasa belum yakin dengan jawaban atau gagasan-gagasannya. 7. R5 = Reflect, artinya cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari, kemudian membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru diperolehnya. Pada tahap ini, siswa diharapkan untuk berpikir kritis tentang kesimpulan yang diperoleh pada tahap review, caranya dengan menyelesaikan permasalahan yang berupa soa-soal dengan menggunakan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan refleksi ini, siswa akan merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. Metode SQ5R akan membantu siswa mengingat apa yang telah mereka baca. Melalui keterampilan membaca ini, siswa akan lebih mudah berkomunikasi dengan orang lain melalui tulisan. Pada umumnya, apabila siswa membaca untuk menjawab pertanyaan maka akan membuat siswa membaca lebih berhati-hati sehingga membantu mengingat apa yang dibaca dengan baik. H.5 Prestasi Belajar Matematika Dalam proses pembelajaran perlu diketahui prestasi yang dicapai siswa. Tugas ini merupakan salah satu tugas guru dalam memantau prestasi yang harus dicapai oleh siswa. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok (Budi Darmayasa, 2007). Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.

19

Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai-nilai kecakapan. Prestasi belajar mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan, bahkan kualitas pendidikan dicerminkan antara lain oleh prestasi belajar siswa pada mata pelajaran yang telah dipelajari di sekolah. Oleh karena itu, prestasi belajar penekanannya terletak pada hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau aktivitas. Wjs Poerwadarminta berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan). Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar adalah terjadinya suatu perubahan dalam diri individu menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan pengertian tentang prestasi belajar yaitu hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Woodworth dan Marquis (Rinjin Wirawan, 2009) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan tes. Dari uraian diatas tampak bahwa pengertian prestasi belajar yang diharapkan tidak mengandung kontradiksi, namun saling melengkapi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan aktual yang dimiliki seorang siswa sebagai hasil usaha belajarnya. Kemampuan aktual tersebut dapat berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang dapat diukur tinggi rendahnya dengan jalan memberikan tugastugas kepada siswa yang relevan dengan sasaran yang diinginkan. Hasil yang diperoleh siswa dalam suatu mata pelajaran dinyatakan dalam bentuk nilai yang disebut prestasi belajar. Pengertian tersebut menyiratkan bahwa prestasi belajar tidak akan bisa diketahui tanpa dilakukan penilaian atas hasil aktivitas belajar siswa. Fungsi prestasi belajar bukan saja untuk mengetahui sejauh mana kemajuan siswa setelah menyelesaikan suatu aktivitas, tetapi yang lebih penting adalah

20

sebagai alat untuk memotivasi setiap siswa agar lebih giat belajar, baik secara individu maupun kelompok. Adapun fungsi dari prestasi belajar menurut Zainal Arifin (Rinjin Wirawan, 2009) adalah sebagai berikut. 1. tahu. 2. 3. Prestasi belajar merupakan indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. Prestasi belajar dapat dijadikan pendorong dalam bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berperan sebagai umpan balik dan meningkatkan mutu pendidikan. 4. 5. Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap anak didik. Dari beberapa fungsi prestasi belajar diatas maka prestasi belajar dari siswa sangat penting untuk diketahui dan ditingkatkan karena selain sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi, prestasi belajar juga merupakan indikator kualitas dari suatu institusi pendidikan. H.6 Kaitan antara Pembelajaran Gagne dengan Metode SQ5R terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Mencermati uraian tentang pembelajaran Gagne dan metode SQ5R, terlihat bahwa metode SQ5R sejalan dengan pembelajaran Gagne yaitu samasama merupakan bagian dari belajar konstruktivis. Dalam pembelajaran Gagne, ditekankan bahwa siswa harus memiliki motivasi untuk berinteraksi dan berpartisipasi aktif dengan orang lain (teman, guru) maupun materi ajar dan guru hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator belajar siswa. Untuk dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran khususnya dalam pembelajaran matematika, siswa harus mengetahui dan memahami materi ajar yang dibahas. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memahami materi ajar matematika secara efektif adalah dengan Prestasi belajar merupakan lambang pemuasan hasrat ingin

21

menerapkan langkah-langkah pada metode SQ5R yaitu Survey, Question, Read, Recite, Record, Review, dan Reflect. Melalui pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R siswa mengidentifikasi suatu materi atau teks matematika (Survey), menyusun pertanyaan atau soal-soal yang berkaitan dengan materi tersebut (Question). Dalam tahap Question, siswa harus mampu memahami hal-hal yang harus dipelajari pada saat melakukan Survey, sehingga mampu mengaplikasikan konsep-konsep matematika yang ada menjadi pertanyaan atau soal-soal. Kemudian siswa diharapkan membaca kembali teks atau materi secara intensif untuk menjawab soal-soal yang telah dirumuskan (Read). Pada tahap selanjutnya siswa menceritakan kembali Fase-1 jawaban dari soal yang telah dirumuskan dengan kata-kata sendiri (Recite), Membangkitkan Perhatian kemudian dilanjutkan dengan menulis ide-ide pokok materi yang dipelajari (Record). Untuk menghasilkan jawaban yang telah dibuat, siswa melakukan Fase-2 Memberitahukan Tujuan peninjauan kembali terhadap materi yang sedang dibahas (Review), dan yang Pembelajaran Pada Siswa terakhir adalah siswa melakukan refleksi (Reflect). Secara garis besar kaitan pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R dapat dilihat pada gambar H.7 Fase-3 berikut. Merangsang Ingatan Pada Materi Prasyarat Fase-4 Menyajikan Bahan Perangsang Fase-5 Memberi Bimbingan Belajar Fase-6 Menampilkan Unjuk Kerja Fase-7 Memberikan Umpan Balik Fase-8 Menilai Unjuk Kerja Fase-9 Meningkat Retensi Tahap Record, Review, Reflect 22 Gambar H.7 Kaitan Pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R

Tahap Survey, Question, Read

Tahap Recite

Berdasarkan gambar dan uraian diatas, maka dapat diyakini bahwa penerapan pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R secara intensif akan dapat membantu siswa lebih memahami konsep-konsep matematika. Peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep akan berimplikasi pada prestasi belajar siswa (Sulasmi, 2003). H.7 Kerangka Berpikir Adapun keterkaitan masalah, teori, hasil penelitian yang relevan dan pilihan tindakan dapat dijelaskan dan digambarkan dalam kerangka berpikir sistem, seperti pada gambar 1.
INSTRUMENTAL INPUT

GURU

PEMBELAJARAN GAGNE & SQ5R

MATERI MATEMATIKA

PROSES MASUKAN
SISWA Prestasi belajar matematika siswa rendah

KELUARAN
SISWA Prestasi matematika siswa meningkat Tanggapan siswa terhadap implementasi Pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R positif

PILIHAN TINDAKAN PEMBELAJARAN GAGNE & SQ5R Masalah yang dituangkan dalam LKS

Teori Konstruktivis

Keterangan: : didukung : Arah dari kiri ke kanan atau atas ke bawah : Memiliki keterkaitan

Gambar 1 Keterkaitan Masalah, Teori, Hasil Penelitian yang Relevan dan 23 Pilihan Tindakan

Penjelasan dari gambar 1 yaitu sebagai berikut. Siswa dikategorikan sebagai masukan mentah/raw input dalam proses pembelajaran yang berasal dari lingkungan. Siswa sebagai masukan mentah memiliki permasalahan seperti prestasi belajar matematika siswa rendah sebagai akibat pembelajaran yang dilakukan. Penyebab rendahnya prestasi belajar matematika siswa dapat diperhatikan pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan. Berdasarkan masalah yang ditemukan dalam pembelajaran, guru mencoba untuk membenahi pembelajaran yang selama ini dilakukan. Guru harus memiliki pengetahuan tentang kurikulum, menguasai materi pelajaran, dan mencari suatu inovasi pembelajaran yang dapat mengatasi masalah tersebut. Salah satu inovasi pembelajaran itu adalah pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R. Guru harus memahami pembelajaran tersebut dan menyiapkan sarana penunjangnya dalam bentuk perangkat pembelajaran. Dengan memperhatikan pembelajaran yang dilakukan selama ini belum memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, untuk itu dilaksanakan pembelajaran yang mengkondisikan mereka sehingga mereka dapat mengkonstruksi pengetahuannya melalui Pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R. Siswa diberikan kesempatan untuk mengkonstruksi masalah yang diberikan sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki, akan dapat berdampak pada meningkatnya kemampuan siswa dalam memahami konsep dari materi pembelajaran artinya dapat menimbulkan keyakinan pada diri siswa terhadap kemampuan akademisnya untuk memahami konsep dari materi pelajaran yang diberikan, yang nantinya tentu dapat digunakan dalam memecahkan suatu masalah. Dengan melaksanakan pembelajaran ini, siswa dapat mengkontruksi masalah yang diberikan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki, sehingga akan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Untuk

24

melaksanakan Pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R secara maksimal, didukung oleh teori konstruktivis dan masalah-masalah yang pernah dialami siswa dalam kehidupannya, sehingga pembelajaran berdampak positif pada perolehan output berupa peningkatan prestasi belajar matematika siswa dan tanggapan positif siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Agar pembelajaran ini dapat terlaksana dengan baik maka dibutuhkan instrumental input berupa guru yang mampu menguasai materi matematika yang akan dibelajarkan, serta guru dapat menguasai Pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R. Oleh karena itu, dengan adanya dukungan instrumental input ini, dapat memperlancar pilihan tindakan yaitu Pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R yang akhirnya dapat mengatasi masalah pada masukan awal yaitu meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa serta tanggapan siswa positif akan pembelajaran ini. I. METODE PENELITIAN I.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang secara umum bertujuan meningkatkan dan memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas yang bermuara pada peningkatan prestasi belajar matematika siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada satu kelas yang mempunyai masalah pembelajaran. Masalah yang dimaksudkan dalam hal ini adalah prestasi belajar matematika siswa. Selain itu, juga untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran matematika yang peneliti laksanakan. I.2 Subjek dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sukasada. Subjek penelitian yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IXB SMP Negeri 1 Sukasada pada tahun ajaran 2011/2012. Banyaknya subjek penelitian ini sebanyak 35 orang. Alasan pengambilan subjek penelitian ini karena masih rendahnya prestasi belajar matematika siswa, seperti yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah.

25

I.3 Objek Penelitian Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika siswa dan tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R. I.4 Prosedur Penelitian I.4.1 Rancangan Penelitian Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam persiapan tindakan antara lain: a. kolaborasi Peneliti dan Guru dalam rangka menggali permasalahan dalam pembelajaran yang dihadapi guru kelas IXB SMP Negeri 1 Sukasada sebagai bahan refleksi awal berdasarkan hasil observasi pembelajaran di kelas. b. c. kolaborasi Peneliti dan Dosen dalam mengkaji teori belajar dan model pembelajaran yang ada. kolaborasi Peneliti dan Guru dalam mengkaji materi pelajaran Matematika. Kolaborasi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah bentuk kerja sama antara Peneliti, Dosen, dan Guru sehingga memungkinkan terjadinya kesamaan pemahaman dan kesepakatan terhadap suatu permasalahan, pengambilan keputusan yang demokratis sehingga melahirkan kesamaan persepsi terhadap tindakan yang akan dilakukan dan nantinya dapat memberikan hasil yang optimal. Secara sederhana urutan rancangan penelitian tindakan dapat diperhatikan pada diagram I.4.1 berikut.

26

Diagram I.4.1 Urutan Rancangan Penelitian Tindakan Persiapan tindakan: Kolaborasi Peneliti, Dosen, dan Guru dalam Mengkaji dan Menganalisis: Penerapan pembelajaran yang sedang berlangsung Teori Belajar dan Model Pembelajaran Materi Pelajaran Matematika

Perencanaan tindakan: Kolaborasi Peneliti dan Dosen dalam Mendesain: Perangkat Pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS)), dan Instrumen Penelitian (tes prestasi belajar matematika & kuesioner).

Pelaksanaan tindakan: Melaksanakan tindakan sesuai dengan persiapan dan perencanaan tindakan, yaitu dengan menerapkan pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R. Evaluasi pelaksanaan tindakan: Memberikan tes prestasi belajar matematika pada akhir setiap siklus dan memberikan kuesioner pada akhir siklus III untuk mengetahui tanggapan siswa. Menganalisis data prestasi belajar matematika dan tanggapan siswa Penyusunan laporan penelitian Keterangan: : Kegiatan yang dilakukan : Urutan dari atas ke bawah

I.4.2 Langkah-langkah Penelitian

27

Penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan yaitu refleksi awal dan pelaksanaan tindakan. Penelitian ini diprediksi berlangsung dalam tiga siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi/evaluasi, dan (4) refleksi. Desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut. REFLEKSI AWAL
PERENCANAAN I

REFLEKSI I

SIKLUS I

PELAKSANAAN I

OBSERVASI/ EVALUASI I

PERENCANAAN II

REFLEKSI II

SIKLUS II

PELAKSANAAN II

OBSERVASI/ EVALUASI II

PERENCANAAN III

REFLEKSI III

SIKLUS III

PELAKSANAAN III

OBSERVASI/ EVALUASI III

Gambar I.4.2 Desain Penelitian Dimodifikasi dari Kemmis & Mc. Taggart (dalam Ardana, 2008)

28

Berikut ini akan diuraikan secara mendetail mengenai masing-masing kegiatan pada desain penelitian di atas. 1. Refleksi Awal Kegiatan refleksi awal yang dilakukan meliputi observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika siswa kelas IXB SMP Negeri 1 Sukasada. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran lebih jelas mengenai masalah yang dihadapi kelas yang bersangkutan tentang prestasi belajar matematika siswa. 2. Pelaksanaan Tindakan Seperti yang telah disebutkan di atas, penelitian ini diprediksi berlangsung dalam tiga siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan dalam beberapa kali pertemuan. Adapun tindakan yang dilaksanakan pada tiap-tiap siklus adalah sebagai berikut. Siklus I Siklus I diperkirakan berlangsung dalam beberapa kali pertemuan. Pertemuan yang dimaksudkan adalah pertemuan untuk kegiatan pembelajaran dan pertemuan untuk mengadakan tes prestasi belajar matematika. Adapun tahapan tindakan yang dilaksanakan pada siklus I adalah sebagai berikut. a) Setelah 1. Perencanaan persiapan awal dilaksanakan, selanjutnya dilakukan

perencanaan tindakan yang meliputi beberapa hal seperti berikut. Mensosialisasikan pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R kepada guru mata pelajaran Matematika Kelas IXB SMP Negeri 1 Sukasada. 2. 3. Menyamakan persepsi dengan guru kelas IXB mengenai penerapan Mengkaji atau mendiskusikan materi atau bahan ajar yang akan pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R. digunakan sebagai bahan pembelajaran dengan guru matematika kelas IXB selama proses penelitian berlangsung.

29

4. 5.

Membentuk kelompok siswa yang kemampuan akdemiknya Menyiapkan skenario (rancangan) pembelajaran yang dituangkan

bersifat heterogen, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang. dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi tertentu. 6. 7. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) sesuai dengan materi Menyusun instrumen penelitian yaitu tes prestasi belajar tertentu. matematika siswa dan angket/kuesioner untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran yang akan dilakukan. 8. b) Menyiapkan media, bahan, dan alat yang diperlukan dalam setiap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahapan ini peneliti bertindak sebagai seorang guru (observer), hal ini dilakukan agar dalam proses pembelajaran siswa menganggap peneliti sebagai gurunya sendiri, sehingga data yang diperoleh nantinya akan mencerminkan pemahaman siswa yang sebenarnya terhadap konsep-konsep Matematika (data yang diperoleh tidak bias). Guru melakukan tindakan kepada siswa yakni membelajarkan siswa dalam kelompok. Adapun pelaksananan pembelajaran pada tahap ini yaitu sesuai dengan pembelajaran Gagne dengan berikut. Tabel I.4.3 Langkah-langkah Pembelajaran Gagne dengan Metode SQ5R Langkah/Fase Pembelajaran 1. Membangkitkan Perhatian Guru - Guru memberikan berbagai rangsangan sesuai dengan kondisi yang ada, dengan melakukan perubahan gerak badan, perubahan suara, atau Aktivitas Siswa - Siswa memperhatikan dan mendengarkan apa yang disampaikan guru. metode SQ5R. Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran, kegiatan guru dan siswa dapat diperhatikan pada tabel I.4.3 pembelajaran.

30

menggunakan media belajar yang dapat menarik perhatian siswa. 2. Memberitahukan tujuan pembelajaran pada siswa 3. Merangsang ingatan pada materi prasyarat Guru memberikan pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan materi prasyarat dan meminta siswa untuk menjelaskannya secara singkat. 4. Menyajikan bahan perangsang 5. Memberi bimbingan belajar - Guru membagikan LKS dan menugaskan siswa untuk mencermati uraian materi yang ada pada LKS untuk mendapatkan suatu ide/dasar pemikiran tentang materi tersebut. Guru berperan mengawasi siswa dalam meneliti materi ajar (Survey). - Guru menyampaikan materi yang akan dibahas secara umum. - Guru mengintruksikan siswa untuk duduk berkelompok. - Siswa mendengarkan dan menanggapi apa yang disampaikan guru. - Siswa mendengarkan instruksi guru kemudian duduk dalam kelompok. - Siswa menjajaki uraian materi pada LKS, sehingga siswa dapat meramalkan apa saja yang akan dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi perhatian pada judul (pokok bahasan) dan sub judul (sub pokok bahasan) dalam waktu yang - Siswa mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru tentang materi prasyarat dan mencoba menjelaskannya. - Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. - Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru.

31

cukup singkat (Survey). - Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa sebagai pancingan agar siswa bersedia mengungkapkan gagasan atau pertanyaan secara individual terkait dengan materi yang akan dibahas (Question). - Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca mareti yang ada pada LKS maupun yang ada pada buku yang dimiliki siswa secara intensif, agar dapat menjawab soal-soal yang telah mereka rumuskan (Read). - Guru menugaskan kepada masing-masing kelompok untuk mendiskusikan permasalahan yang ada pada LKS. - Guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator dalam diskusi dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal pada LKS. 6. Menampilkan unjuk kerja - Guru menunjuk beberapa kelompok secara bergantian untuk mempresentasikan - Siswa yang ditunjuk untuk mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil - Siswa bertanya pada guru apabila mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS. - Siswa mendiskusikan permasalahan yang ada pada LKS bersama teman kelompoknya. - Siswa membaca uraian materi pada LKS maupun pada buku paket dengan harapan mampu menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan sebelumnya (Read). - Siswa mengemukakan pertanyaan-pertanyaan secara individual mengenai materi yang dikaji (Question).

32

hasil diskusinya di depan kelas dan menunjuk seorang siswa untuk mewakili kelompoknya (Recite). 7. Memberikan umpan balik - Guru memberikan penguatan kepada siswa karena bersedia tampil mempresentasikan hasil diskusi. 8. Menilai unjuk kerja - Guru melakukan penilaian apakah siswa sudah mencapai tujuan pembelajaran atau belum. 9. Meningkatkan retensi - Guru menugaskan siswa untuk mencatat jawaban yang sudah disepakati benar dan mengingat konsep-konsep materi dengan menuliskan ide-ide pokok materi secara ringkas di buku catatan (Record). - Guru mengarahkan siswa untuk meninjau ulang konsep-konsep dari materi yang telah dibahas (Review).

yang diperoleh selama diskusi, sedangkan kelompok yang lain menanggapi (Recite). - Siswa menerima penguatan dari guru.

- Siswa mencatat jawaban yang sudah disepakati benar dan membuat catatan dengan menuliskan ide-ide pokok materi secara ringkas di buku catatan (Record).

- Siswa meninjau ulang konsep-konsep dari materi yang telah dibahas dan memusatkan diri pada pertanyaan dan jawaban yang diperoleh pada langkah sebelumnya. Siswa dapat membaca ulang jika belum yakin tentang beberapa materi yang telah dibahas

33

(Review). - Guru menugaskan siswa untuk melakukan refleksi dengan cara membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru dipelajari serta memberikan latihan-latihan dalam situasi yang berbeda agar siswa dapat mengulangi dan menggunakan pengetahuan barunya kapan saja jika diperlukan (Reflect). - Guru memberikan tes kecil (kuis) yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa secara individu tentang materi yang telah dibahas. c) Observasi dan Evaluasi Kegiatan observasi dilaksanakan secara kontinu selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan untuk melihat aktivitas pembelajaran baik yang dilakukan guru (peneliti) maupun siswa. Observasi untuk melihat aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan oleh peneliti, guru atau rekan peneliti dengan menggunakan lembar observasi atau dapat juga dilakukan dengan menggunakan alat observasi lainnya seperti kamera atau handy cam (disesuaikan dengan kondisi), sehingga setiap momen pembelajaran dapat teramati. Hal-hal penting yang terjadi selama pemberian tindakan dan kelemahan-kelemahan yang ditemukan dicatat dalam catatan harian. Catatan harian ini digunakan untuk mencatat hal-hal yang tidak mampu direkam melalui alat pengumpulan data yang telah disediakan. Data - Siswa mengerjakan tes yang diberikan oleh guru secara individu dengan menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari. - Siswa melakukan refleksi dengan cara membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru dipelajari serta mengerjakan latihan-latihan soal yang diberikan oleh guru (Reflect).

34

yang diperoleh dari catatan harian ini digunakan untuk menyempurnakan atau melengkapi data yang dikumpulkan dengan instrumen yang telah disediakan. Evaluasi yang dilaksanakan meliputi evaluasi mengenai segala komponen yang mempengaruhi proses pembelajaran seperti langkah-langkah pembelajaran, aktivitas siswa dan guru, hal yang menyebabkan siswa pasif dalam belajar, dan terakhir evaluasi mengenai prestasi belajar matematika siswa dengan cara memberikan tes prestasi belajar pada akhir siklus. Data hasil tes tersebut kemudian dikumpulkan dan dianalisis untuk mengetahui prestasi belajar matematika siswa dan mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I. d) Refleksi Pada akhir siklus I, peneliti bersama guru melakukan refleksi terhadap hasil yang diperoleh selama siklus berlangsung, sebagai acuannya adalah hasil observasi dan evaluasi pembelajaran tersebut. Refleksi dilakukan secara kolaboratif oleh peneliti, guru dan bersama dosen dengan tujuan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang terjadi pada setiap tindakan yang dilakukan. Di samping itu, refleksi ini digunakan sebagai dasar penyempurnaan tindakan selanjutnya, sehingga kelemahankelemahan yang ada dapat ditekan semaksimal mungkin dan kelebihan yang ada dapat dipertahankan dan dimaksimalkan. Hasil refleksi pada siklus I ini digunakan sebagai dasar penyempurnaan tindakan pada siklus II. Siklus II Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II pada prinsipnya sama dengan kegiatan pada siklus I yaitu terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, dan refleksi. Rencana tindakan untuk siklus II merupakan penyempurnaan dari tindakan pada siklus I (berdasarkan hasil refleksi siklus pada akhir siklus I). Kemudian hasil refleksi pada siklus II akan digunakan sebagai dasar untuk menyempurnakan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus III.

35

Siklus III Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus III pada prinsipnya sama dengan kegiatan pada siklus I dan II. Rencana tindakan untuk siklus III merupakan penyempurnaan dari tindakan pada siklus II (berdasarkan hasil refleksi siklus pada akhir siklus II). Pada akhir siklus III akan dilakukan suatu refleksi yang merupakan refleksi akhir guna merumuskan hasil dari semua kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian. Selain itu, pada akhir siklus ini siswa akan diberikan angket/kuesioner tentang tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R. Sehingga dengan diperoleh keseluruhan data maka dapat dibuat laporan penelitian. I.5 Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua yaitu data tentang prestasi belajar matematika siswa dan data tentang tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R. Adapun teknik pengumpulan data untuk prestasi belajar matematika siswa dan tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R yaitu sebagai berikut. I.5.1 Data Prestasi Belajar Matematika Siswa Data prestasi belajar matematika siswa dikumpulkan dengan instrumen berupa tes prestasi belajar yang diberikan pada akhir masingmasing siklus. Tes prestasi belajar yang digunakan adalah tes essay (uraian). Tes ini terdiri dari 5 (lima) item. Menurut Erman Suherman (1993) tes essay memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut. 1. Dalam menjawab soal bentuk uraian siswa dituntut menjawab secara rinci, sehingga proses berpikir, ketelitian, dan sistematika penyusunan dapat dievaluasi. Terjadinya bias evaluasi dapat dihindari karena tidak ada sistem tebak-tebakan atau untung-untung sehingga hasil evaluasi lebih mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya.

36

2.

Proses pengerjaan tes akan menimbulkan kreativitas dan aktivitas

positif siswa, karena tes bentuk uraian menuntut siswa agar berpikir secara sistematis, menyampaikan pendapat dan argumentasi, mengaitkan faktafakta yang relevan. Prestasi belajar siswa diukur berdasarkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tes yang diberikan. Dalam mengukur prestasi belajar ini, yang ditekankan adalah kebenaran jawaban yang diperoleh siswa dalam menyelesaikan tes yang diberikan. Adapun indikator prestasi belajar siswa dalam penelitian ini, meliputi: b. c. d. rata-rata nilai kelas daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal Agar memenuhi syarat instrumen yang baik, maka dalam penyusunan instrumen (tes), peneliti mencari masukan melalui penilaian ahli (expert judgement). Ahli yang dimaksud adalah dosen di jurusan pendidikan matematika. Untuk tiap soal, akan diberikan skor maksimum 4 (empat) jika benar dan skor minimum 0 (nol) jika salah. Jadi, pemberian skor prestasi belajar siswa berada pada rentangan 0 (nol) sampai dengan 4 (empat), dalam hal ini tiap siswa diberikan 5 soal cerita. Teknik penskoran hasil tes prestasi belajar siswa disajikan dalam tabel I.5.1 berikut. Tabel I.5.1 Kriteria Penskoran Hasil Tes Prestasi Belajar Siswa Kriteria Jawaban Siswa Jawaban ditunjukkan dengan cirri-ciri sebagai berikut: Tidak ada jawaban (jawaban kosong) Siswa permasalahan Penyelesaian dan informasi yang dibuat seluruhnya 1 tidak relevan dengan permasalahan Jawaban tidak lengkap dalam menyelesaikan permasalahan. Dalam hal ini ditunjukkan dengan cirri-ciri sebagai berikut: Siswa mengerti beberapa informasi yang relevan hanya mengulangi informasi dalam 0 Skor

37

dalam permasalahan Siswa Siswa menyeleksi salah dalam atau memilih strategi situasi penyelesaian tetapi pemaparan langkah-langkah masih salah menyimpulkan permasalahan Siswa memilih strategi untuk menyelesaikan permasalahan tetapi penyelesaiannya tidak benar, dengan cirri-ciri sebagai berikut: Terdapat bukti nyata bahwa siswa memiliki beberapa miskonsepsi atau memiliki kesalahan untuk menyimpulkan beberapa konsep yang relevan yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan dengan benar Siswa salah dalam menyimpulkan beberapa situasi permasalahan Siswa salah untuk mempertimbangkan situasi permasalahan Siswa tidak menggunakan strategi penyelesaian yang cukup untuk setiap situasi Penyelesaiannya umumnya benar, tetapi tidak terdapat informasi yang menunjukkan bagaimana siswa 2

sampai pada jawaban Siswa memilih strategi untuk menyelesaikan permasalahan, tetapi penyelesaian tidak seluruhnya benar, dengan cirri-ciri sebagai berukt: Terdapat bukti nyata bahwa siswa memiliki beberapa miskonsepsi atau memiliki kesalahan untuk menyimpulkan bberapa konsep yang relevan yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan dengan benar Siswa meneliti semua penyelesaian permasalahan dengan tidak cermat Penyelesaian umumnya benar, tetapi terdapat informasi yang ternyata tdak lengkap selesai pada sampai penyelesaian Jawaban ditunjukkan dengan ciri-ciri berikut: 4 3

38

Siswa menyeleksi dan mengpenerapankan konsep dan strategi yang diperlukan untuk permasalahan yang diberikan dengan benar Siswa meneliti semua penyelesaian permasalahan dengan cermat Seluruh penyelesaian permasalahan sesuai dan tidak ada suatu kesalahan perhitungan CRESST (dalam Yuliastiti, 2008) Skor prestasi belajar siswa diperoleh dengan mengalikan bobot tiap

item soal yang diberikan dengan skor yang diperoleh siswa tiap item soal. Bobot tiap soal pada tes prestasi belajar siswa sama yaitu 5 (lima), sehingga skor maksimum yang diperoleh siswa tiap item soal adalah 20 (5 x 4) dan skor minimum tiap item soal adalah 0 (5 x 0). Skor total yang diperoleh dari kelima soal adalah 100 (seratus) yang merupakan skor tertinggi bagi siswa yang menjawab benar dan skor terendahnya adalah 0 (nol). I.5.2 Data Tanggapan Siswa terhadap Penerapan Pembelajaran Gagne dengan Metode SQ5R Tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajara Gagne dengan metode SQ5R diperoleh melalui angket skala Likert yang dilakukan pada akhir siklus III, dengan pilihan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), RaguRagu (R), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian skor terhadap butir pernyataan dapat disajikan pada tabel I.5.2 berikut. Tabel I.5.2 Kriteria Penskoran Butir PernyataanTanggapan Siswa Pernyataan Sangat Setuju Setuju Ragu-Ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Skor untuk Pernyataan Negatif 1 2 3 4 5 Skor untuk Pernyataan Positif 5 4 3 2 1

39

(Dimodifikasi dari Suherman, 1993) Berdasarkan kriteria penskoran tanggapan siswa di atas, maka skor masing-masing siswa didapat dengan rumus berikut.
Skor tan ggapan siswa = Jumlah skor per item pernyataan x 100 Skor maksimum

I.6 Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa instrumen untuk mengumpulkan data yaitu sebagai berikut. 1. Tes tertulis yang berbentuk essay untuk mengukur prestasi belajar matematika siswa. 2. Angket/kuesioner untuk mengumpulkan data mengenai tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R. 3. Catatan harian digunakan untuk mencatat hal-hal yang tidak mampu direkam melalui alat pengumpulan data yang telah disediakan. I.7 Teknik Analisis Data Adapun teknik analisis data untuk data prestasi belajar matematika dan tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R yaitu sebagai berikut. I.7.1 Teknik Analisis Data Prestasi Belajar Matematika Siswa Data prestasi belajar matematika siswa dianalisis secara deskriptif yakni dengan menentukan rata-rata skor prestasi siswa ( X ) dengan rumus berikut.
n

X =
Keterangan :
X

X
i =1

(Diadaptasi dari Arikunto, 2002)

= Rata-rata skor prestasi belajar matematika siswa

40

Xi

= Skor prestasi belajar matematika masing-masing siswa, i = 1,

2,..., n.

X
i =1

= Jumlah skor kemampuan pemahaman konsep Matematika siswa

= Banyak siswa Rata-rata skor tes prestasi belajar matematika siswa yang diperoleh

pada setiap siklus akan dikonversi ke dalam kriteria yang telah ditentukan seperti pada tabel berikut. Tabel I.5.3 Kriteria Penggolongan Prestasi Belajar Matematika Siswa Rentangan Skor MI + 1,5 SDI X MI + 0,5 SDI X < MI + 1,5 SDI MI 0,5 SDI X < MI + 0,5 SDI MI 1,5 SDI X < MI 0,5 SDI
X

Kategori Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Sangat kurang baik

MI 1,5 SDI

(Diadaptasi dari Nurkancana dan Sunartana, 1992) dengan, Mean Ideal (MI) =
1 (Skor maksimum + Skor minimum) 2
1 (Skor maksimum + Skor minimum) 6

Standar Deviasi Ideal (SDI) =

Aspek prestasi belajar matematika siswa dikatakan meningkat jika skor rerata prestasi belajar matematika siswa ( X ) pada siklus III lebih besar dari siklus II dan skor rerata prestasi belajar matematika siswa ( X ) pada siklus II lebih besar dari siklus I. Dimana besar persentase peningkatan prestasi belajar matematika siswa ditentukan dengan rumus berikut.
Pi = X i +1 X i 100 0 0 Xi
__ __

Keterangan:

41

Pi
X

= Peningkatan kemampuan pemahaman konsep Matematika siswa.


i+ 1

= siswa

Rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep Matematika

pada siklus i+1.


X
i

= Rata-rata skor kemampuan pemahaman konsep Matematika siswa pada siklus i.

I.7.2 Teknik Analisis Data Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Pembelajaran Gagne dengan Metode SQ5R Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang diterapkan dilakukan dengan menganalisis secara deskriptif data tanggapan siswa. Data tanggapan siswa dianalisis berdasarkan rata-rata skor tanggapan siswa rumus:

(K ) .

Data mengenai tanggapan siswa dianalisis dengan menentukan

rata-rata skor tanggapan siswa secara klasikal, yaitu dengan menggunakan


n

K =

K
i =1

(Diadaptasi dari Arikunto, 2002)

Keterangan:
K

= Rata-rata skor tanggapan siswa = Skor tanggapan masing-masing siswa, i = 1, 2, 3, . . ., n.


i

Ki

K
i =1

= Jumlah skor tanggapan siswa = Banyak siswa Data tanggapan siswa dianalisis berdasarkan rata-rata skor

(K ) ,

mean ideal ( MI ), dan standar deviasi ideal ( SDI ). Kriteria penggolongan tanggapan siswa seperti pada tabel berikut. Tabel I.5.4 Kriteria Penggolongan Tanggapan Siswa terhadap Penerapan Pembelajaran Gagne dengan Metode SQ5R Rentangan Skor MI + 1,5 SDI K MI + 0,5 SDI K < MI + 1,5 SDI MI - 0,5 SDI K < MI + 0,5 SDI MI - 1,5 SDI K < MI 0,5 SDI K < MI 1,5 SDI Kategori Sangat Positif Positif Cukup Positif Negatif Sangat Negatif

42

(Dimodifikasi dari Nurkancana dan Sunartana, 1992) dengan, Mean Ideal (MI) =
1 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal) 2

Standar Deviasi Ideal (SDI) =

1 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal). 6

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari 10 item. Dimana tiap item mempunyai skor maksimal 5 dan skor minimal 1. Dengan demikian, skor maksimal ideal dan skor minimal ideal berturut-turut adalah 50 dan 10. Sehingga diperoleh kriteria penggolongannya pada tabel berikut. Tabel I.5.5 Kriteria Penggolongan Tanggapan Siswa terhadap Penerapan Pembelajaran Gagne dengan Metode SQ5R Rentangan Skor 45 K 35 K < 45 25 K < 35 15 K < 25 K < 15 Kategori Sangat Positif Positif Cukup Positif Negatif Sangat Negatif

(Dimodifikasi dari Nurkancana dan Sunartana, 1992) Kemudian rata-rata skor tanggapan siswa

(K )

yang diperoleh dari

perhitungan dikategorikan sesuai dengan penggolongan diatas, dengan kriteria keberhasilan minimal tanggapan siswa tergolong positif. I.8 Uji Validitas dan Realiabilitas Tes Mengingat suatu instrumen penelitian akan dikatakan baik, jika sudah memenuhi kriteria validitas dan realiabilitas Arikunto (2002). Uji coba instrumen penelitian dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara empirik apakah instrumen tes prestasi belajar matematika siswa layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Untuk tujuan data yang diperoleh terlebih dahulu dianalisis dengan menggunakan uji validitas tes dan realiabilitas tes.

43

(1).

Validitas Tes Validitas tes merupakan tingkat suatu tes mampu mengukur apa yang

hendak diukur Arikunto (dalam Yuliastiti, 2008). Salah satu cara untuk mengukur validitas tes adalah dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut. Rumusnya adalah:
rXY = (N X 2 (X) 2 ) (N Y 2 (Y) 2 ) N XY (X)( Y)

(Erman Suherman, 1993 : 135) Keterangan: X = Skor butir tes Y = Skor total N = Jumlah responden (banyaknya subjek (testi))
rX = Koefisien validitas Y

Kriteria adalah dengan membandingkan harga rXY harga kriteria r product moment, dimana dikatakan signifikan jika rhit signifikan 5 %). Untuk menentukan tingkat (derajat) validitas suatu alat evaluasi dapat digunakan kriterium sebagai berikut. 0,80 < rXY 1, 00 0,60 < rXY > rtabel (taraf

validitas sangat tinggi (sangat baik) 0,80 validitas tinggi (baik) validitas rendah (kurang) validitas sangat rendah (kurang) tidak valid
(Erman Suherman, 1993)

0,40 < rXY 0,60 validitas sedang (cukup) 0,20 < rXY 0,40 0,00 < rXY 0,20
rX 0,00 Y

(2).

Realiabilitas Tes Salah satu rumus yang digunakan untuk menentukan koefisien

realiabilitas bentuk uraian adalah rumus Alpha.

44

Rumusnya adalah:

n r11 = n 1

i2 1 2 dengan t

Varian tiap butir tes :

i =

X 2
( Y) 2 N

( X) 2 N

Varian total : Keterangan:


r11

t =

Arikunto (dalam Yuliastiti, 2008)

= Realiabilitas tes = Banyaknya butir soal


2 i

t 2
N Y X

= Jumlah varian skor tiap item = Varian total = Banyaknya responden = Skor total item = Skor tiap item Kriteria pengujian: instrumen dianggap realiabel jika r11 > rtabel

dengan taraf signifikansi 5 %. Untuk menentukan derajat realiabilitas alat evaluasi dapat digunakan kriterium sebagai berikut. 0,80 < r11 1,00 0,60 < r11 0,80 0,40 < r11 0,60 0,20 < r11 0,40
r11 0,20

realiabilitas sangat tinggi (sangat baik) realiabilitas tinggi (baik) realiabilitas sedang (cukup) realiabilitas rendah (kurang) realiabilitas sangat rendah
(Erman Suherman, 1993)

Soal dapat digunakan bila minimal memiliki derajat realiabilitas sedang atau pada rentangan kriterium 0,40 < r11 0,60.

45

I.9 Indikator Keberhasilan Pembelajaran Gagne dengan metode SQ5R untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa Kelas IXB SMP Negeri 1 Sukasada dinyatakan berhasil apabila: 1. prestasi belajar matematika siswa dari analisis terjadi peningkatan rata-rata skor prestasi belajar matematika siswa pada tiap siklus dan berada pada kategori minimal baik, 2. tanggapan siswa dari analisis berada pada kategori minimal positif.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. Kondisi Pembelajaran (R. Gagne). http://translate.google.co.id/translate? hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Robert_M._Gagn %25C3%25A9&ei=Z2LOS77yOcO4rAe76KmRAQ&sa=X&oi=translate &ct=result&resnum=6&ved=0CB8Q7gEwBQ&prev=/search%3Fq %3DGagne%26hl%3Did%26sa%3DG. Diakses tanggal 6 April 2011.

46

Anonim. Membaca Strategi. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en %7Cid&u=http://www.usask.ca/education/coursework/802papers/mergel/ brenda.html Diakses tanggal 6 April 2011. Anonim. Sistem SQ5R Membaca dan Belajar. http://translate.google.co.id/translate? hl=id&sl=es&u=http://www.mariapinto.es/alfineees/aprender_analizar/co mo.htm&ei=l1jOS8vSI8SrAe_rr19&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=4&ved=0CBoQ7gEwA w&prev=/search%3Fq%3Dmetode%2BSQ5R(Survey,%2BQuestion, %2BRead,%2BRecite,%26hl%3Did. Diakses tanggal 6 April 2011. Anonim. SQ5R Studi Teknik. http://translate.google.co.id/translate? hl=id&sl=es&u=http://html.rincondelvago.com/resultadosacademicos.html&ei=l1jOS8vSI8SrAe_rr19&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=3&ved=0CBMQ7gEw Ag&prev=/search%3Fq%3Dmetode%2BSQ5R(Survey,%2BQuestion, %2BRead,%2BRecite,%26hl%3Did. Diakses tanggal 6 April 2011. Ardana, I.M. 2008. Penelitian Tindak Kelas. Makalah Seminar Nasional Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA IKIP PGRI Bali. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arnyana, I.B.P. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha. Ariyona, I.P.E. 2008. Penerapan Model Polya Berorientasi Masalah Soal Cerita Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas Vc SDN 5 Banyuasri. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Darmayasa, J.B. 2007. Perkembangan Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write Berdasarkan Konteks Tri Kaya Parisudha untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII D SMPN 6 Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

47

Dehart, H. Studi Strategi. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en %7Cid&u=http://www.e-learningguru.com/articles/art3_3.html. tanggal 6 April 2011. Gita, I.N. 2006. Penerapan Pendekatan Kontekstual melalui Pembelajaran Kooperatif Berbantuan LKS untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa. laporan penelitian (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. ______.2008. Pengaruh Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. laporan penelitian (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Idawati, N.P.S. 2009. Penerapan Model Kooperatif dengan Metode SQ5R Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII B1 SMPN 4 Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Kruse, K. Gagnes Sembilan Acara Intruksi Sebuah Pengantar. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en %7Cid&u=http://www.lifecircles-inc.com/Learningtheories/Gagne.html. Diakses tanggal 6 April 2011. Kwartolo, Y. 2009. Sembilan Peristiwa Belajar Gagne. http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/matematika/article/view/2028.pdf Diakses tanggal 6 April 2011. Merta, I.D.G. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif terhadap Disiplin Belajar dan Prestasi Belajar Matematika Siswa. Tesis (tidak diterbitkan). Singaraja:Universitas Pendididikan Ganesha, Program Pascasarjana. Nurkancana, I.W & Sunartana, P.P.N.(1992). Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. Setiawan, I.M.D. 2010. Penerapan Pembelajaran Auditory Intelectualy Repetition (AIR) untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII B SMPN 2 Sawan. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Diakses

48

Shofiana, D.M. 2008. Profesionalisme Guru dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Siswa. Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah. http://ridwan202.wordpress.com/2008/05/03/ketercapaian-prestasibelajar/pdf . Diakses tanggal 6 April 2011. Suherman, E. 1993. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud Dikjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Suherman, dkk. 2003. Stretegi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Jakarta : Universitas Pendidikan Jakarta. Sulasmi, N.W. 2003. Penerapan Strategi Pembelajaran Partisipasif Dengan Metode SQ3R Untuk Meningkatkan Kreativitas Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas I6 SMUN 2 Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: IKIP Negeri Singaraja. Sulistiarmini, Nyoman. 2006. Optimalisasi Penggunaan Lembar Kerja Siswa dengan Pendekatan Konstruktivis dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII D SMP Negeri 1 Sukasada. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja : IKIP Negeri Singaraja. Wirawan, N.R. 2009. Penerapan Pembelajaran Matematika Berwawasan Lingkungan Budaya Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD N 5 Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Winataputra, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

49

Anda mungkin juga menyukai