Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemahaman matematis merupakan salah satu dari lima kemampuan yang
esensial dalam pembelajaran matematika. Hal ini didasarkan pada hasil studi
National Research Council tahun 2001 (Walle, Karp, & Bay-Williams, 2010, hlm.
24), yang menyatakan bahwa terdapat lima kemampuan yang saling berkaitan
dalam matematika yaitu pemahaman konseptual (conceptual understanding),
kelancaran prosedural (procedural fluency), kompetensi strategis (strategic
competence), penalaran adaptif (adaptive reasoning), dan disposisi produktif
(productive disposition).
Pemahaman konseptual merupakan suatu kemampuan mengenai pemberian
makna terhadap ide matematis yang diperolehnya melalui pengalaman dan
hubungan ide-ide tersebut. Tingkat pemahaman seseorang ditentukan oleh
banyaknya ide-ide yang mampu dia hubungkan serta diaplikasikan dalam
kehidupan nyata.
Penelitian matematika menetapkan bahwa pemahaman konseptual
merupakan komponen penting dari kemampuan prosedural (Bransford, Brown,&
Cocking, 2000; NCTM, 2000; National Mathematics Advisory Panel, 2008,
dalam Walle, Karp, & Bay-Williams, 2010, hlm. 24).Kemampuan pemahaman
matematis penting dikembangkan agar siswa dapat memecahkan masalah dalam
kehidupan nyata dengan mengaplikasikan ilmu matematika yang dipahaminya.
Dengan demikian, siswa akan tanggap menghadapi setiap perubahan dalam
kehidupannya. Berkaitan dengan hal tersebut, Schunk (2012, hlm. 418)
mengungkapkan bahwa, “Pemecahan masalah diperkirakan melibatkan
pemahaman atau penyadaran tiba-tiba untuk solusi”.Selain itu, kemampuan
pemahaman yang tinggi merupakan kompetensi utama yang harus dikembangkan
dan menjadi orientasi dalam pembelajaran abad-21. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Morocco, et al (Abidin, 2014, hlm. 8), yaitu „pada abad kedua
puluh satu minimalnya ada empat kompetensi belajar yang harus dikuasai yakni

Mariah Ulfah,2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI
PENERAPAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DENGAN METODE HEURISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2

kemampuan pemahaman yang tinggi, kemampuan berpikir kritis, kemampuan


berkolaborasi dan berkomunikasi, serta kemampuan berpikir kreatif.
Namun, temuan penelitian yang dilakukan oleh Sidik pada tahun 2014
mengenai analisis proses berpikir dalam pemahaman matematis siswa SD di salah
satu sekolah menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa kesulitan yang
dihadapi siswa untuk memperoleh pemahaman matematis.Pada umumnya subjek
kesulitan dalam tahap pemahaman soal. Hal ini ditunjukkan oleh kesalahan dalam
menerjemahkan soal ke dalam model matematika dan subjek kesulitan dalam
tahap melakukan perhitungan. Temuan lainnya yaituterdapat empat tahapan
proses berpikir dalam pemahaman matematis yaitu tahapan pemahaman soal,
mengubah soal ke dalam model matematika, melakukan operasi hitung dan
menarik kesimpulan. Tahapan memahami soal dan mengubah soal ke dalam
model matematika digolongkan ke dalam jenis pemahaman relasional sedangkan
tahapan melakukan operasi hitung dan menarik kesimpulan digolongkan ke dalam
jenis pemahaman instrumental.
Tujuan pembelajaran matematika yang tertuang dalam Standar Isi (BSNP,
2006), yaitu:
1. Memahami konsepmatematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Mariah Ulfah,2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI
PENERAPAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DENGAN METODE HEURISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3

Berdasarkan dokumen BSNP (2006), kompetensi yang harus dikembangkan


dan menjadi tujuan pembelajaran matematika bukan hanya kompetensi kognitif,
melainkan juga kompetensi afektif.Salah satunya yaitu percaya diri (self-
confidence).Menurut Yates (Martyanti, 2013, hlm. 16), „self-confidence sangat
penting bagi siswa agar berhasil dalam belajar matematika‟.Hal ini didukung oleh
beberapa penelitian terdahulu yang mengungkapkan bahwa terdapat asosiasi
positif antara self-confidence dalam belajar matematika dengan hasil belajar
matematika (Hannula, et al, 2004, hlm. 17; Suhendri, 2012, hlm. 397; TIMSS,
2012, hlm. 326 dalam Martyanti, 2013, hlm. 16).Sebagaimana yang dikemukakan
Hannula, Maijala, & Pehkonen (2004, hlm. 17) yaitu bahwa keyakinan (belief)
terhadap diri sendiri memiliki hubungan yang luar biasa dengan kesuksesan siswa
dalam belajar matematika. Oleh karena itu, self-confidence perlu
ditumbuhkembangkan pada diri siswa. Selain itu,diperlukan pula upaya perbaikan
proses belajar agar kemampuan matematis baik kemampuan pemahaman maupun
self-confidence dapat berkembang dan menjadi kompetensi pada diri siswa.
Perkembangan kemampuan matematis yang dimiliki oleh siswa berkaitan
erat dengan pengalaman belajar yang dialaminya.Sejalan dengan Vygotsky
(Suryadi, 2010, hlm. 2) yang menyatakan bahwa „proses peningkatann
pemahaman pada diri siswa terjadi sebagai akibat adanya pembelajaran‟.
Pembelajaran yang dialami siswa harus dapat menstimulus siswa untuk
membangun sendiri pengetahuan yang telah ditemukannya melalui penemuan
kembali sebuah konsep. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bruner, “Dalam
pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan
yang diperlukannya” (Ruseffendi dalam Heruman, 2010, hlm. 4).Materi
pembelajaran yang diberikan yaitu materi yang tidak langsung pada konsep siap
pakai melainkan siswa menemukan konsep dari permasalahan yang
diselesaikannya sendiri. Dengan pengalaman belajar yang demikian, siswa secara
aktif membangun dan mengembangkan sendiri pengetahuan atau konsep
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada.
Namun, sejumlah hasil studi (misalnya Henningsen & Stein, 1997; Peterson
1988; Mullis, dkk, 2000 dalam Suryadi & Herman, 2005, hlm. 2) menunjukkan
bahwa pembelajaran matematika pada umumnya masih berfokus pada

Mariah Ulfah,2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI
PENERAPAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DENGAN METODE HEURISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4

pengembangan kemampuan berpikir tahap rendah yang bersifat prosedural.


Sejalan dengan hal itu,Mullis, dkk, (2000) memaparkan laporan hasil studi
TIMSS (1999) yang dilakukan di 38 negara (termasuk Indonesia), antara lain
menjelaskan bahwa secara umum, pembelajaran matematika masih terdiri atas
rangkaian kegiatan berikut: awal pembelajaran dimulai dengan sajian masalah
oleh guru, selanjutnya dilakukan demonstrasi penyelesaian masalah tersebut, dan
terakhir guru meminta siswa untuk melakukan latihan penyelesaian soal (Suryadi
& Herman, 2005, hlm. 2).
Peningkatan kemampuan pemahaman matematis dan self-confidence tidak
dapat dicapai apabila pembelajaran yang dialami siswa hanya berorientasi pada
hafalan konsep dan prosedur yang sudah disajikan oleh guru yang diaplikasikan
untuk menyelesaikan soal-soal rutin.Salah satu strategi yang dapat dilakukan
untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengembangkan pembelajaran
yang menstimulus perkembangan kemampuan berpikir matematis.Selain itu,
menurut petunjuk pelaksana kegiatan belajar mengajar di sekolah yang ditulis
oleh Suherman, dkk.(2003, hlm. 63) menjelaskan bahwa, “Penerapan strategi
yang dipilih dalam pembelajaran matematika haruslah bertumpu pada dua hal,
yaitu optimalisasi interaksi semua unsur pembelajaran serta optimalisasi
keterlibatan indera siswa”. Seorang guru hendaknya memilih dan menerapkan
strategi, pendekatan, dan model pembelajaran yang membuat siswa untuk terlibat
aktif dalam pembelajaran, baik secara mental, fisik maupun sosial sehingga siswa
memiliki kemampuan-kemampuan yang tertuang dalam kurikulum dan tujuan
pembelajaran matematika dapat tercapai, dan menjadi kompetensi pada diri siswa.
Salah satu strategi alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan
model Problem-Based Learning (PBL). Penerapan model ini berlandaskan pada
prinsip dan standar proses pembelajaran matematika yang dikemukakan oleh
NCTM, yaitu para siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, secara
aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan
sebelumnya dan siswa dalam membangun pengetahuan baru mengenai
matematika dilakukan melalui pemecahan masalah (Walle, 2006, hlm. 3).
Selanjutnya Reys, dkk (Suryadi, 2010, hlm. 1) menambahkan bahwa matematika
haruslah make sense dan pemahaman matematis diperoleh melalui proses

Mariah Ulfah,2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI
PENERAPAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DENGAN METODE HEURISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5

pemecahan masalah yang bervariasi. Dalam implementasi model PBL, masalah


yang harus dipecahkan siswa akan menjadi konteks pembelajaran sehingga fokus
kegiatan belajar sepenuhnya berada pada siswa. Sejalan dengan Tan (2003, hlm.
30) yang menyatakan bahwa model PBL merupakan suatupembelajaran aktif yang
berpusat padasiswa, yang menggunakan masalah-masalahyang tidak terstruktur
dengan konteks dunia nyata sebagai titik awal untuk proses belajar siswa, serta
memungkinkan siswa untuk bekerja sama dan membuat pilihan dalam belajar.
Proses belajar yang dialami siswa dalam model PBLyaitu memecahkan
masalah matematis bersama kelompoknya dan kemudian melaporkan pemecahan
masalah yang dilakukannya. Siswa berdiskusi bersama dengan kolompoknya
saling berbagi informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah. Proses
demikian menggambarkan adanya interaksi sosial diantara siswa. Interaksi dengan
orang lain yang lebih mampu menstimulus siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuan baru dan memberikan kesempatan pada siswa untuk mampu
mencapai perkembangan potensialnya. Sebagaimana konsep Zone of Proximal
Development (ZPD) Vygotsky yang menyatakan seseorang mampu mencapai
tingkat perkembangan potensial dengan bantuan orang lain yang lebih mampu
(Arends, 2007, hlm. 47). Selanjutnya Vygotsky menjelaskan bahwa proses belajar
terjadi pada dua tahap, yaitu yang pertama terjadi pada saat berkolaborasi dengan
orang lain dan kedua terjadi pada saat siswa menginternalisasi pengetahuan baru
yang dilakukan secara individual (Suryadi, 2010, hlm. 2).
Masalah merupakan dasar bagi kelompok untuk mengorganisasi tugas.
Siswa akan terstimulus untuk menggunakan kemampuan berpikirnya ketika
dihadapkan pada masalah yang harus dipecahkan.Siswa akan memanggil kembali
pengetahuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah tersebut. Dan ketika
pengetahuan yang dimiliki tidak dapat digunakan untuk memecahkan masalah
secara langsung, siswa akan berusaha menyelesaikan ketidaksesuaian konsep yang
dimilikinya dengan masalah yang dihadapi. Dalam hal ini terjadi perubahan
struktur kognitif dari skema ide matematis yang telah ada menjadi skema ide
matematis baru. Dengan demikian, siswa aktif membangun pengetahuannya
secara mandiri. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Herman
(2007), yaitu PBL merupakan salah satu model pembelajaran matematika yang

Mariah Ulfah,2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI
PENERAPAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DENGAN METODE HEURISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6

berlandaskan pada proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa. Selain itu,


dalam sintaks PBL terdapat fase menganalisis dan mengevaluasi pemecahan
masalah yang telah dilakukan. Pada fase ini siswa merefleksi efektivitas strategi
yang digunakan untuk memecahkan masalah. Hal ini akan memperkuat kesadaran
siswa terhadap konsep matematis.
Penerapan model PBL memungkinkan siswa untuk mendapatkan
pemahaman baru mengenai konsep matematika. Hal ini didukung oleh
pernyataan yang tertuang dalam dokumen National Research Council (Suryadi &
Herman, 2005, hlm. 70) yang menyatakan bahwa
pengalaman-pengalaman yang diperoleh melalui proses pemecahan masalah
matematis memungkinkan berkembangnya kekuatan matematis yang antara
lain meliputi kemampuan membaca dan menganalisis situasi secara kritis,
mengidentifikasi kekurangan yang ada, mendeteksi kemungkinan terjadinya
bias, menguji dampak dari langkah yang akan dipilih, serta mengajukan
alternatif solusi kreatif atas permasalahanyang dihadapi.
Hasil penelitian mengenai analisis kesulitan siswa dalam memecahkan
masalah, menunjukan adanya kemungkinan siswa menghadapi kendala ketika
melakukan pemecahan masalah. Menurut Fachrurazi (2011), guru perlu
mengantisipasi hal tersebut. Diharapkan guru dapat memberi bantuan kepada
siswa untuk dapat menyelesaikan masalah.Bantuan yang diberikan berupa tidak
langsung, tetapi dengan pengajuan petunjuk-petunjuk yang menghubungkan
pengetahuan awal siswa dengan masalah yang dihadapi sehingga mereka dapat
menemukan penyelesaiannya.Berdasarkan hal tersebut, strategi alternatif yang
digunakan peneliti untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan
self-confidence yaitu melalui penerapan model Problem-Based Learning dengan
metode Heuristik. Poyla (1973, hlm. 113) mengemukakan bahwa, “Heuristik
dapat diartikan sebagai cara yang membantu untuk menemukan jalan
pemecahan”. Cara yang dapat dilakukan untuk membantu menemukan jalan
pemecahan yaitu memberikan suatu pentunjuk dalam bentuk pertanyaan atau
perintah pada setiap langkah-langkah pemecahan masalah yang berfungsi
mengarahkan pemecah masalah dalam menyelesaikan dan menemukan jawaban
dari masalah yang diberikan.
Melalui penelitian ini, peneliti ingin mendeskripsikan data apakah dengan
menerapkan model Problem-Based Learning dengan metode Heuristik dalam

Mariah Ulfah,2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI
PENERAPAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DENGAN METODE HEURISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7

pembelajaran matematika di kelas V dapat meningkatkan kemampuan


pemahaman matematis dan self-confidence.

B. Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan paparan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based
Learning dengan metode Heuristik lebih baik dari pada siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan menerapkanmodel Direct Instruction?
2. Apakah peningkatan kemampuan self-confidence siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning dengan
metode Heuristik lebih baik dari siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan menerapkanmodel Direct Instruction?

C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menguji dampak penerapan
model Problem-Based Learning dengan metode Heuristik terhadap peningkatan
kemampuan pemahaman matematis dan self-confidence siswa kelas V di salah
satu SD kecamatan Ciasem. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan data apakah peningkatan kemampuan pemahaman
matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan model
Problem-Based Learning dengan metode Heuristik lebih baik dari pada siswa
yang mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan modelDirect
Instruction.
2. Mendeskripsikan data apakah peningkatan self-confidence siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan model Problem-Based
Learning dengan metode Heuristik lebih baik dari siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan menerapkan modelDirect Instruction.

D. Manfaat Penelitian

Mariah Ulfah,2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI
PENERAPAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DENGAN METODE HEURISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8

Penelitian inidiharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang


terlibat dalam pendidikan. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai
berikut.
1. Penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan pada akademisi dan/ atau
praktisi mengenai penerapan model Problem-Based Learning dengan metode
Heuristik.
2. Penelitian ini memberikan sumbangan alternatif strategi pembelajaran yang
dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan self-confidence.
3. Penerapan model Problem Based Learning dengan metode Heuristik
menstimulus siswa untuk terlibat aktif dalam membangun pengetahuannya
sendiri, serta memecahkan masalah yang dihadapinya. Disamping itu, self-
confidence siswa pun akan tumbuh dan berkembang.

E. Struktur Organisasi Tesis


Penulisan laporan penelitian ini diklasifikasikan ke dalam lima bab yaitu:
1. Pendahuluan, terdiri dari:
a. Latar belakang, yaitu penjelasan mengenai alasan peneliti melakukan
penelitian.
b. Rumusan masalah, yaitu berisi pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan
data-data yang akan dikumpulkan selama melakukan penelitian.
c. Tujuan penelitian, yaitu tujuan peneliti melakukan penelitian.
d. Manfaat penelitian, yaitu berisi manfaat dari hasil penelitian yang telah
dilakukan baik untuk para praktisi pendidikan maupun para akademisi dan
juga siswa.
e. Struktur organisasi tesis, yaitu berisi sistematika penulisan tesis.
2. Kajian pustaka, berisi kajian teori yang dijadikan sebagai landasan peneliti
dalam melakukan penelitian. Dalam penulisannya, peneliti membagi ke
dalam enam sub bab, yaitu:
a. Kajian konsep pemahaman matematis.
b. Kajian konsep self-confidence.
c. Kajian konsep model Problem Based Learning dengan metode Heuristik.
d. Kajian konsep model Direct Instruction.

Mariah Ulfah,2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI
PENERAPAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DENGAN METODE HEURISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9

e. Penelitian yang relevan.


f. Hipotesis penelitian.
3. Metode penelitian, berisi rancangan alur penelitian yang dibagi ke dalam
enam sub bab, yaitu:
a. Desain penelitian, yaitu penjelasan mengenai jenis serta desain penelitian
yang digunakan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
quasi-experimentspre- and posttest design.
b. Partisipan, yaitu penjelasan mengenai partisipan yang terlibat dalam
penelitian. Partisipan dalam penelitian ini yaitu salah satu SD Negeri di
kecamatan Ciasem dengan jumlah partisipan yaitu 65 siswa yang terbagi ke
dalam dua kelas.
c. Populasi dan sampel, yaitu penjelasan mengenai cara penentuan partisipan
yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian. Penentuan partisipan
dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive.
d. Instrumen penelitian, yaitu penjelasan mengenai alat ukur yang digunakan
serta pengembangannya. Instrumen yang digunakan yaitu soal tes dan skala
sikap.
e. Prosedur penelitian, yaitu penjelasan setiap langkah yang dilakukan oleh
peneliti selama penelitian. Prosedur penelitian yang dilakukan terbagi ke
dalam empat tahap, yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan
penelitian, tahap pengolahan dan analisis data penelitian, dan tahap
penyusunan laporan hasil penelitian.
f. Analisis data, yaitu berisi penjelasan mengenai pengolahan data dan teknik
analisisnya, serta jenis software yang digunakan untuk pengolahan data.
Pengolahan data penelitian menggunakan statistik inferensial. Software yang
digunakan yaitu SPSS Statistic 21 dan Microsoft Exel 2010. Pada bagian ini
dijelaskan juga mengenai hasil pengujian normalitas kedua kelompok sampel
dan homogenitas varians kelompok.
4. Temuan dan pembahasan, berisi penjelasan mengenai hasil dari pengolahan
dan analisis data serta pembahasannya. Peneliti menggunakan pola
pemaparan non-tematik dalam menjelaskan temuan hasil pengolahan dan
analisis data.

Mariah Ulfah,2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI
PENERAPAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DENGAN METODE HEURISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10

5. Simpulan, implikasi dan rekomendasi, berisi penjelasan makna hasil


penelitian. Peneliti menuliskan simpulan dengan cara butir demi butir.

Mariah Ulfah,2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI
PENERAPAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DENGAN METODE HEURISTIK
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai