Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penerapan matematika begitu erat dengan kehidupan manusia.


Kemampuan menghitung luas permukaan tanah, menghitung isi suatu wadah,
menghitung berat benda, membandingkan jumlah uang jajan, dan berbagai
kemampuan praktis lainnya merupakan suatu penerapan matematika yang tidak
bisa terlepas dari kehidupan manusia. Jika dikaji lebih mendalam, konsep
matematika selalu dipakai manusia, misalnya oleh seorang ibu yang memasak
sayur asam. Ketika memasak sayur asam tentu ibu membumbui dengan
perbandingan bumbu yang sesuai supaya sayur asam terasa enak. Dalam hal ini
konsep perbandingan digunakan oleh seorang ibu ketika memasak. Contoh lain
penerapan matematika dalam kehidupan adalah ketika seorang mahasiswa
menggambar seekor gajah. Mahasiswa tersebut tentu tidak menggambar gajah
dengan ukuran aslinya. Gajah yang digambar oleh mahasiswa memiliki ukuran
yang lebih kecil daripada gajah sebenarnya supaya gambar gajah dapat termuat di
atas kertas yang ukurannya kecil. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa telah
menerapkan konsep skala dalam kehidupannya.
Beberapa contoh penerapan konsep matematika dalam kehidupan manusia
yang dipaparkan di atas tentu menjadi bukti bahwa konsep matematika begitu
sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai kegiatan manusia di
dunia ini tidak terlepas dari konsep matematika, karena itu Freudenthal (Tarigan,
2006) mengatakan bahwa matematika pada hakikatnya adalah segala aktivitas
manusia. Artinya penerapan konsep matematika ini sangatlah luas. Matematika
tidak hanya membahas tentang angka-angka dan rumus-rumus saja. Lebih dari itu
matematika merupakan suatu ilmu penting yang terlahir dari proses berpikir
manusia dalam menyelesaikan permasalahan kehidupannya. Oleh karena itu,
matematika dijadikan sebagai bagian dari kurikulum pendidikan di Indonesia yang
wajib diajarkan mulai dari jenjang sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi.
Pembelajaran matematika di Indonesia mendapat porsi yang cukup besar
di sekolah. Namun, hal tersebut tidak dibarengi dengan kualitas pembelajaran

1
2

matematika yang diterima oleh peserta didik. Pembelajaran matematika di


sekolah-sekolah Indonesia hanya menyentuh beberapa keterampilan dasar seperti
menghafal rumus, menalar, dan menghitung angka-angka saja. Sementara itu,
potensi berpikir tingkat tinggi yang dimiliki peserta didik, terkadang terlupakan
oleh guru. Padahal pembelajaran yang baik tidak hanya memberikan ilmu kepada
peserta didik secara langsung. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang
dapat mengembangkan semua kemampuan yang dimiliki peserta didik secara
optimal supaya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna. Hal ini sejalan dengan pendapat Sagala
(2006) mengenai pembelajaran yang diartikan sebagai suatu proses interaksi
peserta didik dengan guru dan lingkungan dalam rangka mengembangkan
kreativitas berpikir peserta didik, yang dapat meningkatkan kemampuannya dalam
mengkonstruksi pengetahuan baru, agar peserta didik tersebut dapat menguasai
materi pelajaran dengan baik.
Kemampuan berpikir kreatif merupakan salahsatu kemampuan yang harus
dikembangkan di sekolah dasar. Kreativitas menjadi suatu hal yang berharga
dalam kehidupan. Munandar (1999) merinci pentingnya kreativitas dalam hidup
manusia sebagai berikut ini.Pertama, kreativitas merupakan perwujudan diri
seseorang. Seperti yang dikemukakan Maslow (Munandar, 1999) bahwa setiap
manusia membutuhkan aktualisasi diri. Adapun kreativitas merupakan salahsatu
cara untuk mengaktulisasi diri. Kedua, dengan berpikir kreatif seseorang akan
mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang tidak biasa. Ketiga, Melakukan
hal-hal kreatif tidak hanya bermanfaat, kreativitas juga akan memberikan
kepuasan bagi seseorang. Keempat, kreativitas manusia dapat meningkatkan
kualitas dirinya. Berdasarkan paparan dari Munandar tersebut dapat disimpulkan
bahwa kreativitas merupakan suatu aspek yang penting dalam kehidupan manusia.
Salahsatu cara untuk memunculkan kreativitas yaitu melalui berpikir
kreatif. Berpikir kreatif yaitu suatu proses berpikir untuk memunculkan gagasan
baru yang dapat berguna dalam memecahkan suatu persoalan. Hal ini diperkuat
oleh pendapat Maulana (2008) yang mengartikan kemampuan berpikir kreatif
sebagai kemampuan mengungkapkan hubungan-hubungan baru, melihat suatu
masalah dari sudut pandang baru, serta membentuk kombinasi baru dari beberapa
3

konsep yang sudah dikuasai sebelumnya, berpikir praktis serta memunculkan


solusi unik dan berguna. Berpikir kreatif ini juga dapat diartikan sebagai suatu
keluwesan dalam menyelesaikan masalah.
Dalam hal ini, kreativitas berkenaan dengan kemampuan peserta didik
dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi dengan berbagai cara dan
berbeda dari biasanya. Kemampuan tersebut tentu saja bukanlah kemampuan yang
muncul secara tiba-tiba. Diperlukan suatu pembelajaran yang terencana dengan
baik dan disajikan dengan berbagai metode dan strategi yang menarik agar peserta
didik terfasilitasi dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya. Namun,
pembelajaran seperti itu sangat jarang disajikan oleh guru. Seharusnya guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membangun pengetahuannya
melalui berbagai aktivitas belajar yang penuh kreativitas. Aktivitas belajar
tersebut, tidak bisa diciptakan tanpa adanya kreativitas dari guru dalam menyajkan
pembelajaran. Oleh karena itu, guru yang ingin mengembangkan kreativitas
peserta didik haruslah guru yang kreatif. Hal ini sesuai dengan ungkapan Nanang
(2014), yang menyatakan bahwa “Tidak ada pilihan lain untuk guru yang ingin
mengembangkan kreativitas peserta didiknya selain menjadi seorang guru
kreatif”.
Selain kemampuan berpikir kreatif, kemandirian belajar peserta didik juga
termasuk dalam kemampuan yang harus dikembangkan oleh seorang guru. Hal ini
dimaksudkan agar peserta didik memiliki sifat mandiri untuk belajar. Peserta didik
yang memiliki kemandirian belajar akan berusaha terus belajar, meskipun tidak
ada perintah dari siapa pun. Jika semua peserta didik di Indonesia memiliki
kemandirian belajar yang baik, tentu dunia pendidikan di Indonesia akan menjadi
lebih baik. Materi pelajaran yang tidak sempat diajarkan oleh guru di sekolah bisa
dijadikan tugas mandiri yang dikerjakan peserta didik di luar jam pelajaran.
Berkaitan dengan kemandirian belajar, Sugandi (2013, 144) memberi batasan
sebagai berikut ini.
Kemandirian belajar adalah suatu sikap siswa yang memiliki karakteristis
berinisiatif belajar; mendiagnosis kebutuhan belajar; menetapkan tujuan
belajar; memonitor, mengatur dan mengontrol kinerja atau belajar;
memandang kesulitan sebagai tantangan; mencari dan memanfaatkan
sumber belajar yang relevan; memilih dan menerapkan strategi belajar;
mengevaluasi proses dan hasil belajar; serta self-concept (konsep diri).
4

Seperti halnya kemampuan berpikir kreatif, kemandirian belajar juga


merupakan suatu keterampilan yang belum begitu banyak dikaji di Indonesia.
Paradigma lama, yang memandang peserta didik sebagai gelas kosong yang tak
berisi apa-apa, seharusnya sudah direvisi. Alangkah lebih baik jika peserta didik
yang sedang belajar dipandang sebagai suatu tunas yang sedang bertumbuh. Tugas
seorang guru adalah memberikan motivasi dan inspirasi bagi peserta didiknya
supaya dapat berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya secara mandiri.
Berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian belajar
peserta didik yang harus dikembangkan oleh guru. Pembelajaran dengan
pendekatanproblem based learning (PBL) merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada suatu masalah yang autentik. Masalah yang disuguhkan kepada
peseta didik dalam PBLtentu akan membuat peserta didik tergugah untuk berpikir
dan menyajikan ide-ide kreatif yang mereka miliki. Pembelajaran dengan
menggunakan PBL berkaitan dengan pengajuan masalah yang dikerjakan secara
mandiri oleh peserta didik. Dalam pembelajaran ini guru berfungsi sebagai
fasilitator, yakni memberi arahan kepada peserta didik agar dapat memecahkan
masalah yang disajikan. Guru hanya memberikan bantuan ketika peserta didik
mengalami kebuntuan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Jika
Pembelajaran seperti itu terus dibiasakan di dalam kelas, maka kreativitas dan
kemandirian belajar peserta didik akan berkembang dengan baik pula.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dilakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Pendekatan Problem Based Learning (PBL) terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Kemandirian Belajar Peserta Didik
pada Materi Perbandingan dan Skala. (Penelitian Eksperimen terhadap Peserta
Didik Kelas V SDN Talun dan SDN Ketib Kecamatan Sumedang Utara
Kabupaten Sumedang)”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka muncul rumusan masalah yang


dinyatakan sebagai berikut.
1. Adakah pengaruh pembelajaran konvensional terhadap kemampuan berpikir
kreatif matematis peserta didikpada materi perbandingan dan skala?
5

2. Adakah pengaruh pembelajaran dengan problem based learning terhadap


kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didikpada materi perbandingan
dan skala?
3. Adakah perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis di kelas
eksperimen dengan kelas kontrolpada materi perbandingan dan skala?
4. Adakah pengaruh pembelajaran konvensional terhadap kemandirian belajar
peserta didikpada materi perbandingan dan skala?
5. Adakah pengaruh pembelajaran dengan problem based learning terhadap
kemandirian belajar peserta didikpada materi perbandingan dan skala?
6. Adakah perbedaan kemandirian belajar di kelas eksperimen dengan kelas
kontrolpada materi perbandingan dan skala?
7. Bagaimana hubungan antara kemampuan berpikir kreatif dan kemandirian
belajar peserta didikpada materi perbandingan dan skala?
8. Bagaimana respon peserta didik terhadap pembelajaran dengan problem based
learning?
9. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran dengan
pendekatan konvensional dan problem based learning?

Kemampuan berpikir kreatif matematis dalam penelitian ini dibatasi hanya


indikator kepekaan, keaslian, dan keterperincian. Hal ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa indikator keluwesan dan kelancaran masih terlalu sulit
dicapai oleh peserta didik yang duduk di bangku SD. Sementara itu, aspek
kemandirian belajar dalam penelitian ini terdiri dari aspek kebebasan, keaktifan,
inisiatif, pengendalian diri, dan kemantapan diri. Batasan yang dibuat dalam
penelitian ini bertujuan untuk memfokuskan penelitian pada beberapa bidang
kajian.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh
pendekatan problem based learning terhadap kemampuan berpikir kreatif dan
kemandirian belajar. Tujuan tersebut dideskripsikan secara rinci sebagai berikut
ini.
6

1. Untuk mengetahuipengaruh pembelajaran konvensional terhadap kemampuan


berpikir kreatif matematis peserta didik pada materi perbandingan dan skala.
2. Untuk mengetahui pengaruh pendekatan problem based learningterhadap
kemampuan berpikir kreatif matematis peserta didikpada materi perbandingan
dan skala.
3. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematis di kelas kontrol dengan kelas eksperimen pada materi
perbandingan dan skala.
4. Untuk mengetahuipengaruh pembelajaran konvensional terhadap kemandirian
belajar peserta didik pada materi perbandingan dan skala.
5. Untuk mengetahui pengaruh pendekatan problem based learningterhadap
kemandirian belajarpeserta didikpada materi perbandingan dan skala.
6. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemandirian belajar di kelas
kontrol dengan kelas eksperimen pada materi perbandingan dan skala.
7. Untuk mengetahui hubungan positif yang signifikan antara kemampuan
berpikir kreatif dan kemandirian belajar peserta didik pada materi
perbandingan dan skala.
8. Untuk mengetahui respon peserta didik terhadap pembelajaran problem based
learning.
9. Untuk mengetahui faktor dan penghambat dalam pembelajaran problem
based learning.
D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kebermanfaatan bagi dunia


pendidikan di Kabupaten Sumedang. Khususnya dalam pembelajaran matematika
di sekolah dasar. Berikut adalah manfaat yang diharapkan dari penelitian yang
dilakukan.
1. Bagi peneliti
Peneliti dapat mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis
peserta didik dan kemandirian belajar peserta didik pada perbandingan dan
skala dengan menggunakan pendekatan PBLdan pembelajaran
konvensional.Selain itu, penelitian suatu ini merupakan pengalaman yang
berharga bagi peneliti dalam meningkatkan kualitas diri.
7

2. Bagi peserta didik


Dengan menggunakan pendekatan PBL, peserta didik yang menjadi subjek
penelitian dapat merasakan suasana belajar yang berbeda dalam mempelajari
materi perbandingan dan skala. Disamping itu, peserta didik dapat
menemukan konsep matematika sendiri dan membangun kemandirian
belajarnya, serta motivasi belajar peserta didik bertambah karena terlibat
secara aktif dalam proses pencarian konsep matematika.
3. Bagi Guru Matematika di SD
Guru matematika dapat menggunakan pendekatan problem based learning
pada pembelajaran matematika sebagai salahsatu alternatif pembelajaran yang
penuh kreativitas, untuk menghindari kejenuhan dalam mengajar. Selain itu,
guru juga menjadi lebih termotivasi untuk mengajar dengan menggunakan
berbagai macam pendekatan.
4. Bagi sekolah
Dapat menghidupkan budaya penelitian di sekolah tempat penelitian ini
berlangsung. Hal ini tentu akan membuat kualitas guru dan sekolah menjadi
lebih baik.
5. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain
yang terkait dengan suatu pendekatan atau model yang dapat dijadikan alat
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemandirian
belajar peserta didik disekolah dasar. Hasil penelitian ini juga dapat
digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang menggunakan
PBLataupun pendekatan lainnya untuk meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap


judul penelitian yang dibuat. Penjelasan mengenai istilah-istilah yang terdapat
dalam judul penelitian adalah sebagai berikut ini.
1. Pendekatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan
pembelajaran yang berarti cara yang digunakan guru dalam menyampaikan
8

konsep pelajaran agar sesuai dengan perkembangan dan karakteristik peserta


didik di sekolah dasar.
2. Pendekatan Problem Based Learning (PBL) adalah pendekatan pembelajaran
dengan berdasarkan masalah nyata yang bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan-keterampilan untuk
pembelajaran mandiri.
3. Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan kemampuan seseorang
dalam menghubungkan atau mengkombinasikan beberapa konsep yang
terdapat dalam pikirannya sehingga tercipta suatu gagasan yang baru.
Gagasan baru tersebut dapat dijadikan sebagai solusi untuk menyelesaikan
masalah matematika.
4. Kemandirian belajar merupakan kemampuan untuk memeroleh pengetahuan
tanpa mengandalkan orang lain, melainkan dengan upaya dan motivasi yang
berasal dari dirinya sendiri.
5. Perbandingan adalah membandingkan dua nilai atau lebih yang memiliki
besaran yang sejenis dan dinyatakan dalam bentuk pecahan sederhana.
6. Skala adalah perbandingan ukuran benda pada gambar dengan ukuran benda
yang sebenarnya.
7. Pembelajaran konvensional adalah cara yang biasa guru gunakan dalam
menyampaikan konsep pembelajaran di sebuah kelas atau sekolah. Dalam
penelitian ini pembelajaran konvensionalnya berupa pembelajaran dengan
menggunakan metode ceramah, diskusi, dan penugasan.

Anda mungkin juga menyukai