Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

MENGAKOMODASI PENGAJARAN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN


PERORANGAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan yang diampu oleh
Siti Umi Hani, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Ersoni wantama
Siti Syadiyatul aropah
Widiawati

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM RIYADHUL JANNAH
SUBANG
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahhirahmannirrahim….
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Dan tak lupa juga
shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan besar kita
yakni Nabi Muhammad Shallalahu’alaihi Wa Sallam. Beserta para keluarga, para
sahabat dan semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di hari ahir. Aamiin
Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya hususnya kepada Ibu Siti Umi
Hani, M.Pd selaku dosen pengampu pada mata kuliah Psikologi Pendidikan. Semoga
makalah yang penulis buat ini dapat mudah dipahami dan dimengerti. Kami selaku
penulis makalah meminta maaf apabila ada salah penulisan dalam makalah ini, serta
apabila ada kalimat dan kata yang kurang berkenan untuk dibaca. Kritik dan saran
yang bersifat membangun kami harapkan dari semua pihak demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Subang, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan Penulisan................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................5
A. Unsur-unsur Pengajaran yng efektif selain pelajaran yang baik........................5
B. Cara Pengelompokan Siswa agar dapat mengakomodasi perbedaan pencapaian
5
1. Pengelompokan Kemampuan Antar Kelas.....................................................5
2. Penghapusan Jalur...........................................................................................6
3. Pengelompokan Kembali Untuk Pelajaran Membaca Dan Matematika.........6
4. Sekoah Dasar Tanpa Kelas (Pengelompokan Lintas Usia).............................6
5. Pengelompokan Kemampuan dalam Kelas Tingkat Kelas.............................6
C. Cara Mengindividualisasikan Pengajaran..........................................................7
1. Pengajaran Pribadi Oleh Teman Sebaya.........................................................7
2. Pengajaran Pribadi Oleh Orang Dewasa.......................................................13
3. Pengajaran Yang Dibedakan.........................................................................18
D. Penggunaan Teknologi Dalam Pendidikan.......................................................18
1. Teknologi Untuk Pengajaran........................................................................18
2. Teknologi Untuk Pembelajaran....................................................................19
3. Televisi Pembelajaran Dan Selipan Multimedia...........................................24
4. Papan tulis Interaksi......................................................................................26
5. Teknologi Untuk administrasi.......................................................................31
6. Riset Tentang Pengajaran Dalam Bantuan Komputer..................................33

ii
E. Program Pendidikan Yang Tersedia Untuk Siswa Yang Ditempatkan Kedalam
Resiko......................................................................................................................33
1. Program Pendidikan Kompensasi.................................................................33
2. Program Intervensi Dini................................................................................34
3. Program Reformasi Sekolah Konferhensif...................................................35
4. Program Usai sekolah Dan sekolah Musim Panas........................................35
BAB III PENUTUP..................................................................................................35
A. Kesimpulan.......................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................36

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Unsur pengajaran efektif selain dari pelajaran yang baik ialah terdapat pada
model pengajaran yang efektif yang menjelaskan ciri terpenting pelajaran yang
berkualitas tinggi.1 Model tersebut yaitu model pembelajaran sekolah Carrol dan
QAIT. Model Carrol yang menguraikan pengajaran dari sudut manajemen waktu,
sumber informasi, dan kegiatan untuk memastikan pembelajaran siswa. 2 Sedangkan
model QAIT (kualitas, ketetapan, insentif dan waktu) merupakan model pengajaran
efektif yang berfokus pada unsur-unsur yang langsung dapat dikendalikan guru yakni
mutu, ketetapan, insentif dan waktu.3 Dalam menentukan cara mengelompokkan
siswa untuk mengakomodasi perbedaan pencapaian, terlebih dahulu dilakukan suatu
penelusuran yakni mengurutkan kurikullum untuk menempatkan siswa yang memiliki
tingkat pencapaian atau kemampuan yang telah ditentukan. Kemudian siswa
dikelompokkan berdasarkan kemampuan antar kelas dan kemampuan dalam kelas.
Selain dengan pengelompokkan tersebut ada juga pengakomodasian lain seperti
penghapusan jalur khusus, pengelompokkan kembali untuk pelajaran membaca dan
matematika, pembentukan sekolah dasar tanpa kelas (pengelompokkan lintas usia),
dan pengelompokkan kemampuan dalam kelas.4
Pembelajaran penguasaan merupakan suatu sistem pengajaran yang berupaya
untuk memungkinkan seluruh siswa mencapai sasaran pembelajaran dengan waktu
pembelajaran berbeda apabila dibutuhkan. Adapun bentuk-bentuk daripada
pembelajaran penguasaan itu sendiri diantaranya membedakan waktu pengajaran
1
Muhammad Qasim and Maskiah Maskiah, ‘Perencanaan Pengajaran Dalam Kegiatan Pembelajaan’,
Jurnal Diskursus Islam, 4.3 (2016), 484–92 (p. 485).
2
Endang Sri Wahyuningsih, Model Pembelajaran Mastery Learning Upaya Peningkatan Keaktifan
Dan Hasil Belajar Siswa (Deepublish, 2020), p. 148.
3
Komar Darya and Swasti Ayu Puspitasari, ‘Reputasi KAP, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan Klien
Dan Kualitas Audit (Studi Pada Perusahaan LQ 45 Indonesia)’, Jurnal Keuangan Dan Perbankan,
13.2 (2017), 97–109 (p. 256).
4
Muhamad Gina Nugraha and Santy Awalliyah, ‘Analisis Gaya Kognitif Field Dependent Dan Field
Independent Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa Kelas VII’, in Prosiding Seminar Nasional
Fisika (E-Journal), 2016, V, SNF2016-EER (p. 216).
yang diberikan kepada siswa yang mempunyai kebutuhan yang berbeda dengan
memberikan pengajaran perbaikan kepada siswa yang membutuhkannya sambil
membiarkan siswa yang tidak membutuhkannya melakukan pekerjaan pengayaan.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengindividualisasikan pengajaran.
Pengajaran yang diindividualisasikan atau metode pengajaran terprogram
menyangkut bagaimana siswa dapat bekerja dengan tingkat dan kecepatan mereka
sendiri dan sekarang telah digantikan dalam bentuk pengajaran berbasis komputer.
Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengindividualisasikan pengajaran dengan
adanya pengajaran pribadi oleh teman dan pengajaran pribadi oleh orang dewasa.5
Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini sangat berpengaruh
dan signifikan dalam pendidikan tergantung bagaimana pendidikan dapat menjadi
filter untuk menerima teknologi yang semakin maju. Teknologi dapat digunakan
dalam pendidikan, diantaranya :6
1. Teknologi untuk pengajaran
2. Teknologi untuk pembelajaran
3. Teknologi untuk administrasi
4. Teknologi pendidikan terdepan seperti komputer dan teknologi lainnya telah
dipergunanakan dalam menunjang kemajuan pendidikan seperti asisten digital
pribadi, papan tulis elektronik, proyektor tampilan kristal cair, batang memori
dan lainnya.
Program pendidikan sangat penting dalam merencanakan pendidikan modern.
Tapi bagaimana dengan siswa yang beresiko artinya siswa yang rentan terhadap
kegagalan sekolah karena karakteristik mereka sendiri dan karena tanggapan yang

5
Ukti Lutvaidah, ‘Pengaruh Metode Dan Pendekatan Pembelajaran Terhadap Penguasaan Konsep
Matematika’, Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 5.3 (2016), p. 198.
6
Rizka Ariani and Festiyed Festiyed, ‘Analisis Landasan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Pendidikan Dalam Pengembangan Multimedia Interaktif’, Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika, 5.2
(2019), p. 99.

2
tidak memadai terhadap kebutuhan mereka oleh sekolah, keluarga dan masyarakat.
Berbagai program dapat diterapkan dalam pendidikan seperti :7
1. Program pendidikan kompensasi, untuk mencegah atau memulihkan masalah
pembelajaran di kalangan siswa dari komunitas yang berstatus sosioekonomi
lebih rendah
2. Program intervensi dini, membidik bayi dan balita yang beresioko untuk
mencegah kemungkinan membutuhkan pemulihan kemudian hari
3. Program reformasi sekolah komprehensif, pendekatan komprehensif mengenai
pencegahan dan intervensi dini bagi prasekolah, taman kanak-kanak dan kelas 1
hingga 5 dengan pengajaran perorangan, layanan dukungan keluarga, dan
perubahan pengajaran yang dirancang untuk mencegah siswa tertinggal di
belakang.
4. Program usai sekolah dan sekolah musim panas, menggabungkan semacam
kegiatan akademis, seperti bantuan pekerjaan rumah dengan olahraga, drama dan
kegiatan budaya dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, Maka rumusan
masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Bagaimana memahami Pengertian Pandangan Konstruktivis Terhadap
Pembelajaran.
2. Bagaimana memahami Cara Menggunakan Pembelajaran Kooprasi Dalam
Pengajaran.
3. Bagaimana memahami Cara Mengajarkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah
Dan Berpikir.

7
Rusydi Ananda and Tien Rafida, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan (Cv. Pusdikra Mitra Jaya,
2017), p. 29.

3
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, Maka tujuan atau kegunaan penulisan
makalah ini sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami Perkembangan Anak Selama Masa Prasekolah.
2. Menganalisis dan memahami Program Pendidikan Untuk Masa Anak-anak
Awal.
3. Mengetahui dan memahami Perkembangan Anak Selama Masa Sekolah
Dasar.

4
BAB II PEMBAHASAN

A. Unsur-unsur Pengajaran yng efektif selain pelajaran yang baik


Guru harus tahu cara menyesuaikan pengajaran dengan tingkat pengetahuan
siswa. Menurut Model Pembelajaran Sekolah John Carroll, keefektifan  pengajaran
bergantung pada waktu yang dibutuhkan (fungsi kepandaian dan kemampuan siswa
untuk memahami pengajaran) dan waktu yang benar-benar digunakan untuk belajar
(yang yang bergantung pada waktu yang tersedia, kualitas pengajaran dan ketekunan
siswa).8
Model QAIT ( quality [mutu], appropriateness [ketepatan], incentive [insentif],
time [waktu]) Slavin tentang pengalaran yang efektif mengidentifikasi empat elemen
yang berada dibawah pengendalian langsung guru: kualitas pengajar tingkat pengalaran
yang tepat, insentif, dan jumlah waktu. Model tersebut berpendapat bahwa pengalaran
yang tidak mempunyai salah satu elemen ini tidak akan efektif.9

B. Cara Pengelompokan Siswa agar dapat mengakomodasi perbedaan pencapaian

1. Pengelompokan Kemampuan Antar Kelas


Banyak sekolah mengelola perbedaan siswa di bidang kemampuan dan
pencapaian akademis melalui pengelompokan kemampuan antar-kelas penjaluran
atau pengelompokan kembali ke dalam kelas terpisah untuk mata pelaiaran tertentu
selama sebagian dari hari sekolah. Namun, riset memperlihatkan pengelompokan
dalam-kelas lebih efektif khususnya untuk pelajaran membaca dan matematika, dan
jelas lebih disukai daripada pengelompokan yang memisahkan atau memberi
stigma bagi siswa yang berpencapaian rendah. Penghapusan jalur
merekomendasikan agar siswa berada dalam kelompok dengan kemampuan
campuran. Siswa diharuskan mencapai standar yang tinggi dan diberi bantuan
8
Fujiyanti Dinny, ‘Analisis Hasil Pembelajaran Korespondensi: Telaah Morfosintaksis.’, in Prosiding
Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2014/2015 (Unsada, 2015), III, p. 213.
9
Siti Murtiyani, ‘Pengaruh Kesempatan Pembelajaran Organisasi, Kualitas Pengajaran, Dan Orientasi
Profesional Pada Hubungan Antara Partisipasi Dosen Dalam Pengambilan Keputusan Dengan Hasil
Belajar Mahasiswa’ (Universitas Gadjah Mada, 2000), p. 99.
untuk mencapai tujuan tersebut sekolah dasar tanpa kelas menggabungkan
anak‐ anak dari usia yang berbeda di ruang kelas yang sama. Siswa secara fleksibel
dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat kinerja mereka.10
2. Penghapusan Jalur
Rekomendasi penghapusan jalur khusus terfokus untuk menempatkan siswa
kedalam kelompok-kelompok kemampuan campuran dan mempertahankan mereka
dalam standar yang tinggi tetapi menyediakan banyak cara bagi mereka untuk
mencapai standar tersebut, termasuk bantuan tambahan untuk siswa yang kesulitan
untuk mengikuti.Penggunaan pembelajaran kerjasam dan pembelajaran berbasis
proyek yang tepat adalah sarana untuk membuka kesempatan bagi kinerja yang
tinggi untuk semua anak.11
3. Pengelompokan Kembali Untuk Pelajaran Membaca Dan Matematika

4. Sekoah Dasar Tanpa Kelas (Pengelompokan Lintas Usia)


Program yang pada umumnya pada tingkat sekolah dasar yang
menggabungkan anak-anak dari usia yang berbeda ke dalam satu kelas.Paling
sering siswa yang berusia 5-7 tahun atau 6-8 tahun dapat dicampur dalam satu
kelas.Siswa dikelompokan secara fleksibel untuk pengajaran menurut kebutuhan
dan kinerja mereka.Kelas gabungan seperti itu belum ditemukan meningkatkan efek
pencapaian siswa dan mungkin malah merugikan.12

5. Pengelompokan Kemampuan dalam Kelas Tingkat Kelas


Metode pengelompkan siswa dalam-kelas, biasanya dalam mata pelajaran
membaca dalam sekolah dasar, guru membagi siswa dalam kelopok- kelompok
berdasarkan kemampuan mereka.Riset tentang ini telah menemukan bahwa siswa

10
Doddy Hendro Wibowo, ‘Penerapan Pengelompokan Siswa Berdasarkan Prestasi Di Jenjang Sekolah
Dasar’, Jurnal Psikologi Undip, 14.2 (2015), 148–59 (p. 148).
11
Nur Ali Farabi, ‘Analisis Penerapan Sistem Informasi Zisw Dengan Menggunakan Metode UTAUT’,
IJCIT (Indonesian Journal on Computer and Information Technology), 1.2 (2016), p. 10.
12
Susy Kuschithawati, Rahadyan Magetsari, and Nawi Ng, ‘Faktor Risiko Terjadinya Cedera Pada Anak
Usia Sekolah Dasar’, Berita Kedokteran Masyarakat, 23.3 (2007), 131 (p. 131).

6
dalam mata pelajaran yang dikelompokkan menurut kemampuan mempelajari lebih
banyak daripada siswa yang tidak dikelompokkan.Tetapi pengelompokan ini tidak
perlu dilakukan jika memang kondisi kelas tidak memerlukan pengelompokan
siswa, dan metode ini hanya bermanfaat untuk metode pengajaran tradisional tetapi
ketika menggunakan pendekatan konstruktivis pengelompokan dalam-kelas
mungkin tidak diperlukan.13

C. Cara Mengindividualisasikan Pengajaran

1. Pengajaran Pribadi Oleh Teman Sebaya


Metode tutor sebaya (peer teaching) adalah kegiatan belajar mengajar di
kelas yang memberi kesempatan pada siswa untuk mengajarkan dan berbagi ilmu
pengetahuan atau ketrampilan pada siswa yang lain untuk membantu temannya
yang mengalami kesulitan dalam belajar agar temannya tersebut bisa memahami
materi dengan baik. Tutor sebaya dapat memberi rasa nyaman pada siswa karena
pada umumnya hubungan antara teman lebih dekat dibandingkan hubungan guru.14
Teknik pembelajaran dengan metode tutor sebaya dilaksanakan dengan
membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil, yang sumber belajarnya bukan
hanya guru melainkan juga teman sebaya yang pandai dan cepat dalam menguasai
suatu materi tertentu. Dalam pembelajaran ini, siswa yang menjadi tutor hendaknya
mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman lainnya,
sehingga pada saat dia memberikan bimbingan ia sudah dapat menguasai bahan
yang akan disampaikan.15
Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tutor sebaya
merupakan pembelajaran yang mandiri, karena siswa menggantikan fungsi guru

13
Oktiana Dwi Putra Herawati, Rusdy Siroj, and Djahir Basir, ‘Pengaruh Pembelajaran Problem Posing
Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas Xi Ipa Sma Negeri 6 Palembang’,
Jurnal Pendidikan Matematika, 4.1 (2010), p. 21.
14
Alfurqan Alfurqan and others, ‘Membangun Sebuah Pengajaran Filosofi Personal: Konsep Dari
Pengembangan Dan Pendidikan Dasar’, Tarbiyah Al-Awlad, 10.2 (2020), p. 216.
15
Yulia Rizki Ramadhani and others, Metode Dan Teknik Pembelajaran Inovatif (Yayasan Kita Menulis,
2020), p. 123.

7
untuk membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar. Adapun tujuannya
adalah untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yaitu dalam hal meningkatkan
prestasi dan motivasi belajar anak.16
Berikut definisi dan pengertian tutorial sebaya dari beberapa sumber buku:17
1) Menurut Makarao (2009), tutor sebaya adalah metode pengajaran yang
memberi kesempatan pada siswa untuk mengajarkan dan berbagi ilmu
pengetahuan atau ketrampilan pada siswa yang lain.
2) Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004), tutor sebaya adalah metode
pembelajaran dimana beberapa siswa ditunjuk atau ditugaskan untuk
membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam belajar agar temannya
tersebut bisa memahami materi dengan baik.
3) Menurut Ischak (1987), tutor sebaya adalah teman sekelas yang telah tuntas
terhadap bahan, yang memberikan bantuan pada siswa yang menemui kesulitan
dalam memahami bahan yang dipelajari, tutor sebaya ini diharapkan siswa
tidak malu dan takut bertanya pada temannya sendiri tentang bahan ajar yang
belum dipahami.
4) Menurut Winataputra (1999), tutor sebaya adalah kegiatan belajar siswa
dengan memanfaatkan teman sekelas yang mempunyai kemampuan lebih
untuk membantu temannya dalam melaksanakan suatu kegiatan atau
memahami suatu konsep.
5) Menurut Arjanggi dan Suptihatin (2010), tutor sebaya adalah suatu metode
pembelajaran yang dilakukan dengan cara memberdayakan siswa yang
memiliki daya serap tinggi dari kelompok siswa itu sendiri untuk menjadi tutor
bagi teman-temannya, dimana siswa yang menjadi tutor bertugas untuk
memberikan materi belajar dan latihan kepada teman-temannya (tutee) yang
belum paham terhadap materi atau latihan yang diberikan guru dengan
16
Poppy Anggraeni and Aulia Akbar, ‘Kesesuaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Dan Proses
Pembelajaran’, Jurnal Pesona Dasar, 6.2 (2018), p. 27.
17
Irfan Fajrul Falah, ‘Model Pembelajaran Tutorial Sebaya: Telaah Teoritik’, Jurnal Pendidikan Agama
Islam-Ta’lim, 12.2 (2014), 175–86 (p. 89).

8
dilandasi aturan yang telah disepakati bersama dalam kelompok tersebut,
sehingga akan terbangun suasana belajar kelompok yang bersifat kooperatif
bukan kompetitif.
a. Prinsip-Prinsip Tutor Sebaya
Tutor sebaya pada dasarnya merupakan metode pembelajaran yang
menuntut adanya partisipasi aktif dari peserta didik dalam proses pembelajaran
yang dilakukan. Terdapat beberapa prinsip dalam metode tutor sebaya yang
perlu diketahui agar proses belajar siswa menjadi aktif, yaitu (Ahmadi dan
Supriyono, 2004):18
1) Stimulasi belajar
Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya
dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut dapat berbentuk verbal/bahasa,
visual, auditif, taktik, dan lain-lain. Ada dua cara yang mungkin membantu
para siswa agar pesan tersebut mudah diterima. Cara pertama perlu adanya
pengulangan sehingga membantu siswa dalam memperkuat
pemahamannya. Cara kedua adalah siswa menyebutkan kembali pesan
yang disampaikan guru kepada siswa.19
2) Perhatian dan motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses
belajar mengajar. Ada beberapa cara untuk menumbuhkan perhatian dan
motivasi, antara lain melalui cara mengajar yang bervariasi, mengadakan
pengulangan informasi, memberikan stimulus baru, misalnya melalui
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan media dan

18
Yopi Nisa Febianti, ‘Peer Teaching (Tutor Sebaya) Sebagai Metode Pembelajaran Untuk Melatih Siswa
Mengajar’, Edunomic Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2.2 (2014).
19
Yuliyatun Yuliatun, ‘Belajar Membaca Bagi Anak Usia Dini: Stimulasi Menumbuhkan Minat Baca
Anak’, ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, 2.1 (2018), 127–48 (p. 57).

9
alat bantu yang menarik perhatian siswa, seperti gambar, foto, diagram,
dan lain-lain.20
3) Respon yang dipelajari
Keterlibatan atau respons siswa terhadap stimulus guru bisa
meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap
informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar seperti
memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru,
menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih diri
dalam menguasai informasi yang diberikan dan lain-lain.21
4) Penguatan
Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari
luar dan dari dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari luar diri
seperti nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa,
ganjaran, hadiah dan lain-lain, merupakan cara untuk memperkuat respons
siswa. Sedangkan penguat dari dalam dirinya bisa terjadi apabila respons
yang dilakukan siswa betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai dengan
kebutuhannya.22
5) Pemakaian dan pemindahan
Belajar dengan memperluas pembentukan asosiasi dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk memindahkan apa yang sudah
dipelajari pada situasi lain yang serupa di masa mendatang. Asosiasi dapat
dibentuk melalui pemberian bahan yang bermakna, berorientasi kepada
pengetahuan yang telah dimiliki siswa, memberi contoh yang jelas,

20
Didik Kurniawan and Dhoriva Urwatul Wustqa, ‘Pengaruh Perhatian Orangtua, Motivasi Belajar, Dan
Lingkungan Sosial Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP’, Jurnal Riset Pendidikan
Matematika, 1.2 (2014), 176–87 (p. 176).
21
Indrati Endang Mulyaningsih, ‘Pengaruh Interaksi Sosial Keluarga, Motivasi Belajar, Dan Kemandirian
Belajar Terhadap Prestasi Belajar’, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 20.4 (2014), 441–51 (p. 167).
22
Arie Budhiman, ‘Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter’, 2017.

10
pemberi latihan yang teratur, pemecahan masalah yang serupa, melakukan
dalam situasi yang menyenangkan.23
b. Kriteria Tutor Sebaya
Menurut Djamarah dan Zein (2006), untuk menjadi seorang tutor
terdapat beberapa kriteria yang diperlukan, yaitu:24
1) Dapat diterima atau disetujui oleh siswa yang mendapat program
perbaikan sehingga sisa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk
bertanya kepadanya.
2) Dapat menerangkan bahan-bahan materi yang dibutuhkan siswa yang
berkesulitan.
3) Tidak tinggi hati atau keras hati terhadap sesama teman.
4) Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan
kepada temannya.
Adapun menurut Satriyaningsih (2008), kriteria tutor sebaya adalah
sebagai berikut:25
1) Memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas.
2) Memiliki kecakapan dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh
guru.
3) Mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa.
4) Memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok tutornya sebagai
yang terbaik.
5) Dapat diterima dan disenangi siswa yang mendapat program
pembelajaran tutor sebaya, sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut
atau enggan untuk bertanya kepada guru dan rajin.
6) Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan.
23
Nim030810233n Saptono Tata Putranto, ‘Pemindahan Hak Atas Bangunan Yang Berdiri Di Atas Izin
Pemakaian Tanah Melalui Jual-Beli’ (Universitas Airlangga, 2010).
24
Diana Rosanti, ‘Penerapan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan
Hasil Belajar Siswa Di Sma Negeri 9 Pontianak’, Jurnal Pendidikan Matematika Dan Ipa, 9.2 (2018), 1–
10 (P. 17).
25
Rosanti, P. 19.

11
7) Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan
yaitu dapat menerangkan pelajaran dengan teman sebayanya.
c. Langkah-langkah Tutor Sebaya
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode tutor sebaya
adalah sebagai berikut:26
1) Tahap Persiapan
Guru membuat program pembelajaran satu pokok bahasan yang
dirancang dalam bentuk penggalan-penggalan sub pokok bahasan.
Setiap penggalan satu pertemuan yang di dalamnya mencakup judul
penggalan tujuan pembelajaran, khususnya petunjuk pelaksanaan tugas-
tugas yang harus diselesaikan. Menentukan beberapa orang siswa yang
memenuhi kriteria sebagai tutor sebaya. Kemudian mengadakan latihan
bagi para tutor. Dalam pelaksanaan tutorial, siswa yang menjadi tutor
bertindak sebagai guru.27
2) Tahap Pelaksanaan
Guru memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang materi yang
diajarkan, siswa belajar dalam kelompoknya sendiri. Tutor sebaya
menanyai anggota kelompoknya secara bergantian akan hal-hal yang
belum dimengerti. Jika ada masalah yang tidak terselesaikan barulah
tutor meminta bantuan guru, dan guru mengawasi jalannya proses
belajar. Guru berpindah-pindah dari satu kelompok ke kelompok
lainnya untuk memberikan bantuan jika ada masalah yang tidak dapat
diselesaikan dalam kelompok.28
3) Tahap Evaluasi
Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru memberikan
soal-soal latihan kepada anggota kelompok (selain tutor) untuk
26
Febianti.
27
Tahap Persiapan, ‘2. Tahapan Penelitian’.
28
Aminullah Aminullah and others, ‘Proses Pembelajaran Selama Masa Pandemi COVID-19 (Studi
Pelaksanaan PLP Dasar)’, Maspul Journal of Community Empowerment, 3.1 (2021), 21–26.

12
mengetahui apakah sudah menjelaskan dan menjalankan tugasnya, serta
mengingatkan siswa untuk mempelajari sub pokok bahasan
sebelumnya.29
d. Kelebihan dan Kekurangan Tutor Sebaya
Menurut Djamarah dan Zein (2006), metode pembelajaran tutor
sebaya memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:30
1) Kelebihan Tutor Sebaya
a) Ada kalanya hasil lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai
perasaan takut atau enggan bertanya kepada gurunya.
b) Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan bermanfaat bagi dirinya sendiri
untuk memperkuat konsep yang dibahas.
c) Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri, memegang
tanggung jawab dalam mengemban tugas, dan melatih kesabaran.
d) Mempererat hubungan antar sesama siswa sehingga mempertebal
perasaan sosial.
2) Kekurangan Tutor Sebaya
a) Siswa yang dibantu seringkali belajar kurang serius karena merasa
hanya berhadapan dengan temannya.
b) Ada beberapa anak yang malu bertanya karena takut rahasianya
diketahui oleh teman sebayanya.
c) Bagi guru sulit menentukan tutor yang tepat bagi seseorang atau
beberapa orang yang dibimbingnya.

2. Pengajaran Pribadi Oleh Orang Dewasa


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), andragogi adalah ilmu
tentang cara orang dewasa belajar. Andragogi juga memiliki pengertian lain yaitu,

29
Husein Umar, Evaluasi Kinerja Perusahaan (Gramedia Pustaka Utama, 2002).
30
Abdul Mukhlis, ‘Pembelajaran Tutor Sebaya: Solusi Praktis Dalam Rangka Menyongsong
Pembelajaran Sastra Yang Menyenangkan Bagi Siswa SMP’, JP-BSI (Jurnal Pendidikan Bahasa Dan
Sastra Indonesia), 1.2 (2016), 68–72 (p. 86).

13
sebagai sebuah konsep pembelajaran orang dewasa yang telah dirumuskan dan
diorganisasikan secara sistematis sejak tahun 1920. Pendidikan orang dewasa
adalah suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar
secara berkelanjutan sepanjang hidup. Bagi orang dewasa belajar berhubungan
dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari
jawabannya.31
Dengan kata lain, andragogi adalah segala hal yang berkaitan dengan
pembelajaran orang dewasa dan pendidikan orang dewasa. Orang dewasa sebagai
peserta didik sangat unik dan berbeda dengan anak usia dini dan anak remaja.
Proses pembelajaran orang dewasa akan berlangsung jika dia terlibat langsung,
idenya dihargai dan materi ajar sangat dibutuhkannya atau berkaitan dengan
profesinya serta sesuatu yang baru bagi dirinya. Permasalahan perilaku yang sering
timbul dalam program pendidikan orang dewasa yaitu mendapat hal baru, timbul
ketidaksesuaian (bosan), teori yang muluk (sulit dipraktikkan), resep/petunjuk baru
(mandiri), tidak spesifik, dan sulit menerima perubahan (Yusnadi, 2004).
Malcolm Knowles (1986), menyebutkan prinsip pembelajaran orang dewasa,
yakni:32
a. Orang dewasa perlu terlibat dalam merancang dan membuat tujuan
pembelajaran. Mereka mesti memahami sejauh mana pencapaian hasilnya.
b. Pengalaman adalah asas aktivitas pembelajaran. Menjadi tanggung jawab
peserta didik menerima pengalaman sebagai suatu yang bermakna.
c. Orang dewasa lebih berminat mempelajari perkara-perkara yang berkaitan
secara langsung dengan kerjadan kehidupan mereka.
d. Pembelajaran lebih tertumpu pada masalah (problem-centered) dan
membutuhkan dorongan dan motivasi.

31
Solida Situmorang, ‘Desain Pengajaran Yang Alkitabiah’, Kerusso1, 1.1 (2015), 18.
32
Wahono Wahono, Niswatul Imsiyah, and Aris Setiawan, ‘Andragogi: Paradigma Pembelajaran Orang
Dewasa Pada Era Literasi Digital’, Proceeding Umsurabaya, 2020.

14
Sedangkan Miller (1904), menyebutkan prinsip pembelajaran bagi orang dewasa,
adalah:33
a. Peserta didik perlu diberikan motivasi bagi mengubah tingkah laku. Peserta
didik perlu sadar tingkah laku yang tidak diingini dan mempunyai gambaran
jelas berkenaan dengan tingkah laku yang diingini.
b. Peserta didik mempunyai peluang mencoba tingkah laku yang baru.
c. Peserta didik membutuhkan bahan-bahan pembelajaran yang dapat membantu
kebutuhannya.
Proses belajar bagi orang dewasa memerlukan kehadiran orang lain yang
mampu berperan sebagai pembimbing belajar bukan cenderung digurui, orang
dewasa cenderung ingin belajar bukan berguru. Orang dewasa tumbuh sebagai
pribadi dan memiliki kematangan konsep diri, mengalami perubahan psikologis dan
ketergantungan yang terjadi pada masa kanak-kanak menjadi kemandirian untuk
mengarahkan diri sendiri, sehingga proses pembelajaran orang dewasa harus
memperhatikan karakteristik orang dewasa.
Karakteristik orang dewasa menurut Knowles (1986) berbeda asumsinya
dibandingkan dengan anak-anak. Asumsi yang dimaksud adalah:
a. Konsep dirinya bergerak dari seorang pribadi yang bergantung kearah pribadi
yang mandiri.
b. Manusia mengakumulasi banyak pengalaman yang diperolehnya sehingga
menjadi sumber belajar yang berkembang.
c. Kesiapan belajar manusia secara meningkat diorientasikan pada tugas
perkembangan peranan sosial yang dibawanya.
d. Perspektif waktunya berubah dari suatu pengetahuan yang tertunda
penerapannya menjadi penerapan yang segera, orientasi belajarnya dari yang
terpusat pada pelajaran beralih menjadi terpusat pada masalah.
Terdapat beberapa pengandaian pembelajaran orang dewasa yang diberikan oleh
Knowles (1986), yakni:
33
Wahono, Imsiyah, and Setiawan, p. 45.

15
a. Orang dewasa perlu tahu mengapa mereka perlu belajar. Orang dewasa ingin
dan berkecenderungan bertindak sesuai dengan keinginan sendiri apabila
mereka semakin matang, walaupun ada saatnya mereka bergantung pada orang
lain.
b. Orang dewasa perlu belajar melalui pengalaman. Pengalaman orang dewasa
adalah sumber pembelajaran yang penting. Pembelajaran mereka lebih
berkesan melalui teknik-teknik berasaskan pengalaman seperti perbincangan
dan penyelesaian masalah.
c. Orang dewasa belajar berdasarkan pemusatan masalah. Orang dewasa
sadarakan kebutuhan pembelajaran secara khusus melalui masalah-masalah
kehidupan yang sebenarnya. Oleh karena itu, program-program pendidikan
orang dewasa sepatutnya dirancang sesuai kebutuhan hidupnya dan disusun
dengan melibatkan mereka.
d. Orang dewasa belajar dengan lebih berkesan apabila topic itu bernilai. Orang
dewasa belajar bersungguh-sungguh bagi menguasai suatu pengetahuan
ataupun keterampilan bagi kebutuhan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran
orang dewasa berpusat pada target pencapaian. Kesungguhan orang dewasa
menguasai suatu keterampilan ataupun pengetahuan adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Model Andragogi dibentuk berdasarkan andaian-andaian
di atas.
e. Kebutuhan untuk memenuhi rasa ingin tahu. Orang dewasa perlu tahu mengapa
mereka perlu belajar, Tough (1979) mendapati apabila orang dewasa
berkemampuan untuk belajar dan memperoleh manfaat dari pada
pembelajarannya dan menyadari keburukan apabila tidak mempelajarinya.
Peranan fasilitator di sini adalah untuk menyadarkan peserta didik tentang
kebutuhan untuk memenuhi rasa ingin tahu, "need to know".
f. Kebutuhan untuk menyempurnakan dirinya. Orang dewasa mempunyai
kemampuan dalam menilai diri sendiri, menentukan keputusan dan
menentukan arah hidup mereka sendiri, orang dewasa juga mampu

16
membangunkan kondisi psikologi mereka untuk mendapatkan perhatian dan
penghargaan dari orang lain.
g. Peranan pengalaman. Orang dewasa memiliki pengalaman yang berbeda-beda,
sesuai dengan latar belakang, cara pembelajaran, kebutuhan, pencapaian dan
minat. Kaidah pembelajaran yang sering digunakan adalah perbincangan
kumpulan, penyelesaian masalah dan bertukar pengalaman.
h. Kesediaan belajar. Orang dewasa bersedia untuk belajar pada perkara yang
perlu diketahui dan dipelajari oleh mereka dan mengaitkan apa yang dipelajari
dengan realitas kehidupan. Kesediaan belajar ini penting bagi diri sendiri.
i. Orientasi pembelajaran. Orang dewasa belajar berdasarkan orientasi
kehidupan, berbeda dengan anak-anak yang tertumpu pada pelajaran atau
berpusatkan subjek. Setiap perkara yang dipelajari adalah berkaitan dengan
hidup mereka.
j. Peranan motivasi. Orang dewasa mendapat motivasi dari dorongan luar (seperti
kenaikan pangkat, gaji tinggi), tetapi faktor pendorong dari dalam lebih
berpengaruh (seperti kualitas kehidupan, penghargaan).
Berdasarkan ringkasan prinsip-prinsip yang diberikan oleh beberapa tokoh di atas,
dapat disimpulkan bahwa prinsip pembelajaran orang dewasa adalah:
a. Pembelajaran orang dewasa sangat berbeda dengan pembelajaran anak-anak.
Kaidah pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran orang dewasa
adalah perbincangan kumpulan, penyelesaian masalah dan bertukar
pengalaman.
b. Orang dewasa belajar dengan lebih baik apabila mereka terlibat secara aktif
dalam proses merancang, menilai dan melaksanakan proses pembelajaran yang
mereka ikuti.
c. Orang dewasa belajar dengan lebih berkesan apabila topic itu bernilai, serta
mampu membantu permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan dan
pekerjaan mereka sehari- hari.

17
d. Orang dewasa belajar dengan baik apabila mereka mempunyai motivasi
berubah, self-discovered atau mempunyai keterampilan dan strategi spesifik.

3. Pengajaran Yang Dibedakan


Differentiated Instruction merupakan suatu proses pembelajaran dimana
guru atau melakukan pembelajaran dengan cara menyesuaikan instruksi dan
penilaian untuk setiap perbedaan karakteristik peserta didik. Differentiated
Instructions memungkinkan semua siswa untuk mengakses kurikulum kelas yang
sama dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Differentiated Instructions juga
mempertimbangkan perbedaan kebutuhan peserta didik untuk mencapai tujuan
belajar yang maksimal. Dengan merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan siswa, diharapkan kesulitan yang dialami siswa dapat teratasi,
sehingga motivasi belajarnya tinggi. Pembelajaran yang melibatkan siswa dengan
motivasi tinggi, akan membangun karakter positif yang kuat dalam diri siswa.Guru
harus menyiapkan materi yang bervariasi untuk kelompok-kelompok yang ada.
Minimal kita membentuk tiga kelompok siswa. Satu kelompok siswa yang mandiri,
satu kelompok siswa yang lumayan, dan sisanya satu kelompok siswa yang
memerlukan bimbingan penuh.34

D. Penggunaan Teknologi Dalam Pendidikan

1. Teknologi Untuk Pengajaran


Upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan senantiasa dicari,
diteliti dan diupayakan melalui kajian berbagai komponen pendidikan. Dalam
meningkatkan proses dan hasil belajar para siswa sebagai salah satu indikator
kualitas pendidikan, perbaikan dan penyempurnaan sistem pengajaran merupakan
upaya yang langsung dan paling realitas. Upaya tersebut diarahkan kepada kualitas
pengajaran sebagai suatu proses yang diharapkan dapat menghasilkan kualitas
belajar para siswa. Teknologi pengajaran adalah salah satu upaya yang dapat
34
Imam Gunawan and Anggarini Retno Palupi, ‘Taksonomi Bloom–Revisi Ranah Kognitif: Kerangka
Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, Dan Penilaian’, Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan
Dasar Dan Pembelajaran, 2.02 (2016).

18
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pengajaran dengan bertolak dari pandangan
bahwa pendidikan dan pengajaran merupakan suatu sistem . Demikian pula
teknologi pengajaran dapat memberikan alternatif terhadap rancangan program
pengajaran dan strategi pelaksanaanya. Dalam buku ini dikemukakan aspek – aspek
tersebut dengan harapan dapat membantu memperluas pandangan para guru dan
calon guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar.35

2. Teknologi Untuk Pembelajaran


Teknologi pembelajaran terdiri dari Desain, Pengembangan, Pemanfaatan,
Pengelolaan dan Penilaian.
a. Desain Sistem Pembelajaran
Desain sistem pembelajaran adalah prosedur yang terorganisasi tersusun
dari penganalisaan (proses perumusaan apa yang dipelajari), perancangan
(proses penjabaran bagaimana cara mempelajarinya), pengembangan (proses
penulisan dan pembuatan atau produksi bahan pelajaran), penerapan/aplikasi
(pemanfaatan bahan serta strategi) dan penilaian (proses penetapan ketepatan
pembelajaran).Desain Sistem Pembelajaran disebut juga prosedur linier serta
interaktif yang menuntut kecermatan dan kemantapan. Berperan sebagai alat
untuk saling mengontrol, semua tahap pertahap tersebut harus tuntas. Proses
sama makna dengan produk, sebab kepercayaan atas produk berlandaskan pada
proses.36
Desain Pesan; merupakan perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik
dari pesan sehingga terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima, dengan
memperhatikan kaidah perhatian, persepsi, dan daya tangkap. Pesan pada bentuk
isyarat, atau simbol yang tercapai perubahan perilaku kognitif, afektif dan
psikomotor. Desain pesan berkaitan dengan berbagai mikro, seperti : bahan
visual, urutan, halaman dan layar secara terpisah.

35
Saedah Siraj and Mohd Paris Saleh, ‘Aplikasi Teknologi Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran
Peringkat Sekolah Menengah: Jangkaan Masa Depan’, Jurnal Pendidikan, 23 (2003), 123–39.
36
Murtiyani.

19
Desain harus bersifat spesifik, baik dari media maupun tugas belajarnya.
desain pesan akan berlainan, bergantung pada jenis medianya, apakah bersifat
statis, dinamis atau kombinasi keduanya (misalnya, suatu potret, film, atau
grafik komputer). Serta apakah tugas belajarnya terhadap pembentukan konsep,
pengembangan sikap, pengembangan keterampilan, strategi belajar atau hafalan.
Strategi Pembelajaran; yaitu spesifikasi untuk menyeleksi serta peristiwa belajar
atau kegiatan belajar dalam suatu pelajaran.Konsep tentang strategi
pembelajaran meliputi situasi belajar dan komponen belajar/mengajar. Seorang
desainer menggunakan konsep atau komponen strategi pembelajaran sebagai
prinsip teknologi pembelajaran.
Dalam menerapkan suatu strategi pembelajaran bergantung pada situasi
belajar, sifat materi dan jenis belajar yang dikehendaki. Karakteristik
Pembelajar, yaitu aspek latar belakang pengalaman pembelajar yang
mempengaruhi terhadap efektivitas proses belajarnya. Karaketeristik pembelajar
meliputi kondisi sosio-psiko-fisik pembelajar. Secara psikologis, yang perlu
memperoleh minat dari ciri pembelajar yaitu berkaitan dengan dengan
kemampuannya (ability), baik yang bersifat potensial maupun kecakapan nyata
dan kepribadiannya, seperti, sikap, emosi, motivasi serta bagian kepribadian
lainnya.
b. Pengembangan
proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik, di
dalamnya meliputi : teknologi cetak, teknologi audio-visual, teknologi berbasis
komputer, teknologi terpadu.Teknologi Cetak merupakan cara untuk
membuat atau menyampaikan bahan, seperti :buku, bahan visual yang
statis, terutama melalui pencetakan mekanis atau photografis. Teknologi
sebagai pijakan untuk pengembangan serta pemanfaatan dari kebanyakan bahan
pembelajaran lain. Hasil teknologi ini berupa cetakan. Teks yang ditayangkan
pada komputer adalah suatu contoh penggunaan teknologi komputer untuk
produksi. Tatkala teks tersebut dicetak berisi format “cetakan” guna keperluan

20
pembelajaran merupakan contoh penyampaian dalam bentuk teknologi cetak.
Bahan teks verbal dan visual merupakan bagian dari teknologi tersebut. Teori
persepsi visual, teori membaca, pengolahan informasi oleh manusia dan teori
belajar merupakan pengembangan dari pembelajaran.37
Teknologi cetak/visual mempunyai ciri yakni : teks dibaca secara linier,
kemudian visual direkam menurut ruang, keduanya biasanya memberikan
komunikasi satu arah yang pasif, keduanya berbentuk visual yang statis;
pengembangannya sangat bergantung kepada kaidah linguistik serta persepsi
visual, keduanya berpusat pada pembelajar, informasi dapat diorganisasikan dan
distrukturkan kembali oleh pemakai. Teknologi perangkat Audio-Visual;
merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan
peralatan dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual.
Pembelajaran audio-visual bisa digunakan dengan gampang karena
menggunakan perangkat keras di dalam proses pengajaran. Sarana audio-visual
memguatkan pemroyeksian gambar hidup, pemutaran kembali suara, serta
penayangan visual yang beukuran besar. Pembelajaran audio-visual diartikan
sebagai produksi serta pemanfaatan bahan yang berkaitan dengan pembelajaran
melalui penglihatan dan pendengaran yang secara eksklusif tidak selalu harus
bergantung kepada pemahaman kata-kata dan simbol-simbol sejenis.
Teknologi audio-visual mempunyai karakteristik sebagai berikut :
bersifat linier, menampilkan visual yang dinamis, secara unik digunakan
menurut cara yang sebelumnya telah ditentukan oleh desainer/pengembang,
bentuk representasi fisik dari gagasan yang riil serta abstrak, dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip psikologi tingkah laku kognitif, sering berpusat
pada pendidik, kurang memperhatikan interaktivitas belajar si pembelajar.
Teknologi Berbasis Informatika; adalah model menciptakan serta

37
Endang Mulyatiningsih, ‘Pengembangan Model Pembelajaran’, Diakses Dari Http://Staff. Uny. Ac.
Id/Sites/Default/Files/Pengabdian/Dra-Endang-Mulyatiningsih-Mpd/7cpengembangan-Model-
Pembelajaran. Pdf. Pada September, 2016.

21
menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada
mikroprosesor.
Pada dasarnya, teknologi berbasis komputer menyampaikan informasi
kepada pembelajar pada tayangan di layar monitor. Beraneka ragam aplikasi
komputer biasanya disebut “computer-based instruction (CBI)”, “computer
assisted instruction (CAI)”, atau “computer-managed instruction
(CMI)”.Aplikasi-aplikasi ini hampir seluruhnya dikembangkan berdasarkan
teori perilaku dan pembelajaran terprogram, akan tetapi sekarang lebih banyak
berlandaskan pada teori kognitif. Aplikasi-aplikasi tersebut dapat bersifat :
tutorial, pembelajaran utama diberikan, latihan dan pengulangan untuk
membantu pembelajar mengembangkan kefasihan dalam bahan yang telah
dipelajari sebelumnya, permainan dan simulasi untuk memberi kesempatan
menggunakan pengetahuan yang baru dipelajari, dan sumber data yang
memungkinkan pembelajar untuk mengakses sendiri susunan data melalui
tata cara pengakasesan (protocol) data yang ditentukan secara eksternal.
Teknologi Terpadu; merupakan cara untuk memproduksi dan
menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang
dikendalikan komputer. Keistimewaan yang ditampilkan oleh teknologi ini,–
khususnya dengan menggunakan komputer dengan spesifikasi tinggi, yakni
adanya interaktivitas pembelajar yang tinggi dengan berbagai macam sumber
belajar. Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks
pengalaman Pembelajar, relevan dengan kondisi pembelajar, dan di bawah
kendali pembelajar. Prinsip-prinsip ilmu kognitif dan konstruktivisme
diterapkan dalam pengembangan dan pemanfaatan bahan pembelajaran. Belajar
dipusatkan dan diorganisasikan menurut pengetahuan kognitif sehingga
pengetahuan terbentuk pada saat digunakan.
c. Pemanfaatan
aktivitas meliputi proses serta sumber untuk belajar. Pemanfaatan sangat
perlu untuk kaitan antara pembelajar dengan bahan atau sistem pembelajaran.

22
Stakeholder yang menggunakan pemanfaatan mempunyai tanggung jawab
untuk mencocokkan pembelajar dengan bahan dan aktivitas yang spesifik,
menyiapkan pembelajar agar dapat berinteraksi dengan bahan dan aktivitas
yang dipilih, memberikan bimbingan selama kegiatan, memberikan penilaian
atas hasil yang dicapai pembelajar, serta memasukannya ke dalam prosedur
oragnisasi yang berkelanjutan.38
Pemanfaatan Media; yakni penggunaan yang sistematis serta sumber
belajar. Proses pemanfaatan media bagian proses pengambilan keputusan
berdasarkan pada spesifikasi desain pembelajaran. Umpamanya bagaimana
suatu film diperkenalkan atau ditindaklanjuti dan dipolakan sesuai dengan
bentuk belajar yang diinginkan. Kaidah pemanfaatan juga dikaitkan dengan
karakteristik pembelajar. Pembelajar yang belajar mungkin memerlukan
bantuan keterampilan visual atau verbal agar dapat menarik keuntungan dari
praktek atau sumber belajar.
d. Pengelolaan
mencakup antara lain : perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian
serta supervisi. Pengelolaan meliputi administrasi pusat media, program media
dan pelayanan media. Perpaduan perpustakaan dengan program media
membuahkan pusat dan ahli media sekolah. Program media satuan pendidikan
ini menggabungkan bahan cetak dan non cetak sehingga mengakibatkan
peningkatan penggunaan sumber teknologikal dalam kurikulum. Kesuksesan
sistem pembelajaran jarak jauh bergantung pada pengelolaannya, karena lokasi
yang menyebar. Perkembangan teknologi baru, dimungkinkan tersedianya cara
baru untuk mendapatkan informasi. Peningkatan pengetahuan tentang
pengelolaan informasi menjadi sangat potensial. Landasan teoritis pengelolaan
informasi berasal dari disiplin ilmu informasi. Hasil dari informasi membuka
banyak kemungkinan untuk desain pembelajaran, khususnya dalam

38
Iwan Falahudin, ‘Pemanfaatan Media Dalam Pembelajaran’, Jurnal Lingkar Widyaiswara, 1.4 (2014),
104–17.

23
pengembangan dan implementasi kurikulum dan pembelajaran yang dirancang
sendiri.39
e. Penilaian
proses penentuan kecukupan pembelajaran yang meliputi: analisis
masalah,pengukuran acuan, penilaian formatif, dan penilaian sumatif. Tujuan
dan fungsi sistem penilaian di sekolah pada dasarnya dapat diklasifikasikan
menjadi 4 (empat) kategori: Memberikan umpan balik (feed back) kepada
peserta didik sebagai dasar untuk perbaikan proses pembelajaran dan
penyelenggaraan program remedial peserta didik, Untuk mengetahui kemajuan /
pembelajaran Hasil setiap peserta didik dituntut antara lain memberikan laporan
kepada orang tua peserta didik, menentukan promosi kelas dan menentukan
lulus tidaknya peserta didik. Menempatkan peserta didik pada situasi
pembelajaran yang sesuai, sesuai dengan tingkat kemampuan (karakteristik)
peserta didik lainnya. Memiliki, Mengetahui latar belakang latar belakang
(psikologi, fisik, dan lingkungan) peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar yang hasilnya dapat dijadikan dasar untuk memecahkan kesulitan
tersebut.40
3. Televisi Pembelajaran Dan Selipan Multimedia
Televisi merupakan media elektronik yang mampu menayangkan gambar
bergerak atau video. Perangkat televisi saat ini sangat mudah ditemukan dan sudah
menjadi perangkat rumah tangga yang wajib dimiliki setiap rumah dan keluarga.
Televisi mampu menyampaikan informasi dan pesan melalui siaran langsung
maupun siaran yang telah terprogram. Acara atau program TV yang paling
digemari saat ini tentunya adalah acara yang bertemakan hiburan.Selain acara yang
bertema hiburan, televisi juga mampu menyiarkan acara-acara yang mendidik
seperti pengetahuan atau sains. Dengan kemampuan ini, maka televisi dapat

39
Karden Eddy Sontang Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup (Kencana, 2018).
40
Hari Setiadi, ‘Pelaksanaan Penilaian Pada Kurikulum 2013’, Jurnal Penelitian Dan Evaluasi
Pendidikan, 20.2 (2016), 166–78.

24
dimanfaatkan sebagai salah satu sumber atau media pembelajaran. Siaran televisi
bahkan juga dapat diprogram untuk membahas dan menayangkan siaran tentang
materi pembelajaran tertentu. TV-E (TV Edukasi) merupakan contoh stasiun TV di
Indonesia yang menyajikan siaran-siaran yang membahas materi pembelajaran.41
Beberapa stasiun televisi mengkhususkan siarannya untuk tema tertentu saja
misalnya berita dan informasi saja atau film saja. TV-E yang sudah disebutkan tadi
mengkhususkan program siarannya untuk siaran dengan topik-topik pendidikan dan
pembelajaran, jenis stasiun televisi ini dinamakan dengan Televisi Pendidikan. Di
Indonesia sebenarnya tak hanya TV-E saja yang berperan sebagai televisi
pendidikan, beberapa kampus juga sudah memiliki stasiun televisi mandiri yang
dikhususkan untuk mendukung proses pembelajaran atau perkuliahan.
Penerapan televisi sebagai media pembelajaran dapat sangat membantu
penyampaian materi pembelajaran. Peserta didik atau siswa bisa mendapatkan
alternatif media pembelajaran baru yang tidak biasa sehingga pembelajaran yang
dilakukan tidak monoton. Banyak juga peserta didik yang mampu mengambil
informasi atau pengetahuan ekstra dari penggunaan televisi sebagai media
pembelajaran.
Beberapa keuntungan dari penggunaan televisi sebagai media pembelajaran antara
lain adalah:42
1) Televisi dapat memancarkan berbagai jenis bahan audio-visual termasuk
gambar-gambar diam, film, objek, spesimen, dan drama.
2) Televisi bisa menyajikan model dan contoh-contoh yang baik bagi siswa.
3) Televisi dapat membawa dunia nyata ke rumah dan ke kelas-kelas, seperti orang,
tempat-tempat, dan peristiwa melalui penyiaran langsung atau rekaman.
4) Televisi dapat memberikan kepada siswa peluang untuk melihat dan
mendengarkan diri-sendiri.
41
Fermina Fermina, ‘Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Metode Edutainment Pada Mata Pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam’ (Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, 2021).
42
Erma Suryani, ‘Televisi Sebagai Media Pembelajaran’, Jurnal Riset Kajian Teknologi Dan Lingkungan,
1.1 (2018), 62–65.

25
5) Televisi dapat menyajikan program-program yang dapat dipahami oleh siswa
dengan usia dan tingkatan pendidikan yang berbeda-beda.
6) Televisi dapat menyajikan visual dan suara yang amat sulit diperoleh pada dunia
nyata.
7) Televisi dapat menghemat waktu guru dan siswa, disamping itu televisi
merupakan cara yang ekonomis untuk menjangkau sejumlah besar siswa pada
lokasi yang berbeda-beda untuk penyajian yang bersamaan.
Keberadaan perangkat televisi yang sangat banyak dan mudah ditemukan
semakin mempermudah dalam penggunaan televisi untuk media pembelajaran.
Dengan adanya televisi dirumah-rumah menjadikan peserta didik juga dapat belajar
ekstra dirumah. Setelah banyaknya perangkat dan pengguna televisi maka
selanjutnya adalah memperbanyak produksi siaran televisi yang ditujukan untuk
pendidikan dan pembelajaran.
Semakin mudah peserta didik mengakses informasi dan materi
pembelajaran, maka tujuan pembelajaran akan juga semakin mudah dicapai.
Dengan memanfaatkan perangkat sekitar yang mudah ditemukan sebagai media
pembelajaran tentunya menjadikan semakin mempermudah penyampaian materi
pembelajaran. Tentunya pemilihan dan penentuan media pembelajaran harus
memperhatikan prinsip-prinsip tertentu dalam menentukan media pembelajaran
yang baik dan tepat.
4. Papan tulis Interaksi
Papan tulis interaktif adalah papan tulis digital yang memiliki layar sensitif
bila disentuh dan bekerja mirip dengan sistem komputer, karena papan tulis ini
dapat menyimpan informasi yang pernah ditulis diatasnya. Papan tulis interaktif
adalah salah satu aplikasi teknologi layar sentuh.Papan tulis interaktif banyak
digunakan sebagai media presentasi. Teknologi papan tulis interaktif
memungkinkan terjadinya perekaman presentasi dan pengoreksian apabila terjadi
kesalahan. Papan tulis interaktif juga dapat melakukan ”Presentasi Konferensi”,
yaitu presentasi yang dapat berlangsung bersamaan di dua lokasi atau lebih. Dalam

26
Presentasi Konferensi, pengoreksian terhadap presentasi yang berlangsung dapat
dilakukan melalui media Papan Tulis Interaktif.43
a. Cara kerja
Papan tulis interaktif bekerja layaknya komputer. Papan tulis akan
dihubungkan ke suatu layar/LCD yang lebih besar(proyektor). Cara
mengoperasikan dengan alat yang dikenal sebagai pena tanpa tinta. Pena tanpa
tinta sebagai mouse (dalam laptop) dan LCD pada papan tulis interaktif sebagai
layar monitor. Pena tanpa tinta sebagai alat tulis di sini memiliki dua fungsi.
Pertama, pena diprogram dapat menampilkan warna yang berbeda (layaknya
pena biasa), antara lain biru, hitam, merah, dan hijau. Kedua, pena juga
berfungsi sebagai penghapus. Ketika telah tersambung dengan komputer dan
proyektor, papan tulis ini dapat langsung bekerja.
Papan Tulis Interaktif, merupakan sebuah papan tulis besar yang
menggunakan teknologi sentuh untuk mendeteksi input pengguna (misalnya
interaksi bergulir) yang setara dengan perangkat input PC biasa, seperti mouse
atau keyboard. Sebuah proyektor digunakan untuk menampilkan video output
komputer ke papan tulis, yang kemudian bertindak sebagai layar sentuh besar.
Papan tulis interaktif biasanya telah disediakan pula alat-alat tulis digital yang
menggunakan pena tanpa tinta atau pena digital, menggantikan alat tulis papan
tulis tradisional, spidol. Pena tanpa tinta ini bekerja dengan menggunakan
digitizer aktif yang mengontrol PC/laptop guna masukan informasi untuk
kemampuan menulis seperti menggambar atau tulisan tangan.Ada juga tombol
yang meluncurkan popup keyboard dan mouse kanan menu klik untuk lebih
banyak pilihan input. Papan tulis interaktif biasanya dipasang di dinding atau
lantai berdiri dan digunakan agar dapat difungsikan oleh seseorang.
b. Perangkat Lunak notebook

43
Teguh Sutanto, Norma Ningsih, and Endra Rahmawati, ‘LP: Papan Tulis Virtual Berbasis Tablet PC
Android Untuk Meningkatkan Interaksi Guru Dan Murid Dalam Pembelajaran Di Dalam Dan Di Luar
Kelas’, 2018.

27
Perangkat lunak notebook adalah bentuk pengiriman konten yang
memberikan akses bagi pengguna secara interaktif, konten multimedia dan alat
untuk mengedit, menyimpan dan berbagi konten. Perangkat lunak notebook
juga memiliki fitur pengenalan tulisan tangan yang mengkonversi tulisan
tangan menjadi teks. Cara kerja dari perangkat lunak notebook dengan
membagi layar menjadi dua bagian: ruang penulisan dan kolom tab. Ada tiga
tab: Halaman Sorter, untuk melihat dan mengatur halaman thumbnail
Notebook; Galeri, untuk mengakses dan menyimpan gambar, suara, film,
animasi dan file teks, dan Lampiran, untuk memasang file, cara pintas, dan link
yang kemudian dapat diakses selama presentasi. Pengguna perangkat lunak
notebook dapat membuat halaman multi-dokumen dan presentasi interaktif
dengan menyeret konten dan halaman antara ruang dan ruang penulisan tab
tanpa meninggalkan aplikasi. Pengguna dapat membuat konten mereka sendiri,
atau menggunakan konten dari galeri. Perangkat lunak inilah yang mengatur
bagaimana kinerja dari papan tulis interaktif, bagaimanasistem operasi yang
bekerja.
c. Teknologi resititif
Papan tulis interaktif adalah suatu teknologi yang resititif. Papan tulis
interaktif terdiri dari halaman depan dari plastik yang fleksibel dan sebuah
papan keras. Punggung dari halaman fleksibel ini dan bagian depan dari papan
tulis masing-masing terdiri dari film yang resititif. Bagian resititif ini
dipisahkan oleh ruang udara selebar kurang lebih 1 inci. Tekanan yang ada di
halaman depan ketika menuliskan sesuatu akan mengurangi jarak
pisah,sehingga sinyal berupa kode akan diterima dari pusat data dan kemudian
dikirim ke komputer tempat presentasi (misal) dilakukan. Proses ini dapat
dilakukan menggunakan jari, pena tanpa tinta, atau alat lainnya yang
mendukung
d. Fitur-fitur

28
Papan tulis interaktif memiliki beberapa fitur dalam penggunaannya,
antara lain:
1) Perangkat lunak yang memiliki kemampuan perekaman selama proses
presentasi berlangsung. Perekaman yang dilakukan antara lain suara
pelaku presentasi (presenter), juga materi-materi presentasi, baik yang
sudah ada, atau yang telah mengalami proses pengeditan.
2) Kemampuan melakukan Konferensi Presentasi
3) Teknologi zoom interaktif
4) Karena teknologi tinggi yang terdapat di dalamnya, ia mampu mengubah
tulisan tangan menjadi tulisan teks pada layar komputer (LCD). Ketika
ingin mengubah, mengedit presentasi, data, dll, dapat dilakukan langsung
pada layar LCD papan tulis interaktif, tanpa harus menggunakan
PC/laptop.
5) Selain menjadi teks, papan tulis juga dapat mengubah tulisan tangan ke
bentuk gambar. Misalnya, berupa tanda tangan. Bisa langsung pada layar
LCD papan tulis interaktif tanpa harus mencetak terlebih dahulu dokumen
presentasi tersebut.
6) Teknologi Sistem Pemotongan. Sistem ini mampu memotong suatu tulisan
yang ada dalam layar LCD papan tulis interaktif.
e. Teknologi Digital Lihat-Sentuh
Teknologi ini dikenal dengan nama touchscreen. Papan tulis
interaktif menggunakan teknologi ini dimana pengguna dapat menyentuh
muka (layar) papan tulis untuk mengontrol segala aplikasi yang ada pada
komputer atau menulis di layar tersebut. Kamera digital (dalam layar papan
tulis interaktif) dan perangkat lunak di dalamnya dapat mendeteksi setiap
sentuhan jari atau pena tanpa tinta yang digunakan dan ia akan diubah
secara otomatis menjadi layaknya mouse di komputer.
f. Pena Tanpa Tinta

29
Pena tanpa tinta merupakan alat tulis yang digunakan untuk
pengoperasian papan tulis interaktif. Pena tanpa tinta yang digunakan
memiliki komponen elektronik tertentu, bukan tinta. Ketika pena tersebut
dipindah, sensor optis akan mengakui keberadaannya. Setiap goresan dari
pena tinta akan muncul dalam layar yang terhubung dengan komputer
(LCD). Perangkat lunak dari papan tulis interaktif telah memiliki
kemampuan untuk membedakan warna yang muncul dari pena tersebut.
Warna itu antara lain hitam, biru, merah, dan hijau. Pena dapat digunakan
sesuai dengan warna yang diinginkan ketika ia dipindah dari slot-nya
masing-masing. Selain warna, pena juga berfungsi sebagai penghapus ketika
posisinya diubah. Pena ini juga terdiri dari dua tombol, jika pengguna
menekannya maka fungsi yang akan muncul adalah copy, cut, paste, select
all, dan sebagainya.
g. Perangkat Lunak
Beberapa perangkat lunak dari sistem operasi yang digunakan oleh
papan tulis interaktif antara lain adalah Windows XP, Mac, Linux, Solaris,
dan SGI (IRIX).
h. Peralatan
Peralatan papan tulis interaktif terdiri dari tombol start, lampu
penanda (spotlight), layar, keyboard, perangkat lunak, video player dan
perekam. Fungsi kamera untuk mendokumentasikan gambar dan
mengaplikasikannya ke bagian papan tulis interaktif. Suatu peralatan papan
tulis interaktif memampukan pengguna untuk menulis di atas papan dengan
menggunakan pena, kemudian memperlihatkannya di layar.
i. Aplikasi
Papan tulis interaktif dapat bekerja dengan perangkat lunak yang
tersedia dalam komputer, laptop atau PC, yang telah dihubungkan
sebelumnya ke papan tulis interaktif tersebut. Aplikasi yang biasa
digunakan antara lain Microsoft PowerPoint, Excel, Word, dan AutoCAD.

30
5. Teknologi Untuk administrasi
Inovasi pertama yang mempengaruhi teknologi Administrasi Publik
menyangkut cara berkomunikasi dengan warga. Setiap badan publik tentu harus
menghadapi kenyataan bahwa orang berharap untuk menemukan semua informasi
yang mereka butuhkan di internet dan sosial. Web dan platform sosial adalah
sumber informasi paling populer kedua, hanya didahului oleh televisi. Ini
berpasangan dengan titik data lain yang melengkapi gambaran, bahwa lebih dari
empat dari 10 orang Italia menganggap informasi yang mereka temukan di web dari
Administrasi Publik dapat diandalkan; angka ini melebihi 50% untuk mereka yang
berada dalam kelompok usia 18-54 tahun.44
Administrasi Publik harus dapat menerapkan ini untuk kepentingannya.
Tren penting lainnya di dunia digital (juga berkat penyebaran jejaring sosial) adalah
disintermediasi, dengan kata lain, hilangnya perantara untuk banyak transaksi. Saat
ini, administrasi dapat dengan mudah membuat profil di saluran media sosial
seperti Facebook atau Twitter di mana mereka dapat menyapa warga secara
langsung, sehingga mengurangi jarak yang dirasakan.Hal ini mengurangi jarak
yang dirasakan warga dengan pemerintah mereka dan meningkatkan persepsi
mereka tentang Administrasi Publik, yang memiliki kesempatan untuk lebih
memperhatikan kebutuhan individu dengan menyediakan alat sederhana untuk
merespons dengan cepat masalah dan beradaptasi dengan yang paling umum.
kebiasaan. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah orang Italia yang menggunakan
media sosial semakin meningkat; badan publik harus mulai melakukan hal yang
sama.
Selain itu, penggunaan media sosial memungkinkan Administrasi Publik
untuk mengirimkan pesannya lebih efektif. Namun, saluran tersebut memerlukan
pengelolaan, dan Anda perlu mengetahui cara menggunakannya dengan benar,
sesuai dengan karakteristik khusus saluran, fungsi yang tersedia, dan jenis
44
Dyah Ayu Megawaty and others, ‘Teknologi Dalam Pengelolaan Administrasi Keuangan Komite
Sekolah Untuk Meningkatkan Transparansi Keuangan’, Riau Journal of Empowerment, 4.2 (2021), 95–
104.

31
pengguna yang kemungkinan besar akan terlibat di sana. Dengan kata lain, kita
perlu mengintegrasikan media sosial ke dalam strategi komunikasi yang koheren
dan terintegrasi, di mana setiap saluran dikaitkan dengan tujuan komunikasi yang
berbeda. Jika dicermati lebih jauh, sudah ada beberapa contoh lembaga publik yang
menerapkan strategi ini. Salah satunya adalah kota Trieste Italia. Kota ini tidak
hanya aktif di enam jejaring sosial yang berbeda, tetapi juga berhasil membangun
arus informasi internal dan eksternal yang efektif dan efisien melalui diversifikasi
bahasa dan konten.
Dengan cara ini, setiap saluran memiliki identitas komunikasi yang jelas
dan kota mengembangkan konten editorial khusus untuk masing-masing saluran.
Contoh lain yang sama menariknya adalah Quirinale, rumah pemerintah Italia, yang
memiliki setidaknya empat akun resmi yang digunakan tergantung pada konten
yang akan dibagikan. Menggunakan Twitter untuk memberikan pembaruan tentang
kegiatan Presiden dan Presiden Republik; Instagram digunakan untuk berbagi foto
kegiatan Presiden; saluran Youtube membagikan konten video yang diproduksi
oleh Kantor Pers; itu juga pernah menggunakan Google+ untuk melaporkan berita
tentang kepresidenan dalam bahasa Inggris untuk publik internasional. Dengan
pendekatan ini, tidak hanya pesan dan saluran yang benar-benar digabungkan
sehingga yang satu memperkuat yang lain, tetapi juga memungkinkan untuk
mengejar tujuan yang berbeda pada saat yang sama, menetapkan KPI khusus untuk
setiap saluran.
Jelas, untuk melakukan semua ini, tidak cukup untuk memantau jejaring
sosial, Anda juga membutuhkan seseorang yang mengetahui saluran-saluran ini
dengan sangat baik dan tahu bagaimana memanfaatkan fungsi-fungsi yang tersedia
dengan sebaik-baiknya. Untuk itu, setiap badan publik harus memiliki publik figur
profesional yang berspesialisasi dalam pengelolaan kanal sosial: pengelola media
sosial. Dengan cara ini, struktur komunikasi internal dalam Administrasi Publik
akhirnya dapat diperbarui, mengatasi peran yang terkenal dan sekarang sudah usang
yang diuraikan dalam Undang-Undang 150/2000, yang umumnya menyangkut

32
“disiplin kegiatan informasi dan komunikasi administrasi publik.” Dengan cara ini,
juga dimungkinkan untuk mengubah konsep komunikasi publik, bergerak dari
pendekatan berdasarkan penyiaran dan dialog satu arah ke struktur yang lebih
inovatif yang cocok untuk teknologi baru, di mana hubungan jauh lebih setara dan
pertukaran informasi lebih cair dan langsung.

6. Riset Tentang Pengajaran Dalam Bantuan Komputer


Perkembangan teknologi yang begitu pesat sangat berpengaruh terhadap
dunia pendidikan. Institusi pendidikan yang tidak menerapkan teknologi khususnya
komputer ini akan kalah bersaing. Penggunaan komputer pada sekolah-sekolah
merupakan satu contoh sekolah untuk meningkatkan kualitas institusinya, karena
dengan alat tersebut sebuah sekolah dapat meningkatkan akses, mempercepat
proses dan mengurangi administrasi birokrasi konvensional. Dengan perkembangan
teknologi yang begitu pesat inilah ternyata cukup mempengaruhi tatanan kehidupan
manusia di semua sektor.45

E. Program Pendidikan Yang Tersedia Untuk Siswa Yang Ditempatkan Kedalam


Resiko

1. Program Pendidikan Kompensasi


Kompensasi pendidikan adalah salah satu cara untuk membantu Negara-
negara miskin dan Indonesia bisa menjadi pilot project dengan sistem ini
diterapkan di bagian timur Indonesia yang kaya akan sumber daya alam namun
sedikit tertinggal SDMnya dibandingkan saudara dari Barat. Sehingga
pembangunan dan pemerataan yang kita impikan dengan
pemindahan IKN bisa terwujud.
Proyek IKN nantinya bukan hanya memeratakan ekonomi tapi juga
pendidikan. Infrastruktur yang dibangun bukan hanya untuk proyek mercusuar

45
Gamrina Sagala and others, ‘Perancangan Aplikasi Pembelajaran Pakaian Adat Asli Indonesia Berbasis
Multimedia Dan Web Menerapkan Metode Computer Assisted Instruction (Cai)’, JURIKOM (Jurnal
Riset Komputer), 4.4 (2017).

33
tapi juga pendidikan yang bisa diakses banyak lapisan masyarakat, tidak
hanya kalanganatas.
Investasi dalam jumlah ratusan triliun pada proyek IKN nanti sejatinya
akan membabat
dan menghabiskan beberapasumber daya alam. Indonesia bisa lebih dahulu men
erapkan kompensasi pendidikan berupa fasilitas pendidikan maupun beasiswa
bagi siswa dan guru yang berkualitas.
Bahkan Mendikbud bisa membawa program Merdeka belajarnya
menjadi mendunia yang harus memiliki makna bahwasetiap peserta didik
memiliki mindset untuk bebas dalam belajar setinggi-tingginya dengan cita-cita
yang melangitnamun juga dibarengi dengan pemerataan akses, fasilitas serta
kualitas.

2. Program Intervensi Dini


Program intervensi kami mengintegrasikan terapi ke dalam
kurikulum pengajaran untuk menawarkan kepada anak Anda
pengembangan anak usia dini secara holistik yang bertujuan untuk
membantu anak Anda mencapai kesiapan bersekolah. 46
Monitoring Aktif
Siswa kami menerima evaluasi berkelanjutan oleh ahli terapi
bicara senior di rumah kami untuk melacak kemampuan berbicara,
bahasa, dan komunikasi sosialnya. Siswa kami juga menerima penilaian
dan ulasan berkala yang dilakukan oleh  terapis okupasi kami,
memastikan perkembangan sensorik anak Anda.
Kolaborasi dengan orang tua
Kami percaya bekerja sama dengan Anda untuk memastikan anak
Anda mendapatkan sistem dukungan terbaik. Kami menawarkan umpan

46
Faisal Mubarak And Sofiah Rosyadi, ‘Pemikiran Dan Peradaban Islam Di Masa Rasulullah Saw’, 2021.

34
balik aktif setelah setiap kelas dan memberi Anda pembaruan
berkelanjutan tentang kemajuan anak Anda.

3. Program Reformasi Sekolah Konferhensif

4. Program Usai sekolah Dan sekolah Musim Panas

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

35
DAFTAR PUSTAKA

Alfurqan, Alfurqan, Zulvia Trinova, M Tamrin, And Annisaul Khairat, ‘Membangun


Sebuah Pengajaran Filosofi Personal: Konsep Dari Pengembangan Dan
Pendidikan Dasar’, Tarbiyah Al-Awlad, 10.2 (2020)
Aminullah, Aminullah, Ikram Ikram, Fachrul Chandra, Nur Fitriani, Wasna Wasna,
Misna Misna, And Others, ‘Proses Pembelajaran Selama Masa Pandemi
COVID-19 (Studi Pelaksanaan PLP Dasar)’, Maspul Journal Of Community
Empowerment, 3.1 (2021), 21–26
Ananda, Rusydi, And Tien Rafida, Pengantar Evaluasi Program Pendidikan (Cv.
Pusdikra Mitra Jaya, 2017)
Anggraeni, Poppy, And Aulia Akbar, ‘Kesesuaian Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Dan Proses Pembelajaran’, Jurnal Pesona Dasar, 6.2 (2018)
Ariani, Rizka, And Festiyed Festiyed, ‘Analisis Landasan Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi Pendidikan Dalam Pengembangan Multimedia Interaktif’, Jurnal
Penelitian Pembelajaran Fisika, 5.2 (2019)
Budhiman, Arie, ‘Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter’, 2017
Darya, Komar, And Swasti Ayu Puspitasari, ‘Reputasi KAP, Audit Tenure, Ukuran
Perusahaan Klien Dan Kualitas Audit (Studi Pada Perusahaan LQ 45
Indonesia)’, Jurnal Keuangan Dan Perbankan, 13.2 (2017), 97–109
Dinny, Fujiyanti, ‘Analisis Hasil Pembelajaran Korespondensi: Telaah
Morfosintaksis.’, In Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil
2014/2015 (Unsada, 2015), III
Falah, Irfan Fajrul, ‘Model Pembelajaran Tutorial Sebaya: Telaah Teoritik’, Jurnal
Pendidikan Agama Islam-Ta’lim, 12.2 (2014), 175–86
Falahudin, Iwan, ‘Pemanfaatan Media Dalam Pembelajaran’, Jurnal Lingkar
Widyaiswara, 1.4 (2014), 104–17
Farabi, Nur Ali, ‘Analisis Penerapan Sistem Informasi Zisw Dengan Menggunakan
Metode UTAUT’, IJCIT (Indonesian Journal On Computer And Information
Technology), 1.2 (2016)
Febianti, Yopi Nisa, ‘Peer Teaching (Tutor Sebaya) Sebagai Metode Pembelajaran
Untuk Melatih Siswa Mengajar’, Edunomic Jurnal Pendidikan Ekonomi, 2.2
(2014)
Fermina, Fermina, ‘Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Metode Edutainment Pada
Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam’ (Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya, 2021)
Gunawan, Imam, And Anggarini Retno Palupi, ‘Taksonomi Bloom–Revisi Ranah
Kognitif: Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, Dan Penilaian’,
Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar Dan Pembelajaran, 2.02
(2016)
Herawati, Oktiana Dwi Putra, Rusdy Siroj, And Djahir Basir, ‘Pengaruh
Pembelajaran Problem Posing Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa Kelas Xi Ipa Sma Negeri 6 Palembang’, Jurnal Pendidikan
Matematika, 4.1 (2010)
Kurniawan, Didik, And Dhoriva Urwatul Wustqa, ‘Pengaruh Perhatian Orangtua,
Motivasi Belajar, Dan Lingkungan Sosial Terhadap Prestasi Belajar Matematika
Siswa SMP’, Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 1.2 (2014), 176–87
Kuschithawati, Susy, Rahadyan Magetsari, And Nawi Ng, ‘Faktor Risiko Terjadinya
Cedera Pada Anak Usia Sekolah Dasar’, Berita Kedokteran Masyarakat, 23.3
(2007), 131
Lutvaidah, Ukti, ‘Pengaruh Metode Dan Pendekatan Pembelajaran Terhadap
Penguasaan Konsep Matematika’, Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA,
5.3 (2016)
Manik, Karden Eddy Sontang, Pengelolaan Lingkungan Hidup (Kencana, 2018)
Megawaty, Dyah Ayu, Setiawansyah Setiawansyah, Debby Alita, And Putri Sukma
Dewi, ‘Teknologi Dalam Pengelolaan Administrasi Keuangan Komite Sekolah
Untuk Meningkatkan Transparansi Keuangan’, Riau Journal Of Empowerment,
4.2 (2021), 95–104
MUBARAK, FAISAL, And Sofiah Rosyadi, ‘Pemikiran Dan Peradaban Islam Di
Masa Rasulullah SAW’, 2021
Mukhlis, Abdul, ‘Pembelajaran Tutor Sebaya: Solusi Praktis Dalam Rangka
Menyongsong Pembelajaran Sastra Yang Menyenangkan Bagi Siswa SMP’, JP-

37
BSI (Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia), 1.2 (2016), 68–72
Mulyaningsih, Indrati Endang, ‘Pengaruh Interaksi Sosial Keluarga, Motivasi Belajar,
Dan Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar’, Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan, 20.4 (2014), 441–51
Mulyatiningsih, Endang, ‘Pengembangan Model Pembelajaran’, Diakses Dari
Http://Staff. Uny. Ac. Id/Sites/Default/Files/Pengabdian/Dra-Endang-
Mulyatiningsih-Mpd/7cpengembangan-Model-Pembelajaran. Pdf. Pada
September, 2016
Murtiyani, Siti, ‘Pengaruh Kesempatan Pembelajaran Organisasi, Kualitas
Pengajaran, Dan Orientasi Profesional Pada Hubungan Antara Partisipasi Dosen
Dalam Pengambilan Keputusan Dengan Hasil Belajar Mahasiswa’ (Universitas
Gadjah Mada, 2000)
Nugraha, Muhamad Gina, And Santy Awalliyah, ‘Analisis Gaya Kognitif Field
Dependent Dan Field Independent Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Siswa
Kelas VII’, In Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal), 2016, V,
SNF2016-EER
Persiapan, Tahap, ‘2. Tahapan Penelitian’
Qasim, Muhammad, And Maskiah Maskiah, ‘Perencanaan Pengajaran Dalam
Kegiatan Pembelajaan’, Jurnal Diskursus Islam, 4.3 (2016), 484–92
Ramadhani, Yulia Rizki, Masrul Masrul, Rahmi Ramadhani, Rani Rahim, Andi
Febriana Tamrin, Juliana Santy Daulay, And Others, Metode Dan Teknik
Pembelajaran Inovatif (Yayasan Kita Menulis, 2020)
Rosanti, Diana, ‘Penerapan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan
Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Di SMA Negeri 9 Pontianak’, Jurnal
Pendidikan Matematika Dan IPA, 9.2 (2018), 1–10
Sagala, Gamrina, Mesran Mesran, Dian Utami Sutiksno, Yuhandri Yuhandri, And
Suginam Suginam, ‘Perancangan Aplikasi Pembelajaran Pakaian Adat Asli
Indonesia Berbasis Multimedia Dan Web Menerapkan Metode Computer
Assisted Instruction (Cai)’, JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), 4.4 (2017)

38
Saptono Tata Putranto, NIM030810233N, ‘PEMINDAHAN HAK ATAS
BANGUNAN YANG BERDIRI DI ATAS IZIN PEMAKAIAN TANAH
MELALUI JUAL-BELI’ (UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2010)
Setiadi, Hari, ‘Pelaksanaan Penilaian Pada Kurikulum 2013’, Jurnal Penelitian Dan
Evaluasi Pendidikan, 20.2 (2016), 166–78
Siraj, Saedah, And Mohd Paris Saleh, ‘Aplikasi Teknologi Dalam Pengajaran Dan
Pembelajaran Peringkat Sekolah Menengah: Jangkaan Masa Depan’, Jurnal
Pendidikan, 23 (2003), 123–39
Situmorang, Solida, ‘Desain Pengajaran Yang Alkitabiah’, Kerusso1, 1.1 (2015), 18
Suryani, Erma, ‘Televisi Sebagai Media Pembelajaran’, Jurnal Riset Kajian
Teknologi Dan Lingkungan, 1.1 (2018), 62–65
Sutanto, Teguh, Norma Ningsih, And Endra Rahmawati, ‘LP: Papan Tulis Virtual
Berbasis Tablet PC Android Untuk Meningkatkan Interaksi Guru Dan Murid
Dalam Pembelajaran Di Dalam Dan Di Luar Kelas’, 2018
Umar, Husein, Evaluasi Kinerja Perusahaan (Gramedia Pustaka Utama, 2002)
Wahono, Wahono, Niswatul Imsiyah, And Aris Setiawan, ‘Andragogi: Paradigma
Pembelajaran Orang Dewasa Pada Era Literasi Digital’, Proceeding
Umsurabaya, 2020
Wahyuningsih, Endang Sri, Model Pembelajaran Mastery Learning Upaya
Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa (Deepublish, 2020)
Wibowo, Doddy Hendro, ‘Penerapan Pengelompokan Siswa Berdasarkan Prestasi Di
Jenjang Sekolah Dasar’, Jurnal Psikologi Undip, 14.2 (2015), 148–59
Yuliatun, Yuliyatun, ‘Belajar Membaca Bagi Anak Usia Dini: Stimulasi
Menumbuhkan Minat Baca Anak’, Thufula: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru
Raudhatul Athfal, 2.1 (2018), 127–48

39

Anda mungkin juga menyukai