Oleh:
KELOMPOK 10
1. FIRDA AMELIA (220101500028)
2. MUHAMMAD SYUKUR (220101502024)
3. DWI ARIESTA (220101502029)
KELAS A13
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala., karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Metode Pembelajaran yang
Berpusat pada Siswa (Student Centered Learning Methods)” ini tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam tak lupa kami curahkan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Nurdin Arsyad selaku Dosen Pengampu
mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika yang telah memberikan arahan dan pemahaman
dalam penyusunan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi penulis dan pembaca tentang
Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa (Student Centered Learning Methods). Kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari penulisan makalah ini masih memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 10
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
ditantang untuk memiliki daya kritis, mampu menganalisis dan dapat memecahkan masalah-
masalahnya sendiri. Student Centered Learning (SCL) menekankan pada minat, kebutuhan
dan kemampuan individu. Model belajar ini dapat mengembangkan kualitas sumber daya
manusia yang dibutuhkan masyarakat seperti kreativitas, kepemimpinan, rasa percaya diri,
kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam berpikir, kemampuan berkomunikasi dan
bekerja dalam tim, serta wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi terhadap perubahan
dan perkembangan zaman.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
a) Tanggung jawab, yaitu siswa mempunyai tanggungjawab pada pelajarannya. Dengan
memberi kesempatan kepada siswa untuk mempunyai tanggung jawab pada
pelajarannya, siswa diharapkan akan lebih berusaha dan lebih termotivasi dalam
memaknai pelajarannya.
b) Peran serta, yaitu siswa harus berperan aktif dalam pembelajaran. Dengan memberi
kesempatan kepada siswa untuk berperan serta dalam pembelajaran, diharapkan siswa
dapat mengembangkan potensinya secara maksimal sehingga mendorong
bertumbuhnya kreativitas dan inovasi.
c) Keadilan, yaitu semua siswa mempunyai hak yang sama untuk tumbuh dan
berkembang. Dengan kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang tersebut
akan menutup keunggulan hanya didominasi mahasiswa tertentu saja dan diharapkan
semua siswa dapat bersama-sama berhasil mencapai tujuan secara maksimal.
d) Mandiri, yaitu semua siswa harus mengembangkan segala kecerdasannya (intelektual,
emosi, moral, dan sebagainya) karena guru hanya fasilitator dan narasumber (mitra
belajar).
e) Berfikir kritis dan kreatif, yaitu siswa harus menggunakan segala kecerdasan intelektual
dan emosinya yang berwujud kreativitas, inovasi, dan analisa untuk mengatasi berbagai
tantangan yang dihadapi karena siswa akan mengalami perpaduan antara prakonsepsi
dan konsepsi.
f) Komunikatif, yaitu siswa harus menggunakan kemampuannya berkomunikasi baik
lisan maupun tertulis karena boleh jadi siswa melihat konsep dengan cara yang berbeda
sebagai hasil pengalaman hidupnya, sehingga diperlukan media dan sarana yang efektif
untuk menyamakan presepsi.
g) Kerjasama, yaitu kondisi dimana para siswa dapat saling bersinergi dan saling
mendukung pencapaian keberhasilan atau tujuan yang ditetapkan dalam pembelajaran.
h) Integritas, yaitu siswa harus menunjukkan perilaku moralitas tinggi, dan percaya diri
dalam melaksanakan segala sesuatu yang diyakininya dalam situasi apapun.
5
d) Antusiastik
Pembelajaran antusiastik dimaksudkan agar siswa dapat aktif dan antusias untuk
berusaha mencapai tujuan yang diinginkan.
e) Dialogis
Siswa mendapatkan pengetahuan yang belum ia ketahui dari proses komunikasi baik di
dalam maupun di luar sekolah sehingga menambah skill bersosial dan berdialog.
f) Kontekstual
Pembelajaran secara kontekstual ialah kaidah pembelajaran yang menggabungkan isi
kandungan (content) dengan pengalaman harian individu, masyarakat dan
lingkungan/alam pekerjaan. Pembelajaran secara kontekstual dapat meningkatkan rasa
percaya diri karena dapat memahami hubungan antara teori dan praktik. Pembelajaran
secara kontekstual juga membina pendekatan kerja kelompok untuk menyelesaikan
suatu masalah. Kecakapan praktik/melakukan sesuatu (hands-on) dan berpikir (minds-
on) merupakan asas pendekatan kontekstual.
g) Reflektif
Pembelajaran reflektif dimaksudkan membuat siswa menyadari hal apa saja yang ia
pelajari serta merenungkannya. Hal ini juga merupakan bagian dari proses belajar.
h) Multisensory
Pembelajaran multisensory merupakan kaidah pembelajaran yang melibatkan media
ajar berupa audio, visual, dan atau kinestetis.
i) High Order Thinking Skills (HOTS) training
High Order Thinking Skills (HOTS) training dimaksudkan untuk melatih kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa, seperti problem solving, pengambilan keputusan, dan lain-
lain.
6
Para siswa menganalisis dan membuat sintesis atau berbagai informasi yang diperoleh
pada langkah sebelumnya, lalu berusaha meringkasnya menjadi suatu penyajian yang
menarik di depan kelas.
5. Penyajian Hasil Akhir
Semua kelompok menyajikan presentasinya atas topik-topik yang telah dipelajari agar
semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas
mengenai topik tertentu, presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
6. Evaluasi
Para siswa dan guru melakukan evaluasi mengenai konstribusi tiap kelompok terhadap
pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat dilakukan pada setiap siswa
secara individual maupun kelompok, atau keduanya.
7
Dengan adanya pendekatan student center learning waktu yang dibutuhkan lebih
banyak dibandingkan dengan pendekatan teacher center. Hal ini dikarenakan adanya
keaktifan masing-masing siswa dalam menyampaikan pendapatnya.
3. Tidak efektif untuk semua jenis kurikulum
4. Tidak cocok untuk siswa yang tidak terbiasa aktif, mandiri, dan demokratis
Siswa yang tidak terbiasa aktif, mandiri, dan demokratis akan mengalami kesulitan
dalam menggunakan pendekatan student center learning ini.
8
• Menyiapkan kerangka diskusi yang meliputi: (1) menentukan dan
merumuskan aspek-aspek masalah, (2) menentukan alokasi waktu, (3)
menuliskan garis besar bahan diskusi,(4) menentukan format susunan
tempat, (5) menetukan aturan main jalannya diskusi.
• Menyiapkan fasilitas diskusi, meliputi: (1) menggandakan bahan diskusi,(2)
menentukan dan mendisain tempat,(3) mempersiapkan alat-alat yang
dibutuhkan.
2) Tahap Pelaksanaan
• Menyampaikan tujuan pembelajaran.
• Menyampaikan pokok-pokok yang akan didiskusikan.
• Menjelaskan prosedur diskusi.
• Mengatur kelompok-kelompok diskusi.
• Melaksanakan diskusi.
3) Tahap Penutup
• Memberi kesempatan kelompok untuk melaporkan hasil.
• Memberi kesempatan kelompok untuk menanggapi.
• Memberikan umpan balik.
• Menyimpulkan hasil diskusi.
d. Kelebihan
Kelebihan metode diskusi diantaranya adalah sebagai berikut:
• Dapat memberikan pemahaman kepada siswa bahwa setiap masalah bisa
dipecahkan.
• Memberikan pemahaman kepada siswa bahwa dengan berdiskusi mereka dapat
saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga diperoleh
keputusan yang lebih baik.
• Metode diskusi dapat membuat siswa menjadi terbiasa mendengarkan pendapat
orang lain.
• Suasana kelas menjadi lebih hidup, karena siswa mengarahkan pikirannya
kepada masalah yang didiskusikan.
• Metode diskusi dapat menumbuhkan sikap toleransi, demokratis, kritis, berpikir
sistematis dan lain sebagainya.
• Melalui proses diskusi, materi lebih mudah dipahami oleh siswa.
e. Kelemahan
Kelemahan metode diskusi diantaranya adalah sebagai berikut:
• Pembicaraan terkadang menyimpang sehingga membutuhkan waktu yang
panjang.
• Tidak bisa digunakan untuk kelompok yang besar.
• Informasi yang didapatkan oleh siswa menjadi terbatas.
• Diskusi hanya dikuasai oleh siswa yang suka berbicara dan ingin menonjolkan
diri.
• Tidak semua siswa terlibat aktif dalam diskusi.
9
Metode penemuan adalah suatu cara untuk menyampaikan ide/ gagasan melalui
proses menemukan. siswa menemukan sendiri pola- pola dan struktur matematika
melalui sederetan pengalaman belajar yang lampau. Keterangan-keterangan yang
harus dipelajari siswa tidak disajikan dalam bentuk final. siswa diwajibkan
melakukan aktivitas mental sebelum keterangan yang dipelajari itu dapat dipahami.
Metode discovery menurut Suryosubroto (2001:192) diartikan sebagai suatu
prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi objek
dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.
Metode discovery merupakan komponen dan praktik pendidikan yang meliputi
metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses,
mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of
Education Research, penemuan merupakan strategi yang unik dan dapat diberi
bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan
menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk tujuan
penyelidikannya.
b. Prinsip
Discovery learning mengintegrasikan lima prinsip dalam penerapannya, antara lain:
1. Pemecahan masalah
Guru akan membimbing dan memotivasi siswa untuk mencari solusi dengan
menggabungkan informasi yang ada, kemudian informasi tersebut
disederhanakan. Langkah ini menjadi pendorong untuk membuat para siswa
menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar dan meningkatkan pengalaman
kemandirian belajar mereka. siswa pun terlatih dengan kegiatan seperti mencari
solusi atau penyelidikan.
2. Manajemen belajar mengikuti siswa
Guru harus mengizinkan siswa untuk bekerja sendiri atau dengan orang lain.
Dalam discovery learning, siswa belajar dengan kecepatan masing-masing.
Selain itu, adanya fleksibilitas dalam pembelajaran membuat belajar jadi
menyenangkan. siswa akan merasa stres atau tertekan harus mengikuti ritme
orang lain.
3. Mengintegrasikan dan menghubungkan
Guru harus memiliki keterampilan untuk mengajar. Discovery learning sendiri
adalah metode mengajar yang menekankan pada bagaimana instruktur dapat
menggabungkan pengetahuan lama dan pengetahuan baru yang dimiliki siswa.
Setelah itu, guru dapat memberi kesempatan pada mereka untuk terhubung ke
dunia nyata. siswa terlatih untuk menghubungkan informasi yang dimilikinya
dengan pengetahuan baru, atau teori belajar terhadap hasil belajar. Hal ini dapat
membuat siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan
menemukan penyelesaian masalah secara mandiri.
4. Analisis dan intrepretasi informasi
Discovery learning berorientasi pada proses dan didasarkan pada asumsi bahwa
pembelajaran bukan hanya sekumpulan fakta.
Strategi yang ada dalam model pembelajaran ini menekankan bahwa siswa didik
pada hakikatnya belajar untuk menganalisis dan menafsirkan informasi atau
konsep yang diperoleh, alih-alih menghafal jawaban atau bahan ajar dari
berbagai sumber.
10
5. Kegagalan dan umpan balik
Belajar tidak hanya terjadi ketika Anda menemukan jawaban yang benar. siswa
juga bisa belajar dari kegagalan. Discovery learning tidak berfokus pada
menemukan hasil akhir yang tepat, tetapi hal-hal baru yang bisa ditemukan
dalam prosesnya. Selanjutnya, instruktur berkewajiban untuk memberikan
umpan balik atas informasi yang diperoleh selama pembelajaran.
c. Langkah-langkah
1. Stimulus
Langkah pertama dalam pelaksanaan pembelajaran discovery learning adalah
stimulus. Pada tahapan ini guru akan memberikan beberapa pertanyaan untuk
memancing rasa penasaran dan ketertarikan siswa. Selain itu, guru memberikan
anjuran untuk membaca buku dan kegiatan belajar lain yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah.
2. Identifikasi masalah
Tahapan kedua adalah identifikasi masalah di mana instruktur memberikan
kesempatan untuk mengidentifikasi masalah yang menjadi bahan pembelajaran.
Selanjutnya siswa membuat hipotesis atau pertanyaan masalah yang sifatnya
sementara pada awal pembelajaran.
3. Pengumpulan data
Hipotesis telah tersusun, maka siswa bisa mulai mengumpulkan data dan
informasi yang berkaitan untuk menjawab hipotesis.
4. Pengolahan data
Data dan informasi telah terkumpul, maka siswa selanjutnya mulai menganalisis
dan mengolah data.
5. Pembuktian
Hasil dari pengolahan data kemudian dilakukan pengecekan dan pemeriksaan
secara cermat. Lalu siswa bisa menghubungkan dengan hipotesis awal. Apakah
hipotesis telah sesuai dengan data temuan? Atau sebaliknya, ditemukan jawaban
lain.
6. Generalisasi
Tahapan terakhir adalah generalisasi. siswa menarik kesimpulan dan bisa
dijadikan prinsip umum pada semua kejadian atau masalah yang sama.
d. Kelebihan
• Membantu siswa mengembangkan dan memperbanyak persediaannya dan
penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa.
• Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sifatnya sangat pribadi dan mungkin
merupakan pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari
pengertian retensi dan transfer.
• Strategi penemuan membangkitkan gairah belajar para siswa.
• Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan
kemampuannya.
• Siswa dapat mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga lebih merasa terlibat
dan bermotivasi dalam belajar.
• Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan diri
pada siswa.
11
• Membantu siswa menuju skeptisme yang sehat untuk menemukan kebenaran
akhir yang mutlak.
e. Kelemahan
• Siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan
pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal baru yang abstrak.
• Kurang berhasil untuk mengajar kelas besar.
• Mungkin mengecewakan guru atau siswa yang terbiasa dengan perencanaan dan
pengajaran secara tradisional.
• Dipandang terlalu mementingkan dalam memperoleh pengertian dan kurang
memerhatikan diperolehnya sikap keterampilan.
• Dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide
mungkin tidak ada.
• Tidak memberikan kesempatan untuk berpikir kreatif, jika pengertian yang
ditemukan sudah diseleksi oleh guru.
12
meminta siswa tersebut menjelaskan atau mengatakan dengan kata- kata lain
sehingga jawaban siswa tersebut menjadi lebih baik.
2) Meminta siswa memberikan alasan
Guru dapat menyuruh siswa mengemukakan alasan atau pendapat yang telah
dikemukakan dalam menjawab pertanyaan.
3) Meminta kesepakatan pandangan
Suatu saat guru dapat meminta kepada para siswa untuk memberikan
pandangan atas jawaban yang dikemukakan oleh teman mereka. siswa yang
lain dapat menerima atau menolak pandangan tersebut atau menambahkan
sehingga diperoleh kesempatan jawaban yang disetujui bersama.
4) Meminta ketepatan jawaban
Bila jawaban siswa kurang tepat, guru dapat meminta siswa untuk meninjau
kembali jawaban itu, agar diperoleh jawaban yang tepat dengan mengajukan
pertanyaan pelacak. Tentu saja pertanyaan tersebut tidak boleh membuat
siswa malu atau rendah diri. Andaikata akan menyebabkan siswa malu, lebih
baik guru menggunakan teknik pemindahan giliran.
5) Meminta jawaban yang lebih relevan
Jika jawaban siswa kurang relevan dengan pertanyaan guru, sebaiknya tidak
secara spontan memotongnya. Melainkan guru dapat mengajukan pertanyaan
yang memungkinkan siswa menilai kembali jawabannya, atau
mengemukakannya kembali dengan kata-kata lain sehingga jawaban tersebut
relevan dan benar.
6) Meminta contoh
Apabila seorang siswa memberikan jawaban samar-samar atau terlalu luas,
guru dapat meminta siswa itu untuk memberikan ilustrasi atau contoh
konkret tentang apa yang dimaksudnya.
7) Meminta jawaban yang lebih kompleks
Kalau guru menganggap jawaban siswa terlalu sederhana dan ingin
ditingkatkan lebih mendalam, maka guru dapat meminta siswa untuk
memberi penjelasan lebih lanjut tentang pendapatnya tadi.
c. Langkah-langkah
Untuk menghindari penyimpangan dari pokok persoalan, penggunaan metode tanya
jawab harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan tanya jawab sejelas-jelasnya dalam bentuk tujuan khusus
dan berpusat pada tingkah laku siswa
b. Mencari alasan pemilihan metode tanya jawab
c. Menetapkan kemungkinan pertanyaan yang akan dikemukakan
d. Menetapkan kemungkinan jawaban untuk menjaga agar tidak menyimpang dari
pokok persoalan
e. Menyediakan kesempatan bertanya bagi siswa
d. Kelebihan
Suatu metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar sudah barang tentu
mempunyai kelebihan atau keunggulan dan kekurangan, begitupun dengan metode
tanya jawab. Menurut Sudirman (1991:118); metode tanya jawab banyak memiliki
kelebihan, seperti yang diungkapkan di antaranya:
• Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Bahkan
13
siswa yang sedang ribut sekalipun, apabila guru melontarkan sebuah
pertanyaan, biasanya keributan langsung berubah menjadi tenang kembali.
Siswa yang mengantuk, biasanya segera kembali tegar dan hilang kantuknya.
• Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir termasuk
daya ingatnya.
• Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan
mengemukakan pendapat.
• Metode ini dapat mengetahui kemampuan berpikir siswa dan kesistematisannya
dalam mengemukakan pokok-pokok pikiran dalam jawabannya.
• Metode ini dapat mengetahui sampai sejauh mana penguasaan siswa tentang apa
yang sedang dan atau telah dipelajari. Dengan demikian, dapat pula dijadikan
sebagai bahan introspeksi bagi guru dalam hal cara mengajar yang telah
dilakukannya.
• Metode ini dapat dijadikan sebagai pendorong dan pembuka jalan bagi siswa
untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut (dalam rangka belajar) kepada
berbagai sumber belajar seperti buku, majalah, surat kabar, kamus,
ensiklopedia, laboratorium, video, masyarakat, alam, dan sebagainya.
e. Kelemahan
• Siswa sering merasa takut, apalagi kalau guru kurang dapat mendorong siswa
untuk berani dengan menciptakan suasana yang tidak tegang dan akrab.
• Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan
mudah dipahami siswa.
• Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat menjawab
pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
• Guru masih tetap mendominasi proses belajar mengajar. Biasanya guru kurang
terbuka, dalam arti ingin jawaban siswa selalu sesuai dengan keinginannya.
• Siswa yang tidak biasa atau salah menjawab pada waktu itu belum tentu ia
bodoh, siapa tahu karena disebabkan oleh tergesa-gesa menjawab, kurang waktu
untuk memikirkan jawaban, atau kurang mempelajari materi yang sedang atau
telah dibahas pada waktu lain.
• Apabila jumlah siswa puluhan, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan
pertanyaan kepada setiap siswa. Sering jawaban diborong oleh sejumlah kecil
siswa yang menguasai dan senang berbicara, sedangkan banyak siswa lainnya
tidak memikirkan jawabannya.
• Dengan tanyajawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dan pokok
persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain
walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakanDalam hal
ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru.
14
Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan siswa, namun guru tetap memegang
peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban
menggiring siswa untuk melanjutkan kegiatan. Kadangkala guru, perlu memberikan
penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan melalui penciptaan
iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi yang
bervariasi.
Inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu,
inkuiri menuntut siswa berpikir dan memproses pengalaman belajar menjadi sesuatu
yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode ini siswa
didik dibiasakan untuk produktif, analitis, dan kritis.
b. Prinsip
1. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir.
Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil
belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari
proses pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri bukan ditentukan oleh
sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana
siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari “sesuatu’ yang
harus ditemukan oleh siswa melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat
ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu setiap gagasan yang
harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat ditemukan.
2. Prinsip interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara
siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interkasi antara siswa dengan
lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru
bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur
interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan agar siswa bisa mengembangkan
kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Kemampuan guru untuk
mengatur interaksi memang bukan pekerjaan yang mudah. Sering guru terjebak
oleh kondisi yang tidak tepat mengenai proses interaksi itu sendiri. Misalnya,
interaksi hanya berlangusng antarsiswa yang mempunyai kemampuan berbicara
saja walaupun pada kenyataannya pemahaman siswa tentang substansi
permasalahan yang dibicarakan sangat kurang, atau guru justru menanggalkan
peran sebagai pengatur interaksi itu sendiri.
3. Prinsip bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajaran
inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab
setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri
sangat diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap
guru, apakah itu bertanya hanya sekadar untuk meminta perhatian siswa, bertanya
untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan, atau bertanya
untuk menguji.
4. Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses
berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh
15
otak, baik otak kiri maupun otak kanan; baik otal reptil, otak limbik, maupun otak
neokortek. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak
secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri,
misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional, akan membuay
anak dalam posisi “kering dan hampa”. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan
rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan
memasukkan unsur-unsur yang dapat memengaruhi emosi, yaitu unsur estetika
melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.
5. Prinsip keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkin. Segala sesuatu
mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk
mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya.
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai
kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru
adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran yang
diajukannya.
c. Langkah-langkah
Langkah-langkah dalam proses inkuiri adalah menyadarkan keingintahuan terhadap
sesuatu, mempraduga suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat
keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-
bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang
baru (Mulyasa, 2005: 235).
Metode ini terdiri atas empat tahap:
1) Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan, dan teka- teki.
2) Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menentukan
prosedur, mencari, dan mengumpulkan informasi atau data yang diperlukannya
untuk memecahkan pertanyaan, pernyataan, dan masalah.
3) Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inkuiri yang baru
dilaksanakan.
4) Siswa menganalisis metode inkuiri dan prosedur yang ditemukan untuk
dijadikan metode umum yang dapat diterapkannya ke situasi lain.
d. Kelebihan
1) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga
siswa dapat mengerti tentang konsep-konsep dasar ide-ide dengan lebih baik.
2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar
yang baru.
3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat
jujur, objekstif, dan terbuka.
4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.
5) Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.
6) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan.
7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
9) Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional.
16
10) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
e. Kelemahan
Dimyati (2000:46) mengemukakan kekurangan model pembelajaran inkuiri adalah
sebagai berikut:
1) Mempersyaratkan suatu proses persiapan kemampuan berpikir yang dapat
dipercaya.
2) Kurang efektif untuk mengajar siswa dengan jumlah yang banyak.
3) Memerlukan fasilitas yang memadai.
4) Kebebasan yang diberikan kepada siswa tidak selamanya dimanfaatkan secara
optimal.
17
2) Fase pelaksanaan tugas
• Mengadakan bimbingan/pengawasan dalam pelaksanaan tugas.
• Memberikan motivasi/dorongan sehingga anak mau bekerja.
• Memberikan pelayanan kebutuhan.
• Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain.
• Dianjurkan agar siswa menctat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan
sistematik.
3) Fase pertanggungjawaban tugas
• Pelaporan secara lisan/tulisan, tindakan/demonstrasi.
• Melaksanakan penilaian hasil pelaksanaan tugas.
• Melaksanakan penilaian proses dan hasil pelaksanaan.
• Mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh siswa
selama pelaksanaan tugas.
d. Kelebihan
• Relevan dengan prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA).
• Merangsang siswa belajar lebih banyak, baik dekat dengan guru maupun pada
saat jauh dari guru di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
• Mengembangkan sifat kemandirian pada diri siswa.
• Lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam,
memperkaya atau memperluas pandangan tentang apa yang dipelajarai.
• Membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan
komunikasi.
• Pengetahuan yang siswa peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih
lama.
• Merangsang kegairahan belajar siswa karena dapat dilakukan dengan bervariasi.
• Membina tanggung jawab dan disiplin siswa.
• Mengembangkan kreativitas siswa.
e. Kelemahan
• Kekurangan metode pemberian tugas adalah:
• Sulit mengontrol siswa apakah belajar sendiri atau dikerjakan orang lain.
• Sulit memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.
• Tugas yang monoton dapat membosankan siswa.
• Tugas yang banyak dan sering dapat membuat beba dan keluhan siswa.
• Tugas kelompok dikerjakan oleh orang tertentu atau siswa yang rajin dan pintar.
• Kurang adanya balikan bagi guru.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
SCL (Student Centered Learning) adalah suatu metode pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai pusat dari proses belajar. Dalam menerapkan konsep
Student Centered Learning, siswa diharapkan sebagai siswa dan mandiri dalam proses
belajarnya, yang bertanggung jawab dan berinisiatif untuk mengenali kebutuhan
belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab
kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan
kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya.
Student Centered Learning (SCL) merupakan metode pembelajaran yang
memberdayakan siswa didik menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran
berlangsung. Pembelajaran yang bersifat kaku instruksi dari pendidik dirubah menjadi
pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa menyesuaikan dengan
kemampuannya dan berperilaku langsung dalam menerima pengalaman belajarnya.
Landasan pemikiran dari SCL adalah teory belajar konstruktivis (Weswood Peter,
2008:26).
Prinsip teori konstruktivis berasal dari teori belajar yang dikembangkan oleh Jean
Piaget, Jerome Breuner, dan John Dewey, yaitu memusatkan proses pembelajaran pada
perubahan perilaku siswa itu sendiri dan dialami langsung untuk membentuk konsep
belajar dan memahami. Prinsip dari pemebelajaran yang berpusat pada siswa
diantaranya: tanggung jawab, peran serta, keadilan, mandiri, berfikir kritis dan kreatif,
komunikatif, kerja sama, dan integritas.
Metode student centered learning memiliki 9 karakterstik diantaranya: aktif,
konstruktif, kolaboratif, antusiastik, dialogis, kontekstual, reflektif, multisensory, dan
high order thinking skills training. Adapun langkah-langkah menerapkan metode
student centered learning yaitu: seleksi topik, perencanaan kerja sama, implementasi,
analisis dan sintesis, penyajian hasil akhir, dan evaluasi.
Kelebihan metode student centered learning yaitu: mengefektifkan proses
pembelajaran, memperkuat daya ingatan siswa, mengikis rasa bosan siswa, dan
tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran sehingga akan terjadi dialog dan
diskusi untuk saling belajar-membelajarkan di antara siswa. Sedangkan kelemahan
metode student centered learning yaitu: sulit diimplementasikan pada kelas besar,
memerlukan waktu lebih banyak, tidak efektif untuk semua jenis kurikulum, dan tidak
cocok untuk siswa yang tidak terbiasa aktif, mandiri, dan demokratis. Yang termasuk
metode pembelajaran yang berpusat pada siswa yaitu: metode diskusi, penemuan, tanya
jawab, inkuiri, dan metode pemberian tugas, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Maing-masing metode tersebut tentunya memiliki prinsip, langkah-langkah, kelebihan,
dan kelemahan yang berbeda-beda dalam penerapannya pada siswa.
19
3.2 Saran
Berdasarkan apa yang telah penulis pahami, metode pembelajaran yang berpusat pada
siswa (student centered learning methods) sesuai diterapkan pada siswa pada berbagai
tingkatan atau fase pendidikan di kurikulum merdeka yang diterapkan sekarang ini dan
masa yang akan datang. Namun, yang harus diperhatikan yaitu pendidik tidak boleh
serta merta langsung menyerahkan pembelajaran kepada siswa. Pendidik harus
memperhatikan, membimbing, dan memberikan umpan balik atas apa yang telah
diperoleh siswa. Dengan kata lain, pendidik harus memahami prinsip dan langkah-
langkah dari metode pembelajaran student centered learning.
Adapun bagi siswa yaitu meskipun metode ini menjadikan siswa sebagai pembelajar
yang aktif dan mandiri, siswa sangat boleh untuk bertanya kepada guru selaku fasilitator
agar dapat memaknai dan memahami pembelajaran sesuai yang diharapkan atau tidak
menyimpang.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ariyani Rika , M.Pd.I . 2022 . Kelebihan Dan Kekurangan Metode Diskusi [Online] Tersedia:
https://www.rikaariyani.com/2022/08/kelebihan-dan-kekurangan-metode
diskusi.html?m=1
Ditjen Dikti Depdiknas. 2004. Tanya Jawab Seputar Unit dan Proses Pembelajaran di
Perguruan Tinggi. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.
Mustakim, Zaenal. 2017. Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: IAIN PRESS.
Rosda. 2018. Model Prinsip Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri (Penjelasan
Terlengkap)[Online] Tersedia:
https://pendidikanrosda.blogspot.com/2018/05/prinsip-prinsip-strategi-
inkuiri.html
Tantri, Diah Ayu B. (2021). Pendekatan Student Centered Learning Dalam Menananmkan
Kedisiplinan Dan Kemandirian Siswa SD. Jurnal Pendidikan.
21