Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

METODE PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA SISWA


(STUDENT CENTERED LEARNING METHODS): DISKUSI,
PENEMUAN, TANYA JAWAB, DLL

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Strategi Pembelajaran Matematika

Oleh:
KELOMPOK 10
1. FIRDA AMELIA (220101500028)
2. MUHAMMAD SYUKUR (220101502024)
3. DWI ARIESTA (220101502029)

KELAS A13
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala., karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Metode Pembelajaran yang
Berpusat pada Siswa (Student Centered Learning Methods)” ini tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam tak lupa kami curahkan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Nurdin Arsyad selaku Dosen Pengampu
mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika yang telah memberikan arahan dan pemahaman
dalam penyusunan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi penulis dan pembaca tentang
Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa (Student Centered Learning Methods). Kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari penulisan makalah ini masih memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 20 September 2023

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I ......................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 3
BAB II........................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 4
2.1 Pengertian Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa .......................................... 4
2.2 Prinsip Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa ................................................ 4
2.3 Karakteristik Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa ...................................... 5
2.4 Langkah-langkah Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa ............................... 6
2.5 Kelebihan Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa........................................... 7
2.6 Kelemahan Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa ......................................... 7
2.7 Metode-metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa ............................................... 8
2.7.1 Metode Diskusi .......................................................................................................... 8
2.7.2 Metode Penemuan/Discovery .................................................................................... 9
2.7.3 Metode Tanya Jawab ............................................................................................... 12
2.7.4 Metode Inkuiri ......................................................................................................... 14
2.7.5 Metode Pemberian Tugas ........................................................................................ 17
BAB III .................................................................................................................................... 19
PENUTUP................................................................................................................................ 19
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 19
3.2 Saran ............................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
pembelajaran yang dapat membawa siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya
dan menjadikan siswa sebagai manusia yang berkepribadian luhur dan berakhlak mulia.
Suasana pembelajaran yang dimaksud adalah suasana pembelajaran yang menekankan pada
keaktifan siswa dimana siswa menjadi pusat pembelajaran.
Proses pembelajaran yang terjadi memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru
dan guru menjadi satu-satunya sumber belajar. Akibatnya proses belajar mengajar
cenderung membosankan dan menjadikan siswa malas belajar. Siswa pun menjadi pasif
dalam pembelajaran. Sikap siswa yang pasif tersebut ternyata tidak hanya terjadi pada mata
pelajaran tertentu saja tetapi pada hampir semua mata pelajaran termasuk metematika.
Akibatnya hasil belajar matematika tergolong rendah.
Pada pembelajaran matematika seharusnya siswa diajak untuk terlibat aktif dalam
menemukan konsep-konsep pembelajarannya, tetapi siswa hanya menjadi pendengar
ceramah guru yang pasif dan hanya belajar dari apa yang disampaikan oleh gurunya. Siswa
kurang mendapat kesempatan untuk terlibat aktif dalam pembelajaran karena guru
mengajarkan matematika dengan ceramah. Guru menjelaskan konsep-konsep matematika
hanya dengan ceramah sehingga siswa hanya menghafal saja konsep yang diajarkan. Hal
tersebut menyebabkan siswa tidak benar-benar memahami materi dan mudah lupa terhadap
materi yang pernah dipelajari.
Berkaitan dengan masalah tersebut diatas, diperlukan adanya suatu metode yang
memungkinkan siswa aktif dalam pembelajaran. Siswa harus ditempatkan sebagai pusat
pembelajaran. Siswa harus aktif dalam pembelajaran, sedangkan guru hanya sebagai
fasilitator yang memfasilitasi terjadinya proses pembelajaran. Kecenderungan dewasa saat
ini beranggapan bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk
berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan
oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin
terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 44).
Dengan demikian, anak harus aktif dalam pembelajaran agar pembelajaran berlangsung
secara efektif. Agar kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dapat memungkinkan siswa
menjadi aktif, maka pembelajaran yang berpusat pada guru harus diubah menjadi
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa yang aktif dalam pembelajaran berbeda
dengan siswa yang pasif yang hanya menjadi pendengar ceramah guru. Siswa yang aktif
tidak hanya berkembang aspek kognitifnya saja, tapi juga afektif dan psikomotornya. Dari
segi pemerolehan konsep materi, pemahaman yang diperoleh siswa yang aktif juga akan
lebih baik. Selain itu, siswa tidak mudah bosan dengan pembelajaran yang dilaksanakan
karena mereka dapat berpastisipasi aktif dalam pembelajaran.
Dalam proses Student Centered Learning, siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas
untuk membangun sendiri pengetahuannya, sehingga mereka akan memperoleh pemahaman
yang mendalam,dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas siswa. Melalui
penerapan Student Centered Learning siswa harus berpartisipasi secara aktif, selalu

2
ditantang untuk memiliki daya kritis, mampu menganalisis dan dapat memecahkan masalah-
masalahnya sendiri. Student Centered Learning (SCL) menekankan pada minat, kebutuhan
dan kemampuan individu. Model belajar ini dapat mengembangkan kualitas sumber daya
manusia yang dibutuhkan masyarakat seperti kreativitas, kepemimpinan, rasa percaya diri,
kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam berpikir, kemampuan berkomunikasi dan
bekerja dalam tim, serta wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi terhadap perubahan
dan perkembangan zaman.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa
Student Centered Learning Methods)?
1.2.2 Bagaimana prinsip dari Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa (Student
Centered Learning Methods)?
1.2.3 Bagaimana langkah-langkah penerapan Metode Pembelajaran yang Berpusat pada
Siswa (Student Centered Learning Methods)?
1.2.4 Apa kelebihan dari Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa (Student
Centered Learning Methods)?
1.2.5 Apa kelemahan dari Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa (Student
Centered Learning Methods)?
1.2.6 Seperti apakah metode-metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa (Student
Centered Learning Methods)?
1.2.7 Bagaimana prinsip, langkah-langkah, kelebihan, dan kelemahan dari masing-masing
metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa (Student Centered Learning
Methods)?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa
Student Centered Learning Methods)?
1.3.2 Untuk mengetahui prinsip dari Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa
(Student Centered Learning Methods)?
1.3.3 Untuk mengetahui langkah-langkah penerapan Metode Pembelajaran yang Berpusat
pada Siswa (Student Centered Learning Methods)?
1.3.4 Untuk mengetahui kelebihan dari Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa
(Student Centered Learning Methods)?
1.3.5 Untuk mengetahui kelemahan dari Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa
(Student Centered Learning Methods)?
1.3.6 Untuk mengetahui metode-metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa (Student
Centered Learning Methods)?
1.3.7 Untuk mengetahui prinsip, langkah-langkah, kelebihan, dan kelemahan dari masing-
masing metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa (Student Centered Learning
Methods)?

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa


Metode pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student-Centered Learning)
merupakan salah satu pendekatan pembelajaran dalam pendidikan. Pendekatan ini
memberikan kebebasan kepada siswa untuk memiliki kesempatan dan fasilitas
menggali sendiri ilmu pengetahuan sehingga akan didapatkan pengetahuan yang
mendalam (deep learning) dan mampu meningkatkan kualitas siswa.
Student centered learning merupakan proses pembelajaran yang berpusat pada
siswa yang diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam
membangun pengetahuan, sikap, perilaku, kedisiplinan, kemandirian. Hal tersebut
merupakan fondasi yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Jika kedisiplinan dan
kemandirian telah tertanam dan terbentuk baik dalam diri setiap insan sejak dini, maka
hal tersebut merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak untuk menjalani proses
selanjutnya.
SCL (Student Centered Learning) adalah suatu metode pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai pusat dari proses belajar. Dalam menerapkan konsep
Student Centered Learning, siswa diharapkan mandiri dalam proses belajarnya, yang
bertanggung jawab dan berinisiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan
sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun serta
mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang
ditemukannya.
Student Centered Learning (SCL) merupakan metode pembelajaran yang
memberdayakan siswa menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran
berlangsung. Pembelajaran yang bersifat kaku instruksi dari pendidik dirubah menjadi
pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa menyesuaikan dengan
kemampuannya dan berperilaku langsung dalam menerima pengalaman belajarnya.

2.2 Prinsip Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa


Landasan pemikiran dari SCL adalah teory belajar konstruktivis (Weswood
Peter, 2008:26). Prinsip teori konstruktivis berasal dari teori belajar yang
dikembangkan oleh Jean Piaget, Jerome Breuner, dan John Dewey, yaitu memusatkan
proses pembelajaran pada perubahan perilaku siswa itu sendiri dan dialami langsung
untuk membentuk konsep belajar dan memahami. Selanjutnya, konsep pengalaman
belajar dari segitiga Dale membuktikan bahwa belajar mengalami sendiri pada kondisi
nyata atau sebenarnya dan mengendalikan proses belajarnya merupakan pemenuhan
pengalaman belajar yang lebih baik dibanding belajar dengan mengamati (Weswood
Peter, 2008). Bila ditinjau dari kondisi siswa pada saat menerima pengalaman
belajarnya, rasa kecemasan yang selalu membebani siswa akan berkurang seiring
dengan interaksi mereka dalam proses pembelajaran.
Metode ini memiliki 8 prinsip, diantaranya:

4
a) Tanggung jawab, yaitu siswa mempunyai tanggungjawab pada pelajarannya. Dengan
memberi kesempatan kepada siswa untuk mempunyai tanggung jawab pada
pelajarannya, siswa diharapkan akan lebih berusaha dan lebih termotivasi dalam
memaknai pelajarannya.
b) Peran serta, yaitu siswa harus berperan aktif dalam pembelajaran. Dengan memberi
kesempatan kepada siswa untuk berperan serta dalam pembelajaran, diharapkan siswa
dapat mengembangkan potensinya secara maksimal sehingga mendorong
bertumbuhnya kreativitas dan inovasi.
c) Keadilan, yaitu semua siswa mempunyai hak yang sama untuk tumbuh dan
berkembang. Dengan kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang tersebut
akan menutup keunggulan hanya didominasi mahasiswa tertentu saja dan diharapkan
semua siswa dapat bersama-sama berhasil mencapai tujuan secara maksimal.
d) Mandiri, yaitu semua siswa harus mengembangkan segala kecerdasannya (intelektual,
emosi, moral, dan sebagainya) karena guru hanya fasilitator dan narasumber (mitra
belajar).
e) Berfikir kritis dan kreatif, yaitu siswa harus menggunakan segala kecerdasan intelektual
dan emosinya yang berwujud kreativitas, inovasi, dan analisa untuk mengatasi berbagai
tantangan yang dihadapi karena siswa akan mengalami perpaduan antara prakonsepsi
dan konsepsi.
f) Komunikatif, yaitu siswa harus menggunakan kemampuannya berkomunikasi baik
lisan maupun tertulis karena boleh jadi siswa melihat konsep dengan cara yang berbeda
sebagai hasil pengalaman hidupnya, sehingga diperlukan media dan sarana yang efektif
untuk menyamakan presepsi.
g) Kerjasama, yaitu kondisi dimana para siswa dapat saling bersinergi dan saling
mendukung pencapaian keberhasilan atau tujuan yang ditetapkan dalam pembelajaran.
h) Integritas, yaitu siswa harus menunjukkan perilaku moralitas tinggi, dan percaya diri
dalam melaksanakan segala sesuatu yang diyakininya dalam situasi apapun.

2.3 Karakteristik Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa


a) Aktif
Pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang terjadi saat para siswa diberi
kesempatan untuk berinteraksi lebih dengan sesama siswa atau dengan guru tentang
pokok pembahasan yang sedang dihadapinya, mengembangkan pengetahuan, tidak
sekedar menerima informasi dari dosen saja.
b) Konstruktif
Pembelajaran konstruktif merupakan kaidah pembelajaran dimana siswa dapat
mengemukakan ide baru untuk memahami pengetahuan, maupun keragu-raguan yang
selama ini ada di benaknya.
c) Kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif adalah metode yang membuat siswa dari berbagai macam
latar belakang bekerjasama dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran
secara umum. Para siswa, secara bersama-sama bertanggung jawab sepenuhnya atas
proses pembelajaran yang mereka laksanakan. Keberhasilan seorang siswa merupakan
keberhasilan kawannya.

5
d) Antusiastik
Pembelajaran antusiastik dimaksudkan agar siswa dapat aktif dan antusias untuk
berusaha mencapai tujuan yang diinginkan.
e) Dialogis
Siswa mendapatkan pengetahuan yang belum ia ketahui dari proses komunikasi baik di
dalam maupun di luar sekolah sehingga menambah skill bersosial dan berdialog.
f) Kontekstual
Pembelajaran secara kontekstual ialah kaidah pembelajaran yang menggabungkan isi
kandungan (content) dengan pengalaman harian individu, masyarakat dan
lingkungan/alam pekerjaan. Pembelajaran secara kontekstual dapat meningkatkan rasa
percaya diri karena dapat memahami hubungan antara teori dan praktik. Pembelajaran
secara kontekstual juga membina pendekatan kerja kelompok untuk menyelesaikan
suatu masalah. Kecakapan praktik/melakukan sesuatu (hands-on) dan berpikir (minds-
on) merupakan asas pendekatan kontekstual.
g) Reflektif
Pembelajaran reflektif dimaksudkan membuat siswa menyadari hal apa saja yang ia
pelajari serta merenungkannya. Hal ini juga merupakan bagian dari proses belajar.
h) Multisensory
Pembelajaran multisensory merupakan kaidah pembelajaran yang melibatkan media
ajar berupa audio, visual, dan atau kinestetis.
i) High Order Thinking Skills (HOTS) training
High Order Thinking Skills (HOTS) training dimaksudkan untuk melatih kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa, seperti problem solving, pengambilan keputusan, dan lain-
lain.

2.4 Langkah-langkah Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa


1. Seleksi Topik
Para siswa memilih subtopik dari sebuah bidang masalah umum yang biasanya
digambarkan terlebih dahulu oleh guru. Mereka selanjutnya diorganisasikan ke dalam
kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas yang beranggotakan 2 hingga 6
orang. Komposisi kelompok seharusnya heterogen, baik dari sisi jenis kelamin, etnik,
maupun kemampuan akademik.
2. Perencanaan Kerja Sama
Para siswa dan guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas, dan tujuan
umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih pada
langkah sebelumnya.
3. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya.
Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi
yang luas. Pada langkah ini, guru harus mendorong para siswa untuk melakukan
penelitian dengan memanfaatkan berbagai sumber, baik yang terdapat di dalam maupun
diluar sekolah. Guru secara terus menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan
memberikan bantuan jika diperlukan.
4. Analisis dan Sintesis

6
Para siswa menganalisis dan membuat sintesis atau berbagai informasi yang diperoleh
pada langkah sebelumnya, lalu berusaha meringkasnya menjadi suatu penyajian yang
menarik di depan kelas.
5. Penyajian Hasil Akhir
Semua kelompok menyajikan presentasinya atas topik-topik yang telah dipelajari agar
semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas
mengenai topik tertentu, presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
6. Evaluasi
Para siswa dan guru melakukan evaluasi mengenai konstribusi tiap kelompok terhadap
pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat dilakukan pada setiap siswa
secara individual maupun kelompok, atau keduanya.

2.5 Kelebihan Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa


Dalam pembelajaran yang Berpusat pada Siswa ini memiliki beberapa kelebihan atau
keunggulan antara lain :
1. Mengefektifkan proses pembelajaran
Dengan pembelajaran yang berpusat kepada siswa, mereka akan bertanggungjawab
pada dirinya sendiri dalam mencapai tujuan pembelajarannya. Sehingga mereka akan
lebih cepat dalam menerima dan memahami sesuatu dengan proaktif dalam belajar.
2. Memperkuat daya ingatan siswa
Ketika siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajarnya, dalam artian tidak lagi hanya
terpusat pada guru, mereka akan lebih kuat daya ingatannya. Karena mereka
mendapatkan ilmu secara langsung untuk dipraktekkan, dalam arti tidak hanya sekedar
mendengarkan dari satu sumber.
3. Mengikis rasa bosan siswa
Rasa bosan akan timbul ketika mahasiswa tidak dianggap ada di dalam kelas. Mereka
hanya dijadikan objek pendengar yang setia dari ceramah guru. Akibatnya siswa akan
merasa bosan dan akan juga mempengaruhi keinginannya untuk terus giat dalam
menggali ilmu.
4. Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran sehingga akan terjadi dialog dan
diskusi untuk saling belajar-membelajarkan di antara siswa.
Dengan adanya dialog dan diskusi, siswa dapat bertukar pikiran antara siswa satu
dengan siswa yang lain sehingga mereka akan saling belajar-membelajarkan. Dengan
demikian kemampuan siswa akan semakin terasah.

2.6 Kelemahan Metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa


Selain memiliki kelebihan, Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa juga memiliki
kelemahan antara lain:
1. Sulit diimplementasikan pada kelas besar
Pendekatan student center learning sulit diimplementasikan pada kelas besar karena
kelas tersebut akan terjadi kegaduhan sehingga guru mengalami kesulitan untuk
mengendalikan kelas tersebut.
2. Memerlukan waktu lebih banyak

7
Dengan adanya pendekatan student center learning waktu yang dibutuhkan lebih
banyak dibandingkan dengan pendekatan teacher center. Hal ini dikarenakan adanya
keaktifan masing-masing siswa dalam menyampaikan pendapatnya.
3. Tidak efektif untuk semua jenis kurikulum
4. Tidak cocok untuk siswa yang tidak terbiasa aktif, mandiri, dan demokratis
Siswa yang tidak terbiasa aktif, mandiri, dan demokratis akan mengalami kesulitan
dalam menggunakan pendekatan student center learning ini.

2.7 Metode-metode Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa

2.7.1 Metode Diskusi


a. Pengertian
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 87), metode diskusi
adalah metode yang menyajikan suatu masalah kepada siswa untuk dibahas dan
dipecahkan secara bersama.
Menurut Buchari Alma (2012: 51-52), metode diskusi adalah proses tukar
menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan
maksud untuk mendapatkan pengertian bersama mengenai suatu permasalahan atau
topik yang dibahas.
Forum diskusi dapat diikuti oleh semua siswa di dalam kelas. Semakin banyak
siswa yang terlibat aktif, maka semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari dari
diskusi tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa metode diskusi adalah metode pembelajaran melalui
proses tukar-menukar pendapat antar anggota kelompok diskusi dalam rangka
menemukan benang merah atau kesimpulan dari permasalahan yang dibicarakan.
b. Prinsip
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan metode diskusi, antara
lain sebagai berikut.
• Perumusan masalah atau masalah-masalah yang didiskusikan agar dilakukan
bersama-sama dengan siswa.
• Menjelaskan hakikat masalah itu disertai tujuan mengapa masalah tersebut
dipilih untuk didiskusikan.
• Pengaturan peran siswa yang meliputi pemberian tanggapan, saran, pendapat,
pertanyaan, dan jawaban yang timbul untuk memecahkan masalah.
• Memberitahukan tata tertib diskusi.
• Pengarahan pembicaraan agar sesuai dengan tujuan.
• Pemberian bimbingan siswa untuk mengambil kesimpulan.
c. Langkah-langkah
Budiardjo, dkk, 1994:20-23 membuat langkah penggunaan metode diskusi melalui
tahap-tahap berikut ini.
1) Tahap Persiapan
• Merumuskan tujuan pembelajaran
• Merumuskan permasalahan dengan jelas dan ringkas.
• Mempertimbangkan karakteristik anak dengan benar.

8
• Menyiapkan kerangka diskusi yang meliputi: (1) menentukan dan
merumuskan aspek-aspek masalah, (2) menentukan alokasi waktu, (3)
menuliskan garis besar bahan diskusi,(4) menentukan format susunan
tempat, (5) menetukan aturan main jalannya diskusi.
• Menyiapkan fasilitas diskusi, meliputi: (1) menggandakan bahan diskusi,(2)
menentukan dan mendisain tempat,(3) mempersiapkan alat-alat yang
dibutuhkan.
2) Tahap Pelaksanaan
• Menyampaikan tujuan pembelajaran.
• Menyampaikan pokok-pokok yang akan didiskusikan.
• Menjelaskan prosedur diskusi.
• Mengatur kelompok-kelompok diskusi.
• Melaksanakan diskusi.
3) Tahap Penutup
• Memberi kesempatan kelompok untuk melaporkan hasil.
• Memberi kesempatan kelompok untuk menanggapi.
• Memberikan umpan balik.
• Menyimpulkan hasil diskusi.
d. Kelebihan
Kelebihan metode diskusi diantaranya adalah sebagai berikut:
• Dapat memberikan pemahaman kepada siswa bahwa setiap masalah bisa
dipecahkan.
• Memberikan pemahaman kepada siswa bahwa dengan berdiskusi mereka dapat
saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga diperoleh
keputusan yang lebih baik.
• Metode diskusi dapat membuat siswa menjadi terbiasa mendengarkan pendapat
orang lain.
• Suasana kelas menjadi lebih hidup, karena siswa mengarahkan pikirannya
kepada masalah yang didiskusikan.
• Metode diskusi dapat menumbuhkan sikap toleransi, demokratis, kritis, berpikir
sistematis dan lain sebagainya.
• Melalui proses diskusi, materi lebih mudah dipahami oleh siswa.
e. Kelemahan
Kelemahan metode diskusi diantaranya adalah sebagai berikut:
• Pembicaraan terkadang menyimpang sehingga membutuhkan waktu yang
panjang.
• Tidak bisa digunakan untuk kelompok yang besar.
• Informasi yang didapatkan oleh siswa menjadi terbatas.
• Diskusi hanya dikuasai oleh siswa yang suka berbicara dan ingin menonjolkan
diri.
• Tidak semua siswa terlibat aktif dalam diskusi.

2.7.2 Metode Penemuan/Discovery


a. Pengertian

9
Metode penemuan adalah suatu cara untuk menyampaikan ide/ gagasan melalui
proses menemukan. siswa menemukan sendiri pola- pola dan struktur matematika
melalui sederetan pengalaman belajar yang lampau. Keterangan-keterangan yang
harus dipelajari siswa tidak disajikan dalam bentuk final. siswa diwajibkan
melakukan aktivitas mental sebelum keterangan yang dipelajari itu dapat dipahami.
Metode discovery menurut Suryosubroto (2001:192) diartikan sebagai suatu
prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi objek
dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.
Metode discovery merupakan komponen dan praktik pendidikan yang meliputi
metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses,
mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of
Education Research, penemuan merupakan strategi yang unik dan dapat diberi
bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan
menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk tujuan
penyelidikannya.
b. Prinsip
Discovery learning mengintegrasikan lima prinsip dalam penerapannya, antara lain:
1. Pemecahan masalah
Guru akan membimbing dan memotivasi siswa untuk mencari solusi dengan
menggabungkan informasi yang ada, kemudian informasi tersebut
disederhanakan. Langkah ini menjadi pendorong untuk membuat para siswa
menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar dan meningkatkan pengalaman
kemandirian belajar mereka. siswa pun terlatih dengan kegiatan seperti mencari
solusi atau penyelidikan.
2. Manajemen belajar mengikuti siswa
Guru harus mengizinkan siswa untuk bekerja sendiri atau dengan orang lain.
Dalam discovery learning, siswa belajar dengan kecepatan masing-masing.
Selain itu, adanya fleksibilitas dalam pembelajaran membuat belajar jadi
menyenangkan. siswa akan merasa stres atau tertekan harus mengikuti ritme
orang lain.
3. Mengintegrasikan dan menghubungkan
Guru harus memiliki keterampilan untuk mengajar. Discovery learning sendiri
adalah metode mengajar yang menekankan pada bagaimana instruktur dapat
menggabungkan pengetahuan lama dan pengetahuan baru yang dimiliki siswa.
Setelah itu, guru dapat memberi kesempatan pada mereka untuk terhubung ke
dunia nyata. siswa terlatih untuk menghubungkan informasi yang dimilikinya
dengan pengetahuan baru, atau teori belajar terhadap hasil belajar. Hal ini dapat
membuat siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan
menemukan penyelesaian masalah secara mandiri.
4. Analisis dan intrepretasi informasi
Discovery learning berorientasi pada proses dan didasarkan pada asumsi bahwa
pembelajaran bukan hanya sekumpulan fakta.
Strategi yang ada dalam model pembelajaran ini menekankan bahwa siswa didik
pada hakikatnya belajar untuk menganalisis dan menafsirkan informasi atau
konsep yang diperoleh, alih-alih menghafal jawaban atau bahan ajar dari
berbagai sumber.

10
5. Kegagalan dan umpan balik
Belajar tidak hanya terjadi ketika Anda menemukan jawaban yang benar. siswa
juga bisa belajar dari kegagalan. Discovery learning tidak berfokus pada
menemukan hasil akhir yang tepat, tetapi hal-hal baru yang bisa ditemukan
dalam prosesnya. Selanjutnya, instruktur berkewajiban untuk memberikan
umpan balik atas informasi yang diperoleh selama pembelajaran.
c. Langkah-langkah
1. Stimulus
Langkah pertama dalam pelaksanaan pembelajaran discovery learning adalah
stimulus. Pada tahapan ini guru akan memberikan beberapa pertanyaan untuk
memancing rasa penasaran dan ketertarikan siswa. Selain itu, guru memberikan
anjuran untuk membaca buku dan kegiatan belajar lain yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah.
2. Identifikasi masalah
Tahapan kedua adalah identifikasi masalah di mana instruktur memberikan
kesempatan untuk mengidentifikasi masalah yang menjadi bahan pembelajaran.
Selanjutnya siswa membuat hipotesis atau pertanyaan masalah yang sifatnya
sementara pada awal pembelajaran.
3. Pengumpulan data
Hipotesis telah tersusun, maka siswa bisa mulai mengumpulkan data dan
informasi yang berkaitan untuk menjawab hipotesis.
4. Pengolahan data
Data dan informasi telah terkumpul, maka siswa selanjutnya mulai menganalisis
dan mengolah data.
5. Pembuktian
Hasil dari pengolahan data kemudian dilakukan pengecekan dan pemeriksaan
secara cermat. Lalu siswa bisa menghubungkan dengan hipotesis awal. Apakah
hipotesis telah sesuai dengan data temuan? Atau sebaliknya, ditemukan jawaban
lain.
6. Generalisasi
Tahapan terakhir adalah generalisasi. siswa menarik kesimpulan dan bisa
dijadikan prinsip umum pada semua kejadian atau masalah yang sama.
d. Kelebihan
• Membantu siswa mengembangkan dan memperbanyak persediaannya dan
penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa.
• Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sifatnya sangat pribadi dan mungkin
merupakan pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari
pengertian retensi dan transfer.
• Strategi penemuan membangkitkan gairah belajar para siswa.
• Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan
kemampuannya.
• Siswa dapat mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga lebih merasa terlibat
dan bermotivasi dalam belajar.
• Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan diri
pada siswa.

11
• Membantu siswa menuju skeptisme yang sehat untuk menemukan kebenaran
akhir yang mutlak.
e. Kelemahan
• Siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan
pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal baru yang abstrak.
• Kurang berhasil untuk mengajar kelas besar.
• Mungkin mengecewakan guru atau siswa yang terbiasa dengan perencanaan dan
pengajaran secara tradisional.
• Dipandang terlalu mementingkan dalam memperoleh pengertian dan kurang
memerhatikan diperolehnya sikap keterampilan.
• Dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide
mungkin tidak ada.
• Tidak memberikan kesempatan untuk berpikir kreatif, jika pengertian yang
ditemukan sudah diseleksi oleh guru.

2.7.3 Metode Tanya Jawab


a. Pengertian
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang
harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada
guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudirman (1987:120) yang mengartikan
bahwa "metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula
dari siswa kepada guru."
Lebih lanjut dijelaskan pula oleh Sudirman (1987:119) menyatakan bahwa metode
tanya jawab ini dapat dijadikan sebagai pendorong dan pembuka jalan bagi siswa
untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut (dalam rangka belajar) kepada berbagai
sumber belajar seperti buku, majalah, surat kabar, kamus, ensiklopedia,
laboratorium, video, masyarakat, alam, dan sebagainya.
b. Prinsip
1) Penyebaran
Agar siswa banyak berpartisipasi pada suatu kegiatan belajar mengajar
sebaiknya guru menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak dan
kalau perlu secara merata.
2) Pemberian waktu berfikir
Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru sepatutnya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir sejenak kemudian baru
menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut.
3) Penggunaan pertanyaan pelacak
Suatu saat guru ingin meningkatkan jawaban siswa. Untuk itu dapat digunakan
teknik probbing (pelacak) agar jawaban siswa meningkat menjadi lebih
sempurna. Adapun teknik pelacak yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
1) Klasifikasi
Kalau siswa menjawab pertanyaan guru dengan kalimat kurang jelas atau
kurang tepat kata-katanya, guru dapat memberikan pertanyaan pelacak yang

12
meminta siswa tersebut menjelaskan atau mengatakan dengan kata- kata lain
sehingga jawaban siswa tersebut menjadi lebih baik.
2) Meminta siswa memberikan alasan
Guru dapat menyuruh siswa mengemukakan alasan atau pendapat yang telah
dikemukakan dalam menjawab pertanyaan.
3) Meminta kesepakatan pandangan
Suatu saat guru dapat meminta kepada para siswa untuk memberikan
pandangan atas jawaban yang dikemukakan oleh teman mereka. siswa yang
lain dapat menerima atau menolak pandangan tersebut atau menambahkan
sehingga diperoleh kesempatan jawaban yang disetujui bersama.
4) Meminta ketepatan jawaban
Bila jawaban siswa kurang tepat, guru dapat meminta siswa untuk meninjau
kembali jawaban itu, agar diperoleh jawaban yang tepat dengan mengajukan
pertanyaan pelacak. Tentu saja pertanyaan tersebut tidak boleh membuat
siswa malu atau rendah diri. Andaikata akan menyebabkan siswa malu, lebih
baik guru menggunakan teknik pemindahan giliran.
5) Meminta jawaban yang lebih relevan
Jika jawaban siswa kurang relevan dengan pertanyaan guru, sebaiknya tidak
secara spontan memotongnya. Melainkan guru dapat mengajukan pertanyaan
yang memungkinkan siswa menilai kembali jawabannya, atau
mengemukakannya kembali dengan kata-kata lain sehingga jawaban tersebut
relevan dan benar.
6) Meminta contoh
Apabila seorang siswa memberikan jawaban samar-samar atau terlalu luas,
guru dapat meminta siswa itu untuk memberikan ilustrasi atau contoh
konkret tentang apa yang dimaksudnya.
7) Meminta jawaban yang lebih kompleks
Kalau guru menganggap jawaban siswa terlalu sederhana dan ingin
ditingkatkan lebih mendalam, maka guru dapat meminta siswa untuk
memberi penjelasan lebih lanjut tentang pendapatnya tadi.
c. Langkah-langkah
Untuk menghindari penyimpangan dari pokok persoalan, penggunaan metode tanya
jawab harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan tanya jawab sejelas-jelasnya dalam bentuk tujuan khusus
dan berpusat pada tingkah laku siswa
b. Mencari alasan pemilihan metode tanya jawab
c. Menetapkan kemungkinan pertanyaan yang akan dikemukakan
d. Menetapkan kemungkinan jawaban untuk menjaga agar tidak menyimpang dari
pokok persoalan
e. Menyediakan kesempatan bertanya bagi siswa
d. Kelebihan
Suatu metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar sudah barang tentu
mempunyai kelebihan atau keunggulan dan kekurangan, begitupun dengan metode
tanya jawab. Menurut Sudirman (1991:118); metode tanya jawab banyak memiliki
kelebihan, seperti yang diungkapkan di antaranya:
• Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Bahkan

13
siswa yang sedang ribut sekalipun, apabila guru melontarkan sebuah
pertanyaan, biasanya keributan langsung berubah menjadi tenang kembali.
Siswa yang mengantuk, biasanya segera kembali tegar dan hilang kantuknya.
• Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir termasuk
daya ingatnya.
• Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan
mengemukakan pendapat.
• Metode ini dapat mengetahui kemampuan berpikir siswa dan kesistematisannya
dalam mengemukakan pokok-pokok pikiran dalam jawabannya.
• Metode ini dapat mengetahui sampai sejauh mana penguasaan siswa tentang apa
yang sedang dan atau telah dipelajari. Dengan demikian, dapat pula dijadikan
sebagai bahan introspeksi bagi guru dalam hal cara mengajar yang telah
dilakukannya.
• Metode ini dapat dijadikan sebagai pendorong dan pembuka jalan bagi siswa
untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut (dalam rangka belajar) kepada
berbagai sumber belajar seperti buku, majalah, surat kabar, kamus,
ensiklopedia, laboratorium, video, masyarakat, alam, dan sebagainya.
e. Kelemahan
• Siswa sering merasa takut, apalagi kalau guru kurang dapat mendorong siswa
untuk berani dengan menciptakan suasana yang tidak tegang dan akrab.
• Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan
mudah dipahami siswa.
• Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat menjawab
pertanyaan sampai dua atau tiga orang.
• Guru masih tetap mendominasi proses belajar mengajar. Biasanya guru kurang
terbuka, dalam arti ingin jawaban siswa selalu sesuai dengan keinginannya.
• Siswa yang tidak biasa atau salah menjawab pada waktu itu belum tentu ia
bodoh, siapa tahu karena disebabkan oleh tergesa-gesa menjawab, kurang waktu
untuk memikirkan jawaban, atau kurang mempelajari materi yang sedang atau
telah dibahas pada waktu lain.
• Apabila jumlah siswa puluhan, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan
pertanyaan kepada setiap siswa. Sering jawaban diborong oleh sejumlah kecil
siswa yang menguasai dan senang berbicara, sedangkan banyak siswa lainnya
tidak memikirkan jawabannya.
• Dengan tanyajawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dan pokok
persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain
walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakanDalam hal
ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru.

2.7.4 Metode Inkuiri


a. Pengertian
Metode Inkuiri adalah metode yang mampu menggiring siswa untuk menyadari apa
yang telah didapatkan selama belajar. Inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek
belajar yang aktif (Mulyasa, 2003: 234).

14
Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan siswa, namun guru tetap memegang
peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban
menggiring siswa untuk melanjutkan kegiatan. Kadangkala guru, perlu memberikan
penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan melalui penciptaan
iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan materi yang
bervariasi.
Inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu,
inkuiri menuntut siswa berpikir dan memproses pengalaman belajar menjadi sesuatu
yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode ini siswa
didik dibiasakan untuk produktif, analitis, dan kritis.
b. Prinsip
1. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir.
Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil
belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari
proses pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri bukan ditentukan oleh
sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana
siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Makna dari “sesuatu’ yang
harus ditemukan oleh siswa melalui proses berpikir adalah sesuatu yang dapat
ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu setiap gagasan yang
harus dikembangkan adalah gagasan yang dapat ditemukan.
2. Prinsip interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara
siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interkasi antara siswa dengan
lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru
bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur
interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan agar siswa bisa mengembangkan
kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Kemampuan guru untuk
mengatur interaksi memang bukan pekerjaan yang mudah. Sering guru terjebak
oleh kondisi yang tidak tepat mengenai proses interaksi itu sendiri. Misalnya,
interaksi hanya berlangusng antarsiswa yang mempunyai kemampuan berbicara
saja walaupun pada kenyataannya pemahaman siswa tentang substansi
permasalahan yang dibicarakan sangat kurang, atau guru justru menanggalkan
peran sebagai pengatur interaksi itu sendiri.
3. Prinsip bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajaran
inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab
setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri
sangat diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh setiap
guru, apakah itu bertanya hanya sekadar untuk meminta perhatian siswa, bertanya
untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan, atau bertanya
untuk menguji.
4. Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses
berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh

15
otak, baik otak kiri maupun otak kanan; baik otal reptil, otak limbik, maupun otak
neokortek. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak
secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri,
misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional, akan membuay
anak dalam posisi “kering dan hampa”. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan
rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan
memasukkan unsur-unsur yang dapat memengaruhi emosi, yaitu unsur estetika
melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.
5. Prinsip keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkin. Segala sesuatu
mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk
mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya.
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai
kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru
adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran yang
diajukannya.
c. Langkah-langkah
Langkah-langkah dalam proses inkuiri adalah menyadarkan keingintahuan terhadap
sesuatu, mempraduga suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat
keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-
bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang
baru (Mulyasa, 2005: 235).
Metode ini terdiri atas empat tahap:
1) Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan, dan teka- teki.
2) Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menentukan
prosedur, mencari, dan mengumpulkan informasi atau data yang diperlukannya
untuk memecahkan pertanyaan, pernyataan, dan masalah.
3) Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inkuiri yang baru
dilaksanakan.
4) Siswa menganalisis metode inkuiri dan prosedur yang ditemukan untuk
dijadikan metode umum yang dapat diterapkannya ke situasi lain.
d. Kelebihan
1) Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga
siswa dapat mengerti tentang konsep-konsep dasar ide-ide dengan lebih baik.
2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar
yang baru.
3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat
jujur, objekstif, dan terbuka.
4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.
5) Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.
6) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan.
7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
9) Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional.

16
10) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
e. Kelemahan
Dimyati (2000:46) mengemukakan kekurangan model pembelajaran inkuiri adalah
sebagai berikut:
1) Mempersyaratkan suatu proses persiapan kemampuan berpikir yang dapat
dipercaya.
2) Kurang efektif untuk mengajar siswa dengan jumlah yang banyak.
3) Memerlukan fasilitas yang memadai.
4) Kebebasan yang diberikan kepada siswa tidak selamanya dimanfaatkan secara
optimal.

2.7.5 Metode Pemberian Tugas


a. Pengertian
Metode pemberian tugas adalah metode yang dimaksudkan memberikan tugas-
tugas kepada siswa baik untuk di rumah atau yang dikerjakan di sekolah dengan
mempertanggung jawabkan kepada guru (Abdul Kadir Munsyi Dip. Ad. Ed). Guru
memberikan pekerjaan kepada siswa berupa soal-soal yang cukup banyak untuk
dijawab atau dikerjakan yang selanjutnya diperiksa oleh guru.
b. Prinsip
1) Klarifikasi tujuan
Prinsip ini menggarisbawahi pentingnya mengklarifikasi tujuan atau tujuan
tugas secara jelas kepada penerima tugas. Tujuan yang jelas membantu
mengarahkan upaya dan memastikan pemahaman yang benar.
2) Pembagian tugas yang jelas
Metode pemberian tugas harus mencakup pembagian tugas yang jelas dan
penugasan tanggung jawab kepada individu atau tim yang sesuai. Ini
memastikan bahwa setiap orang tahu apa yang diharapkan darinya.
3) Monitoring dan evaluasi berkala
Prinsip ini melibatkan pemantauan dan evaluasi berkala terhadap kemajuan
tugas. Melalui pemantauan ini, pemberi tugas dapat memastikan bahwa tugas
berjalan sesuai rencana dan memberikan umpan balik yang diperlukan.
4) Fleksibilitas dan penyesuaian
Fleksibilitas dalam metode pemberian tugas memungkinkan untuk penyesuaian
jika situasi berubah atau prioritas berubah. Ini penting untuk menjaga relevansi
dan efektivitas tugas.
c. Langkah-langkah
1) Fase pemberian tugas
• Merumuskan masalah (scope and sequenes) dengan jelas.
• Mengemukakan tujuan pelaksanaan tugas.
• Menentukan jenis tugas (kelompok/individu).
• Memberikan penjelasan atau pengarahan sebelum pengarahan tugas.
• Memberikan petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa.
• Menentukan limit waktu pelaksanaan.

17
2) Fase pelaksanaan tugas
• Mengadakan bimbingan/pengawasan dalam pelaksanaan tugas.
• Memberikan motivasi/dorongan sehingga anak mau bekerja.
• Memberikan pelayanan kebutuhan.
• Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain.
• Dianjurkan agar siswa menctat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan
sistematik.
3) Fase pertanggungjawaban tugas
• Pelaporan secara lisan/tulisan, tindakan/demonstrasi.
• Melaksanakan penilaian hasil pelaksanaan tugas.
• Melaksanakan penilaian proses dan hasil pelaksanaan.
• Mendiskusikan kesulitan-kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh siswa
selama pelaksanaan tugas.
d. Kelebihan
• Relevan dengan prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA).
• Merangsang siswa belajar lebih banyak, baik dekat dengan guru maupun pada
saat jauh dari guru di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
• Mengembangkan sifat kemandirian pada diri siswa.
• Lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam,
memperkaya atau memperluas pandangan tentang apa yang dipelajarai.
• Membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan
komunikasi.
• Pengetahuan yang siswa peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih
lama.
• Merangsang kegairahan belajar siswa karena dapat dilakukan dengan bervariasi.
• Membina tanggung jawab dan disiplin siswa.
• Mengembangkan kreativitas siswa.
e. Kelemahan
• Kekurangan metode pemberian tugas adalah:
• Sulit mengontrol siswa apakah belajar sendiri atau dikerjakan orang lain.
• Sulit memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.
• Tugas yang monoton dapat membosankan siswa.
• Tugas yang banyak dan sering dapat membuat beba dan keluhan siswa.
• Tugas kelompok dikerjakan oleh orang tertentu atau siswa yang rajin dan pintar.
• Kurang adanya balikan bagi guru.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
SCL (Student Centered Learning) adalah suatu metode pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai pusat dari proses belajar. Dalam menerapkan konsep
Student Centered Learning, siswa diharapkan sebagai siswa dan mandiri dalam proses
belajarnya, yang bertanggung jawab dan berinisiatif untuk mengenali kebutuhan
belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab
kebutuhannya, membangun serta mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan
kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya.
Student Centered Learning (SCL) merupakan metode pembelajaran yang
memberdayakan siswa didik menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran
berlangsung. Pembelajaran yang bersifat kaku instruksi dari pendidik dirubah menjadi
pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa menyesuaikan dengan
kemampuannya dan berperilaku langsung dalam menerima pengalaman belajarnya.
Landasan pemikiran dari SCL adalah teory belajar konstruktivis (Weswood Peter,
2008:26).
Prinsip teori konstruktivis berasal dari teori belajar yang dikembangkan oleh Jean
Piaget, Jerome Breuner, dan John Dewey, yaitu memusatkan proses pembelajaran pada
perubahan perilaku siswa itu sendiri dan dialami langsung untuk membentuk konsep
belajar dan memahami. Prinsip dari pemebelajaran yang berpusat pada siswa
diantaranya: tanggung jawab, peran serta, keadilan, mandiri, berfikir kritis dan kreatif,
komunikatif, kerja sama, dan integritas.
Metode student centered learning memiliki 9 karakterstik diantaranya: aktif,
konstruktif, kolaboratif, antusiastik, dialogis, kontekstual, reflektif, multisensory, dan
high order thinking skills training. Adapun langkah-langkah menerapkan metode
student centered learning yaitu: seleksi topik, perencanaan kerja sama, implementasi,
analisis dan sintesis, penyajian hasil akhir, dan evaluasi.
Kelebihan metode student centered learning yaitu: mengefektifkan proses
pembelajaran, memperkuat daya ingatan siswa, mengikis rasa bosan siswa, dan
tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran sehingga akan terjadi dialog dan
diskusi untuk saling belajar-membelajarkan di antara siswa. Sedangkan kelemahan
metode student centered learning yaitu: sulit diimplementasikan pada kelas besar,
memerlukan waktu lebih banyak, tidak efektif untuk semua jenis kurikulum, dan tidak
cocok untuk siswa yang tidak terbiasa aktif, mandiri, dan demokratis. Yang termasuk
metode pembelajaran yang berpusat pada siswa yaitu: metode diskusi, penemuan, tanya
jawab, inkuiri, dan metode pemberian tugas, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Maing-masing metode tersebut tentunya memiliki prinsip, langkah-langkah, kelebihan,
dan kelemahan yang berbeda-beda dalam penerapannya pada siswa.

19
3.2 Saran
Berdasarkan apa yang telah penulis pahami, metode pembelajaran yang berpusat pada
siswa (student centered learning methods) sesuai diterapkan pada siswa pada berbagai
tingkatan atau fase pendidikan di kurikulum merdeka yang diterapkan sekarang ini dan
masa yang akan datang. Namun, yang harus diperhatikan yaitu pendidik tidak boleh
serta merta langsung menyerahkan pembelajaran kepada siswa. Pendidik harus
memperhatikan, membimbing, dan memberikan umpan balik atas apa yang telah
diperoleh siswa. Dengan kata lain, pendidik harus memahami prinsip dan langkah-
langkah dari metode pembelajaran student centered learning.
Adapun bagi siswa yaitu meskipun metode ini menjadikan siswa sebagai pembelajar
yang aktif dan mandiri, siswa sangat boleh untuk bertanya kepada guru selaku fasilitator
agar dapat memaknai dan memahami pembelajaran sesuai yang diharapkan atau tidak
menyimpang.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ariyani Rika , M.Pd.I . 2022 . Kelebihan Dan Kekurangan Metode Diskusi [Online] Tersedia:
https://www.rikaariyani.com/2022/08/kelebihan-dan-kekurangan-metode
diskusi.html?m=1

Cerita Guru. 2022. TCL VS SCL Bentuk Merdeka Belajar?[Online] Tersedia:


https://guruinovatif.id/@redaksiguruinovatif/tcl-vs-scl-bentuk-merdeka-
belajar#:~:text=ke%20metode%20SCL.-
,Student%20Centered%20Learning,pun%20terjadi%20secara%20dua%20arah

Ditjen Dikti Depdiknas. 2004. Tanya Jawab Seputar Unit dan Proses Pembelajaran di
Perguruan Tinggi. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.

Hamzah, Ali., Muhlishrarini. (2014). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika.


Jakarta: Rajawali Pers.

Mustakim, Zaenal. 2017. Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: IAIN PRESS.

Rosda. 2018. Model Prinsip Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri (Penjelasan
Terlengkap)[Online] Tersedia:
https://pendidikanrosda.blogspot.com/2018/05/prinsip-prinsip-strategi-
inkuiri.html

Tantri, Diah Ayu B. (2021). Pendekatan Student Centered Learning Dalam Menananmkan
Kedisiplinan Dan Kemandirian Siswa SD. Jurnal Pendidikan.

Vindiasari Yunizha. 2023. Model Pembelajaran Discovery Learning dan Contohnya di


Dunia Kerja [Online] Tersedia: https://www.ruangkerja.id/blog/discovery-
learning

Wardani, Ni P. (2016). Konsep Pembelajaran Student Centered Learnng di Perguruan Tinggi.


Jurnal Pendidikan.

21

Anda mungkin juga menyukai