Anda di halaman 1dari 26

GURU DAN PELATIHAN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah

“Profesi Keguruan/Pendidikan”

Dosen Pembimbing : Dr. Meynar Albina, MA

Oleh :

Kelompok 9

PAI 6 / Semester V

Anita Dewi ( 0301203258 )

Hasita Dwi Putri ( 0301203108 )

Fiona Sophie Audrie ( 0301201189 )

Siti Syaidariyah Hasibuan ( 0301203250 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan


rahmat dan karunianya berupa kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Guru dan Pelatihan” ini dengan baik. Shalawat serta salam tak
lupa kita kirimkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, Allahumma solli ‘ala
sayyidina muhammad wa ‘ala ali sayyidina muhammad, yang telah membawa kita dari zaman
jahiliyah menuju zaman yang penuh dengan ilmu. Semoga kita menjadi umatnya yang
mendapatkan Syafaat di yaumil akhir kelak.

Terima kasih banyak kami ucapkan kepada Ibu Dr. Meynar, MA yang telah
membimbing dan mengarahkan kami dalam pembuatan makalah ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih banyak kepada teman-teman yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah kami ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami
mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Sehingga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami dan orang lain.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…

Medan, 8 September 2022

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ii


DAFTAR ISI ..........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 4
A. Pengertian Guru ........................................................................................................................... 4
B. Peran Guru................................................................................................................................... 6
C. Pengertian Pelatihan .................................................................................................................... 9
D. Tujuan Pelatihan ........................................................................................................................ 10
E. Prinsip-Prinsip Pelatihan ........................................................................................................... 12
F. Indikator Pelatihan .................................................................................................................... 14
G. Komponen-Komponen Pelatihan .............................................................................................. 14
H. Metode-Metode Pelatihan ......................................................................................................... 16
I. Mengamen Pelatihan ................................................................................................................ 18
J. Manfaat Pelatihan ...................................................................................................................... 19
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................ 21
A. Kesimpulan................................................................................................................................ 21
B. Saran .......................................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah proses pembuka pintu untuk memasuki gerbang kemajuan
kualitas sumber daya manusia sebuah bangsa. Pada proses ini, banyak masalah pendidikan
yang terjadi. Secara garis besar masalah pendidikan di Indonesia terletak pada tiga hal, yaitu
input, proses, dan output. Dalam pendidikan sendiri ada beberapa komponen yang berperan di
dalamnya dan beberapa di antaranya yaitu siswa dan guru. Siswa merupakan subyek penting
dalam proses belajar-mengajar di sekolah, sedangkan guru adalah salah satu sumber belajar
yang secara langsung berhadapan dengan siswa dalam proses tersebut, guru adalah seorang
pendidik, pembimbing dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan
suasana belajar yang kondusif, yaitu suasana belajar yang menyenangkan, menarik, memberi
rasa aman, memberikan ruang pada siswa untuk berpikir aktif, kreatif dan inovatif dalam
mengeksplorasi dan mengelaborasi kemampuannya1. Dalam hal ini, maka kinerja guru dinilai
menjadi tolok ukur dari keberhasilan sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa.

Terkait dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru. Georgia departement of


education telah mengembangkan teacher performance assessment instrument yang kemudian
dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Alat
penilaian ini menyoroti tiga aspek utama kemampuan guru, yaitu; (1) rencana pelaksanaan
pembelajaran (teching plans and material), (2) prosedur pembelajaran (calssroom procedure),
dan hubungan antarpribadi (interpersonal skill), dan (3) penilaian pembelajaran. 2 Undang-
Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai
agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat
melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat tertentu, salah satu di
antaranya adalah kompetensi.3

1
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta; PT Raja Grafindo
Persada, 2011 hal. 19
2
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, hal.75
3
Oemar Hamalik, , Pendidikan Guru Berdasarkan Pendidikan Kompetensi, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2003, hal
15

1
Jejen Musfah berpendapat dalam bukunya yang berjudul peningkatan kompetensi guru
melalui pelatihan, menyebutkan bahwa kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku,
dan ketrampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
pendidikan.

Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan


memanfaatkan sumber belajar.4 Di samping itu, tak jarang ada beberapa aspek kemampuan
diperoleh melalui usaha sendiri atau pengalaman ketika telah menjadi guru, dan sering kali
beberapa aspek kompetensi baru bisa dipahami dan dapat dilaksanakan setelah melalui
kegiatan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan atau kegiatan pengembangan lainnya. 5

Oleh karena itu, pengembangan diri dan peningkatan kinerja guru secara
berkesinambungan menjadi amat penting dan upaya yang dapat dilakukan seorang guru
adalah melalui pelatihan yakni, guru perlu senantiasa melakukan up grading terus menerus
terhadap kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang bersifat praktis termasuk dalam hal
mendapatkan metode, pendekatan, atau cara yang tepat dalam pembelajaran karena hanya
dengan cara yang tepat maka tujuan dan hasil belajar mengajar dapat diwujudkan. Dengan
demikian guru dapat menjadi sumber belajar yang memiliki metode dan pendekatan-
pendekatan yang relevan di setiap perkembangan zaman untuk menuju ke arah pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab keguruan secara profesional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Guru ?
2. Bagaimana Peran Seorang Guru ?
3. Apa Pengertian Pelatihan Guru?
4. Apa Tujuan Pelatihan ?
5. Apa Prinsip-Prinsip Pelatihan ?
6. Bagaimana Indikator Pelatihan ?
7. Apa komponen-komponen Pelatihan ?
8. Apa Metode Pelatihan ?
9. Bagaimana Mengamen Pelatihan ?
10. Apa Manfaat Pelatihan ?

4
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatiahan Dan Sumber Belajar, Jakarta; Kencana, 2011
hal.27
5
Suparlan, menjadi guru efektif, yogyakarta : hikayat publisihing, 2005 , hal 35

2
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Guru
2. Mengetahui Peran Seorang Guru
3. Mengetahui Pengertian Pelatihan
4. Mengetahui Tujuan Pelatihan
5. Mengetahui Prinsip-Prinsip Pelatihan
6. Mengetahui Indikator Pelatihan
7. Mengetahui Komponen-Komponen Pelatihan
8. Mengetahui Metode Pelatihan
9. Mengetahui Mengamen Pelatihan
10. Mengetahui Manfaat Pelatihan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Guru
Guru adalah pribadi yang selalu digugu dan ditiru, menjadi seorang guru itu tidaklah
mudah karena guru merupakan suatu profesi atau jabatan yang memerlukan keahlian khusus
sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar pendidikan. Kata guru
memiliki banyak sinomin kata seperti: pendidik, pelatih, pengajar, trainer, tutor dan lain
sebagainya. Dimana tugas mereka adalah sama-sama mendidik dan mengajar para peserta
didiknya baik itu dalam pendidikan formal maupun informal. Seperti yang dikatakan oleh
Syaiful Bahari Djamarah “Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang
melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak harus dilembaga formal.”6

Guru adalah seseorang yang berjasa dalam dunia pendidikan, karena guru adalah orang
yang memberikan ilmu pengetahuan. Menurut Nawawi (2015: 280) Guru adalah orang
dewasa, yang karena peranannya berkewajiban memberikan pendidikan kepada anak didik.
Orang tersebut mungkin berpredikat sebagai ayah atau ibu, guru, ustadz, dosen, ulama dan
sebagainya. Guru merupakan unsur penting dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Djamarah
(2015: 280) Guru adalah seseorang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik
atau tenaga profesional yang dapat menjadikan murid-muridnya untuk merencanakan,
menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi. Guru adalah seorang pendidik yang
profesional, guru merupakan salah satu faktor utama bagi terciptanya generasi penerus
bangsa.

Menurut Abuddin Nata, menjelaskan makna guru sebagai “seseorang yang


memberikan pengetahuan, keterampilan atau pengalaman kepada orang lain.” 7 Ramayulis
juga berpendapat bahwa guru adalah orang yang bertanggung jawab untuk membimbing
peserta didik menjadi manusia yang manusiawi yang memanusiakan manusia, sehingga tugas
utamanya yaitu “mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi muridnya dalam pendidikan.8

6
Syaiful Bahari Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2000),
Cet ke-1, hal. 31
7
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), Cet. Ke-1, hal. 113
8
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), Cet. Ke-2, Hal. 4

4
Djamarah dan Zain (2015: 281) berpendapat dalam bukunya bahwa, “Guru adalah
seseorang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya,
dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 Pasal 39 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Menyatakan bahwa pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi”9

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang guru dijelaskan pula


pengertian guru yaitu: “Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah. 10 Mengajar
bukan hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, melainkan suatu proses mengubah
perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena pekerjaan guru adalah
pekerjaan profesional, maka untuk menjadi seorang guru harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:11

a) Harus memiliki bakat sebagai guru


b) Harus memiliki keahlian sebagai guru
c) Memiliki kepribadian yang baik dan terintegrasi
d) Memiliki mental yang sehat
e) Berbadan sehat
f) Memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas
g) Guru adalah manusia berjiwa Pancasila
h) Guru adalah seorang warga negara yang baik.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah seorang pendidik yang
profesional yang tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai dan
mengevaluasi para peserta didik baik dalam lembaga pendidikan formal maupun non formal
pada semua jenjang dari pendidikan usia dini, dasar dan menengah, serta guru adalah

9
Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 Pasal 39
10
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Bab I pasal I
11
Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral
Kelembagaan Agama Islam, 2005), hal. 66

5
seseorang yang berkewajiban untuk mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya kepada orang lain, sehingga dia dapat menjadikan orang lain menjadi orang yang
cerdas.

B. Peran Guru
Menurut Habel (2015: 15) Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan atau status.
Apabila seseorang menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia
telah menjalankan suatu peran. Seperti halnya guru dan peserta didik, guru memiliki peranan
yang sangat penting di dalam dunia pendidikan khususnya pada saat kegiatan belajar
mengajar, karena pada dasarnya peserta didik memerlukan peran seorang guru untuk
membantunya dalam proses perkembangan diri dan pengoptimalan bakat dan kemampuan
yang dimilikinya. Tanpa adanya bimbingan dan arahan dari guru mustahil jika seorang peserta
didik dapat mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Hal ini berdasar pada pemikiran
manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan dari orang lain untuk
mencukupi semua kebutuhannya.

Seperti yang telah di sampaikan sebelumnya, Seorang guru memiliki banyak tugas, baik
yang terikat dinas maupun di luar dinas yang berbentuk pengabdian dalam belajar mengajar,
karna menjadi seorang guru bukan hanya sebatas mengajar dikelas dan di ruangan saja. Guru
mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberikan fasilitas belajar bagi para
peserta didiknya untuk mencapai tujuan. Di samping itu, guru juga mempunyai tanggung
jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas untuk membantu proses
perkembangan siswa dalam belajar.

Menurut Moh. Uzer Usman dan Syaiful Bahari, tugas guru dikelompokkan menjadi tiga
jenis yaitu “tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan dan tugas dalam bidang
kemasyarakatan.”12. Tugas-tugas terebut jika di elaborasi, sebagai berikut :

1) Guru sebagai profesi yaitu seorang guru memiliki tugas untuk mengembangkan
profesionalitas diri, mendidik, mengajar dan melatih anak didik sesuai perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai pendidik, pengajar dan pelatih harus
mampu meneruskan dan mengembangkan nilai nilai kehidupan, meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengembangkan keterampilan
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan perkembangan zaman.

12
Syaiful Bahari Djamarah, Guru dan Anak …,hal. 37

6
2) Guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah yakni guru harus dapat menjadikan dirinya
sebagai orang tua kedua bagi para peserta didiknya. Ia juga harus mampu menarik
simpatinya sehingga ia menjadi idola dan publik figur bagi siswa-siswanya. Pelajaran
apapun yang akan disampaikan hendaknya dapat memberikan memotivasi dan menjadi
inspirasi bagi siswanya dalam belajar. Oleh karena itu, perlu diperhatikan bagi seorang
guru pada aspek penampilan baik dalam berbusana maupun bersikap kepada para peserta
didiknya. Karena jika penampilan guru sudah tidak menarik baik dari segi berpakaian
maupun dari sikap mengajarnya, maka kegagalan pertama yang diperoleh adalah
tidakbtercapainya indikator pembelajaran. Sehingga seorang guru perlu memperhatikan
perfomencenya dalam mengajar karena seorang guru adalah publik figur di kelas.
3) Guru dalam bidang kemasyarakatan, guru mempunyai tugas mendidik, melatih dan
mengajar masyarakat untuk menjadi warga Negara yang bermoral dan berakhlak mulia.
Karena pendidikan tidak hanya cukup dilakukan di dalam kelas atau lingkungan sekolah
saja akan tetapi pendidikan adalah hak semua warga negara baik itu kecil atau besar
mereka semua berhak menerima dan memperoleh pendidikan. Sebagaimana yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu pendidikan adalah hak semua bangsa jadi
semuanya orang berhak merasakan dan memperoleh pendidikan yang layak baik itu laki-
laki atau perempuan, tua atau muda, besar atau kecil semuanya memiliki hak yang sama
dalam pendidikan. Dan pendidikan itu tidak hanya bisa didapatkan dalam pendidikan
formal saja, melainkan dapat di peroleh juga dalam lembaga pendidikan non formal
seperti pendidikan dalam lingkungan keluarga ataupun masyarakat. Dengan demikian
seorang guru memiliki peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan dan memajukan
kehidupan bangsa.

Rusman dalam bukunya yang berjudul model-model pembelajaran, mengklasifikasikan


peranan guru sebagai berikut:

a) Peran guru berkaitan dengan kompetensi guru seperti melakukan diagnosis terhadap
perilaku awal siswa, membuat RPP, danmelaksanakan proses pembelajaran.
b) Guru sebagai pelaksana administrasi di sekolah
c) Guru sebagai komunikator
d) Guru sebagai demonstrator
e) Guru sebagai pengelola kelas
f) Guru sebagai mediator dan fasilitator

7
g) Guru sebagai evaluator
h) Guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah.13

Sedangkan Sofwan Amir (2013: 30) dalam bukunya menuliskan bahwa, Guru,
memiliki beberapa peran yang harus di munculkan pada saat kegiatan belajar mengajar.
Peran-peran tersebut yaitu sebagai :

1) Korektor, guru menilai dan mengoreksi semua hasil belajar, sikap, tingkah, dan perbuatan
siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah evaluator.
2) Inspirator, guru memberikan inspirasi kepada siswa mengenai cara belajar yang baik.
3) Informator, guru memberikan informasi yang baik dan efektif mengenai materi yang telah
di programkan serta informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4) Organisator, guru berperan mengelola berbagai kegiatan akademik baik intrakurikuler
maupun ekstrakurikuler sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi anak didik.
5) Motivator, guru dituntut untuk dapat mendorong anak didiknya agar senantiasa memiliki
motivasi tinggi dan aktif belajar.
6) Inisiator, guru menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan Pengajaran
7) Fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan anak didik
dapat belajar secara optimal
8) Pembimbing, guru memberikan bimbingan kepada anak didiknya dalam menghadapi
tantangan maupun kesulitan belajar.
9) Demonstrator, guru dituntut untuk dapat memperagakan apa yang diajarkan secara
didaktis, sehingga anak didik dapat memahami pelajaran secara optimal.
10) Pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah
tempat berhimpun guru dan siswa
11) Mediator, guru dapat berperan sebagai penyedia media dan penengah dalam proses
pembelajaran peserta didik.
12) Supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki dan menilai secara kritis
proses pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat optimal.
13) Evaluator, guru dituntut untuk mampu menilai produk pembelajaran serta proses
pembelajaran.

13
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT. Rajawali Pres,
2013), Cet ke-3, hal. 59-65

8
Sehingga, dari penjelasan-penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa guru
berperan penuh dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan proses kegiatan
guru dan siswa yang menciptakan hubungan timbal balik sehingga guru memegang peranan
penting dalam proses pembelajaran yang mana proses pembelajaran tersebut merupakan inti
dari proses pendidikan secara keseluruhan. Seperti yang telah di dikemukakan oleh Adam dan
Dickley dalam basic principle of student teaching, peran guru antara lain:” guru sebagai
pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor,
perencana, supervisor, motivator dan konselor.”14

C. Pengertian Pelatihan
Istilah pelatihan sangat erat kaitannya dengan latihan. latihan adalah kegiatan atau
pekerjaan melatih untuk memperoleh kemahiran atau kecakapan. Sedangkan tujuan kegiatan
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang agar mereka yang
dilatih mendapat pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi permasalahan yang
dihadapi sesuai harapan dan tujuan yang di inginkan mengikuti kegiatan pelatihan. Pelatihan
adalah bagian dari pendidikan yang merupakan sarana pembinaan dan pengembangan karir
serta salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan.

Goldstsein dan Gressner (1988) dalam Kamil (2010) mendefinisikan pelatihan sebagai
usaha sistematis untuk menguasai keterampilan, peraturan, konsep, ataupun cara berperilaku
yang berdampak pada peningkatan kinerja. Kemudian, menurut Dearden (1984) dalam Kamil
(2010)15 yang menyatakan bahwa pelatihan pada dasarnya meliputi proses belajar mengajar
dan latihan bertujuan untuk mencapai tingkatan kompetensi tertentu atau efisiensi kerja.
Sebagai hasil pelatihan, peserta diharapkan mampu merespon dengan tepat dan sesuai situasi
tertentu.16

Menurut Sakula dalam Mangkunegara (2009: 44) pelatihan adalah suatu proses
pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir dimana
pegawai non managerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan
terbatas. Berdasarkan SK Menpan No. 01/Kep/M. Pan/2001 dalam Sedarmayanti (2014: 164)
pelatihan adalah proses pembelajaran yang lebih menekan pada praktik daripada teori yang

14
Moh. Uzer Usman , Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2006), Cet ke-20, hal. 9
15
Kamil, Mustofa. (2010) . Model Pendidikan Dan Pelatihan: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta, hal. 7
16
Kamil, Mustofa. (2010). Model Pendidikan Dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung : Alfabeta, hal. 6

9
dilakukan seseorang atau sekelompok dengan menggunakan pendekatan pelatihan untuk
orang dewasa dan bertujuan meningkatkan dalam satu atau beberapa jenis keterampilan
tertentu.

Selanjutnya Fiedman dan Yarbrough dalam Sudjana (2007) menunjukan bahwa


pelatihan adalah upaya pembelajaran, yang diselenggarakan oleh organisasi (instansi
pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan, dan lain sebagainya) untuk memenuhi
kebutuhan atau untuk mencapai tujuan organisasi17. Selain itu, Sastrodipoera (2006) dalam
Kamil (2010) memberikan definisi pelatihan adalah “salah satu jenis proses pembelajaran
untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pengembangan sumber daya
manusia, yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih
mengutamakan taktik daripada teori”. 18 Sejalan dengan pendapat diatas Sastradipoera
(2006)19 menyebutkan juga bahwa pelatihan bisa dianggap sebagai suatu proses penyampaian
pengetahuan , keterampilan, dan pembinaan sikap dan kepribadian.

Dengan demikian, berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan diatas,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pelatihan merupakan suatu bentuk bantuan dalam
proses pembelajaran yang terorganisir dan sistematis dengan jangka waktu yang relatif
singkat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan yakni guru yang
sifatnya praktis guna mencapai tujuan karena dengan pelatihan dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan guru sebagai seorang pegawai dalam melaksanakan tugas-
tugas.

D. Tujuan Pelatihan
Tujuan penelitian tidak hanya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru saja,
melainkan juga untuk mengembangkan bakat. Oleh karena itu Sebuah pelatihan sejatinya
dirancang untuk mewujudkan tujuan-tujuan, baik tujuan organisasi yang menyelenggarakan
pelatihan maupun tujuan para peserta yang mengikuti pelatihan secara perorangan. Moekijat
(2002) menyebutkan bahwa tujuan pelatihan ialah ;

a) Mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan
lebih efektif;
17
Surjana, (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian-2, Ilmu Pendidikan Praktis. Jakarta: PT. Imperial
Bhakti Utama, hal. 4
18
Kamil, Mustofa. (2010). Model Pendidikan Dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung : Alfabeta.
19
Sastradipoera, Komaruddin. (2006). Pengembangan dan Pelatihan Suatu Pendekatan Menejemen Sumber
Daya Manusia. Bandung : Kappa-Sigma, hal. 121

10
b) Mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat secara rasional;
c) Mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemampuan kerja sama dengan teman-
teman pegawai dan dengan pimpinan.20

Mills dalam Artasasmita (1987, hlm.20) menyatakan bahwa tujuan pelatihan adalah
Untuk menolong peserta pelatihan agar memperoleh keterampilan, sikap, dan kebiasaan
berfikir dengan efisien dan efektif. Pengertian tujuan pelatihan tersebut jelas mengungkapkan
bahwa pelatihan haruslah menjadi sarana pemenuh kebutuhan peserta pelatihan untuk dapat
mengembangkan keterampilan, pengetahuan, sikap yang dapat dimanfaatkan oleh peserta
pelatihan setelah mengikuti pelatihan tersebut sesuai dengan kompetensinya sebagai upaya
pengembangan usaha.

Simamora dalam Kamil (2010) mengelompokkan tujuan pelatihan menjadi lima bidang,
yaitu:

a) Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan perubahan teknologi. Melalui


pelatihan, pelatih memastikan bahwa karyawan dapat secara efektif menggunakan
teknologi-teknologi baru.
b) Mengurangi waktu belajar bagi karyawan untuk menjadi kompeten dalam pekerjaan.
c) Membantu memecahkan permasalahan operasional.
d) Mempersiapkan karyawan untuk promosi
e) Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi.21

Sementara itu, menurut Marzuki ada tiga tujuan pokok yang harus dicapai dengan
pelatihan, yaitu:

a) Memenuhi kebutuhan organisasi.


b) Memperoleh pengertian dan pemahaman yang lengkap tentang pekerjaan dengan standar
dan kecepatan yang telah ditetapkan dan dalam keadaan yang normal serta aman.
c) Membantu para pemimpin organisasi dalam melaksanakan tugasnya.22

Abdurrahman Fatoni (2006) Mengemukakan bahwa dalam rangka pembinaan terhadap


pegawai pelatihan bertujuan:

20
Moekijat, (2002). Evaluasi Pelatihan dalam Rangka Peningkatan Produktivitas (Perusahaan). Bandung :
Mandar Maju, hal. 2
21
Kamil, Mustofa. (2010). Model Pendidikan Dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung : Alfabeta, hal. 11
22
Marzuki, M.S. (1992). Strategi dan Model Pelatihan, Malang: IKIP Malang.

11
a) Meningkatkan kepribadian dan semangat pengabdian kepada organisasi dan masyarakat.
b) Meningkatkan mutu dan kemampuan guru, serta keterampilan baik dalam melaksanakan
tugasnya maupun kepemimpinannya.
c) Melatih dan meningkatkan mekanisme kerja guru dan kepekaan dalam melaksanakan
tugas
d) Melatih dan meningkatkan kerja guru dalam perencanaan.
e) Meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan kerja seorang guru
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan
(Diklat) pasal 2 menjelaskan tujuan diklat adalah:

a) Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan sikap untuk dapat melaksanakan


tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai
dengan kebutuhan instansi.
b) Menciptakan pegawai yang mampu berperan sebagai pembaharuan dan perekat persatuan
dan kesatuan bangsa.
c) Menetapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan,
pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat.
d) Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas
pemerintah dan pembangunan demi terwujudnya kepemerintahan yang baik.23

E. Prinsip-Prinsip Pelatihan
Sebuah pelatihan akan berjalan secara efektif dan optimal bila prinsip-prinsip pelatihan
dikembangkan sesuai dengan pelatihan yang berkaitan sesuai dengan tujuan pelatihan yang
diharapkan. William B. Werther dalam Skripsi Yusuf Husaeni (2013) menyatakan bahwa
prinsip-prinsip pelatihan adalah sebagai berikut :

a) Prinsip Partisipasi, pembelajaran biasanya akan lebih cepat dan bertahan lama apabila
peserta belajar terlibat secara aktif. Partisipasi akan meningkatkan motivasi dan empati
terhadap proses belajar. Dengan keterlibatan secara langsung, peserta dapat belajar lebih
cepat dan memahaminya lebih lama.
b) Prinsip Repetisi, repetisi akan memperkuat suatu pola ke dalam memori seseorang.
Belajar dengan pengulangan kunci-kunci pokok dari ide-ide akan dengan mudah dapat
diingat kembali bila diperlukan.

23
Peraturan Pemerintah (PP) No. 101, tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pasal 2

12
c) Prinsip Relevansi, belajar akan lebih efektif apabila materi yang dipelajari bermakna atau
mempunyai relevansi dengan kebutuhan seseorang.
d) Prinsip Pengalihan Pengetahuan dan Keterampilan, semakin dekat kebutuhan program
pelatihan bersentuhan dengan kebutuhan/ pelaksanaan pekerjaan, maka akan semakin
cepat seseorang untuk belajar menguasai pekerjaan tersebut. Dengan kata lain, pengalihan
pengetahuan dan keterampilan bisa terjadi karena penerapan teori dalam situasi yang
nyata atau karena praktek yang bersifat simulasi. Artinya pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh dalam simulasi dapat dengan mudah dialihkan dalam situasi sebenernya.
e) Prinsip Umpan Balik, melalui sistem umpan balik, peserta pelatihan dapat mengetahui
tercapai tidaknya tujuan pelatihan. Artinya, dengan umpan balik peserta termotivasi untuk
mengetahui perubahan yang terjadi di dalam dirinya, baik kemampuan, keterampilan,
maupun kepribadian dan termotivasi untuk menyesuaikan tingkah laku mereka untuk
secepat mungkin meningkatkan kemajuan belajarnya.24
Sama halnya dengan prinsip-prinsip pelatihan yang dikemukakan William B. Werther
sebelumnya, prinsip-prinsip pembelajaran akan memberikan arah bagi cara-cara seseorang
(peserta pelatihan) belajar efektif dalam kegiatan pelatihan. Prinsip-prinsip pelatihan akan
berjalan baik manakala asas-asas maupun prinsip-prinsip penyelenggaraan pelatihan
hendaknya dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Menurut Dale Yoder dalam Skripsi R.Ratih
Nurlaila (2014) Ada sembilan prinsip yang berlaku dalam kegiatan pelatihan yaitu sebagai
berikut :
a) Perbedaan Individu (Individual Differences)
b) Hubungan dengan Analisis Jabatan (Relation to Job Analysis)
c) Motivasi (Motivation)
d) Partisipasi yang Aktif (Active Participation)
e) Seleksi Pengikut Latihan (Selection of Trainess)
f) Seleksi para Pelatih (Selection of Trainers)
g) Latihan bagi para Pelatih (Trainer of Training)
h) Metode Pelatihan (Training Methods)

24
Husaeni, Yusuf. (2013). Keterlibatan Dunia Usaha dalam Penyelenggaraan Pelatihan Garmen (Studi
Deskriptif Pelatihan Menjahit di LPK Pelita Massa Jl.Ibu Inggit Ganarsih No.43 Bandung). Skripsi UPI: tidak
diterbitkan, hal. 31

13
i) Prinsip Belajar (Principle of Learning)25

F. Indikator Pelatihan
Indikator dari Pelatihan menurut Rae dalam (Sofyandi, Herman, 2013:131) meliputi :

a) Isi pelatihan, yaitu apakah isi program pelatihan relevan dan sejalan dengan kebutuhan
pelatihan, dan apakah pelatihan tersebut up to date.
b) Metode pelatihan, apakah metode pelatihan yang diberikan sesuai untuk subjek itu dan
apakah metode pelatihan tersebut sesuai dengan gaya belajar peserta pelatihan.
c) Sikap dan keterampilan instruktur, yaitu apakah instruktur mempunyai sikap dan
keterampilan penyampaian yang mendorong orang untuk belajar.
d) Lama waktu pelatihan, yaitu berapa lama waktu pemberian materi pokok yang harus
dipelajari dan seberapa cepat tempo penyampaian materi tersebut.
e) Fasilitas pelatihan, yaitu apakah tempat penyelengaraan pelatihan dapat dikendalikan oleh
instruktur, apakah relevan dengan jenis pelatihan, dan apakah makanannya memuaskan.
Sementara itu, indikator pelatihan menurut anwar,2013:76 yaitu :

a) Waktu pelaksanaan pelatihan


b) Peserta pelatihan
c) Metode Penyampaian materi pelatihan
d) Instruktur
e) Sarana dan Prasarana pelatihan
f) Materi pelatihan

G. Komponen-Komponen Pelatihan
Komponen pelatihan adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas dan
mutu suatu pelatihan serta merupakan kunci utama dalam sebuah menyusun sebuah program
pelatihan. Oleh karena itu, dalam suatu penyelenggaraan pelatihan harus terdapat bebrapa
komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Sudjana dalam Kamil (2012) mengemukakan
komponen-komponen pelatihan yaitu:

a) Masukan sarana (instrument input)

25
Nurlaila, Ratih. (2014). Penerapan Pelatihan Instruktur Matematika Kreatif Dalam Membentuk Kompetensi
Pendidik Bagi Calon Instruktur Dilembaga Bimbel APIQ. Skripsi UPI: tidak diterbutkan, hal. 15

14
Yakni meliputi keseluruhan sumber dan fasilitas yang menunjang kegiatan belajar.
Masukan sarana dalam pelatihan ini mencakup kurikulum, tujuan pelatihan, sumber
belajar, fasilitas belajar, biaya yang dibutuhkan dan pengelola pelatihan.
b) Masukan mentah (raw input)
Yaitu peserta pelatihan dengan berbagai karektiristiknya, seperti pengetahuan,
keterampilan dan keahlian, jenis kelamin, pendidikan, kebutuhan belajar, latar
belakang sosial budaya, latar belakang ekonomi dan kebiasaan belajarnya.
c) Masukan lingkungan (environment input)
Yaitu meliputi faktor lingkungan yang menunjang pelaksanaan kegiatan pelatihan, seperti
lokasi pelatihan.
d) Proses (process)
Yaitu kegiatan interaksi edukatif yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan antara
sumber belajar dengan warga belajar peserta pelatihan.
e) Keluaran (output)
Yaitu lulusan yang telah mengalami proses pembelajaran pelatihan.
f) Masukan lain (other input) Yaitu daya dukung pelaksanaan pelatihan, seperti pemasaran,
lapangan kerja, informasi dan situasi sosial-budaya yang berkembang.
g) Pengaruh (impact)
Yaitu yang berhubungan dengan hasil belajar yang dicapai oleh peserta pelatihan,
yang meliputi peningkatan taraf hidup, kegiatan membelajarkan orang lain lebih
lanjut, dan peningkatan partisipasi dalam kegiatan sosial dan pembangunan
masyarakat26
Menurut Mangkunegara (2009, 51), terdapat beberapa komponen-komponen pelatihan
dan pengembangan diantaranya:

a) Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat diukur,
b) Para pelatih (trainers) harus ahli dan mempunyai kualitas yang memadai (professional).
c) Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan
pegawai yang menjadi peserta.
d) Metode pelatihan dan pegembangan harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan
pegawai yang menjadi peserta.

26
Kamil, Mustofa. (2012) . Model Pendidikan Dan Pelatihan: KonsepdanAplikasi. Bandung: Alfabeta, hal. 21

15
e) Peserta pelatihan dan pengembangan (trainers) harus memenuhi persyaratan yang
ditentukan.

H. Metode-Metode Pelatihan
Pada pelaksanaan pelatihan, terdapat tiga metode yang akan dikembangkan, metode-
metode tersebut sesuai dengan kondisi masyarakat dan kebutuhan pelatihan, menurut Kamil
(2010) metode-metode yang akan dikembangkan tersebut yaitu :

a) Mass teaching method, yakni metode yang ditunjukan pada masa. Metode ini dipilih
untuk menyampaikan sampai pada taraf awareness (kesadaran) dan interest (ketertarikan).
b) Group teaching method, yakni metode yang ditunjukan pada kelompok. Metode ini dipilih
untuk menyampaikan sampai pada taraf kesadaran dan ketertarikan ditambah dengan
evaluation (pertimbangan) dan trial (mencoba).
c) Individual teaching method, yakni metode yang ditunjukan pada individu, dan metode ini
dipilih untuk menyampaikan sampai kesadaran, ketertarikan, pertimbangan dan mencoba,
juga peserta pelatihan sampai pada taraf adoption (mengambil alih), action (berbuat), dan
satisfaction (kepuasan).27

Metode-metode pelatihan tersebut dipilih sesuai dengan sasaran pelatihan dan dilihat
dari tujuan masyarakat (peserta pelatihan) dalam kegiatan pembelajaran karena tujuan
tersebut berkaitan dengan konsep diri masyarakat dan pengalaman belajarnya. Hal tersebut
akan mempengaruhi keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran. Metode yang digunakan juga
haruslah bervariasi agar dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta pelatihan, sehingga
tidak munculnya kejenuhan atau kebosanan dari peserta pelatihan dalam mengikuti kegiatan
pelatihan.

Sedangkan Bangun Wilson (2012:119) mengemukakan metode Pelatihan yaitu

a) Metode latihan atau training terdiri dari lima cara yaitu:


1. Dalam Pekerjaan, pada metode ini peserta pelatihan langsung bekerja di tempat untuk
belajar dan meniru suatu pekerjaan dibawah bimbingan seorang pengawas. Kelebihan
metode ini terletak pada pemberian inovasi yang besar kepada peserta untuk belajar.
Keberhasilan metode ini sepenuhnya tergantung pada penatar,

27
Kamil, Mustofa. (2010). Model Pendidikan Dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung : Alfabeta, hal.
157

16
2. Dalam Ruangan, metode pelatihan dilakukan di dalam kelas yang biasanya dilakukan oleh
perusahaan industri untuk memperkenalkan pekerjaan kepada pegawai baru dan melatih
mereka memperkenalkan pekerjaan tersebut. Disini biasanya diberikan latihan jenis
pekerjaan,
3. Bermain peran dan Demonstrasi, metode pelatihan dengan cara peragaan dan penjelasan
bagaimana cara-cara melakukan suatu pekerjaan melalui contoh atau percobaan yang
didemonstrasikan. Biasanya dilengkapi dengan kuliah, gambar-gambar, vidio dsb,
4. Simulasi, suatu teknik untuk mencontoh semirip mungkin terhadap konsep sebenarnya
dari pekerjaan yang akan dijumapai. Melalui simulasi dilakukan penampilan situasi atau
kejadian semirip mungkin dengan situasi yang sebenarnya, walaupun itu hanya
merupakan tiruan saja,
5. Magang adalah suatu cara untuk mengembangkan keahlian sehingga para pegawai dapat
mempelajari segala aspek dari pekerjaan.

b). Classroom Methods, yang terdiri dari:

1. Ceramah, metode ini banyak diberikan dalam kelas. Pelatih memberikan teori-teori yang
diperlukan sementara yang dilatih mencatat dan mempersiapkannya,
2. Rapat, pelatih memberikan suatu makalah tertentu dan peserta ikut berpartisipasi
memecahkan masalah tersebut. Peserta juga harus menggunakan gagasan-gagasannya,
saran-saranya berdiskusi dan memberikan kesimpulannya,
3. Program instruksi, di mana peserta dapat belajar sendiri karena langkah-langkah
pengerjaanya sudah diprogram melalui komputer, buku-buku petunjuk. Program instruksi
melalui pemecahan informasi kedalam beberapa bagian kecil sehingga dapat dibentuk
program pengajaran yang mudah dipahami dan saling berhubungan,
4. Studi Kasus, dalam metode ini dimana pelatih memberikan suatu kasus kepada peserta.
Kasus tidak dilengkapi dengan data yang lenkap karena sengaja disembunyikan. Tujuanya
agar peserta terbiasa mencari data dari pihak eksternal dalam memutuskan suatu kasus
yang dihadapinya,
5. Rol Playing, metode ini dilakkan dengan menunjuk beberapa orang untuk memainkan
suatu peranan di dalam sebuah organisasi tiruan. Misalnya hubungan antara atasan dengan
bawahan dalam situasi tertentu,
6. Diskusi, melalui metode ini peserta dilatih untuk erani memberikan pendapat dan
rumusannya serta cara-cara menyakinkan orang lain agar percaya terhadap pendapat itu,

17
selain itu peserta juga dilatih untuk menyadari bahwa tidak ada rumusan mutlak benar,
sehinga dengan demikian ada kesediaan untuk menerima penyempurnaan dari orang lain,
menerima informasi dan memberi informasi,
7. Seminar, cara ini bertujuan untuk mengembangkan kecakapan dan keahlian peserta dalam
menilai dan memberikan saran-saran yang konstruktif mengenai pendapat orang lain.
Peserta dilatih mempersepsi dan mengevaluasi, menerima atau menolak pendapat orang
lain.

I. Mengamen Pelatihan
Manajemen pelatihan yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam
menghasilkan Sumber Daya Manusia yang siap bersaing. Sejalan a dengan Pengelolaan
program pelatihan yang diungkapkan oleh Sudjana dalam bukunya terdiri dari tiga tahapan,
yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Proses perencanaan pelatihan adalah proses
merancang dan menyusun program pelatihan dari awal sampai akhir. Sudjana (2006)
mengemukakan bahwa Pengelolaan program pelatihan terdiri atas :

a) Lokasi kegiatannya yaitu dimana program itu akan dilakukan apakah di daerah perkotaan
atau pedesaan, daerah pertanian atau industri dan lain sebagainya,
b) Kurikulum, pendidik, tenaga lainnya (seperti penyelenggaraan, pengelola dan staf), sarana
prasarana, serta dana”,
c) Peserta pelatihan setelah dipertimbangkan kebutuhan belajarnya, karakteristiknya (fisik,
psikis dan fungsional),
d) Proses pembelajaran mencangkup penggunaan strategi pembelajaran yaitu pendekatan,
metode, teknik dan media pembelajaran,
e) Keluaran pembelajaran yang mencangkup perubahan perilaku peserta pelatihan dan
lulusan dalam ranah kognisi, afeksi dan psikomotorik (skills) dan nilai,
f) Masukan lain yang meliputi dana belajar, fasilitas dan alat, permodalan, pemasaran, bahan
baku, bimbingan, pendampingan, jejaring, paguyuban alumni, dan lain sebagainya.28

Sedangkan menurut Kamil (2012) menyebutkan bahwa langkah pengelolaan pelatihan


yaitu :

28
Sudjana, (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia, hal. 255

18
a) Rekrutmen peserta pelatihan
b) Identifikasi kebutuhan belajar, sumber belajar dan kemungkinan hambatan
c) Menentukan dan merumuskan tujuan pelatihan
d) Menyusun alat evaluasi awal dan evaluasi akhir
e) Menyusun Urutan Kegiatan Pelatihan
f) Pelatihan untuk pelatih
g) Melaksanakan evaluasi awal bagi peserta
h) Mengimplementaikan pelatihan
i) Evaluasi akhir
j) Evaluasi program pelatihan29

J. Manfaat Pelatihan
Selain tujuan, pelatihan guru juga mempunyai manfaat yang sangat penting, manfaat
pelatihan dipaparkan oleh Wursanto (1989: 60-61) beliau menyebutkan ada berbagai manfaat
yang dapat dipreroleh dari diadakannya dan pelatihan, diantaranya yaitu:

a) Meningkatkan stabilitas pegawai, artinya hubungan pergantian dengan pegawai lainya


yang tidak hadir.
b) Memperbaiki cara kerja pegawai, artinya pegawai lebih kreatif dalam menjalankan
pekerjaannya.
c) Pelatihan memberi manfaat yang sangat baik bagi pegawai, karena dengan adanya
pelatihan pegawai dapat berkembang dengan cepat, efisien dan melaksanakan tugas
dengan baik.
d) Memberi kesempatan bagi pegawai untuk mengembangkan diri.
Sedangkan menurut Simamora (2010: 29) menyebutkan manfaat yang diperoleh dari
diadakannya kegiatan pelatihan yaitu:

a) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produktifitas.


b) Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai standar-standar
kinerja yang ditentukan.
c) Menciptakan sikap, loyalitas dan kerja sama yang lebih menguntungkan.
d) Memenuhi persyaratan perencanaan sumber daya manusia.

29
Kamil, Mustofa. (2012) . Model Pendidikan Dan Pelatihan: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta, hal. 17

19
e) Mengurangi jumlah dan biaya kecelakaan kerja.
f) Membantu keryawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka
Sementara itu, M. Saleh Marzuki (1992) juga menjelaskan manfaat pelatihan sebagai
berikut:

a) Pelatihan sebagai alat untuk memperbaiki penampilan atau kemampuan individu atau
kelompok dengan harapan memperbaiki performance organisasi
b) Keterampilan tertentu diajarkan agar karyawan dapat melaksanakan tugas-tugas sesuai
dengan standar yang diinginkan
c) Pelatihan juga dapat memperbaiki sikap-sikap terhadap pekerjaan, terhadap pimpinan atau
karyawan
d) Manfaat lain daripada pelatihan adalah memperbaiki standar keselamatan.30
Dengan adanya uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa mendapatkan perubahan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang telah didapat dari proses pelaksanaan pelatihan.
Serta bermanfaat bagi peserta pelatihan yaitu guru, dalam meningkatkan kinerja pada tugas
atau pekerjaan yang sudah menjadi tanggung jawabnya.

30
Marzuki, M.S. (1992). Strategi dan Model Pelatihan, Malang: IKIP Malang, hal. 28

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Guru adalah seseorang yang berjasa dalam dunia pendidikan, karena guru adalah
orang yang memberikan ilmu pengetahuan. guru merupakan seseorang yang
berkewajiban untuk mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya
kepada orang lain, sehingga dia dapat menjadikan orang lain menjadi orang yang cerdas.
Dalam pelaksanaannya tentu uqsd seorang guru mengemban berbagai macam tugas
yakni, mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai dan mengevaluasi para peserta
didik, serta guru juga mempunyai banyak berperan yaitu sebagai korektor, inspirator,
informator, .organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator,
pengelola kelas, mediator, supervisor, evaluator dan lain sebagainya.

Menjadi seorang guru yang profesional dalam menjalankan tugas dan peran, tentu
seorang guru harus mempunyai tingkat kompetensi yang tinggi, yaitu dalam bidang
pengetahuan, keterampilan dan bakat. Oleh karena itu, dalam kegiatan pelatihan yaitu
suatu bentuk proses pembelajaran yang terorganisir dan sistematis dengan jangka waktu
yang relatif singkat guru dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta bakat yang
bersifat praktis yang berguna untuk mewujudkan guru yang profesional, yang dapat
menjalankan tugas dan peran dengan baik.

Kemudian, guru sudah seharusnya mengikuti kegiatan pelatihan karna pelatihan


sangat memberikan banyak manfaat bagi seorang guru, yakni, dengan pelatihan guru
senantiasa melakukan up grading terus menerus terhadap kemampuan, pengetahuan
termasuk dalam hal mendapatkan metode, pendekatan, atau cara yang tepat dalam
pembelajaran sehingga guru dapat menjadi sumber belajar yang memiliki metode dan
pendekatan-pendekatan yang relevan di setiap perkembangan zaman untuk menuju ke
arah pelaksanaan tugas dan tanggung jawab keguruan secara profesional.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kami sangat berharap kiranya ada saran serta kritik yang demi pembuatan makalah yang
lebih baik lagi untuk kedepannya.

21
DAFTAR PUSTAKA
Rusman, 2011, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta;
PT Raja Grafindo Persada
Oemar Hamalik,, 2003, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendidikan Kompetensi, Jakarta:
PT.Bumi Aksara
Jejen Musfah, 2011, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatiahan Dan Sumber Belajar,
Jakarta; Kencana
Suparlan, menjadi guru efektif, yogyakarta : hikayat publisihing, 2005
Syaiful Bahari Djamarah, 2000, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
PT.Rineka

Abuddin Nata,2005, Filsafat Pendidikan Islam, (akarta: Gaya Media Pratama, 2005

Ramayulis, 2013, Profesi dan Etika Keguruan, Jakarta: Kalam Mulia

Rusman, 2013, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,


Jakarta: PT. Rajawali Pres

Moh. Uzer Usman , 2006, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

Kamil, Mustofa, 2012, Model Pendidikan Dan Pelatihan: KonsepdanAplikasi. Bandung:


Alfabeta

Kamil, Mustofa, 2010, Model Pendidikan Dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung :
Alfabeta.

Kamil, Mustofa, 2009, .Pendidikan Nonformal . Bandung: Alfabeta

Marzuki, M.S, 1992, Strategi dan Model Pelatihan, Malang: IKIP Malang.

Moekijat, 2002, Evaluasi Pelatihan dalam Rangka Peningkatan Produktivitas

Sudjana, N, 2005, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana, N, 2001, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar . Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. (Perusahaan). Bandung : Mandar Maju

Sastradipoera, Komaruddin, 2006, Pengembangan dan Pelatihan Suatu Pendekatan


Menejemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Kappa-Sigma.

22
Sudjana, D, 2010, Manajemen Program Pendidikan: untuk Pendidikan Nonformal dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah

Sudjana,D, 2009, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT Remaja

_________,2007, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian-2, Ilmu Pendidikan Praktis. Jakarta:
PT. Imperial Bhakti Utama.

_________, 2006, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Bandung : Program


Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

_________, 2004, Manajemen Program Pendidikan, Bandung: Fallah Rosdakarya

_________, 2001, Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Fallah

_________, 1996, Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah,


Teori Pendukung, Azas. Bandung : Falah Production.

Husaeni, Yusuf, 2013, Keterlibatan Dunia Usaha dalam Penyelenggaraan Pelatihan Garmen
(Studi Deskriptif Pelatihan Menjahit di LPK Pelita Massa Jl.Ibu Inggit Ganarsih
No.43 Bandung). Skripsi UPI: tidak diterbitkan

Nurlaila, Ratih, 2014, Penerapan Pelatihan Instruktur Matematika Kreatif Dalam Membentuk
Kompetensi Pendidik Bagi Calon Instruktur Dilembaga Bimbel APIQ. Skripsi UPI:
tidak diterbitkan

Universitas Pendidikan Indonesia.(2015). Pedoman Karya Tulis Ilmiah Universitas


Pendidikan Indonesia.Bandung : UPI Press.

Departemen Agama, 2005, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, Jakarta:
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam

Undang - Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Bab I pasal I

Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 Pasal 26

Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 Pasal 39

23

Anda mungkin juga menyukai