Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN

Dosen pengampu:

Dr. Abdul Wahid, S.Pd., M.Pd.

Di Susun Oleh Kelompok 3 :

 Handayani : 920862060035
 Wilda Mudhiah Artaty : 920862060033
 Wahyu Nur Bashita : 920862060038
 Nur Fadillah Sari : 920862060036
 Mawaddah : 920862060002
 Rahmawati : 920862060018
 Muh. Resky Sabrian Ma’ruf : 920862060008

STKIP ANDI MATAPPA PANGKEP

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

TAHUN AJARAN 2021/2022

1
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya makalah ini telah dapat terselesaikan. Makalah ini
disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Keterampilan Dasar Mengajar,
dengan harapan agar penulis mengerti dan memahami tentang materi
“Keterampilan Memberi Penguatan”.
Makalah ini diharapkan dapat dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa di
dalam maupun diluar kegiatan. Tujuannya agar mahasiswa dapat mengadakan
refleksi sejauh mana mereka merasa tuntas pada mata kuliah yang telah diikutinya
dalam hal ini adalah Strategi Pembelajaran. Kepada berbagai pihak yang telah
berpartisipasi dalam proses penyusunan makalah ini, penulis sampaikan
penghargaan dan ucapan terimakasih. Kepada para pembaca, penulis berharap
makalah ini dapat dimanfaatkan dengan baik dan demi perbaikan, penulis
mengharapkan adanya masukan untuk penyempurnaan makalah ini di masa
mendatang.

Pangkep, 3 Maret 2022

Penulis

3
DAFTAR ISI

Kata pengantar............................................................................................... 2

Daftar isi......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah.................................................................... 4


b. Rumusan Masalah.............................................................................. 5
c. Tujuan Penulisan................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN

a. Keterampilan Memberi Penguatan.................................................... 6


b. Komponen Keterampilan Memberi Penguatan.................................. 8
c. Cara Penggunaan............................................................................... 14
d. Prinsip Penggunaan............................................................................ 16
e. Tujuan Penguatan............................................................................... 20

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan........................................................................................ 24
b. Saran.................................................................................................. 25

Daftar Pustaka................................................................................................ 26

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Guru merupakan seorang pendidik yang berperan penting dalam dunia
pendidikan. Guru sebagai tenaga pendidik harus menciptakan suasana yang
menyenangkan untuk menarik minat siswa dan mendorong siswa untuk
berkreativitas. Dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2005, tentang guru dan
dosen “pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevalusi peserta didik pada
pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.” Guru memiliki peran yang sangat penting dalam membantu
perkembangan siswa untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Peningkatan
mutu SDM terutama di bidang pendidikan merupakan suatu kewajiban bagi
tenaga pendidik. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang diatas
bahwa guru merupakan pendidik profesional. Seorang tenaga pendidik harus
memiliki keterampilan dalam mengajar. Keteranpilan mengajar guru sangat
diperlukan untuk dapat menumbuhkan semangat belajar siswa, keefektifan proses
pembelajaran dapat dicapai dengan keterampilan guru yang menarik, sehingga
siswa dapat mengerti dengan materi yang disampaikan. Keterampilan mengajar
guru sangat bermacam-macam, mulai dari keterampilan membuka dan menutup
pembelajaran, keterampilan bertanya dasar, keterampilan memberi penguatan,
keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, dan
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Keterampilan-
keterampilan ini dapat digunakan tenaga pendidik dalam proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Guru harus memiliki kreativitas dalam
menciptakan suasana kelas yang baik guna meningkatkan semangat dan minat
siswa. Salah satu keterampilan yang perlu dimiliki guru adalah keterampilan
memberi penguatan. Keterampilan ini sangat diperlukan untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa, karena secara tidak langsung kita sering bersikap dingin
5
sehingga dapat menimbulkan pemikiran mereka merasa tidak dihargai. Oleh
karena itu, pada kesempatan kali ini, penulis akan membahas mengenai
keterampilan memberi penguatan untuk meningkatkan semangat, dan motivasi
kepada siswa dalam proses pembelajaran
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan memberi penguatan?
2. Apa saja komponen dalam keterampilan pemberian penguatan?
3. Bagaimana cara penggunaan pemberian penguatan?
4. Bagaimana prinsip keterampilan memberi penguatan?
5. Apa tujuan memberikan penguantan?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa itu keterampilan memberi pengetahuan
2. Untuk mengetahui komponen dalam keterampilan memberi penguatan
3. Untuk mengetahui cara penggunaan pemberian penguatan
4. Untuk mengetahui prinsip keterampilan memberi penguatan .
5. Untuk mengetahuan tujuan pemberian penguatan

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keterampilan Memberi Penguatan
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal adanya "hadiah". Orang yang
bekerja untuk orang lain hadiahnya adalah upah/ gaji; orang yang menyelesaikan
suatu program sekolah, hadiahnya adalah ijazah; membuat suatu prestasi dalam
satu bidang olah raga, hadiahnya adalah medali atau uang; tepuk tangan, member
salam pada dasarnya adalah hadiah juga, pemberian hadiah tersebut secara
spikologis akan berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang yang menerimanya.
Demikian juga halnya dengan hukuman yang diberikan seseorang karena
mencuri, menyontek, tidak mengerjakan tugas, datang terlambat, menipu, dan
lain-lain, yang pada dasarnya uga akan berpengaruh terhadap tingkah laku orang
yang menerima hukuman. Baik pemberian hadiah maupun pemberian hukuman
merupakan respon seseorang kepada orang lain karena perbuatannya. Hanya saja
pada pemberian respon pada pemberian hadiah merupakan respon yang positif,
sedangkan pada pemberian respon hukuman merepukan respon yang negatif.
Keterampilan mengajar sangat penting untuk calon guru ketika
melaksanakan tugasnya dikelas (Rahayu et al., 2018). Pendidik harus menguasai
dan memenuhi ketiga komponen trilogi profesi, yaitu komponen dasar keilmuan,
substansi profesi, dan komponen praktik profesi. Pengelolaan pendidikan
diharapkan mampu memberdayakan para pendidik untuk menyelenggarakan tugas
keprofesionalan sesuai trilogi profesi (Nasrun, 2017). Komponen dasar keilmuan
memberikan landasan bagi calon tenaga pendidik sehingga memiliki wawasan,
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap berkenaan dengan profesi pendidik.
Pendidik diwajibkan menguasai ilmu pendidikan sebagai dasar dari keseluruhan
kinerja profesionalnya. Komponen substansi profesi membekali calon pendidik
berkaitan dengan apa yang menjadi fokus, serta objek praktis spesifik pekerjaan
profesionalnya. Komponen ini berintikan proses pembelajaran materi yang
merupakan bagian kurikulum. Komponen praktik mengarahkan calon tenaga
pendidik untuk menyelenggarakan praktik profesinya kepada sasaran pelayanan
secara tepat dan berdaya guna. Keterampilan memberi penguatan merupakan
salah satu keterampilan mengajar yang harus dimiliki oleh seorang tenaga

7
pendidik. Dalam proses pembelajaran, keterampilan maupun tingkah laku peserta
didik yang baik dapat kita beri penghargaan baik berupa senyuman, kalimat
pujian, maupun hadiah. Pemberian hadiah merupakan salah satu bentuk
penghargaan yang sangat berpengaruh dalam kehidupan peserta didik yang dapat
mendorongnya dalam meningkatkan semangat belajar dan memperbaiki tingkah
laku peserta didik. Bentuk respon ini merupakan salah satu bentuk pemberian
penguatan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. Pujian atau respons
positif guru terhadap kegiatan peserta didik yang positif akan membuat peserta
didik merasa merasa senang karena dianggap mempunyai kemampuan. Tujuan
memberi penguatan ini adalah untuk meningkatkan perhatian dan membangkitkan
semangat belajar siswa, memudahkan siswa memahami pembelajaran, mengontrol
dan memodifikasi tingkah laku siswa serta merangsang munculnya perilaku yang
positif, menumbuhkan percaya diri pada diri siswa, serta memelihara iklim kelas
yang kondusif. Menurut Barnawi dan Muhammad Arifin (2012: 208) penguatan
adalah respon positif dalam pembelajaran yang diberikan guru terhadap perilaku
peserta didik yang positif dengan tujuan mempertahankan dan meningkatkan
perilaku tersebut. Penguatan merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang
sengaja diberikan agar tingkah laku tersebut dapat terulang kembali. Penguatan
yang diberikan oleh guru merupakan hal yang sangat peting bagi peserta didik.
Hasibuan (2008:58) menyatakan bahwa siswa membutuhkan penguatan dalam
belajar karena penguatan merupakan penghargaan yang dapat menimbulkan
dorongan dan semangat dalam belajar. Jika dijabarkan fungsi penguatan ialah
untuk memberikan ganjaran kepada siswa sehingga siswa akan berbesar hati dan
meningkatkan partisipasinya dalam setiap proses pembelajaran. Dengan demikian
penguatan atau reinforcement merupakan salah satu bentuk respon positif tenaga
pendidik dalam proses pembelajaran terhadap perilaku peserta didik dengan
tujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku positif peserta didik
tersebut.
Pemberian penguatan ini ada yang dapat diperhitungkan dan ada yang
tidak dapat diperhitungkan. Yang dapat diperhitungkan ialah pemberian
penguatan setelah ada sejumlah respon tertentu atau setelah waktu tertentu. Pada
pemberian sebagian-sebagian yang tidak dapat diperhitungkan, pemberiannya

8
dilakukan dengan rasio acak tertentu. Pemberian penguatan yang tidak dapat
diperhitungkan membuat siswa selalu siap untuk bekerja atau elajar daripada
pemberian pengutan yang dapat diperhitungkan. Guru sebaiknya berhati-hati
dalam memilih pola pemberian penguatan terhadap seorang siswa sebagai
individu sebagai anggota kelompok kelas. Pola dan frekuensi pemberian
penguatan akan berhubungan dengan kebutuhan individu, kepentingan, tingkah
laku, dan kemampuan yang semuanya meruoakan prinsip-prinsip yang sangat
berarti dalam pendekatan ini.
1. Pola Penguatan
Pola dasar pemberian penguatan adalah pola berkesinambungan dan pola
sebagian-sebagian. Pengutan yang berkesinambungan adalah kelas tertentu.
Penguatan ini akan tepat, bila diberikan pada saat pengutan yang seratus persen
dibutuhkan bagi tingkah laku memulai pelajaran baru tetapi biasanya jarang
sekali dapat dilakukan. Sedangkan penguatan yang sebagian-sebagian, adalah
penguatan yang diberikan terhadap suatu respon tertentu tetapi tidak
keseluruhan.

B. Komponen Keterampilan Memberi Penguatan


Dalam proses belajar-mengajar perlu komponen yang tepat dalam pemberian
penguatan. Hal ini harus disesuakan dengan jenjang pendidikan, usia, kemampuan
per individu, dan latar belakang peserta didik. Terdapat beberapa komponen
dalam pemberian penguatan yaitu:
1. Penguatan Verbal
Penguatan verbal merupakan penguatan yang diungkapkan atau diutarakan
dengan menggunakan kata-kata pujian. Kata-kata pujian yang disampaikan
tenaga pendidik kepada peserta didik dapat membangkitkan semangat peserta
didik, sedikit apapun kata yang disampaikan. Kata-kata pujian biasanya dapat
berupa benar, bagus, tepat, dan lain-lain. Tidak hanya berupa kata, pujian juga
dapat berupa kalimat, misalnya kamu mengerjakan dengan sangat baik.
Pujian atau dorongan yang diucapkan oleh guru untuk respon atau tingkah
laku siswa adalah penguatan verbal. Ucapan tersebut dapat berupa kata-kata;
bagus, baik, betul, benar, tepat dan lain lain. Dapat juga berupa kalimat;

9
misalnya hasil pekerjaan mu baik sekali atau sesuai benar tugas yang kau
kerjakan.
Selanjutnya menurut Marno dan Idris (2010: 135) menyatakan bahwa ada
beberapa komponen dalam memberikan penguatan yang perlu dipahami dan
dikuasai oleh guru. Hal ini akan membuat guru menjadi bijaksanan dan
sistematis dalam pelaksanaannya. Penguatan verbal dapat diberikan dengan
komentar guru berupa kata-kata pujian, dukungan, dan pengakuan sebagai
penguatan tingkah laku dan kinerja siswa. Komentar tersebut merupakan
balikan (feed back) yang dapat dilakukan oleh guru atas kinerja ataupun
perilaku siswa.
Menurut D. N. Pah (1984: 6) penguatan verbal dapat dikelompokan menjadi
dua bentuk. Adapun bentuk komponen penguatan verbal yaitu:
a. Kata-kata.
Penguatan yang diberikan kepada siswa berupa kata saja, hal ini
dilakukan secara singkat, mudah dipahami sehingga siswa mudah dalam
menangkap respon dari guru.
Contoh:
1) Bagus.
Diutarakan ketika siswa mengerjakan tugas atau perintah dengan
baik, rapi, sistematis.

2) Tepat/ betul/ benar.


Diutarakan ketika siswa menjawab suatu soal/ pertanyaan sesuai
dengan sesuai/ benar.
3) Pintar.
Disampaikan guru apabila siswa memiliki kemampuan intelektual
yang baik di banding teman yang lain, bisa juga disampaikan pada
saat siswa benar dalam menjawab pertanyaan atau soal.
4) Ya.
Disampaikan guru apabila siswa menjawab soal atau pertanyaan
sesuai dengan harapan guru, atau memberikan pendapat dengan
benar.
b. Kalimat
10
Umpan balik yang diberikan guru berupa rangkaian kata atau kalimat
untuk memperjelas susunan kata-kata yang ada, sehingga siswa dapat
mengerti kemampuan dan alasan mengapa guru memberikan penguatan
tersebut.
Contoh:
1) Pekerjaan Andi bagus sekali!
2) Cara Agus memberikan penjelasan baik sekali!
3) Saya senang dengan pekerjaanmu!
Menurut Hurlock (1978: 90) apapun bentuk penguatan yang
digunakan, pada dasarnya penguatan harus sesuai dengan perkembangan
anak. Hal ini akan menimbulkan keefektivan dari penguatan itu sendiri.
Maka dari itu untuk penguatan verbal seharusnya dilakukan sesuai
tahap perkembangan siswa. Baik penguatan verbal berupa kata
maupun kalimat sebaiknya disampaikan dengan tepat dan benar sesuai
perkembangan bahasa anak dan usia.
Secara garis besar dari uraian tersebut di atas komponen penguatan
verbal terdiri dari kata dan kalimat. Dalam penelitian ini ke dua
komponen tersebut dijadikan kisi-kisi dalam angket pemberian
penguatan verbal dengan jumlah soal 16 butir.
2. Penguatan Non-verbal
Penggunaan komponen keterampilan dalam memberikan penguatan
dalam kelas harus bersifat selektif dan hati-hati, dengan menyesuaikan usia
siswa, tingkat kemampuan, kebutuhan, serta latar belakang, tujuan dan sifat-
sifat tugas. Hal ini bertujuan agar pemberian penguatan tersebut efektif ,
sehingga mampu mencapai tujuan yang di harapkan oleh guru dan
bermakna bagi siswa. Menurut Hamzah B. Uno (2005: 169) beberapa
komponen keterampilan pemberian penguatan yang termasuk ke dalam
penguatan nonverbal yaitu :
a. Penguatan gestural.
Penguatan ini diberikan dalam bentuk mimik, gerakan wajah atau
anggota badan yang dapat memberikan kesan kepada siswa. Misalnya,

11
mengangkat alis, tersenyum, kerlingan mata, tepuk tangan, anggukan
tanda setuju, menaikan ibu jari tanda “jempolan”.
b. Penguatan dengan cara mendekati.
Penguatan ini dikerjakan dengan cara mendekati siswa untuk
menyatakan perhatian guru terhadap pekerjaan, tingkah laku, atau
penampilan siswa. Misalnya, guru duduk dalam kelompok diskusi,
berdiri di samping siswa diberikan unutk memperkuat penguatan yang
bersifat verbal.
c. Penguatan dengan sentuhan.
Guru dapat menyatakan penghargaan kepada siswa dengan menepuk
pundak siswa, menjabat tangan siswa, atau mengangkat tangan siswa.
Seringkali untuk anak-anak yang masih kecil, guru mengusap rambut
kepala siswa.
d. Penguatan berupa tanda atau benda.
Penguatan bentuk ini merupakan usaha guru dalam menggunakan
bermacam-macam symbol penguatan untuk menunjang tingkah laku
siswa yang positif. Bentuk penguatan ini antara lain: komnentar tertulis
pada buku pekerjaan, pemberian perangko, mata uang koleksi, bintang,
permen.
e. Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan.
Penguatan ini dapat berupa meminta siswa membantu temanya apabila
dia selesai mengerjakan ppekerjaan terlebih dahulu dengan tepat, siswa
diminta memipmpin kegiatan.
Kemudian D.N. Pah (1984: 6-7) mengelompokan komponen
penguatan nonverbal menjadi 5 kelompok. Adapun pengelompokan
tersebut yaitu:
a. Penguatan berupa mimik dan gerakan badan.
Penguatan berupa mimik dan gerakan-gerakan badan seperti
senyuman, anggukan, acungan ibu jari, dan sebagainya kadang
dilakukan bersama dengan penguatan verbal. Misalnya ketika guru
memberikan penguatan verbal “bagus” kepada siswa, pada saat
bersamaan guru juga mengacungkan jempolnya ke arah siswa

12
tersebut. Namun demikian, penguatan nonverbal ini tidak harus
selalu dilaksanakan pada saat yang bersamaan dengan penguatan
verbal.
b. Penguatan dengan cara mendekati.
Pendekatan dengan cara mendekati (proximity), ialah pendekatan
yang diberikan guru dengan cara mendekati siswa sebagai wujud
perhatian, kesenangannya terhadap pekerjaan, tingkah laku, atau
penampilan siswa.dapat dilakukan dengan berdiri di samping siswa,
berjalan atau duduk di samping siswa atau kelompok diskusi.
Penguatan ini juga digunakan untuk memperkuat penguatan verbal.
Guru dapat memperkirakan berapa lama ia mendekati seorang
siswa atau sekelompok siswa agar manfaat penguatan dapat
berfungsi dengan baik.
c. Penguatan dengan sentuhan.
Dilakukan dengan menepuk bahu atau pundak siswa, menjabat
tangan atau mengangkat ytangan siswa yang menang dalam
pertandingan. Guru perlu mempertimbangkan umur, latar belakang
budaya, jenis kelamin. Sebagai contoh penguatan berupa mengelus
rambut rambut saat di Taman Kanak-Kanak dan kelas rendah bisa
dipakai, tetapi belum tentu sesuai dengan siswa kelas tinggi.
d. Penguatan dengan kegiatan menyenangkan.
Guru dapat menggunakan kegiatan atau tugas yang menyenankan
sebagai penguatan. Ada baiknya kegiatan atau tugas tersebut ada
kaitannya dengan penampilan yang diberi penguatan. Ini bukan
berarti bahwa kegiatan lain yang tidak berhubungan tidak dapat
digunakan. Apapun jenis kegiatan atau tugas yang disenangi anak
dan positif dapat diberikan guru sebagai penguatan.
e. Penguatan berupa simbol atau benda.
Dapat dilakukan dengan cara menulis komentar di buku siswa,
bintang dari kertas dan benda lain yang tidak terlalumahal harganya,
tetapi memiliki arti simbolis. Sebaiknya jangan terlalu sering
digunakan, terutama berupa benda agar tidak menjadi kebiasaan

13
siswa untuk mengarapkan imbalan karena penampilanya. Sekalipun
demikian, komentar tertulis pada buku pekerjaan siswa yang berarti
pengakuan pegnhasilannya dan pemberian saran konstruktif
kepadanya, akan tetap besar nilainya bagi siswa dalam masa
belajarnya.
Selanjutnya Marno dan Idris (2010:137) menambahkan bahwa
dalam memberikan kegiatan yang menyenangkan, ketepatan
pemilihan jenis kegiatan belajar akan membuat guru menjadi
bijaksanan dan sistematis dalam rangka menguatkan gairah belajar.
Dengan meberikan alternative kegiatan belajar yang sesuai dengan
kesukaan anak tersebut, maka hal itu bisa juga menjadi bentuk
penguatan bagi anak. Bentuk kegiatan belajar yang disenangi anak
dapat mempertinggi intensitas belajarnya. Sehingga kegiatan belajar
yang menyenangkan atau tidak akan mempengaruhi motivasi belajar.
f. Penggunaan Bervariasi
Pemberian penguatan seharusnya diberikan secara bervariasi baik
komponennya maupun caranya, dan diberikan secara hangat dan
antusias. Penggunaan cara dan jenis komponen yang sama, misalnya
guru selalu menggunakan kata-kata "bagus akan mengurangi
efektivitas pemberian penguatan. Pemberian penguatan juga akan
bermanfaat bila arah pemberiannya bervariasi, mula-mula
keseluruhan anggota kelas, kemudian ke kelompok kecil, akhirnya
ke individu, atau sebaliknya dan tidak berurutan.
g. Bermakna
Agar setiap pemberian penggunaan menjadi efektif, maka harus
dilaksanakan pada situasi di mana siswa mengetahui adanya
hubungan anatara pemberian penguatan terhadap tingkah lakunya
dan melihat, bahwa itu sangat bermanfaat. Sering pemberian
penguatan secara verbal menjadi tidak efektif atau bahkan menjadi
salah terhadap seorang siswa, karena guru menggunakan kalimat:
"pekerjaanmu bagu" siswa menjadi curiga dan bahkan merasa diejek,
karena ia sadar pekerjaannya tidak bagus. Akibatnya pemberian

14
penguatan menjadi tidak bermakna, karena guru kurang hangat dan
antusias.

15
C. Cara Penggunaan
Respon positif berupa penghargaan yang diberikan tenaga pendidik kepada
peserta didik, pada umumnya merupakan bentuk pemberian penguatan. Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan dalam melakukan pemberian penguatan,
yaitu:
1. Penguatan kepada pribadi tertentu
Penguatan kepada pribadi tertentu jelas diberikan kepada salah satu peserta
didik, dengan cara menyebutkan namanya ataupun ditunjuk secara langsung
dan spesifik
2. Penguatan kepada kelompok belajar
Tugas-tugas yang diberikan kepada kelompok belajar tentu akan dilaksanakan.
Kelompok belajar yang telah menyelesaikan tugas dengan baik harus diberi
penguatan atau apresiasi untuk meningkatkan semangat belajar dan
meningkatkan kemampuannya. Penguatan tidak hanya diberikan karena hasil
belajar saja, tetapi perlu juga diberikan karena kerjasama tim yang baik,
semangat belajar, keakraban, komunikasi satu sama lain dan sebagainya
3. Pemberian penguatan dengan cara segera
Penguatan dengan cara segera merupakan pemberian penguatan yang dilakukan dengan
cara sesegera mungkin, setelah muncul respon peserta didik yang di harapkan.
Sebaiknya pemberian penguatan ini  jangan ditunda, karena akan
menimbulkan kesan kepada peserta didik bahwa guru kurang peduli, dan
cenderung akan kurang efektif
4. Variasi dalam penggunaannya
Dalam melakukan proses pembelajaran , guru hendaknya memberikan variasi
dalam pemberian penguatan, tidak terbatas pada satu jenis saja. Kurangnya
variasi dlam pemberian penguatan akan menimbulkan kebosanan dan tidak
akan efektif lagi.
Guru sebagai pengguna keterampilan penguatan dituntut ketepatan dalam
memberikan kepada siswa. Hal ini dikarenakan apabila pemberian penguatan
ini digunakan pada situasi atau waktu yang tidak tepat, maka hal ini akan
mengakibatkan keefektifan penguatan tersebut hilang. Sebaliknya bila
penggunaan penguatan digunakan secara tepat dalam proses belajar mengajar,

16
maka hal ini akan menimbulkan pengaruh yang positif terhadap aktivitas
belajar peserta didik.
Menurut Syaiful Bahri Djamaroh (2005:119) bahwa semua aspek yang
terdapat pada pemberian penguatan dapat berpengaruh pada kelompok usia
siswa manapun, tidak terbatas pada satu tingkat sekolah tertentu saja, baik
untuk anak yang sudah dewasa mapun yang belum dewasa. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberian penguatan ialah guru harus yakin, bahwa siswa
akan menghargainya dan menyadari akan respon yang diberikan guru.
Pemberian penguatan dapat dilakukan pada saat:
a. siswa memperhatikan guru, memperhatikan kawan lainya dan benda yang
menjadi tujuan diskusi.
b. siswa sedang belajar, mengerjakan tugas dari buku, membaca, dan bekerja
di papan tulis,
c. menyelesaikan hasil kerja (selesai penuh, atau menyelesaikan format),
d. bekerja dengan kualitas kerja yang baik (kerapian, ketelitian, keindahan,
dan mutu materi),
e. perbaikan pekerjaan (dalam kualitas, hasil atau penampilan),
f. ada kategori tingkah laku (tepat, tidak tepat, verbal, fisik, dan tertulis), dan
g. tugas mandiri (perkembangan pada pengarahan diri sendiri, mengelola
tingkah laku sendiri, dan mengambil inisiatif kegiatan sendiri).
Selanjutnya sedikit berbeda dengan pendapat tersebut Wingkel (Hamzah B.
Uno, 2005: 169) mengemukakan bahwa penguatan diberikan atas dasar
bentuk perilaku siswa berupa:
a. perhatian kepada guru, kawan, atau objek diskusi,
b. tingkah laku belajar, membaca, pekerjaan di papan tulis,
c. penyelesaian hasil pekerjaan (PR),
d. kualitas pekerjaan atau tugas (kerapian, keindahan),
e. perbaikan/ penyempurnaan tugas, dan
f. tugas-tugas mandiri.

Guru dalam memberikan penguatan sebaiknya teliti dan behati-hati dalam

menentukan pola pemberian penguatan terhadap seorang siswa sebagai

17
individu sebagai anggota kelompok kelas. Pola dan frekuensi pemberian

penguatan akan berhubungan dengan kebutuhan individu, kepentingan,

tingkah laku, dan kemampuan yang semuanya merupakan prinsip-prinsip

yang sangat berarti dalam keterampilan penguatan ini.

D. Prinsip Penggunaan
Dalam pemberian penguatan perlu diperhatikan beberapa prinsip penggunaannya:
1. Kehangatan
Kehangatan guru dalam pemberian penguatan kepada siswa memiliki aspek penting
terhadap tingkah laku dan hasil belajar siswa. Kehangatan dan keantusiasan adalah bagian
yang tampak dan interaksi guru-siswa.
Cara bersikap tenaga pendidik yang baik dapat mengubah suasana menjadi hangat, baik
dengan senyuman, suara, maupun mimik. Kehangatan akan menumbuhkan
hubungan yang saling mempercayai antara guru dan siswa sehingga pemberian
penguatan yang dilakukan guru dapat diterima dengan positif oleh peserta
didik. Seperti halnya dalam pemberian semangat, semangat tentu saja tidak
mampu diberikan oleh orang yang kurang atau tidak semangat. Aktivitas ini
akan mengakibatkan pemberian semangat kurang tepat sasaran dan pemberian
semangat tidak ada kesan kehangatannya. Karena kehangatan yang
ditampilkan oleh guru akan berdampak positif secara psikologis terhadap
siswa. Kehangatan tersebut dapat mencairkan suasana yang kaku, dan tegang
menjadi kondusif.
2. Antusiasme
Antusiasme merupakan suatu bentuk minat yang besar terhadap sesuatu.
Penguatan yang antusias akan menimbulkan kesan sungguh-sungguh di hadapan
peserta didik sehingga dapat meningkatkan perhatian dan motivasi peserta didik.
3. Penggunaan Bervariasi
Pemberian penguatan seharusnya diberikan secara bervariasi baik
komponennya maupun caranya, dan diberikan secara hangat dan antusias.
Penggunaan cara dan jenis komponen yang sama, misalnya guru selalu
menggunakan kata-kata "bagus akan mengurangi efektivitas pemberian
18
penguatan. Pemberian penguatan juga akan bermanfaat bila arah
pemberiannya bervariasi, mula-mula keseluruhan anggota kelas, kemudian ke
kelompok kecil, akhirnya ke individu, atau sebaliknya dan tidak berurutan.
4. Kebermaknaan
Penguatan yang diberikan tenaga pendidik akan sangat bermakna bagi peserta
didik. Peserta didik akan lebih percaya diri, merasa dihargai, diperhatikan,
merasa terpuji atau tersanjung. Perasaan-perasaan ini akan berdampak pada
mental peserta didik. Mereka akan jauh lebih berani mengemukakan pendapat,
meningkatkan rasa ingin tahu, dan lebih percaya diri.
5. Menghindari penggunaan respon yang negatif
Hindari Penggunaan Penguatan Negatif Walaupun pemberian kritik atau
hukuman adalah efektif untuk dapat mengubah motivasi, penampilan, dan
tingkah laku siswa, namun pemberian itu memiliki akibat yang sangat
kompleks, dan secara psikologis agak kontraversial, karena itu sebaiknya
dihindari. Banyak akibat yang muncul yang tidak dikehendaki misalnya: siswa
menjadi frustasi, menjadi pemberani, hukuman dianggap sebagai kebanggaan,
dan peristiwa akan terulang kembali.
Respon negatif baik berupa teguran dan hukuman harus dihindari oleh tenaga
pendidik. Kadangkala saat siswa belum tepat dalam menyampaikan pendapatnya,
seorang guru harus berusaha memberi tanggapan yang positif terhadap siswa
tersebut, tidak langsung menyalahkan atau menghakimi siswa tersebut
dihadapan teman-temannya. Respon negatif ini akan menimbulkan suasana
yang tidak kondusif di dalam kelas. Dan dapat berdampak pada siswa-siswa
lainnya, perasaan yang semula tenang akan menjadi tertekan, takut, cemas
yang menghantui mereka. Siswa yang menerima perlakuan tersebut akan
semakin mundur, malu dengan guru dan teman-temannya, dinilai tidak
mampu, dan berbagai perasaan lainnya. Oleh karena itu, sebaiknya guru harus
menghindari pemberian respon negatif terhadap siswa.
Walaupun pemberian penguatan sifatnya sederhana dan dapat berdampak
baik pada siswa, terkadang pemberian penguatan juga dapat membuat siswa
enggan belajar karena penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan yang
dikehendaki dan perilaku siswa. Untuk itu guru harus memperhatikan prinsip-

19
prinsip dalam pemberian penguatan agar tidak terjadi kesalahan dalam
penerapanya.
Secara singkat Mulyani Soemantri dan Johar Permana (1998/1999: 277)
mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang penting yang dapat dijadikan
pedoman sebagai prinsip guru dalam memberikan suatu penguatan kepada
siswa, adapun prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
a. Dilakukan dengan hangat dan semangat.
b. Memberika kesan positif kepada peserta didik.
c. Berdampak terhadap perilaku positif.
d. Dapat bersifat pribadi atau kelompok .
e. Hindari penggunaan respon negatif.
Selanjutnya Irawati Istadi (2006: 29-62) memperjelas untuk penguatan
nonverbal jenis hadiah ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, adapun
prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
a. Didasarkan pada “Perilaku” bukan “Pelaku”.
Perilaku bisa baik/ benar dan bisa salah, tetapi pelaku senantiasa tetap
baik.
b. Harus ada batasnya.
Pemberian hadiah tidak bisa selamanya dipergunakan. Proses ini cukup
difungsikan hingga tahapan menumbuhkan kebiasaan saja. Manakala anak
telah dirasa memiliki pembiasaan yang cukup, maka pemberian hadiah
harus diakhiri.
c. Paling baik berupa perhatian.
Perhatian akan lebih bermakna indah diterima anak apabila orangtua
mampu melakukan secara benar, hal ini murah dan mudah.
d. Hati-hati dengan uang.
Hadiah berupa uang boleh diberikan kepada anak hanya apabila disertai
bimbingan kecerdasan financial untuk pengelolaanya.
e. Distandarkan pada proses, bukan hasil.
Proses pembelajaran yang dilakukan anak adalah lahan perjuangan dan
pengalaman belajar, sedangkan hasil tidak bisa dijadikan patokan
keberhasilannya, karena ada banyak faktor lain yang mempengaruhi selain
dari pengaruh proses atau usaha anak saja.
f. Dimusyawarahkan kesepakatanya.

20
Melibatkan anak dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan
mereka akan memberikan motivasi untuk melakukan keputusan tersebut.
g. Hadiah sesuai rangking yang menyesatkan
Hadiah yang diberikan sesuai rangking yang diperoleh akan berdampak baik
apabila anak berhasil memperoleh rangking tersebut, sebaliknya apabila
tidak berhasil anak akan menelan kekecewaan karena memendam harapan
terhadap perolehan hadiah tersebut.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat tersebut Syaiful Bahri Djamaroh
(2005: 123-124) mengungkapkan empat prinsip yang harus diperhatikan
dalam memberikan penguatan kepada siswa, dengan harapan pemberian
penguatan dapat dilakukan secara tepat, yaitu:
a) hangat dan antusias,
b) hindari penggunaan penguatan negatif,
c) bermakna, dan
d) penggunaan yang bervariasi.
Keterangan: Prinsip pemberian penguatan Syaiful Bahri Djamaroh di atas
digunakan dalam penyususnan angket pemberian penguatan.Guru dalam
memberikan penguatan memiliki variasi model atau cara dalam
menyampaikanya. Adapun keempat model tersebut adalah sebagai berikut.
1) Penguatan seluruh kelompok.

Penggunaan penguatan kepada seluruh anggota kelompok dapat


dilakukan guru secara terus- menerus seperti halnya pada pemberian
penguatan untuk individu. Misalnya komponen penguatan yang
dapat digunakan: penguatan verbal, gestural, tanda dan kegiatan.
2) Penguatan yang ditunda .
Penundaan penguatan sebenarnya kurang efektif bila dibandingkan
dengan pemberian secara langsung. Tetapi penundaan tersebut dapat
dilakukan dengan memberi penjelasan atau isyarat verbal, bahwa
penguatan ditunda dan akan diberikan kemudian.
3) Penguatan partial.
Penguatan partial sama dengan penguatan sebagian atau tidak
berkesinambungan. Hal ini diberikan untuk sebagian dari respon
21
siswa dan digunakan untuk menghindari penggunaan penguatan
negatif dan pemberian kritik.
4) Penguatan perorangan.
Penguatan perorangan merupakan pemberian penguatan secara
khusus, misalnya menyebut kemampuan, penampilan, dan nama
siswa yang bersangkutan, karena akan lebih efektif daripada tidak
menyebut apa-apa.
Selanjutnya dalam pelaksanaannya menurut Mulyani Soemantri dan
Johar Permana (1998/1999: 276) guru harus pula memperhatikan
hal- hal berikut.
1. Gunakan jenis penguatan secara bervariasi

2. Jangan menunda pemberian penghragaan, karena akan menjadi


tidak berguna.
3. Penguatanpun dapat diberikan kepada respons peserta didik yang
salah, dalam arti menanggapi keberanian peserta didiknya
E. Tujuan Penguatan
Perihal pemberian penguatan, perlu diketahui tujuan yang akan diperoleh.

Hal ini dimaksudkan agar dalam dalam pelaksanaanya guru tidak sekedar

memberikan penguatan saja, akan tetapi mengetahui benar tujuan yang harus

dicapai. Karena dengan tujuan itu sendiri akan menjadi arah bagi guru dalam

melangkah. Secara garis besar pemberian penguatan sebagai respon positif

bertujuan untuk mempertahankan serta meningkatkan perbuatan positif yang

siswa lakukan dalam kegiatan belajarnya, sehingga siswa akan termotivasi

untukmeningkatkan prestasi yang telah dicapainya.

Secara terperinci Saidimin (Hamzah B. Uno, 2005:

168) menyatakan bahwa keterampilan memberikan penguatan bertujuan untuk ;

a. meningkatkan perhatian siswa dalam kegiatan belajar,

b. memudahkan proses belajar mengajar baik bagi siswa maupun guru,

22
c. membangkitkan dan mempertahankan motivasi siswa,

d. mengatur dan merubah sikap yang mengganggu kearah tingkah laku belajar

yang produktif,

e. mengembangkan dan mengatur pribadi siswa dalam belajar,

f. mendorong atau mengarahkan pada cara berfikir yang baik/ divergen dan

inisiatif pribadi.

Sedangkan penghargaan yang menjadi bagian dalam penguatan memiliki

tiga peranan penting dalam kegiatan mengajar bagi siswa agar berperilaku

sesuai dengan aturan yang telah disetujui. Menurut Hurlock (2008:90) peranan

penguatan adalah sebagai berikut.

Pertama, penghargaan mempunyai nilai mendidik. Bila suatu tindakan

disetujui, anak merasa bahwa hal itu baik. Sebagaimana hukuman

mengisyartakan pada anak bahwa perilaku mereka itu buruk, demikian pula

penghargaan mengisyaratkan pada mereka bahwa perilaku itu baik. Dan seperti

halnya hukuman, bila penghargaan bervariasi intensitasnya agar sesuai dengan

usaha anak untuk berperilaku menurut standar yang disetujui secara sosial, nilai

edukatif penghargaan itu meningkat.

Kedua, penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku

yang disetujui secara sosial. Karena anak bereaksi dengan positif terhadap

persetujuan yang dinyatakan dengan penghargaan, di masa mendatang, mereka

berusaha untuk berperilaku dengan cara yang lebih banyak memberinya

penghargaan.

Dan, ketiga penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang

disetujui secara sosial, dan tiasanya penghargaan melemahkan keinginan untuk

23
mengulang perilaku ini. Biala anak harus belajar berperilaku dengan cara yang

disetujui secara sosial, ia harus merasa bahwa berbuat demikian cukup

menguntungkan baginya. Karenannya penghargaan harus digunakan untuk

membentuk sosialisasi yang menyenangkan dengan perilaku yang diinginkan.

Dari pendapat tersebut di atas, secara garis besar pemberian penguatan

bertujuan untuk:

a. meningkatkan motivasi siswa dalam belaja,

b. mengontrol perilaku yang negatif,

c. menumbuhkan rasa percaya diri, dan

d. memelihara iklim kelas yang kondusif.

F. Kelebihan dalam pemberian penguatan dalam pembelajaran


Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa
kelebihan atau manfaat apabila dapat dilakukan dengan tepat, antara lain.
1. Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi.
2. Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif.
3. Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri.
4. Dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif.
5. Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
Kelebihan-kelebihan dalam memberikan penguatan bergantung pada guru
yang memberikan penguatan. Apabila guru tersebut sesuai dalam memberikan
penguatan, maka proses pembelajaran akan tercapai secara maksimal.

G. Kelemahan dalam pemberian penguatan dalam pembelajaran


Walaupun pemberian penguatan sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya,
namun dapat pula pemberian penguatan yang diberikan kepada siswa justru
membuat siswa enggan belajar karena penguatan yang diberikan tidak sesuai
dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut.

24
Pemberian penguatan yang berlebihan juga akan berakibat fatal. Misalnya,
pemberian penguatan berupa hadiah secara terus-menerus dapat mengakibatkan
siswa menjadi bersifat materialistis.

25
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penguatan adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Komponen-komponen yang terdapat
dalam pemberian penguatan, antara lain penguatan verbal dan penguatan non verbal.
Penguatan verbal adalah respon yang ditunjukkan secara lisan atau ucapan terhadap
suatu perilaku. Penguatan non verbal adalah respon yang ditunjukkan dengan
perbuatan-perbuatan yang berupa mimik, gerak badan, mendekati siswa, menyentuh,
hal yang menyenangkan hati siswa, simbol atau benda, dan penguatan tak penuh.
Pemberian penguatan di dalam pembelajaran harus memperhatikan beberapa prinsip
pemberian penguatan, antara lain memberikan kehangatan, keantusiasan,
kebermaknaan, menghindari respon negatif, pemberian penguatan dengan segera,
dan memvariasikan bermacam-macam bentuk penguatan.
Ada dua cara dalam menggunakan penguatan, antara lain penguatan kepada
pribadi tertentu dan penguatan kepada kelompok. Pemberian penguatan dalam proses
pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan apabila dapat dilakukan dengan tepat,
antara lain dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi, dapat
mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif, dapat menumbuhkan rasa
kepercayaan diri siswa itu sendiri, dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi
aktif, dan dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri.
Pemberian penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan
siswa tersebut akan menyebabkan siswa enggan belajar. Pemberian penguatan yang
berlebihan juga akan berakibat fatal.

B. SARAN
1) Saran untuk Pembaca
Diharapkan setelah membaca makalah ini, para pembaca terutama untuk
para calon guru atau pendidik dapat lebih mengetahui keterampilan dalam
memberikan penguatan dalam proses pembelajaran. Sehingga hubungan antara
guru dan siswa dapat terjalin dengan baik, dan suasana di dalam kelas tercipta
menyenangkan dan tidak tegang.
26
2) Saran untuk Pendidik
Diharapkan setelah membaca makalah ini, para pendidik yang sebelumnya
tidak pernah atau jarang dalam memberikan penguatan menjadi tahu bahwa
penguatan dalam proses pembelajaran sangat penting dikarenakan dapat
memotivasi siswa dalam belajar. Sebaiknya para pendidik menghindari respon
negatif, karena hal tersebut dapat membuat siswa tertekan

27
DAFTAR PUSTAKA

Aini, H., Suandi, N., & Nurjaya, G. 2017. Pemberian penguatan (reinforcement  ) verbal dan
nonverbal guru dalam pembelajaran bahasa indonesia di kelas viii mtsn seririt. e -Journal
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra  Indonesia, 7 (2). DOI: 10.23887/jjpbs.v7i2.12410
https://eprints.uny.ac.id/9797/2/BAB%202%20-08108241051.pdf

https://www.academia.edu/43217751/Makalah_Keterampilan_Memberi_Penguatan

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2017/07/14/keterampilan-memberikan-penguatan-
dalam-mengajar/

Tatang, de. 2018. Makalah Keterampilan Memberikan Penguatan dalam Proses Belajar
Mengajar. https://inspirasi-dttg.blogspot.com/2018/03/makalah-keterampilan-
memberikan.html (Diakses 09 Maret 2022).

Wahid, Abdul S.Pd, M.Pd. 2019. Keterampilan Dasar Mengajar. DI Yogyakarta : Samudra
Biru.

A. Asmara, S.Pd, M.Pd. 2019. Keterampilan Dasar Mengajar. DI Yogyakarta : Samudra Biru.

Afni, Nur S.Pd, M.Pd. 2019. Keterampilan Dasar Mengajar. DI Yogyakarta : Samudra Biru.

28

Anda mungkin juga menyukai