Anda di halaman 1dari 16

KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI DAN

KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


“ Strategi Pembelajaran”

Dosen Pengampu :
Dr. Mahmud, M. Pd. I

Kelompok 6:
Lukman Hakim : (17.04.06324)
Hasbullah : (19.04.06671)
Muhammad Muslim : (19.04.06696)
Qaribkhaliq Maulana : (19.04.06708)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )


RASYIDIYAH KHALIDIYAH AMUNTAI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
saya panjatkan puji dan syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya kepada saya, tak lupa Sholawat serta salam kita haturkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari
alam kegelapan menuju alam terang benderang. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah “Strategi Pembelajaran” yang berjudul
“Keterampilan Mengadakan Variasi Dan Keterampilan Memberi Penguatan”. Tak
lupa kami ucapkan terima kasih atas bimbingan dari Bapak Dr. Mahmud, M. Pd.
I.
Makalah ini telah kami susun dengan sebaik-baiknya dan mendapat
bantuan dari berbagai sumber informasi seperti buku, jurnal, dan lainnya. Dalam
penulisan, pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu,
pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun kepada pembaca
terhadap makalah ini supaya makalah ini nantinya menjadi makalah yang lebih
baik lagi.
Apabila terdapat kesalahan pada makalah ini baik dari segi kalimat
maupun tata bahasa, pemakalah memohon maaf yang sebesar-besarnya. Akhir
kata, semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua
dan dapat menambah wawasan kita.

Amuntai, 25 Oktober 2022

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

A. Keterampilan Mengadakan Variasi.................................................................3

B. Keterampilan Memberikan Penguatan............................................................7

Tujuan dan Manfaat Penguatan............................................................................8

BAB III..................................................................................................................12

A. Kesimpulan...................................................................................................12

B. Saran..............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Guru merupakan sosok yang digugu dan ditiru. Program kelas tidak akan
berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk itu peranan guru
sangat menentukan karena kedudukannya sebagai pemimpin pendidikan di antara
siswa di dalam suatu kelas. Semua usaha yang dilakukan guru di dalam
pembelajaran mengacu pada bagaimana memfasilitasi siswa mencapai kompetensi
yang sudah ditetapkan. Pencapaian kompetensi tidak mungkin terjadi tanpa
melibatkan secara langsung di dalam pembelajaran. Oleh sebab itu guru mestinya
membuat pembelajaran yang mendorong siswa untuk berpartisipasi secara aktif di
dalam proses pembelajaran.
Untuk menghindari kebosanan siswa maka guru harus terampil dalam
mengadakan variasi dalam proses pembelajaran agar proses pembelajaran menjadi
menyenangkan dan tidak membosankan. Di saat siswa melakukan partisipasi di
dalam pembelajaran sebaiknya diberikan tanggapan balik oleh guru sehingga
siswa termotivasi untuk mengulangi aktivitas tersebut dengan kualitas yang lebih
baik. Tanggapan yang diberikan guru sesaat setelah siswa berpartisipasi disebut
penguatan atau reinforcement. Berbagai bentuk penguatan dapat dikombinasikan
oleh guru, sehingga tidak terkesan mengada-ada, tidak alami atau tidak spontan.
Keterampilan dasar memberikan penguatan perlu dimiliki oleh seorang
guru, karena terkadang guru suka bersikap dingin terhadap respon yang diberikan
siswa ketika di kelas. Sepertinya pemikiran tersebut tidak dihargai. Tentu hal ini
dapat mengakibatkan melemahnya motivasi dalam belajar.
Berdasarkan beberapa ulasan di atas maka diperlukan keterampilan
mengadakan variasi dan memberi penguatan dalam proses belajar mengajar.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara terampil dalam mengadakan variasi?

4
2. Bagaimana cara terampil dalam memberikan penguatan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui cara terampil dalam mengadakan variasi
2. Untuk mengetahui cara terampil dalam memberikan penguatan?

1.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keterampilan Mengadakan Variasi


1. Hakikat keterampilan mengadakan variasi
Kata variasi mengandung makna berubah-ubah, dan ada yang berganti.
Dalam kehidupan sehari-hari semua manusia butuh variasi. Dalam urusan
makanan, inginnya ada variasi dengan tujuan untuk menambah nafsu makan,
ingin rumah baru/desain baru yang bervariasi, bahkan tiap tahun. Variasi
mengarah pada sesuatu yang baru, misalnya perubahan ingin kerja atau karir yang
lebih mapan, bisnis semakin lancar, dll artinya semua ingin variasi, yang
tujuannya mengarah pada perubahan yang baru bersifat positif dan sesuai trend.
Ternyata, kata variasi juga perlu dilakukan di sekolah khususnya pada
kegiatan pengajaran. Variasi pengajaran menjadi sangat dibutuhkan untuk
menunjang kegiatan belajar mengajar menjadi efektif dan produktif. Variasi
mengajar memberikan kontribusi positif buat guru dan siswa agar interaksi tidak
membosankan dan menjauhi kejenuhan belajar siswa.
Variasi mengajar adalah keterampilan yang harus dikuasai guru dengan
mengubah berbagai metode, media dan interaksi lainnya dengan tujuan menjauhi
kebosanan pada siswa dalam belajar dan siswa menjadi lebih tekun dan rajin
belajar, (Mulyasa-2013). Lain halnya Majid (2014) yang menjelaskan
keterampilan mengadakan variasi adalah kegiatan guru dalam mengubah strategi
pembelajaran agar lebih menarik dan tidak membosankan. Dari pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengadakan variasi mengajar adalah
usaha guru dalam mengubah kegiatan mengajar baik metode, media, teknik dan
atau pola interaksi dengan tujuan siswa tidak bosan dan terhindar dari kejenuhan,
tidak mencapai target belajar secara maksimal.1
Variasi dalam kegiatan pembelajaran adalah perubahan dalam proses
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi para peserta didik serta
mengurangi kejenuhan dan kebosanan (Wardani, 2005: 25). Sejalan dengan ini
1
Tri Sutisno, Keterampilan Dasar Mengajar (The Art Of Basic Teaching), (Jawa Timur: Duta
Media Publishing, 2019), hlm. 195.

6
Winataputra (2002: 7.46) mengatakan bahwa variasi dalam kegiatan pembelajaran
bertujuan:
a. Menghilangkan kebosanan peserta didik dalam belajar;
b. Meningkatkan motivasi peserta didik dalam mempelajari sesuatu;
c. Mengembangkan keinginan peserta didik untuk mengetahui dan
menyelidiki hal-hal baru;
d. Melayani gaya belajar peserta didik yang beraneka ragam;
e. Meningkatkan kadar keaktifan atau keterlibatan peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran.

Menurut Sanjaya (2006: 37), keterampilan mengadakan variasi bertujuan


untuk menjaga agar iklim pembelajaran tetap menarik perhatian, tidak
membosankan, sehingga peserta didik menunjukkan sikap antusias dan ketekunan,
penuh gairah dan berpartisipasi aktif dalam setiap langkah kegiatan pembelajaran.
Dalam model-model pembelajaran sebagai implementasi Kurikulum 2013,
keterampilan ini sangat diperlukan bagi setiap pendidik. Sebab Kurikulum 2013
mengharapkan peserta didik berpartisipasi aktif dalam setiap tahapan proses
pembelajaran. Dalam konteks inilah pendidik perlu menjaga agar iklim belajar
tetap kondusif dan menyenangkan.

2. Komponen-Komponen dalam Mengadakan Variasi


Pada dasarnya, variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan
menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Variasi pada waktu bertatap muka atau melaksanakan proses
pembelajaran;
b. Variasi dalam menggunakan media/alat bantu pembelajaran;
c. Variasi dalam melakukan interaksi (Sanjaya, 2006: 37).

Pertama, variasi pada waktu melaksanakan proses pembelajaran. Untuk


menjaga agar proses pembelajaran tetap kondusif, ada beberapa teknik yang harus
dilakukan.

7
1) Penggunaan variasi suara. Dalam suatu proses pembelajaran dapat terjadi
kurangnya perhatian peserta didik disebabkan oleh suara pendidik, yang
terlalu pelan sehingga tidak bisa didengar dengan baik oleh seluruh peserta
didik; atau pengucapan kalimat yang kurang jelas. Pendidik yang baik
akan terampil mengatur volume suaranya kapan ia harus mengeraskan
suaranya dan kapan harus melemahkan suaranya. Ia juga mampu mengatur
irama suara sesuai dengan isi pesan yang ingin disampaikan. Melalui
intonasi dan pengaturan suara yang baik dapat membuat peserta didik
semangat dalam belajar, sehingga proses pembelajaran tidak
membosankan;
2) Pemusatan perhatian. Untuk memusatkan perhatian peserta didik, guru
dapat menggunakan kata-kata tertentu disertai isyarat atau gerakan,
misalnya “Dengarkan baik-baik”, isi lagu yang dinyanyikan ini, sambil
menempelkan telunjuk/jari di telinga. “Coba perhatikan sambil
menunjukkan gambar”. Contoh lain pendidik mengucapkan kata-kata:
a) Ini penting diingat sambil menulis istilah yang perlu diingat;
b) Perhatikan baik-baik, sambil menunjuk gambar di depan;
c) Jangan lupakan itu, sambil menggarisbawahi kata-kata yang dimaksud.
3) Kebisuan pendidik. Ada kalanya pendidik dituntut untuk tidak berkata
apa-apa. Teknik ini bisa digunakan untuk menarik perhatian peserta didik.
Coba anda lakukan manakala peserta didik dalam keadaan ribut, kemudian
anda diam sambil menatapi mereka satu per satu, pasti mereka akan diam.
Dengan kebisuan pendidik dapat menarik perhatian peserta didik. Oleh
sebab itu, teknik diam dapat digunakan sebagai alat untuk menstimulasi
ketenangan dalam belajar. Kebisuan atau kesenyapan dapat pula
dimunculkan ketika pendidik mengajukan pertanyaan dengan tujuan
memberi waktu berpikir kepada peserta didik. Setelah diam beberapa saat,
barulah pendidik menunjuk peserta didik yang akan diminta menjawab
pertanyaan tersebut.
4) Mengadakan kontak pandang. Setiap peserta didik membutuhkan
perhatian dan penghargaan. Pendidik yang baik akan memberikan

8
perhatian kepada peserta didik melalui kontak mata. Kontak mata yang
terjaga terus menerus dapat menumbuhkan kepercayaan dari diri peserta
didik. Pandang setiap mata peserta didik dengan penuh perhatian sebagai
tanda bahwa kita memperhatikan mereka bahwa apa yang kita katakan
akan sangat bermanfaat untuk mereka. Anda percaya, bahwa kontak mata
dapat menjadi magnet untuk menarik perhatian peserta didik. Kontak
pandang dengan seluruh peserta didik merupakan salah satu senjata ampuh
bagi pendidik dalam mengajar. Sapalah semua peserta didik dengan
pandanganmu adalah sebuah ungkapan kuno yang masih menunjukkan
keampuhannya.
5) Gerak pendidik. Gerakan-gerakan pendidik di dalam kelas dapat menjadi
daya tarik tersendiri untuk merebut perhatian peserta didik. Pendidik yang
baik akan terampil mengekspresikan wajah sesuai dengan pesan yang
ingin disampaikan. Gerakan-gerakan pendidik dapat membantu untuk
kelancaran berkomunikasi, sehingga pesan yang disampaikan mudah
dipahami dan diterima oleh peserta didik.
6) Perubahan posisi. Posisi guru sepanjang pembelajaran berlangsung
berpengaruh terhadap semangat belajar peserta didik. Guru hendaknya
tidak terpaku di satu tempat selama proses pembelajaran. Guru dapat
berjalan keliling dari depan ke belakang atau ke tengah kelas untuk
mengetahui kegiatan yang dilakukan peserta didik atau guru mendekat
tempat duduk salah seorang peserta didik untuk membantu peserta didik
yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas. Namun demikian
perubahan posisi tersebut masih dalam batas wajar sehingga tidak
mengganggu kegiatan belajar peserta didik (Al Muchtar, 2007: 3.33-3.35)

Kedua, variasi dalam penggunaan media dan alat pembelajaran. Proses


pembelajaran merupakan proses komunikasi. Yang menjadi masalah adalah
bagaimana agar proses komunikasi itu berjalan dengan efektif agar pesan yang
ingin disampaikan dapat diterima secara utuh. Untuk kepentingan tersebut
pendidik perlu menggunakan variasi dalam penggunaan media dan alat

9
pembelajaran. Secara umum ada tiga bentuk media, yaitu media yang dapat
didengar, media yang dapat dilihat, dan media yang dapat diraba. Untuk dapat
mempertinggi perhatian peserta didik pendidik perlu menggunakan setiap media
sesuai dengan kebutuhan. Variasi penggunaan media dan alat pembelajaran dapat
dilakukan sebagai berikut.
1) Dengan menggunakan variasi media yang dapat dilihat seperti
menggunakan gambar, slide, foto, bagan, dan lain sebagainya;
2) Variasi alat atau media yang dapat didengar seperti menggunakan radio,
musik, deklamasi, puisi, dan lain sebagainya;
3) Variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dimanipulasi dan digerakkan.
Pemanfaatan media semacam ini dapat menarik perhatian peserta didik
sebab peserta didik dapat secara langsung membentuk dan memperagakan
kegiatannya, baik secara perseorangan ataupun secara kelompok. Yang
termasuk ke dalam alat dan media ini adalah berbagai macam peragaan,
model, dan lain sebagainya (Al Muchtar, 2007: 3.36).

Ketiga, Variasi dalam berinteraksi. Pembelajaran adalah proses interaksi


antara peserta didik dengan lingkungannya. Pendidik perlu membangun interaksi
secara penuh dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta
didik berinteraksi dengan lingkungannya. Kesalahan yang sering terjadi selama
proses pembelajaran berlangsung pendidik hanya menggunakan pola interaksi
satu arah saja, yaitu dari pendidik ke peserta didik. Oleh karena itu, pendidik perlu
menggunakan variasi interaksi dua arah, yaitu pola interaksi peserta didik-
pendidik-peserta didik, bahkan pola interaksi multi arah (Sanjaya, 2006: 40).
Variasi yang dilakukan pendidik hendaknya sesuai dengan kondisi kelas, lancar,
dan logis sehingga tidak mengganggu alur pembelajaran yang sedang
berlangsung.2

B. Keterampilan Memberikan Penguatan


Dalam kehidupan sehari-hari anda sering memberi penghargaan maupun
2
Wahyuddin Nur Naution, Strategi Pembelajaran (medan: Perdana Publishing, 2017), hlm. 31-
35.

10
menerima penghargaan dari orang lain. Sesudah anda menolong seseorang,
biasanya orang yang ditolong mengucapkan terima kasih. Apabila seseorang
mendapat ucapan terima kasih, ia akan merasa dihargai dan dengan penuh
kesadaran atau tanpa paksaan, akan mau melakukan hal itu lagi.
Pemberian penguatan dan penerapannya secara bijaksana dan sistematis
berdasarkan cara dan prinsip yang tepat. dapat bermanfaat bagi anda agar
mendapatkan hasil yang optimal di dalam melaksanakan tugas pembelajaran di
dalam kelas.3
Keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh kiat masing-masing guru
di kelas. Menurut Sudiana dalam (Kt Sri Utami et al., 2015), untuk menunjang
pencapaian tersebut, seorang guru harus memiliki keterampilan dasar mengajar,
salah satunya yaitu keterampilan memberikan penguatan. Hal ini disebabkan
karena konteks pembelajaran penguatan memiliki peran yang sangat penting
sebagai upaya meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang lebih bermakna
dan bermutu. Sepintas mungkin hanya dalam bentuk ucapan terima kasih atau
pujian dan penghargaan secara verbal yang disampaikan kepada peserta didik,
oleh orang yang memberikan penguatan (guru) mungkin tidak berarti apa-apa.
Akan tetapi bagi orang yang menerima pujian dalam hal ini peserta didik akan
merasa senang karena apa yang ditunjukkannya dihargai dan diakui. Oleh karena
itu, guru perlu melatih berbagai jenis penguatan dan pembiasaan diri untuk
menerapkan penguatan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga kegiatan
tersebut tidak hanya berisi sajian materi yang dikuasai oleh peserta didik, tetapi
kegiatan ini memuat nilai-nilai edukatif untuk membentuk pribadi peserta didik
semakin berkarakter untuk menghargai sesama.

Tujuan dan Manfaat Penguatan


Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 3. Tujuan Pendidikan Nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
3
Yuni Gayatri, Keterampilan Dasar Mengajar (Surabaya: UMSurabaya Publishing, 2019), hlm.
19.

11
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab,
maka pemberian penguatan hadir menjadi salah satu tujuan untuk mencapai tujuan
pendidikan dimaksud. Menurut Djamarah dalam (García Reyes, 2013) pemberian
penguatan sebagai respon dalam proses interaksi edukatif yang berupa respon
positif dan respon negatif yang diberikan melalui hukuman. Selanjutnya (Villela,
2013) mengatakan penguatan adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Dengan demikian
penerapan keterampilan penguatan di dalam kelas yang dikelola dapat dikenal
dalam penguatan positif dan penguatan negatif. Kedua hal ini memiliki tujuan
yang sama untuk mengubah tingkah laku seseorang menjadi lebih baik sekaligus
menjadi motivasi dalam belajar bagi peserta didik menjadi semakin berkarakter.
Pemberian penguatan (reinforcement) yang dilakukan melalui kata-kata atau
isyarat tertentu secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak
besar pada proses dan hasil belajar secara khusus dalam penanaman nilai edukatif
seperti: rasa percaya diri dan membangkitkan semangat belajar siswa.
Oleh karena itu, ada beberapa tujuan dan manfaat dalam penerapan
keterampilan memberi penguatan, antara lain:
1. Meningkatkan Perhatian Siswa
Guru yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar tentunya
mengharapkan saat masuk ke dalam kelas dan melaksanakan tugasnya akan
mendapatkan perhatian dari siswa. Akan tetapi hal ini tidak semudah yang
dipikirkan oleh guru. Oleh karena itu, upaya pemberian penguatan penting
sebagai tujuan memperoleh perhatian dari siswa kepada guru dalam kegiatan
belajar mengajar. Guru hadir sebagai pengajar dan pendidik memiliki
tanggung jawab profesional dalam pengelolaan pembelajaran tidak hanya
menyajikan materi kepada peserta didik melainkan berupaya untuk
membangkitkan perhatian siswa saat perhatiannya menurun sehingga melalui
pemberian penguatan yang lebih baik ada peningkatan perhatian yang dimiliki
siswa.
2. Membangkitkan dan Memelihara Motivasi Siswa
Selain perhatian yang diberikan oleh siswa dalam pelaksanaan belajar

12
mengajar, upaya peningkatan dan pemeliharaan motivasi siswa ini juga dapat
terjadi ketika guru mampu memberikan penguatan kepada siswa. Pemberian
penguatan kepada siswa memiliki pengaruh yang cukup besar terutama dalam
upaya meningkatkan motivasi dan semangat belajarnya (Pradnyayoni, 2019).
Perhatian dan motivasi erat kaitannya jika perhatian siswa tumbuh dalam
proses belajar mengajar maka akan meningkat pula semangat dan motivasi
siswa dalam belajar. Misalnya ketika guru memuji hasil kerja siswa dengan
mengatakan, "Karyamu sangat bagus". Tentunya memberikan dampak positif
di mana siswa merasa ia dihargai dan semakin semangat dalam belajar untuk
memperoleh hasil yang memuaskan. Pada akhirnya, tujuan pembelajaran yang
disiapkan guru tentunya akan berhasil.
3. Memudahkan siswa Belajar
Guru dalam porsi tugasnya juga sebagai fasilitator. Menurut Rahmawati &
Suryadi, (2019) keberadaan guru sebagai fasilitator sebagai orang yang
berinteraksi langsung saat pembelajaran berlangsung, guru pula yang
membuat perencanaan sampai evaluasi kegiatan. Hal ini merupakan peran
guru dalam menjalankan tugasnya sebagai fasilitator dalam pembelajaran
bertujuan untuk memudahkan siswa dalam belajar. Kemudahan yang
diberikan bukan berarti memudahkan materi yang dipelajari siswa melainkan
berdasarkan kemampuan untuk mengelola lingkungan belajar untuk
berinteraksi dengan siswa secara maksimal menjadi hal yang mudah bagi
siswa untuk memahami materi yang sedang dipelajari. Karena kehadiran guru
sebagai fasilitator menjadikan kelas lebih hidup dan bergairah. Melalui model
ini tentunya menarik perhatian sehingga siswa termotivasi dan terasa lebih
mudah dalam mengikuti kegiatan belajar.
4. Memunculkan Rasa Percaya Diri Pada Siswa
Kesempatan siswa untuk belajar di lingkungan belajarnya memberikan
dampak positif untuk menjadi lebih baik ke depannya dalam menggapai cita-
cita yang diinginkan. Salah satunya adalah kepercayaan diri yang dimiliki oleh
siswa merupakan hal dasar yang bermakna dalam diri siswa untuk
menjadikannya lebih berani bahkan dipersiapkan juga untuk menjadi

13
pemimpin masa depan bangsa. Oleh karena itu, keterampilan memberi
penguatan yang dimiliki oleh guru setelah diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar akan menggantikan rasa khawatir dan keraguan dalam diri siswa
menjadi lebih percaya diri. Memang untuk memunculkan rasa percaya diri
siswa tentunya tidak instan. Akan tetapi seiring berjalannya waktu ketika
penguatan itu diberikan akan menjadi bukit dan kepercayaan diri siswa
semakin meningkat karena ia merasa ia berharga. Sejalan dengan kepercayaan
diri yang dimiliki siswa maka mendorong siswa untuk berperilaku yang
positif, seperti: lebih berani dan aktif dan lebih kreatif untuk mengemukakan
idenya dalam kegiatan belajar di lingkungannya.
5. Menjaga Kelas yang Kondusif
Penguatan yang diberikan kepada siswa menjadi hal yang menyenangkan
dan aman sehingga mendorong aktivitas belajar lebih maksimal. Keterampilan
penguatan yang diterapkan oleh guru di dalam kelas akan memicu kehidupan
kelas yang harmonis karena siswa berkesempatan untuk berani berbuat,
mencoba, mengemukakan pendapat dan lainnya.4

4
Erwin Firdaus, dkk, Keterampilan Dasar Guru (tt: Yayasan Kita Menulis, 2021), hlm. 12-15.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada dasarnya, variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan
menjadi 3 kelompok, yaitu: Variasi pada waktu bertatap muka atau melaksanakan
proses pembelajaran,variasi dalam menggunakan media/alat bantu pembelajaran,
dan variasi dalam melakukan interaksi.
Pemberian penguatan dan penerapannya secara bijaksana dan sistematis
berdasarkan cara dan prinsip yang tepat. dapat bermanfaat bagi anda agar
mendapatkan hasil yang optimal di dalam melaksanakan tugas pembelajaran di
dalam kelas. Pemberian penguatan (reinforcement) yang dilakukan melalui kata-
kata atau isyarat tertentu secara langsung maupun tidak langsung akan
memberikan dampak besar pada proses dan hasil belajar secara khusus dalam
penanaman nilai edukatif seperti: rasa percaya diri dan membangkitkan semangat
belajar siswa.

B. Saran
Di dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan baik
dari segi isi maupun penulisan, untuk itu diharapkan kepada pembaca untuk
dapat memberikan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, Erwin, dkk, Keterampilan Dasar Guru. (tt: Yayasan Kita Menulis,
2021),
Gayatri, Yuni, Keterampilan Dasar Mengajar.(Surabaya: UMSurabaya
Publishing, 2019)
Nur Naution, Wahyuddin, Strategi Pembelajaran. (Medan: Perdana Publishing,
2017).
Sutisno, Tri, Keterampilan Dasar Mengajar (The Art Of Basic Teaching. (Jawa
Timur: Duta Media Publishing, 2019)

16

Anda mungkin juga menyukai